Oleh :
WERISKA OKTRIVANI
2141312007
Dosen Pembimbing :
Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada ovarium atau indung
telur, yaitu dua organ yang berada di sisi kanan dan kiri rahim. Kanker ini bisa terjadi
pada wanita berusia menengah maupun wanita yang telah lanjut atau pasca menopause.
Kanker ovarium adalah sebuah penyakit sel tumor ganas yang berada didalam ovarium
wanita dan merupakan salah satu tumor yang paling sering ditemukan pada organ
reproduksi wanita. Dikarenakan jaringan di dalam ovarium dan kompleksitas fungsi
endokrin dan sulit mendeteksi apakah tumor tersebut jinak atau ganas. Saat pasien
datang dengan keluhan, diagnosis mayoritas sel kanker sudah menyebar ke organ
disekitarnya
Kanker ovarium jarang menimbulkan gejala pada stadium awal. Oleh sebab itu, kanker
ovarium biasanya baru terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut atau sudah
menyebar ke organ lain.
Gejala stadium lanjut dari kanker ovarium juga tidak terlalu khas dan menyerupai
penyakit lain. Beberapa gejala yang dialami oleh penderita kanker ovarium adalah:
Perut kembung.
Cepat kenyang.
Mual.
Sakit perut.
Konstipasi (sembelit).
Pembengkakan pada perut.
Penurunan berat badan.
Sering buang air kecil.
Sakit punggung bagian bawah.
Nyeri saat berhubungan seks.
Keluar darah dari vagina.
Perubahan siklus menstruasi, pada
penderita yang masih mengalami menstruasi.
Kanker ovarium terjadi karena adanya perubahan atau mutasi genetik pada sel-sel
ovarium. Sel tersebut menjadi abnormal, serta tumbuh dengan cepat dan tidak
terkontrol.
Hingga saat ini, penyebab terjadinya mutasi genetik tersebut belum diketahui dengan
pasti. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
mengalaminya, yaitu:
Wanita yang memiliki sedikit anak. Semakin sedikit anak yang dimiliki seorang
wanita, semakin tinggi risiko ia terkena kanker ovarium
Wanita yang mengalami kanker payudara atau memiliki anggota keluarga yang
memiliki kanker payudara
Wanita yang melakukan terapi pengganti estrogen selama lebih dari 5 tahun
Wanita lanjut usia
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor ovarium
kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas hormonal dan
komplikasi tumor-tumor tersebut.
a. Akibat Pertumbuhan
Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika
tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
d. Akibat Komplikasi
Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman
patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akut
Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka
perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa
nyeri terus menerus.
5) Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor diangkat
perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap
kemungkinan perubahan keganasan (Wiknjosastro,2005).
Tumor ganas merupakan kumpulan tumor dan histiogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal,
endodermal, mesodermal) dengan sifat histiologis maupun biologis yang
beraneka ragam, kira-kira 60% terdapat pada usia peri menopause 30% dalam
masa reproduksi dan 10% usia jauh lebih muda. Tumor ovarium yang ganas,
menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta, medistinal dan supraclavikular.
Untuk selanjutnya menyebar ke alat-alat yang jauh terutama paru-paru, hati dan
otak, obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai
penderita tumor ganas ovarium (Harahap, 2003).
E. Pemeriksaan Penunjang Kanker Ovarium
Pemindaian
Metode pemindaian awal yang dilakukan untuk mendeteksi kanker ovarium
adalah USG perut. Setelah itu, dapat dilakukan CT scan atau MRI. Pemeriksaan
ultrasonografi (USG) yang dilakukan untuk memeriksa perut bagian bawah serta
organ reproduksi. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui bentuk, ukuran, dan
struktur ovarium.
Tes darah
Tes darah dilakukan untuk mendeteksi protein CA-125, yang merupakan
penanda adanya kanker ovarium. Pemeriksaan darah yang dilakukan untuk
mendeteksi keberadaan protein CA 125 dalam darah. Kadar CA 125 yang tinggi
bisa mengindikasikan kanker ovarium. Namun, tes ini tidak bisa dijadikan
patokan tunggal karena CA 125 bukan tes yang spesifik, kadarnya bisa
meningkat pada kondisi lain yang bukan kanker, dan tidak semua pengidap
kanker ovarium mengalami peningkatan kadar CA 125 dalam darah.
Biopsi
Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengambil sampel jaringan ovarium untuk
diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan ini dapat menentukan apakah pasien
menderita kanker ovarium atau tidak.
1) Penatalaksanaan Medis
Operasi
Operasi yang dilakukan adalah mengangkat ovarium, baik salah satu maupun kedua
ovarium, tergantung kondisi pasien. Selain hanya mengangkat ovarium, operasi juga
dapat dilakukan untuk mengangkat rahim (histerektomi) dan jaringan sekitarnya, jika
kanker sudah menyebar.
Dokter akan menjelaskan manfaat dan risiko operasi yang dilakukan. Beberapa jenis
operasi dapat membuat seseorang tidak bisa memiliki anak lagi. Diskusikan dengan
dokter mengenai operasi yang akan dilakukan.
Kemoterapi
Carboplatin
Paclitaxel
Etoposide
Gemcitabine
Radioterapi
Radioterapi dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker dengan sinar berenergi tinggi.
Radioterapi dapat dikombinasikan dengan kemoterapi atau operasi. Radioterapi
biasanya diberikan pada pasien kanker ovarium stadium awal, setelah operasi.
Selain itu, radioterapi juga dapat diberikan kepada pasien kanker ovarium stadium
akhir, dengan tujuan untuk membunuh sel-sel kanker yang sudah menyebar ke jaringan
tubuh lain.
Terapi pendukung
Pasien yang sedang menjalani pengobatan kanker ovarium juga akan diberikan terapi
pendukung, seperti obat pereda nyeri atau antimual, untuk meredakan gejala kanker
ovarium dan mengurangi efek samping dari metode pengobatan kanker. Terapi tersebut
diberikan agar pasien lebih nyaman dalam menjalani pengobatan.
Makin cepat kanker ovarium terdeteksi dan ditangani, peluang penderita untuk bertahan
hidup pun akan makin besar. Hampir separuh penderita kanker ovarium dapat bertahan
setidaknya selama 5 tahun setelah terdiagnosa, dan sepertiganya memiliki harapan
hidup setidaknya selama 10 tahun.
Penderita yang sudah sembuh dari kanker ovarium tetap berpotensi untuk kembali
memiliki kanker dalam beberapa tahun.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Menjelaskan pada ibu tentang keadaannya saat ini
Memberi pengetahuan tentang keadaannya saat ini
Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat dan
antioksidan
Serat memudahkan ibu untuk BAB ketika konstipasi dan antioksidan tinggi
meningkatkan imunitas dan memperlambat pertumbuhan sel kanker
Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan tidur dengan posisi bantal ditinggikan atau
setengah duduk
Istirahat yang cukup akan membantu pemulihan tubuh dan posisi setengah duduk
dapat melonggarkan jalan napas dan mengurangi sesak
Melakukan informed consent
Sebagai salah satu bentuk persetujuan tindakan medis untuk pasien
Melakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut
Dengan pemeriksaan diketahui diagnosis pasti kanker ovarium dan stadiumnya
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapie
Sebagai fungsi dependent
Kolaborasi dengan laborat
Mengetahui kondisi ibu terutama untuk syarat pemberian terapi
Menganjurkan ibu kontrol rutin
Monitor keadaan pasien
H. Komplikasi Kanker Ovarium
Kanker ovarium sulit untuk dicegah karena penyebabnya belum diketahui. Namun, ada
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terkena kanker ovarium,
yaitu:
Mengonsumsi pil KB kombinasi
Tidak menggunakan terapi penggantian hormon
Tidak merokok
Menerapkan pola hidup sehat
Menjaga berat badan ideal
Pada wanita yang memiliki risiko tinggi terkena kanker ovarium, operasi pengangkatan
ovarium sebelum terkena kanker juga dapat dilakukan guna meminimalkan risiko.
Prosedur ini biasanya dianjurkan bagi wanita yang sudah memutuskan untuk tidak
memiliki keturunan lagi.
Nama : Ny. X
Umur : Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa
reproduksi 30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda
b. Keluhan utama
Pada Stadium Awal biasanya ibu mengeluhkan adanya gangguan haid (siklus
tidak teratur, peningkatan ketegangan premenstuasi, menoragi), Nyeri tekan
payudara, Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum), Sering berkemih
(tumor menekan vesika urinaria), Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium),
Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul), pembesaran
payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut. Pada Stadium Lanjut keluhan
yang ada adalah Perut membuncit, Kembung dan mual (rasa begah saat makan
dalam jumlah sedikit), Gangguan nafsu makan, Gangguan BAB dan BAK, Sesak
nafas, Dyspepsia
c. Riwayat kebidanan
d. Riwayat KB
f. Riwayat kesehatan
Riwayat adanya tumor ovarium jinak, endometriosis dan pernah menderita kanker
ovarium, kanker payudara, kanker kolon dan kanker endometrium dapat menjadi
faktor pemicu tumbuhnya tumor ovarium ganas (kanker ovarium)
Adanya ibu atau saudara perempuan yang menderita kanker ovarium dapat
menjadi faktor risiko terkena kanker ovarium
0 50
Suhu : Normal antara 36 C-37 C
Nadi : Normal 60-90 x/menit
Tekanan darah : Normal 110/70 – 120/80 mmHg
Pernafasan : Normal 18-24x/menit, pada stadium lanjut mengalami Sesak
BB : BB dapat turun
Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata (konjunctiva) dan muka dapat pucat jika ibu disertai
anemia
Rambut dapat terjadi kerontokan pada saat ibu menjalani kemoterapi
Kulit dapat menjadi lebih gelap saat menjalani kemoterapi
2) Dada
3) Abdomen
4) Genetalia
Terdapat darah diantara 2 siklus menstruasi, dapat terlihat adanya bedak pada daerah
perineal.
Analisa Data
Analisa Data Etiologi Diagnosa
Do : klien tampak Post op Ca Ovarium Nyeri akut b.d prosedur
meringis, dan lemah invasif
Ds : Klien mengatakan Penekanan saraf ovarium
P : nyeri karena kanker oleh sel kanker
Q : nyeri terasa ngilu
R : nyeri dibagian luka Menekan pleksus lumbal
S : Nyeri skala .. sakralis
T : Nyeri tiba-tiba
Menstimulasi mediator
nyeri
Hipotalamus
Nyeri Akut
Do : Klien tampak kurus Post OP Kanker Ovarium Defisit Nutrisi b.d mual
Adanya penurunan BB 6 muntah
bulan terakhir Terasa penuh pada perut
membaik nutrien
5. Identifikasi perlunya
penggunaan NGT
6. Monitor asupan
makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil
pemeriksaan
labpratorium
Terapeutik
1. sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
2. berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
3. berikan suplemen
makanan jika perlu
4. hentikan pemberian
makanan melalui
NGT jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan
Resiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi
Ekspektasi : menurun Observasi
Demam menurun Mnitor tanda dan
Kemerahan menurun gejala luka
Nyeri menurun Terapeutik
menurun edema
REFERENSI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia