Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI KANKER


OVARIUM

Oleh :

WERISKA OKTRIVANI
2141312007

Dosen Pembimbing :

Ns. Yelli Herien, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG /2021
A. Definisi Kanker Ovarium

Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada ovarium atau indung
telur, yaitu dua organ yang berada di sisi kanan dan kiri rahim. Kanker ini bisa terjadi
pada wanita berusia menengah maupun wanita yang telah lanjut atau pasca menopause.
Kanker ovarium adalah sebuah penyakit sel tumor ganas yang berada didalam ovarium
wanita dan merupakan salah satu tumor yang paling sering ditemukan pada organ
reproduksi wanita. Dikarenakan jaringan di dalam ovarium dan kompleksitas fungsi
endokrin dan sulit mendeteksi apakah tumor tersebut jinak atau ganas. Saat pasien
datang dengan keluhan, diagnosis mayoritas sel kanker sudah menyebar ke organ
disekitarnya

B. Gejala Kanker Ovarium

Kanker ovarium jarang menimbulkan gejala pada stadium awal. Oleh sebab itu, kanker
ovarium biasanya baru terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut atau sudah
menyebar ke organ lain.

Gejala stadium lanjut dari kanker ovarium juga tidak terlalu khas dan menyerupai
penyakit lain. Beberapa gejala yang dialami oleh penderita kanker ovarium adalah:

 Perut kembung.
 Cepat kenyang.
 Mual.
 Sakit perut.
 Konstipasi (sembelit).
 Pembengkakan pada perut.
 Penurunan berat badan.
 Sering buang air kecil.
 Sakit punggung bagian bawah.
 Nyeri saat berhubungan seks.
 Keluar darah dari vagina.
 Perubahan siklus menstruasi, pada
 penderita yang masih mengalami menstruasi.

C. Penyebab Kanker Ovarium

Kanker ovarium terjadi karena adanya perubahan atau mutasi genetik pada sel-sel
ovarium. Sel tersebut menjadi abnormal, serta tumbuh dengan cepat dan tidak
terkontrol.

Hingga saat ini, penyebab terjadinya mutasi genetik tersebut belum diketahui dengan
pasti. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
mengalaminya, yaitu:

 Berusia di atas 50 tahun.


 Merokok.
 Menjalani terapi penggantian hormon saat menopause.
 Memiliki anggota keluarga yang menderita kanker ovarium atau kanker
payudara.
 Menderita obesitas.
 Pernah menjalani radioterapi.
 Pernah menderita endometriosis atau kista ovarium jenis tertentu.
 Menderita sindrom Lynch.

Ada banyak faktor risiko untuk kanker ovarium, yaitu:

 Wanita yang memiliki sedikit anak. Semakin sedikit anak yang dimiliki seorang
wanita, semakin tinggi risiko ia terkena kanker ovarium
 Wanita yang mengalami kanker payudara atau memiliki anggota keluarga yang
memiliki kanker payudara
 Wanita yang melakukan terapi pengganti estrogen selama lebih dari 5 tahun
 Wanita lanjut usia

Selain itu, kebiasaan sering menggunakan bedak pada vagina juga dapat meningkatkan


risiko terjadinya kanker ovarium. Namun, hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut.

D. Patofisiologi Kankaer Ovarium


Patofisiologi kanker ovarium berhubungan dengan adanya mutasi pada gen BRCA1 dan
BRCA2.

1. Mutasi Gen BRCA1 dan BRCA2


Kanker ovarium berkaitan dengan faktor genetik yaitu mutasi pada gen BRCA1 dan
BRCA2. Gen BRCA1 berperan penting dalam perbaikan DNA, kontrol siklus
reproduksi sel, mitosis, remodelling kromatin dan regulasi transkripsi. Gen BRCA2
berperan penting dalam rekombinasi homolog dan perbaikan DNA. Mutasi genetik ini
dapat meningkatkan risiko perubahan sel epitel normal menjadi kanker. Selain mutasi
genetik, lingkungan mikro juga berpengaruh dalam patogenesis dari kanker epitel
ovarium. Vascular endothelial growth factor (VEGF) merupakan satu diantara faktor
angiogenesis yang penting dalam kanker ovarium. Faktor angiogenesis lain di antaranya
adalah fibroblast growth factor, angiopoietin, endothelin, Interleukin (IL)-6, IL-8,
protein makrofag kemotaksis dan platelet derived growth factors.
2. Patofisiologi Metastasis Kanker Ovarium
Secara makroskopik, morfologi kanker ovarium sebagian besar berbentuk multikistik.
Ketika kista tersebut ruptur maka sel kanker dapat menyebar secara langsung ke rongga
intraperitoneal dan berimplantasi pada omentum dan peritoneum. Selain itu kanker
ovarium dapat menyebar melalui ekstensi lokal, penyebaran secara hematogen dan
limfogen.
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor ovarium. Dapat
ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun ke
atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada usia lebih muda jarang
ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti
oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan samar- samar.
Kecenderungan untuk melakukan implantasi dirongga perut merupakan ciri khas
suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites (Brunner dan Suddarth,
2002).

Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor ovarium
kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas hormonal dan
komplikasi tumor-tumor tersebut.
a. Akibat Pertumbuhan

b. Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran


perut, tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor atau
posisinya dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat
mengakibatkan konstipasi, edema, tumor yang besar dapat mengakibatkan
tidak nafsu makan dan rasa sakit.

c. Akibat aktivitas hormonal

Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika
tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.

d. Akibat Komplikasi

1) Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau


tidak sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan
menimbulkan nyeri perut.

2) Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui


ligamentum infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan
menimbulkan rasa sakit.

3) Infeksi pada tumor

Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman
patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akut

4) Robekan dinding kista

Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka
perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa
nyeri terus menerus.

5) Perubahan keganasan

Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor diangkat
perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap
kemungkinan perubahan keganasan (Wiknjosastro,2005).
Tumor ganas merupakan kumpulan tumor dan histiogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal,
endodermal, mesodermal) dengan sifat histiologis maupun biologis yang
beraneka ragam, kira-kira 60% terdapat pada usia peri menopause 30% dalam
masa reproduksi dan 10% usia jauh lebih muda. Tumor ovarium yang ganas,
menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta, medistinal dan supraclavikular.
Untuk selanjutnya menyebar ke alat-alat yang jauh terutama paru-paru, hati dan
otak, obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai
penderita tumor ganas ovarium (Harahap, 2003).
E. Pemeriksaan Penunjang Kanker Ovarium

 Pemindaian
Metode pemindaian awal yang dilakukan untuk mendeteksi kanker ovarium
adalah USG perut. Setelah itu, dapat dilakukan CT scan atau MRI. Pemeriksaan
ultrasonografi (USG) yang dilakukan untuk memeriksa perut bagian bawah serta
organ reproduksi. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui bentuk, ukuran, dan
struktur ovarium.
 Tes darah
Tes darah dilakukan untuk mendeteksi protein CA-125, yang merupakan
penanda adanya kanker ovarium. Pemeriksaan darah yang dilakukan untuk
mendeteksi keberadaan protein CA 125 dalam darah. Kadar CA 125 yang tinggi
bisa mengindikasikan kanker ovarium. Namun, tes ini tidak bisa dijadikan
patokan tunggal karena CA 125 bukan tes yang spesifik, kadarnya bisa
meningkat pada kondisi lain yang bukan kanker, dan tidak semua pengidap
kanker ovarium mengalami peningkatan kadar CA 125 dalam darah.
 Biopsi
Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengambil sampel jaringan ovarium untuk
diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan ini dapat menentukan apakah pasien
menderita kanker ovarium atau tidak.

F. Stadium Kanker Ovarium

Berdasarkan tingkat keparahannya, kanker ovarium dibedakan menjadi 4 stadium, yaitu:


 Stadium1
Kanker hanya di ovarium, baik salah satu maupun kedua ovarium, dan belum
menyebar ke organ lain.
 Stadium2
Kanker sudah menyebar ke jaringan dalam rongga panggul atau rahim.
 Stadium3
Kanker sudah menyebar ke selaput perut (peritoneum), permukaan usus, dan
kelenjar getah bening di panggul atau perut.
 Stadium4
Kanker sudah menyebar ke organ lain yang letaknya jauh, misalnya ginjal, hati,
atau paru-paru.

G. Pengobatan Kanker Ovarium

1) Penatalaksanaan Medis
Operasi

Operasi yang dilakukan adalah mengangkat ovarium, baik salah satu maupun kedua
ovarium, tergantung kondisi pasien. Selain hanya mengangkat ovarium, operasi juga
dapat dilakukan untuk mengangkat rahim (histerektomi) dan jaringan sekitarnya, jika
kanker sudah menyebar.
Dokter akan menjelaskan manfaat dan risiko operasi yang dilakukan. Beberapa jenis
operasi dapat membuat seseorang tidak bisa memiliki anak lagi. Diskusikan dengan
dokter mengenai operasi yang akan dilakukan.

Kemoterapi

Kemoterapi dilakukan dengan pemberian obat-obatan untuk membunuh sel kanker.


Kemoterapi dapat dikombinasikan dengan operasi dan radioterapi, serta bisa dilakukan
sebelum atau setelahnya.

Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi atau radioterapi bertujuan untuk


mengecilkan ukuran kanker. Sedangkan kemoterapi yang diberikan setelah operasi atau
radioterapi bertujuan untuk membunuh sel kanker yang masih tersisa.

Beberapa jenis obat-obatan untuk kemoterapi adalah:

 Carboplatin
 Paclitaxel
 Etoposide
 Gemcitabine

Radioterapi

Radioterapi dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker dengan sinar berenergi tinggi.
Radioterapi dapat dikombinasikan dengan kemoterapi atau operasi. Radioterapi
biasanya diberikan pada pasien kanker ovarium stadium awal, setelah operasi.

Selain itu, radioterapi juga dapat diberikan kepada pasien kanker ovarium stadium
akhir, dengan tujuan untuk membunuh sel-sel kanker yang sudah menyebar ke jaringan
tubuh lain.

Terapi pendukung

Pasien yang sedang menjalani pengobatan kanker ovarium juga akan diberikan terapi
pendukung, seperti obat pereda nyeri atau antimual, untuk meredakan gejala kanker
ovarium dan mengurangi efek samping dari metode pengobatan kanker. Terapi tersebut
diberikan agar pasien lebih nyaman dalam menjalani pengobatan.
Makin cepat kanker ovarium terdeteksi dan ditangani, peluang penderita untuk bertahan
hidup pun akan makin besar. Hampir separuh penderita kanker ovarium dapat bertahan
setidaknya selama 5 tahun setelah terdiagnosa, dan sepertiganya memiliki harapan
hidup setidaknya selama 10 tahun.

Penderita yang sudah sembuh dari kanker ovarium tetap berpotensi untuk kembali
memiliki kanker dalam beberapa tahun.

2) Penatalaksanaan Keperawatan
 Menjelaskan pada ibu tentang keadaannya saat ini
 Memberi pengetahuan tentang keadaannya saat ini
 Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat dan
antioksidan
 Serat memudahkan ibu untuk BAB ketika konstipasi dan antioksidan tinggi
meningkatkan imunitas dan memperlambat pertumbuhan sel kanker
 Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan tidur dengan posisi bantal ditinggikan atau
setengah duduk
 Istirahat yang cukup akan membantu pemulihan tubuh dan posisi setengah duduk
dapat melonggarkan jalan napas dan mengurangi sesak
 Melakukan informed consent
 Sebagai salah satu bentuk persetujuan tindakan medis untuk pasien
 Melakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut
 Dengan pemeriksaan diketahui diagnosis pasti kanker ovarium dan stadiumnya
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapie
 Sebagai fungsi dependent
 Kolaborasi dengan laborat
 Mengetahui kondisi ibu terutama untuk syarat pemberian terapi
 Menganjurkan ibu kontrol rutin
 Monitor keadaan pasien
H. Komplikasi Kanker Ovarium

Kanker ovarium dapat menimbulkan komplikasi, terutama jika sudah memasuki


stadium lanjut. Komplikasi ini terjadi karena sel-sel kanker sudah menyebar ke organ
tubuh lainnya. Beberapa komplikasi tersebut adalah:
 Perforasi atau lubang pada usus
 Penimbunan cairan di selaput paru-paru (efusi pleura)
 Penyumbatan saluran kemih
 Penyumbatan usus

I. Pencegahan Kanker Ovarium

Kanker ovarium sulit untuk dicegah karena penyebabnya belum diketahui. Namun, ada
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terkena kanker ovarium,
yaitu:

 Mengonsumsi pil KB kombinasi
 Tidak menggunakan terapi penggantian hormon
 Tidak merokok
 Menerapkan pola hidup sehat
 Menjaga berat badan ideal

Pada wanita yang memiliki risiko tinggi terkena kanker ovarium, operasi pengangkatan
ovarium sebelum terkena kanker juga dapat dilakukan guna meminimalkan risiko.
Prosedur ini biasanya dianjurkan bagi wanita yang sudah memutuskan untuk tidak
memiliki keturunan lagi.

J. Asuhan Keperawatan Kanker Endometrium


1) Pengkajian
a. Biodata

Nama : Ny. X

Umur : Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa
reproduksi 30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda

Pendidikan : Makin rendah pendidikan ibu, maka pengetahuan ibu tentang


penyakitnya makin kecil sehingga kesadaran untuk deteksi dini dan memeriksakan
diri ke pelayanan kesehatan kurang

b. Keluhan utama
Pada Stadium Awal biasanya ibu mengeluhkan adanya gangguan haid (siklus
tidak teratur, peningkatan ketegangan premenstuasi, menoragi), Nyeri tekan
payudara, Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum), Sering berkemih
(tumor menekan vesika urinaria), Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium),
Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul), pembesaran
payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut. Pada Stadium Lanjut keluhan
yang ada adalah Perut membuncit, Kembung dan mual (rasa begah saat makan
dalam jumlah sedikit), Gangguan nafsu makan, Gangguan BAB dan BAK, Sesak
nafas, Dyspepsia

c. Riwayat kebidanan

Menstruasi lebih awal, menopause terlambat, Anovulasi, kehamilan masa tua,


nuliparitas dan infertilitas dapat menjadi faktor risiko kanker ovarium

d. Riwayat KB

Penggunaan KB hormon estrogen dalam jangka waktu lama tanpa kombinasi


progesteron dapat meningkatkan risiko kanker ovarium.

f. Riwayat kesehatan

Riwayat adanya tumor ovarium jinak, endometriosis dan pernah menderita kanker
ovarium, kanker payudara, kanker kolon dan kanker endometrium dapat menjadi
faktor pemicu tumbuhnya tumor ovarium ganas (kanker ovarium)

g. Riwayat penyakit keluarga

Adanya ibu atau saudara perempuan yang menderita kanker ovarium dapat
menjadi faktor risiko terkena kanker ovarium

0 50
Suhu : Normal antara 36 C-37 C
Nadi : Normal 60-90 x/menit
Tekanan darah : Normal 110/70 – 120/80 mmHg
Pernafasan : Normal 18-24x/menit, pada stadium lanjut mengalami Sesak
BB : BB dapat turun
Pemeriksaan fisik

1) Wajah dan kepala

 Pada inspeksi mata (konjunctiva) dan muka dapat pucat jika ibu disertai
anemia
 Rambut dapat terjadi kerontokan pada saat ibu menjalani kemoterapi
 Kulit dapat menjadi lebih gelap saat menjalani kemoterapi

2) Dada

 Terdapat nyeri tekan pada payudara


 Perut nyeri tekan dan membesar
 Terdapat bunyi weezing saat bernapas
 Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae.
 Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan otot
bantu pernafasan.
 Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan bunyi
jantung, sakit dada.

3) Abdomen

 Terdapat bunyi pekak pada ibukanker ovarium dengan efusi pleura


 Terdapat meteorismus pada perut

4) Genetalia

Terdapat darah diantara 2 siklus menstruasi, dapat terlihat adanya bedak pada daerah
perineal.

 Pola Fungsi kesehatan Gordon


1.  Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker ovarium dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada daerah
kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina yang mengandung
zat – zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya kanker
2. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas
dari kanker ovarium gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang
dialami oleh pasien.
3. Pola Nutrisi.
Perubahan BB selama 6 bulan terakhir, IMT dibawah normal, tidak nafsu makan,
mual muntah
4. Pola Eliminasi.
Pola eliminasi yang dialami oleh ibu. Apakah ibu mengalami obstipasi, retensi
urine, poliuri yang dapat disebabkan metastase sel kanker.
5. Pola kognitif – perseptual
Pada klien dengan kanker endometrium biasanya tidak terjadi gangguan pada pada
panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit
kanker endometrium, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat. Meskipun
penyakit ini tidak disebabkan dari berganti – ganti pasangan.
7. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola aktivitas dan
latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2=
dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).
Pasien dengan kanker endometrium wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas
akibat dari asupan nutrisi yang berkurang akibat dari terapi yang dijalaninya, selain
itu pasien juga akan merasa sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah
dan tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas kanker
endometrium sehingga harus beristirahat total.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama pasien
menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari rasa
nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni)
serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan)
yang berbau busuk dari vagina. Kaji Riwayat penggunana kontrasepsi Menggali
jenis dan lama kontasepsi yang digunakan (pemakaian KB suntik 3 bulan lebih dari
6 tahun, KB IUD).
9. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen
koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit.
10. Pola peran – hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan
sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan hubungannya.
Pasien dengan kanker endometrium harus mendapatkan dukungan dari suami serta
orang – orang terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatan pasien.
Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota keluarganya ada
yang menderita penyakit kanker endometrium.
11. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.
  
2) Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri akut b.d prosedur invasif
2.      Resiko infeksi b.d agen cedera biologis
3.      Defisit nutrisi b.d mual muntah

Analisa Data
Analisa Data Etiologi Diagnosa
Do : klien tampak Post op Ca Ovarium Nyeri akut b.d prosedur
meringis, dan lemah invasif
Ds : Klien mengatakan Penekanan saraf ovarium
P : nyeri karena kanker oleh sel kanker
Q : nyeri terasa ngilu
R : nyeri dibagian luka Menekan pleksus lumbal
S : Nyeri skala .. sakralis
T : Nyeri tiba-tiba
Menstimulasi mediator
nyeri
Hipotalamus

Nyeri Akut
Do : Klien tampak kurus Post OP Kanker Ovarium Defisit Nutrisi b.d mual
Adanya penurunan BB 6 muntah
bulan terakhir Terasa penuh pada perut

Ds : Klien mengatakan Anoreksia


tidak nafsu makan karena
perut terasa penuh, dan Defisit Nutrisi
terdadang mual muntah
Do : luka tampak Post OP Kanker Ovarium Resiko infeksi b.d agen
kemerahan cedera biologis
Leukosit meningkat Erosi dinding vagina
Terdapat pus pada bekas
luka Laserasi

Ds : Klien mengatakan Resiko Infeksi


nyeri pada area bekas
operasi dan perut bagian
bawah
Rencana Asuhan Keperawatan

SDKI SLKI SIKI


Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Ekspektasi : Menurun a) Observasi :
Kriteria Hasil :  Identifikasi lokasi,
 Kemampuan karakteristik,
menuntaskan durasi, frekuensi,
aktivitas meningkat kualitas dan
 Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun  Identifikasi skala
 Meringis menurun nyeri
 Sikap protektif  Identifikasi respon
menurun nyeri nonverbal
 Kesulitan tidur  Identifikasi faktor
menurun memperberat dan
 Fungsi berkemih meringankan nyeri
membaik Terapeutik :
 Pola tidur membaik  Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
 Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
 Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian
analgetic
Pemberian Analgesik
Observasi :
 Identifikasi
karakteristik nyeri
 Identifikasi riwayat
alergi obat
 Identifikasi
kesesuaian jenis
analgesic dengan
tingkat keparahan
nyeri
 Monitor ttv
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic
Terapeutik:
 Diskusikan jenis
analgesic untuk
mencapai analgesia
yang optimal
 Tetapkan target
efektivitas
analgesic untuk
menggoptimalkan
respon klien
 Dokumentasikan
respon terhadap
respon analgesic
Edukasi :
 Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi :
 Kolaborasikan
pemberian jenis dan
dosis sesuai indikasi

Defisit nutrisi Status Nutrisi Menejemen Nutrisi


Ekspektasi : Meningkat Observasi
 Posrsi makan yang 1. Identifikasi status
dihabiskan nutisi
membaik 2. Identifikasi alergi dan
 Berat badan intoleransi makanan
membaik 3. Identifikasi makanan
 Frekuensi makan yang disukai
membaik 4. Identifikasi kebutuhan

 Nafsu makan kalori dan jenis

membaik nutrien
5. Identifikasi perlunya
penggunaan NGT
6. Monitor asupan
makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil
pemeriksaan
labpratorium
Terapeutik
1. sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
2. berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
3. berikan suplemen
makanan jika perlu
4. hentikan pemberian
makanan melalui
NGT jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
 ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
 kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan
Resiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi
Ekspektasi : menurun Observasi
 Demam menurun  Mnitor tanda dan
 Kemerahan menurun gejala luka
 Nyeri menurun Terapeutik

 Benkak menurun  Berikan perawatan

 Cairan berbau busuk kulit pada area

menurun edema

 Letargi menurun  Cuci tangan

 Kadar sel darah putih sebelum dan

membaik sesuadah kontak


dengan pasien
 Kultur darah
membaik  Pertahankjan
Teknik aseptic
 Kultur area luka
Edukasi
membaik
 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
 Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka operasi
 Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi dan
ciran

REFERENSI

Boughman dan Hackley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC


Brunner, L dan Suddarth, D. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (H.
Kuncara, A. Hartono, M. Ester, Y. Asih, Terjemahan). (Ed.8) Vol 1. Jakarta : EGC.
Harahap R.E. Carcinoma Ovarii. 1984. Kanker Ginekologi edisi II.
Jakarta:Gramedia
Bottsford-Miller, J. N., Coleman, R. L. & Sood, A. K. Resistance and escape from
antiangiogenesis therapy: clinical implications and future strategies. J. Clin. Oncol.
30, 4026–4034 (2012).

Furuyo, M. Ovarian Cancer Stroma: Pathophysiology and the Roles in Cancer


Development. Cancers (Basel). 2012; 4(3): 701-724

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai