Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH ISLAM INDONESIA

MUNCULNYA KERAJAAN-KERAJAAN YANG BERCORAK ISLAM DI SUMATERA


DAN JAWA: SAMUDERA PASAI, DEMAK, BANTEN, DAN CIREBON

DOSEN PENGAMPU
Dese Yoeliani Wikaryo, M.Pd

KELOMPOK 12

Didi Pramadi 170102010371


Ghina Mulika 170102010316
Roni 170102011071
Syahrul Fuad 170102010317

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Munculnya Kerajaan-
Kerajaan Yang Bercorak Islam Di Sumatera Dan Jawa: Samudera Pasai, Demak, Banten,
Dan Cirebon”.
Shalawat dan salam kami haturkan kepada nabi junjungan kita Muhammad Saw. yang
menjadi suritauladan bagi kita semua. Semoga dengan selalu bersalawat kepadanya kita nanti
mendapat syafaatnya di padang ma’syar kelak amin-amin Ya Rabbal’alamin.
Selanjutnya kami pemakalah mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan pemahaman dan tuntutan kapada kami sebagai pamakalah serta waktu yang
telah di tentukan untuk menyelesaikan tugas dari makalah kami ini. Mudah-mudahan makalah
ini bermanfaat bagi kami yang merangkainya dan bagi kita semuanya dalam melakukan
perkuliahan kita ini.
Akhir kata, kami menyadari masih banyak terjadi kesalahan dalam penyusunan dan
perangkaian makalah ini, maka dari pada itu, kami mengharapkan kritikan dan saran yang
konstruktif dan inovatif demi meraih yang lebih baik dari apa yang kami sajikan ini dan
perbaikan untuk masa yang akan mendatang.

Banjarmasin, 13 Februari 2020

Kelompok 12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i


DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1


A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................2


A. Kerajaan Samudra Pasai ........................................................................................2
B. Kerajaan Demak.....................................................................................................3
C. Kerajaan Banten .....................................................................................................8
D. Kerajaan Cirebon ...................................................................................................11

BAB III PENUTUP ...............................................................................................13


A. Kesimpulan ............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian pula
kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi politik dan sosial
budaya yang berlainan. Proses masuknya Islam ke Indonesia memunculkan beberapa pendapat.
Para Tokoh yang mengemukakan pendapat itu diantaranya ada yang langsung mengetahui
tentang masuk dan tersebarnya budaya serta ajaran agama Islam di Indonesia, ada pula yang
melalui kehadiran orang-orang dari Arab. Dengan usaha mereka. Islam tersebar sedikit demi
sedikit dan secara perlahan-lahan.
Langkah penyebaran islam mulai dilakukan secara besar-besaran ketika dakwah telah
memiliki orang-orang yang khusus menyebarkan dakwah. Setelah fase itu kerajaan-kerajaan
Islam mulai terbentuk di beberpa kepulauan. Diantara kerajaan-kerajaan terpenting yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah Kerajaan Samudra pasai yang ada di Sumatra dan Kerajaan
Demak, Banten, serta Cirebon di Jawa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Munculnya Kerajaan Samudra Pasai di Pulau Sumatra?
2. Bagaimana Munculnya Kerajaan Demak di Pulau Jawa?
3. Bagaimana Munculnya Kerajaan Banten di Pulau Jawa?
4. Bagaimana Munculnya Kerajaan Cirebon di Pulau Jawa?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Munculnya Kerajaan Samudra Pasai di Pulau Sumatra.
2. Untuk Mengetahui Munculnya Kerajaan Demak di Pulau Jawa.
3. Untuk Mengetahui Munculnya Kerajaan Banten di Pulau Jawa.
4. Untuk Mengetahui Munculnya Kerajaan Cirebon di Pulau Jawa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerajaan Samudra Pasai


Samudera, sebelum kedatangan dan proses penyebaran Islam, hanyalah sebuah kampung
yang dipimpin oleh kepala suku. Meskipun belum menjadi kota, kampung tersebut sudah
berfungsi sebagai tempat persinggahan para pedagang. Sejak abad ke-7, kampung ini mulai
didatangi oleh para pedagang muslim. Kota ini kemudian menjadi pusat kerajaan Islam
Samudera Pasai.1
Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini terletak di
pesisir Timur Laut Aceh. Kemunculannya sebagai kerajaaan Islam diperkirakan mulai awal atau
pertengahan abad ke-13 M sebagai hasil dari proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah
disinggahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7 hingga 8 M, dan seterusnya. Kerajaan ini
didirikan oleh Maurah Selu dengan gelar Al-Malikush Shalih (1261-1289M). Bukti berdirinya
kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 M ini didukung oleh adanya nisan kubur terbuat dari
granit asal Samudra Pasai. Dari Nisan itu dapat diketahui bahwa Raja pertama kerajaan itu
meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H, yang diperkirakan bertetapatan dengan tahun
1297 M.2
Maurah Selu masih keturunan Raja Perlak, Makhdum Sultan Malik Ibrahim Johan
Berdaulat. Samudra Pasai mengalami puncak kejayaan pada masa Sultan Malik Azh-Zhahir.
Diantaranya yaitu majunya kegiatan-kegiatan agama dan keadaan masyarakat makmur
(ekonomi, sosial, dan pemerintahan yang aman). Mata pencaharian mereka pada umumnya
adalah berdagang. Dari sini memperkokoh sendi-sendi kerajaan dan juga ditambah dengan pajak
yang besar. Ini dilihat dari keadaan waktu itu Pasai yang terletak sangat strategis dan menjadi
pusat perdagangan di Asia Tenggara, mereka umumnya menggunakan dirham. Dari cerita
tersebut menunjukkan masyarakat waktu itu sudah maju dan damai.3

1
Nur Huda, Islam Nusantara, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2007), h. 18.
2
Badri Yatim, SejarahPeradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.
205.
3
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizk Putra, 2011), h. 203.

2
Adapun para raja yang pernah memerintah di kerajaan Samudra Pasai adalah sebagai
berikut :
1. Sultan Malik Azh-Zhahir (1297-1326 M)
2. Sultan Mahmud Malik Azh-Zhahir (1326-1345 M)
3. Sultan Manshur Malik Azh-Zhahir (1345-1346 M)
4. Sultan Ahmad malik Azh-Zhahir (1346-1383 M)
5. Sultan Zainal Abidin Malik Azh-Zhahir (1383-1405 M)
6. Sultan Nahrasiyah (1405 M)
7. Sultan Abu Zaid Malik Azh- Zhahir (1455 M)
8. Sultan Mahmud Malik Azh-Zhahir (1455-1477 M)
9. Sultan Zainal Abidin (1477-1500 M)
10. Sultan Abdullah Malik Azh-Zhahir (1500-1513 M)
11. Sultan Zainal Abidin (1513-1524 M)
Kerajaan samudra Pasai berakhir tahun 1524 M ketika direbut oleh kerajaan Aceh
Darussalam dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah.4

B. Kerajaan Demak
Di Jawa Islam di sebarkan oleh para wali songo (wali sembilan), mereka tidak hanya
berkuasa dalam lapangan keagamaan, tetapi juga dalam hal pemerintahan dan politik, bahkan
sering kali seorang raja seolah-olah baru sah seorang raja kalau ia sudah diakui dan diberkahi
wali songo. Para wali menjadikan Demak sebagai pusat penyebaran Islam dan sekaligus
menjadikannya sebagai kerajaan Islam yang menunjuk Raden Patah sebagai Rajanya. Kerajaan
ini berlangsung kira-kira abad 15 dan abad 16 M. Di samping kerajaan Demak juga berdiri
kerajaan-kerajaan Islam lainnya seperti Cirebon, Banten dan Mataram.
Demak merupakan salah satu kerajaan yang bercorak Islam yang berkembang di pantai
utara Pulau Jawa. Raja pertamanya adalah Raden Patah. Sebelum berkuasa penuh atas Demak,
Demak masih menjadi daerah Majapahit. Baru Raden Patah berkuasa penuh setelah mengadakan
pemberontakan yang dibantu oleh para ulama atas Majapahit. Dapat dikatakan bahwa pada
abad 16, Demak telah menguasai seluruh Jawa. Setelah Raden Patah berkuasa kira-kira diakhir
abad ke-15 hingga abad ke-16, ia digantikan oleh anaknya yang bernama Pati Unus. Dan

4
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 332.

3
kemudian digantikan oleh Trenggono yang dilantik oleh Sunan Gunung Jati dengan gelar Sultan
Ahmad Abdul Arifin. Ia memerintah pada tahun 1524-1546 dan berhasil menguasai beberapa
daerah.
Perkembangan dan kemajuan Islam di pulau Jawa ini bersamaan dengan melemahnya
posisi raja Majapahit.58 Hal ini memberi peluang kepada raja-raja Islam pesisir untuk
membangun pusat-pusat-pusat kekuasaan yang independen. Di bawah bimbingan spiritual Sunan
Kudus, meskipun bukan yang tertua dari wali Songo.
Demak akhirnya berhasil menggantikan Majapahit sebagai keraton pusat. 5 Kerajaan
Demak menempatkan pengaruhnya di pesisir utara Jawa Barat itu tidak dapat dipisahkan dari
tujuannya yang bersifat politis dan ekonomi. Politiknya adalah untuk mematahkan kerajaan
Pajajaran yang masih berkuasa di daerah pedalaman, dengan Portugis di Malaka. 6
Secara sinis berita tradisi Babad Tanah Djawi menceritakan bahwa pendiri kerajaan
Islam Demak, Raden Patah mendirikan kerajaan ini setelah berhasil menundukkan orang tuanya,
Prabu Brawijaya, raja terakhir Majapahit. Dengan demikian Pendiri kerajaan ini memiliki citra
negatif berupa cacat moral karena melawan orang tuanya, bahkan merebut tahta kerajaan
tersebut.
Dalam rentang waktu yang lama opini ini dirasakan sangat mendalam di kalangan tertentu
di masyarakat, tanpa ada pelurusan sejarah lebuh lanjut. Pada hal ketika kerajaan Demak berdiri
dengan menempati daerah Bintara, hadiah raja Majapahit kepada anaknya, kerajaan Majapahit
masih berdiri, akan tetapi sudah berada pada ujung kemundurannya.
Saat itu penguasa Majapahit, Girindrawardhana telah memindahkan pusat kerajaan ini ke
wilayah baru, Dhaha (Kediri). Sementara itu Girindrawardhana yang sampai dewasa ini belum
jelas diketahui asalnya, merampas tahta dari Kertabhumi, ayah Raden Patah. Oleh sebab itu jika
kemudian Raden Patah merebut tahta tersebut, pada hakekatnya adalah revans terhadap
pembunuh ayahnya. Pembunuhan kepada Kertabhumi ini terjadi pada tahun Syaka 1400 atau
pada tahun 1478 M. Yang oleh kebanyakan ”orang Jawa” diperingati dengan Tjandrasengkala

5
Taufik Abdullah, “Islam dan Pembentukan Tradisi di Asia Tenggara” dalam Taufik Abdullah dan Sharon
Siddique (Ed.), Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: LP3ES, 1989), h. 73.
6
Tjandrasasmita, Uka, (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), h. 9.

4
“Sirna Ilang Kertaning Bhumi (1400 Syaka)”. Padahal, ketika Portugis masuk ke Jawa pada
tahun 1521 M, kerajaan Majapahit masih eksis namun sudah bertempat di Kediri.7
Raden Patah, adalah putera raja Majapahit dengan garwa ampil (selir) yang dihadiahkan
kepadanya oleh raja Tiongkok. Oleh karena kecintaan raja kepada garwa ampil ini sangat kuat,
maka permaisuri dan garwa ampil lainnya merasa iri dan minta supaya puteri dari Tiongkok ini
diasingkan. Raja, kemudian mengasingkannya ke Palembang dan dititipkan kepada bupati Arya
Damar yang beragama Islam, pada hal puteri (garwa ampil) dari Tiongkok ini sedang hamil.
Setelah lahir laki-laki, maka bayi tersebut diberi nama dengan Pangeran Jin Bun yang kemudian
berubah menjadi Raden Patah.
Sebagai putera angkat, ia dididik oleh Arya Damar dengan ilmu-ilmu agama Islam dan
bahkan selanjutnya diminta ntuk berguru agama Islam kepada Sunan Ampel di Jawa Timur, dan
kemudian dia dikawinkan dengan cucu Sunan Ampel, (ada yang berpendapat puteri Sunan
Ampel = wallahu a’lam), guru agama dan sekaligus penasehat spiritualnya. Atas pertimbangan
dan petunjuk Sunan Ampel kepada raja Majapahit, Raden Patah diberi tanah dan kekuasaan di
Bintara, Demak. Di tempat inilah Raden Patah mendirikan kerajaan baru yang bercorak Islam.
Kerajaan Demak inilah yang kemudian dalam sejarah terkenal sebagai kerajaan Islam pertama di
Jawa, dengan Raden Patah sebagai raja pertama. Sebagaimana halnya dengan Kedathon Giri,
kerajaan Islam Demak pada saat itu jelas masih berada dalam kondisi bayangbayang kebesaran
Majapahit, meskipun sudah mulai surut.
Sampai kini masih terjadi perbedaan pendapat tentang kapan kerajaan Islam Demak
berdiri dan di mana tempat pusat pemerinahan kerajaan Islam tersebut berada. Hanya kemudian
terdapat kepastian tentang angka tahun wafanya Raden Patah, yakni 1518 M, dan saat itu pula
digantikan anaknya, Adipat Yunus (Pati Unus) yang sebelumnya menjabat sebagai Adipati di
Jepara, sebelah timur dari pusat kerajan Islam Demak. Ternyata Adipati Yunus memerintah
hanya selama tiga tahun, yakni sampai tahun 1521 M. Pada tahun 1513 M, yakni masih pada
masa pemerintahan Raden Patah, Adipati Yunus pernah melakukan penyerangan ke Malaka,
ketika selat dan kerajaan Islam Malaka dikuasai Portugis. Dengan malalui laut Jawa, artinya
bahagaian utara dari pulau Jawa untuk mencapai Malaka, maka kemudian dikenal sebagai
Pengeran Sabrang Lor sebagai Sultan Demak II. Pada tahun 1521 Adipati Yunus (Pati Unus)
meninggal dunia dan digantikan oleh saudaranya, Pangeran Trenggono.

7
Sartonokartodirdjo, Sejarah Nasional Indonesia Jilid II ..,.. h. 272 .

5
Nasib tragis yang diderita kerajaan Islam Demak, tak ubahnya sebagiamana kerajaan
sebelumnya, Majapahit, di mana intrik intern keluarga kerajaan menjadi faktor penyebab yang
paling besar.
Sebagaimana dimaklumi bahwa Adipati Yunus tidak memiliki putera untuk meneruskan
pemerintahan Islam Demak. Putera Pangeran Trenggono yang bernama Sunan Prawoto
(Pangeran Mukmin) berupaya keras bagaimana ayahnya bisa menduduki tahta kerajaan. Untuk
tujuan itu ia melakukan tindakan tercela, membunuh saudara ayahnya (kakak ayahnya) yakni
Pangeran Seda Lepen, ayah Arya Penangsang. Maka dengan mangkatnya Pangeran Seda Lepen,
sudah tidak ada lagi menurut anggapannya, orang yang akan menjadi rival ayahnya, Raden
Trengono.
Baru beberapa saat Sultan Trenggono menduduki tahta kearajaan Islam Demak, datang
seorang muballigh dari Pasai yang baru saja menyelesaikan studi agama di Makkah al
Mukarramah. Pemuda ini pergi ke Demak karena Malaka dan Pasai, daerah asalnya sudah
berada di bawah kekuasaan Portugis. Karena kepribadian dan kapasitas ilmunya, maka Sultan
Trenggono kemudian berkenan mengawinkannya dengan adik perempuan Sultan sendiri.
Pemuda tersebut adalah Syarif Hidayatullah. Di samping menjadi adik Sultan, Syarif
Hdayatullah sekaligus didaulat sebagai panglima perang untuk dikirim ke Jawa Barat, berperang
melawan Pajajaran.
Sebagai penerus saudaranya, Sultan Trenggono memiliki ambisi besar untuk meluaskan
wilayah kerajaan Demak baik ke timur yakni daerah Pasuruhan dan Blambangan maupun ke
barat, wilayah kerajaan Pajajaran. Akan tetapi hal ini tidak mudah karena dua kerajaan Hindu ini
telah membuat semacam ”perjanjian” dengan Portugis. Maka baik dipandang dari segi
kekuasaan politik, ekonomi apalagi agama, tidak ada alternatif lain bagi Sultan Trenggono
kecuali harus melenyapkan kekuasaan kedua kerajaan tersebut. Kalau tidak niscaya akan menjadi
batu berpijak dan kokohnya Portugis di Jawa dan Nusantara.
Angkatan perang Demak dapat menaklukkan kerajaan Pajajaran dengan merebut
pelabuhan penting, Banten dan Sunda Kelapa pada tahun 1527 M di bawah komando panglima
perang Fatahilah atau Syarif Hidayatullah. Sementara, upaya penaklukan ke timur (Pasuruhan
dan Blambangan) mengalami kegagalan dan bahkan De Graaf, dengan mengutip berita Portugis
menuturkan bahwa Sultan Trenggono sendiri tewas.

6
Babad Tanah Djawi tidak memberitakan siapa pengganti Sultan Trenggono setelah wafat.
Namun berita Portugis sebagaimana dikutip De Graaf mengatakan bahwa pengganti Sultan
Tenggono adalah Sunan Prawoto, puteranya. Hanya saja apakah dia berkedudukan di pusat
kerajaan Islam Demak atau di tempat lain, dalam hal ini di Prawoto (sebelah timur Demak), tidak
ada informasi yang valid.
Suksesi yang tidak sehat ini mengobarkan kembali api dendam kesumat dalam hati Arya
Penangsang, putera Pangeran Seda Lepen. Setelah mengetahui Sunan Prawoto yang nota bene
saudara misan (sepupunya) telah naik tahta di Demak, maka disebarlah beberapa pembunuh
bayaran untuk menghabisi Sunan Prawoto dan beberapa anggota keluarganya sebagai upaya
balas dendan atas dibunuhnya Pangeran sedo lepen (ayah Arya Penangsang).
Dalam pada itu, putera Sunan Prawoto, Arya Pangiri dapat diselamatkan oleh Nyai
Ageng Kalinyamat dan suaminya, Pangeran Haryo Hadiri. Namun Sunan Prawoto sendiri harus
mengalami nasib tragis, dibunuh oleh Arya Penangsang. Oleh sebab itu maka Nyai Ageng
Kalinyamat, saudara Sunan Prawoto sangat menaruh dendam kepada Arya Penangsang. Untuk
itu ia minta bantuan Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang sekaligus iparnya untuk
menyingkirkan Arya Penangsang.
Akhirnya, dengan persekutuan antara Joko Tingkir, dengan beberapa tokoh; masing-
masing Ki Ageng Pamanahan (Ki Ageng Mataram), Raden Sutowijoyo (Putera Ki geng
Pamanahan) dan Ki Panjawi, maka Arya Penangsang dapat dikalahkan. Joko Tingkir akhirnya
menjadi raja menggantikan Sultan Trenggono dengan berkedudukan di Pajang, suatu daerah di
pedalaman, dengan gelar Sultan Hadiwijoyo.
Konflik intern keluarga raja-raja Islam Demak ini ternyata juga melibatkan orang-orang
suci (wali) di Jawa. Sunan Kudus dalam pertikaian ini berada di belakang Arya Penangsang yang
memang muridnya; sedangkan Sunan Kalijaga berada di belakang Joko Tingkir. Pada hal Joko
Tingkir selain murid Sunan Kalijaga juga sekaligus murid Sunan Kudus. Pada hal Sunan Kudus
telah menyatakan bahwa tidak boleh sesorang berguru kepada dua orang (Dalam hal ini Sunan
Kudus sekaligus Sunan Kalijaga) Demikian setidaknya berita Babad Tanah Djawi. Namun satu
hal yang patut dicatat adalah bahwa setelah mangkatnya Sultan Trenggono dan tampilnya
Sultan Hadiwijoyo di Pajang, maka nilai-nilai Jawaisme mulai mendapatkan tempat di kalangan
elite kerajaan. Dan akibat dari konflik intern ini, banyak daerah taklukan yang kemudian
memerdekakan diri dari kedaulatan Demak

7
Adapun raja-raja yang pernah menduduki tahta kerajaan Islam Demak adalah sebagai
berikut :
1. 1478 s/d 1518 Raden Fatah
2. 1518 s/d 1521 Adipati Yunus
3. 1521 s/d 1546 Raden Trenggono
4. 1546 s/d 1549 Sunan Prawoto8

C. Kerajaan Banten
Banten merupakan kerajaan Islam yang mulai berkembang pada abad ke-16, setelah
pedagang-pedagang India, Arab, persia, mulai menghindarai Malaka yang sejak tahun 1511 telah
dikuasai Portugis. Dilihat dari geografinya, Banten, pelabuhan yang penting dan ekonominya
mempunyai letak yang strategis dalam penguasa Selat Sunda, yang menjadi uratnadi dalam
pelayaran dan perdagangan melalui lautan Indoneia di bagian selatan dan barat Sumatera.
Kepentingannya sangat dirasakan terutama waktu selat Malaka di bawah pengawasan politik
Portugis di Malaka.9
Kerajaan ini muncul, ketika anak muda Pasai keturunan Makkah datang ke Demak untuk
mengabdi kepada Sultan Trenggono. Dia diangkat menjadi panglima perang, dan mendapatkan
hadiah dinikahkan dengan adiknya Sultan Demak. Dia adalah panglima perang dalam
penaklukan kota Banten yang dikuasai portugis yaitu Sarif Hidayatullah atau Maulana Nuruddin
Ibrahim. Dia adalah ayah dari Sultan Hassanuddin, raja pertama dari kerajan Banten. Dia juga
peletak dasar pengembangan agama Islam dan kerajaan Islam bagi perdagangan orang-orang
disana.10
Kerajaan Islam di Banten yang semula kedudukannya di Banten Girang dipindahkan ke
kota Surosowan, di Banten lama dekat pantai. Dilihat dari sudut ekonomi dan politik,
pemindahan ini dimaksudkan untuk memudahkan hubungan antara pesisir utara Jawa dengan
pesisir Sumatera, melalui selat sunda dan samudra Indonesia. Situasi ini berkaitan dengan kondis

8
H.J. De Graaf, Awal Kebangkitan Mataram Masa Pemerintahan Senopati, (Jakarta: Grafiti Press 1984), h. 59-
63.
9
Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), h. 9.
10
Gadjahnata dan Sri Edi Swasono, Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera Selatan, (Jakarta:
Universitas Indonesia, 1986), h. 18.

8
politik di Asia Tenggara masa itu setelah malaka jatuh ke tangan Portugis, para pedagang yang
segan berhubungan dengan Portugis mengalihkan jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. 11
Sejak sebelum kedatangan Islam, ketika berada di bawah kekuasaan raja-raja Sunda (dari
Pajajaran), Banten sudah menjadi kota yang berarti. Pada tahun 1524 Sunan Gunung Jati dari
Cirebon, meletakan dasar bagi pengembangan agama dan kerajaan Islam serta bagi perdagangan
orang-orang Islam di sana.12
Tentang keberadaan Islam di Banten, Tom Pires menyebutkan, bahwa di daerah Cimanuk,
kota pelabuhan dan batas kerajaan Sunda dengan Cirebon, banyak dijumpai orang Islam. Ini
berarti pada akhir abad ke-15 M diwilayah kerajaan Sunda Hindu sudah ada masyarakat yang
beragama Islam. Karena tertarik dengan budi pekerti dan ketinggian ilmunya, maka Bupati
Banten menikahkan Syarif Hidayatullah dengan adik perempuannya yang bernama Nhay
Kawunganten. Dari pernikahan ini Syaraif Hidayatullah dikaruniai dua anak yang diberi nama
Ratu winaon dan Hasanuddin. Tidak lama kemudian, karena panggilan uwaknya, Cakrabuana,
Syarif Hidayatullah berangkat ke Cirebon menggantikan uwaknya yang sudah tua. Sedangkan
tugas penyebaran Islam di Banten diserahkan kepada anaknya yaitu Hasanuddin. 13
Hasanuddin sendiri menikahi puteri Demak dan diresmikan menjadi Panembahan Banten
tahun 1552. Ia meneruskan usaha-usaha ayahnya dalam meluaskan daerah Islam, yaitu ke
Lampung dan sekitarnya di Sumatera Selatan. Pada tahun 1568, disaat kekuasaan Demak beralih
ke Pajang, Hasanuddin memerdekakan Banten. Itulah sebabnya oleh tradisi ia dianggap sebagai
seorang raja Islam yang pertama di Bnaten. Banten sejak semula memang merupakan vassal dari
Demak.14 Pada masa kekuasaan Maulana Hasanuddin, banyak kemajuan yang dicapai Banten
dalam segala bidang kehidupan. Maulana Hasanuddin wafat pada tahun 1570 dan di makamkan
di samping Masjid Agung. Untuk meneruskan kekuasaannya beliau digantikan oleh anaknya
yaitu Maulana Yusuf.15

11
Halwany Michrob dan A. Mudjahid Chudari, Catatan Masa lalu Banten, (Serang: Saudara, 1993), h. 43.
12
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Press, 2007), h. 217.
13
Halwany Michrob dan A. Mudjahid Chudari, Catatan Masa lalu Banten, (Serang: Saudara, 1993), h. 51.
14
Ibid., Sejarah Peradaban Islam, h. 218.
15
Halwany Michrob dan A. Mudjahid Chudari, Catatan Masa lalu Banten, (Serang: Saudara, 1993), h. 81.

9
Pada masa pemerintahan dijalankan oleh Maulana Yusuf, strategi pembangunan lebih
dititik beratkan pada pengembangan kota, keamanan wilayah, perdagangan dan pertanian. Di
tahun 1579 Maulana Yusuf dapat menaklukan Pakuan, ibukota kerajaan Pajajaran yang belum
Islam yang waktu itu masih menguasai sebagian besar daerah pedalaman Jawa Barat. Maulana
Yusuf meninggal dunia pada tahun 1580, dan di makamkan di pakalangan Gede dekat kampung
kasunyatan.16
Setelah meninggalnya Maulana Yusuf, pemerintahan selanjutnya di teruskan oleh
anaknya yaitu Muhammad yang masih muda belia. Selama Maulana Muhamad masih di bawah
umur, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh qadhi.17 Maulana Muhamad terkenal sebagai
orang yang saleh. Untuk kepentingan penyebaran agama Islam ia banyak mengarang kitab-kitab
agama yang kemudian dibagikan kepada yang membutuhkannya. Pada masa pemerintahannya
Masjid Agung yang terletak di tepi alun-alun diperindahnya. Tembok masjid dilapisi dengan
porselen dan tiangnya dibuat dari kayu cendana. Untuk tempat solat perempuan dibuatkan
tempat khusus yang disebut pawestren atau pawedonan.18 Maulana Muhamad meninggal tahun
1596 M, ketika sedang mengadakan penyerangan terhadap Palembang. 19
Pemerintahan Banten kemudian di pegang oleh anak Maulana Muhammad yang bernama
Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdulkadir, dinobatkan pada usia 5 bulan. Dan untuk
menjalankan roda pemerintahannya ditunjuk Mangkubumi Jayanagara sebagai walinya. Ia baru
aktif memegang kekuasan pada tahun 1626. Pada tahun 1651 ia meninggal dunia, dan digantikan
oleh cucunya Sultan Abdulfath. Pada masa pemerintahannya pernah terjadi beberapa kali
peperangan antara Banten dengan VOC, dan berakhir dengan perjanjian damai tahun 1659 M. 20

16
Halwany Michrob dan A. Mudjahid Chudari, Catatan Masa lalu Banten, (Serang: Saudara, 1993), h. 81-85.
17
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Press, 2007), h. 219.
18
Halwany Michrob dan A. Mudjahid Chudari, Catatan Masa lalu Banten, (Serang: Saudara, 1993), h. 89.
19
Hamka, Pembendaharaan lama, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), h. 74.
20
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900, jilid 1, (Jakarta: Gramedia, 1987), h.114.

10
D. Kerajaan Cirebon
Kerajaan Islam Cirebon merupakan kerajaan Islam pertama di daerah Jawa Barat.
Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati diperkirakan lahir pada tahun
1448 M dan wafat pada tahun 1568 M dalam usia 120 tahun.
Di awal abad ke-16 Cirebon masih merupakan sebuah daerah kecil di bawah kekuasaan
Pakuan Pajajaran. Raja Pajajaran hanya menempatkan juru labuhan disana, bernama Pangeran
Walangsungsang, seorang tokoh yang mempunyai hubungan darah dengan raja Pajajaran. Dia
berhasil memajukan Cirebon ketika sudah masuk Islam. Disebutkan Tome Pires, Islam sudah ada
di Cirebon sekitar 1470-1475 M. Akan tetapi yang berhasil meningkatkan status Cirebon
menjadi sebuah kerajaan adalah Syarif Hidayatullah, pengganti pangeran Walangsungsang dan
sekaligus keponakannya. Dialah pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudan Banten.21
Karena kedudukannya sebagai walisongo, ia mendapat penghormatan dari Raja-raja di
Jawa seperti Demak dan Pajang. Setelah Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah kerajaan Islam
yang merdeka dari kekuasaan Pajajaran, Sunan Gunung Jati berusaha meruntuhkan Pajajaran
yang masih belum menganut ajaran Islam.22
Dari Cirebon, Sunan Gunung Jati mengembangkan ajaran Islam ke daerah-daerah lain di
Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa dan Banten. Dasar
bagi pengembangan Islam dan perdagangan kaum muslimin di Banten diletakkan oleh Sunan
Gunung Jati tahun 1524 atau 1525 M. Ketika ia kembali ke Cirebon, Banten diserahkan kepada
anaknya, Sultan Hasanuddin. Sultan inilah yang menurunkan Raja-raja Banten. Di tangan Raja-
raja Banten tersebut akhirnya kerajaan Pajajaran dikalahkan. Atas prakarsa Sunan Gunung Jati
juga penyerangan ke Sunda Kelapa dilakukan (1527 M). Penyerangan ini dipimpin oleh
Falatehan dengan bantuan tentara Demak.
Setelah Sunan Gunung Jati wafat ia digantikan oleh cicitnya yang terkenal dengan gelar
Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Panembahan Ratu wafat tahun 1650 dan digantikan oleh
putranya yang bergelar Panembahan Girilaya.
Keutuhan Cirebon sebagai satu kerajaan hanya sampai pangeran Girilaya itu.
Panembahan Girilaya dimakamkan di Yogyakarta, di bukit Girilaya, dekat dengan makam raja-
raja Mataram di Imogiri, sejajar dengan makam Sultan Agung di Imogiri. Sepeninggalnya sesuai

21
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizk Putra, 2011), h.. 208.

11
dengan kehendaknya sendiri Cirebon diperintah oleh dua putranya Martawijaya atau
Panembahan Sepuh dan Kartawijaya atau Panembahan Anom. Panembahan Sepuh memimpin
kesultanan Kasepuhan sebagai Rajanya yang pertama dengan gelar Samsuddin, sementara
panembahan Anom memimpin kesultanan Kanoman dengan gelar Badruddin. 23

23
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 338-339.

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini terletak di
pesisir Timur Laut Aceh. Kemunculannya sebagai kerajaaan Islam diperkirakan mulai awal atau
pertengahan abad ke-13 M sebagai hasil dari proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah
disinggahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7 hingga 8 M, dan seterusnya. Kerajaan ini
didirikan oleh Maurah Selu dengan gelar Al-Malikush Shalih (1261-1289M).
Demak merupakan salah satu kerajaan yang bercorak Islam yang berkembang di pantai
utara Pulau Jawa. Raja pertamanya adalah Raden Patah. Sebelum berkuasa penuh atas Demak,
Demak masih menjadi daerah Majapahit. Baru Raden Patah berkuasa penuh setelah mengadakan
pemberontakan yang dibantu oleh para ulama atas Majapahit. Dapat dikatakan bahwa pada
abad 16, Demak telah menguasai seluruh Jawa. Setelah Raden Patah berkuasa kira-kira diakhir
abad ke-15 hingga abad ke-16, ia digantikan oleh anaknya yang bernama Pati Unus.
Banten merupakan kerajaan Islam yang mulai berkembang pada abad ke-16, setelah
pedagang-pedagang India, Arab, Persia, mulai menghindarai Malaka yang sejak tahun 1511 telah
dikuasai Portugis. Kerajaan ini muncul, ketika anak muda Pasai keturunan Makkah datang ke
Demak untuk mengabdi kepada Sultan Trenggono. Dia diangkat menjadi panglima perang, dan
mendapatkan hadiah dinikahkan dengan adiknya Sultan Demak. Dia adalah panglima perang
dalam penaklukan kota Banten yang dikuasai portugis yaitu Sarif Hidayatullah atau Maulana
Nuruddin Ibrahim. Dia adalah ayah dari Sultan Hassanuddin, raja pertama dari kerajan Banten.
Kerajaan Islam Cirebon merupakan kerajaan Islam pertama di daerah Jawa Barat. Kerajaan ini
didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati diperkirakan lahir pada tahun 1448 M dan
wafat pada tahun 1568 M dalam usia 120 tahun.
Di awal abad ke-16 Cirebon masih merupakan sebuah daerah kecil di bawah kekuasaan
Pakuan Pajajaran. Raja Pajajaran hanya menempatkan juru labuhan disana, bernama Pangeran
Walangsungsang, seorang tokoh yang mempunyai hubungan darah dengan raja Pajajaran. Dia
berhasil memajukan Cirebon ketika sudah masuk Islam. Disebutkan Tome Pires, Islam sudah ada
di Cirebon sekitar 1470-1475 M.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1989. Islam dan Pembentukan Tradisi di Asia Tenggara dalam Taufik
Abdullah dan Sharon Siddique (Ed.), Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara.
Jakarta: LP3ES.

Gadjahnata dan Sri Edi Swasono. 1986. Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera Selatan.
Jakarta: Universitas Indonesia.

Graaf, H.J. De . 1984. Awal Kebangkitan Mataram Masa Pemerintahan Senopati. Jakarta:
Grafiti Press.

Halwany Michrob dan A. Mudjahid Chudari. 1993. Catatan Masa lalu Banten. Serang: Saudara.

Hamka. 1982. Pembendaharaan Lama. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Huda, Nur. 2007. Islam Nusantara. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Kartodirdjo, Sartono. 1987. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900, jilid 1. Jakarta:
Gramedia.

Munir Amin, Samsul. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

Syukur, Fatah. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizk Putra.

Tjandrasasmita, Uka. 1984. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Yatim, Badri. 2003. SejarahPeradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

14

Anda mungkin juga menyukai