Anda di halaman 1dari 68

BUKU AJAR

GAMBAR TEKNIK
TM 202101

Disusun Oleh :

Nama : Ir. Romli, M.T


NIP : 196710181993031003

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang


atas karunia-Nya juga penulis dapat menyelesaikan buku ajar ini.
Adapun buku ajar ini dibuat berdasarkan atas tugas beban mengajar
yang diberikan dalam mata kuliah “Menggambar Teknik”, yang
tentunya pembuatan buku ajar ini hanyalah bermaksud untuk
pemudahan dalam memenuhi proses belajar mengajar yang terarah
dan terpadu.
Buku ajar yang penulis buat ini membahas mengenai dasar-
dasar dan azas-azas menggambar menurut standar Internasional
yaitu ISO. Yang mana buku ajar ini sangat berguna sebagai
penunjang dalam pembuatan gambar kerja, yang sesuai dengan
kebutuhan mahasiswa Politeknik dan dituntut untuk mampu
mempunyai keahlian dalam pembuatan gambar kerja sebagai dasar
perencanaan.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan buku
ajar yang sederhana ini.
Semoga buku ajar ini berguna dan bermanfaat bagi kita
semua.

Palembang, September 2021


Penulis,
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN .................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................. vi

BAB.
I. STANDARISASI ................................................... 1
1.1. Alat-alat gambar ......................................... 1
1.2. Standar huruf/ Angka ................................ 6
1.3. Standar garis .............................................. 11
1.4. Standar skala ............................................. 13

II. KONSTRUKSI GEOMETRIS ................................ 16


2.1. Cara melukis garis tegak lurus ................... 16
2.2. Membuat sudut dalam derajat .................... 16
2.3. Membuat segi banyak ................................. 17
2.4. Konstruksi garis lurus menyinggung
lingkaran .................................................... 17
2.5. Konstruksi busur lingkaran menyinggung
lingkaran .................................................... 17
2.6. Panjang garis lurus mendekati panjang
busur ......................................................... 18

III. CARA-CARA PROYEKSI ...................................... 19


3.1. Cara proyeksi sudut pertama (Eropa) .......... 20
3.2. Cara proyeksi sudut ketiga (Amerika) .......... 21
3.3. Pengenalan cara-cara proyeksi dan
Lambangnya ............................................... 22
3.4. Perbandingan antar proyeksi sudut
Pertama dan sudut ketiga .......................... 22

IV. VISUALISASI ...................................................... 26


4.1. Proyeksi Aksonometri ................................. 26
4.2. Proyeksi Oblik ............................................ 28
4.3. Gambar Perspektif ...................................... 29

V. UKURAN ............................................................. 31
5.1. Aturan-aturan dasar untuk memberi
Ukuran ....................................................... 31
5.2. Cara-cara memberi ukuran ......................... 34
5.3. Dasar-dasar umum untuk memberi
ukuran ....................................................... 41

PEMOTONGAN ................................................... 50
VI.
6.1. Pemotongan penuh .................................... 50
6.2. Pemotongan sebagian/ setempat ................ 51
6.3. Pemotongan setengah ................................. 52
6.4. Garis arsir .................................................. 52

VII. PENUNJUKKAN KHUSUS ................................... 58


7.1. Cara menunjukkan bagian yang
Dikerjakan secara khusus .......................... 58
7.2. Garis-garis perpotongan ............................. 58
7.3. Gambar bidang datar ................................. 59
7.4. Gambar benda-benda simetris .................... 60
7.5 Gambar yang diputus-putus ....................... 60
7.6. Proyeksi putar ............................................. 60
7.7. Bagian-bagian berdampingan ...................... 61

DAFTAR PUSTAKA .............................................. 62


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bidang koordinat utama dari


kwadran-kwadran ............................................ 19

Gambar 2. Proyeksi sudut pertama (Proyeksi Eropa) ......... 20

Gambar 3. Proyeksi sudut ketiga (Proyeksi Amerika) ......... 21


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Lambang dan ukuran kertas gambar ................... 2

Tabel 2. Ukuran huruf ..................................................... 7


BAB I
STANDARISASI

1.1. Alat-alat gambar


Alat-alat gambar yang dipergunakan dalam bidang gambar
mesin terdiri atas kertas gambar, pensil, jangka, penggaris-T,
sepasang segitiga, sepasang mal lengkungan, mal bentuk, mistar
skala, busur derajat, penghapus, pelindung penghapus, papan
gambar dan sebagainya.
1.1.1. Kertas gambar dan ukurannya.
Sesuai dengan tujuan gambar, bermacam-macam kertas
gambar dipakai, seperti misalnya kertas gambar putih, kertas kalkir,
dsb.
a. Kertas gambar untuk tata letak.
Untuk gambar tata letak dengan pensil dipergunakan kertas
gambar putih biasa, kertas sketsa atau kertas milimeter yang
bermutu baik dan dapat mudah dihapus.
b. Kertas gambar untuk gambar asli.
Gambar asli digambar diatas kertas kalkir, karena gambar
cetak biru dibuat langsung dari gambar tersebut.
Standar ukuran kertas gambar dipergunakan di beberapa negara
sebagaimana dikenal dengan seri A.
Ukuran dasar = 1 meter persegi dengan perbandingan sisi 1 : 2
dengan ukuran 841 mm dan 1189 mm yang mana ukuran ini
dikenal sebagai A0 (A-nol).
Tabel 1. Lambang dan ukuran kertas gambar.
Lambang A0 A1 A2 A3 A4
axb 841x1189 594x841 420x594 297x420 210x297
C min 20 20 10 10 10

Pada setiap gambar terdapat “kepala gambar” pada sudut


kanan bawah yang terdiri atas :
 Nama lembaga/ perusahaan
 Judul gambar
 Nama penggambar
 Nomor arsip/ gambar

C
C
20

Sebetulnya ada beberapa tipe kepala gambar yang dapat


digunakan, dan kepala gambar berikut merupakan salah satu
yang dipergunakan di Politeknik Negeri Sriwijaya.
1.1.2. Pensil gambar.
Untuk gambar diperlukan bermacam-macam pensil gambar
yang bermutu. Akhir-akhir ini pensil gambar yang dapat diisi
kembali (pensil mekanik) dipergunakan secara luas dari pada pensil
biasa.

1.1.3. Jangka.
Ada tiga macam jangka yang dipergunakan untuk
menggambar. Jangka besar untuk menggambar lingkaran dengan
diameter 100 sampai 200 mm, jangka menengah untuk lingkaran
dari 20 sampai 100 meter, dan jangka kecil untuk lingkaran 5
sampai 30 mm.
Jika diinginkan lingkaran dengan jari-jari yang lebih besar,
maka dipakai jangka batang. Selain yang diatas, ada juga jangka
pembagi yang berguna untuk memindahkan ukuran atau untuk
membagi suatu garis lurus dalam beberapa bagian yang sama.

1.1.4. Macam-macam penggaris.


Untuk menggambar dipergunakan macam-macam penggaris
diantaranya adalah :
a. Penggaris-T.
Garis-garis horizontal ditarik dengan penggaris-T ini dengan
menekankan kepalanya pada tepi kiri dari meja gambar dan
menggesernya keatas atau kebawah.
b. Segitiga.
Sepasang segitiga terdiri dari segitiga siku sama kaki dan dan
sebuah segitiga siku 600.
c. Mal lengkungan.
Untuk menggambar garis-garis lengkung yang tidak dapat dibuat
dengan jangka dipergunakan mal lengkungan.
d. Mal bentuk.
Untuk membuat gambar secara cepat dipergunakan mal-mal
bentuk. Ada macam-macam mal bentuk, misalnya untuk
menggambar lambang-lambang dalam bidang elektroteknik,
gambar mur, dll.

1.1.5. Alat-alat lain.


Berbagai macam alat dipergunakan untuk menggambar,
disamping alat-alat yang telah dibahas sebelumnya.
a. Mistar skala.
Untuk gambar mesin dipergunakan mistar dari plastik yang
panjangnya biasanya 300 mm.
b. Bususr derajat.
Biasanya busur derajat ini mempunyai garis-garis pembagi dari
00 sampai dengan 1800 yang gunanya untuk mengukur sudut.
c. Penghapus.
Untuk membuang garis yang salah dipergunakan penghapus
dengan mutu yang baik.
d. Pelindung penghapus.
Pelindung ini mempunyai berbagai bentuk lubang dengan
demikian bagian yang diperlukan dapat dilindungi dan hanya
yang harus dibuang tampil pada lubang.
e. Papan gambar.
Papan gambar harus mempunyai permukaan yang rata dan tepi
yang lurus, dimana kepala dari penggaris-T digeser.
Ukurannya disesuaikan dengan ukuran kertas, misalnya kertas
A0 mempunyai ukuran 1.200 mm x 900 mm, kertas ukuran A1
mempunyai ukuran 600 mm x 450 mm.

1.2. Standar Huruf/ Angka.


Dalam gambar huruf-huruf, angka-angka dan lambang-lambang
dipergunakan untuk memberi ukuran-ukuran, judul, dsb.

1.2.1. Bentuk huruf.


Bentuk huruf harus mudah ditulis dan dibaca. Sekarang
banyak metode untuk menulis huruf, tapi masih banyak yang
menggunakan tangan dan kadang-kadang teknisi bekerja diluar
ruang gambar, untuk itu diperlukan latihan menulis huruf freehand.
Standar bentuk huruf miring (150) terhadap garis vertikal,
seperti contoh berikut ini :

1.2.2. Ukuran huruf.


Tinggi huruf besar (h) dan tinggi huruf kecil (c) tidak boleh
kurang dari 2,5 mm. Ini berarti bahwa bila terdapat gabungan antara
huruf besar dan kecil, dengan huruf kecil setinggi 2,5 mm, maka h
akan menjadi 3,5 mm.
Perbandingan yang dianjurkan untuk tinggi huruf-huruf, jarak
antara huruf-huruf, ruang minimum antara garis dasar dan jarak
antara perbatasan-perbatasan diberikan pada Tabel 2.
1.3. Standar garis.
Dalam gambar mesin dipergunakan beberapa jenis garis dalam
bentuk tebal sesuai dengan penggunaannya seperti dalam tabel
berikut :
Pada umumnya tebal garis tebal adalah 0,5 atau 0,7 mm.
Jarak minimum antara garis (jarak antara garis tengah garis) sejajar
termasuk garis arsir, tidak boleh kurang dari tiga kali tebal garis
yang paling tebal dari gambar. Dianjurkan agar ruang antara garis
tidak kurang dari 0,7 mm.

a
c

b
a. Tebal garis.
b. Jarak antara garis (dianjurkan nilai minimum = 3 a)
c. Ruang antara garis.

1.4. Standar skala.


Semestinya gambar kerja harus digambar dengan ukuran
sebenarnya atau dengan skala 1:1. Tetapi komponen mesin yang
harus kita gambar tidak selalu besar atau sebaliknya selalu kecil,
untuk itu perlu adanya skala. Kalau benda kerja terlalu besar, kita
skala perkecil, dan kalau terlalu kecil di skala perbesar.
Khusus gambar-gambar detail selalu diskala besar, kenapa
demikian, karena detail biasa dilakukan untuk memperlihatkan
bagian yang kecil pada benda yang besar, dengan cara memperbesar
pada bagian benda tersebut. Oleh karenanya tidak janggal bila
memperbesar gambar yang di detail tersebut sampai 5 kali lipat,
sehingga mudah dibaca.

Standar skala metrik yang dianjurkan :


Ukuran normal 1:1
Skala pembesaran 50 : 1 20 : 1 10 : 1
5:1 2:1
Skala pengecilan 1:2 1:5 1 : 10
1 : 20 1 : 50 1 : 100
BAB II
KONSTRUKSI GEOMETRIS

Konstruksi geometris mempunyai fungsi yang penting dalam


pembuatan gambar kerja maupun untuk pemecahan masalah
dengan grafik dan diagram.
Konstruksi geometris sangat diperlukan apabila juru gambar tidak
mempunyai alat atau perlengkapan gambar yang komplit.
2.1. Cara melukis garis tegak lurus.

2.2. Membuat sudut dalam derajat.


2.3. Membuat segi banyak.

2.4. Konstruksi garis lurus menyinggung lingkaran.

2.5. Konstruksi busur lingkaran menyinggung lingkaran.


2.6. Panjang garis lurus mendekati panjang busur.
BAB III
CARA-CARA PROYEKSI

Bidang-bidang proyeksi yang paling banyak dipergunakan


adalah bidang horisontal dan bidang vertikal (Gb. 1). Bidang-bidang
utama ini membagi seluruh ruang dalam empat kuadran. Bagian
ruang diatas bidang horisontal dan di depan bidang vertikal disebut
kuadran pertama. Bagian ruang diatas bidang horisontal dan
dibelakang bidang vertikal disebut kudran kedua. Kuadran ketiga
adalah bagian ruang yang terletak dibawah bidang horisontal dan
didepan bidang vertikal, dan kuadran keempat adalah bagian ruang
yang terletak dibawah bidang horisontal dan dibelakang bidang
vertikal.
Proyeksi kuadran pertama (proyeksi sudut pertama) yaitu jika
benda yang akan digambar diletakkan di kuadran pertama dan
diproyeksikan pada bidang-bidang proyeksi. Proyeksi kuadran ketiga
(proyeksi sudut ketiga) yaitu jika bendanya diletakkan pada kuadran
ketiga.

Gambar 1. Bidang koordinat utama dari kwadran-kwadran.


3.1. Cara proyeksi sudut pertama (Proyeksi Eropa)
Benda yang tampak pada Gb. 2b. Ia diproyeksikan pada
bidang belakang garis penglihatan A dan gambarnya adalah
gambar pandangan depan. Pada Gb. 2b tampak juga proyeksi
benda pada bidang bawah menurut arah B, menurut arah C
pada bidang proyeksi sebelah kanan, menurut arah D pada
bidang proyeksi sebelah kiri, menurut arah E pada bidang
proyeksi atas dan menurut arah F pada bidang depan.
Bidang-bidang proyeksi dimisalkan merupakan sebuah
peti (Gb. 2b). Sisi-sisi peti kemudian dibuka menurut Gb 2.c
sehingga semua sisi terletak pada bidang vertikal.
Susunan gambar proyeksi harus demikian hingga dengan
pandangan depan A sebagai patokan, pandangan atas B terletak
dibawah, pandangan kiri C terletak dikanan, pandangan kanan
D terletak sebelah kiri, pandangan bawah E terletak diatas dan
pandangan belakang F boleh ditempatkan disebelah kiri atau
kanan (Gb.2d).

Gambar 2. Proyeksi sudut pertama (Proyeksi Eropa)


3.2. Cara proyeksi sudut ketiga (Proyeksi Amerika)
Benda yang akan digambar diletakkan dalam peti dengan sisi-
sisi tembus pandang sebagai bidang-bidang proyeksi (Gb.3a).
Pandangan depan dalam arah A dipilih sebagai pandangan
depan. Sisi-sisi peti dibuka menjadi satu bidang proyeksi depan
menurut arah anak panah (Gb.3b). Dengan pandangan depan A
sebagai patokan, pandangan atas B diletakkan diatas, pandangan
kiri C diletakkan dikiri, pandangan kanan D diletakkan dikanan,
pandangan bawah E diletakkan dibawah dan pandangan belakang
dapat diletakkan dikiri atau kanan.

Gambar 3. Proyeksi sudut ketiga (Proyeksi Amerika)


3.3. Pengenalan cara-cara proyeksi dan lambangnya.
Jika hasil-hasil gambar proyeksi sudut pertama dan proyeksi
sudut ketiga dibandingkan, maka terlihat bahwa gambar yang satu
merupakan kebalikkannya yang lain, dilihat dari segi susunannya.
Untuk keseragaman, semua gambar dalam standar ISO
digambar menurut proyeksi sudut pertama.

3.4. Perbandingan antara proyeksi sudut pertama dan proyeksi


sudut ketiga.
Negara Amerika dan Jepang telah menentukan untuk memakai
proyeksi sudut ketiga saja. Hal ini didasarkan atas kelebihannya dari
cara proyeksi sudut pertama.
1. Dari gambarnya, bentuk benda dapat langsung dibayangkan.
Dengan pandangan depan sebagai patokan, gambar pandangan
lain dilipat menurut Gb.3 dan bendanya akan muncul seperti
aslinya.
2. Gambarnya mudah seperti aslinya.
Gambar yang satu dengan yang lain dekat.
3. Pandangan yang berhubungan diletakkan berdekatan.
Oleh karena itu mudah untuk membaca ukuran-ukurannya.
BAB IV
VISUALISASI

Untuk mendapatkan gambaran dari bentuk benda aslinya


kadang-kadang diperlukan gambar-gambar dalam tiga dimesi dari
sebuah benda, sehingga mudah dimengerti oleh si penglihat. Oleh
karena itu gambar-gambar ini biasa dipakai sebagai produk-produk
industri mesin dan sebagainya.
Untuk menyajikan benda tiga dimensi pada sebuah bidang
dari tiga proyeksi yaitu proyrksi aksonometri, oblik (miring) dan
perspektif.
4.1. Proyeksi Aksonometri.
Ada tiga bentuk proyeksi aksonometri yaitu isometri, dimetri
dan trimetri.
4.1.1. Proyeksi Isometri.
Dalam proyeksi ini sisi-sisi AB, AD, dan AE ketiga-tiganya
sama panjang dan saling berpotongan pada sudut yang sama pula
yaitu 1200.
4.1.2. Proyeksi dimetri.
Pada proyeksi ini, skala perpendekkan dari dua sisi dan dua
sudut dengan garis horisontal sama.

4.1.3. Proyeksi trimetri.


Pada proyeksi ini, skala perpendekkannya dari tiga sisi dan
tiga sudut tidak sama.

4.2. Proyeksi oblik (miring).


Proyeksi miring adalah semacam proyeksi sejajar, tetapi dengan
garis-garis proyeksinya miring terhadap bidang proyeksi.
Pada proyeksi ini bendanya dapat diletakkan sesukanya, tetapi
biasanya permukaan depan dari benda diletakkan sejajar dengan
bidang proyeksi vertikal. Dengan demikian bentuk permukaan depan
tergambar seperti sebenarnya.
Sudut yang menggambarkan kedalamannya biasanya 300, 450
dan 600 terhadap sumbu horisontal. Dalamnya dapat ditentukan
sembarang. Jika panjang kedalam sama dengan panjang sebenarnya
disebut gambar cavalier. Kalau pada sumbu kedalam menggunakan
skala perpendekkan ½ memberikan gambar yang disebut gambar
cabinet.

Gambar 4. Perbandingan gambar isometri dengan gambar miring.

Gb 5. Cavalier Projection Gb 6. Cabinet Projection

4.3. Gambar Perspektif.


Jika antara benda dan titik penglihatan tetap diletakkan sebuah
bidang vertikal atau bidang gambar, maka pada bidang gambar ini
akan terbentuk bayangan dari benda tadi dan bayangan ini disebut
gambar perspektif. Ini merupakan gambar pandangan tunggal yang
terbaik, tetapi cara penggambarannya sangat sulit dan rumit
daripada cara-cara gambar yang lain. Oleh karena itu gambar
perspektif ini jarang sekali dipakai.
Ada tiga macam gambar perspektif diantaranya adalah :
 Perspektif satu titik.
 Perspektif dua titik.
 Perspektif tiga titik.
BAB V
UKURAN

5.1. Aturan-aturan dasar untuk memberi ukuran.


Memberi ukuran besaran-besaran geometrik dari bagian benda
harus menentukan secara jelas tujuannya dan tidak boleh
menimbulkan salah tafsir. Oleh karena itu aturan-aturan dasar
untuk memberi ukuran harus ditentukan cara-caranya :
5.1.1. Garis ukur dan garis bantu.
Untuk menentukan ukuran sebuah dimensi linier, ditarik
garis-garis bantu melalui batas gambar pandangan benda, dan garis
ukurnya ditarik garis tegak lurus. Sebuah garis ukur dengan mata
panahnya menunjukkan besarnya ukuran dari suatu permukaan
atau garis sejajar dengan garis ukur. Garis bantu dan garis ukur
ditarik dengan garis tipis.
Garis bantu ditarik sedikit melebihi 2 mm garis ukur.
Dibeberapa negara seperti Amerika, garis bantu tidak langsung
berhubungan dengan garis gambar, tetapi dengan jarak sedikit
untuk membedakan garis gambar dengan garis bantu.

5.1.2. Tinggi dan arah angka ukur.


Angka ukur atau huruf-huruf harus digambar dengan jelas,
baik pada gambar aslinya maupun pada salinan gambar yang
diperkecil. Oleh karena itu angka-angka dan huruf-huruf harus
dibuat sempurna sesuai dengan peraturan ISO 3098. Yang mana
angka-angka dan huruf-huruf tersebut harus diletakkan ditengah
dan sedikit diatas garis ukur.

Untuk ukuran sudut atau garis ukurnya berupa garis


lengkung. Azas dasar yang harus dipertahankan disini ialah bahwa
garis ukur merupakan garis tulis. Jadi angka selalu harus diatas
garis ukur, dan apabila garis ukurnya cenderung vertikal, maka
selalu terletak disebelah kiri garis ukur.

5.1.3. Dimensi fungsional, dimensi tidak fungsional dan dimensi


tambahan.
Sebagai ilustrasi diperlihatkan sebuah tuas (link) yang
dihubungkan pada sebuah benda dengan sebuah pen. Ukuran-
ukuran pen ditentukan seperti pada gambar berikut :
Sesuai dengan fungsi dari susunan tersebut, ukuran-
ukurannya dibagi dalam golongan-golongan sebagai berikut :
a. Fungsional dimensions (F).
Adalah ukuran yang mempunyai fungsi untuk pertimbangan
pemasangan.
b. Non fungsional dimensions (NF).
Adalah ukuran yang tidak mempunyai fungsi dalam
pemasangan.
c. Auxiliary dimensions (Aux).
Adalah ukuran pembantu diberikan panpa toleransi, hanya
sebagai bahan informasi.

5.1.4. Satuan-satuan.
Semua ukuran dalam gambar harus ditulis dalam satuan yang
sama, dalam sistem satuan SI satuan panjang adalah milimeter
(mm). Singkatan satuan panjang (mm) tersebut tidak perlu
dicantumkan dibelakang tiap ukuran.
Ukuran sudut biasanya dalam derajat, dan jika perlu juga
dalam menit dan detik. Ini dinyatakan oleh lambang (0), (‘), dan (“),
yang ditulis disebelah kanan atas dari angka yang bersangkutan.
5.2. Cara-cara memberi ukuran.
Sesuai dengan aturan-aturan dasar untuk memberi
ukuran, baik ukuran-ukuran panjang, profil atau sudut harus
diperinci oleh cara-cara khusus yang akan dibahas berikut ini :
5.2.1. Memberi ukuran dimensi linier.
Pada dasarnya ukuran-ukuran linier harus diperinci oleh garis
bantu, garis ukur dan angka ukur. Jika ruang antara garis bantu
terlalu sempit untuk menempatkan anak panah dapat diganti
dengan titik. Dalam hal ini dianjurkan untuk membuat gambar
detail yang diperbesar. Dengan demikian ukuran-ukurannya dapat
dibuat dengan jelas pada gambarnya.
5.2.2. Memberi ukuran bagian yang harus dikerjakan khusus.
Bagian-bagian seperti misalnya lubang yang dibor, lubang
yang direamer dan sebagainya, diberi ukuran dengan garis penunjuk
beserta ukuran dan catatannya. Caranya bisa diperhatikan pada
gambar berikut :
5.2.3. Angka-angka ukur.
Angka-angka atau huruf-huruf harus diletakkan kira-kira
ditengah-tengah dan sedikit diatas garis ukur. Angka ukur tidak
boleh dipotong atau dipisahkan oleh garis gambar lain. Jika
dianggap perlu angka ukur boleh ditempatkan dipinggir supaya jelas.
Jika angka ukur harus ditempatkan pada bagian yang diasrsir,
arsirnya harus dihilangkan untuk memberi tempat untuk angka.
Dalam keadaan tertentu angka ukur dapat ditempatkan agak
dekat pada salah satu anak panah, untuk mencegah bertumpuknya
angka-angka ukur, dan jika terdapat banyak ukuran, garis ukurnya
boleh ditarik hanya sebagian agar angka ukurnya tidak terlalu jauh
dari bagian yang diberi ukuran.
Pada bagian yang sempit, angka ukurnya dapat ditempatkan
diluar garis ukur. Untuk ini garis ukurnya diperpanjang, lebih
diutamakan perpanjangan kesebelah kanan dan angka ukuranya
diatas garis perpenjangan ini.
5.2.4. Memberi ukuran benda yang tirus.
Pada benda atau bagian benda yang miring sedikit, garis-garis
bantu vertikal maupun horisontal menjadi tidak jelas, dalam hal
demikian garis-garis bantu digambar miring dan sejajar.

Dan jika dua bagian yang miring berpotongan dan bagian yang
lancip ini kemudian dibulatkan, maka ukuran harus diberikan
seperti gambar diatas dengan bantuan perpanjangan garis bidang
yang miring tersebut.

5.2.5. Memberi ukuran tali busur, busur dan sudut.


Pada tali busur garis bantunya sejajar dan garis ukurnya lurus
dan tegak lurus pada garis bantu. Untuk busur caranya sama,
hanya garis ukurnya berbentuk lengkung sejajar dengan busur.
Ukuran sudut ditempatkan diatas garis ukur yang berbentuk
lengkung dan garis bantunya adalah perpanjangan sisi sudut.

5.2.6. Penunjukkan ukuran pada benda-benda simetri.


Untuk penghematan waktu dan tempat, gambar benda simetri
boleh digambar separoh saja. Dengan demikian garis ukurnya tidak
dapat digambar lengkap pula. Untuk ini cukup dibuat garis ukur
yang sedikit melebihi garis sumbu benda.
5.2.7. Huruf dan lambang yang ditambahkan pada angka ukur.
Huruf dan lambang dapat ditambahkan pada angka ukur
untuk beberapa bentuk benda. Dengan demikian gambar pandangan
dapat dikurangi.
a. Lambang diameter (Ø)
Lambang diameter diletakkan didepan angka ukur dan sekaligus
menunjukkan bentuk permukaan yang bersangkutan. Lambang
ini harus ditulis sama besar dengan angka ukur. Dengan
mempergunakan lambang ini, gambar pandangan samping tidak
diperlukan lagi, jika bentuknya sudah tampak jelas pada benda,
lambang tersebut tidak perlu dipakai lagi.

b. Lambang jari-jari (R)


Ukuran bususr ditentukan oleh jari-jarinya. Jari-jari ini
merupakan garis ukur dimana angka ukurnya harus diletakkan
dengan huruf “R” didepannya. Disini garis ukurnya hanya
mempunyai satu anak panah, sedangkan ujung yang lain adalah
titik pusat busur tersebut.
Untuk jari-jari yang besar, dimana titik pusatnya terletak diluar
kertas gambar, garis ukurnya dapat dipotong atau diperpendek,
dalam hal ini letak pusat radius tidak perlu ditunjukkan.
Jika garis ukur terlalu pendek untuk penempatan angka ukur,
angka ukur dapat ditempatkan pada perpanjangan garis ukur.
Anak panah garis ukur diletakkan didalam, jika perpanjangannya
kedalam dan diletakkan diluar jika perpanjangannya keluar.
c. Lambang bujur sangkar.
Bentuk benda bujur sangkar hanya dapat ditunjukkan pada
pandangan tertentu saja, jika bentuknya tidak jelas dari gambar,
maka dengan menggunakan lambang bujur sangkar (□) dapat
menghemat gambar dan waktu.

d. Lambang jari-jari atau diameter dari bentuk bola (SØ, SR).


Jari-jari atau diameter dari bentuk bola, yang dalam gambar
hanya dalam bentuk lingkaran atau busur lingkaran.
e. Lambang tebal (t).
Untuk memberi ukuran benda-benda tipis seperti plat, kadang-
kadang menimbulkan kesulitan. Pada umumnya kesulitan yang
timbul adalah sempitnya ruangan untuk menempatkan angka
ukurnya. Oleh karena itu dipakai lambang “t” didepan angka
ukur, yang ditempatkan didalam gambar atau didekat gambar.

f. Memberi ukuran-ukuran bagian-bagian secara khusus.


Bagian-bagian tertentu, sesuai fungsinya harus dikerjakan
secara khusus, umpamanya harus dipoles, disepuh dan
sebagainya. Bagian yang akan dikerjakan khusus diberi tanda
dengan garis sumbu tebal dan dengan garis penunjuk dijelaskan
pengerjaan khusus yang diinginkan.

g. Memberi ukuran yang disederhanakan oleh huruf-huruf


referensi.
Dimana diperlukan supaya tidak mengulang-ulang ukuran yang
sama atau untuk menghindari garis-garis penunjuk yang
panjang dipergunakan huruf-huruf referensi yang ditebalkan.
Cara ini sangat berguna untuk pembuatan dengan mesin-mesin
numeric control (NC).
5.3. Dasar-dasar umum untuk memberi ukuran.
5.3.1. Pandangan yang terutama diberi ukuran.
Ukuran-ukuran harus ditempatkan pada pandangan atau
potongan-potongan yang memberikan bentuk benda kerja yang
paling jelas. Pandangan depan pada umumnya dipilih paling
dominan yang menunjukkan bentuk khas atau fungsi benda.
Oleh karena itu ukuran-ukuran yang paling dominan juga
ditempatkan pada pandangan depan dan ukuran yang lain dapat
ditempatkan pada pandangan-pandangan lain.

5.3.2. Ukuran-ukuran dalam gambar.


Gambar dibawah ini memperlihatkan contoh proses
pembuatan sebuah bagian yang berbentuk silinder dan pemberian
ukuran-ukurannya sesuai dengan proses pengerjaan benda kerja
tersebut. Dalam hal ini konsep ukuran fungsional harus diterapkan,
sehubungan dengan toleransi yang diperlukan. Ukuran-ukuran non
fungsional harus diletakkan ditempat yang paling mudah dibaca oleh
pembuat maupun untuk pengawas.

5.3.3. Ukuran-ukuran terhadap bidang referensi.


Jika sebuah benda mempunyai sebuah bidang refenrensi
sebagai patokan pembuatan atau perakitan, ukuran-ukurannya
harus dinyatakan terhadap garis referensi tersebut.
5.3.4. Susunan ukuran.
a. Ukuran berantai.
Ukuran berantai hanya boleh diterapkan bilamana kemungkinan
pengumpulan toleransi tidak akan mempengaruhi persyaratan
fungsional dari benda yang bersangkutan.

b. Ukuran sejajar.
Pemberian ukuran secara sejajar mempergunakan ukuran secara
terpisah untuk tiap elemen terhadap suatu garis referensi atau
titik dasar. Pada cara pemberian ukuran demikian bidang
referensinya ditentukan dan toleransinya tidak mengumpul.
Walaupun demikian, cara ini memerlukan banyak waktu dan
tempat.
c. Ukuran berimpit.
Pada cara ini, titik pangkal yang menunjukkan garis atau bidang
refensi harus dilingkari. Angka ukurnya harus diletakkan dekat
anak panah searah dengan garis bantu bersangkutan.

d. Ukuran kombinasi.
Ukuran-ukuran kombinasi terjadi akibat penggunaan ukuran
berantai dan ukuran sejajar secara bersama-sama.
5.3.5. Pemberian ukuran dengan koordinat.
Untuk proses-proses pembuatan benda kerja tertentu kadang-
kadang lebih menguntungkan bila dipergunakan ukuran berimpit
dalam dua arah seperti gambar dibawah ini. Titik nol dari dasar
bersama dapat berupa tepi dari benda, titik pusat dari sebuah
lubang atau sembarang unsur yang menonjol.
Dalam hal-hal tertentu, penggunaan tabel yang menentukan
koordinat-koordinat sekelompok titik pusat dari beberapa lubang
akan lebih menguntungkan.

5.3.6. Memberi ukuran bentuk-bentuk tertentu.


a. Profil
Sebuah garis lengkung yang terdiri dari beberapa busur
lingkaran mengutamakan pemberian ukuran dengan jari-jari dan
kedudukan titik pusatnya atau dengan garis singgung
lengkungnya.
b. Jari-jari atau diameter.
Ukuran-ukuran busur pada umumnya dinyatakan oleh jari-jari.
Jika sudutnya kurang dari 1800, dan oleh diameter jika sudutnya
lebih besar dari 1800. Ukuran busur diberikan juga sebagai
diameter walaupun sudutnya kurang dari 1800, jika diperlukan
untuk proses permesinan. Benda kerja yang karena alasan
simetri hanya digambar setengah diberi ukuran penuh. Dalam
hal demikian tanda Ø tetap harus dibubuhkan di depan angka
ukurnya.

c. Ukuran sudut.
Garis ukur dari sebuah sudut berupa sebuah busur dengan titik
pusatnya pada titik sudutnya dan berujung pangkal pada kedua
buah kaki sudutnya atau pada perpanjangannya.
d. Memberi ukuran bagian yang sama.
Benda kerja yang mempunyai bagian-bagian yang sama,
misalnya flens dari sebuah sambungan-T, lemari katup, dsb.,
hanya diberi ukuran pada salah satu ukuran saja, dalam hal ini
bagian yang tidak diberi ukuran harus diterangkan dengan
pernyataan persamaannya.

Ukuran lubang dengan alur pasak.


Jika sebuah lubang dengan alur pasak digambar sebagai gambar
potongan, maka ukurannya adalah sebagai berikut.
Memberi ukuran bagian-bagian yang berjarak sama.
Ukuran-ukuran lubang baut, lubang alur, lubang pen, lubang
paku keling, apabila mempunyai ukuran maupun jarak yang
sama, maka harus dinyatakan dengan jumlah lubang didepan
ukuran lubang yang dihubungkan oleh garis penunjuk pada
salah satu lubang.
BAB VI
PEMOTONGAN

Tidak jarang ditemui benda-benda teknik berongga


didalamnya, seperti lubang, celah dan sebagainya. Untuk
menggambar bagian-bagian yang tersembunyi ini dipergunakan garis
putus-putus. Jika hal ini dilaksanakan secara taat azas, maka akan
dihasilkan gambar yang rumit sekali dan susah dimengerti. Bisa
dibayangkan betapa rumitnya apabila sebuah mesin harus digambar
secara lengkap tanpa adanya proses pemotongan. Untuk itu betapa
pentingnya pemotongan pada suatu gambar yang harus digambar
secara lengkap.
Berikut ini diberikan beberapa contoh untuk pemotongan
suatu benda yang sangat lengkap.
6.1. Pemotongan penuh.
Perhatikan gambar berikut ini, bagaimana cara pemotongannya :

Dan lihat cara penggambarannya :

6.2. Pemotongan sebagian/ setempat.


Perhatikan contoh berikut :

6.3. Pemotongan setengah.

6.4. Garis Arsir


Garis arsir digunakan untuk menunjukkan penampang yang
terpotong. Kemiringan garis arsir adalah 450 terhadap garis sumbu
atau terhadap garis gambar. Jarak garis-garis arsir disesuaikan
dengan besarnya gambar, dan apabila arsiran bagian yang
berdampingan harus dibedakan arah sudutnya agar jelas.
Potongan-potongan sejajar dari benda yang sama pada satu
bidang dan berubah arah, diarsir dengan jarak yang sama tetapi
tidak bersambung.
BAB VII
PENUNJUKKAN KHUSUS

7.1. Cara menunjukkan bagian yang dikerjakan secara khusus.


Bagian-bagian benda tertentu harus dikerjakan secara khusus.
Jika hal ini ingin ditunjukkan dalam gambar, maka bagian-bagian
tersebut dijelaskan oleh garis sumbu tebal sejajar dengan bagian
bersangkutan dan diberi jarak sedikit agar jelas. Pada benda-benda
simetri garisnya tidak perlu digambar seluruhnya, cukup setengah
saja. Disamping garis sumbu tebal ini masih diperlukan keterangan
tambahan mengenai pengerjaan tambahan yang diperlukan.

7.2. Garis-garis perpotongan.


a. Garis perpotongan yang sebenarnya.
Garis perpotongan antara dua permukaan geometris harus
digambar dengan garis gambar jika kelihatan dan dengan garis
gores jika tersembunyi.
b. Gambar garis perpotongan yang disederhanakan.
Untuk menghemat waktu beberapa garis perpotongan yang
sebenarnya dapat digambarkan dengan disederhanakan,
umpamanya :
1. Garis perpotongan antara silinder dengan silinder.
2. Garis perpotongan antara silinder dengan prisma tegak lurus.
3. Garis perpotongan khayal.
Garis perpotongan khayal yang terdapat pada pembulatan atau
perpotongan antara dua silinder, digambar dengan garis tipis,
tidak sampai batas-batas gambar, tetapi pada gambar
pandangan samping garis, demikian digambar dengan garis
tebal.

7.3. Gambar bidang datar.


Untuk menghindarkan kesalahan atau untuk jelasnya gambar,
misalnya bidang datar pada bagian silinder, diperlukan keterangan
yang menekankan bahwa bagian tersebut adalah bidang datar.
Dalam gambar bidang yang dimaksud ditandai oleh diagonalnya
yang digambar dengan garis tipis. Walaupun bidangnya tersembunyi
macam garisnya tetap sama. Harus dicatat bahwa suatu segi empat
dengan diagonalnya dalam bidang bangunan dan arsitektur
merupakan lubang.
7.4. Gambar benda-benda simetris.
Untuk menghemat waktu dan tempat, benda-benda simetris
dapat digambar sebagian saja. Garis simetrisnya ditandai oleh dua
garis pendek sejajar, tegak lurus padanya.
Cara lain ialah bagian benda yang dihilangkan digambar sedikit
melalui garis simetrinya. Dalam hal ini garis pendek sejajar boleh
dihilangkan.

7.5. Gambar yang diputus-putus.


Gambar seperti poros panjang dapat digambar terputus-putus
untuk menghemat waktu dan tempat. Garis-garis potongnya
digambar dengan garis tipis, dengan tangan bebas atau dengan
penggaris dan diberi zig-zag.

7.6. Proyeksi putar.


Suatu gambar harus memperlihatkan bentuk benda sejelas
mungkin. Sebuah elemen seperti misalnya sebuah lengan yang
dilekatkan pada sebuah bos dengan suatu sudut tertentu, pada
pandangan depan tidak tampak nyata. Panjang sebenarnya akan
tampak lebih pendek. Cara untuk menghindari hal tersebut ialah
dengan proyeksi putar. Bagian miring tersebut diputar hingga sejajar
dengan bidang proyeksi, baru diproyeksikan.
7.7. Bagian-bagian berdampingan.
Jika pada gambar diperlukan bagian yang ada disebelahnya,
maka bagian tersebut digambar dengan garis tipis. Gambar bagian
ini tidak boleh menutupi bagian utamanya. Gambar bagian yang
menempel ini tidak diarsir pada gambar potongan.
DAFTAR PUSTAKA

1. G. Takeshi Sato,”Menggambar menurut Standar ISO”, PT. Pradnya


Paramita, Jakarta, 1981.

2. M. T. Tumanggung, Drs,”Menggambar Teknik Basis A”, Ghalia


Indonesia, Jakarta, 1981.

3. H. W. French,”Technician Engineering Drawing I ”, Seriel London,


1979.

4. Cecil Jensen,”Engineering Drawing and Design”, Gregg Division,


Mc Graw-Hill Book Company.

5. PEDC,”Gambar Teknik”, Bandung, 1984.


LATIHAN : PEMOTONGAN
LATIHAN : SKALA

Gambarkan, gambar berikut dengan skala 1 : 2.


CONTOH ALAT-ALAT GAMBAR :
LATIHAN : PROYEKSI
Gambarkan dalam tiga pandangan :
Proyeksi Orthogonal kuadran I, Skala 1 : 1
di kertas A3
LATIHAN : UKURAN

Anda mungkin juga menyukai