Anda di halaman 1dari 29

MONEY POLITIK DALAM PERSPEKTIF BAWASLU KABUPATEN

TANAH DATAR (STUDI KASUS PILGUB 2020)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Jurusan Hukum Tata Negara untuk Memenuhi Syarat


Penulisan Skripsi dalam Bidang Hukum

Oleh:

SELVI RAHMADANI
2030203076

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BATUSANGKAR
1442 H/ 2021 M
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemilihan umum kepala daerah adalah sebuah proses untuk
mencapai otoritas secara legal formal yang dilaksanakan atas partisipasi
kandidat, pemilih (konstituen), dan dikontrol oleh lembaga pengawas, agar
mendapatkan legitimasi dari masyarakat yang disahkan oleh hukum yang
berlaku. Pasangan kandidat calon kepala daerah yang memperoleh suara
terbanyak dari pemilih akan dinyatakan sebagai kepala daerah yang akan
memimpin suatu wilayah dalam beberapa jangka waktu tertentu ke depan.
Pilkada di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan dalam
pelaksanaan pemilu. Oleh karena itu pada saat ini kita melaksanakan
pemilu langsung dari presiden, DPR, gubernur, bupati/walikota, hingga
kepala desa.
Dengan memilih langsung diharapkan individu-individu lokal
maupun nasional dapat menemukan pemimpin yang sesuai dengan aspirasi
mereka. Tahap pelaksanaan tentang pemilihan kepala daerah meliputi
beberapa tahapan yaitu penetapan daftar pemilih, pendaftaran dan
penetapan calon kepala daerah/ wakil kepala daerah, kampanye, hingga
masa tenang, pemungutan suara, penghitungan suara, penetapan pasangan
calon kepala daerah/ wakil kepala daerah terpilih dan terahir pengesahan
dan pelantikan. Salah satu tahapan dari pemilu yaitu kampanye merupakan
usaha untuk mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa)
dengan melakukan kegiatan retorika, publik relasi, komunikasi massa,
lobby dan lain-lain.
Kampanye adalah bagian dari proses pemilu yang memiliki
pengaruh terhadap hasil pemilu. Kampanye bertujuan mendapatkan
pencapaian dukungan, biasanya dilakukan oleh sekelompok orang yang
terorganisir untuk melakukan strategi pencapaian dalam rangka untuk
menyukseskan kampanye tersebut. Dalam rangka memenangkan
perhitungan suara itulah, berbagai upaya untuk memikat dan memperoleh
suara diperbolehkan dan dilakukan, sepanjang tidak melanggar hukum
resmi. Itulah pelaksanaan yang telah disepakati dalam “sopan-santun
politik”.
Kejadian-kejadian berupa pelanggaran dalam pemilu sering terjadi
khususnya pada masa kampanye, salah satunya adalah Money Politics,
kegiatan Money Politics yang banyak dilakukan oleh para calon kandidat
maupun dari tim sukses guna meraup suara dan simpatisan. Kasus Money
politics yang penulis temukan pada berbagi sumber ini untuk memperkuat
akan bukti dari beberapa kejadian Money Politik pada pemilu.
Kejadian Money Politics yang penulis temukan dari media Tempo
menunjjukkan bahwa maraknya tindakan Money Politics yang terjadi
dalam berbagai jenjang pemilu dan hampir di semua daerah di Indonesia.
Ada pun data lain yang penulis temukan guna memperkuat bukti adanya
kejadian Money politics dimana adanya temuan dari kepolisian yang
menyita barang bukti berupa uang ratusan juta rupiah, yang ditengarai
menjadi alat untuk memengaruhi warga dalam menggunakan hak pilihnya.
Tindakan Money Politics memang sulit untuk diartikan secara pasti
karena masing-masing masyrakat mengartikan Money Politics dengan
persepsi yang berbeda-beda sehingga pengertian dari Money Politics
masih belum di pastikan secara rinci dan M. Abdul Kholiq mengartikan
Money Politics adalah suatu tindakan membagi-bagikan uang atau materi
lainnya baik milik pribadi dari seorang politisi (calon legislatif/calon
presiden dan wakil presiden, calon kepala daerah) atau milik partai untuk
mempengaruhi suara pemilu yang diselenggarakan. Jadi money politic
merupakan upaya mempengaruhi orang lain dengan menggunakan
imbalan materi pada proses politik dan kekuasaan bernama pemilihan
umum.
Lebih lanjut M. Abdul Kholiq memberikan pengertian money
politic adalah suatu bentuk pemberian berupa uang atau barang/materi
lainnya (seperti sembako) atau pemberian janji yang merupakan upaya
untuk mempengaruhi seseorang atau masyarakat pemilik suara baik
supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya
ia menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum.
Tindakan pemberian uang maupun jasa guna mempegaruhi pilihan
pemilih memang kerap terjadi dalam pemilu karena dianggap sebagai
strategi yang menjanjikan dalam mempengaruhi pilihan msyrakat dan
mudah untuk dilakukan karena sikap akan keterbukaan masyarakat
terhadap Money Politics semakin meningkat. Hamdan Zoelva
mengemukakan beberapa bentuk dari Money Politics yang umum terjadi
di Indonesia yaitu:
1. Money Politics pada lapisan atas yaitu transaksi antara elit
ekonomi/pemilik modal, dengan elit politik atau calon, dengan
janji/harapan setelah terpilih akan mendapatkan kebijakan yang
menguntungkan pemilik modal. Inilah money politic yang
berdampak sangat strategis dalam kehidupan politik. Pemilik
modal dapat mendikte kebijakan partai atau calon ketika telah
memenangkan pemilihan. Hal ini terjadi karena dengan
keterbatasan dana anggota partai untuk menyumbang partai,
maka sangat mungkin partai mengambil jalan pintas dengan
sumber dana dari elit ekonomi, kantong pribadi calon serta
uang negara yang tidak halal.
2. Money Politics lapisan tengah, antara elit politik yaitu bakal
calon dengan elit partai, dalam bentuk pembayaran kepada
pribadi elit partai untuk menjadi calon atau menentukan nomor
urut calon atau antara calon dengan penyelenggara untuk
membeli suara atau mengatur pemilih.
3. Money Politics dilapisan bawah yaitu transaksi antara elit
politik atau calon dengan masa pemilih. Bentuknya berupa
uang, sembako, kredit ringan atau bentuk lainnya pemberian
uang atau barang lainnya yang tidak patut.
Money Politics atau masyarakat awam mengenalnya dengan istilah
suap menyuap atau secara Istilah (kamus Bahasa Indonesia) Suap adalah
memberi uang dan sebagainya kepada petugas (pegawai), dengan harapan
mendapatkan kemudahan dalam suatu urusan, sedangkan secara istilah
dalam islam disebut Ar- Risywah, Menurut Al-Mula Ali Al-Qari
rahimahullah “Ar-Risywah (suap) adalah sesuatu yang diberikan untuk
menggagalkan perkara yang benar atau mewujudkan perkara yang bathil
(tidak benar).”
Money politics juga memiliki arti yang tergolong sama di mana
Money Politics dilakukan dengan tujuan memudahkan dan mempengaruhi
sebuah hasil dalam pemilu dengan melakukan tindakan pelanggaran dan
mengagalkan segala hak asasi manusia yang dimana masyrakat bebas
dalam berdemokrasi (memilih calon pemimpin). Dalam konteks sistem,
suap dan Money Politics terjadi karena mekanisme yang ada dalam proses
kebijakan memiliki celah-celah. Argumentasi yang dikemukakan tiap
pihak mentah karena apa yang dipikirkan hanyalah kepentingan golongan
masing-masing tidak hanya terjadi di lingkukngan kehidupan birokrasi.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebenarnya telah menerbitkan
aturantentang Money Politics ini. Money Politics yang dimaksud
mempunyai pengertian tindakan membagi-bagi uang bagi sebagai milik
partai atau pribadi untuk membeli suara masyarakat melalui undang
undang no. 3 tahun 1999 pasal 73 ayat 3, dan diperbaharui lagi dalam UU
Pemilu 2008 yang diterbitkan oleh Presiden SBY dalam lembar Negara
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 Pasal 84, Ayat 1 Huruf J
berikut bunyi lengkapnya: “barang siapa pada waktu diselenggarakannya
pemilihan umum menurut undang-undang ini dengan pemberian atau janji
menyuap seseorang, baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya
untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara
tertentu, dipidana dengan pidana hukuman penjara paling lama tiga
tahun. Pidana itu dikenakan juga kepada pemilih yang menerima suap
berupa pemberian atau janji berbuat sesuatu.”
Walaupun adanya undang-undang yang akan menjerat bagi para
pelaku dan penerima Money Politics namun tetap saja kejadian-kejadian
Money Politics masih saja marak terjadi, hal ini disebabkan karena Proses
suap menyuap yang merupakan kesepakatan dari dua pihak baik dari
kandidat atau tim maupun pemilih akan mendatangkan keuntungan bagi
kedua belah pihak sehingga kedua belah pihak saling berkerjasam dalam
menutupi tindakan tersebut, sedangkan perbuatan atau kesepakatan yang
dilakukan bersama dalam hal kejahatan atau pelanggar hukum jelas
bertentangan dengan norma-norma agama sebagaimana firman Allah
S.W.T dalam QS Al-Maidah: 5 yang artinya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”
Ayat diatas menjelaskan bahwa kita dianjurkan untuk saling tolong
menolong dalam hal yang baik bukan menolong atau melakukan
kerjasama yang di mana bertujuan untuk membuat kejahatan atau
melakukan dosa-dosa karena melakukan kejahatan secara bersama-sama
akan mendapatkan siksaan yang teramat pedih dari Allah S.W.T maka dari
itu tindakan yang berupa saling menolong hanya untuk melakukan
kejahatan dan pelanggaran hokum tidak pernah di benarkan.
Money politics jelas-jelas merupakan sebuah tindakan yang dilarng
dalam undang-undang makanya itu jika saling membantu melakukan
sesuatu yang dilarang oleh Negara adalah merupakan tindakan kejahatan
maka dari itu kerjasama dalam mensukseskan sebuah pelanggaran adalah
sebuah tindakan yang dilarang oleh islam walaupun dengan alasan malu
atau tidak baik menolak karena hal tersebutlah yang membuat sebuah
pelanggaran seamkin dipandang sebuah kewajaran saja.
Dari uraian diatas penulis melihat bahwa money politics sangatlah
marak terjadi dalam pelaksanaan pemilu baik dari pemilihan legislatif
maupun pemilihan kepala daerah sehingga kegiatan demokrasi sering
terganggu dengan hadirnya aksi Money Politics. Melihat dari fenomena
tersebut penulis tertarik untuk meneliti praktik-praktik Money Politics
pada pikada serentak 2020 di provinsi sumatera barat di kabupaten tanah
datar dengan mengangkat judul proposal Money Politics dalam perspektif
BAWASLU provinsi Sumatera Barat (studi kasus PILGUB 2020).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang ada sebagaimana dikemukakan pada latar
belakang, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh Money Politics terhadap partisipasi masyrakat di
tanah datar tahun 2020?
2. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi sehingga masyarakat tanah
datar melakukan money politics?

C. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka Fokus Penelitian
ini, yaitu: Money Politics dalam perspektif BAWASLU provinsi Sumatera
Barat di kabupaten tanah datar (studi kasus PILGUB 2020).

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh money Politics terhadap partisipasi
masyrakat di tanah datar tahun 2020
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi sehingga
masyarakat tanah datar melakukan money politics
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
referensi bagi orang yang memerlukan referensi terkait strategi
komunikasi siaran dakwah Radio ARBES FM Padang dalam program
Mutiara Qolbu dan menambah wawasan bagi pembacanya.
2. Manfaat Praktik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi
instansi radio, khususnya radio ARBES FM Padang agar bisa
meningkatkan jangkauan pendengar dan bisa lebih maju dibandingkan
radio lainnya yang ada di Sumatera Barat Khususnya Kota Padang.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. PILKADA
1. Pengertian PILKADA
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
atau biasa disebut dengan Pilkada atau Pemilukada adalah Pemilihan
Umum untuk memilih pasangan calon Kepala Daerah yang diusulkan
oleh Partai Politik (Parpol) atau gabungan parpol dan perseorangan.
Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) merupakan sebuah pemilihan yang
dilakukan secara langsung oleh para penduduk daerah administratif
setempat yang telah memenuhi persyaratan.
Di Indonesia, saat ini pemilihan kepala daerah dapat dilakukan
secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang
sudah memenuhi syarat. Selain itu, pilkada juga dapat diartikan
sebagai Pemilihan Gubernur dan pemilihan Bupati atau Walikota yang
merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di provinsi dan
Kabupaten atau Kota untuk memilih Gubernur dan Bupati atau
Walikota berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Dasar Hukum PILKADA
a. Undang-Undang yang mengatur tentang Dasar Hukum
Penyelenggaraan PILKADA adalah sebagai berikut.
b. Undang-undang (UU) Nomor: 32 tentang Pemerintah Daerah.
c. Undang-undang (UU) Nomor: 32 tentang Penjelasan Pemerintahan
Daerah.
d. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor: 17 tentang Perubahan atas
Peraturam Pemerintah nomor 6 tahun 2005tentang pemilihan,
pengesahan pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan
wakil kepala daerah.
e. PP Pengganti UU Nomor: 3 tentang PERPU NO 3 TAHUN 2005.
Peserta pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik, hal ini didasarkan pada
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Ketentuan ini kemudian
sudah diubah oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang
menyatakan bahwa para peserta pilkada juga bisa berasal dari
pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang.
Undang-undang ini menindaklanjuti sebuah keputusan
Mahkamah Konstitusi (MK) yang membatalkan beberapa pasal
menyangkut para peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004.
3. Tujuan Pilkada
Tujuan pilkada yaitu untuk pilih wakil rakyat dan wakil area
untuk membentuk pemerintahan yang demokratis. Selain itu, pilkada
termasuk memiliki tujuan untuk berpengaruh dan memperoleh
sumbangan rakyat fungsi mewujudkan tujuan nasional yang tercantum
pada Undang-Undang Dasar 1945. Fenomena Money Politics
Fenomena Money Politik atau Politik Uang di Indonesia seakan sudah
menjadi sesuatu yang wajar, bahkan menjadi suatu keharusan. Idealnya
seorang yang dicalonkan dan mencalonkan diri sebagai seorang
bintang dalam suatu partai politik untuk mengikuti suatu pemilihan
legislatif ataupun eksekutif haruslah memiliki bekal pengetahuan dan
pengamalaman politik bukan hanya sekedar terkenal dan memiliki
dompet tebal. Akan kemana Indonesia ini untuk kedepannya tentulah
ditentukan oleh pemimpinnya. Merupakan suatu kemunduran untuk
Indonesia apabila para pemimpin kita hanyalah seorang 9 pemimpin
karbit-an yang hanya muncul apabila pemilihan mendekat dan
menghilang ketika pemilihan telah usai.
B. Money Politik
1. Pengertian
Money politic dalam Bahasa Indonesia adalah suap, arti suap
dalam buku kamus besar Bahasa Indonesia adalah uang
sogok.Menurut pakar hukum Tata Negara Universitas Indonesia,
Yusril Ihza Mahendra, definisi money politic sangat jelas, yakni
mempengaruhi massa pemilu dengan imbalan materi. Yusril
mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Indra Ismawan (1999)
kalau kasus money politic bisa di buktikan, pelakunya dapat dijerat
dengan pasal tindak pidana biasa, yakni penyuapan. Tapi kalau
penyambung adalah figur anonim (merahasiakan diri) sehingga
kasusnya sulit dilacak, tindak lanjut secara hukum pun jadi kabur.
Secara umum money politic biasa diartikan sebagai upaya untuk
mempengaruhi perilaku orang dengan menggunakan imbalan tertentu.
Ada yang mengartikan money politic sebagai tinadakan jual beli suara
pada sebuah proses politik dan kekuasaan.
Secara umum money politic biasa diartikan sebagai upaya untuk
mempengaruhi perilaku orang dengan menggunakan imbalan tertentu.
Ada yang mengartikan money politic sebagai tindakan jual beli suara
pada sebuah proses politik dan kekuasaan. Di dalam pemilihan
umuum atau PEMILU ada beberapa praktik tindakan money politic
misalnya:
a. Distribusi sumbangan, baik berupa barang atau uang kepada para
kader partai, penggembira, golongan atau kelompok tertentu,
Didalam Undang-Undang nomor 30 tahun 2003 mengenai masalah
dana kampanye telah ditentukan maslah dana kampanye pada pasal
43 antara lain; Dana kampanye dapat diperoleh dari pasangan
calon, partai politik yang mencalonkan, sumbangan pihak lain yang
tidak mengikat dan meliputi sumbangan perseorangan atau badan
hukum swasta Pasangan calon wajib memiliki rekening khusus
dana kampanye. Sumbangan dana kampanye dari perseorangn tidak
boleh lebih dari Rp. 100.000.000,- dan dari badan swasta tidak
boleh lebih dari Rp. 750.000.000,-
b. Pemberian sumbangan dari konglomerat atau pengusaha bagi
kepentingan partai politik tertentu, dengan konsesi-konsesi yang
ilegal,
c. Penyalahgunaan wewenang dan fasilitas negara untuk kepentingan
dan atau mengundang simpati bagi partai poltik tertentu (Sumartini,
2004). Ada beberapa macam-macam bentuk pemberian uang dari
kandidat kepada anggota dewan yang terlibat dengan politik uang
(Money Politics). Macam-macam itu adalah sebagai berikut:
1) Sistem ijon.
2) Melalui tim sukses calon.
3) Melalui orang terdekat.
4) Pemberian langsung oleh kandidat.
Money Politics ini yang tidak berhasil pada akhirnya dalam
masalah pembelian suara pemilih maupun dari anggota dewan
(DPRD). Ada bebarapa faktor yang membuat hal ini terjadi, yaitu:
1) Adanya hubungan keluarga dan persahabatan.
2) Bakal calon bersikap ragu-ragu
3) Adanya anggota yang terlanjur mempunyai komitmen tersendiri.
4) Adanya anggota yang dianggap opportunis.
2. Dasar Larangan Money Politik
Dasar Larangan Praktek Money Politik Dalam Pemilu ada
beberapa penjelasan dasar larangan money politik, berikut penjelasan
larangan money politik dalam pemilu menurut undang-undang
terdapat dalam Undang Undang No. 7 tahun 2017 pasal 523 ayat (3)
Tentang pemilihan umum berbunyi “Setiap orang yang sengaja
dengan sengaja pada hari pemungutan suara menjanjikan atau
memberikan uang atau materi lainnya kepada pemilih untuk tidak
menggunakan hak pilihnya atau memilih peserta pemilu tertentu
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp.36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah)”.
Secara hukum praktek ini jelas dinyatakan ilegal namun dalam
kenyataannya modus money politik tetaplah menjamur, hal ini
dikarenakan seseorang atau sekelompok masyarakat yang sudah
menerima uang atau barang tidak mungkin melaporkan adanya sebuah
upaya atau kegiatan money politik. Sebab secara moral ia telah
berhutang budi pada si pemberi dan secara hukum ia pasti kena jeratan
hukum juga. Telah dijelaskan dalam Undang-Undang No. 7 Tahun
2017 Pasal 523 ayat (2) dengan bunyi “Setiap pelaksana, peserta, dan/
atau tim Kampanye Pemilu yang dengan sengaja pada Masa Tenang
menjanjikan atau memberikan imbalan uang atau materi lainnya
kepada Pemilih secara langsung ataupun tidak langsung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 278 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling banyak
Rp48.000.000,00 (empat puluh delapan juta rupiah)”.
Ciri khas demokrasi adalah adanya kebebasan (freedom),
persamaan derajat (equality), dan kedaulatan rakyat (people’s
sovereghty). Di lihat dari sudut ini, demokrasi pada dasarnya adalah
sebuah paham yang menginginkan adanya kebebasan, kedaulatan bagi
rakyatnya yang sesuai dengan norma hukum yang ada. Dengan
demikian adanya praktik Money Politics berarti berdampak terhadap
bangunan, khususnya di Indonesia berarti prinsi-prinsip demokrasi
telah tercemari dalam praktek politik uang. Suara hari nurani
seseorang dalam bentuk aspirasi yang murni dapat dibeli demi
kepentingan. Jadi pembelokan tuntutan bagi nurani inilah yang dapat
dikatakan kejahatan.
Sisi etika politik yang lainnya adalah pemberian uang kepada
rakyat dengan harapan agar terpilihnya partai politik tertentu berimbas
pada pendidikan politik, yaitu mobilisasi yang pada gilirannya
menyumbat partisipasi politik. Rakyat dalam proses seperti ini tetap
menjadi objek eksploitasi politik pihak yang memiliki kekuasaan.
Timbulnya kesenjangan sosial dengan adanya money politic
antara si kaya dengan si miskin karena hanya orang-orang yang
memiliki duit yang dapat menjabat di pemerintahan dan karena
tidakadanya kemampuan politik yang bagus akan timbul masalah-
masalah seperti korupsi.
3. Unsur-Unsur Praktek Money Politik Dalam Pemilu
Adapun yang menjadi unsur-unsur dalam praktek money politik
dalam pemilu:
a. Penerima uang atau harta (suap) yaitu orang yang menerima
sesuatu dari orang lain berupa harta atau uang maupun jasa supaya
mereka melaksanakan permintaan penyuap, padahal tidak
dibenarkan oleh syara’, baik berupa perbuatan atau justru tidak
berbuat apa-apa. Pada umumnya orang yang menerima suap adalah
para pejabat yang memiliki keterkaitan terhadap masalah yang
dihadapi oleh pemberi suap. Akan tetapi juga tidak menutup
kemungkinan penerima suap adalah bukan para pejabat, seperti
teman atau mungkin kepada orang yang berstatus dibawahnya.
b. Pemberi uang atau harta (suap) yaitu orang yang menyerahkan
harta atau uang atau jasa untuk mencapai tujuannya. Pemberi suap
ini pada umumnya adalah mereka yang memiliki kepentingan
terhadap penerima suap. Kepentingan kepentingan tersebut bisa
karena masalah hukum, untuk pemenangan pemilu dan lain-lain.
Pemberi suap ini melakukan suap dikarenakan dia ingin menjadi
pihak yang menang, sehingga cenderung melakukan segala cara
untuk dapat menang.
c. Suapan berupa uang atau harta yang diberikan. Harta yang
dijadikan sebagai obyek suap beranekaragam, mulai dari uang,
mobil, rumah, motor dan lain-lain. Setiap pelaksana kampanye
pemilu yang dengan Abdullah Bin Abdul Muhsin, Jariimatur-
Rasyati Fisy-Syarii’atil Islamiyyati sengaja menjanjikan atau
memberikan uang atau materi lain untuk memengaruhi pilihan atau
mempengaruhi masyarakat untuk memilihnya. Perbuatan tersebut
dilakukan oleh pelaksana, peserta dan/atau petugas kampanye
pemilu. Apabila dilihat secara substantif, regulasi tentang politik
uang ini memang sarat kelemahan baik dalam UU Parpol, UU
Pemilu, UU Pilpres dan UU Pemda (Pilkada). Di dalamnya masih
terbuka celah untuk disiasati karena terkadang pemberian-
pemberian tersebut dikemas dalam bentuk sumbangan masjid,
pesantren, dan bantuan infrastrukturpada masyarakat, perlombaan
olah raga seperti jalan santai dengan hadiah atau doorprize, serta
pasar murah dengan harga sembako yang sangat murah.
4. Sebab Praktek Money Politik Dalam Pemilu
Adapun Penyebab dan dampak money politik dalam pemilu
adalah sebagai berikut :
a. Penyebab Praktek Money Politik Dalam Pemilu
b. Penyebab terlaksananya praktek money politik, yaitu peserta
pemilu
c. (calon anggota legislatif) dan masyarakat sebagai pemilih. Salah
satu alasan mengapa para caleg melakukan money politik adalah
mereka
d. takut kalah bersaing dengan caleg lain. Caleg yang baru bersaing
masih mencari bentuk serangan fajar. Mereka berpotensi
melakukan politik. Para caleg yang pernah mencalonkan diri pada
pemilu sebelumnya tentu lebih ahli dalam money politik dan
dipastikan akan mengulangi hal yang sama. Ada beberapa
penyebab mengapa banyak rakyat yang terlibat dalam money
politik, antara lain:
1) Sudah Tradisi
Money politik bukanlah nilai-nilai yang diajarkan nenek
moyang kita, tapi money politik seakan sudah mendarah daging
dan jadi tradisi terutama bagi kelompok orang-orang yang
banyak uang. Jika menengok dari sejarah, budaya money
politik sudah sering ditemui sejak zaman kolonialisme dulu.
Para penjajah menyuap pejabat-pejabat pribumi untuk
mendapatkan apa yang mereka mau. Kebiasaan buruk itu
ternyata ditiru. Parahnya, malah keterusan hingga saat ini.
2) Haus Kejayaan
Manusia bisa saja silau dengan kejayaan mulai dari
kekayaan, kekuasaan bahkan jabatan. Demi mendapatkannya
orang-orang rela melakukan apa saja bahkan menempuh jalan
“belakang” jika perlu, yaitu dengan memberikan sesuatu bisa
berupa uang atau benda-benda lain agar niatnya dapat
dilaksanakan. Hal paling sepele dan sering kita temui adalah
praktik suap dilakukan oleh para pelanggar lalu lintas pada
polisi yang menangkapnya agar kasusnya tak jatuh ke meja
pengadilan. Contoh lainnya adalah soal mendapatkan
kedudukan. Tak jarang para calon kepala daerah sampai rela
mengeluarkan uang banyak untuk membeli suara rakyat. Lalu
jika terus-terusan seperti ini bagaimana demokrasi di Indonesia
akan ditegakkan.
3) Lingkungan Yang Mendukung
Bukan sebuah rahasia lagi jika praktik money politik
atau risywah (suap-menyuap) mulai dari institusi kecil sampai
ke kalangan pejabat pejabat tinggi negara adalah sebuah
jaringan yang terorganisir. Lingkungan yang paling rentan
terhadap kasus suap adalah pengadilan, tentu saja yang menjadi
target suap adalah para hakim. Terkadang jika terdakwa tidak
ada inisiatif untuk memberi suap, justru oknum-oknum hakim
yang tidak “bersih” malah menawari si terdakwa. Bahkan tak
jarang ada terdakwa yang justru takut hukumannya akan
tambah berat jika tidak menerima tawaran tersebut.
4) Hukum Yang Bisa Dibeli
Hukum di Indonesia adalah hukum yang bisa dibeli
dengan uang. Bukan berarti hukumnya yang salah, tapi oknum-
oknum penegaknya yang membuat hukum jadi tidak mempan
bagi orang-orang yang banyak uang. Dengan menyuap para
hakim atau bahkan para penjaga tentara dengan iming-iming
sejumlah uang, maka para terdakwa bisa menikmati hidup
mewah bahkan dipenjara sekalipun. Lebih-lebih masa hukuman
dapat dipersingkat dan segera menghirup udara bebas.
5) Lemah Iman
Iman yang lemah otomatis akan membuat seseorang
akan jauh dari tuhan yang maha esa. Hal itu merupakan faktor
utama yang menyebabkan seseorang dengan mudah melakukan
dan menerima suap. Mengesampingkan fakta bahwa apa yang
mereka lakukan itu adalah perbuatan dosa. Tidak ada rasa takut
sama sekali akan perbuatan itu. Karena jika iya, mereka tidak
akan pernah melakukan money politikapalagi sampai
melakukan money politik karena perbuatan itu dapat
menyeretnya ke neraka. Itulah kenapa budaya money politik
masih saja langgeng di negeri ini.
6) Masyarakat Miskin
Sebagaimana kita ketahui angka kemiskinan di
Indonesia cukup tinggi. Kemiskinan adalah keadaan dimana
terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi-memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya
akses terhadap pendidikan dan pekerjan. Kondisi miskin
tersebut seperti memaksa dan menekan sebagian masyarakat
untuk segera mendapat uang. Money politik pun menjadi ajang
para rakyat untuk berebut uang.
7) Rendahnya Pengetahuan Masyarakat Tentang Politik.
Tidak semua orang tahu apa itu politik, bagaimana
bentuknya, serta apa yang ditimbulkan dari politik. Itu semua
biasa disebabkan karena tidak ada pembelajaran tentang politik
di sekolah-sekolah atau masyarakatnya sendiri yang memang
acuh terhadap politik di Indonesia. Sehingga ketika ada pesta
politik seperti pemilu, masyarakat tersebut akan bersikap acuh
dengan pemilu. Tidak mengenal partai, tidak masalah. Tidak
tahu calon anggota legislatif, tidak masalah. Bahkan mungkin
tidak ikut pemilu pun tidak masalah. Kondisi seperti ini
menyebabkan maraknya money politik.
Rakyat yang acuh dengan pemilu dengan mudah
menerima pemberian dari para peserta pemilu. Money politik
pun dianggap tidak masalah bagi mereka. Mereka tidak akan
berpikir jauh ke depan bahwa uang yang diberikan itu suatu
saat akan “ditarik” kembali oleh para caleg yang nantinya
terpilih menjadi anggota legislatif. Mereka tidak menyadari
adanya permainan politik yang sebenarnya justru merugikan
diri mereka sendiri.
8) Kebudayaan
Saling memberi dan jika mendapat rejeki tidak boleh
ditolak, begitulah ungkapan yang nampaknya telah melekat
dalam diri bangsa Indonesia. Uang dan segala bentuk politik
uang dari peserta pemilu dianggap sebagai rejeki bagi
masyarakat yang tidak boleh ditolak.
5. Dampak Praktek Money Politik Dalam Pemilu
Ada beberapa dampak money politik dalam pemilu antara lain:
a. Dampak Terhadap Pribadi
Tidak dapat dipungkiri bahwa money politik merupakan
penyakit kronis yang dapat meruntuhkan jati diri seseorang.
Demikian itu, karena tindakan money politik (sogok/suap), baik
pemberi atau penerimanya dapat menciderai pondasi akhlak yang
paling tinggi, yaitu al-'Adl (keadilan) dan seseorang. Sementara
baik dan buruknya akhlak seseorang menjadi ukuran keimanannya
ihsan (berbuat baik).
b. Dampak Terhadap Ekonomi
Didalam konteks ekonomi, perilaku memberikan dan
menerima suap yang merupakan bagian dari tindakan korupsi ini
dapat menghambat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Paolo Mauro, Secara ekonomi
keberadaan money politik akan menganggu mekanisme transmisi
pendapatan dan kekayaan sehingga timbulnya korupsi akan
menyebabkan timbulnya kesenjangan pendapatan. Hal ini akan
berdampak terhadap semakin tidak baiknya penyediaan barang dan
jasa publik (baik kualitas maupun kuantitas).
c. Dampak Terhadap Masyarakat
Tentunya tindakan money politik yang dilakukan oleh
banyak pihak akan menyebabkan kekacauan dalam tatanan hidup
bermasyarakat dan bernegara. Tidaklah mengherankan jika Islam
mengharamkan suap dan bersikap keras terhadap semua pihak
yang terlibat di dalam praktik itu. Demikian itu, karena tersebarnya
praktik suap di tengah masyarakat berarti merajalelanya kerusakan
dan kezhaliman, berupa hukum tanpa asas kebenaran atau ketidak
pedulian untuk berhukum dengan kebenaran, mendahulukan yang
seharusnya diakhirkan dan mengakhirkan yang seharusnya
didahulukan, juga merajalelanya mental oportunisme dalam
masyarakat, bukan mental tanggung jawab melaksanakan
kewajiban.
d. Dampak Terhadap Para Calon Legislatif
Dampak bagi para calon legislatif sendiri, apabila mereka
berhasil terpilih karena suksesnya money poltik yang mereka
lakukan, maupun dampak dari kekalahan para calon legislatif yang
gagal dalam money politik yang mereka lakukan. Bagi para calon
legislatif yang gagal dampaknya ialah bila mereka imannya
kurang, mereka bisa saja menjadi gila, atau psikologi nya
terganggu, karena kita bisa banyak temukan para calon legislatif
yang gila karena mereka gagal menduduki kursi legislatif. Selain
karena kurang suara, tidak sedikit para calon legislatif yang gagal
karena terbukti melakukan pelanggaran, ibarat pepatah sudah jatuh
tertimpa tangga pula, sudah keluar uang banyak tapi tidak terpilih
dan akhirnya tertangkap pula, akibatnya rumah sakit lah yang
menjadi ujung perjuangan mereka.
Untuk melawan praktik Money Politic, diperlukan para politikus
sejati yang benar-benar memahami bahwa pengertian politik adalah
seni menata negara dan tujuannya adalah menciptakan kebaikan
bersama agar rakyat lebih sejahtera. Politik memerlukan orang-orang
baik, memiliki keunggulan komparatif dalam artian memiliki
kompetensi, dan sekaligus juga memiliki keunggulan kompetitif.
Sebab, kebaikan dalam politik perlu diperjuangkan sampai ia
tertransformasi ke dalam kebijakan-kebijakan politik negara.
Beberapa pihak-pihak yang turut berperan dalam melakukan
perubahanperubahan politik adalah negara, dinasti, kelas sosial, elite
dari berbagai golongan, kelompok generasional (khususnya generasi
muda), kelompok etnis dan budaya. Negara disini dapat berperan
mengurangi praktik money politic dengan menegakkan hukum dengan
merata dan membuka lapangan pekerjaan pekerjaan 11 seluasnya.
Demikian keluarga sebagai pranata awal dan paling penting dalam
proses sosial, bagaimana orang tua dapat memberikan sosialisasi
kepada anak mengenai pentingnya hidup bernegara yang baik dan
menekankan makna kejujuran. Sekolahpun dapat menjadi media
sosialisasi bagi pemerintah untuk melakukan sosialisasi bahaya
praktek money politik karena mengingat media sosialisasi sekolah
lebih luas daripada di dalam keluarga.
C. Bawaslu
1. Pengertian Bawaslu
Bawaslu adalah suatu badan yang mempunyai tugas dan pokok
melakukan pengawasan terhadap tahapan penyelenggaraan pemilu,
yang meliputi pemilu anggota DPR, DPD, DPRD, Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden, serta pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah. Bawaslu merupakan suatu badan yang bersifat tetap, dengan
masa tugas anggotanya selama 5 (lima) tahun, dihitung sejak
pengucapan sumpah/janji jabatan. Dalam pasal 22E ayat (5) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi:
“Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan
Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri”.
Bawaslu ialah lembaga adhoc yang dibentuk sebelum tahapan
pertama pemilu, yaitu pada tahapan pendaftaran pemilih yang dimulai
dan dibubarkan setelah calon yang terpilih dalam pemilu telah dilantik.
Lembaga pengawas pemilu adalah khas Indonesia, di mana Panwaslu
dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan tahapan-tahapan pemilu,
menerima pengaduan, serta menangani kasus-kasus pelanggaran
administrasi dan pelanggaran pidana pemilu.
Adapun wilayah kerja Bawaslu tersebut diatur dalam Pasal 26
peraturan Bawaslu 4/2018 menyebutkan:
a) Bawaslu, Bawaslu provinsi, Bawaslu kabupaten/kota melakukan
monitoring terhadap pemantau pemilu dengan cara pemantau
pemilu menyerahkan laporan pemantau kepada Bawaslu, Bawaslu
provinsi, Bawaslu kabupaten/kota sesuai dengan rencana wilayah
kerja pemantauan.
b) Laporan hasil pemantauan dapat dipublikasikan di website
Bawaslu. Berdasarkan aturan tersebut, monitoring Bawaslu kepada
pemantau pemilu dilakukan dengan pemantau pemilu harus
meyerahkan laporan pemantauan kepada Bawaslu. Laporan hasil
pemantauan tersebut kemudian dapat dipublikasikan oleh Bawaslu.
2. Tugas, Wewenang dan Kewajiban Bawaslu
Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Pengawas Pemilu
berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum. Bawaslu bertugas:
a. Menyusun standar tata laksana pengawasan Penyelenggaraan
Pemilu untuk pengawas Pemilu di setiap tingkatan.
b. Melakukan pencegahan dan penindakan terhadap:
1) Pelanggaran Pemilu
2) Sengketa proses Pemilu;
c. Mengawasi persiapan Penyelenggaraan Pemilu, yang terdiri atas:
1) Perencanaan dan penetapan jadwal tahapan Pemilu
2) Perencanaan pengadaan logistik oleh KPU
3) Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu; dan
4) Pelaksanaan persiapan lainnya dalam Penyelenggaraan Pemilu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
d. Mengawasi pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu, yang
terdiri atas:
1) Pemutakhiran data pemilih dan penetapan daftar pemilih
sementara serta daftar pemilih tetap
2) Penataan dan penetapan daerah pemilihan DPRD
kabupaten/kota;
3) Penetapan Peserta Pemilu
4) Pencalonan sampai dengan penetapan Pasangan Calon, calon
anggota DPR, calon anggota DPD, dan calon anggota DPRD
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) Pelaksanaan dan dana kampanye
6) Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya
7) Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil
Pemilu di TPS
8) Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan
sertifikat hasil penghitungan suara dari tingkat TPS sampai ke
PPK
9) Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di PPK, KPU
Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, dan KPU
10) Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang,
Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan
11) Penetapan hasil Pemilu
e. Mencegah terjadinya praktik politik uang
f. Mengawasi netralitas aparatur sipil negara, netralitas anggota
Tentara Nasional Indonesia, dan netralitas anggota Kepolisian
Republik Indonesia.
g. Mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan.
h. Menyampaikan dugaan pelanggaran kode etik Penyelenggara
Pemilu
i. kepada DKPP:
1) Menyampaikan dugaan tindak pidana Pemilu kepada
Gakkumdu
2) Mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta melaksanakan
penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan
3) Mengevaluasi pengawasan Pemilu
4) Mengawasi pelaksanaan Peraturan KPU
5) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.
Selain tugas, bawaslu juga memiliki wewenang, antara lain:
a. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan
dugaan adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan yang mengahrr mengenai Pemilu
b. Memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran, administrasi
Pemilu
c. Memeriksa, mengkaji, dan memuttrs pelanggaran politik uang
d. Menerima, memeriksa, memediasi atau mengadjudikasi, dan
memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu;
e. Merekomendasikan kepada instansi yang bersangkutan mengenai
hasil pengawasan terhadap netralitas aparatur sipil-negara,
netralitas anggota Tentara Nasional Indonesia, dan netralitas
anggota Kepolisian Republik Indonesia; '
f. Mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan kewajiban
Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota secara berjenjang
jika Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten Kota berhalangan
sementara akibat dikenai sanksi atau akibat lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
g. Meminta bahan keterangan yang diberikan kepada pihak terkait
dalam rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran
administrasi, pelanggaran kode etik, dugaan tindak pidana Pemilu,
dan sengketa proses Pemilu
h. Mengoreksi putusan dan rekomendasi Bawaslu Provinsi dan
Bawaslu Kabupaten/Kota apabila terdapat hal yang bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang undangan
Kewajiban bawaslu antara lain:
a. Bersikap adil dalam menjalankan tugas dan wewenang
b. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas Pengawas Pemilu pada semua tingkatan
c. Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Presiden dan
DPR sesuai dengan tahapan Pemilu secara periodik darr/atau
berdasarkan kebutuhan
d. Mengawasi pemutakhiran dan pemeliharaan data pemilih secara
berkelanjutan yang ditakukan oleh KPU dengan memperhatikan
data kependudukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan


pendekatan kualitatif. Menurut (Sugiyono, 2013: 9)metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
sebagai lawannya adalah eksperimen.
Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln dalam Lexy Moleong, (2006:
5) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
Sejalan pula dengan pemikiran Andi Prastowo (2012: 186) yang
menyatakan penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis
tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel,
gejala, dan keadaan. Menurut (Sugiyono 2013: 35)penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain, jadi dalam
penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu dengan
variabel yang lain. Tujuan penelitan deskriptif ini untuk memberikan
gambaran, mendeskripsikan, dan mengungkapkan gambaran dengan melihat
bagaimana program siaran dakwah yang disiarkan di Radio ARBES FM
Padang.

B. Latar Dan Waktu Penelitian

Latar dalam penelitian ini adalah pada BAWASLU Tanah Datar

39
C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen kunci penelitian


adalah peneliti itu sendiri. Menurut (Sugiyono, 2013: 22) instrumen utamanya
adalah peneliti itu sendiri, namun setelah fokusnya, maka akan dikembangkan
instumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data
membandingkan dengan data yang ditemukan melalui observasi dan
wawancara. Peneliti mengungkapkan secara lebih mendalam menggunakan,
pedoman wawancara dan panduan studi dokumen, camera phone dan alat
perekam suara.

D. Sumber Data
Menurut (Sugiyono, 2007: 103)sumber data dalam penelitian berupa
data yang diambil langsung dari objek penelitian antara lain:
1. Data Primer (premier-sources), mencari data langsung ke lapangan
dengan sumber penelitian ini adalah karyawan dan dokumen-dokumen
yang ada di BAWASLU Tanah Datar
2. Data Sekunder (secondary-sources), yaitu dengan mencari referensi
buku-buku jurnal yang berkaitan dengan money politik dalam
perspektif bawaslu

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik
pengumpulan data lebih banyak pada observasi dengan menggunakan alat
panduan observasi tentang money politik yang terjadi saat pilkada
berlangsung

F. Teknik Analisis Data


Menurut (Sugiyono, 2013: 245) analisa data dalam penelitian
kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di
lapangan, dan setelah di lapangan. Dikatakan juga bahwa analisa data
sebelum memasuki lapangan dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan
fokus penelitian.
Aktivitas analisis data yaitu data reduction, data display dan
conclusion drawing/verification.
1. Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data di lapangan berkaitan tentang
money politik ketika pilkada.
2. Reduksi Data
Disini peneliti mengumpulkan, merangkum, memilih informasi-
informasi yang pokok, memfokuskan pada informasi yang penting,
dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksikan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang money
politik dalam perspektif bawaslu Tanah Datar
3. Penyajian Data
Penyajian hasil penelitian ini dipaparkan deskriptif berdasarkan
temuan di lapangan dengan bahasa khas dan pandangan emik informan
agar mudah dipahami oleh pembaca. Melakukan interpretasi data yaitu
menginterpretasikan apa yang telah diinterpretasi oleh informan
terhadap masalah yang diteliti.
4. Penarikan Kesimpulan
Pada tahap ini peneliti melakukan interpretasi data sesuai
dengan konteks permasalahan dari tujuan peneliti. Dari interprestasi
yang dilakukan akan diperoleh kesimpulan dalam jawaban masalah
42
penelitian.

G. Teknik Penjamin Keabsahan Data


Dalam Uji keabsahan data peneliti mengggunakan cara triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Menurut William Wiersa dalam (Sugiyono, 2007:
237)“Triagulation is qualitative cross-validation. It assesses to a
sufficiency of the data according to the convergence of multiple data
collection procedurs”. Diartikan sabagai pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara dan waktu, sehingga triangulasi dapat
dikelompokkan dalam 3 jenis yakni: triangulasi sumber, triangulasi
pengumpulan data dan triangulasi waktu. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan triangulasi dengan sumber. Menurut (Sugiyono, 2013: 225).
Untuk menguji valid data yang akan peneliti dapatkan dari staff bawaslu
Tanah Datar.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Muchotob Hamzah dan Subakir Saerozi. Jakarta: Gema Insani, 2001


Zamili.2020. Money Politik Dalam Perspektif Bawaslu Provinsi Lampung.
Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung (Skripsi)
https://media.neliti.com/media/publications/1097-ID-money-politics-
dalam-pemilihan-legislatif-di-kota-manado-tahun-2014-suatu-
studi.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/246482-none-c06815cb.pdf

Anda mungkin juga menyukai