Anda di halaman 1dari 22

Formulasi Kebijakan Anggaran Pendidikan dalam Mewujudkan

Peningkatan Pemerataan Pendidikan Era Otonomi Daerah


di Kabupaten Solok
==========================================================
Oleh: Roni Ekha Putera

ABSTRACT

Post-Reform has brought about a fundamental change in the national


education system. Changes in the education system follow changes in the
authoritarian system of government-centralized toward decentralized,
better known by the name of educational autonomy. Thus, the education
system also adjusts to model of regional autonomy. Policy autonomy in
education, then expected to bring much hope for the improvement of
education system in the region in particular and in Indonesia as a whole.
This study tried to describe the formulation of educational budget policy
in Solok Regency and the actors involved in the formulation. The
qualitative method was used in this study. Based on data analysis, it is
found that autonomy in the regency of Solok has used the bottom-up
model in the budget policy formulation, which involves active community
participation. The involvement of the community is expected for
distribution of education at every level of society.

Kata Kunci: Formulasi Kebijakan, Anggaran Pendidikan, Otonomi


Daerah, Pemerataan Pendidikan

I. PENDAHULUAN
Proses pendidikan merupakan upaya outcome yang relevan dengan tuntutan
sadar manusia yang tidak akan pernah zaman2.
ada hentinya. Sebab, jika manusia Dalam konteks kebijakan pendi-
berhenti melakukan pendidikan, sulit dikan nasional, menurut Suyanto3,
dibayangkan apa yang akan terjadi pada banyak pakar dan praktisi pendidikan
sistem peradaban dan budaya1. Dengan mengkritisi pemerintah, dianggap
ilustrasi ini, maka baik pemerintah tidak memiliki komitmen yang kuat
maupun masyarakat berupaya untuk untuk membenahi sistem pendidikan
melakukan pendidikan dengan standar nasional”. Artinya, kebijakan-kebi-
kualitas yang diinginkan untuk jakan pendidikan kurang menggam-
memberdayakan manusia. “Sistem barkan rumusan-rumusan permasa-
pendidikan yang dibangun harus lahan dan “prioritas” yang ingin
disesuaikan dengan tuntutan zamannya, dicapai dalam jangka waktu tertentu.
agar pendidikan dapat menghasilkan Hal ini, “terutama berkaitan dengan
anggaran pendidikan nasional yang
semestinya sebesar minimal 20%,
1
Suyanto. 2006. Dinamika Pendidikan Nasi-
2
onal (Dalam Percaturan Dunia Global). Ibid
3
Jakarta: PSAP Muhammadiyah. Ibid

Formulasi Kebijakan Anggaran Pendidikan... 205


diambil dari APBN dan APBD (pasal yang lebih besar kepada pemerintah
31 ayat 4 UUD Amandemen keem- daerah kabupaten/kota dalam
pat). Tetapi, sampai sekarang kebi- memberikan pelayanan dasar dan
jakan strategi belum dapat diwujud- menengah kepada masyarakat guna
kan sepenuhnya, pendidikan nasional meningkatkan sumber daya manusia
masih menyisihkan kegetiran- yang unggul di masa akan datang.
kegetiran bagi rakyat kecil yang tidak Dengan otonomi daerah,
mampu mengecap pendidikan di pemerintah Kabupaten/kota juga me-
sekolah” (Suyanto, 2006:xi). miliki kesempatan untuk mendorong
Implementasi Kebijakan partisipasi masyarakat, tidak hanya
Otonomi daerah yang didasarkan pada dalam pembiayaan pendidikan tetapi
UU No. 32 Tahun 2004 tentang juga dalam hal merencanakan dan
Pemerintah Daerah, yaitu memu- mengevaluasi bagaimana delivery
tuskan suatu keputusan dan atau mechanism dari layanan pendidikan
kebijakan secara mandiri dimana kepada masyarakat. Selain itu
kewenangan yang dulu berada di otonomi daerah memungkinkan
pusat sekarang telah diserahkan sejumlah kewenangan yang telah
kepada daerah dalam hal ini propinsi diserahkan oleh pemerintah pusat
dan kabupaten/kota. Pemberian kepada pemerintahan daerah untuk
otonomi ini dimaksudkan untuk lebih melakukan kreasi, inovasi dan
memandirikan daerah dan member- improvisasi dalam bidang pendidikan
dayakan masyarakat sehingga lebih baik dari segi kebijakan, pembiayaan,
leluasa dalam mengatur dan kurikulum, sarana dan prasarana
melaksanakan kewenangannya atas pendidikan, tenga pendidikan maupun
prakarsa sendiri. Pemberian otonomi pengendalian mutu pendidikan untuk
yang luas dan bertanggung jawab pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan dengan berdasarkan termasuk non formal. Sehingga
prinsip-prinsip demokrasi, peran serta dengan pemberlakuan otonomi daerah
masyarakat, pemerataan, berkeadilan, tersebut membawa implikasi terhadap
dan memperhatikan potensi serta perubahan dalam penyelenggaraan
keanekaragaman daerah, dengan titik pendidikan, yang salah satunya adalah
sentral otonomi pada tingkat yang berkurangnya peran pemerintah pusat
paling dekat dengan rakyat, yaitu dalam pengelolaan pendidikan5.
kabupaten dan kota. Hal yang esensial Dalam otonomi pendidikan,
dari otonomi daerah adalah semakin sebenarnya terbuka peluang yang
besarnya tanggung jawab daerah cukup besar untuk membuat
untuk mengurus tuntas segala pendidikan di daerah menjadi lebih
permasalahan yang tercakup di dalam berkualitas. Hal ini terjadi karena
pembangunan masyarakat di Bupati Kepala Daerah saat ini
daerahnya, termasuk bidang pendi- memiliki kewenangan yang penuh
dikan4. Dengan memberikan peluang
5
Hasbullah. 2007. Otonomi Pendidikan,
Kebijakan Otonomi Daerah, dan Impli-
4
Fasli Jalal dan Supriadi, Dedi, (ed). 2001. kasinya terhadap Penyelenggaraan
Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Otonomi Daerah, Yogyakarta: Adi Cita. Persada.

206
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
dalam menentukan kualitas sekolah di ini, kurang lebih 32 tahun di bawah
daerahnya masing-masing melalui rezim orde baru. Penyelenggaraan
sistem rekrutmen guru, rekrutmen serta manajemen yang dikendalikan
siswa, pembinaan profesionalisme oleh pusat telah menghasilkan output
guru, rekrutmen kepala sekolah, pendidikan Indonesia manusia robot
penentuan sistem evaluasi, dan tanpa inisiatif6. Sekarang ini
sebagainya. Jadi dalam era otonomi, kenyataan yang dihadapi adalah
berbicara tentang kualitas pendidikan output, pendidikan memiliki mental
dasar dan menengah tinggal yang selalu tergantung kepada orang
tergantung pada apa maunya daerah. lain. Output pendidikan tidak
Jika meminjam terminologi school memiliki mental yang bersifat
based management, kualitas pendi- mandiri, karena memang tidak kritis
dikan untuk masa yang akan datang dan kreatif. Pendekatan yang
lebih tergantung pada komitmen sentralistik dan cenderung kepada
daerah untuk merumuskan visi dan totaliterisme tampak dalam penyele-
misi di daerahnya masing-masing. nggaraan pendidikan selama ini,
Jika daerah cukup visioner, kurang lebih 32 tahun di bawah rezim
pengembangan sektor pendidikan orde baru.
akan memiliki peluang yang besar Penyelenggaraan serta manaje-
untuk dapat memenuhi standar men yang dikendalikan oleh pusat
kualitas sesuai dengan harapan para telah menghasilkan output pendidikan
stakeholders. Manakala pemerintah Indonesia manusia robot tanpa
daerah memiliki political will yang inisiatif7. Akhirnya, output yang
kuat dan kemudian disertai dengan pernah mengenyam pendidikan,
kebijakan yang mengedepankan arti malah menjadi “pengangguran
penting pendidikan sebagai upaya terselubung”. Ini artinya, setiap tahun-
human investment di daerah, dapat nya, pendidikan nasional Indonesia
dipastikan pendidikan di daerah itu memproduksi pengangguran terselu-
akan memiliki praksis yang baik, dan bung. Mereka itu, adalah korban dari
dengan demikian kualitas pendidikan ketidakberesan sistem pendidikan
akan dapat ditegakkan. Nasional yang masing sedang
Namun demikian, kesempatan merangkak berbenah. Mungkin saja,
besar yang diberikan kepada daerah sebagai insan yang berpendidikan,
untuk meningkatkan kualitas pela- tentu saja terus atau banyakan
yanan pendidikan bagi masyarakat berharap akan datangnya perubahan
tentu tidak mudah untuk dapat “fundamental” terhadap sistem
8
dilakukan. Sebab untuk menye- pendidikan di Indonesia . Sedangkan
lenggarakan pelayanan pendidikan dari sisi input pelayanan pendidikan
yang berkualitas membutuhkan ber-
bagai syarat yang harus dipenuhi.
6
Syarat tersebut meliputi input, proses H.A.R. Tilaar. 2004. Paradigma Baru
untuk menjamin dihasilkan output Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka
Cipta.
pendidikan yang baik. Pendekatan
yang sentralistik dan cenderung 7
H.A.R. Tilaar. 2004. Paradigma Baru
kepada totaliterisme tampak dalam Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka
penyelenggaraan pendidikan selama Cipta.
8
Suyanto, op cit

Formulasi Kebijakan Anggaran Pendidikan... 207


akan berjalan dengan baik apabila persoalan dapat diketahui dan
tersedia: sarana dan prasarana fisik dirumuskan dengan jelas selanjutnya
yang memadai, sumber daya manusia para policy maker di daerah akan
yang kompeten, dan berbagai sarana dapat membuat kebijakan-kebijakan
lain yang dibutuhkan untuk proses yang tepat guna untuk memecahkan
pembelajaran yang lengkap dengan masalah tersebut sehingga melahirkan
jumlah yang cukup, peralatan output yang baik.
pratikum yang memadai dan berbagai Kabupaten Solok sebagai
sarana lain yang dibutuhkan untuk salah satu Kabupaten Di Propinsi
proses pembelajaran. Sumatera Barat untuk lebih
Kewenangan besar yang memberikan perhatian yang serius
dimiliki oleh daerah dengan Undang- terhadap pendidikan di daerahnya.
undang otonomi daerah tentu saja Keseriusan Kabupaten Solok terlihat
hanya akan bermanfaat apabila diikuti dengan dijadikan bidang pendidikan
dengan kapasitas dan kreativitas sebagai pilar pertama dari tiga pilar
pemerintah Kabupaten/Kota untuk utama pembangunan di Kabupaten
membuat kebijakan-kebijakan yang Solok yaitu bidang pendidikan,
akurat yang diarahkan untuk kesehatan dan ekonomi Kerakyatan.
meningkatkan input dan proses Pemerintah Kabupaten Solok dalam
pembelajaran. Upaya untuk membuat Rencana Pembangunan Jangka
kebijakan yang akurat dalam bidang Menengah Daerah (RPJMD) 2006-
pendidikan, salah satunya akan sangat 2010 telah menetapkan bidang
tergantung kepada tersedianya pendidikan sebagai salah satu sasaran
informasi yang valid tentang berbagai utama (Pilar Utama) diantara dua
persoalan pendidikan yang dihadapi sasaran (pilar) lainnya. Penetapan ini
oleh Kabupaten/Kota. Dengan tentu telah melalui pertimbangan yang
informasi yang valid tersebut para berdasarkan pada fakta dan data yang
policy maker akan dapat merumuskan ada. Kondisi pendidikan masyarakat
apa persoalan pokok yang harus yang masih relatif rendah menjadi
dipecahkan dari aspek input dan tantangan pemerintah daerah untuk
proses pembelajaran, sebagai upaya meningkatkannya seoptimal mungkin.
untuk meningkatakan kualitas Ketiga pilar tersebut dapat
pendidikan. Setelah substansi digambarkan sebagai berikut ini.

Gambar 1. Tiga Pilar Utama (Issue Sentral ) pembangunan


di Kabupaten Solok

PENDIDIKAN

KESEHATAN EKONOMI
KERAKYATAN

208
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
Pemerintah Kabupaten Solok tersebut dengan menjadikan
bersama masyarakat telah bertekad pendidikan sebagai pilar utama dalam
untuk menjadikan Kabupaten Solok pembangunan, menyikapi itu tentu
terbaik dari yang baik. Tekad tersebut saja ke depan perlu ada aturan regulasi
dituangkan dalam peraturan daerah di daerah mengenai pembiayaan
No. 4 Tahun 2005 tentang Rencana pendidikan misalnya dalam bentuk
Pembangunan Jangka Panjang daerah peraturan di daerah sehingga nantinya
(RPJPD) 2006-2024 dan dijabarkan arah di daerah tidak terjadi
ke dalam Rencana Pembangunan komersialisasi pendidikan, sehingga
Jangka Menengah derah dengan visi bagaimana nantinya semua orang bisa
”terwujudnya kepemimpinan, peme- sekolah baik yang kaya maupun yang
rintahan, dan masyarakat yang miskin. Harapan terhadap pendidikan
amanah, santun dan tegas menuju yang murah sebenarnya terpatri dalam
masyarakat madani di Kabupaten mekanisme bagaimana anggaran
Solok tahun 2010”. Disamping itu, disusun yang pro/berpihak kepada
landasan strategis pembangunan masyarakat dan keterlibatan masya-
pendidikan di Kabupaten Solok juga rakat dalam menentukan pemba-
mengacu kepada visi pendidikan ngunan pendidikan di daerah.
Nasional (UU No. 20 Tahun 2003) Diberlakukannya otonomi daerah
yaitu terwujudnya sistem pendidikan membawa implikasi yang cukup besar
sebagai pranata sosial yang kuat dan terhadap sektor pendidikan. Daerah
berwibawa untuk memberdayakan diberikan kewenangan yang cukup luas
semua warga negara Indonesia untuk mengurus persoalan pendidikan
berkembang menjadi manusia yang di daerah. Kewenangan yang diberikan
berkualitas sehingga mampu dan pro di bidang pendidikan baik dari segi
aktif menjawab tantangan zaman yang kebijakan, pembiayaan, kurikulum,
selalu berubah. Peraturan Daerah sarana dan prasarana pendidikan, tenaga
Kabupaten Solok No. 5 Tahun 2005 pendidikan maupun pengendalian mutu
tentang RPJMD 2006-2010 pendidikan untuk pendidikan dasar dan
menfokuskan pembangunan bidang menengah termasuk non formal.
pendidikan sebagai salah satu pilar Dengan kewenangan yang begitu besar
pembangunan bersama dengan bidang pemerintah daerah perlu membuat suatu
kesehatan, dan ekonomi kerakyatan. regulasi yang mengatur semua itu.
Dengan adanya amandemen Untuk kepentingan hal tersebut,
UUD 1945 dan amanat Undang- indikasi yang dapat dilihat oleh
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang masyarakat adalah seberapa besar
Sistem Pendidikan Nasional yang alokasi anggaran pendidikan yang
menetapkan bahwa anggaran disediakan dalam APBD masing-
pendidikan minimal 20% dari APBD masing kabupaten/kota yang ada di
dan APBN, maka pemerintah pusat Indonesia. Semakin besar anggaran
dan daerah seyogyanya menaikkan yang disediakan maka berarti semakin
anggaran pendidikan yang selama ini tinggi pula komitmen pemerintah
masih di bawah 20%. Kabupaten daerah yang bersangkutan terhadap
Solok mencoba mensikapi aturan sektor pendidikan. Apalagi setelah

Formulasi Kebijakan Anggaran Pendidikan... 209


diberlakukannya UU sistem pendi- II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
dikan nasional yaitu Undang-Undang
Teori Kebijakan Publik
No. 20 Tahun 2003 pasal 12 bahwa
pembiayaan pendidikan harus Menurut kamus Administrasi Publik9
memenuhi standar 20 % dari APBD Public Policy adalah pemanfaatan
dan Peraturan Pemerintah No. 48 yang strategis terhadap sumber daya-
Tahun 2008 tentang pendanaan sumber daya yang ada untuk
pendidikan, maka akan terlihat sejauh memecahkan masalah-masalah publik
mana komitmen pemerintah daerah atau pemerintah.. Sedangkan Shafritz
dalam pembiayaan pelayanan publik dan Russell10 memberikan definisi
bidang pendidikan. kebijakan publik yaitu whatever a
Demikian juga dengan government decides to do or not to do.
Kabupaten Solok sebagai salah satu Kedua pengarang tersebut menyatakan
Kabupaten di Propinsi Sumatera bahwa apa yang dilakukan ini
Barat telah memberikan perhatian merupakan respon terhadap suatu isu
yang serius dengan pendidikan. Hal politik. Pendapat lain mengatakan
ini terbukti dengan tekad pemko bahwa Pengertian kebijakan publik
Solok yang menjadikan pendidikan diungkap pula sebagai salah satu
sebagai pilar utama dari tiga pilar taktik dan strategi yang diarahkan
pembangunan di Kabupaten Solok untuk mencapai suatu tujuan. Oleh
yaitu, bidang pendidikan, kesehatan karena itu menurutnya suatu kebijakan
dan ekonomi kerakyatan. Dengan memuat 3 (tiga elemen) yaitu;
begitu konsekuensi ke depan pertama, identifikasi dari tujuan yang
seharusnya Kabupaten Solok ingin dicapai. Kedua, taktik atau
memiliki aturan yang jelas berupa strategi dari berbagai langkah untuk
peraturan daerah atau surat keputusan mencapai tujuan yang diinginkan, dan
bupati misalnya mengenai ketiga, penyediaan berbagai input
pembiayaan pendidikan ini. Namun untuk memungkinkan pelaksanaan
bagaimanakah formulasi Kebijakan secara nyata dari taktik atau strategi11.
Anggaran Pendidikan di Kabupaten Lebih lanjut Dwiyanto12 mende-
Solok? Pertanyaan ini telah dijawab finisikan kebijakan publik sebagai
melalui suatu penelitian dan pernyataan-pernyataan yang dikeluar-
temuannya akan diuraikan dalam
tulisan ini. Tujuan yang ingin dicapai 9
Chandler, R.C, Q. J.C Palano.1988. The
dalam penelitian ini adalah untuk Public Administration Dictionary. Second
memperoleh data empiris/lapangan Edition, Santa Barbara, CA, ABC-CLIO.
mengenai formulasi Kebijakan INC.
10
anggaran Pendidikan di Kabupaten Dalam Yeremias Keban. 2008. Enam
Solok dengan melihat proses Dimensi Administrasi Publik, Konsep, Teori
dan Isu, Edisi ke 2, Yogyakarta: Gava
formulasinya serta aktor-aktor yang Media.
terlibat dalam penetapan kebijakan 11
Irfan Islamy. 2007., Prinsip-Prinsip Peru-
anggaran di Kabupaten Solok. musan Kebijaksanaan Negara, Jakarta:
Bumi Aksara.
12
Dalam A.G. Subarsono. 2005. Analisis
Kebijakan Publik, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

210
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
kan legislatif, penataan/pengaturan kesejahteraan dan kejahatan. Pada
yang dilakukan eksekutif, salah satu isu bidang tersebut terdapat
penggunaan anggaran Negara dan banyak isu kebijakan. Kebijakan-
juga kegiatan-kegiatan apapun yang kebijakan tersebut merupakan
dilakukan siapapun yang menjadikan serangkaian arah tindakan pemerintah
masyarakat sebagai sasarannya. yang aktual maupun yang potensial
Dengan demikian, Kebijakan publik yang mengadung konflik di antara
(public policy) merupakan segmen-segmen yang ada dalam
serangkaian pilihan yang kurang lebih masyarakat. Isu-isu kebijakan yang
saling berhubungan (termasuk biasanya menyangkut hasil konflik
keputusan-keputusan untuk definisikan mengenai masalah
bertindak) yang dibuat oleh badan- kebijakan. Kebijakan memiliki 3
badan dan pejabat daerah, elemen sistem kebijakan sebagaimana
diformulasikan di dalam bidang- yang ditunjukkan oleh diagram
bidang isu sejak pertanahan, energi berikut ini:
dan kesehatan sampai pendidikan,

Gambar 2. Tiga Elemen Sistem Kebijakan


PELAKU
KEBIJAKAN

Kriminalitas
LINGKUNGAN Analisis Kebijakan Penegakan
KEBIJAKANHukum
Inflasi
KEBIJAKAN Kelompok Warga Negara Ekonomi
PUBLIK
Pengangguran Serikat Kerja Kesejahteraan
Diskriminasi Partai Personil
Gelandangan Instansi Perkotaan

Sumber: Thomas R Dye, 1978, sebagaimana dikutip oleh William Dunn, 1994, hal 110

Kebijakan diperlukan bagi suatu langkah sendiri yang akan menyulut


organisasi yang disebut dengan kekacauan dalam tatanan masyarakat.
Negara. Ketika organisasi Negara Hidup bersama harus diatur melalui
tersebut terbentuk, maka Negara peraturan Negara yang dibuat oleh
bersangkutan melalui konstitusi lembaga Negara yang berwenang di
mengatur tata kehidupan peme- dalamnya ada rewarding bagi yang
rintahan, Negara dan publik. Karena mendukung aturan dan punishment
itu, sebuah kehidupan bersama perlu bagi para pelanggarnya. Aturan
diatur sebaik dan seefektif mungkin tersebut secara sederhana dapat
dengan tujuan agar tiap individu dikatakan sebagai kebijakan publik13.
dalam masyarakat tidak saling Dengan demikian kebijakan
merugikan dan apabila ada yang publik merupakan sesuatu yang nyata
dirugikan dan merasa keberatan maka dilakukan oleh pemerintah yang ber-
harus diatur dalam suatau mekansime
yang disepakati bersama sehingga
13
tidak boleh ada yang mengambil Rian Nugroho. 2008. Kebijakan Pendidikan
Yang Unggul. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Formulasi Kebijakan Anggaran Pendidikan... 211


guna demi kemaslahatan dan keber- tersebut didirikan oleh sistem politik
langsungan pemerintahan di masa daerah (dekonsentrasi), kedua,
akan datang sehingga masyarakat institusi tersebut akan direkrut secara
dapat merasakan kehidupan yang demokratis (devolusi).
aman dan tentram. Kebijakan publik di Undang-undang No. 32 Tahun
sini dibatasi sebagai keputusan- 2004 mendifinisikan desentralisasi
keputusan yang dibuat oleh institusi sebagai penyerahan wewenang
negara dalam rangka mencapai visi pemerintah dari pemerintah pusat ke
dan misi organisasi. Berkenaan dengan pemerintah daerah menjadi urusan
daerah otonom maka kebijakan publik rumah tangganya sendiri. Mengacu
yang dibuat oleh legislatif/ataupun pada pendapat lain mengenai
eksekutif di tingkat daerah otonom. desentralisasi seperti rumusan PBB
(United Nation) dan konsep Caroline
Teori Otonomi dan Desentralisasi Bryant dan Louise G. White15
Desentralisasi merupakan simbol menyatakan bahwa desentralisasi
adanya kepercayaan pemerintah pusat adalah transfer kekuasaan/wewenang
kepada daerah. Ini akan dengan dari pemerintah pusat baik kepada
sendirinya mengembalikan harga diri pejabat-pejabat pemerintah pusat yang
pemerintah dan masyarakat daerah. disebut dekonsentrasi maupun kepada
Kalau dalam sistem sentralistik badan-badan otonom daerah yang
mereka tidak bisa berbuat banyak disebut devolusi.
dalam mengatasi berbagai masalah, Atas pilihan konseptual lainnya
dalam sistem otonomi ini mereka di memandang desentralisasi ke dalam
tantang untuk secara kreatif menentu- desentralisasi administrasi maupun
kan solusi-solusi atas berbagai desentralisasi politik. Desentralisasi
masalah yang dihadapi sehingga administrasi adalah pendelegasian
pemerintah pusat tidak perlu wewenang pelaksanaan yang
mempunyai aparat sendiri di daerah diberikan kepada pejabat pusat di
kecuali dalam batas-batas yang sangat tingkat lokal disertai rencana maupun
diperlukan. Untuk itu yang perlu pembiayaan atau lebih tepatnya
dicermati dalam adalah agen dekonsentrasi. Desentralisasi politik
(dekonsentrasi) dan badan otonom adalah pemberian wewenang dalam
(devolusi) atau kalau mengacu pada membuat keputusan dan pengawasan
Smith14 bahwa desentralisasi meng- tertentu terhadap sumber-sumber daya
implikasikan dua kondisi fundamental yang diberikan kepada badan-badan
yaitu pertama, pemerintahan sendiri pemerintah bagian dan lokal. Biasa-
(lokal) bahwa lokal mempunyai nya desentralisasi politik disamakan
pemerintahan sendiri melalui institusi dengan konsep devolusi.
politik yang berakar dari teritorial Dari dimensi konsep pemerintah
yang menjadi kewenangan. Institusi lokal, Undang-undang No. 22 Tahun
1999 Jo Undang-Undang No. 32
14
B.C. Smith. 1985. Decentralization: The
15
Territorial Dimension of The State. Dalam Josef Riwu Kaho. 1988. Analisa
London: George Allen And Unwin. 1985, Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
p. 3 di Indonesa. Jakarta: Bina Aksara.

212
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
Tahun 2004 yang memang membawa hasil belajar secara nasional, serta
pergeseran sejumlah model dan pedoman pelaksanaannya
paradigma. Pemerintah lokal yang 2) Penetapan standar materi pela-
dulunya Structural efficiency model jaran pokok
yang menekankan efisiensi dan 3) Penetapan persyaratan perolehan
keseragaman ditinggalkan dan dianut dan penggunaan gelar akademik
local democracy model yang 4) Penetapan pedoman pembiayaan
menekankan pada nilai demokrasi dan penyelenggaraan pendidikan
keberagaman dalam penyelenggaraan 5) Penetapan persayaratan peneri-
pemerintah lokal. Seiring dengan maan, perpindahan sertifikasi
pergeseran model tersebut terjadi pula siswa, warga belajar dan mahasiswa
dari penguatan dekonsentrasi ke 6) Penetapan persayaratan pening-
penguatan desentralisasi. katan, pencarian, pemanfaatan,
Pergeseran model dan para- pemindahan, penggandaan, sistem
digma tersebut memungkinkan ber- pengamanan dan kepemilikan
langsungnya penyelenggaraan peme- benda cagar budaya, serta
rintah yang responsif terhadap kepen- persyaratan penelitian arkeologi
tingan publik dan memelihara suatu 7) Pemanfaatan hasil penelitian
mekanisme pengambilan keputusan arkeologi nasional serta penge-
yang kuat pada asas pertanggung- lolaan museum nasional, galeri
jawaban publik. Sehingga dalam nasional, pemanfaatan naskah
prakteknya dengan adanya Undang- sumber arsip, dan monumen yang
undang Otonomi Daerah kewenangan diakui secara internasional
pengelolaan pendidikan berubah dari 8) Penetapan kalender pendidikan
sistem sentralisasi ke desentralisasi. dan jumlah jam belajar efektif
Desentralisasi pendidikan berarti setiap tahun bagi pendidikan
terjadinya pelimpahan kekuasaan dan dasar, menengah dan luar sekolah
kewenangan yang lebih luas kepada 9) Pengaturan dan pengembangan
daerah untuk membuat perencanaan pendidikan tinggi, pendidikan
dan mengambil keputusannya sendiri jarak jauh, serta pengaturan
dalam mengatasi permasalahan yang sekolah internasional
dihadapi di bidang pendidikan16. 10) Pembinaan dan pengembangan
Berdasarkan PP Nomor 25 bahasa dan sastra Indonesia
Tahun 2000 tentang kewenangan Sementara itu, kewenangan
pemerintah dan kewenangan propinsi pemerintah propinsi meliputi hal-hal
sebagai daerah otonom, pada sebagai berikut:
kelompok bidang pendidikan dan 1) Penetapan kebijakan tentang
kebudayaan disebutkan bahwa kewe- penerimaan siswa dan mahasiswa
nangan pemerintah meliputi: dari masyarakat minoritas, terbe-
1) Penetapan standar kompetensi siswa lakang atau tidak mampu,
dan warga belajar, serta pengaturan 2) Penyediaan bantuan pengadaan
kurikulum nasional dan penilaian buku peljaran pokok/ modul
pendidikan untuk taman kanak-
kanak, pendidikan dasar, pendi-
16
Abdul Halim. 2001. Bunga Rampai dikan menengah dan pendidikan
Manajemen Keuangan Daerah, Yogya- luar sekolah
karta: UUP AMP YKPN.

Formulasi Kebijakan Anggaran Pendidikan... 213


3) Mendukung/membantu pengatur- didikan yang mandiri dengan
an kurikulum, akreditasi, dan profesional akan melahirkan generasi
pengangkatan tenaga akademis baru yang mempunyai kualitas yang
4) Pertimbangan pembukaan dan baik dan dapat bersaing dengan
penutupan perguruan tinggi negara-negara lain yang ada.
5) Penyelenggaraan sekolah luar
biasa dan balai pelatihan atau Teori Pembiayaan Pendidikan
penataran guru Dalam penyelengaraan otonomi pen-
6) Penyelenggaraan museum pro- didikan dewasa ini daerah dihadapkan
vinsi, suaka peninggalan sejarah, pada problema anggaran/pembiayaan
kepurbakalaan, kajian sejarah dan yang mahal dan cenderung tidak pro
nilai tradisonal, serta pengem- pada masyarakat. Untuk itu daerah
bangan bahasa dan budaya daerah dituntut lebih kreatif dan efisien
Dalam prakteknya, desentrali- dalam menggunakan anggaran.
sasi pendidikan berbeda dengan Anggaran menjadi hal yang sangat
desentralisasi bidang administrasi, penting bagi terselenggaranya akti-
karena jikalau desentralisasi bidang vitas pemerintahan secara umum.
administrasi berhenti pada level Sehingga pemerintah pusat dan
pemerintahan kabupaten/kota, sedang- daerah tidak akan dapat melaksanakan
kan desentralisasi pendidikan justru fungsinya dengan efektif dan efisien
sampai kepada lembaga pendidikan tanpa biaya yang cukup untuk
atau sekolah sebagai ujung tombak memberikan pelayanan dan pemba-
daripada pelaksanaan desentralisasi ngunan kepada masyarakat.
pendidikan. Dalam prakteknya Pembiayaan pendidikan adalah
desentralisasi pendidikan yang kegiatan mendapatkan biaya serta
dikembangkan adalah manajemen mengelola anggaran pendapatan dan
berbasis sekolah (MBS) yang belanja pendidikan, kegiatan ini dimulai
sebenarnya diadopsi dari beberapa dengan perencanaan biaya, usaha untuk
negara yang telah menerapkan mendapatkan dana yang mendukung
program ini. Hal ini dimaksudkan rencana itu, penggunaan serta
guna memperbaiki mutu pendidikan pengawasan penggunaan anggaran
dan sumber daya manusia Indonesia yang sudah ditetapkan. Dalam
yang belakangan dirisaukan oleh pembiayaan pendidikan paling tidak
berbagai pihak. ada tiga persoalan yang harus
Dalam konteks desentralisasi diperhatikan yaitu (1) financing,
ini, peran serta masyarakat sangat menyangkut darimana sumber pem-
diperlukan guna mendukung pelak- biayaan diperoleh; (2) budgeting,
sanaan desentralisasi terutama di bagaimana biaya pendidikan dialo-
bidang pendidikan, karena dengan kasikan, (3) accountability, bagai-mana
keikutsertaan masyarakat akan men- anggaran yang diperoleh digunakan dan
jadikan program-program pemerintah dipertanggung-jawabkan.17.
daerah di bidang pendidikan akan
dapat berjalan sesuai dengan apa yang 17
diharapkan. Untuk itu keikutsertaan Dadang Hudayana. 2007. ”Implementasi
Kebijakan Desentralisasi Pendidikan dalam
masyarakat dalam membangun pen- Konsep Manajemen Berbasis Sekolah

214
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
Dengan demikian, pembiayaan (satu tahun). Anggaran ini digunakan
pendidikan merupakan instrumental sebagai alat untuk menentukan
input yang sangat penting dalam besarnya pengeluaran, membantu
penyelenggaraan pendidikan (tanpa pengambilan keputusan dan
biaya proses pendidikan tidak akan perencanaan pembangunan, otoriasi
berjalan). Biaya Pendidikan menca- pengeluaran di masa-masa yang akan
kup semua jenis pengeluaran yang datang, sumber pengembangan ukuran-
berkenaan dengan penyelenggaraan ukuran standar untuk evaluasi kinerja
pendidikan, baik dalam bentuk uang dan sebagai alat untuk motivasi para
& barang/tenaga (dapat diuangkan) pegawai dan alat koordinadi bagi
seperti iuran siswa, sarana fisik, buku semua aktivitas berbagai unit kerja19.
sekolah, guru dan lain-lainnya18. Berkaitan dengan penyeleng-
Pembiayaan menurut Kepmendagri garaan pendidikan di tingkat nasional
No 29 tahun 2002 adalah transaksi maupun daerah mengalami suatu
keuangan daerah yang dimaksudkan transisi yang sangat signifikan dalam
untuk menutup selisih antara pengelolaan sumber-sumber daya
pendapatan dan belanja daerah. yang ada dalam bidang pendidikan
Sementara itu menurut UU No. 32 terutama dalam hal pendanaan/
Tahun 2004 pembiayaan adalah setiap anggaran pendidikan (pembiayaan
penerimaan yang perlu dibayar kembali pendidikan). Dalam hal ini pelak-
atau pengeluaran yang akan diterima sanaan pendidikan harus disertai
kembali, baik pada tahun anggaran dengan adanya peningkatan peran
yang bersangkutan maupun pada sumber-sumber daya pendidikan
tahun–tahun anggaran berikutnya. (dana pendidikan) yang telah tertuang
Lebih lanjut dapat dijelaskan dalam Undang-undang No. 20 Tahun
bahwa pembiayaan pendidikan 2003 tentang Sistem Pendidikan
termasuk dalam salah satu komponen Nasional Bab I Ketentuan Umum
anggaran di daerah yang telah pasal 1 ayat 23 yang menjelaskan
diamanatkan dalam UUD 1945 tentang bahwa Sumber daya pendidikan
anggaran pendidikan. Dalam hal ini adalah segala sesuatu yang
yang dimaksud dengan anggaran dipergunakan dalam penyelenggaraan
daerah adalah rencana kerja pemerintah pendidikan yang meliputi tenaga
daerah yang diwujudkan dalam bentuk kependidikan, masyarakat, dana,
uang (rupiah) selama periode tertentu sarana, dan prasarana. Dalam hal ini
pembiayaan pendidikan merupakan
suatu hal yang sangat penting bagi
(MBS) (Studi Deskriptif Peningkatan pendidikan di daerah. Lebih lanjut
Pelayanan Wajib Belajar Pendidikan Dasar
di Kabupaten Ogan Komering Ulu Propinsi
Sumatera Selatan”, Tesis S2 Program Studi
Magister Administrasi Publik, Konsentrasi
19
Kebijakan Publik. Yogyakarta: Universitas Jones dan Pendlebury. 2000. dalam Modul
Gadjah Mada, tidak dipublikasikan. Pembekalan Teknis Manajemen Stratejik
dan Teknik Penganggaran/keuangan bagi
18
Syamsudin. 2008. “Perencanaan Pembiyaan Anggota DPRD dan Pejabat Pemda,
Pendidikan”. http//ums.ac.idstafsyamsudin Kerjasama Menteri Negera Otoda dengan
keuanganPerencanaan%20Biaya%20 Pen- Pusat antara Universitas Studi Ekonomi
didikan.pdf, 2007, diakses 11 September UGM. Yogyakarta: UGM.
2008

Formulasi Kebijakan Anggaran Pendidikan... 215


dalam pasal 47 disebutkan tentang Undang-Undang Dasar Negara
sumber pendanaan pendidikan yaitu: Republik Indonesia Tahun 1945.
1) Sumber pendanaan pendidikan 3) Ketentuan mengenai tanggung
ditentukan berdasarkan prinsip jawab pendanaan pendidikan
keadilan, kecukupan, dan keber- sebagaimana dimaksud pada ayat
lanjutan. (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
2) Pemerintah, pemerintah daerah, dengan peraturan pemerintah.
dan masyarakat mengerahkan Dengan demikian daerah memi-
sumber daya yang ada sesuai liki tanggung jawab yang sangat besar
dengan peraturan perundang- untuk membiayai sektor pendidikan
undangan yang berlaku. dengan menggunakan APBD-nya.
3) Ketentuan mengenai sumber Dukungan dari Pusat (dan Propinsi)
pendanaan pendidikan sebagai- tetap dimungkinkan, tetapi juga harus
mana dimaksud pada ayat (1) dan melalui mekanisme APBD, atau
ayat (2) diatur lebih lanjut dengan paling tidak tercatat di dalam APBD
peraturan pemerintah kabupaten/kota.
Sejalan dengan itu maka dalam
penyelenggaraan kebijakan pendi- III. METODE PENELITIAN
dikan di daerah akan berjalan dengan Metode yang digunakan dalam
baik apabila didukung oleh sumber penelitian ini adalah metode deskriptif
daya pendidikan (pembiayaan pendi- dengan pendekatan kualitatif. Data
dikan) yang memadai dan dapat dalam penelitian ini diperoleh melalui
diandalkan untuk meningkatkan mutu wawancara mendalam dengan respon-
dan kualitas sumber daya di daerah. den dan dari hasil pengamatan yang
Dengan adanya perubahan dilakukan di lapangan, serta studi
kewenangan pengelolaan pendidikan dokumentasi (telaah dokumen) dan
dengan segera mengubah pola studi kepustakaan. Langkah-langkah
pembiayaan sektor pendidikan. pengumpulan data di lapangan atau
Sebelum otonomi daerah, praktis lokasi penelitian dilakukan dengan
hanya pembiayaan sekolah dasar (SD) cara wawancara (interview).
yang menjadi tanggung jawab Pemda, Tahapan wawancara dilakukan
sedangkan SLTP dan SLTA (dan juga pada beberapa informan yang dinilai
perguruan tinggi) menjadi tanggung mampu memberikan informasi
jawab Pusat, seperti yang tertuang mengenai permasalahan yang akan
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun diteliti yang dipilih secara purposive
2003 pasal 46: sampling. Sementara telaah dokumen
1) Pendanaan pendidikan menjadi dan studi kepustakaan dilakukan
tanggung jawab bersama antara dengan mengumpulkan data yang
Pemerintah, pemerintah daerah, diperoleh melalui bahan yang tertulis
dan masyarakat. seperti dokumen-dokumen yang
2) Pemerintah dan pemerintah daerah berupa aturan-aturan yang mengatur
bertanggung jawab menyediakan tentang formulasi kebijakan anggaran
anggaran pendidikan sebagaimana pendidikan di Kabupaten Solok dalam
diatur dalam Pasal 31 ayat (4) mewujudkan peningkatan pemerataan
pendidikan di era otonomi daerah.

216
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
Sedangkan studi kepustakaan dilaku- pengelolaan keuangan daerah. Pada
kan melalui kajian terhadap literatur pasal 3 disebutkan bahwa:
berupa buku, jurnal dan makalah- “Pengelolaan keuangan daerah
makalah seminar yang membahas diatur dalam peraturan menteri
tentang hal itu. ini meliputi pengelolaan keu-
Analisis data dilakukan berda- angan daerah, azaz umum dan
sarkan pandangan-pandangan infor- struktur APBD, penyusunan
man (emik) dan interpretasi peneliti rancangan APBD, penetapan
(etic) terhadap data di lapangan. APBD, penyusunan dan pene-
Proses pengolahan data pada tehnik tapan APBD bagi daerah yang
ini tidak menggunakan tenik statistik belum memiliki DPRD, pelak-
sebagai analisis jawaban informan sanaan APBD, perubahan
tidak terikat skor dan skala, akan APBD, pengelolaan kas, pena-
tetapi di deskripsikan dalam suatu tausahaan keuangan daerah,
penjelasan dengan kalimat-kalimat. akutansi keuangan daerah,
pertanggungjawaban pelaksa-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN naan APBD, pembinaan dan
Regulasi dan Mekanisme Penyusu- pengawasan pengelolaan keu-
nan Anggaran Pendidikan angan daerah, kerugian daerah
dan pengelolaan keuangan
Sebagai daerah yang otonom BLUD”.
Pemerintah Daerah Kabupaten Solok
telah memiliki mekanisme yang jelas Dengan berpedoman pada
atau penggunaan APBD yang tertuang peraturan menteri tersebut, semua
dalam Peraturan Bupati Solok Nomor mekanisme pembiayaan di daerah
2 Tahun 2008 tentang Standar biaya harus berdasarkan peraturan tersebut,
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan daerah boleh saja memodifikasi
dan Belanja Daerah Kabupaten Solok dengan tidak bertentangan dengan
Tahun Anggaran 2008. Dalam aturan yang sudah ada. Dengan
peraturan tersebut termaktub semua demikian dituntut bagaimana
aturan tentang belanja dan kreativitas dan political will dari
pengeluaran daerah yang akan pemerintah daerah untuk dapat
dipergunakan pada tahun anggaran membuat rancangan APBD yang
yang sedang berjalan, namun secara lebih efektif dan efisien dalam
khusus tidak disebutkan tentang hal menggunakan anggaran yang ada.
pembiayaan pendidikan. Kabupaten Sehingga anggaran dapat diman-
Solok merupakan salah satu daerah faatkan secara optimal dalam mense-
yang PAD nya kurang signifikan jahterakan masyarakat.
dalam pos-pos penerimaan APBD.
Selain peraturan Bupati, Pemerintah Regulasi Pemerintah Kabupaten
pusat sebenarnya telah memberikan Dalam Pembiayaan Pendidikan
rambu-rambu yang jelas kepada
Sesuai dengan aturan yang telah
daerah dalam mengurus keuangan
ditetapkan oleh pemerintah dalam
daerah berdasarkan pada Peraturan
mengelola keuangan daerah, Kabu-
Menteri Dalam Negeri Nomor 13
paten Solok berusaha memaksimalkan
tahun 2006 Tentang Pedoman
dan mengefisienkan anggaran yang

Formulasi Kebijakan Anggaran Pendidikan... 217


ada, karena masih tingginya diperbolehkannya pihak swasta asing
ketergantungan daerah terhadap Dana untuk berinvestasi di bidang
Perimbangan berupa Dana Alokasi pendidikan. Sehingga dewasa ini fakta
Umum dari pemerintah pusat. menyodorkan bahwa antara sekolah
Ketergantungan ini di satu sisi negeri dan swasta belakangan ini
menyulitkan pemerintah daerah dalam nyaris tak ada lagi perbedaan
mengelola keuangannya sendiri mendasar. Kedua jenis institusi
karena pos-pos anggaran yang ada pendidikan tersebut sudah sama-sama
tentu saja harus menyesuaikan berapa menarik berbagai jenis pungutan dari
besar dana yang diberikan oleh orangtua siswa yang jumlahnya
pemerintah pusat. Karena hampir bervariasi untuk masing-masing
setiap tahunnya dana DAU dapat sekolah yang disesuaikan dengan
berkurang seiring dengan dinamika kondisi sekolah yang bersangkutan,
pemerintah daerah yang terus walaupun sebenarnya sudah ada dana
berkembang dan pemekaran beberapa bantuan operasional sekolah (BOS)
daerah yang ada. dari pemerintah. Padahal seharusnya
Guna mempertegas tanggung Wajib Belajar Sembilan tahun meru-
jawab dan pembagian kewenangan pakan rujukan teknis bagi pemerintah
pemerintah antar lini dalam layanan pusat, pemerintah daerah, dan para
pendidikan, diperlukan regulasi teknis pemangku kepentingan dalam
yang bersifat mengikat. Dari sejumlah menjalankan amanat konstitusi.
turunan Undang-Undang Sistem Pemerintah mewajibkan masyarakat
Pendidikan Nasional, Peraturan untuk mengenyam pendidikan
Pemerintah tentang Wajib Belajar dan minimal sembilan tahun dengan
Pendanaan Pendidikan dipandang harapan demikian dimasa akan datang
mendesak dan sangat relevan untuk manusia Indonesia akan dapat
dibuat dan direalisasikan secepatnya. bermutu dan mampu bersaing dengan
Kedua peraturan itu harus sejiwa, Negara-negara lainnya.
jangan sampai kelak justru bertolak Dengan demikian, konsekuensi
belakang, mengingat dengan kian dari semua pihak yang bertanggung
dekatnya target waktu penuntasan jawab terhadap pendidikan hendaknya
program wajib belajar sembilan tahun, tidak hanya memperhatikan biaya
yakni 2010. Sejalan dengan itu, pendidikan semata, tetapi juga mutu.
pembiayaan pendidikan juga terus- Artinya, setiap warga harus dipenuhi
menerus menjadi masalah yang haknya untuk mendapatkan layanan
menghantui para orangtua siswa tidak pendidikan dasar minimal (SD-SMP)
terkecuali pendidikan dasar dan yang tidak sekadar ada, tetapi juga
menengah negeri yang nota benenya harus bermutu. Pendidikan dasar yang
tanggung jawab pemerintah daerah. bermutu merupakan pondasi yang
Regulasi pembiayaan pendi- ideal untuk keberlanjutan pendidikan
dikan juga mendesak untuk dibenahi peserta didik, dan untuk mencapai
sebagai jawaban atas maraknya mutu yang baik relatif dibutuhkan
fenomena komersialisasi di bidang biaya sesuai kondisi serta
pendidikan. Dengan adanya beberapa perkembangan sekolah dan peserta
peraturan pemerintah tentang didik. Untuk itu, harus ada peraturan

218
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
yang mengikat pemerintah untuk Pendapat senada dengan yang di
membiayainya. atas dilontarkan hampir semua kepala
Menyikapi hal tersebut perlunya sekolah dan komite sekolah yang
rancangan peraturan pemerintah peneliti wawancara, mulai dari tingkat
tentang pendanaan pendidikan tampil sekolah dasar sampai sekolah lanjutan
menjawabnya. Minimal lewat atas. Semua informan mengatakan
peraturan tersebut nantinya tersedia bahwa mengenai biaya pendidikan
rujukan bagi antar lini pemerintah sudah mendapat persetujuan dengan
dalam pemilahan kewenangan berikut orang tua murid. Melalui rapat yang
para pemangku kepentingan di sektor dihadiri oleh sebagian besar (lebih
pendidikan, sehingga mencerminkan 80%) orang tua murid yang
itikad pemerintah melimpahkan ditempatkan di sekolah setiap
tanggungjawab pembiayaan pendidik- tahunnya.
an kepada masyarakat. Dengan demikian, sebenarnya
Aktivis Centre for the orang tua murid dapat mengontrol
Betterment of Education (CBE) itu berapa biaya yang harus dikeluarkan
mengungkapkan bahwa di negara untuk menyekolahkan anak-anaknya
yang kental dengan paham kapitalis- sampai menamatkan wajib belajar
me sekalipun, seperti Amerika sembilan tahun, karena orang tua
Serikat, pemerintah membiayai pendi- memiliki kesempatan dan hak untuk
dikan warganya dengan optimal. itu. Jadi tidak ada alasan sebenarnya
Dalam kaitan itu, adalah aneh jika orang tua merasa keberatan dengan
Indonesia yang konstitusinya antara biaya sekolah. Di lain pihak peme-
lain mengedepankan kehidupan rintah juga berperan proaktif dalam
bangsa yang cerdas, tetapi justru tidak menentukan peraturan terhadap biaya
sepenuh hati menyokong pembiayaan pendidikan, dengan melakukan moni-
pendidikan. toring dan evaluasi kepada sekolah-
Peraturan Pemerintah tentang sekolah setiap jangka waktu tertentu
Wajib Belajar dan Pendanaan sehingga sekolah tidak dapat
Pendidikan dipandang mendesak dan ”seenaknya” untuk menetapkan biaya
relevan. Akan tetapi, diingatkan juga tambahan apabila mengalami keku-
jangan sampai kedua regulasi tersebut rangan dalam biaya operasional
dipaksakan terbit tanpa terlebih dulu sekolah.
merevisi hal-hal yang bisa saling Belum adanya mekanisme dan
bertentangan. aturan yang jelas dalam standar
Dalam hal ini, Pemerintah pembiayaan pendidikan di Kabupaten
Daerah Kabupaten Solok tetap Solok memberikan tanggapan yang
berpegang kepada peraturan yang ada cukup serius dari berbagai kalangan
karena secara khusus memang belum terutama Dewan Pendidikan. Jadi
ada peraturan daerah yang membahas pada dasarnya, keinginan dari
tentang pembiayaan pendidikan. Hal berbagai pihak untuk dapat tercip-
ini memberikan otonomi kepada tanya aturan yang jelas tentang
daerah untuk dapat menentukan pembiayaan pendidikan di Solok
sendiri berapa biaya yang harus memperlihatkan bahwasanya perha-
dikeluarkan calon siswa untuk dapat tian yang besar terhadap bidang
bersekolah. pendidikan. Sehingga biaya pendi-

Formulasi Kebijakan Anggaran Pendidikan... 219


dikan dasar dan menegah dapat Solok dapat dijelaskan bahwa pada
ditanggung bersama oleh pemerintah awalnya perencanaan APBD diawali
daerah dan masyarakat. Untuk itu dengan adanya musrenbang (Musya-
kerjasama antara unsur-unsur terkait warah Pembangunan) tingkat Nagari
di pemerintah daerah sangat diharap- (Desa) yang diikuti oleh kepala-
kan supaya aturan dapat dibuat dan kepala Jorong (kampung), tokoh
dilaksanakan masyarakat dan lembaga-lembaga
yang ada di nagari yang isinya
Mekanisme Penyusunan Anggaran memutuskan proyek atau kegiatan apa
Pendidikan pada APBD Kabupaten yang akan dilakukan oleh nagari
dalam hal ini program pendidikan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Sekitar bulan Juli diadakan
2004 tentang Pemerintahan Daerah
musrenbang tingkat Kecamatan yang
dan Undang-Undang Nomor 33
diikuti oleh seluruh Wali nagari,
Tahun 2004 tentang Perimbangan
unsur Muspika yang membahas
Keuangan antara Pemerintah Pusat
usulan dari masing-masing Nagari,
dan Pemerintah Daerah membuka
setelah itu program-program (program
peluang yang luas bagi daerah untuk
pendidikan) yang disusun diajukan
mengembangkan dan membangun
kepada kabupaten untuk digodok
daerahnya sesuai dengan kebutuhan
lebih lanjut. Di tingkat Kabupaten
dan prioritasnya masing-masing.
oleh pemerintah (dalam hal ini pihak
Dengan berlakunya kedua undang-
eksekutif, Bupati dengan perang-
undang tersebut di atas membawa
katnya) yang berposisi sebagai pihak
konsekuensi bagi daerah dalam
pelaksana, sebagaimana yang telah
bentuk pertanggungjawaban atas
diamanatkan undang-undang/pera-
pengalokasian dana yang dimiliki
turan daerah. Pemerintah dalam hal
dengan cara yang efisien dan efektif,
ini eksekutif memiliki tim anggaran
khususnya dalam upaya peningkatan
sebagai ujung tombak dalam
kesejahteraan dan pelayanan umum
perumusan APBD. Adapun hal-hal
kepada masyarakat. Hal tersebut dapat
yang terkait dengan kepentingan-
dipenuhi dengan menyusun rencana
kepentingan sektoral diurus oleh
kerja dan anggaran satuan kerja
masing-masing dinas yang terkait.
perangkat daerah (RKA-SKPD)
Pemerintah daerah membuat
seperti yang disebut dalam Undang-
rencana berdasarkan ketentuan-
Undang Nomor 17 Tahun 2003
ketentuan yang berlaku. Perencanaan
tentang Keuangan Negara pasal 19 (1)
meliputi tahapan Rapertada (Rencana
dan (2) yaitu, pendekatan berdasarkan
Program Tahunan Daerah), Rencana
prestasi kerja yang akan dicapai.
Strategis, Program Pembangunan
Prinsip dan kebijakan yang
Daerah dan lain-lain yang diprogram
dikemukakan di atas dengan sepe-
untuk dibelanjakan/ direalisasikan
nuhnya berusaha untuk diterapkan
dalam pembangunan.
dalam penyusunan APBD setiap
Kemudian rencana itu diajukan
tahunnya. Lebih lanjut dalam hal
kepada DPRD sebagai usulan melalui
mekanisme penyusunan APBD
Panitia Anggaran (panggar). Kalau
bidang pendidikan di Kabupaten
rencana tersebut di panitia anggaran

220
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
tidak terlalu jelas, maka dibiarkan kesepakatan berdasarkan kriteria-
(divakumkan dulu) sebelum maju ke kriteria tertentu dan ketentuan yang
proses formal sebagai nota keuangan masuk dari usulan komisi-komisi
yang disampaikan secara resmi. serta berdasarkan kepentingan
Kemudian rencana dibahas melalui pembangunan. Selanjutnya baru dapat
pandangan fraksi-fraksi di DPRD. disimpulkan bahwa RAPBD sudah
Melalui fraksi-fraksi dan komisi- selesai dibahas dan diperbaiki.
komisinya, DPRD mengundang/ Dengan demikian RAPBD akhirnya
memanggil Dinas Pendidikan untuk ditetapkan sebagai Perda berupa
mengadakan pertemuan dengan tim APBD untuk dilaksanakan oleh
anggaran pemerintah yang telah pemerintah daerah.
disampaikan rancangannya tentang Setelah APBD ditetapkan, maka
penyelenggaraan pembiayaan terha- anggota dewan turun ke masyarakat
dap program-program pendidikan untuk melihat langsung apakah
tahun depan. Kalau DPRD masih pelaksanaan kebijakan (APBD) dapat
membutuhkan informasi lebih lanjut. benar-benar menyentuh kepentingan
DPRD dapat melakukan panggilan masyarakat secara keseluruhan.
terhadap pihak-pihak yang terkait Proses ini memakan waktu hingga
dengan pendidikan untuk mengikuti berbulan-bulan (kurang lebih selama
dengar pendapat (hearing). Di acara dua bulan). Dalam kurun waktu
hearing, materi dapat dibahas dan tersebut anggota dewan memper-
dipertimbangkan secara teknis. hatikan aspirasi dari masyarakat
Selanjutnya rancangan yang terhadap pelaksanaan kegiatan/
sudah ada dibawa ke rapat kerja program yang telah ditetapkan dan
legislatif dan diteruskan ke eksekutif. sudah semestinya apabila pelaksanaan
Setelah itu dinas terkait akan kebijakan tersebut benar-benar
melaksanakan sesuai dengan panduan menyentuh kepentingan masyarakat,
rencana pembangunan. Setelah tuntas mengingat bahwa pemerintah meru-
di Panitia Anggaran (Panggar), pakan penyusun sekaligus pelaksana,
dengan pandangan dan ketentuan- sehingga mengetahui secara pasti
ketentuan sebagaimana belanja (secara teknis) pelaksanaan kebijakan
pembangunan dengan rapertada, dan yang seharusnya dikerjakan.
program-program yang menjadi Namun tidak semua rencana
prioritas, juga belanja rutin baru pemerintah dapat disetujui DPRD,
selanjutnya rencana disampaikan karena dalam rencana itu ada materi
secara formal oleh pemerintah yang menjadi prioritas dan ada yang
dihadapan sidang paripurna DPRD tidak. Oleh Karena itu pembahasan
tentang APBD. Dalam sidang tersebut harus dilaksanakan secara cermat dan
rencana dibahas oleh DPRD melalui sesuai dengan kebutuhan mendasar
fraksi-fraksi dari beberapa komisi. pembangunan.
Untuk bidang pendidikan di Kabu- Dengan demikian, dinas diminta
paten Solok berada pada Komisi A. menyiapkan program-program yang
Pada kesempatan itu komisi-komisi menjadi prioritas utama terseleng-
menyampaikan kembali RAPBD yang garanya pendidikan yang lebih baik di
semestinya kepada pemerintah. masa akan datang sehingga anggaran
Demikian seterusnya hingga ada yang ada dapat dimanfaatkan secara

Formulasi Kebijakan Anggaran Pendidikan... 221


optimal. Berikut ini dapat digam- pelajaran untuk melengkapi perpus-
barkan alur dalam penyusunan APBD takaannya, sehingga setiap siswa
di Kabupaten Solok (hasil wawancara memiliki kemudahan untuk menda-
dengan Ketua DPRD dan Kepala patkan buku pelajaran dengan cara
Dinas Pendidikan Kabupaten Solok) meminjam dari perpustakaan sekolah
sehingga pada akhirnya kegiatan
Mekanisme Penyusunan Anggaran belajar mengajar dapat diseleng-
Pendapatan dan Belanja Sekolah/ garakan secara optimal.
Budget Sekolah Dalam kondisi dana yang sangat
terbatas dan sekolah dihadapkan
Otonomi Sekolah pada hakikatnya
kepada kebutuhan yang beragam,
memberikan kewenangan yang besar
maka sekolah harus mampu membuat
kepada sekolah dalam pengelolaan
keputusan dengan berpedoman
anggaran pendidikan (sekolah)
kepada peningkatan mutu. Manakala
dengan tujuan untuk menjawab
sekolah memiliki rencana untuk
persoalan bagaimana mendayagu-
mengadakan perbaikan suasana dan
nakan sumber-sumber pembiayaan
fasilitas lain seperti memperbaiki
yang relatif kecil dan terbatas itu
pagar sekolah atau memperbaiki
secara efektif dan efisien, bagaimana
sarana olah raga. Tetapi pengaruhnya
mengembangkan sumber-sumber baru
terhadap peningkatan mutu proses
pembiayaan bagi pembangunan
belajar mengajar lebih kecil dibanding
pendidikan, agar tujuan pendidikan
dengan pengadaan alat peraga atau
tercapai secara optimal. Dengan
laboratorium, maka keputusan yang
manajemen dan administrasi pendi-
paling efisien adalah mengadakan alat
dikan setiap sekolah memiliki kewe-
peraga atau melengkapi laboratorium.
nangan untuk mengelola pendidikan,
Untuk hal tersebut pada setiap
dan salah satu diantaranya dalam
awal tahun pelajaran sekolah harus
pengelolaan sumber dana baik dana
menyusun Rencana Anggaran
rutin yang diterima dari pemerintah
Pendapatan dan Belanja Sekolah
melalui Bantuan Operasional Sekolah
(RAPBS) berdasarkan konsep
atau dana lain yang berasal dari
efisiensi pendidikan. Dalam biaya
masyarakat dan orang tua siswa atas
pendidikan, efisiensi hanya akan
dasar hasil musyawarah bersama
ditentukan oleh ketepatan di dalam
dengan seluruh stakeholder yang
mendayagunakan anggaran pendi-
bertanggung jawab atas kelangsungan
dikan dengan memberikan prioritas
proses belajar mengajar di sekolah.
pada faktor-faktor input pendidikan
Setiap sekolah kemungkinan
yang dapat memacu prestasi belajar
memiliki kepentingan dan prioritas
siswa20.
yang berbeda dalam pengalokasian
Dengan adanya keterlibatan
dan pelaksanaan programnya sesuai
semua unsur yang ada di sekolah dan
dengan kebutuhan mendesak dan
diluar sekolah (dalam masyarakat)
harus dilaksanakan pada tiap tahun
pelajaran. Misalnya sekolah tertentu 20
Nanang Fattah. 2006. Ekonomi dan
lebih memprioritaskan pada penye- Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Rosda
diaan alat peraga dan pengadaan buku Karya.

222
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
terhadap penyusunan anggaran sekolah Untuk sekolah yang rintisan
diharapkan proses belajar mengajar di berstandar internasional (karena
sekolah dapat terlaksana dengan baik. belum ada sekolah yang berstandar
Terpenuhinya semua kebutuhan internasional) membutuhkan anggaran
sekolah, anak didik, pendidik sehingga yang juga tidak kalah besarnya
akan tercipta sekolah yang unggul dan dengan sekolah standar nasional,
berkualitas yang nantinya akan dapat karena dengan statusnya tersebut
melahirkan sumber daya manusia yang maka sekolah tersebut harus
berkualitas pula. Transparansi dan melengkapi semua sarana dan
akutabilitas dalam penyelenggaraan prasarana penunjang bagi terciptanya
anggaran sekolah dapat terjaga dan iklim belajar mengajar yang kondusif.
semua pihak bisa melakukan kontrol Untuk kabupaten Solok baru terdapat
terhadap penggunaan anggaran yang dua sekolah Menengah Atas yang
telah ada sehingga dapat dimanfaatkan rintisan berstandar internasional yaitu
secara optimal dan tepat guna. SMUN 1 Gunung Talang dan SMUN
RAPBS masing-masing sekolah I Singkarak, sedangkan untuk Sekolah
yang peneliti temukan dilapangan Menengah Atas, hanya satu sekolah
tentu saja tidaklah sama, karena yaitu SMPN 2 Gunung Talang.
disesuaikan dengan karakteristik atau Lebih lanjut, strategi pem-
kebutuhan sekolah masing-masing. biayaan pendidikan dalam penyu-
Tentu saja akan ada perbedaan sunan RAPBS dimulai dengan
misalnya antara sekolah yang mengkaji perubahan-perubahan per-
berkategori sekolah standar nasional aturan perundang-undangan, tuntutan
dengan sekolah biasa (sekolah yang peningkatan mutu pendidikan yang
belum berstandar) serta dengan mungkin membuka peluang, dalam
sekolah rintisan berstandar inter- hubungan ini pemberian kewenangan
nasional. Bagi sekolah biasa tentu saja kepada Kepala Sekolah (otonomi)
kebutuhannya sedikit dalam artian untuk mengelola keuangan sekolah
dikarenakan jumlah murid yang relatif yang menjadi tanggung jawab
sedikit, sarana dan prasarana yang menjadi sangat strategis21. Kepala
masih belum memadai, dan biasanya sekolah sebagai manajer pendidikan
terletak di daerah pelosok sehingga di tingkat institusi memiliki
anak-anak yang bersekolah di sana kewenangan untuk mengoptimali-
pada umumnya mempunyai tingkat sasikan sumber dana yang ada, baik
perekonomian yang lemah sehingga dana bantuan dari pemerintah maupun
dalam hal pembiayaan pendidikan dana sumbangan pendidikan dari
juga rendah. Sedangkan bagi sekolah masyarakat dan orang tua siswa
dengan standar nasional, maka berdasarkan analisis kebutuhan yang
dapatlah dipastikan bahwa kebutuhan mengacu pada faktor-faktor kekuatan,
sekolahnya tentu saja lebih banyak kelemahan, peluang dan ancaman atau
karena jumlah siswa dan guru-guru faktor internal dan eksternal sekolah
serta sarana dan prasarana yang dalam menunjang peningkatan mutu
memadai akan banyak memerlukan proses pembelajaran, sehingga hasil
anggaran. Untuk itu tentu saja alokasi dari proses pembelajaran tersebut bisa
anggaran untuk sekolah ini akan
berbeda dengan sekolah sebelumnya. 21
Ibid

Formulasi Kebijakan Anggaran Pendidikan... 223


memenuhi tuntutan kebutuhan wali murid dalam rapat paripurna
masyarakat/orang tua siswa sebagai wali murid.
pelanggan serta relevan dengan 2) Mekanisme penetapan anggaran
perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan sudah dilaksanakan
teknologi dan juga dapat memenuhi secara bottom-up dengan melibatkan
tuntutan dunia usaha. partisipasi masyarakat dalam bidang
RAPBS yang disusun oleh pendidikan melalui musrenbang
sekolah pada dasarnya merupakan 3) Kebijakan-kebijakan pemerintah
kebutuhan sekolah yang harus daerah dalam pembiayaan pendi-
dikerjakan atau dilakukan selama satu dikan masih diprioritaskan untuk
tahun pelajaran, yang terdiri dari menuntaskan wajib belajar sem-
pendapatan dan pengeluaran sekolah. bilan tahun dengan memberikan
Untuk itu rancangan yang dibuat prioritas terhadap daerah-daerah
harus didasarkan kepada kebutuhan terpencil dan masyarakat kurang
dan karakteristik masing-masing mampu
sekolah. Sehingga jumlah program
dan anggaran untuk masing-masing Saran
sekolah akan berbeda. Dari beberapa kesimpulan di atas
maka dalam penelitian ini dapat
V. PENUTUP kemukakan beberapa saran ebagai
Simpulan berikut:
1) perlu adanya mekanisme pem-
Dari hasil penelitian dan pembahasan
biayaan yang jelas, berupa standar
yang telah diuraikan Dengan demikian
biaya pendidikan dasar dan
dari makalah di atas dapat disimpulkan
menengah yang harus dikeluarkan
hal-hal sebagai berikut ini:
oleh calon siswa yang akan masuk
1) Regulasi pembiayaan pendidikan
suatu sekolah negeri. Sehingga
yang secara jelas mengatur tentang
pungutan-pungutan yang nantinya
pembiayaan pendidikan di Kabu-
akan memberatkan siswa dapat
paten Solok belum ada, namun
diantisipasi sedini mungkin
demikian kondisi di lapangan
sehingga semua masyarakat dapat
menunjukkan bahwa untuk pendi-
sekolah tidak dibedakan status
dikan dasar (SD) dibebaskan dari
sosial ekonominya. Standar
segala pungutan, sedangkan untuk
pembiayaan ini penting mengingat
tingkat SLTP dan SLTA masih
ke depannya nanti pemerintah bisa
dilakukan pungutan oleh sekolah
memperkirakan berapa biaya yang
karena dana Bantuan Operasional
harus dianggarkan oleh pemerintah
Sekolah dari pemerintah pusat dan
daerah untuk membiayai seluruh
Pemerintah Daerah (BOS SLTA)
jenjang pendidikan yang ada di
masih belum cukup untuk
daerah. Hal ini dimaksudkan supaya
membiayai operasional sekolah.
pemerintah bisa membuat suatu
Sehingga pungutan tidak dilarang
kebijakan pendidikan yang murah
sejauh tidak memberatkan orang
atau gratis bagi semua jenjang
tua dan mendapat persetujuan oleh
pendidikan.

224
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
2) Pendidikan yang merupakan pilar dimana pemerintah daerah perlu
utama dalam pembangunan di membuat suatu aturan dalam bentuk
Kabupaten Solok hendaknya ke peraturan daerah bidang pendidikan.
depan menjadi perhatian yang serius Untuk itu pemerintah dan semua
pemerintah daerah terutama dalam stakeholders pendidikan harus
menegakkan pilar pendidikan itu proaktif dalam menciptakan
sendiri. Persoalan mekanisme dan pendidikan yang murah dan
penyusunan anggran pendidikan bermutu yang dapat diakses oleh
hendaknya dicarikan solusinya semua lapisan masyarakat.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

B.C. Smith. 1985. Decentralization: The Territorial Dimension of The State.


London: George Allen And Unwin. 1985, p. 3
Chandler, R.C, Q. J.C Palano.1988. The Public Administration Dictionary.
Second Edition, Santa Barbara, CA, ABC-CLIO. INC.
Nanang Fattah. 2006. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Rosda
Karya.
Abdul Halim. 2001. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta:
UUP AMP YKPN.
Hasbullah. 2007. Otonomi Pendidikan, Kebijakan Otonomi Daerah, dan
Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Dadang Hudayana. 2007. ”Implementasi Kebijakan Desentralisasi Pendidikan
dalam Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) (Studi Deskriptif
Peningkatan Pelayanan Wajib Belajar Pendidikan Dasar di Kabupaten
Ogan Komering Ulu Propinsi Sumatera Selatan”, Tesis S2 Program
Studi Magister Administrasi Publik, Konsentrasi Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, tidak dipublikasikan.
Irfan Islamy. 2007., Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Jakarta:
Bumi Aksara.
Fasli Jalal dan Supriadi, Dedi, (ed). 2001. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks
Otonomi Daerah, Yogyakarta: Adi Cita.
Jones dan Pendlebury. 2000. dalam Modul Pembekalan Teknis Manajemen
Stratejik dan Teknik Penganggaran/keuangan bagi Anggota DPRD dan
Pejabat Pemda, Kerjasama Menteri Negera Otoda dengan Pusat antara
Universitas Studi Ekonomi UGM. Yogyakarta: UGM.
Yeremias Keban. 2008. Enam Dimensi Administrasi Publik, Konsep, Teori dan
Isu, Edisi ke 2, Yogyakarta: Gava Media.
Rian Nugroho. 2008. Kebijakan Pendidikan Yang Unggul. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Josef Riwu Kaho. 1988. Analisa Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di
Indonesa. Jakarta: Bina Aksara.

Formulasi Kebijakan Anggaran Pendidikan... 225


A.G. Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyanto. 2006. Dinamika Pendidikan Nasional (Dalam Percaturan Dunia
Global). Jakarta: PSAP Muhammadiyah.
Syamsudin. 2008. “Perencanaan Pembiyaan Pendidikan”. http//ums.ac.idstaf
syamsudinkeuanganPerencanaan%20Biaya%20 Pendidikan.pdf, 2007,
diakses 11 September 2008
H.A.R. Tilaar. 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka
Cipta.

226
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010

Anda mungkin juga menyukai