ABSTRACT
I. PENDAHULUAN
Proses pendidikan merupakan upaya outcome yang relevan dengan tuntutan
sadar manusia yang tidak akan pernah zaman2.
ada hentinya. Sebab, jika manusia Dalam konteks kebijakan pendi-
berhenti melakukan pendidikan, sulit dikan nasional, menurut Suyanto3,
dibayangkan apa yang akan terjadi pada banyak pakar dan praktisi pendidikan
sistem peradaban dan budaya1. Dengan mengkritisi pemerintah, dianggap
ilustrasi ini, maka baik pemerintah tidak memiliki komitmen yang kuat
maupun masyarakat berupaya untuk untuk membenahi sistem pendidikan
melakukan pendidikan dengan standar nasional”. Artinya, kebijakan-kebi-
kualitas yang diinginkan untuk jakan pendidikan kurang menggam-
memberdayakan manusia. “Sistem barkan rumusan-rumusan permasa-
pendidikan yang dibangun harus lahan dan “prioritas” yang ingin
disesuaikan dengan tuntutan zamannya, dicapai dalam jangka waktu tertentu.
agar pendidikan dapat menghasilkan Hal ini, “terutama berkaitan dengan
anggaran pendidikan nasional yang
semestinya sebesar minimal 20%,
1
Suyanto. 2006. Dinamika Pendidikan Nasi-
2
onal (Dalam Percaturan Dunia Global). Ibid
3
Jakarta: PSAP Muhammadiyah. Ibid
206
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
dalam menentukan kualitas sekolah di ini, kurang lebih 32 tahun di bawah
daerahnya masing-masing melalui rezim orde baru. Penyelenggaraan
sistem rekrutmen guru, rekrutmen serta manajemen yang dikendalikan
siswa, pembinaan profesionalisme oleh pusat telah menghasilkan output
guru, rekrutmen kepala sekolah, pendidikan Indonesia manusia robot
penentuan sistem evaluasi, dan tanpa inisiatif6. Sekarang ini
sebagainya. Jadi dalam era otonomi, kenyataan yang dihadapi adalah
berbicara tentang kualitas pendidikan output, pendidikan memiliki mental
dasar dan menengah tinggal yang selalu tergantung kepada orang
tergantung pada apa maunya daerah. lain. Output pendidikan tidak
Jika meminjam terminologi school memiliki mental yang bersifat
based management, kualitas pendi- mandiri, karena memang tidak kritis
dikan untuk masa yang akan datang dan kreatif. Pendekatan yang
lebih tergantung pada komitmen sentralistik dan cenderung kepada
daerah untuk merumuskan visi dan totaliterisme tampak dalam penyele-
misi di daerahnya masing-masing. nggaraan pendidikan selama ini,
Jika daerah cukup visioner, kurang lebih 32 tahun di bawah rezim
pengembangan sektor pendidikan orde baru.
akan memiliki peluang yang besar Penyelenggaraan serta manaje-
untuk dapat memenuhi standar men yang dikendalikan oleh pusat
kualitas sesuai dengan harapan para telah menghasilkan output pendidikan
stakeholders. Manakala pemerintah Indonesia manusia robot tanpa
daerah memiliki political will yang inisiatif7. Akhirnya, output yang
kuat dan kemudian disertai dengan pernah mengenyam pendidikan,
kebijakan yang mengedepankan arti malah menjadi “pengangguran
penting pendidikan sebagai upaya terselubung”. Ini artinya, setiap tahun-
human investment di daerah, dapat nya, pendidikan nasional Indonesia
dipastikan pendidikan di daerah itu memproduksi pengangguran terselu-
akan memiliki praksis yang baik, dan bung. Mereka itu, adalah korban dari
dengan demikian kualitas pendidikan ketidakberesan sistem pendidikan
akan dapat ditegakkan. Nasional yang masing sedang
Namun demikian, kesempatan merangkak berbenah. Mungkin saja,
besar yang diberikan kepada daerah sebagai insan yang berpendidikan,
untuk meningkatkan kualitas pela- tentu saja terus atau banyakan
yanan pendidikan bagi masyarakat berharap akan datangnya perubahan
tentu tidak mudah untuk dapat “fundamental” terhadap sistem
8
dilakukan. Sebab untuk menye- pendidikan di Indonesia . Sedangkan
lenggarakan pelayanan pendidikan dari sisi input pelayanan pendidikan
yang berkualitas membutuhkan ber-
bagai syarat yang harus dipenuhi.
6
Syarat tersebut meliputi input, proses H.A.R. Tilaar. 2004. Paradigma Baru
untuk menjamin dihasilkan output Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka
Cipta.
pendidikan yang baik. Pendekatan
yang sentralistik dan cenderung 7
H.A.R. Tilaar. 2004. Paradigma Baru
kepada totaliterisme tampak dalam Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka
penyelenggaraan pendidikan selama Cipta.
8
Suyanto, op cit
PENDIDIKAN
KESEHATAN EKONOMI
KERAKYATAN
208
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
Pemerintah Kabupaten Solok tersebut dengan menjadikan
bersama masyarakat telah bertekad pendidikan sebagai pilar utama dalam
untuk menjadikan Kabupaten Solok pembangunan, menyikapi itu tentu
terbaik dari yang baik. Tekad tersebut saja ke depan perlu ada aturan regulasi
dituangkan dalam peraturan daerah di daerah mengenai pembiayaan
No. 4 Tahun 2005 tentang Rencana pendidikan misalnya dalam bentuk
Pembangunan Jangka Panjang daerah peraturan di daerah sehingga nantinya
(RPJPD) 2006-2024 dan dijabarkan arah di daerah tidak terjadi
ke dalam Rencana Pembangunan komersialisasi pendidikan, sehingga
Jangka Menengah derah dengan visi bagaimana nantinya semua orang bisa
”terwujudnya kepemimpinan, peme- sekolah baik yang kaya maupun yang
rintahan, dan masyarakat yang miskin. Harapan terhadap pendidikan
amanah, santun dan tegas menuju yang murah sebenarnya terpatri dalam
masyarakat madani di Kabupaten mekanisme bagaimana anggaran
Solok tahun 2010”. Disamping itu, disusun yang pro/berpihak kepada
landasan strategis pembangunan masyarakat dan keterlibatan masya-
pendidikan di Kabupaten Solok juga rakat dalam menentukan pemba-
mengacu kepada visi pendidikan ngunan pendidikan di daerah.
Nasional (UU No. 20 Tahun 2003) Diberlakukannya otonomi daerah
yaitu terwujudnya sistem pendidikan membawa implikasi yang cukup besar
sebagai pranata sosial yang kuat dan terhadap sektor pendidikan. Daerah
berwibawa untuk memberdayakan diberikan kewenangan yang cukup luas
semua warga negara Indonesia untuk mengurus persoalan pendidikan
berkembang menjadi manusia yang di daerah. Kewenangan yang diberikan
berkualitas sehingga mampu dan pro di bidang pendidikan baik dari segi
aktif menjawab tantangan zaman yang kebijakan, pembiayaan, kurikulum,
selalu berubah. Peraturan Daerah sarana dan prasarana pendidikan, tenaga
Kabupaten Solok No. 5 Tahun 2005 pendidikan maupun pengendalian mutu
tentang RPJMD 2006-2010 pendidikan untuk pendidikan dasar dan
menfokuskan pembangunan bidang menengah termasuk non formal.
pendidikan sebagai salah satu pilar Dengan kewenangan yang begitu besar
pembangunan bersama dengan bidang pemerintah daerah perlu membuat suatu
kesehatan, dan ekonomi kerakyatan. regulasi yang mengatur semua itu.
Dengan adanya amandemen Untuk kepentingan hal tersebut,
UUD 1945 dan amanat Undang- indikasi yang dapat dilihat oleh
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang masyarakat adalah seberapa besar
Sistem Pendidikan Nasional yang alokasi anggaran pendidikan yang
menetapkan bahwa anggaran disediakan dalam APBD masing-
pendidikan minimal 20% dari APBD masing kabupaten/kota yang ada di
dan APBN, maka pemerintah pusat Indonesia. Semakin besar anggaran
dan daerah seyogyanya menaikkan yang disediakan maka berarti semakin
anggaran pendidikan yang selama ini tinggi pula komitmen pemerintah
masih di bawah 20%. Kabupaten daerah yang bersangkutan terhadap
Solok mencoba mensikapi aturan sektor pendidikan. Apalagi setelah
210
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
kan legislatif, penataan/pengaturan kesejahteraan dan kejahatan. Pada
yang dilakukan eksekutif, salah satu isu bidang tersebut terdapat
penggunaan anggaran Negara dan banyak isu kebijakan. Kebijakan-
juga kegiatan-kegiatan apapun yang kebijakan tersebut merupakan
dilakukan siapapun yang menjadikan serangkaian arah tindakan pemerintah
masyarakat sebagai sasarannya. yang aktual maupun yang potensial
Dengan demikian, Kebijakan publik yang mengadung konflik di antara
(public policy) merupakan segmen-segmen yang ada dalam
serangkaian pilihan yang kurang lebih masyarakat. Isu-isu kebijakan yang
saling berhubungan (termasuk biasanya menyangkut hasil konflik
keputusan-keputusan untuk definisikan mengenai masalah
bertindak) yang dibuat oleh badan- kebijakan. Kebijakan memiliki 3
badan dan pejabat daerah, elemen sistem kebijakan sebagaimana
diformulasikan di dalam bidang- yang ditunjukkan oleh diagram
bidang isu sejak pertanahan, energi berikut ini:
dan kesehatan sampai pendidikan,
Kriminalitas
LINGKUNGAN Analisis Kebijakan Penegakan
KEBIJAKANHukum
Inflasi
KEBIJAKAN Kelompok Warga Negara Ekonomi
PUBLIK
Pengangguran Serikat Kerja Kesejahteraan
Diskriminasi Partai Personil
Gelandangan Instansi Perkotaan
Sumber: Thomas R Dye, 1978, sebagaimana dikutip oleh William Dunn, 1994, hal 110
212
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
Tahun 2004 yang memang membawa hasil belajar secara nasional, serta
pergeseran sejumlah model dan pedoman pelaksanaannya
paradigma. Pemerintah lokal yang 2) Penetapan standar materi pela-
dulunya Structural efficiency model jaran pokok
yang menekankan efisiensi dan 3) Penetapan persyaratan perolehan
keseragaman ditinggalkan dan dianut dan penggunaan gelar akademik
local democracy model yang 4) Penetapan pedoman pembiayaan
menekankan pada nilai demokrasi dan penyelenggaraan pendidikan
keberagaman dalam penyelenggaraan 5) Penetapan persayaratan peneri-
pemerintah lokal. Seiring dengan maan, perpindahan sertifikasi
pergeseran model tersebut terjadi pula siswa, warga belajar dan mahasiswa
dari penguatan dekonsentrasi ke 6) Penetapan persayaratan pening-
penguatan desentralisasi. katan, pencarian, pemanfaatan,
Pergeseran model dan para- pemindahan, penggandaan, sistem
digma tersebut memungkinkan ber- pengamanan dan kepemilikan
langsungnya penyelenggaraan peme- benda cagar budaya, serta
rintah yang responsif terhadap kepen- persyaratan penelitian arkeologi
tingan publik dan memelihara suatu 7) Pemanfaatan hasil penelitian
mekanisme pengambilan keputusan arkeologi nasional serta penge-
yang kuat pada asas pertanggung- lolaan museum nasional, galeri
jawaban publik. Sehingga dalam nasional, pemanfaatan naskah
prakteknya dengan adanya Undang- sumber arsip, dan monumen yang
undang Otonomi Daerah kewenangan diakui secara internasional
pengelolaan pendidikan berubah dari 8) Penetapan kalender pendidikan
sistem sentralisasi ke desentralisasi. dan jumlah jam belajar efektif
Desentralisasi pendidikan berarti setiap tahun bagi pendidikan
terjadinya pelimpahan kekuasaan dan dasar, menengah dan luar sekolah
kewenangan yang lebih luas kepada 9) Pengaturan dan pengembangan
daerah untuk membuat perencanaan pendidikan tinggi, pendidikan
dan mengambil keputusannya sendiri jarak jauh, serta pengaturan
dalam mengatasi permasalahan yang sekolah internasional
dihadapi di bidang pendidikan16. 10) Pembinaan dan pengembangan
Berdasarkan PP Nomor 25 bahasa dan sastra Indonesia
Tahun 2000 tentang kewenangan Sementara itu, kewenangan
pemerintah dan kewenangan propinsi pemerintah propinsi meliputi hal-hal
sebagai daerah otonom, pada sebagai berikut:
kelompok bidang pendidikan dan 1) Penetapan kebijakan tentang
kebudayaan disebutkan bahwa kewe- penerimaan siswa dan mahasiswa
nangan pemerintah meliputi: dari masyarakat minoritas, terbe-
1) Penetapan standar kompetensi siswa lakang atau tidak mampu,
dan warga belajar, serta pengaturan 2) Penyediaan bantuan pengadaan
kurikulum nasional dan penilaian buku peljaran pokok/ modul
pendidikan untuk taman kanak-
kanak, pendidikan dasar, pendi-
16
Abdul Halim. 2001. Bunga Rampai dikan menengah dan pendidikan
Manajemen Keuangan Daerah, Yogya- luar sekolah
karta: UUP AMP YKPN.
214
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
Dengan demikian, pembiayaan (satu tahun). Anggaran ini digunakan
pendidikan merupakan instrumental sebagai alat untuk menentukan
input yang sangat penting dalam besarnya pengeluaran, membantu
penyelenggaraan pendidikan (tanpa pengambilan keputusan dan
biaya proses pendidikan tidak akan perencanaan pembangunan, otoriasi
berjalan). Biaya Pendidikan menca- pengeluaran di masa-masa yang akan
kup semua jenis pengeluaran yang datang, sumber pengembangan ukuran-
berkenaan dengan penyelenggaraan ukuran standar untuk evaluasi kinerja
pendidikan, baik dalam bentuk uang dan sebagai alat untuk motivasi para
& barang/tenaga (dapat diuangkan) pegawai dan alat koordinadi bagi
seperti iuran siswa, sarana fisik, buku semua aktivitas berbagai unit kerja19.
sekolah, guru dan lain-lainnya18. Berkaitan dengan penyeleng-
Pembiayaan menurut Kepmendagri garaan pendidikan di tingkat nasional
No 29 tahun 2002 adalah transaksi maupun daerah mengalami suatu
keuangan daerah yang dimaksudkan transisi yang sangat signifikan dalam
untuk menutup selisih antara pengelolaan sumber-sumber daya
pendapatan dan belanja daerah. yang ada dalam bidang pendidikan
Sementara itu menurut UU No. 32 terutama dalam hal pendanaan/
Tahun 2004 pembiayaan adalah setiap anggaran pendidikan (pembiayaan
penerimaan yang perlu dibayar kembali pendidikan). Dalam hal ini pelak-
atau pengeluaran yang akan diterima sanaan pendidikan harus disertai
kembali, baik pada tahun anggaran dengan adanya peningkatan peran
yang bersangkutan maupun pada sumber-sumber daya pendidikan
tahun–tahun anggaran berikutnya. (dana pendidikan) yang telah tertuang
Lebih lanjut dapat dijelaskan dalam Undang-undang No. 20 Tahun
bahwa pembiayaan pendidikan 2003 tentang Sistem Pendidikan
termasuk dalam salah satu komponen Nasional Bab I Ketentuan Umum
anggaran di daerah yang telah pasal 1 ayat 23 yang menjelaskan
diamanatkan dalam UUD 1945 tentang bahwa Sumber daya pendidikan
anggaran pendidikan. Dalam hal ini adalah segala sesuatu yang
yang dimaksud dengan anggaran dipergunakan dalam penyelenggaraan
daerah adalah rencana kerja pemerintah pendidikan yang meliputi tenaga
daerah yang diwujudkan dalam bentuk kependidikan, masyarakat, dana,
uang (rupiah) selama periode tertentu sarana, dan prasarana. Dalam hal ini
pembiayaan pendidikan merupakan
suatu hal yang sangat penting bagi
(MBS) (Studi Deskriptif Peningkatan pendidikan di daerah. Lebih lanjut
Pelayanan Wajib Belajar Pendidikan Dasar
di Kabupaten Ogan Komering Ulu Propinsi
Sumatera Selatan”, Tesis S2 Program Studi
Magister Administrasi Publik, Konsentrasi
19
Kebijakan Publik. Yogyakarta: Universitas Jones dan Pendlebury. 2000. dalam Modul
Gadjah Mada, tidak dipublikasikan. Pembekalan Teknis Manajemen Stratejik
dan Teknik Penganggaran/keuangan bagi
18
Syamsudin. 2008. “Perencanaan Pembiyaan Anggota DPRD dan Pejabat Pemda,
Pendidikan”. http//ums.ac.idstafsyamsudin Kerjasama Menteri Negera Otoda dengan
keuanganPerencanaan%20Biaya%20 Pen- Pusat antara Universitas Studi Ekonomi
didikan.pdf, 2007, diakses 11 September UGM. Yogyakarta: UGM.
2008
216
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
Sedangkan studi kepustakaan dilaku- pengelolaan keuangan daerah. Pada
kan melalui kajian terhadap literatur pasal 3 disebutkan bahwa:
berupa buku, jurnal dan makalah- “Pengelolaan keuangan daerah
makalah seminar yang membahas diatur dalam peraturan menteri
tentang hal itu. ini meliputi pengelolaan keu-
Analisis data dilakukan berda- angan daerah, azaz umum dan
sarkan pandangan-pandangan infor- struktur APBD, penyusunan
man (emik) dan interpretasi peneliti rancangan APBD, penetapan
(etic) terhadap data di lapangan. APBD, penyusunan dan pene-
Proses pengolahan data pada tehnik tapan APBD bagi daerah yang
ini tidak menggunakan tenik statistik belum memiliki DPRD, pelak-
sebagai analisis jawaban informan sanaan APBD, perubahan
tidak terikat skor dan skala, akan APBD, pengelolaan kas, pena-
tetapi di deskripsikan dalam suatu tausahaan keuangan daerah,
penjelasan dengan kalimat-kalimat. akutansi keuangan daerah,
pertanggungjawaban pelaksa-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN naan APBD, pembinaan dan
Regulasi dan Mekanisme Penyusu- pengawasan pengelolaan keu-
nan Anggaran Pendidikan angan daerah, kerugian daerah
dan pengelolaan keuangan
Sebagai daerah yang otonom BLUD”.
Pemerintah Daerah Kabupaten Solok
telah memiliki mekanisme yang jelas Dengan berpedoman pada
atau penggunaan APBD yang tertuang peraturan menteri tersebut, semua
dalam Peraturan Bupati Solok Nomor mekanisme pembiayaan di daerah
2 Tahun 2008 tentang Standar biaya harus berdasarkan peraturan tersebut,
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan daerah boleh saja memodifikasi
dan Belanja Daerah Kabupaten Solok dengan tidak bertentangan dengan
Tahun Anggaran 2008. Dalam aturan yang sudah ada. Dengan
peraturan tersebut termaktub semua demikian dituntut bagaimana
aturan tentang belanja dan kreativitas dan political will dari
pengeluaran daerah yang akan pemerintah daerah untuk dapat
dipergunakan pada tahun anggaran membuat rancangan APBD yang
yang sedang berjalan, namun secara lebih efektif dan efisien dalam
khusus tidak disebutkan tentang hal menggunakan anggaran yang ada.
pembiayaan pendidikan. Kabupaten Sehingga anggaran dapat diman-
Solok merupakan salah satu daerah faatkan secara optimal dalam mense-
yang PAD nya kurang signifikan jahterakan masyarakat.
dalam pos-pos penerimaan APBD.
Selain peraturan Bupati, Pemerintah Regulasi Pemerintah Kabupaten
pusat sebenarnya telah memberikan Dalam Pembiayaan Pendidikan
rambu-rambu yang jelas kepada
Sesuai dengan aturan yang telah
daerah dalam mengurus keuangan
ditetapkan oleh pemerintah dalam
daerah berdasarkan pada Peraturan
mengelola keuangan daerah, Kabu-
Menteri Dalam Negeri Nomor 13
paten Solok berusaha memaksimalkan
tahun 2006 Tentang Pedoman
dan mengefisienkan anggaran yang
218
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
yang mengikat pemerintah untuk Pendapat senada dengan yang di
membiayainya. atas dilontarkan hampir semua kepala
Menyikapi hal tersebut perlunya sekolah dan komite sekolah yang
rancangan peraturan pemerintah peneliti wawancara, mulai dari tingkat
tentang pendanaan pendidikan tampil sekolah dasar sampai sekolah lanjutan
menjawabnya. Minimal lewat atas. Semua informan mengatakan
peraturan tersebut nantinya tersedia bahwa mengenai biaya pendidikan
rujukan bagi antar lini pemerintah sudah mendapat persetujuan dengan
dalam pemilahan kewenangan berikut orang tua murid. Melalui rapat yang
para pemangku kepentingan di sektor dihadiri oleh sebagian besar (lebih
pendidikan, sehingga mencerminkan 80%) orang tua murid yang
itikad pemerintah melimpahkan ditempatkan di sekolah setiap
tanggungjawab pembiayaan pendidik- tahunnya.
an kepada masyarakat. Dengan demikian, sebenarnya
Aktivis Centre for the orang tua murid dapat mengontrol
Betterment of Education (CBE) itu berapa biaya yang harus dikeluarkan
mengungkapkan bahwa di negara untuk menyekolahkan anak-anaknya
yang kental dengan paham kapitalis- sampai menamatkan wajib belajar
me sekalipun, seperti Amerika sembilan tahun, karena orang tua
Serikat, pemerintah membiayai pendi- memiliki kesempatan dan hak untuk
dikan warganya dengan optimal. itu. Jadi tidak ada alasan sebenarnya
Dalam kaitan itu, adalah aneh jika orang tua merasa keberatan dengan
Indonesia yang konstitusinya antara biaya sekolah. Di lain pihak peme-
lain mengedepankan kehidupan rintah juga berperan proaktif dalam
bangsa yang cerdas, tetapi justru tidak menentukan peraturan terhadap biaya
sepenuh hati menyokong pembiayaan pendidikan, dengan melakukan moni-
pendidikan. toring dan evaluasi kepada sekolah-
Peraturan Pemerintah tentang sekolah setiap jangka waktu tertentu
Wajib Belajar dan Pendanaan sehingga sekolah tidak dapat
Pendidikan dipandang mendesak dan ”seenaknya” untuk menetapkan biaya
relevan. Akan tetapi, diingatkan juga tambahan apabila mengalami keku-
jangan sampai kedua regulasi tersebut rangan dalam biaya operasional
dipaksakan terbit tanpa terlebih dulu sekolah.
merevisi hal-hal yang bisa saling Belum adanya mekanisme dan
bertentangan. aturan yang jelas dalam standar
Dalam hal ini, Pemerintah pembiayaan pendidikan di Kabupaten
Daerah Kabupaten Solok tetap Solok memberikan tanggapan yang
berpegang kepada peraturan yang ada cukup serius dari berbagai kalangan
karena secara khusus memang belum terutama Dewan Pendidikan. Jadi
ada peraturan daerah yang membahas pada dasarnya, keinginan dari
tentang pembiayaan pendidikan. Hal berbagai pihak untuk dapat tercip-
ini memberikan otonomi kepada tanya aturan yang jelas tentang
daerah untuk dapat menentukan pembiayaan pendidikan di Solok
sendiri berapa biaya yang harus memperlihatkan bahwasanya perha-
dikeluarkan calon siswa untuk dapat tian yang besar terhadap bidang
bersekolah. pendidikan. Sehingga biaya pendi-
220
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
tidak terlalu jelas, maka dibiarkan kesepakatan berdasarkan kriteria-
(divakumkan dulu) sebelum maju ke kriteria tertentu dan ketentuan yang
proses formal sebagai nota keuangan masuk dari usulan komisi-komisi
yang disampaikan secara resmi. serta berdasarkan kepentingan
Kemudian rencana dibahas melalui pembangunan. Selanjutnya baru dapat
pandangan fraksi-fraksi di DPRD. disimpulkan bahwa RAPBD sudah
Melalui fraksi-fraksi dan komisi- selesai dibahas dan diperbaiki.
komisinya, DPRD mengundang/ Dengan demikian RAPBD akhirnya
memanggil Dinas Pendidikan untuk ditetapkan sebagai Perda berupa
mengadakan pertemuan dengan tim APBD untuk dilaksanakan oleh
anggaran pemerintah yang telah pemerintah daerah.
disampaikan rancangannya tentang Setelah APBD ditetapkan, maka
penyelenggaraan pembiayaan terha- anggota dewan turun ke masyarakat
dap program-program pendidikan untuk melihat langsung apakah
tahun depan. Kalau DPRD masih pelaksanaan kebijakan (APBD) dapat
membutuhkan informasi lebih lanjut. benar-benar menyentuh kepentingan
DPRD dapat melakukan panggilan masyarakat secara keseluruhan.
terhadap pihak-pihak yang terkait Proses ini memakan waktu hingga
dengan pendidikan untuk mengikuti berbulan-bulan (kurang lebih selama
dengar pendapat (hearing). Di acara dua bulan). Dalam kurun waktu
hearing, materi dapat dibahas dan tersebut anggota dewan memper-
dipertimbangkan secara teknis. hatikan aspirasi dari masyarakat
Selanjutnya rancangan yang terhadap pelaksanaan kegiatan/
sudah ada dibawa ke rapat kerja program yang telah ditetapkan dan
legislatif dan diteruskan ke eksekutif. sudah semestinya apabila pelaksanaan
Setelah itu dinas terkait akan kebijakan tersebut benar-benar
melaksanakan sesuai dengan panduan menyentuh kepentingan masyarakat,
rencana pembangunan. Setelah tuntas mengingat bahwa pemerintah meru-
di Panitia Anggaran (Panggar), pakan penyusun sekaligus pelaksana,
dengan pandangan dan ketentuan- sehingga mengetahui secara pasti
ketentuan sebagaimana belanja (secara teknis) pelaksanaan kebijakan
pembangunan dengan rapertada, dan yang seharusnya dikerjakan.
program-program yang menjadi Namun tidak semua rencana
prioritas, juga belanja rutin baru pemerintah dapat disetujui DPRD,
selanjutnya rencana disampaikan karena dalam rencana itu ada materi
secara formal oleh pemerintah yang menjadi prioritas dan ada yang
dihadapan sidang paripurna DPRD tidak. Oleh Karena itu pembahasan
tentang APBD. Dalam sidang tersebut harus dilaksanakan secara cermat dan
rencana dibahas oleh DPRD melalui sesuai dengan kebutuhan mendasar
fraksi-fraksi dari beberapa komisi. pembangunan.
Untuk bidang pendidikan di Kabu- Dengan demikian, dinas diminta
paten Solok berada pada Komisi A. menyiapkan program-program yang
Pada kesempatan itu komisi-komisi menjadi prioritas utama terseleng-
menyampaikan kembali RAPBD yang garanya pendidikan yang lebih baik di
semestinya kepada pemerintah. masa akan datang sehingga anggaran
Demikian seterusnya hingga ada yang ada dapat dimanfaatkan secara
222
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
terhadap penyusunan anggaran sekolah Untuk sekolah yang rintisan
diharapkan proses belajar mengajar di berstandar internasional (karena
sekolah dapat terlaksana dengan baik. belum ada sekolah yang berstandar
Terpenuhinya semua kebutuhan internasional) membutuhkan anggaran
sekolah, anak didik, pendidik sehingga yang juga tidak kalah besarnya
akan tercipta sekolah yang unggul dan dengan sekolah standar nasional,
berkualitas yang nantinya akan dapat karena dengan statusnya tersebut
melahirkan sumber daya manusia yang maka sekolah tersebut harus
berkualitas pula. Transparansi dan melengkapi semua sarana dan
akutabilitas dalam penyelenggaraan prasarana penunjang bagi terciptanya
anggaran sekolah dapat terjaga dan iklim belajar mengajar yang kondusif.
semua pihak bisa melakukan kontrol Untuk kabupaten Solok baru terdapat
terhadap penggunaan anggaran yang dua sekolah Menengah Atas yang
telah ada sehingga dapat dimanfaatkan rintisan berstandar internasional yaitu
secara optimal dan tepat guna. SMUN 1 Gunung Talang dan SMUN
RAPBS masing-masing sekolah I Singkarak, sedangkan untuk Sekolah
yang peneliti temukan dilapangan Menengah Atas, hanya satu sekolah
tentu saja tidaklah sama, karena yaitu SMPN 2 Gunung Talang.
disesuaikan dengan karakteristik atau Lebih lanjut, strategi pem-
kebutuhan sekolah masing-masing. biayaan pendidikan dalam penyu-
Tentu saja akan ada perbedaan sunan RAPBS dimulai dengan
misalnya antara sekolah yang mengkaji perubahan-perubahan per-
berkategori sekolah standar nasional aturan perundang-undangan, tuntutan
dengan sekolah biasa (sekolah yang peningkatan mutu pendidikan yang
belum berstandar) serta dengan mungkin membuka peluang, dalam
sekolah rintisan berstandar inter- hubungan ini pemberian kewenangan
nasional. Bagi sekolah biasa tentu saja kepada Kepala Sekolah (otonomi)
kebutuhannya sedikit dalam artian untuk mengelola keuangan sekolah
dikarenakan jumlah murid yang relatif yang menjadi tanggung jawab
sedikit, sarana dan prasarana yang menjadi sangat strategis21. Kepala
masih belum memadai, dan biasanya sekolah sebagai manajer pendidikan
terletak di daerah pelosok sehingga di tingkat institusi memiliki
anak-anak yang bersekolah di sana kewenangan untuk mengoptimali-
pada umumnya mempunyai tingkat sasikan sumber dana yang ada, baik
perekonomian yang lemah sehingga dana bantuan dari pemerintah maupun
dalam hal pembiayaan pendidikan dana sumbangan pendidikan dari
juga rendah. Sedangkan bagi sekolah masyarakat dan orang tua siswa
dengan standar nasional, maka berdasarkan analisis kebutuhan yang
dapatlah dipastikan bahwa kebutuhan mengacu pada faktor-faktor kekuatan,
sekolahnya tentu saja lebih banyak kelemahan, peluang dan ancaman atau
karena jumlah siswa dan guru-guru faktor internal dan eksternal sekolah
serta sarana dan prasarana yang dalam menunjang peningkatan mutu
memadai akan banyak memerlukan proses pembelajaran, sehingga hasil
anggaran. Untuk itu tentu saja alokasi dari proses pembelajaran tersebut bisa
anggaran untuk sekolah ini akan
berbeda dengan sekolah sebelumnya. 21
Ibid
224
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010
2) Pendidikan yang merupakan pilar dimana pemerintah daerah perlu
utama dalam pembangunan di membuat suatu aturan dalam bentuk
Kabupaten Solok hendaknya ke peraturan daerah bidang pendidikan.
depan menjadi perhatian yang serius Untuk itu pemerintah dan semua
pemerintah daerah terutama dalam stakeholders pendidikan harus
menegakkan pilar pendidikan itu proaktif dalam menciptakan
sendiri. Persoalan mekanisme dan pendidikan yang murah dan
penyusunan anggran pendidikan bermutu yang dapat diakses oleh
hendaknya dicarikan solusinya semua lapisan masyarakat.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
226
DEMOKRASI Vol. IX No. 2 Th. 2010