Anda di halaman 1dari 22

BAB III

GAMBARAN UMUM MENGENAI PELAYANAN ANAK


SEKOLAH MINGGU DI GPIBT JEMAAT BETHESDA
DAN METODE PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Letak Geografis

Sebelum menguraikan realitas pelayanan Guru Sekolah Minggu di Jemaat

GPIBT Bethesda Tolitoli, maka penulis lebih dahulu akan menggambarkan secara

umum jemaat yang dijadikan lokasi penelitian.

GPIBT Bethesda secara administratif pemerintahan berada dalam wilayah

propinsi Sulawesi Tengah Kab. Tolitoli Kecamatan Baolan Kelurahan Tuweley dan

berada di bagian Timur Jantung Kota Tolitoli, jarak dari kota Palu kurang lebih 300

Km. Berdasarkan letak geografis jemaat Bethesda terletak diantara :

- Sebelah Utara berbatasan dengan perkebunan cengkeh.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan jemaat Maranatha

- Sebelah Timur berbatasan dengan perkebunan cengkeh

- Sebelah Barat berbatasan dengan jemaat Imanuel

Selayang Pandang Jemaat

Jemaat Bethesda merupakan salah satu jemaat GPIBT yang cukup besar dan

berada di bagian Timur Jantung Kota Tolitoli. Pada mulanya jemaat Bethesda

merupakan cabang kebaktian dari jemaat Imanuel (Induk) tahun 1970-1975, dimana
50

tempat peribadatan masih sangat sederhana dan terdiri dari 6 kk, pendirinya yaitu Bpk.

Ringka Lawidu dan Bpk. Fekky Mumekh. Menurut salah seorang responden

(J.H.Rosang), pemberian nama jemaat Bethesda tidak ada alasan yang cukup jelas

namun diperkirakan karena letak geografisnya yaitu berdekatan dengan sebuah sungai

(sungai Tuweley) dan kemungkinan juga mengutip kata-kata Alkitab yang terkenal

khususnya penyembuhan yang dilakukan Tuhan Yesus di kolam Betesda kepada orang

yang sudah 38 tahun menderita karena lumpuh.

Seiring dengan pertambahan jumlah anggota jemaat yang berasal dari berbagai

daerah, yaitu : Manado, Sanger, Batak, Toraja, Ambon, Flores, Poso dan Jawa maka

rumah tempat peribadatan tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu didirikan gedung

gereja yang berukuran 6 x 12 yang masih bersifat semi permanent dan ketua

pembangunannya yaitu Bpk. Marthen Luther Sumule (1979). Kemudian pada tahun

1990 tokoh-tokoh Kristen pada waktu itu memikirkan bagaimana agar didirikan gedung

gereja permanent karena jumlah anggota jemaat semakin meningkat, maka pada Tahun

1992 didirikan gedung gereja dengan ukuran 12 x 24 meter oleh ketua pembangunan

Bpk. Denny P Simangunsong.

Dalam perkembangan selanjutnya status jemaat cabang yang secara administrasi

masih terikat dengan jemaat induk dalam hal ini jemaat GPIBT Imanuel, akan segera

ditinjau mengingat pemberdayaan jemaat ini semakin meningkat, upaya tersebut

menjadi kenyataan karena pada tahun 1976 Gereja Bethesda diresmikan oleh Sinode

GPIBT menjadi salah satu anggota gereja GPIBT. Pada saat itu belum ada penempatan

Pendeta tetapi ditempatkan Pnt. Wem Olloy sebagai tenaga pelayan saat itu. Kemudian

pada Tahun 1978 ditempatkan seorang pelayan Jemaat Bethesda yaitu Pdt. Wehelmina

50
51

Ursia Tulenan Makapedua sebagai pendeta pertama. Setelah itu dari tahun ke tahun

berkat kuasa Roh Kudus jumlah anggota semakin bertambah terutama pada dekade –

90an sampai sekarang ini.

Keadaan Umum Jemaat

Keadaan Jemaat Bethesda Tolitoli sesuai dengan sensus Jemaat Tahun 2008

adalah 748 jiwa dengan jumlah KK 168 yang terdiri dari 5 kolom, yang masing-masing

kolom dilayani oleh 3 orang Penatua dan 1 Diaken. Di samping Pelayanan Kategorial

(Pria-Kaum Bapa; Wanita-Kaum Ibu; Pemuda-Remaja, dan Anak-Sekolah Minggu)

dengan masing-masing kepengurusannya. Jemaat juga memiliki 1 orang Pelayan

Jemaat sebagai Kostor serta 2 orang Penasehat Jemaat dan 3 orang Badan Pengawas

Perbendaharaan Jemaat serta 1 orang Pendeta yang ditempatkan oleh Badan Pekerja

Sinode GPIBT untuk melayani jemaat secara periodik (4 tahunan).

Sampai saat ini sudah ada 7 Orang sebagai Ketua Pelka Anak Sekolah Minggu

yang melayani di Jemaat GPIBT Bethesda Tolitoli sesuai periodik, antara lain :

- Bpk. Jantje H. Rosang : Tahun 1976 - 1981

- Ibu. Sartje Parigi : Tahun 1981 - 1986

- Pnt. Djahida Romandjo : Tahun 1986 - 1991

- Pnt. Deitje Antow : Tahun 1991 - 1996

- Pnt. Jhon Parengkuan ( 2 periode) : Tahun 1996 - 2004

- Pnt. Yuda Salae : Tahun 2004 - 2008

- Pnt. Ratnaningsih Rundubelo : Tahun 2008 – 2012 (sekarang)

51
52

Tabel 1

Keadaan Anggota Jemaat

Jumlah Kolom Jumlah jiwa KK Baptis Sidi

5 748 168 729 470


Sumber : Data 52tatistic Jemaat Bethesda Tolitoli, 2008

Tabel 2

Keadaan Jemaat Menurut Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah

Tani 68
PNS 38
TNI / POLRI 12
Pensiun 13
Tukang 16
Pengusaha 9
Sopir 9
Swasta 82
Tiada 47
Jumlah 294
Sumber : Data statistik jemaat Bethesda Tolitoli, 2008

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerjaan warga jemaat sebagian

besar adalah pekerja swasta. Hal ini di sebabkan oleh karena letak geografis jemaat

Bethesda yang berada di dalam kota Tolitoli, sehingga banyak warga jemaat yang

bekerja di perusahaan-perusahaan swasta yang berada di kota tolitoli dan ada juga

warga jemaat yang membuka usaha-usaha dalam berbagai bidang seperti dalam bidang

ekonomi (usaha warung, Toko, depot) peternakan (Babi, ayam) dan pertanian.

52
53

Tabel 3

Keadaan Jemaat Menurut Tingkat Pendidikan

Jenis Pendidikan Jumlah

SD (putus sekolah) 22
SMP (Putus sekolah) 75
SMA 163
DIPLOMA 1
S1 33
S2 – S3 -

Jumlah 294

Sumber : Data statistik jemaat Bethesda Tolitoli, 2008

Kesadaran pendidikan dari warga jemaat Bethesda Tolitoli bisa dikatakan

sangat tinggi. Hal ini dilihat dari tingkat pendidikan anggota jemaat di mana tidak ada

lagi anggota jemaat yang tidak berpendidikan dan sebagian besar anggota jemaat adalah

tamatan SMA.

Di bawah ini Program Kerja Pelayanan Kategorial Anak Sekolah Minggu

Periode Tahun 2008 - 2012 Sebagai Berikut:1

 IBADAH
 Ibadah Minggu Pagi
- Diadakan setiap hari Minggu Pagi Pukul 07.10 – 08.15 bertempat di
Gereja Bethesda
- Ibadah Minggu dibagi menjadi 3 (tiga) kelas dengan guru
pendamping yang di rolling setiap 1 x 3 bulan.
 Ibadah Pondok Gembira
- Dilaksanakan pada setiap Hari Kamis jam 16.00 sore
- Belajar lagu-lagu baru
- Melaksanakan Ibadah ucapan syukur bersama bagi anak yang
berhari ulang tahun
 Ibadah Permintaan
- Melaksanakannya sesuai permintaan keluarga
 Ibadah Anak Terbuka
1
Program Jemaat GPIBT Bethesda Tahun Pelayanan 2008 – 2012 & 2008 – 2009 (BPH
Majelis Jemaat Bethesda Tolitoli) 15 Mei 2008.

53
54

- Dilaksanakan bersama jemaat


 Melaksanakan Ibadah Paskah & Kenaikan
 Melaksanakan Ibadah Natal
 Ibadah Hari Doa Sedunia
- Dilaksanakan Pelka Anak Tingkat Sinode
 Ibadah Hari Doa Alkitab
- Dilaksanakan Pelka Anak tingkat Sinode
 KEGIATAN LAINNYA
 Mendukung kegiatan Sinodal Pelka – A/SM
 Melaksanakan Sensus Anak Sekolah Minggu
 Melaksanakan Tabungan Anak-anak Sekolah Minggu setiap Ibadah
Minggu
 Memberikan Hadiah bagi anak-anak yang berprestasi dari Juara 1-5
setiap penaikan kelas
 Mengadakan Pundi dan Gelas Pelastik untuk Pondok Gembira

 PENINGKATAN SDM PENGASUH SEKOLAH MINGGU


 Mengadakan persiapan mengajar yang dilaksanakan setiap bulan sekali
pada hari kamis. (Pembekalan materi ajar untuk satu bulan dengan
Pendeta Jemaat)
 Menambah pengasuh Anak Sekolah Minggu 1 Orang (Khusus Laki-laki)
 Mengusulkan Pengadaan Buku Pedoman (Bahan Ajar) bagi setiap
Pengasuh

 KEGIATAN MENABUNG
 Melaksanakan kegiatan menabung setiap hari Minggu dan dibagikan
pada awal Bulan Desember dalam Perayaan Natal

 LOMBA – LOMBA
 Melaksanakan berbagai Lomba yang dirangkaikan dengan hari-hari
besar Gerejawi

 PERKUNJUNGAN
 Melaksanakan perkunjungan kepada anak-anak yang sakit dan berhari
ulang tahun.

Gambaran Umum Pelayanan Sekolah Minggu

54
55

Di Jemaat GPIBT Bethesda

Guru Sekolah Minggu

Keadaan Guru Sekolah Minggu di Jemaat GPIBT Bethesda Tolitoli pada saat

penelitian ini dilakukan teridentifikasi sebagai berikut : Guru Sekolah minggu yang

dipilih oleh majelis jemaat 1 orang sebagai ketua Pelka A/SM dan masing-masing dari

keenam guru sekolah minggu, mereka mengajar di Sekolah Minggu karena di ajak oleh

teman-teman mereka untuk mengajar di sekolah minggu.2 Ketujuh guru-guru sekolah

minggu yang ada di jemaat GPIBT Bethesda mempunyai latar belakang pendidikan

yang bervariasi yaitu :

Tabel 4

Keadaan Guru Sekolah Minggu menurut tingkat Pendidikan

No Nama JK Pendidikan Pekerjaan Jabatan PELKA

1. R. Rundubelo P S1 (S.Pd) PNS (Guru SLTP) Ketua PELKA

2. M.D. Hutabarat P SMA Ibu Rumah Tangga Wakil Ketua

3. A. Simanjuntak P D3 Pegawai Honor Sekretaris


Keperawatan RS Mokopido

4. Dina Damula P SD Swasta Wakil Sekretaris

5. J. Rumondor P S1 (S.Pd) PNS Guru PAK SD Bendahara

5. Selmi Lewe P SMA Swasta Anggota

7. Kres Tudaan L SMA Swasta Anggota

Data dari arsip pelka anak sekolah minggu 2008

2
Hasil wawancara dengan Ibu. Marni D. Hutabarat. Wakil ketua Pelka A/SM di jemaat GPIBT
Bethesda. Tanggal 12 April 2009

55
56

Jika dilihat dari segi jumlah 7 orang guru sekolah minggu rasanya masih terlalu

sedikit dan belum mencukupi, jika di bandingkan dengan objek pelayanan anak-anak

sekolah minggu di jemaat GPIBT Bethesda yang terdiri dari 5 kolom dengan jumlah

keseluruhan anak-anak sekolah minggu 172 orang anak. 3 Hal ini juga merupakan fakta

penyebab kurangnya kinerja pelayanan Guru bagi anak-anak sekolah minggu.

Dari keadaan yang disebutkan diatas ini, masih dapat di tambahkan bahwa dari

ke 7 orang guru yang ada ini, 5 orang yang memberi diri dengan aktif karena

memegang jabatan dalam kepengurusan PELKA anak (lihat tabel 1). Sedangkan 2

orang yang berstatus anggota tidak begitu aktif, kehadiran mereka dalam mengajar /

membina anak-anak hanya tergantung pada jadwal untuk bertugas.4 Dengan kata lain

panggilan untuk menjadi guru sekolah minggu, perlu di pertanyakan. Barangkali ini

merupakan indikasi dari jawaban beberapa orang guru yang memberi jawab atas

pertanyaan “motivasi” untuk menjadi guru sekolah minggu hanya karena diajak oleh

teman-teman, Dan bukan karena terpanggil dan merasa bertanggung jawab atas

kehidupan iman anak-anak yang adalah generasi muda Gereja.5

SDM Guru Sekolah Minggu

Dari apa yang di gambarkan dalam tabel 1 sangat jelas di sana tentang keadaan

pendidikan yang bervariasi (mulai dari SD s/d S1) yang ada pada 7 orang guru sekolah

minggu jemaat Bethesda.

Dari hasil penelitian melalui wawancara bahwa dari antara 7 orang guru yang

ada masih terdapat guru yang baru 1 kali mengikuti pelatihan dasar / pembinaan guru

3
Hasil wawancara dengan Ibu. Ratnaningsi Rundubelo S.Pd Ketua Pelka A/SM di jemaat
GPIBT Bethesda, tanggal 3 Mei 2009
4
Hasil wawancara dengan Ibu Artauli Simanjuntak. Sekretaris Pelka A/SM, tanggal 5 mei 2009
5
Hasil wawancara dengan Ibu Marni Hutabarat, wakil ketua Pelka A/SM, tanggal 3 mei 2009

56
57

sekolah minggu6 dan malahan ada yang belum pernah mengikuti pelatihan dasar bagi

guru-guru sekolah minggu7 walau ada 4 orang yang sudah pernah mengikuti pelatihan

dasar, malahan ada yang sudah 3 kali mengikuti pelatihan baik pelatihan dasar maupun

TOT.8

Alasan jadi Guru Sekolah Minggu

Dari hasil penelitian berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan untuk guru

sekolah minggu, memberi jawaban yang bervariasi, yang paling dominan menjawab

bahwa ada panggilan pelayanan untuk lebih dekat pada anak-anak 9 satu orang

menjawab hanya karena di panggil (di ajak) oleh teman guru, 10 dan satu orang

menjawab ingin mengembangkan bakat,11 alasan yang bervariasi yang disebutkan diatas

ini juga barangkali dapat dipakai sebagai indikator yang menunjuk pada lambannya

peningkatan mutu pelayanan bagi anak-anak. memang jawaban yang mengatakan

merasa terpanggil, atau di panggil Tuhan untuk melayani anak-anak belum menjadi

ukuran bahwa kinerja para pelayan sekolah minggu ini baik, sebab sekali lagi panggilan

pelayanan lebih menunjuk pada kesediaan diri pribadi untuk melayani Tuhan dalam

wujud pelayanan bagi anak-anak.12

Persiapan Mengajar
6
Hasil wawancara dengan sdri Dina Damula, wakil sekretaris Pelka A/SM, tanggal 4 mei 2009
7
Hasil wawancara dengan Ibu. Ratnaningsih Rundubelo S.Pd Ketua Pelka A/SM, tanggal 3 mei
2009
8
Hasil wawancara dengan Artauli Simanjuntak, Sekretaris Pelka A/SM, tanggal 5 mei 2009
9
Hasil wawancara dengan nara sumber : SL, RR, KH, JR, AR. Guru-guru Sekolah minggu di
jemaat GPIBT Bethesda Tolitoli, tanggal 3 mei 2009
10
Hsil wawancara dengan Sdra. Kres Tudaan, guru sekolah minggu, tanggal 9 mei 2009
11
Hasil wawancara dengan Sdra. Dina Damula Wakil sekretaris Pelka A/SM, tanggal 4 mei
2009
12
Hasil wawancara dengan Ibu. Evie Waney, Majelis Jemaat (Ketua PKWKI tingkat jemaat,
tanggal 13 mei 2009

57
58

Dalam rangka mempersiapkan diri dan persiapan mengajar yang akan dilakukan

di kelas sekolah minggu, ada wadah yang di sebut oleh para guru sekolah minggu ini

sebagai “stimulasi” dalam acara stimulasi ini, mereka membahas materi (bahan ajar)

yang akan mereka lakukan dalam beberapa minggu dalam bulan berjalan. Caranya

mereka membahas materi ajar (bahan ajar) perminggu. Satu orang praktek mengajar

dan yang lain memberikan tanggapan, begitu seterusnya secara bergantian. Tanggapan

yang di berikan oleh teman-teman guru bersifat melengkapi. Dalam pelaksanaan

stimulasi ini dihadiri oleh pendeta jemaat pada minggu pertama bulan berjalan dan turut

mengarahkan dan melengkapi persiapan mengajar dari para guru sekolah minggu itu

sendiri.

Di samping stimulasi ada persiapan pribadi yang di lakukan oleh masing-masing guru

di rumah baik mempersiapkan bahan ajar (materi) atau menyiapkan alat peraga.

Berbicara alat peraga dari hasil wawancara (pertanyaan no. 2) dan observasi yang

dilakukan penulis bahwa alat peraga yang dipakai hanya berupa gambar yang difoto

copy lalu diwarna dan alat peraga langsung yaitu melalui lakon dari guru yang sedang

mengajar, tetapi jika alat peraga yang memerlukan papan tulis atau papan flanel sangat

sulit bagi guru untuk mengajar karena papan tulis dan papan flannel tidak ada. 13

Sehingga yang menjadi salah satu hambatan kinerja guru tidak maksimal disebabkan

karena tidak ada alat peraga yang dibutuhkan. Alat peraga merupakan alat Bantu untuk

menyampaikan kabar, injil, pengajaran, mempermudah guru sekolah minggu dalam

mengajar, pelajaran lebih muda diingat dan ada hal-hal yang abstrak yang sulit

dijelaskan seperti: (kasih, dosa, pengampunan dll) dapat dibantu dengan alat peraga. 14
13
Hasil wawancara dengan guru-guru sekolah minggu di jemaat GPIBT Bethesda tolitoli,
tanggal 3 mei 2009
14
Hasil wawancara dengan Ibu. Julien Rumondor S.Pd Bendahara Pelka A/SM, tanggal 2 mei
2009

58
59

GPIBT dalam pembinaan bagi anak-anak sekolah minggu memakai materi (bahan ajar)

dari sinode wilayah GKI jawa tengah dalam bentuk buku paket yang dikirim pertahun

pelayanan (hasil kerja sama GPIBT dengan GKI, khususnya sinode wilayah GKI

Jateng).15

Rekrutmen

Di Jemaat GPIBT Bethesda pelayanan Guru-guru Sekolah Minggu kepada

anak-anak mengalami hambatan karena kurangnya Guru-guru dalam membina,

melayani anak-anak Sekolah Minggu. Guru-guru yang ada tidak bisa memfasilitasi

jumlah anak-anak Sekolah Minggu di jemaat Bethesda, hambatan ini juga diakibatkan

karena kurangnya perhatian dari majelis di dalam memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan

yang dibutuhkan oleh guru-guru Sekolah Minggu, dan juga tidak ada program untuk

penambahan guru-guru Sekolah Minggu serta pelatihan/pembinaan bagi guru-guru.

Kenyataan yang terjadi dalam pelayanan kepada anak-anak Sekolah Minggu belum

mengikuti aturan Tata Gereja karena pemilihan Penatua/Ketua Pelka Anak Sekolah

Minggu tidak mengikuti aturan dari Tata Gereja yang ada. Ini merupakan salah satu

hambatan dari kinerja guru-guru Sekolah Minggu di Jemaat GPIBT Bethesda karena

Penatua/Ketua Pelka Anak Sekolah Minggu yang dipilih majelis bukan dari kalangan

guru-guru Sekolah Minggu yang sudah lama melayani anak-anak Sekolah Minggu.

Yang terjadi pemilihan Ketua Pelka Anak Sekolah Minggu tidak dipersiapkan terlebih

dahulu, setidaknya harus ada pelatihan dasar bagi calon-calon Penatua/Ketua Pelka

Anak Sekolah Minggu, karena dengan demikian akan menjadi dasar bagi Penatua /

Ketua Pelka Anak Sekolah Minggu terpilih di dalam ia melayani anak-anak Sekolah

15
Hasil wawancara dengan Bpk. Pdt P. Kumiang S.Th Pendeta jemaat GPIBT Bethesda, tanggal
10 Mei 2009

59
60

Minggu. Hasil wawancara dengan orang tua dan majelis berpendapat bahwa

Pelatihan/Pembinaan bagi Guru-guru Sekolah Minggu sangat penting karena bisa

memberikan dasar-dasar bagi Guru Sekolah Minggu untuk bisa memberikan pengajaran

yang benar bagi anak-anak Sekolah Minggu dan dengan mengikuti / Pelatihan Guru

Sekolah Minggu disegarkan dan selalu mengikuti perkembangan, menambah wawasan

bagi guru dalam hal mengajar.

Dari ke-7 guru sekolah minggu yang ada di jemaat GPIBT Bethesda hanya satu

yang di rekrut langsung oleh Majelis jemaat melalui proses pemilihan majelis jemaat

berdasarkan tata cara pemilihan dalam satu paket pemilihan Majelis jemaat periode

pelayanan 2008-2012.16 Hal ini di karenakan bahwa yang terpilih akan menjadi,

penatua sekaligus masuk dalam jabatan struktural menjadi Ketua Pelayanan Kategorial

anak-anak sekolah minggu.17 Sedangkan guru-guru yang lain yang ada sekarang lebih

banyak mereka yang di panggil atau diajak oleh teman yang telah lebih dahulu menjadi

guru sekolah minggu18 dan yang lain seperti istri Dari pendeta jemaat yang ditempatkan

di jemaat Bethesda yang merasa terpanggil dan prihatin melihat keberadaan anak-anak

dan karena itu memberi diri secara sukarela untuk melayani anak-anak19 dan seorang

lagi juga isteri pendeta yang kebetulan menjadi warga jemaat dan berdomosili di

lingkungan jemaat Bethesda.20

Dari uraian hasil penelitian di atas ini menjadi jelas bahwa system perekrutan

guru sekolah minggu di jemaat Bethesda ini tidak begitu tertata dan terprogram dengan

16
Hasil wawancara dengan Bpk. Denny Simangunsong, Ketua Jemaat GPIBT Bethesda Tolitoli,
tanggan 13 mei 2009
17
Tata Gereja GPIBT
18
Hasil wawancara dengan ibu Marni Hutabarat, tanggal 3 mei 2009
19
Hsil wawancara dengan Pdt. P Kumiang S.Th Pendeta jemaat, tanggal 27 April 2009
20
Hsil wawancara dengan Julien Rumondor, Bendahara Pelka A/SM, tanggal 5 mei 2009

60
61

baik.21 Sebagian besar guru yang ada tidak berasal dari dunia pendidikan yang berlatar

belakang guru agama (lihat tabel 1) dan karena itu pelatihan dan pembinaan guru

sekolah minggu mutlak diperlukan untuk mengembangkan mutu pelayanan guru

sekolah minggu bagi anak-anak, maupun bagi kinerja guru sekolah minggu itu sendiri.

Gereja

Sarana dan Prasarana

Berbicara soal kepelayanan Gereja hal ini berarti berbicara tentang semua aspek

kepelayanan gereja dalam melaksanakan tugas panggilannya yaitu bersekutu, bersaksi

dan melayani. Tugas panggilan ini harus dilaksanakan disemua cirri pelayanan gereja

GPIBT di samping melaksanakan pelayanan umum bagi semua warga gereja, terdapat

juga pelayanan yang lebih menyentuh secara spesifik, yaitu pelayanan kategorial oleh

pelayanan yang di khususkan pada kategori Bapak, kategori Ibu, kategori Pemuda dan

kategori Anak. kategori yang terakhir ini di sebut persekutuan pelayanan kategori anak-

anak/sekolah minggu. yang juga merupakan pokok bahasan dalam tulisan ini, yang

lebih menyoroti para pengasuhnya (guru pelayanan anak).

Sebagai bagian utuh dari kepelayanan gereja, maka Pelka anak juga harus

mendapat perhatian yang sama dengan pelka-pelka yang lain dalam jemaat GPIBT

Bethesda. Namun hal ini belum berjalan maksimal. Sarana dan prasarana untuk

mengembangkan pelayanan anak kearah yang lebih baik belum tersedia antara lain:

 Ruangan khusus yang di lengkapi dengan alat peraga dan permainan belum

tersedia.

21
Hsil wawancara dengan Bpk Pdt CH Monthol, S.Th, sekretaris Sinode GPIBT, tanggal 8 mei
2009

61
62

 Begitu juga dengan materi atau bahan ajar yang akan di berikan pada waktu

ibadah (pondok gembira) di luar hari minggu belum tersedia.

 Belum tersedianya sarana angkutan (antar jemput) bagi anak-anak yang

berdomosili di tempat-tempat yang agak jauh dari gedung gereja. Hal ini juga

sangat menghambat kelancaran pelayanan bagi anak-anak.

Keterlibatan Gereja

Dapat dikatakan perhatian gereja (majelis jemaat) terhadap pelaksanaan

kegiatan pelayanan di pelka anak belum memadai, dapat di katakan masih sangat

kurang dimana:

 Majelis harian jemaat jarang bahkan hampir tidak pernah melihat langsung atau

mengevaluasi kinerja para pelayan (guru) sekolah minggu.

 Ketua pelayanan kategorial anak-anak sekolah minggu yang adalah anggota

majelis jemaat belum begitu memahami tentang tugas pelayanan bagi anak-

anak, karena di rekrutmen bukan dari guru sekolah minggu, dan belum pernah

mengikuti pelatihan dasar sebagai pengasuh sekolah minggu.

 Dari segi pendanaan memang sudah ada, namun terbatas pada perayaan Paskah

dan Hari Natal, itupun jumlahnya selalu tidak sesuai dengan apa yang

diusulkan.

 Pengadaan bahan (materi) ajar dari GKI Jateng anggarannya selalu dari kas

jemaat, tetapi majelis jemaat tidak pernah memperhatikan pengadaan bahan

(materi) ajar yang lain untuk kegiatan-kegiatan yang lain di luar hari minggu,

misalnya ibadah pondok gembira, ibadah padang, dan ibadah syukur lainnya,

baik di gereja maupun di rumah anak-anak.

62
63

Anak-Anak Sekolah Minggu Jemaat GPIBT Bethesda

Tabel 5

Keadaan Anak Sekolah Minggu

Kolom Anak Tanggung Anak Tengah Anak Kecil Jumlah


Umur, 11-13 Tahun Umur, 8-10 Tahun Umur, 0-7 Tahun

1 7 8 14 29
2 9 12 21 42
3 10 9 18 37
4 5 10 11 26
5 10 9 19 38

Jumlah 41 48 83 172

Sumber : Sensus jemaat Tahun 2008

Melihat dari hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh penulis

menunjukkan bahwa kehadiran anak-anak Sekolah Minggu setiap hari minggu, sangat

kurang karena jumlah kehadiran setiap hari minggu hanya berkisar : anak Tanggung

10-15 anak, anak Tengah 17-22 anak, anak kecil 15-20 anak. data kehadiran ini dari

absen disetiap kelas.22 Dari kehadiran anak-anak Sekolah Minggu setiap hari minggu

menunjukkan bahwa kurangnya minat anak untuk datang beribadah ke Sekolah

Minggu.

Melengkapi penelitian ini, penulis juga mewawancarai beberapa orang dari

anak-anak sekolah minggu jemaat GPIBT Bethesda. Wawancara ini dilakukan dengan

mengembangkan kurang lebih 7 pertanyaan bervariasi yang inti pokoknya ingin

mengetahui apa motivasi dari anak-anak itu mengunjungi atau hadir dalam kegiatan

22
Data Arsip Sekolah Minggu

63
64

sekolah minggu, dan apa yang menjadi penyebab sehingga anak-anak sekolah minggu

jarang atau malas ke sekolah minggu. hasilnya adalah sebagai berikut : pada dasarnya

yang memotivasi anak-anak datang ke sekolah minggu karena bisa bertemu dengan

teman-teman,23 disamping itu ada juga anak yang menjawab bahwa sekolah minggu

adalah merupakan tempat (sarana) bagi anak-anak dapat lebih mengenal Tuhan,

sehingga anak-anak menjadi terbiasa mengikuti kegiatan pelayanan, serta lebih

mengenal Tuhan Yesus melalui cerita alkitab dan dengan demikian anak-anak dapat

lebih mengerti tentang kewajiban sebagai umat Kristen yang beriman kepada Tuhan

Yesus.24

Selain apa yang disebut diatas, masih ada hal lain yang menarik minat anak-

anak ke sekolah minggu, yaitu metode mengajar dengan memakai alat peraga. Dengan

memakai alat peraga, cerita yang disampaikan lebih cepat dimengerti dan lebih

menyenangkan dan lebih menarik.25 Ada juga yang berpendapat kedua metode diatas

(cerita dan alat peraga) sama-sama menarik dan perlu dikembangkan sehingga

pemberitaan firman Tuhan dapat berjalan dan pengetahuan anak-anak tentang Tuhan

Yesus Kristus menjadi banyak dan luas.26

Yang menjadi kendala, anak-anak jarang atau kadang-kadang hadir di sekolah

minggu adalah karena terlambat bangun pagi. Dan kendala ini harus dilihat dalam

keterkaitan dengan peranan orang tua dalam memberi motivasi, minimal dengan

memperhatikan jam tidur malam dan waktu untuk ke sekolah minggu ini terabaikan. 27

23
Hasil wawancara dengan nara sumber: TS,MR,NW,TP,EH, anak-anak sekolah minggu kelas
tanggung, tanggal 10 Mei 2009
24
Hasil wawancara dengan Elsa Hamsah, anak sekolah minggu, tanggal 10 Mei 2009
25
Hasil wawancara dengan nara sumber: TP,NW,TS,MR, anak-anak sekolah minggu kelas
tanggung, tanggal 10 Mei 2009
26
Hasil wawancara dengan Elsa Hamsah, anak sekolah minggu, tanggal 10 Mei 2009
27
Hasil wawancara dengan nara sumber: TP,NW,TS,MR, anak-anak sekolah minggu kelas
tanggun, tanggal 10 Mei 2009

64
65

Hal yang lain yang menjadikan anak-anak kurang berminat ke sekolah minggu adalah

kebiasaan jelek dari para guru (pengasuh sekolah Minggu) yang terlambat datang dan

penyajian cerita yang tidak menarik atau tidak menyenagkan.28

Guru Sekolah Minggu Di Mata Jemaat

Orang tua

Realitas pelayanan guru sekolah minggu di jemaat GPIBT Bethesda Tolitoli

menurut orang tua dari anak-anak sekolah minggu yang tergambar dari data yang

diperoleh melalui wawancara dan observasi dapat penulis paparkan sebagai berikut :

Profil Guru Sekolah Minggu yang baik yaitu seorang yang patut diteladani

sebagai seorang Guru Sekolah Minggu bagi anak-anak, yang bisa memberikan

pembelajaran sesuai dengan bahan Alkitab, dan mempunyai sikap kelemah lembutan,

sabar, berprilaku baik, jujur, ihklas, tahu beradaptasi dengan anak-anak, tidak otoriter

dan memaksakan kehendak kepada anak-anak, memiliki keterampilan, pengetahuan,

tidak membeda-bedakan anak-anak.29 Seorang yang bisa menjadi panutan bagi anak-

anak maupun orangtua dalam segala segi, serta berlaku setia dalam tugas, dan dapat

menjadi orangtua sekaligus sahabat bagi anak-anak, mampu mengajarkan anak-anak

tentang Iman Kristen, dapat menjadi teladan bagi anak-anak dalam sikap, tingkah laku,

dan tutur kata, mempunyai kepribadian yang dapat menjadi tauladan bagi anak-anak

Sekolah Minggu baik dilingkungan mengajar, persekutuan maupun dalam kehidupan

keseharian, mampu memahami psikologi anak Sekolah Minggu sehingga terjalin proses

28
Hasil wawancara dengan nara sumber: TP,NW,TS,MR,EH, anak-anak sekolah minggu kelas
tanggung, tanggal 10 Mei 2009
29
Hasil wawancara dengan nara sumber: AK,JP,RS,CM,DK,TS,HM,SR,DL,NL, Orang tua anak
sekolah minggu, mei 2009

65
66

belajar mengajar yang baik, mengutamakan kepentingan Gereja/orang banyak dalam

kehidupan sehari-hari maupun berjemaat.30

Dilihat dari kenyataan yang ada Kinerja Guru Sekolah Minggu sedang-sedang

saja, bahwa Guru Sekolah Minggu seharusnya mempunyai pendidikan minimal

sederajad dengan Guru Agama. Guru-guru Sekolah Minggu di Jemaat Bethesda

terlampau lebih mengandalkan kemampuan dari pada pengetahuan, yang diberikan

kepada anak-anak asal mampu dilakukan tapi tidak mempertimbangkan apakah

pengetahuan yang diperoleh sudah ada atau belum. Karena dari beberapa guru Sekolah

Minggu yang lebih ditonjolkan hanya kemampuan bahwa dia bisa menjadi Guru

Sekolah Minggu padahal sebenarnya menjadi Guru Sekolah Minggu itu tidak gampang,

karena diperhadapkan dengan bagaimana caranya agar anak-anak mengerti dan paham

tentang isi Alkitab, bukan sekedar penyampaian akan tetapi prakteknya yang

dibutuhkan, karena Guru-guru Sekolah Minggu jangan hanya jual tampang sebagai

Guru Sekolah Minggu, akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari tidak mencerminkan

sebagai Guru Sekolah Minggu, hanya pada saat Sekolah Minggu di Gereja pada hari

minggu dan Pondok Gembira/Kamis gembira guru Sekolah Minggu bertindak sebagai

Guru Sekolah minggu. Diluar dari itu sudah tidak lagi terlihat sebagai pembimbing

anak-anak, Guru Sekolah Minggu juga bukan hanya menjadi guru di hari minggu dan

kamis gembira tetapi setidaknya ada program perkunjungan kepada anak-anak bukan

Cuma disaat anak berhari ulang tahun tetapi ada perkunjungan penggembalaan supaya

sebagai orang tua mengetahui perkembangan anaknya, dan guru juga mengetahui

keberadaan anak dalam lingkungan pergaulannya di rumah setiap hari, sehingga bisa

30
Hasil wawancara dengan nara sumber: JR,JL,AP,AK,EP,SW,MW,TT, orang tua anak sekolah
minggu, mei 2009

66
67

mengarahkan anak-anak lebih taat dan setia sama orang tua, guru-gurunya dan terlebih

kepada Tuhan. Dari beberapa Guru Sekolah Minggu ada juga pelayananya tidak serius

ia lebih mementingkan karier dari pada pelayanan yang sesungguhnya. Dan diantara

guru-guru sekolah minggu ada yang bersikap sesuai dan tidak di mana Guru Sekolah

Minggu masih ada yang bertindak dan berlaku tidak sesuai dengan apa yang diajarkan

kepada anak-anak, misalkan pengajaran tentang iri hati, dan bersifat sombong, dalam

pembelajaran terhadap Anak Sekolah Minggu selalu mengajarkan bahwa anak-anak

jangan suka iri hati, dengki dan sombong terhadap sesama, akan tetapi justru dalam

lingkungan guru-guru Sekolah Minggu justru Guru-guru Sekolah Minggu tersebut ada

yang merasa iri, merasa kurang, bahkan terlampau lebih sombong dengan

kemampuannya sendiri dari guru yang lain.

Majelis jemaat GPIBT Bethesda

Pelayanan guru sekolah minggu di jemaat GPIBT Bethesda Tolitoli yang

tergambar dari data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi kepada Majelis

Jemaat, dapat penulis paparkan sebagai berikut :

Profil Guru Sekolah Minggu yang baik bukan hanya tau mengajar tetapi

berpengalaman dalam tugas pelayanan gereja, melakukan Firman Tuhan dan memberi

contoh kepada anak-anak Sekolah Minggu dengan sikap dan tutur kata yang baik, Serta

mampu menterjemahkan Firman Allah dalam bahasa anak-anak, menguasai Firman

Tuhan dan dapat menjadi teladan bagi anak-anak Sekolah Minggu, penuh ketabahan

dalam mengasuh dan mendidik anak-anak.31 Kegiatan di sekolah minggu hasil

wawancara dengan para responden mengatakan bahwa pengajaran sudah bervariasi,

31
Hasil wawancara dengan nara sumber: PK, CM,MM,LS,JP,SR,GO,JR,DR,EW, Pendeta dan
majelis jemaat GPIBT Bethesda, mei 2009

67
68

ibadah sudah terlaksana dengan baik, namun memotivasi anak-anak untuk ikut ibadah

Sekolah Minggu masih kurang. Juga sebagian guru sekolah minggu adalah ibu rumah

tangga dan kesibukannya lebih banyak sehingga dapat dikatakan kinerja dari guru-guru

sekolah minggu sedang-sedang saja.32 Selain itu juga, guru-guru Sekolah Minggu di

Bethesda belum semua mengikuti pelatihan Dasar perlu diadakan pelatihan dan

pembinaan bagi semua Guru Sekolah Minggu karena bisa memberikan Dasar-dasar

bagi Guru Sekolah Minggu untuk bisa memberikan pengajaran yang benar bagi anak

Sekolah Minggu, juga pembinaan Guru Sekolah Minggu merupakan wadah dimana

Guru Sekolah Minggu dapat memahami pentingnya pelayanan dan cara mengajar

dengan baik juga melalui pembinaan/pelatihan Guru Sekolah Minggu disegarkan dan

selalu mengikuti perkembangan, menambah wawasan bagi guru dalam hal mengajar,

meningkatkan kemampuan sehingga anak-anak Sekolah Minggu lebih cepat memahami

dan mendapat ajaran yang tepat karena pengetahuan anak Sekolah Minggu akan

menjadi dasar pengetahuan iman untuk bekal bagi anak-anak Sekolah Minggu

membangun keimanannya, melalui pembinaan/pelatihan Guru-guru Sekolah Minggu

mengetahui, memahami metode-metode pengajaran Sekolah Minggu yang sebenarnya

sehingga anak-anak semakin bertumbuh imannya kepada Yesus Kristus, Serta

meningkatkan mutu pelayanan agar lebih baik karena kalau tidak diberikan pelatihan

dan pembinaan bagaimana bisa seorang Guru Sekolah Minggu mengajarkan tentang

bahan Alkitab sedangkan dasar-dasar pengetahuan Alkitab itu sendiri Guru Sekolah

Minggu tersebut tidak paham.33

32
Hasil wawancara dengan nara sumber: PK, CM,MM,LS,JP,SR,GO,JR,DR,EW, Pendeta dan
majelis jemaat GPIBT Bethesda, mei 2009
33
Hasil wawancara dengan nara sumber: PK, CM,MM,LS,JP,SR,GO,JR,DR,EW, Pendeta dan
majelis jemaat GPIBT Bethesda, mei 2009

68
69

Salah satu tugas pelayanan gereja yang tak kala pentingnya dengan tugas-tugas

lainnya adalah pelayanan kepada anak-anak. melihat realita yang ada bentuk pelayanan

kepada anak-anak yang biasa dilakukan oleh Guru Sekolah Minggu baru sekitar

persiapan mengajar dan bercerita.34

Harapan dari setiap warga gereja/orangtua Guru Sekolah Minggu bisa

menjalankan fungsi gurunya dengan baik agar fungsi guru sebagai seorang pelayan

anak-anak bisa memberikan banyak arti bagi anak-anak Sekolah Minggu maupun

orangtua yang sudah mengijinkan anak-anaknya untuk belajar di Sekolah Minggu.35

34
Hasil wawancara dengan Ibu Christin Maleta, S.Pd, tanggal 1 mei 2009
35
Hasil wawancara dengan Pdt. Pitson Kumiang, Pendeta pelayanan jemat GPIBT Bethesda
Tolitoli, tanggal, 27 April 2009.

69
70

70

Anda mungkin juga menyukai