NUPTK : 1860759661120002
HP. 081220780934
HANDS OUT
AGRIBISNIS UNGGAS PETELUR
akan menghasilkan pertumbuhan ayam yang baik, kondisi ayam yang sehat,
tingkat mortalitas yang rendah dan pada akhirnya akan menghasilkan ayam
petelur dengan produksi telur yang tinggi. Bagaimana cara mengoptimalkan
produksi ayam petelur. Pertanyaan ini sering kita jumpai dilapangan. Pelaku
bisnis peternakan ayam petelur sering dihadapkan pada situasi dimana ayam
petelurnya tidak mampu berproduksi secara optimal. Kunci utama untuk mencapai
produksi yang optimal yaitu manajemen pemeliharaan yang baik pada persiapan
peralatan dan perkandangan, starting manajemen, growing manajemen, laying
manajemen, seleksi, culling, program force molting, tatalaksana pemanenan telur,
penangan limbah dan biosekuruti serta didukung dengan baiknya sistem recording
di Farm.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui cara Seleksi, Culling dan Program Force Molting
2. Mengetahui Tatalaksana Pemanenan Telur Konsumsi
3. Mengetahui cara pengumpulan limbah dalam manajemen layer
4. Mengetahui biosekuriti pada manajemen layer
DEDI KUSMANA, S.Pt.
NUPTK : 1860759661120002
HP. 081220780934
HANDS OUT
Seleksi, Culling dan Program Force
Molting
3.1. Menerapkan pengetahuan tentang teknik seleksi dan culling unggas petelur
A. Seleksi
Cara menyeleksi ayam petelur dapat dilakukan oleh peternak ayam petelur
sebagai berikut:
1. Memilih ayam yang bermutu tinggi dari suatu kelompok dalam sehari-
hari. Seleksi dimulai dari saat masih kutuk dengan memperhatikan tingkah
laku, nafsu makan, keadaan tubuh dan Iain-lain.
2. Tingkah laku ayam yang sehat ditandai dengan kelincahan bergerak dan
mencari makan.
3. Nafsu makan baik, aktif mencari makan dan tembolok selalu penuh berisi.
4. Kaki-kaki dan paruh cukup kuat
5. Pancaran mata cerah serta mempunyai bentuk yang baik
6. Keadaan tubuh padat, yang menandakan bahwa ayam matnpu beproduksi
secara baik.
B. Culling
Tanda-tanda
Petelur yang Baik Petelur yang Jelek
Bagian
Kepala dan Muka Halus, lebar, bersih Kasar, kecil, pucat
Jengger dan Pial Lebar, berminyak, Kecil, keriput pucat
mengkilap, merah
Mata Cerah bersinar, bulat Sayu, malas
Tulang supit (pubis) Jaraknya berjauhan lebih Sempit, kurang dari 2
besar dari 2 jari tangan jari tangan
Perut Halus, penuh, elastis Keras berlemak
Kulit Tipis, halus, longgar Tebal dan kasar
Kloaka Oval dan selalu basah Sempit dan kering
Badan Lebar dan dalam Sempit
Kaki Rata, pipih Bulat, besar
C. Force Molting
(keuntungan), tetapi setelah terjadi proses tersebut maka ayam akan kembali
berproduksi lagi (tidak maksiamal). Untuk menjaga kesinambungan ayam, maka
harus diganti dengan ayam dara (pullet), akan tetapi harga ayam dara dari hari ke
hari semakin meningkat sehingga proses gugur bulu tersebut dapat dipersingkat
selama sekitar 2 bulan, dengan menerapkan proses gugur bulu paksa (force
moulting), maka setelah itu, produksi akan meningkat dengan presentase tinggi.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mulyono (2004) bahwa secara normal
rontok bulu terjadi setelah ayam berumur lebih dari 80 minggu. Pada umur ini
merupakan saat yang tepat bagi ayam untuk diapkir. Proses perontokan bulu
biasanya terjadi selama 2-4 minggu.
a. Biaya produksi, biaya pada pelaksanaan force moulting lebih murah dari
pada biaya untuk membesarkan doc, sehingga pelaksanaan force moulting
lebih baik.
b. Angka kematian, angka kematinan pada siklus pada produksi kedua lebih
rendah dari pada siklus produksi tahun pertama.
c. Konsumsi ransum, konsumsi ransum pada siklus produksi tahun pertama
lebih tinggi dari pada tahun kedua.
d. Masa berproduksi, masa produksi pada tahun pertama lebih lama
dibandingkan dengansiklus produksi kedua.
e. Produksi telur, puncak produksi tahun kedua 7-10 % lebih rendah dari
tahun pertama dan terus menurun secara perlahan setelah mencapai puncak
produksi.
f. Kualitas kulit telur, kualitas telur pada siklus kedua lebih rendah jika
dibandingkan dengan tahun pertama.
g. Berat telur, berat telur pada tahun kedua lebih tinggi dari pada tahun
pertama.
DEDI KUSMANA, S.Pt.
NUPTK : 1860759661120002
HP. 081220780934
Tujuan force moulting adalah agar ayam berhenti bertelur dan memberi
waktu istirahat bertelur agar siap bertelur lagi. Bila selama 2 bulan force moulting
benar-benar terjadi dan ayam berhenti bertelur maka dapat diduga di tahun kedua
ayam akan bertelur banyak dan besar-besar. Ada dua program yang baik
melakukan force moulting, yaitu two-cycle molting dan three-cycle molting
program.
1. two-cycle molting program meliputi satu kali rontok bulu dengan dua
siklus produksi telur
2. three-cycle molting program meliputi 2 kali rontok bulu dan 3 siklus
produksi telur.
terjadi ayam terus makan dan tidak berproduksi, bila ayam disembelih setelah dua
tahun bertelur tidak empuk (Ellis M.R., 2007).
HANDS OUT
Tatalaksana Pemanenan Telur Konsumsi
Telur yang kotor sekali memang mau tidak mau harus dicuci agar
tampilannya terlihat lebih baik. Pencucian dilakukan dengan cara menyelupkan
telur sebentar ke dalam air bersih, kemudian mengelapnya hingga benar-benar
bersih dan kering. Telur yang dicuci ini harus dipisahkan dari telur yang tidak
dicuci. Telur yang dicucu ini sebaiknya dijual di sekitar peternakan saja atau
dijual langsung ke konsumen yang akan segera mengkonsumsinya dalam waktu
dekat. Telur yang dicuci ini biasanya memiliki daya simpan yang tidak terlalu
lama. Waktu maksimum sekitar satu minggu.
Penyimpanan telur konsumsi yang utuh dan segar biasanya dilakukan pada
suhu rendah dengan kelembaban tinggi. Telur konsumsi yang disimpan atau
dipasarkan biasanya dikemas, baik secara kemasan eceran dengan nampan telur
(egg tray), maupun secara kemasan partai dengan kotak kayu atau keranjang.
Transportasi telur konsumsi diperlukan selama melewati jalur pemasaran dimulai
dari peternak ke pedagang, dari daerah produsen ke daerah konsumen, dan dari
grosir ke para pengecer. Selama penanganan pascapanen, telur dapat mengalami
penurunan mutu atau kerusakan produk. Karenanya diperlukan pengelolaan
pelaksanaan penanganan pascapanen yang tepat.
Hands Out
Penanganan Limbah
Arah kemiringan dibuat agar pada saat dibersihkan dengan air, dengan
mudah limbah mengalir menuju ke parit. Limbah ternak berbentuk cair tersebut
dikumpulkan diujung parit untuk kemudian dibuang. Pada kandang
sistem feedlots terbuka, sebagian besar limbah ternak menumpuk di lokasi yang
terbuka di depan kandang. Agar pengumpulan limbahnya lebih mudah, lantai
pada lokasi ini biasanya ditutup dengan bahan yang keras dan rata dengan
kemiringan tertentu untuk mengalirkan limbah cairnya. Untuk membersihkan
lantai digunakan pipa semprot yang kuat agar limbah cair dapat didorong dan
mengalir ke tempat penampungan.
Flushing
HANDS OUT
Biosekuriti Operasional
Sanitasi ini meliputi praktek disinfeksi bahan, manusia, dan peralatan yang
masuk ke dalam peternakan, serta kebersihan pegawai di peternakan (Jeffrey
1997). Sanitasi meliputi pembersihan dan disinfeksi secara teratur terhadap bahan
– bahan dan peralatan yang masuk ke dalam peternakan. Pengertian disinfeksi
adalah upaya yang dilakukan untuk membebaskan media pembawa dari
mikroorganisme secara fisik atau kimia, antara lain seperti pembersihan
disinfektan, alkohol, NaOH, dan lain-lain (Anonymous, 2000).
2001). Air juga dapat sebagai sumber pencemar. Jika air tercemar, perlu dicari
alternatif sumber air lain atau air tersebut harus diolah dengan metode kimia atau
metode lainnya. Sumber pencemar lain adalah udara di sekitarnya (Marriott,
1999).
KESIMPULAN
Cara menyeleksi ayam petelur dapat dilakukan oleh peternak ayam petelur
sebagai berikut:
Memilih ayam yang bermutu tinggi dari suatu kelompok dalam sehari-
hari. Seleksi dimulai dari saat masih kutuk dengan memperhatikan
tingkah laku, nafsu makan, keadaan tubuh dan Iain-lain.
Tingkah laku ayam yang sehat ditandai dengan kelincahan bergerak
dan mencari makan.
Nafsu makan baik, aktif mencari makan dan tembolok selalu penuh
berisi.
Kaki-kaki dan paruh cukup kuat
Pancaran mata cerah serta mempunyai bentuk yang baik
Keadaan tubuh padat, yang menandakan bahwa ayam matnpu
beproduksi secara baik.
DAFTAR PUSTAKA
Jeffrey JS. 1997. Biosecurity for poultry flocks. Poultry fact sheet 1(26).
[terhubung berkala]. http://www.vmtrc.ucdavis.edu.html [5 Juni 2011].