Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang. Segala puji bagi
Allah SWT, Tuhan semesta alam, sehingga atas rahmat dan karunia-Nya yang luar biasa kami
dapat menyelesaikan tugas “Makalah Uji Toksisitas” ini. Sholawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada nabi kita tercinta Nabi Muhammad SAW yang akan kita bahas syariatnya di
akhirat kelak.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Apt. Dyani Primasari Sukamdi, M. Sc yang
telah membimbing dan memberi ilmu sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik.
Kami tentu menyadari bahwa penulisan ini jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan
dan kekurangan didalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
agar makalah ini dapat lebih baik lagi nantinya. Akhir kata, jika ada kesalahan, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Yogyakarta, 6 Juni 2021 Penulis

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
A. Latar Belakang..................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1 Metode Penelitian................................................................................................................................5
2.2 Jenis Sediaan yang Diuji.................................................................................................................5
2.3 Alur Metode Uji...............................................................................................................................6
2.4 Cara Perhitungan............................................................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................................8
PENUTUP..................................................................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada beberapa definisi emulsi diantaranya: menurut Farmakope Indonesia,emulsi adalah
sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan
pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Sedangkan menurut
Formularium Nasional, emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan
dalam system dispersi fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase
cairan lainnya, umumnyadimantapkan oleh zat pengemulsi. Emulsi adalah jenis khusus dari
dispersi koloid, yang memiliki setidaknyasatu dimensi antara sekitar 1 dan 1000 nm. Fase
terdispersi kadang-kadang disebutsebagai fase internal, dan kontinu sebagai fase eksternal.
Emulsi juga membentuk jenis sistem koloid yang agak istimewa karena tetesan sering
melebihi ukuran terbatas 1000nm (Schramm, 1992).
Emulsi dapat sebagai produk akhir atau selama pemrosesan produk dalam berbagai
bidang termasuk industri makanan, industri pertanian,farmasi, kosmetik, dan dalam bentuk
makanan.Dalam suatu emulsi, salah satu fasecair biasanya bersifat polar sedangkan yang
lainnya relatif non polar. Penetuan tipe emulsi tergantung pada sejumlah faktor. Jika rasio
volume fasa sangat besar atau sangat kecil, maka fasa yang memiliki volume lebih kecil
seringkali merupakan fasa terdispersi (Shelbat-Othman & Bourgeat-Lami, 2009).
Salah satu aspek kritis dalam pembentukan emulsi yang baik adalah pemilihan
pengemulsi yang tepat. Pengemulsi merupakan senyawa aktif permukaaan yang memiki
peran memfasilitasi pembentukan emulsi dan mendorong peningkatan stabilitas emulsi
(Kralova & Sjöblom, 2009). Protein dan fosfolipid digunakan secara luas sebagai
pengemulsi, terutama pada industri pangan (Bos & Nylander, 1996).
Berdasarkan tipenya emulsi dibagi menjadi empat yaitu:
1. Oil in water (o/w): Fase minyak terdispersi sebagai tetesan dalam keseluruhan
fase luar air (Winarno,1997).
2. Water in oil (w/o): Fase air terdispersi sebagai tetesan dalam fase luar
minyak(Winarno, 1997).
3. Oil in water in oil (o/w/o): Tetesan minyak yang terdispersi dalam tetesan air
yang kemudian terdispersi dalam fasa minyak kontinyu (Attama et al., 2016)
4. Water in oil in water (w/o/w): Fase air terdispersi dalam fase air yang
mengandung polimer kemudian membentuk emulsi air dalam minyak(w/o).
Emulsi yang terbentuk kemudian ditambahkan ke fasa berair kedua(mengandung
surfaktan) dan diaduk terus menerus untuk membentuk emulsi(Attama et al.,
2016).
Pembuatan emulsi dalam skala kecil dapat menggunakan tiga metode, yaitu:
1. Metode gom kering (dry gum method)
Atau juga dikenal sebagai 4:2:1 metode karena setiap 4 bagian (volume)
minyak,2 bagian air, dan 1 bagian gom ditambahkan dalam pembuatan dasar
emulsi. Emulsifying agent dicampurkan ke dalam minyak sebelum ditambahkan
air.
2. Metode gom basah (wet gum method)
Memiliki proporsi sama untuk minyak,air, dan gom yang digunakan dalam
dry gum method, tetapi urutanpencampurannya berbeda. Emulsifying agent
ditambahkan ke dalam air (dimana dapat terlarut) untuk membentuk muchilago,
kemudian secara perlahan minyak akan tergabung membentukemulsi
3. Metode botol (Forbes bottle method)
Digunakan untuk minyak yang mudah menguap atau kurang kental.
Menurut hukum termodinamika sistem emulsi tidak stabil, dikarenakan
sistem akan cenderung bergerak ke tingkat energi terendah. Secara normal,
air dan minyak akan terpisah membentuk dua fase yang stabil (Molina et al,
1999). Emulsi dapat distabilisasi dengan menurunkan tegangan permukaan
droplet minyak atau dengan meningkatkan densitas lapisan yang melingkupi
droplet minyak (Jeong et al., 2001). Kestabilan emulsi tergantung interaksi
antara berbagai gaya tarik menarik dan tolak menolak di antara droplet yang
dipengaruhi stabilisasi elektrostatik dan sterik.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metode Penelitian


A. Alat dan Bahan
Alat :
 Stirer Eurostar Digital Ika Labortechnik
 Viskometer Brookfield Ika Labortechnik DV-I dan DV-II
 Φ 50 pH Meter Beckman
 Alat sentrifuga Profuge tipe 14 K dan Universal 16R
 Mikroskop Sargent Welch S-4849-66 dan Meiji
 Mikrometer
 Refraktometer
 Peralatan gelas yang umum digunakan dalam laboratorium.
Bahan :
 Minyak kelapa murni yang berasal dari Sekolah Ilmu dan Teknologi
Hayati ITB
 PGA (gom arab)
 Veegum (magnesium alumunium silikat)
 Xanthan gum
 Metil paraben
 Propil paraben
 Vitamin E asetat
 Natrium benzoat
 Manitol
 Esense cocopandan
 Vanilin
2.2 Jenis Sediaan yang Diuji
Minyak nabati telah secara luas digunakan sebagai sumber daya alam alternatif
karena memiliki sifat yang tidak beracun dan terbarukan. Namun, karena viskositas yang
tinggi, minyak nabati perlu dilakukan modifikasi sebelum digunakan atau diolah menjadi
suatu produk. Minyak nabati banyak digunakan terutama dalam industri makanan yaitu
dalam bentuk emulsi.
Emulsi merupakan dasar dari banyaknya produk makanan yang beredar di pasaran
tetapi secara termodinamik, emulsi adalah sistem yang tidak stabil pada waktu tertentu.
Stabilitas emulsi sangat penting karena dapat mempengaruhi kualitas produknya. Sekarang
ini, penggunaan emulsi telah dimodifikasi salah satunya menjadi mikroemulsi. Tujuan dari
literatur review ini adalah untuk mengetahui perbedaan emulsi dan mikroemulsi serta
memperkenalkan mikroemulsi sebagai alternatif untuk pengolahan produk minyak nabati.
Teknologi mikroemulsi juga lebih ekonomis, efisien, dan meyakinkan dalam pengolahan
minyak di industri.
2.3 Alur Metode Uji
Uji stabilitas sediaan emulsi :
a. Organoleptis
Pengujian organoleptis dilakukan dengan mengamati sediaan emulsi dari bentuk, bau dan
warna sediaan. Menurut Depkes R1, spesifikasi emulsi yang harus dipenuhi adalah warna
harus sesuai dengan spesifikasi pada saat pembuatan awal emulsi dan baunya tidak
tengik.
b. Evaluasi Homogenitas
Sejumlah kecil sediaan emulsi yang telah jadi dioleskan tipis-tipis pada permukaan kaca
objek yang kemudian diamati homogenitas sediaan dengan cara menggeser sediaan pada
permukaan kaca objek tersebut dari ujung yang satu ke ujung yang lainnya dengan
menggunakan bantuan kaca objek lain.
c. Evaluasi PH
Hasil pengukuran pH pada sediaan emulsi dilakukan dengan menggunakan pH meter
universal. Pengujian pH bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pH emulsi dengan pH
saluran cerna sehingga dapat di adsorbsi oleh lambung. Berdasarkan rentang pH saluran
cerna yaitu antara 5-7.
d. Uji Viskositas
Viskositas merupakan nilai yang menunjukkan satuan kekentalan medium pendispersi
dari suatu sistem emulsi (Intan, K, et al., 2012). Viskositas masing-masing sediaan emulsi
diukur pada tiap selang waktu selama satu bulan menggunakan viskometer Brookfield.
e. Uji Tipe Emulsi
Pengujian tipe emulsi dengan metode warna menggunakan pewarna larut air (M/A)
metylen blue. Pengujian tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa fase luar emulsi
minyak dalam air (M/A) dapat diencerkan. Penambahan metylen blue pada emulsi tipe
M/A menyebabkan emulsi tersebut berwarna biru secara merata.
f. Uji Stabilitas Emulsi
Pengujian stabilitas fisik terhadap sediaan emulsi yang sudah jadi dilakukan dengan
menggunakan metode sentrifugasi. Uji sentrifugasi merupakan alat yang sangat berguna
untuk mengevaluasi dan meramalkan shelf-life suatu emulsi dengan mengamati
pemisahan fase terdispersi karena pembentukan krim atau penggumpalan (Lachman, et
al., 1994). Hasil dari ketiga formula tersebut terjadi sedikit pemisahan fase setelah
dilakukan uji sentrifugasi.
2.4 Cara Perhitungan

Rumus Viskositas :

ŋ air = 𝜌air x t air


ŋ emulsi 𝜌emulsi x t emulsi

Keterangan :

ŋ air = Kekentalan air


ŋ emulsi = Kekentalan emulsi
t1 = Waktu alir air dalam detik
t2 = Waktu alir emulsi dalam detik
𝜌1 = Bobot per ml air dalam g/ml
𝜌2 = Bobot per ml emulsi dalam g/ml
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai