Namo Buddhaya
Salam Kebajikan
Perkenalkan nama saya egie sugiyantoro mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis prodi
manajemen Esa Unggul
Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan,serta perasaan. Sedangkan secara
umum, berbicara merupakan proses penemuan gagasan dalam bentuk ujaran
Tujuan Keterampilan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah menyampaikan informasi berupa gagasan-gagasan kepada pendengar.
Secara khusus, berbicara memiliki banyak tujuan, antara lain untuk memberi informasi, menyatakan
diri, mencapai tujuan, berekspresi, menghibur, dan lain-lain
Berbicara merupakan sarana kita berkomunikasi satu sama lain. Fungsi bahasa antara lain, antara lain:
1) Bahasa sebagai sarana komunikasi, yaitu kita tahu bahwa bahasa merupakan sarana kita untuk
melakukan komunikasi satu sama lain;
2) Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi, yaitu dengan bahasa orang dapat menyatakan hidup
bersama dalam suatu ikatan, misalnya pekerjaan, integritas kerja suatu instansi atau karyawan;
3) Bahasa sebagai sarana kontrol sosial, yaitu bahasaberfungsi untuk mengendalikan komunikasi agar
orang yang terlibat dalam komunikasi dapat saling memahami;
maka dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan kegiatan berbicara selain untuk berkomunikasi
juga bertujuan untuk mempengaruh orang lain dengana maksud apa yang dibicarakan dapat diterima
oleh lawan bicaranya dengan baik. Adanya hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan
bebricara antara pembicara dengan pendengar akan membentuk kegiatan berkomunikasi menjadi
lebih efektif dan efisien.
Faktor-Faktor Penunjang Kegiatan berbicara
Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha menyampaikan
pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga audience atau majelis.
Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada audience dengan baik, perlu
diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang keefektifan berbicara. Kegiatan berbicara juga
memerlukan hal-hal di luar kemampuan berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada saat berbicara
diperlukan
a) penguasaan bahasa,
b) bahasa,
c) keberanian dan ketenangan,
d) kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan teratur.
Faktor penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut.
Faktor kebahasaan meliputi
: a) Ketepatan ucapan;
b) Penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai;
c) Pilihan kata; Ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya;
d) Ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan faktor nonkebahasaan, meliputi;
e) Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku.
maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor
urutan kebahasaan (linguitik) dan nonkebahasaan (nonlinguistik).
Metode ulang-ucap
Metode ucapan adalah suara guru atau rekaman suara guru. Model ucapan guru yang diperdengarkan
kepada siswa harus dipersiapkan dengan teliti. Materi diambil dari kurikulum/silabus yang relevan.
Suara guru harus jelas, intonasinya tepat, dan kecepatan berbicara normal. Model ucapan
diperdengarkan di muka kelas. Siswa menyimak dengan teliti, kemudian mengucapkan kembali sesuai
model guru. Materi pembelajaran dapat beupa kata, kalimat sederhana, atau ucapan puisi sederhana,
dan sebagainya. Misalnya:
Guru: “ini mama”
Siswa: “ini mama” (bisa ditirukan secara individual, kelompok, atau klasikal)
Metode lihat-ucap
Guru memperlihatkan gambar atau benda tertentu kemudian menyebut nama benda atau gambar
tersebut. Benda atau gambar yang diperlihatkan atau dipilih guru harus cermat disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan siswa. Penunjukan gambar dapat dimaksudkan untuk mengganti benda
yang sulit atau tidak mungkin dibawa ke dalam kelas.
Misalnya:
Guru: menunjukkan rambutan
Siswa: “ini rambutan”
Guru: memperlihatkan gambar kerbau
Siswa: “ini kerbau”
Metode memerikan
Memerikan berarti menjelaskan, menerangkan , melukiskan, atau mendeskripsikan sesuatu. Siswa
disuruh memperhatikan sesuatu benda atau gambar, kesibukan lalu lintas, pemandangan atau gambar
yang lain. Selanjutnya, siswa diminta memerikan apa yang diperlihatkan guru kepada mereka. Tentu
saja pemberian ini sesuai dengan kemampuan dan tingkat keterampilan berbahasa siswa.
Misalnya:
Guru: memperlihatkan tiga anak bermain kelereng di halaman sekolah
Siswa: Ali, Tono, dan Joko bermain kelereng. Mereka bermain di
halaman sekolah. Mereka bermain sebelum masuk kelas, dst.
Metode menjawab pertanyaan.
Siswa-siswa yang mengalami kesalahan, kesulitan, atau merasa malu untuk berbicara atau bercerita
dapat dibimbing atau dipancing dengan pertanyaan guru, sehingga yang bersangkutan menjawab
pertanyaan guru. Pertanyaan ini bisa bermacam-macam sesuai dengan tema yang sedang diajarkan.
Misalnya: untuk memperkenalkan diri siswa, guru dapat mengajukan sejumlah pertanyaan kepada
siswa yang bersangkutan mengenai: nama orang tuanya, alamatnya, umurnya, jumlah keluarganya,
dan sebagainya.
Metode bertanya.
Melalui pertanyaan siswa dapat menyatakan keingintahuannya terhadap segala sesuatu yang
didinginkan. Tingkat atau ragam pertanyaan yang diutarakan mengindikasikan tin gkat kematangan
dan kecerdasan siswa. Dengan pertanyaan- pertanyaan yang sistematis siswa dapat menemukan apa
yang diinginkannya. Anak kecil yang belajar mengenai lingkungannya sering bertanya berbagai hal.
Anak yang cerdas tidak hanya menamakan nama benda, tetapi menanyakan pula berbagai tentang hal
tersebut.
Misalnya: pertanyaan berbagai hal tentang benda tersebut diantarannya mengenai gunanya, cara
membuatnya, dimana benda itu dijual, terbuat dari apa, dsb.
Metode melanjutkan.
Dua, tiga atau empat siswa bersama-sama membuat cerita secara spontan. Kalau diperlukan, guru
melibatkan diri dalam kegiatan ini. Salah satu siswa, bila perlu guru, memulai cerita kemudian
diteruskan oleh siswa kedua, ketiga, dan seterusnya sampai cerita selesai. Pada akhir kegiatan, cerita
diperiksa apakah jalan cerita sistematis, logis, dan terpadu.
Metode menceritakan kembali.
Guru mempersiapkan cerita atau bahan bacaan. Cerita tersebut dikomunikasikan kepada siswa, atau
siswa disuruh membaca bacaan secara seksama. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk menceritakan
kembali isi cerita atau isi bacaan tersebut dengan kata atau kalimatnya sendiri. Siswa yang lain
diminta untuk menyimak bila temannya sedang bercerita. Kegiatan ini bisa dilaksanakan secara
bergantian.
Metode percakapan.
Percakapan atau dialog merupakan pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu masalah antara
dua atau lebih pembicara. Dalam dialog tersebut terkandung dua kegiatan, yaitu menyimak dan
berbicara silih berganti. Suasana dialog biasanya berjalan akrab, spontan dan wajar. Topik dialog
adalah hal yang diminati bersama. Topik dialog merupakan pengembangan keterampilan berbahasa,
khususnya keterampilan berbicara.
Metode prafrasa.
Prafasa merupakan alih bentuk, misalnya dari puisi ke prosa, atau sebaliknya. Dalam prakteknya,
kegiatan memprosakan puisi ini lebih sering daripada mempuisikan prosa. Apabila seseorang siswa
dapat memprosakan puisi dengan baik berarti siswa yang bersangkutan dapat mengapresiasi puisi
tersebut dengan baik. Hasil apresiasi tersebut diungkapkan kembali dalam, bentuk lisan berupa prosa.
Tentu saja puisi yang diekspresi disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Guru dapat membantu
membacakan puisi dengan suara dan intonasi yang jelas dan tepat, dalam kecepatan yang normal.
Metode bercerita.
Kegiatan bercerita menuntun siswa kearah perkembangan yang baik. Lancar bercerita berarti lancar
berbicara. Dalam bercerita siswa dilatih berbicara jelas, intonasi tepat, urutan cerita sistematis,
menguasai pendengar atau massa, dan berpenampilan menarik. Bahan cerita dapat berupa
pengalaman, kenangan, peristiwa yang dilihat, dsb
Metode melaporkan.
Melaporkan berarti menyampaikan gambaran, lukisan, atau peristiwa terjadinya sesuatu hal. Masalah
yang dilaporkan dapat bermacam-macam atau beraneka ragam. Misalnya: upacara bendera,
pertandinagan kasti, peresmian proyek, dan sebagainya. Melaporkan juga dapat berupa perjalanan,
pembacaan buku. Bahasa laporan termasuk ragam jurnalistik yang singkat, jelas, sederhana, lugas,
menarik, dan baku.
Metode wawancara.
Wawancara atau interview adalah percakapan dalam bentuk tanya jawab. Pewawancara dapat seorang
wartawan, mahasiswa, siswa, penyiar radio atau televisi, dan sebagainya. Orang yang diwawancarai
adalah para ahli, tokoh, pakar, juara dalam bidangnya masing-masing.
Metode bertelepon
Bertelepon adalah percakapan dua arah atau pribadi dalam jarak jauh. Berbicara dengan telepon
menggunakan bahasa yang jelas, singkat, dan lugas. Faktor waktu harus diperhitungkan dalam
peristiwa ini, sebab akan mengganggu orang lain dan mahalnya biaya yang harus dikeluarkan. Oleh
karena itu, bertelepon hanya digunakan dalam hal-hal yang penting.
Misalnya: berita mendadak, kebakaran, kecelakaan,
perampokan dan sebagainya. Teknik bertelepon dapat dimanfaatkan
sebagai teknik berbicara: singkat dan seperlunya.
Metode dramatisasi.
Dramatisasi atau bermain drama adalah mementaskan lakon atau sandiwara. Dramatisasi memerlukan
skenario yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Oleh karena itu, guru dan siswa mempersiapkan
naskah perlengkapan dan sebagainya. Seperti dinyatakan di atas, bahwa dramatisasi lebih kompleks
dari bermain peran. Lewat dramatisasi siswa dilatih dalam bentuk bahasa lisan, yang berarti melatih
berbicara.