menggunakan sabun dan air mengalir kurang lebih 40-60 detik untuk mencegah masuknya
kuman/bakteri supaya tidak terjangkit penyakit seperti diare, cacingan, ISPA, dan lain-lain (Erna
et al., 2018).
Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mencuci tangan pakai sabun hingga kini masih tergolong
rendah, indikasinya dapat terlihat dengan tingginya prevalensi penyakit diare.
Pravelansi Kasus Diare Pada Anak
Masalah utama diare yaitu feses yang tidak normal dan cair, karena kurangnya penerapan PHBS
dan pengetahuan tentang pentingnya mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Pravelansi PHBS cuci tangan di Indonesia dan Wonogiri
Indonesia ( Basic Human Service (BHS) 2006 :: 12% CTPS setelah BAB
Wonogir (Riskesdas 2018) : Pada usia anak >10 tahun 49,18% telah melakukan PHBS cuci tangan
Anak-anak adalah agen perubahan memberikan edukasi yang baik untuk diri sendiri dan
lingkungan agar bisa melakukan pola hidup bersih dan sehat. Kebiasaan cuci tangan tidak timbul
begitu saja, tetapi harus diajarkan dari kecil supaya anak tersebut terbiasa dengan perilaku hidup
bersih dan sehat agar tercegah dari masuknya kuman/bakteri. Penekanan pentingnya cuci tangan
pada anak perlu dilakukan secara terus menerus sehingga akan terbentuk kebiasaan cuci tangan
tanpa harus diingatkan lagi. Berdasarkan fenomena yang ada, anak di Desa Donoharjo
mempunyai kebiasaan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya mencuci tangan. Contohnya
mereka mau makan tetapi tangan hanya dibasahai dengan air tanpa menggunkan sabun dan tidak
menerepakan cuci tangan enam langkah yang baik dan benar. Mereka biasanya langsung makan
makanan yang dibeli dipinggir jalan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses untuk mempengaruhi atau mengajak orang lain, baik
individu, kelompok atau masyarakat agar melaksanakan perilaku hidup sehat.