PENDAHULUAN
اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل َ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَ أْ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُك وْ نَ تِ َج
ٍ ارةً ع َْن تَ َر
تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisa‟ ayat : 29).
Dari ayat di atas terlihat bahwasanya praktik jual beli merupakan hal yang
diperbolehkan, selama tidak melanggar ketentuan hukum yang beralaku. Seiring
dengan perkembangan zaman. Praktik jual beli kini semakin beraneka ragam. Demi
memenuhi kebutuhan hidup segala bentuk jual beli yang dahulu dianggap tabu kini
berubah menjadi trend. Binatang yang dahulu dianggap kurang bermanfaat,
sekarang mempunyai nilai yang tinggi, bahkan semakin dicari dan banyak diminati
oleh masyarakat, di antara binatang tersebut yaitu kucing. Memelihara kucing sudah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sebagian masyarakat. Bagi para
pecinta kucing muncul tanggung jawab untuk merawat dengan baik. Sementara ada
juga yang membudidaya kucing untuk di perjualbelikan.
Maka dalam pembahasan ini kami berencana akan menjelaskan praktek dan
hukum yang berkaitan dengan proses jual beli kucing peliharaan yang masih simpang
siur berita kehalalan dan juga keharamannya. Apakah kucing peliharaan itu boleh
dipelihara Dan apakah boleh juga untuk diperjual belikan? Berikut akan kami
jelaskan detailnya. Semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi
penulis pribadi dan para pembacanya. Jika terdapat banyak kesalahan dari segi
konten (isi) atau penulisannya maka mohon di maafkan karena penulis hanyalah
manusia biasa yang takkan lepas dari pekerjaan luput dan dosa. Dan penulis
memohon untuk agar makalah ini untuk terus di kembangkan dan diperbaiki
semakin harinya oleh penulis-penulis lainnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Hukum jual beli dalam Islam
2. Jual beli kucing dalam Islam
3. Hukum jual beli kucing peliharaan
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui hukum jual beli dalam islam secara umum
2. Mengetahui hukum Jual beli kucing dalam Islam
3. Mengetahui bagaimana Hukum jual beli kucing peliharaan
BAB II
PEMBAHASAN
Jual beli atau perdagangan dalam istilah fiqh disebut al-Ba’i yang menurut
etimologi berarti menjual atau mengganti. Wahbah al-Zuhaily mengartikan secara
bahasa dengan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Kata al-Ba’i dalam
Bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata al-Syira
(beli). Dengan demikian, kata al-Ba’i berarti jual, tetapi sekalius juga berarti beli.
Secara terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang masing definisi
sama. Sayyid Sabiq mendefinisikan bahwa jual beli ialah pertukaran harta dengan
harta atas dasar saling merelakan atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat
dibenarkan. Dalam definisi tersebut harta dan, milik, dengan ganti dan dapat
dibenarkan. Yang dimaksud harta harta dalam definisi diatas yaitu segala yang
dimiliki dan bermanfaat, maka dikecualikan yang bukan milik dan tidak bermanfaat.
Yang dimaksud dengan ganti agar dapat dibedakan dengan hibah (pemberian),
sedangkan yang dimaksud dapat dibenarkan (ma’dzun fih) agar dapat dibedakan
dengan jual beli yang terlarang.
Menurut Ulama Hanafiyah jual beli adalah saling tukar harta dengan harta lain
melalui cara yang khusus. Yang dimaksud Ulama Hanafiyah dengan kata-kata
tersebut adalah melalui ijab qabul, atau juga boleh melalui saling memberikan
barang dan harga dari penjual dan pembeli Menurut Ibnu Qudamah jual beli adalah
saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan.
Dalam definisi ini ditekankan kata milik dan pemilikan, karena ada juga tukar
menukar harta yang sifatnya tidak haus dimiliki seperti sewa menyewa.
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli ialah suatu
perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara ridha di
antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain
menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’
dan disepakati. Inti dari beberapa pengertian tersebut mempunyai kesamaan dan
mengandunghal-hal antara lain:
a) Jual beli dilakukan oleh dua sisi yang saling melakukan tukar menukar.
b) Tukar menukar tersebut atas suatu barang atau sesuatu yang dihukumi
seperti barang, yakni kemanfaatan dari kedua belah pihak.
c) Sesuatu yang tidak berupa barang/harta atau yang dihukumi sepertinya
tidak sah untuk diperjualbelikan.
d) Tukar menukar tersebut hukumnya tetap berlaku, yakni kedua belah pihak
memiliki sesuatu yang diserahkan kepadanya dengan adanya ketetapan
jual beli dengan kepemilikan abadi.
Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia
mempunyai landasan yang kuat. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 275:
Jumhur Ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat, yaitu :
1. Ada orang yang berakad (penjual dan pembeli).
2. Ada sighat (lafal ijab qabul).
3. Ada barang yang dibeli (ma’qud alaih)
4. Ada nilai tukar pengganti barang.
Menurut Ulama Hanafiyah, orang yang berakad, barang yang dibeli, dan nilai
tukar barang termasuk ke dalam syarat-syarat jual beli, bukan rukun jual beli.
Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang dikemukakan
jumhur Ulama diatas sebagai berikut:
a) Syarat-Syarat Orang yang Berakad
Para Ulama fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual
beli harus memenuhi syarat, yaitu :
1) Berakal sehat, oleh sebab itu seorang penjual dan pembeli harus memiliki akal
yang sehat agar dapat melakukan transaksi jual beli dengan keadaan sadar. Jual beli
yang dilakukan anak kecil yang belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah.
2) Atas dasar suka sama suka, yaitu kehendak sendiri dan tidak dipaksa pihak
manapun.
3) Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda, maksudnya seorang
tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual sekaligus
sebagai pembeli.
c. Dinjau dari segi hukumnya yaitu jual beli dinyatakan sah atau tidak sah
bergantung pada pemenuhan syarat dan rukun jual beli yang telah dijelaskan di
atas. Dari sudut pandang ini, jumhur Ulama membaginya menjadi dua, yaitu:
3) Fasid yaitu jual beli yang secara prinsip tidak bertentangan dengan syara’ namun
terdapat sifat-sifat tertentu yang menghalangi keabsahannya, misalnya:
a) jual beli barang yang wujudnya ada, namun tidak dihadirkan ketika
berlangsungnya akad.
b) Jual beli dengan menghadang dagangan di luar kota atau pasar, yaitu menguasai
barang sebelum sampai ke pasar agar dapat membelinya dengan harga murah
c) Membeli barang dengan memborong untuk ditimbun, kemudian akan dijual ketika
harga naik karena kelangkaan barang tersebut.
d) Jual beli barang rampasan atau curian.
e) Menawar barang yang sedang ditawar orang lain.
B. LARANGAN JUAL BELI KUCING
Bagi seorang muslim, pertimbangan utama dalam jual beli adalah halal
haramnya sesuatu serta dapat bermanfaat menurut islam, bukan pertimbangan
keuntungan yang menggiurkan, karena keuntungan yang banyak tidak akan berarti
apabila tidak mendapat ridho dari Allah SWT, dalam islam praktik jual beli anjing beli
kucing sudah dilarang dalam Islam sebagaimana terdapat dalam beberapa Hadist :
Tetapi, pendapat yang dikeluarkan oleh Imam Ibnu Al-Qayyim ini ditanggapi oleh
Imam al-Nawawi. Alasan yang dimiliki Imam al-Nawawi adalah :
Artinya : “Jawaban Abi al-Abbas bin Qash, Abi Sulaiman al-Khattaby dan Imam
Qaffaal dan Ulama lain: Al-Murad (Sebuah perkara yang dikehendaki dari hadits yang
telah diuraikan di atas) adalah kucing liar. Maka tidak sah jika menjualnya (kucing
liar), karena menjual kucing liar tersebut tidak mengandung kemanfaatan (menurut
Syara’).”
المراد الهرة الوحشية إذ ليس فيها:أن النبي صلى هللا عليه وسلم نهى عن ثمن الهرة قال القفال
منفعة استئناس وال غيره
Artinya: Sesungguhnya Nabi SAW melarang uang (dari penjualan) kucing”. Al-
Qaffal berkata : "Yang dimaksud dalam hadist ini adalah kucing liar karena tidak ada
kemanfaatan di dalamnya baik bersifat sebagai penghibur atau lainnya".
Dalam hadis lain juga meriwayatkan tentang larangan menerima uang dari hasil
penjualan anjing serta kucing :
َّازيُّ ح و َح َّدثَنَا ال َّربِي ُع بْنُ نَافِ ٍع أَبُو تَوْ بَةَ َو َعلِ ُّي بْنُ بَحْ ٍر قَااَل َح َّدثَنَا
ِ َح َّدثَنَا إِ ْب َرا ِهي ُم بْنُ ُمو َسى الر
ش ع َْن أَبِي ُس ْفيَانَ ع َْن َجابِ ِر ِ ال إِ ْب َرا ِهي ُم أَ ْخبَ َرنَا ع َْن اأْل َ ْع َم
َ َِعي َسى َوق
ِ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم نَهَى ع َْن ثَ َم ِن ْال َك ْل
ب َوال ِّسنَّوْ ِر َّ ِب ِْن َع ْب ِد هَّللا ِ أَ َّن النَّب
َ ي
Artinya: "Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa Ar-Razi. (dalam
jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami ArRabi' bin Nafi' Abu Taubah
dan Ali bin Bahr mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isa dan Ibrahim
telah mengabarkan kepada kami dari Al A'masy dari Abu Sufyan dari Jabir bin
Abdullah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang uang dari hasil penjualan
anjing serta kucing.”
ي عن ثَ َم ِن ْال ِه َّر ِة كما في ُم ْسلِ ٍم ُمتَأ َ َّو ٌل أَيْ َمحْ ُمو ٌل على
ُ َويَجُو ُز بَي ِْع ْال ِه َّر ِة اأْل َ ْهلِيَّ ِة َوالنَّ ْه
ض ِة َو ْال َم ْقصُو ُد
َ َْاس َواَل َغ ْي ُرهُ أو ْال َك َراهَةُ فيه لِلتَّ ْن ِزي ِه قال في ال َّرو
ِ ْال َوحْ ِشيَّ ِة ْإذ ليس فيها َم ْنفَ َعةُ ا ْستِ ْئن
أَ َّن الناس يَتَ َسا َمحُونَ بِ ِه
ال أَبُوْ هُ َر ْي َرةَ َو ُم َجا ِه ُد َو َجابِ ُر َوابْنُ زَ ْي ٍد َح َكى َذلِكَ َع ْنهُ ْم
َ َفِ ْي ِه َدلِ ْي ٌل َعلَى تَحْ ِري ِْم بَي ِْع ْال ِه ِّر َوبِ ِه ق
ِ َب ال ُج ْمهُوْ ُر إِلَى َج َو
از بَي ِْع ِه َ س َو َذه ٍ طا ُو َ ي أَ ْيضًا ع َْن ُ ابْنُ ْال ُم ْن ِذ ِر َو َح َكاهُ اَ ْل ُم ْن ِذ ِر
“Dalam hadits ini terdapat dalil haramnya menjual kucing dan ini merupakan
pendapat Abu Hurairah, Mujahid, Jabir, dan Ibnu Zaid. Sebagaimana disebutkan oleh
Ibnul Mundzir. Kemudian al-Mundziri menyebutkan bahwa ini juga pendapat
Thawus. Sementara itu, mayoritas ulama berpendapat, boleh melakukan jual beli
kucing.”
Para ulama yang membolehkan jual beli kucing beralasan, bahwa hadits di atas
statusnya dhaif. Namun menilai hadits di atas dhaif adalah penilaian yang tidak bisa
diterima. Ketika membahas tentang hadits yang melarang jual beli kucing, An-
Nawawi mengatakan, “Apa yang dinyatakan Al-Khathabi dan Ibnul Mundzir bahwa
hadits di atas statusnya dha’if, adalah kesalahan. Karena hadits ini ada di shahih
Muslim dengan sanad yang shahih.” (Al-Majmu’, 9/230)
Kucing dikenal sebagai hewan peliharaan yang manis dan lucu, sehingga banyak
orang yang berminat untuk memiliki kucing sebagai peliharaan di rumah. Bahkan
Abu Hurairah terkenal sebagai penyanyang kucing kelas Wahid, hingga disebut
bapaknya para kucing karena di sekelilingnya selalu ada kucing yang menemaninya.
Kucing merupakan jenis binatang karnivora yang mempunyai taring dan kuku
yang tajam, akhir akhir ini binatang ini banyak digemari oleh masyarakat untuk di
perjual belikan, dari yang hanya sekedar hoby hingga hanya iseng ingin memiliki
hewan peliharaan tersebut, entah nantinya bermanfaat atau tidak namanya sudah
hobby pasti apa saja di beli.
Kucing dizaman kini berbeda dengan kucing dizaman dulu. Kucing dizaman dulu
dianggap sebagai hewan yang biasa tetapi dizaman kini kucing mempunyai harga
yang luar biasa. Dari seekor kucing seseorang dapat membuka peluang bisnis seperti
Petshop, Hotel Kucing, Salon Kucing dan menjual alat-alat berkaitan dengan kucing.
Mereka yang mencintai dan merawat kucingnya sanggup mengeluarkan uang untuk
kucing kesayangannya. kisaranya beragam untuk jenis kucing persia yang biasa-biasa
saja, sekitar Rp 300.000 sampai Rp 800.000 rupiah, dan jenis kucing yang
diperjualbelikan kini sangat banyak dan beragam, yakni ada kucing persia, anggora,
himalaya, dan lainya, bahkan kucing yang terbiasa berkeliharaan di sekitar manusia
juga mempunyai nilai jual yang tinggi kalau dikawinakan dengan kucing jenis ras dan
wujud kucing- kucing tersebut bagus, lucu dan menarik hati.
ٌَوالَ يَ ِحلُّ بَ ْي ُع ْال ِهرِّ فَ َم ْن اُضْ طُ َّر إلَ ْي ِه ألَ َذى ْالفَأْ ِر فَ َوا ِجب
Artinya: "Tidak dihalalkan jual beli kucing, (tapi) barang siapa yang terdesak
karena gangguan tikus (di rumahnya) maka hukumnya menjadi wajib."
Sehingga walaupun madzhab ini mengharamkan, tapi keharamannya tidak mutlak.
Terdapat kondisi di mana jual beli kucing diperbolehkan, bahkan menjadi wajib
hukumnya.
Jadi hukum keharaman menjual belikan kucing dari beberapa hadist di atas ini
bisa berubah menjadi wajib jika memang ada penyebab tertentu, seperti keterangan
yang ada pada hadist tadi. contoh : jika memang kucing itu dibutuhkan untuk
menakut-nakuti tikus.
Setelah melihat kepada sejarah tadi, maka kucing sangat dekat dalam kehidupan
manusia. Cuma berbeza kucing pada waktu dulu dianggap sebagai haiwan jinak yang
bebas berkeliaran. Berbeda pada zaman kini yang menganggap kucing merupakan
haiwan domestik yang mempunyai harga. Bahkan pada sekitar abad ke-16 SM,
masyarakat Mesir kuno telah menjadikan Kucing sebagai hewan yang sangat dekat
dalam kehidupan mereka. Kucing dijadikan seperti keramat dan juga haiwan pujaan
yang dianggap perbuatan kriminal membunuhnya.
Dari beberapa hadist di atas, sebagian ulama berpendapat bahwasanya jual beli
kucing merupakan hal yang dilarang oleh Rasulullah SAW, namun seiring dengan
pekembangan zaman ulama ada yang membolehkan jual beli kucing seperti Ulama 4
madzhab, yakni madzhab Hanafi, Hanbali, Maliki dan Syafii‟i sepakat atas kebolehan
jual beli kucing karena hewan kucing dianggap tidak najis hingga tidak ada larangan
untuk memperjualbelikan pernyataan ini ditulis dalam kitab- kitab mereka.
ُ ض َي هَّللا ِ يس ٍة إِلَى عَائِ َش ةَ َر َ ار ع َْن أُ ِّم ِه أَ َّن َموْ اَل تَهَا أَرْ َس لَ ْتهَا بِهَ ِر
ِ ار التَّ َّم
ٍ َح ْب ِن ِدين َ ع َْن دَا ُو َد ْب ِن
ِ ِص ال
ت ِم ْن ْ َت أَ َكل
ْ َص َرف ْ َت ِه َّرةٌ فَ أ َ َكل
َ ت ِم ْنهَا فَلَ َّما ا ْن ْ ض ِعيهَا فَ َج ا َء َ ي أَ ْن
َّ َت إِل َ صلِّي فَأ َ َش
ْ ار َ َُع ْنهَا فَ َو َج َد ْتهَا ت
س إِنَّ َما ِه َي ِم ْن ْ ص لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم قَ ا َل إِنَّهَا لَي َْس
ٍ ت بِنَ َج َ ِ ت إِ َّن َر ُس و َل هَّللاْ َت ْال ِه َّرةُ فَقَ ال ْ َْث أَ َكل
ُ َحي
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَت ََوضَّأ ُ بِفَضْ لِهَا
َ ِ ْت َرسُو َل هَّللا ُ الطَّ َّوافِينَ َعلَ ْي ُك ْم َوقَ ْد َرأَي
Dari Dawud bin Shalih bin Dinar At Tammar dari Ibunya, bahwasanya tuan
wanitanya memerintahkan kepadanya untuk membawa kue (terbuat dari tepung
gandum) kepada Aisyah radliallahu `anha, namun dia mendapati Aisyah sedang
shalat, maka Aisyah memberikan isyarat kepadanya untuk meletakkan apa yang dia
bawa. Lalu seekor kucing datang dan langsung memakan sesuatu darinya. Setelah
Aisyah selesai shalat, dia memakan dari bagian yang dimakan oleh kucing tersebut
seraya berkata; Sesungguhnya Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya kucing tidaklah najis, ia di antara binatang yang selalu mengelilingi
kalian." Dan aku pernah melihat Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam berwudhu
dengan air sisa jilatan kucing. (HR. Abu Daud) [ No. 76 Baitul Afkar Ad Dauliah]
Shahih.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Keharaman Jual Beli kucing dalam perincian maknanya adalah السنور
ialah kucing liar yangmana biasanya kucing liar itu tidak dapat diajari dan
tidak dapat diambil manfaatnya. Maka hukum jual belinya disini ialah tidak
diperbolehkan atau di haramkan sama seperti Anjing.
Sementara untuk القط/ ( الهرةkucing jinak) berbeda hukumnya dengan
( السنورKucing Liar), kucing jinak diberikan pengecualian oleh Rasulullah SAW
bahwasanya ia adalah الطوفونatau kucing yang sering berada disekeliling kita
dan boleh untuk merawat dan bahkan bisa menjadi wajib memilikinya jika
kucing tersebut memang bisa digunakan untuk membantu mengurus
pekerjaan kita dalam beberapa keadaan.
Artinya bahwa walaupun القط/ الهرةitu Najis, bertaring, bercakar dan
tidak bisa kita makan. Tapi air liur kucing itu suci (tidak najis) maka
memeliharanya pun diperbolehkan dan disepakati oleh golongan 4 mazhab
(Hanafi, Hambali, Maliki dan Syafi'i).
Sedangkan untuk mengambil suatu upah / biaya dari hasil Jual beli
kucing tersebut dihukumi Makruh, yaitu lebih diutamakan untuk tidak
mengambil upah/ biayanya.
3.2 SARAN
Maka hendaknya kita berhati-hati dalam membedakan makna suatu
lafadz antara السنورdengan القط/ الهرةagar kita dapat membedakan pula kucing
mana yang diperbolehkan untuk dijual belikan seperti القط/ الهرةdan yangmana
yang diharamkan jual belinya seperti السنور.