Anda di halaman 1dari 13

STRATEGI PENGEMBANGAN MEREK

USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH


(Microfinance, Small, and Medium Enterprises Branding Strategy)
Yuni Sudarwati*
Venti Eka Satya**
Naskah diterima 8 Maret 2013
Naskah diterbitkan: 27 Juni 2013

Abstract
Microfinance, Small, and Medium Enterprises (MSME) had endurance during a national economic crisis in 2009. MSME are able
to provide employment, cheap goods, and develop new entrepreneurs. MSME development are constrained by marketing problem
especially branding. The objectives of this study are to know the problem that MSME face when developing brand and to give an
advice for MSME branding. This paper used qualitative approach as tool to analyze problem. Analysis conducted through descriptive
approach to find the problem of MSME branding. Result of the study showed strategies for MSME branding in order to have more
competitiveness to win the competition in global market.
Keywords: branding stategy, constraint of MSME brand, Microfinance, Small and Medium Enterprises (MSME)

Abstrak
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terbukti mampu bertahan pada masa krisis ekonomi nasional tahun 2009. UMKM bahkan
mampu menyediakan lapangan pekerjaan, barang-barang murah, dan melahirkan wirausaha-wirausaha baru. Perkembangan
UMKM mengalami beberapa masalah salah satunya adalah masalah pemasaran khususnya terkait branding. Kajian ini bertujuan
untuk mendapatkan gambaran mengenai permasalahan yang dihadapi oleh UMKM pada saat pengembangan merek sehingga
bisa mendapatkan masukan untuk proses pengembangannya. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif. Hasil kajian
menunjukkan bahwa UMKM memang harus melakukan branding sehingga memiliki keunggulan kompetitif untuk bisa bersaing di
pasar global.
Kata kunci: strategi branding, hambatan merek UMKM, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

I. PENDAHULUAN manajemen, sumber daya manusia, dan pemasaran.


A. Latar Belakang Aspek pertama yaitu permodalan sering dikatakan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai masalah klasik UMKM. Namun, sebenarnya
memegang peranan penting dalam perekonomian masalah ini lebih pada mentalitas dari pelaku UMKM.
Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha Hal ini karena meskipun ada penambahan modal
maupun dari segi penyerapan tenaga kerja dengan usaha bukan berarti modal tersebut digunakan untuk
terciptanya lapangan usaha. Hal ini disebabkan usaha. Seringkali tambahan modal digunakan untuk
intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan keperluan rumah tangga karena UMKM tidak memiliki
jumlah investasi kecil sehingga dapat lebih fleksibel cadangan dana untuk kondisi darurat. Terkait aspek
dan beradaptasi terhadap perubahan pasar. UMKM permodalan juga, adalah akses terhadap modal
tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan eksternal. usaha. Kondisi ini muncul karena dari sisi perbankan
Hal ini terbukti ketika terjadi krisis ekonomi global yang mendasarkan pada prinsip kehati-hatian
di mana banyak usaha besar yang bangkrut, namun (prudential principle). Pihak perbankan memberikan
UMKM tetap bertahan dan menjadi penyelamat persyaratan ketat dalam pemberian kredit agar tidak
(bumper) ekonomi nasional. UMKM mampu menjadi terjadi kredit macet, sehingga sulit bagi UMKM untuk
penyedia lapangan kerja, penyedia barang murah memenuhinya atau sering disebut tidak bankable.
untuk rakyat, dan pencetak wirausaha baru. Namun syarat yang ketat ini juga diberlakukan karena
Saat ini, UMKM merupakan porsi terbesar dari sering kredit murah ini disalahgunakan oleh UMKM.
kegiatan perekonomian masyarakat. Meskipun Kendala lain UMKM adalah sumber daya
merupakan penyelamat ekonomi nasional, manusia (SDM), baik dari sisi ketersediaan SDM
UMKM memiliki masalah yang menghambat maupun dari kualitas SDM khususnya dalam
pertumbuhannya. Masalah tersebut antara lain penguasaan teknologi. Produk UMKM saat ini identik
masalah dalam aspek permodalan, teknologi, dengan produk kerajinan yang lebih banyak digeluti
*
Alamat Penulis di P3DI Bidang Ekonomi & Kebijakan Publik, Jl. Jend. Gatot Subroto, Ged. Nusantara 1 Lantai 2, Setjen DPR RI dan
Email di: yuni.sudarwati@dpr.go.id.
**
Alamat Penulis di P3DI Bidang Ekonomi & Kebijakan Publik, Jl. Jend. Gatot Subroto, Ged. Nusantara 1 Lantai 2, Setjen DPR RI dan
Email di: ventieka@y7mail.com.
90 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 4 No. 1, Juni 2013 89 - 101

generasi tua. Regenerasi tidak terjadi karena generasi UMKM juga tidak memiliki pembukuan yang
muda saat ini lebih memilih untuk menjadi pekerja teratur dan tanpa neraca rugi-laba. Hal ini terjadi
kantoran maupun pabrik.1 Regenerasi juga tidak akibat tanpa perencanaan tertulis, kurang pendidikan,
terjadi karena kebanyakan pelaku UMKM enggan dan ketrampilan. Bahkan beberapa pelaku UMKM
untuk membagikan ilmunya kepada pembantu- menganggap penggunaan pembukuan yang teratur
pembantunya. Alasan yang masuk akal adalah karena membuang waktu dan biaya. Padahal, masalah
ada ketakutan akan tersaingi. Namun pelaku usaha UMKM biasanya muncul karena tidak adanya
ini juga tidak menularkan keahliannya terhadap anak pembukuan yang teratur. Pelaku UMKM tidak bisa
kandungnya karena mereka biasanya menginginkan mengetahui dengan pasti mana uang usaha, mana
anak kandung mereka bernasib lebih baik dari uang pribadi.
mereka. Hal ini bisa terjadi akibat UMKM masih Kendala terakhir dan menjadi fokus tulisan ini
dianggap sebagai alternatif pekerjaan bagi orang- adalah pemasaran produk. Saat ini, masih banyak
orang yang tidak mendapatkan pekerjaan formal, produk UMKM yang ditawarkan untuk pasar lokal.
sehingga seringkali pelaku UMKM adalah orang- Sehingga jika ada permintaan yang lebih banyak,
orang yang memang tidak memiliki pendidikan yang UMKM seringkali tidak dapat memenuhinya karena
tepat guna, ketrampilan dan relevan dengan bidang keterbatasan modal. Masih banyak produk-produk
usaha yang hendak digeluti. Sehingga jarang ada UMKM, meskipun produk tersebut memiliki kualitas
perusahaan kecil yang sukses dalam jangka waktu yang bagus, namun seringkali mengalami kendala
lama. saat dipasarkan. Banyak UMKM belum berhasil
Sedangkan dari sisi penguasaan teknologi, menembus pasar terutama pasar ekspor karena
UMKM kebanyakan masih bertahan dengan cara mengalami hambatan sebagai berikut:2
tradisional sehingga produk yang dihasilkan juga 1. globalisasi perdagangan menuntut semakin
masih belum maksimal, baik dari segi kualitas tingginya respon pelaku bisnis terhadap
maupun kuantitas, padahal pasar mulai dibanjiri oleh perubahan pasar dan perilaku konsumen
produk Cina dengan kualitas relatif lebih baik dan khususnya. Kecepatan perubahan permintaan
harga lebih murah. pasar dan selera konsumen, menuntut produk
Kendala lain yang dihadapi oleh UMKM adalah yang ditawarkan harus inovatif, beragam dan
manajemen usaha yang masih lemah. Sebagai siklus produk menjadi relatif lebih pendek.
contoh adalah UMKM tidak atau jarang mempunyai Sementara UMKM masih memiliki kendala dalam
perencanaan tertulis. Ketiadaan perencanaan tertulis kemampuan untuk berinovasi karena selain
mengakibatkan perusahaan kecil tidak dapat keterbatasan SDM juga masalah permodalan;
memusatkan segala tenaga dan daya untuk mencapai 2. pada umumnya UMKM dalam memproduksi
sasaran yang paling menguntungkan, sehingga tidak barang/jasanya hanya terkonsentrasi pada
ada prioritas dalam mencapai target dan sasaran. sejumlah produk/jasa yang secara tradisional
Ukuran keberhasilan maupun kegagalan pun ahirnya telah ditangani kelompok pelaku bisnis tertentu
tidak dapat ditentukan. Usaha dilakukan hanya dan pada pasar tertentu saja. Oleh karena itu,
berdasarkan perasaan semata, tidak ada perencanaan pelaku kurang mendorong diversifikasi produk/
yang mendasar. Kondisi ini berdampak juga kepada jasa UMKM baik desain, bentuk maupun fungsi
sisi pemasaran. Pelaku UMKM tidak mengadakan produk yang dihasilkan. Rendahnya tingkat
analisis pasar yang “up to date” atau tepat waktu diversifikasi UMKM, memberi kesan bahwa
dan mutakhir. Pendidikan yang tidak revelan atau UMKM hanya berspesialisasi pada produk/jasa
bahkan tingkat pendidikan yang rendah atau tidak tradisional yang memiliki keunggulan komparatif
berketerampilan membuat pelaku UMKM seringkali seperti pakaian jadi, beberapa produk tekstil
tidak melaksanakan analisis pasar. Mereka tidak lainnya, dan barang-barang jadi dari kulit seperti
mengetahui dengan pasti apa dan berapa permintaan jaket, alas kaki, dan kayu, termasuk meubel dan
pasar terhadap produk usaha mereka. Kondisi ini yang barang kerajinan. Ketidakmampuan melakukan
sering membuat UMKM gagal memenuhi permintaan diversifikasi ini juga yang membuat produk
pasar. Lemahnya perencanaan dan analisis pasar juga UMKM terlihat sama dalam satu daerah. Sebagai
membuat pelaku UMKM mengalami hambatan dalam contoh, di kawasan Malioboro hampir semua
melakukan spesialisasi atau diversifikasi. Akibatnya, penjual menjual hasil kerajinan yang sama mulai
sering terlihat persamaan barang atau produk dari dari batik, mainan kayu, souvenir, dan lain-
pelaku UMKM dalam daerah atau lokasi tertentu. lain. Pelaku usaha cenderung “latah” dengan

B. N. Marbun, Manajemen Perusahaan Kecil Aplikasi di


1

2
Neddy Rafinaldy, “Prospek Pengembangan Ekspor UKM”,
Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2011), hal. 50. Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004, hal. 104.
Yuni Sudarwati & Venti Eka Satya, Strategi Pengembangan Merek Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah... 91
hanya mengikuti saja jika ada pelaku usaha standar minimal yang dipersyaratkan maka produk
lain yang sukses. Mereka tidak berusaha untuk akan mudah diterima pasar.3
menciptakan lagi varian baru dari produk yang Penggunaan merek yang tepat juga dapat
dihasilkan; dan menjadi salah satu cara untuk meningkatkan ekspor.
3. rendahnya aksesibilitas terhadap sumberdaya Strategi optimalisasi penggunaan merek diharapkan
produktif, terutama yang berkaitan dengan akan meningkatkan minat beli dan harga jual. Produk
pembiayaan, informasi, promosi, teknologi, dan dengan merek yang direncanakan dengan baik,
jaringan bisnis produk ekspor. didesain secara menarik dan dikomunikasikan secara
Tantangan dalam pemasaran saat ini menjadi tepat akan lebih mudah masuk di pasar mancanegara
semakin berat karena persaingan semakin ketat akibat dan bersaing dengan produk-produk negara lain.
masuknya produk-produk luar negeri khususnya Peningkatan daya saing produk ekspor Indonesia
Cina, Jepang, dan Korea Selatan. Sementara di melalui pengembangan merek merupakan langkah
sisi lain, respon konsumen dalam negeri terhadap strategis yang mempunyai manfaat besar, baik dalam
produk-produk asing tersebut sangat tinggi akibat jangka pendek maupun jangka panjang.
konsumen industri masih menganggap inferior Saat ini, pelaku usaha di Indonesia juga masih
produk asing. Konsumen membeli produk tersebut belum memiliki fasilitas perlindungan merek.
karena persepsinya mutu dan kualitas yang relatif Hal ini terjadi karena keterbatasan modal usaha,
lebih bagus dengan harga yang lebih murah. keterbatasan promosi, dan rendahnya kesadaran
UMKM sebenarnya memiliki potensi pelaku usaha mengenai pentingnya penggunaan
pengembangan pasar yang besar, baik untuk merek pada hasil produksi. Kondisi ini merupakan
dipasarkan di dalam maupun luar negeri. Oleh ironi mengingat semakin ketatnya persaingan
karena itu, dibutuhkan kejelian dalam melihat pasar terbuka yang mulai dimasuki oleh Indonesia,
peluang dan potensi yang ada, khususnya peluang dan semakin banyaknya produk negara lain yang
di pasar internasional. Sebabnya, Indonesia memiliki dengan bebas masuk ke Indonesia. Jika produk
sumber daya yang berlimpah, baik dari bahan baku UMKM tidak memiliki merek khusus, maka akan
berkualitas maupun sumber daya manusia untuk menyulitkan konsumen untuk mencari kembali ketika
bisa menghasilkan produk UMKM yang berdaya konsumen ingin membeli lagi. Konsumen juga akan
saing. Belum lagi, dengan kreativitas dan inovasi mudah untuk mengenali dan membedakan dengan
dari sumber daya manusia Indonesia yang bisa produk lain jika memang tidak ada merek pada
menjadi keunggulan kompetitif produk UMKM produk UMKM. Meskipun memiliki produk yang
Indonesia. Namun demikian, salah satu hal yang bagus dan unik, namun tidak akan berarti jika gagal
membuat produk UMKM mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikannya pada orang lain.
pemasaran adalah tidak adanya merek atau brand
pada produk tersebut. Seringkali pelaku UMKM hanya B. Permasalahan
fokus dalam usaha menghasilkan produk, bahkan Saat ini masih banyak pelaku usaha, khususnya
banyak UMKM yang tidak memikirkan tentang merek UMKM, yang belum menyadari peran merek dalam
pada awal usaha. Mereka memandang bahwa merek peningkatan daya saing ekspor. Bahkan banyak pelaku
hanya perlu dipikirkan setelah usaha mereka menjadi UMKM yang belum memikirkan mengenai merek
besar. Sementara pengembangan merek seharusnya pada saat memulai usaha. Keengganan untuk memiliki
tidak hanya dilakukan oleh industri dalam skala merek disebabkan antara lain karena keterbatasan
besar, tetapi juga usaha mikro, kecil, dan menengah. modal usaha. Di antara pelaku usaha UMKM yang
Pelaku UMKM seharusnya menyadari bahwa merek sudah menyadari peranan merek, ternyata relatif
adalah aset yang cukup penting bagi kelangsungan masih banyak yang belum mampu melakukannya
bisnis. Merek harus menjadi sebuah prioritas karena sendiri. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk
merek merupakan sebuah investasi dan diharapkan meningkatkan kesadaran pengembangan merek di
akan memberikan keuntungan bagi UMKM nantinya. kalangan pelaku usaha UMKM. Namun upaya untuk
Apabila perusahaan terlalu berorientasi pada produk, meningkatkan kesadaran pengembangan merek
tindakan ini akan mudah sekali ditiru karena sebaik UMKM juga bukanlah hal yang mudah, banyak
apapun kualitas produk yang dihasilkan, dalam kendala yang dihadapi meskipun prospek yang ada
waktu relatif singkat pasti pesaing sudah dapat juga sangat besar. Berdasarkan hal tersebut di atas,
menirunya. Terlebih lagi, saat ini setiap kategori tulisan ini akan mengkaji dua permasalahan yaitu:
produk sudah memiliki standar kualitas minimal yang 1. kendala apa saja yang sebenarnya dihadapi oleh
dipersyaratkan sehingga sekali produk memenuhi 3
Freddy Rangkuti, Strategi Promosi Yang Kreatif & Analisis
Kasus Integrated Marketing Communication, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal. 1-2.
92 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 4 No. 1, Juni 2013 89 - 101

UMKM dalam pengembangan merek padahal atau jasa. Direktorat Jenderal HKI Kementerian
4

pengembangan merek merupakan hal yang Hukum dan HAM menyatakan bahwa merek adalah
mudah untuk dilakukan UMKM? suatu “tanda yang berupa gambar, nama, kata,
2. strategi apa yang sebaiknya dilakukan dalam huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau
pengembangan merek UMKM sebagai upaya kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
peningkatan daya saing ekspor UMKM, daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
khususnya untuk memenangkan persaingan perdagangan barang dan jasa.5 Sedangkan The
usaha di pasar global. American Marketing Association mendefinisikan
merek sebagai sebuah nama, tanda, istilah, simbol,
C. Tujuan atau desain, atau kombinasi dari semuanya, dengan
Tulisan ini akan memberikan gambaran deskriptif tujuan untuk mengidentifikasi sebuah produk atau
mengenai: jasa dari seorang penjual ataupun sekelompok
1. kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh penjual untuk membedakannya dari produk atau jasa
UMKM dalam pengembangan merek. pesaing lainnya.
2. strategi UMKM dalam pengembangan merek Pelaku usaha berusaha untuk mengembangkan
sehingga diharapkan mengalami peningkatan merek karena merek memberikan banyak manfaat,
daya saing ekspor UMKM khususnya untuk baik bagi konsumen maupun bagi produsen itu
memenangkan persaingan usaha di pasar global. sendiri.

Tabel 1. Manfaat Merek Bagi Produsen dan Konsumen


Manfaat Merek
Produsen Konsumen
• Sarana identifikasi untuk memudahkan • Identifikasi, yaitu bahwa dengan adanya
proses penanganan atau pelacakan merek produk dapat dilihat dengan jelas;
produk bagi perusahaan, terutama dalam memberikan makna bagi produk; mudah
pengorganisasian sediaan. mengidentifikasi produk yang dibutuhkan
atau dicari.
• Bentuk perlindungan hukum terhadap • Praktikalitas, yaitu bahwa merek dapat
fitur atau aspek produk yang unik. Merek memfasilitasi penghematan waktu dan
bisa dilindungi melalui merek dagang energi melalui pembelian ulang identik dan
terdaftar (registered trademarks), proses loyalitas.
pemanufakturan bisa dilindungi melalui hak
paten, dan kemasan bisa dilindungi melalui
hak cipta (copyright) dan desain. Bentuk
perlindungan ini memberikan jaminan
bahwa perusahaan dapat berinvestasi
dengan aman dalam merek yang
dikembangkannya dan meraup manfaat dari
aset bernilai tersebut.
• Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan • Jaminan, yaitu bahwa merek memberikan
yang puas, sehingga mereka dapat dengan jaminan bagi konsumen bahwa mereka bisa
mudah memilih dan membelinya lagi di mendapatkan kualitas yang sama sekalipun
lain waktu. Loyalitas merek seperti ini pembelian dilakukan pada waktu dan tempat
menguntungkan bagi perusahan karena berbeda.
menghasilkan informasi mengenai
permintaan pasar dan menciptakan
hambatan masuk yang menyulitkan
perusahaan lain untuk memasuki pasar.

II. KERANGKA PEMIKIRAN Namun, manfaat baik bagi produsen maupun


Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun konsumen tidak akan dapat diperoleh jika pelaku
2001 tentang Merek Pasal 1 ayat 1, merek adalah usaha tidak memiliki merek yang baik. Merek yang baik
tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf‑huruf, adalah merek yang tahu bagaimana mengekspresikan
angka‑angka, susunan warna, atau kombinasi dari dirinya secara benar dan bagaimana mendapatkan
unsur‑unsur tersebut yang memiliki daya pembeda 4
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.
dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang 5
DJHKI, “Memahami merek”, (www.dgib.go.id, diakses 5
Februari 2013).
Yuni Sudarwati & Venti Eka Satya, Strategi Pengembangan Merek Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah... 93
Lanjutan Tabel 1.
• Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik • Optimisasi, dengan adanya merek
yang membedakan produk dari para pesaing. memberikan kepastian bahwa konsumen
dapat membeli alternatif terbaik dalam
kategori produk tertentu dan pilihan terbaik
untuk tujuan spesifik.
• Sumber keunggulan kompetitif, terutama • Karakterisasi, yaitu bahwa merek dapat
melalui perlindungan hukum, loyalitas memberikan konfirmasi mengenai citra diri
pelanggan, dan citra unik yang terbentuk konsumen atau citra yang ditampilkannya
dalam benak konsumen. pada orang lain.
• Sumber pendapatan, terutama menyangkut • Kontinuitas, dengan adanya merek
pendapatan masa datang. kepuasan terwujud melalui familiaritas
dan intimasi dengan merek yang telah
digunakan atau dikonsumsi pelanggan
selama bertahun-tahun.
• Hedonistik, yaitu bahwa merek memberikan
kepuasan terkait dengan daya tarik merek,
logo dan komunikasinya.
• Etis, yaitu bahwa merek memberikan
kepuasan yang berkaitan dengan perilaku
bertanggungjawab terhadap merek yang
bersangkutan dalam hubungannya dengan
masyarakat.
Sumber: Fandy Tjiptono, 2005.6

impresi yang benar dari konsumennya. Merek yang Keputusan branding ini meliputi enam aspek
baik ini dihasilkan melalui keputusan branding. Di utama yaitu:8 Pertama, keputusan branding, yakni
mana branding itu sendiri adalah sebuah proses dari keputusan menyangkut apakah akan menggunakan
merek untuk berinteraksi dengan pelanggan sehingga merek atau tidak untuk produk yang dihasilkan.
membuat merek tadi hidup di dalam hati dan benak Branding berlaku untuk segala jenis produk (barang,
pelanggan.7 jasa, pengecer, bisnis online, orang, organisasi,

Sumber: Fandy Tjiptono, 2005.9


Gambar 1. Proses Keputusan Branding


6
Fandy Tjiptono, Brand Management & Strategy, (Jakarta:
ANDI, 2005), pp. 20-21.
8
Op.Cit., Fandy Tjiptono, hal. 10.

7
Irvan Permana, Brand is Like a Donut, (Jakarta: BIP, 2012), p. 1.
9
Op.Cit., Fandy Tjiptono, hal. 12.
94 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 4 No. 1, Juni 2013 89 - 101

tempat dan gagasan). Yaitu dengan cara memberikan Indonesia yang sudah sanggup bersaing di pasar
nama pada produk dan menyertakan makna atau internasional antara lain adalah Pandansari, Rumah
arti khusus menyangkut apa yang ditawarkan produk Kecapi, House of Lawe, Pourvous, dan AKAS.10 Fakta
bersangkutan dan apa yang membedakannya dari ini seharusnya mampu memicu pelaku usaha lain
produk-produk pesaing. untuk bisa mencontoh merek produk tadi.
Aspek kedua keputusan brand sponsor, yakni Namun sayangnya, masih banyak pelaku usaha,
keputusan berkenaan dengan siapa yang harus terutama pada masa awal usaha, yang memilih fokus
mensponsori merek. Setiap organisasi pemasaran pada produk. Tindakan ini diperparah ketika pelaku
memiliki tiga pilihan utama: (1) produk menggunakan usaha menggunakan strategi harga rendah. Untuk
merek pemanufakturan; (2) pemanufaktur menjual produk-produk yang belum terkenal, pelanggan
produk ke distributor atau perantara yang kemudian melihat harga sebagai indikator kualitas. Meskipun
akan menggunakan house brand atau private label; memang harga yang murah akan memancing para
dan (3) menerapkan mixed brand strategy. Aspek pelanggan untuk membeli produk atau jasa yang
ketiga keputusan brand hierarchy, yakni keputusan dimiliki, namun nilai loyalitasnya terhadap produk
menyangkut apakah setiap produk perlu diberi merek atau jasa sangat lemah. Apalagi jika perusahaan
sendiri ataukah menggunakan corporate brand. hanya menjual produk dengan harga murah tanpa
Aspek keempat keputusan brand extension, yakni memperhatikan kualitas. Konsumen yang didapat
keputusan menyangkut apakah nama merek spesifik bukan konsumen yang loyal. Konsumen-konsumen ini
perlu diperluas pada produk-produk lain. Aspek kelima akan dengan mudah berpindah kepada produk yang
keputusan multibrand, yakni mengembangkan dua ditawarkan oleh pelaku usaha lain. Sementara untuk
atau lebih merek dalam kategori produk yang sama. merek yang terkenal, pelanggan lebih mengandalkan
Aspek keenam keputusan brand repositioning, yaitu merek yang terkenal sebagai indikator kualitas tanpa
keputusan untuk mengubah produk dan citranya mengandalkan harga itu sendiri secara langsung.
agar dapat lebih memenuhi ekspektasi pelanggan. Hal ini karena menurut konsumen ada harga untuk
sebuah produk berkualitas atau dalam bahasa Jawa
III. METODOLOGI sering dikenal istilah “ono rego ono rupo”.
Penelitian ini bersifat deskriptif, yang Fokus pada produk dan menggunakan strategi
menggambarkan atau berisi pemaparan dan harga rendah biasanya terjadi pada UMKM yang masih
analisis kendala dan permasalahan yang dihadapi berusaha mendapatkan pelanggan. UMKM berada
UMKM dalam pengembangan merek. Hasil analisis pada tahapan pertama dari tahapan perkembangan
diharapkan melahirkan strategi yang bisa dijadikan UMKM yaitu existence stage.
acuan dalam pengembangan merek UMKM. Seperti diketahui, UMKM dalam perkembangannya
Analisis dilakukan dengan menggunakan sumber mengalami beberapa tahapan, meskipun tidak semua
data sekunder dengan studi literatur dan dokumen- UMKM mengalami secara urut tahapan-tahapan
dokumen yang ada. Pengumpulan data sekunder baik tersebut. Tahapan-tahapan itu adalah:11
dari buku-buku teks, informasi dari internet maupun a. existence stage adalah tahapan di mana UMKM
data penelitian sebelumnya sudah dilakukan sejak memiliki karakteristik pemilik adalah pelaku
bulan Agustus 2012. usaha. Tujuan utama UMKM pada tahapan
Sumber data yang ada kemudian dipilah sesuai ini adalah untuk mendapatkan pelanggan dan
dengan materi yang akan dibahas, yaitu kendala- menyediakan pelanggan produk serta jasa yang
kendala pengembangan merek UMKM, pengertian dibutuhkan.
dan manfaat merek. Selanjutnya dari materi yang b. survival stage adalah tahapan di mana usaha
ada dilakukan analisis, ditemukan strategi yang bisa UMKM sudah mulai berkembang, base pelanggan
dijadikan acuan dalam pengembangan merek UMKM. sudah terbentuk. UMKM juga memiliki kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan base pelanggan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN tadi sehingga mampu menjaga keberadaannya.
A. Kendala Pengembangan Merek Usaha Mikro, Keuntungan minimal berhasil diraih sehingga
Kecil, dan Menengah usaha mampu bertahan untuk beberapa tahun.
Pengembangan merek menjadi hal yang penting,
namun belum banyak disadari oleh pelaku UMKM. 10
“5 UKM Indonesia Dengan Jangkauan Global”, (http://
Meski telah banyak bukti yang menunjukkan tentang www.indonesiaberprestasi.web.id/pembangunan-bangsa/
keampuhan merek dalam mengembangkan suatu headline/5-ukm-indonesia-dengan-jangkauan-global/,
diakses 15 April 2013).
bisnis, tetapi masih banyak pelaku usaha yang memilih 11
Neil C. Churcchill dan Virginia L. Lewis, “The Five Stages of
untuk mengacuhkan manfaat dari pengembangan Small Business Growth”, Harvard Business Review, May-June
merek ini. Beberapa contoh merek produk UMKM 1983, hal. 3-9.
Yuni Sudarwati & Venti Eka Satya, Strategi Pengembangan Merek Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah... 95
c. success stage merupakan tahapan di mana sepertinya masih ada kesalahpahaman tentang
usaha yang dilakukan telah mencapai ukuran merek yang membuat para pengusaha UMKM jauh
yang sesuai dan penetrasi pasar produk telah dari merek, yaitu:13,14
diraih serta mendapatkan pendapatan rata-rata 1. merek identik dengan biaya yang mahal
atau di atas rata-rata. Pada tahapan ini biasanya Pelaku usaha enggan untuk mengembangkan
pelaku usaha sudah tidak melaksanakan kegiatan merek karena merasa bahwa perlu modal yang
usahanya sendirian dan bahkan cenderung banyak untuk prosesnya, sementara mereka
melepaskan diri dari usaha. memiliki keterbatasan modal. Kesalahpahaman
d. take off stage merupakan tahapan yang ini terkait erat dengan karakteristik dan kriteria
dikarakteristikan dengan pertumbuhan UMKM terutama terkait permodalan(lihat Tabel
yang cepat dan memiliki kemampuan untuk 2).
membiayai pertumbuhan tadi. Pada masa ini, Berdasarkan pada tabel tersebut, terlihat bahwa
terjadi pemisahan yang nyata antara pemilik memang UMKM terutama untuk usaha mikro
dan pelaku usaha meskipun dominasi masih ada dan kecil sangatlah berat untuk mengembangkan
pada pemilik. merek. Pertama, dilihat dari sisi permodalan.
e. resource maturity stage merupakan tahapan di Meski biaya untuk mendaftarkan merek di
mana manajemen disentralisasi dan diatur oleh Kementerian Hukum dan HAM relatif murah,
orang-orang yang berpengalaman dalam jumlah namun biaya promosi untuk menyampaikan
yang sesuai. Sistem dan prosedur dikembangkan merek ke pelanggan tidaklah murah. Promosi
dan diimplementasikan secara efektif dan harus dilakukan secara terus menerus untuk
Tabel 2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Kriteria UMKM Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah
Kekayaan Bersih (tidak Paling banyak Rp50 juta Lebih dari Rp50 juta sampai Lebih dari Rp500 juta sampai
termasuk tanah & dengan paling banyak Rp500 dengan paling banyak Rp10
bangunan) juta milyar
Hasil Penjualan Paling banyak Rp300 juta Lebih dari Rp300 juta sampai Lebih dari Rp2,5 miliar sampai
Tahunan (Omset/ dengan paling banyak Rp2,5 dengan paling banyak Rp50
tahun) miliar miliar
Jumlah Tenaga Kerja Di bawah 3 orang termasuk Sebanyak 5-9 orang Sebanyak 20-99 orang
tenaga kerja yang tidak
dibayar
Sumber: Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah15 dan BPS.16

efisien. Terjadi pemisahan baik secara finansial menjaga keberadaan merek dalam ingatan
maupun operasional antara pemilik dan pelaku pelanggan. Kedua, dilihat dari sisi tenaga
usaha. kerja. Membangun dan menjaga merek harus
Pada tahapan pertama ini UMKM belum dilakukan secara intensif dan membutuhkan
memiliki base pelanggan, mereka masih dalam keseriusan dari pelaku usaha. Kesalahpahaman
tahap upaya mendapatkan pelanggan. UMKM belum pelaku usaha ini terjadi karena seringkali UMKM
mampu menangkap dan memenuhi kebutuhan pasar, dilaksanakan oleh orang yang memiliki tingkat
salah satunya adalah pemenuhan merek. Padahal pendidikan yang kurang relevan atau bahkan
kedekatan terhadap merek memiliki pengaruh kuat rendah. Mereka tidak memiliki perencanaan dan
kepada konsumen di Asia Pasifik. Sebanyak 55 persen tidak melaksanakan usaha secara profesional.
konsumen dalam jaringan di Asia Pasifik lebih suka 13
Tjahyo Harry Wilopo, “Membangun Merek untuk Usaha
membeli produk baru dari merek yang sudah dikenal. Kecil Menengah”, (http://rahma-qq-comp.blogspot.
Hampir 2/3 responden di Asia Pasifik memilih untuk com/2010/04/membangun-merek-untuk-usaha-kecil.html,
menunggu sampai sebuah produk baru telah teruji diakses 5 Februari 2013).
sebelum memutuskan untuk membeli. Sedangkan
14
Frank B. G. J. M. Krake, “Successful Brand Management
in SMEs: a New Theory and Practical Hints”, 2005 dalam
hanya 44 persen responden yang bersedia pindah ke
Huakuai Huang dan Ying Lai The “Brand Management
merek lain. Fakta lain menyatakan bahwa konsumen Problem in SMEs”, Master Thesis, Faculty of Education and
di Asia lebih menyukai produk-produk merek lokal Economic Studies, Department of Business and Economic
dibandingkan merek global.12 Studies, University of Gavle, 2011, pp. 12-13.
Seharusnya peluang dari perilaku konsumen 15
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Asia Pasifik tadi dapat ditangkap oleh UMKM. Namun Kecil, dan Menengah.
16
“Keragaman Definisi UKM di Indonesia”, (http://infoukm.
“Popularitas Merek Kunci Penjualan”, Kompas, 25 Januari
12 wordpress.com/2008/08/11/keragaman-definisi-ukm-di-
2013. indonesia/, diakses 5 Februari 2013).
96 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 4 No. 1, Juni 2013 89 - 101

Keuntungan yang dicari hanya jangka pendek, mendasarkan pada nilai-nilai inti yang melekat
belum ada visi jauh ke depan. baik pada organisasi maupun produk dan jasa
Namun sebenarnya masalah ini bisa diatasi yang dijual.
oleh masing-masing UMKM. Hal ini karena Terkait dengan pengembangan merek, seringkali
membangun merek tidak harus dilakukan yang terjadi adalah bahwa UMKM tidak menyadari
dengan merancang program periklanan yang bahwa mereka secara informatif telah melakukan
besar-besaran dan memakan dana yang besar proses informal dalam pengembangan merek. UMKM
pula. Program pengembangan merek yang tidak memiliki divisi pemasaran yang mengurusi
dipilih haruslah fokus pada membangun nilai masalah pengembangan merek sama sekali bahkan
produk atau jasa yang ditawarkan dan berupaya dukungan dari level fungsional untuk manajemen
mengkomunikasikan nilai yang dimiliki itu merek tidak ada sama sekali. Terkait peran manajer
kepada konsumen potensial. Oleh karena itu, atau pemilik perusahaan, divisi pemasaran atau
dibutuhkan kreatifitas dan kejelian pelaku bahkan bagian yang mengurusi pengembangan
UMKM untuk bisa mengkomunikasikan merek merek tidak dibuat secara formal dan cenderung
mereka tanpa memakan biaya yang banyak. informal bahkan asal-asalan. Jikapun pengembangan
2. membangun merek itu rumit merek sudah dianggap sebagai sebuah isu yang
Saat ini kajian mengenai merek identik dengan penting dalam UMKM, pengembangan merek masih
teori-teori yang rumit. Dengan keterbatasan bersifat umum dan tanpa ada tujuan yang spesifik
SDM yang dimiliki UMKM, hal ini bukan hal yang ataupun jika ada tujuan belum dirumuskan secara
mudah untuk diserap dan dilaksanakan. Padahal jelas atau masih samar-samar. Kondisi ini sangat
sebenarnya membangun merek itu tidak rumit. disayangkan karena sebenarnya dengan keunggulan
Pelaku UMKM harus yakin dengan cara mereka yang dimiliki oleh UMKM, peluang pasar terbuka
membangun kesan yang tepat pada konsumen, lebar. Tanpa memahami keunggulan yang dimiliki,
caranya, membangun nilai produk, lalu maka UMKM tidak akan bergerak kemana-mana.
membedakan produk dengan produk pesaing, Pengembangan merek produk juga akan mengalami
dan komunikasi kepada calon konsumen. hambatan.
3. UMKM tidak perlu membangun merek
Selama ini, UMKM masih memandang rendah B. Strategi Pengembangan Merek Usaha Mikro,
manfaat merek untuk pengembangan usaha. Kecil, dan Menengah
Merek masih dianggap tidak berguna bagi Pengembangan merek merupakan salah
pengembangan bisnis selanjutnya. Produk yang satu faktor penting bagi organisasi kecil (smaller
dihasilkan tidak memiliki ciri khusus yang mampu organization) untuk mencapai sukses. Namun
membedakan dengan produk pesaing. Pelaku pengembangan merek ternyata belum dikaji secara
usaha hanya berpikir untuk sebanyak-banyaknya luas khususnya dalam konteks UMKM. Meskipun
produksi tanpa melihat persaingan yang terjadi. disadari bahwa terdapat banyak kesamaan antara
Kesalahan ini baru terasa ketika banyak masuk UMKM dengan perusahaan-perusahaan besar,
produk impor yang menawarkan produk dengan namun perlu dicermati perbedaan mendasar antara
harga lebih murah. UMKM dan perusahaan besar, sehingga pendekatan
4. manajemen merek bukan sebagai prioritas bagi pengembangan merek untuk UMKM akan sangat
UMKM dalam pelaksanaan aktivitas keseharian berbeda dengan pengembangan merek untuk
mereka. Merek masih hanya dianggap sebagai perusahaan besar dalam beberapa aspek (lihat Tabel
sebuah konsep terkait logo, produk, jasa ataupun 3).17
teknologi yang dijual UMKM. Pilihan pendekatan pengembangan merek harus
5. tanggung jawab manajemen merek masih memperhatikan keunggulan maupun kelemahan
berada di manajemen atas organisasi. Direktur yang dimiliki UMKM. Ini merupakan pilihan yang
atau pemilik yang menentukan kebijakan merek, sangat menentukan karena dalam UMKM, merek
perubahan nama maupun logo dari organisasi. adalah faktor kunci yang mempengaruhi reputasi dari
Didalam organisasi tidak ada yang benar-benar perusahaan dan sebaliknya reputasi perusahaan juga
bertanggung jawab terhadap manajemen merek mempengaruhi merek. Proses pengembangan merek
dan memang tidak ada yang diberi kewenangan
untuk mengelolanya. Pemilik merupakan Mari Ahonen, “Branding-Does It Even Exist Among SMEs?”,
17

visionary individual yang menjadi penentu Proceedings of The 16th Nordic Conference on Small
Business Research, 2008, (http://www.oulu.fi/cobra/papers/
satu-satunya dalam pengembangan merek dan Artikkelit%20konferensseissa/Branding%20%20does%20
penentuan identitas. Padahal idealnya, dalam it%20even%20exist%20among%20SMEs.pdf, diakses 21
menentukan identitas merek sebuah organisasi September 2012).
Yuni Sudarwati & Venti Eka Satya, Strategi Pengembangan Merek Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah... 97
Tabel 3. Perbedaan UMKM dengan Perusahaan Besar
Aspek Perusahaan Besar UMKM
Ekonomi global dan kaya informasi.
Persamaan Pasar yang kompetitif.
Penyebaran inovasi yang cepat.
Memiliki kapasitas lebih untuk pengembangan tim. Memiliki tim yang terbatas.
Memiliki karyawan dengan spesialisasi, mampu Tidak memiliki kemampuan untuk merekrut
merekrut tenaga kerja profesional. karyawan profesional dan memiliki spesialisasi.
Memiliki sumber daya yang lebih banyak. Kurang dalam sumber daya.
Proses pembangunan merek menjadi tanggung Proses pembangunan merek merupakan
jawab sebagian karyawan, manajer atau tim. proses yang integratif.
Perbedaan
Proses pembangunan merek bersifat formal. Proses pembangunan merek bersifat informal.
Lebih memiliki dampak ke pasar. Kurang memiliki dampak ke pasar.
Pengaruh pemilik usaha sangat besar.
Responsif terhadap perubahan.
Lebih fleksibel.
Kemampuan membuat keputusan lebih cepat.
Sumber:Tiina Niemila, 2009.18
dalam UMKM biasanya lebih integratif dibandingkan penjualan, penambahan modal, pengangkatan
perusahaan besar. Hal ini berarti bahwa seluruh karyawan ataupun dalam pemecatan karyawan.
perusahaan bertanggung jawab terhadap merek Pengambilan keputusan didasarkan pada intuisi
yang dimiliki.19 dan pengalaman bisnis sederhana sebelumnya.
UMKM di balik kelemahan yang dimiliki 3. cepat tanggap dan fleksibel
ternyata juga memiliki keunggulan jika dibandingkan Kehidupan pelaku UMKM yang relatif dinamis
perusahaan besar yaitu struktur dan proses kerja dan terus menerus berhubungan dengan penjual
yang lebih fleksibel. Keunggulan ini sangat tepat dan pembeli, biasanya memudahkan mereka
dengan semakin dinamisnya permintaan pasar yang untuk cepat tanggap dan secara serta merta
tentu saja menuntut strategi yang lebih fleksibel mengambil langkah-langkah yang perlu.
juga. UMKM diharapkan akan lebih mudah dalam 4. cukup dinamis, ulet, dan mau kerja keras
merespon perubahan pasar dengan lebih cepat Pelaku UMKM sangat cepat menyesuaikan diri
dan lebih mudah dibandingkan perusahaan besar. dengan perkembangan pasar. Mereka juga
Keunggulan-keunggulan yang dimiliki UMKM adalah merupakan orang-orang yang memiliki jam kerja
sebagai berikut:20 yang lebih lama dari petani. Mereka bahkan
1. pengalaman bisnis sederhana tidak mengenal hari libur, baik itu hari minggu
Setiap pelaku UMKM pasti telah mempunyai dan hari raya. Penutupan tempat usaha biasanya
pengalaman dalam menjalankan usaha di dilakukan karena alasan hari besar agama atau
Indonesia. Pengalaman sederhana ini yang memang ada keperluan keluarga yang mendesak.
seringkali tidak didapatkan oleh pelaku usaha 5. tidak boros
lain. Pelaku UMKM biasanya sangat berhati-hati
2. tidak birokratis dan mandiri dalam pengeluaran uang dan selalu menghitung-
Karakteristik UMKM yang biasanya merupakan hitung untung rugi pengeluaran. Mereka juga
perusahaan perseorangan memberikan sangat hati-hati dalam pengeluaran uang untuk
keunggulan bagi UMKM dalam pengambilan hal yang tidak perlu.
keputusan. Jarang dilakukan rapat atau Saat ini, sudah banyak fasilitas yang diberikan
konsultasi, baik dalam hal pembelian, pemerintah untuk pemasaran produk UMKM. Banyak
pameran, baik di Indonesia maupun di luar negeri
18
Tiina Niemila, “The Component of Corporate Brand Equity in yang difasilitasi. Bahkan Kementerian Koperasi dan
SMEs Case EHP-Tekniikka Ltd.”, Master Thesis, Departement of
Marketing, Faculty of Economic and Business Administration
UKM telah mendirikan gedung SMESCO yang khusus
University of Oulu, 2009, p. 28. untuk menjadi tempat UMKM melakukan pameran
19
Ho Yin Wong dan Bill Merrilees, “A Brand Orientation produk-produknya. Gedung ini menampilkan produk-
Typology for SMEs: A Case Research Approach”, Journal of produk yang diambil dari seluruh Indonesia. Salah
Product & Brand Management, 14(3), 2005, pp. 157-158. satu syarat yang diminta adalah harus ada kontak
20
Op.Cit., B. N. Marbun, hal. 42-52.
98 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 4 No. 1, Juni 2013 89 - 101

yang rinci sehingga ketika ada permintaan yang benak pelanggan. Ini merupakan contoh kesuksesan
mendadak dan mungkin dalam jumlah yang besar penggunaan merek yang didukung dengan
pihak SMESCO akan dengan mudah memenuhinya. komunikasi pemasaran yang terus menerus.
Namun jika dilihat dari produk-produk yang ada, Oleh karena itu, perlu diperhatikan syarat-syarat
semua masih memakai kategori produk. Artinya, yang harus dipenuhi untuk menciptakan nama merek
belum mampu menjual dengan nama mereka sendiri- yang efektif yaitu:21
sendiri, sehingga tidak ada pembedaan antara 1. ketersediaan, artinya nama merek yang dipilih
produk kayu dari perajin A ataupun dari perajin B haruslah tersedia, artinya nama tersebut
atau perajin dari daerah Y dan perajin dari daerah X. belum digunakan oleh produk lain, dan secara
Dari sisi konsumen, apalagi jika kita hendak menyasar hukum belum terikat oleh institusi lain. Hal
konsumen luar negeri, maka akan timbul kesulitan. ini terkait dengan perlindungan hak cipta.
Hal ini dimungkinkan akan sulit menemukan produk Pelaku UMKM harus memastikan bahwa nama
dari perajin yang lama. Jika dilihat dari sisi produsen merek yang mereka akan pakai memenuhi
pasti akan sangat merugikan di mana konsumen akan syarat ketersediaan ini agar terhindar dari
mudah berpindah ke produsen yang lain yang mampu permasalahan hukum nantinya.
memberikan produk yang sama, apalagi jika produk 2. perlindungan, yaitu pada saat pertama kali nama
yang dihasilkan tersebut menawarkan lebih banyak sebuah merek ditetapkan, sebaiknya nama merek
kelebihan, baik dari sisi harga, kualitas, maupun tersebut segera didaftarkan di kantor merek.
layanannya. Oleh karena itu sangat diperlukan Pendaftaran ini dilakukan untuk memberikan
pengembangan merek UMKM yang bisa dijadikan perlindungan merek, sehingga pada saat akan
faktor pembeda. melakukan paten merek diharapkan tidak akan
Strategi pengembangan merek untuk UMKM terjadi permasalahan.
merupakan sebuah hasil dari proses keputusan 3. penerimaan, artinya sebuah nama merek harus
branding yang mencakup enam aspek utama. Pada mempertimbangkan mengenai budaya dan
aspek pertama, keputusan branding, UMKM harus bahasa masyarakat yang menjadi target pasar
memutuskan apakah akan menggunakan merek atau produk. Nama merek tersebut tidak boleh
tidak. Melihat persaingan yang semakin ketat untuk menimbulkan penafsiran ganda baik dalam hal
bisa bertahan UMKM tidak boleh hanya berfokus pengucapan, arti kata, konotasi, maupun kriteria
pada bagaimana mendapatkan pelanggan, namun lainnya.
juga bagaimana mempertahankan pelanggan. Oleh 4. keunikan, yaitu bahwa nama merek yang dipilih
karena penggunaan merek merupakan sebuah harus memiliki keunikan tersendiri karena fungsi
keniscayaan. Hal ini terkait erat dengan manfaat merek sebagai pembeda produk dengan produk
merek terutama bagi produsen. Sebagai contoh lain yang sejenis, maka nama merek hendaknya
adalah penjual kue-kue di pasar pagi Depok Town memiliki keunikan tersendiri. Selain sebagai
Square. Produk-produk yang dijual serupa mulai pembeda, keunikan yang dimiliki oleh nama
dari arem-arem, lemper, bolu kukus dan masih merek diharapkan bisa membantu konsumen
banyak yang lain. Namun, masing-masing produk mengingat nama merek dari produk yang
ini tidak memiliki ciri khusus. Tidak ada upaya dari dihasilkan.
masing-masing penjual untuk membedakan barang 5. menarik dan bermakna.
dagangannya. Meskipun mereka hanya distributor 6. kredibilitas, nama merek harus memberikan
seharusnya produk yang dijual diberi sentuhan lebih, gambaran kepada para calon konsumen bahwa
misalnya dengan menambahkan informasi mengenai produk adalah produk yang terpercaya.
distributor tadi. Sehingga pada saat pembeli 7. mudah dibaca, diucapkan dan didengar. Hal ini
datang lagi maka akan dengan mudah menemukan karena merek haruslah mudah diingat dan akrab
produk yang diinginkan. Apalagi kue-kue ini adalah oleh segala jenis konsumen.
produk keterlibatan rendah sehingga akan mudah 8. mudah direproduksi, merek sebisa mungkin
tergantikan. tertera di semua atribut perusahaan (kartu
Contoh nyata lain adalah merek gula Gulaku. nama, plastik pembungkus)
Sebelumnya pelanggan menganggap sama semua Pada aspek kedua, keputusan brand sponsor,
gula. Namun ketika muncul Gulaku pelanggan manajemen UMKM harus melakukan pendekatan
berubah, mereka telah merubah gula dari produk yang berbeda dengan perusahaan besar karena
keterlibatan rendah ke produk keterlibatan tinggi keterbatasan sumber daya yang dimiliki. UMKM
karena adanya merek Gulaku. Saat ini bisa dipastikan harus berkonsentrasi untuk menciptakan dan
bahwa ketika pelanggan hendak memilih gula maka
Gulaku termasuk dalam pilihan yang muncul di Op.Cit, Tjahyo Harry Wilopo.
21
Yuni Sudarwati & Venti Eka Satya, Strategi Pengembangan Merek Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah... 99
mengembangkan merek dengan kreatif, targeted maka tidak bijaksana jika menggunakan merek
dan tentu saja murah. UMKM lebih baik fokus pada korporat.
salah satu area pengembangan merek yang potensial c. apakah merek korporat memiliki properti merek
daripada berusaha di keseluruhan area merek. yang terbukti pemakaiannya bermanfaat?
UMKM juga harus kreatif dalam pengembangan dan Properti merek adalah identitas unik dari merek
perluasan merek karena keterbatasan modal yang yang merupakan penguatan kepada konsumen
dimiliki. Sangat disarankan jika UMKM terutama mengenai apa yang mereka beli. Merek korporat
yang berada pada existence stage untuk mengambil harus mudah dikenali dan terbukti pemakaiannya
ceruk pasar dari pasar yang ada, sehingga tidak bermanfaat untuk produknya.
langsung berhadapan dengan merek-merek besar. UMKM sebaiknya konsentrasi pada merek
Hal ini karena tidaklah mungkin untuk langsung korporat bukan pada merek produk.24 Alasannya
berhadapan dengan merek-merek besar. Perilaku adalah dengan merek korporat maka pasar yang diraih
konsumen secara umum, apalagi untuk barang- akan lebih luas, sehingga lebih menguntungkan bagi
barang keterlibatan tinggi, pasti akan memilih untuk UKM baik secara biaya maupun waktu. Salah satu
menggunakan barang ber-merek. contoh usaha yang menggunakan merek korporat
Pada aspek ketiga, keputusan brand hierarchy, adalah “Dagadu” dari Yogyakarta yang terkenal
UMKM harus memilih antara menggunakan strategi dengan kaos bertuliskan kalimat-kalimat lucu.
merek produk atau merek korporat. Strategi merek Aspek keempat, keputusan brand extension,
produk adalah strategi yang dilaksanakan ketika UMKM memiliki beberapa alternatif strategi dalam
perusahaan telah menentukan produknya harus pengembangan merek yang bisa dipilih. Strategi-
berdiri sendiri, dan ditinggalkan sendiri untuk berhasil strategi tersebut terdiri dari brand extension, line
atau gagal tanpa dukungan apapun dari merek atau extension, multibrands, dan new brands. Pada aspek
nama perusahaan. Strategi ini tepat untuk produk keempat ini biasanya terjadi pada UMKM yang
konsumsi yang perputarannya cepat (Fast Moving minimal telah mencapai success stage. Karena pada
Consumer Goods). tahapan ini UMKM sudah memiliki nama merek
Strategi merek korporat adalah ketika perusahaan yang telah terbukti sukses di pasar. UMKM harus
dalam pemberian merek perusahaan mendapatkan memperhatikan kategori produk atau jasa yang
seluruh pusat perhatian dan tidak menekankan ditawarkan ketika akan menentukan strategi dalam
pada produk atau jasanya. Merek korporat menjadi aspek keempat ini. Dagadu merupakan salah satu
penting dan memberikan identitas terhadap contoh yang menggunakan strategi line extension
produknya. Beberapa alternatif pemanfaatan merek ketika meluncurkan kaos untuk anak muda yang
korporat adalah untuk semua produk, sebagai sportif yaitu “Omus” dan strategi new brands ketika
pemberi dukungan, dan merek korporat yang tidak mendirikan jasa konsultan komunikasi yaitu “daya
ditonjolkan.22 gagas dunia”.
Terdapat beberapa kriteria yang perlu Begitupula untuk aspek kelima, keputusan
dipertimbangkan dalam menentukan tingkatan multibrand, dan keenam, keputusan brand
merek:23 repositioning, biasanya terjadi pada UMKM yang
a. apakah perusahaan merupakan atribut yang minimal telah mencapai success stage. Multibrand
menonjol? bisa dijadikan pilihan untuk melindungi merek awal.
Pertimbangan ini menjadi penting karena Namun harus dipastikan bahwa memang merek yang
jika atribut perusahaan bukan sesuatu yang baru ini tidak malah mengambil pasar dari merek awal,
menonjol maka penggunaan merek korporat sehingga kanibalisasi bisa terhindari. Atau bahkan
akan merugikan ketimbang menguntungkan. akhirnya pangsa pasar dari kedua merek produk
Sebuah merek korporat akan menguntungkan masing-masing kecil jika keputusan multibrand yang
jika memang perusahaan merupakan atribut diambil tidak tepat. Sedangkan keputusan brand
yang lebih menonjol dibandingkan produk atau repositioning dilakukan untuk menyegarkan dan
jasa yang ditawarkan. menyesuaikan merek dengan keinginan pasar.
b. apakah perusahaan memiliki nilai? Contoh sukses dari penggunaan branding adalah
Merek korporat harus memiliki nilai-nilai yang Bakso Kota Cak Man. Meskipun telah berdiri dan
harus disampaikan dan memotivasi pelanggan. dikenal masyarakat Malang sejak 1980-an, Bakso Kota
Jika nama perusahaan hanya sebagai pendukung, Cak Man baru dibawa ke Jakarta pertama kali pada
tahun 2005. Ardantya, pemilik PT. Kuliner Nusantara
22
A. B. Susanto dan Himawan Wijanarko, Power Branding
Membangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya, Temi Abimbola, “Branding as a Competitive Strategy for
24

(Jakarta: Quantum Bisnis & Manajemen, 2004), hal. 53-55. Demand Management in SMEs”, Journal of Research
23
Ibid, p. 57. Marketing & Entrepreneurship, 4(2), 2001, p. 103.
100 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 4 No. 1, Juni 2013 89 - 101

Sejahtera (K-Food), me-branding bakso rumahan DAFTAR PUSTAKA


tersebut dengan pengemasan yang menarik, baik
dari segi warna, lighting, hingga foto berbagai menu
yang tampil menarik dan menggiurkan. Usaha yang
awalnya hanya berupa warung biasa telah berubah Buku:
menjadi santapan kalangan kelas menengah. Setelah Marbun, B. N. Manajemen Perusahaan Kecil Aplikasi di
melakukan branding, Bakso Kota Cak Man sudah Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2011.
memiliki 50 cabang franchise hingga saat ini.25 Permana, Irvan. Brand is Like a Donut. Jakarta: BIP, 2012.
Rangkuti, Freddy. Strategi Promosi Yang Kreatif & Analisis
V. SIMPULAN DAN SARAN Kasus Integrated Marketing Communication. Jakarta:
A. Simpulan PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010.
Pengembangan merek UMKM merupakan sebuah
pilihan yang harus dilakukan oleh pelaku UMKM Susanto, A.B. dan Wijanarko, Himawan. Power Branding
jika ingin tetap bertahan dalam persaingan global. Membangun Merek Unggul dan Organisasi
Pendukungnya. Jakarta: Quantum Bisnis &
Kendala yang muncul dalam pengembangan merek
Manajemen, 2004.
terjadi terutama karena adanya kesalahpahaman
pelaku UMKM dalam memahami merek. Oleh karena Tjiptono, Fandy. Brand Management & Strategy. Jakarta:
itu UMKM membutuhkan dukungan pemerintah ANDI, 2005.
untuk bisa melakukan pengembangan merek.
Dukungan ini bisa dalam bentuk pemberian pelatihan Artikel dalam Jurnal, Working Paper, Majalah, dan Surat
pengembangan merek maupun kemudahan dalam Kabar:
perolehan perlindungan merek. Abimbola, T. “Branding as a Competitive Strategy for
Demand Management in SMEs”. Journal of Research
B. Saran in Marketing & Entrepreneurship. 4 (2). 2001
Strategi pengembangan merek yang dilakukan Ahonen, M. “Branding-Does It Even Exist Among SMEs?”.
UMKM harus melihat pada keunggulan dan Proceedings of The 16th Nordic Conference on Small
kelemahan yang dimiliki oleh UMKM itu sendiri. Business Research. 2008. (http://www.oulu.fi/cobra/
Hal ini perlu dilakukan karena setiap usaha papers/Artikkelit%20konferensseissa/Branding%20
memiliki karakteristik yang berbeda dan tentu saja %20does%20it%20even%20exist%20among%20
membutuhkan strategi yang berbeda pula. UMKM SMEs.pdf, diakses 21 September 2012).
harus memiliki ciri khas yang akan membedakannya Churcchill, N. C. and Lewis, V. L. “The Five Stages of Small
dengan usaha besar atau mengambil celah pasar. Business Growth”. Harvard Business Review. May-
Merek yang dipilihpun sebaiknya merupakan merek June 1983.
korporat bukan merek produk sehingga pasar yang Krake, F. B. G. J. M. “Successful Brand Management in
diraih akan lebih luas. Untuk beberapa UMKM yang SMEs: A New Theory and Practical Hints”. 2005. dalam
sudah berkembang, pilihan untuk mengambil strategi Huakuai Huang dan Ying Lai The “Brand Management
merek baik itu brand extension, line extension, Problem in SMEs”. Master Thesis. Faculty of Education
multibrands, maupun new brands, bisa dilakukan and Economic Studies. Department of Business and
dengan memperhatikan kategori produk yang dimiliki Economic Studies. University of Gavle. 2011.
dan yang akan dikembangkan. Niemila, T. “The Component of Corporate Brand Equity
in SMEs Case EHP-Tekniikka Ltd.”. Master Thesis.
Departement of Marketing, Faculty of Economic and
Business Administration University of Oulu. 2009.
Rafinaldy, N. “Prospek Pengembangan Ekspor UKM”.
Infokop Nomor 25 Tahun XX. 2004.
Wong, H.Y. dan Merrilees, B. “A Brand Orientation Typology
for SMEs: a Case Research Approach”, Journal of
Product & Brand Management, 14(3). 2005.

Artikel dalam Internet:


“5 UKM Indonesia dengan Jangkauan Global”. (http://
www.indonesiaberprestasi.web.id/pembangunan-
b a n g s a / h e a d l i n e / 5 - u k m - i n d o n e s i a - d e n ga n -
“Sukses Naik Kelas”, Bisnis Indonesia, 2 Agustus 2013, hal.
25
jangkauan-global/, diakses 15 April 2013).
31.
Yuni Sudarwati & Venti Eka Satya, Strategi Pengembangan Merek Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah... 101
DJHKI, “Memahami Merek”. (www.dgib.go.id, diakses 5
Februari 2013).
“Keragaman Definisi UKM di Indonesia”. (http://infoukm.
wordpress.com/2008/08/11/keragaman-definisi-
ukm-di-indonesia/, diakses 5 Februari 2013).
Wilopo, T. H. “Membangun Merek untuk Usaha Kecil
Menengah”.(http://rahma-qq-comp.blogspot.
com/2010/04/membangun-merek-untuk-usaha-
kecil.html, diakses 5 Februari 2013).

Tulisan dalam Koran:


“Popularitas Merek Kunci Penjualan”. Kompas, 25 Januari
2013.
“Sukses Naik Kelas”. Bisnis Indonesia, 2 Agustus 2013.

Dokumen:
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Anda mungkin juga menyukai