Abstract
Microfinance, Small, and Medium Enterprises (MSME) had endurance during a national economic crisis in 2009. MSME are able
to provide employment, cheap goods, and develop new entrepreneurs. MSME development are constrained by marketing problem
especially branding. The objectives of this study are to know the problem that MSME face when developing brand and to give an
advice for MSME branding. This paper used qualitative approach as tool to analyze problem. Analysis conducted through descriptive
approach to find the problem of MSME branding. Result of the study showed strategies for MSME branding in order to have more
competitiveness to win the competition in global market.
Keywords: branding stategy, constraint of MSME brand, Microfinance, Small and Medium Enterprises (MSME)
Abstrak
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terbukti mampu bertahan pada masa krisis ekonomi nasional tahun 2009. UMKM bahkan
mampu menyediakan lapangan pekerjaan, barang-barang murah, dan melahirkan wirausaha-wirausaha baru. Perkembangan
UMKM mengalami beberapa masalah salah satunya adalah masalah pemasaran khususnya terkait branding. Kajian ini bertujuan
untuk mendapatkan gambaran mengenai permasalahan yang dihadapi oleh UMKM pada saat pengembangan merek sehingga
bisa mendapatkan masukan untuk proses pengembangannya. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif. Hasil kajian
menunjukkan bahwa UMKM memang harus melakukan branding sehingga memiliki keunggulan kompetitif untuk bisa bersaing di
pasar global.
Kata kunci: strategi branding, hambatan merek UMKM, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
generasi tua. Regenerasi tidak terjadi karena generasi UMKM juga tidak memiliki pembukuan yang
muda saat ini lebih memilih untuk menjadi pekerja teratur dan tanpa neraca rugi-laba. Hal ini terjadi
kantoran maupun pabrik.1 Regenerasi juga tidak akibat tanpa perencanaan tertulis, kurang pendidikan,
terjadi karena kebanyakan pelaku UMKM enggan dan ketrampilan. Bahkan beberapa pelaku UMKM
untuk membagikan ilmunya kepada pembantu- menganggap penggunaan pembukuan yang teratur
pembantunya. Alasan yang masuk akal adalah karena membuang waktu dan biaya. Padahal, masalah
ada ketakutan akan tersaingi. Namun pelaku usaha UMKM biasanya muncul karena tidak adanya
ini juga tidak menularkan keahliannya terhadap anak pembukuan yang teratur. Pelaku UMKM tidak bisa
kandungnya karena mereka biasanya menginginkan mengetahui dengan pasti mana uang usaha, mana
anak kandung mereka bernasib lebih baik dari uang pribadi.
mereka. Hal ini bisa terjadi akibat UMKM masih Kendala terakhir dan menjadi fokus tulisan ini
dianggap sebagai alternatif pekerjaan bagi orang- adalah pemasaran produk. Saat ini, masih banyak
orang yang tidak mendapatkan pekerjaan formal, produk UMKM yang ditawarkan untuk pasar lokal.
sehingga seringkali pelaku UMKM adalah orang- Sehingga jika ada permintaan yang lebih banyak,
orang yang memang tidak memiliki pendidikan yang UMKM seringkali tidak dapat memenuhinya karena
tepat guna, ketrampilan dan relevan dengan bidang keterbatasan modal. Masih banyak produk-produk
usaha yang hendak digeluti. Sehingga jarang ada UMKM, meskipun produk tersebut memiliki kualitas
perusahaan kecil yang sukses dalam jangka waktu yang bagus, namun seringkali mengalami kendala
lama. saat dipasarkan. Banyak UMKM belum berhasil
Sedangkan dari sisi penguasaan teknologi, menembus pasar terutama pasar ekspor karena
UMKM kebanyakan masih bertahan dengan cara mengalami hambatan sebagai berikut:2
tradisional sehingga produk yang dihasilkan juga 1. globalisasi perdagangan menuntut semakin
masih belum maksimal, baik dari segi kualitas tingginya respon pelaku bisnis terhadap
maupun kuantitas, padahal pasar mulai dibanjiri oleh perubahan pasar dan perilaku konsumen
produk Cina dengan kualitas relatif lebih baik dan khususnya. Kecepatan perubahan permintaan
harga lebih murah. pasar dan selera konsumen, menuntut produk
Kendala lain yang dihadapi oleh UMKM adalah yang ditawarkan harus inovatif, beragam dan
manajemen usaha yang masih lemah. Sebagai siklus produk menjadi relatif lebih pendek.
contoh adalah UMKM tidak atau jarang mempunyai Sementara UMKM masih memiliki kendala dalam
perencanaan tertulis. Ketiadaan perencanaan tertulis kemampuan untuk berinovasi karena selain
mengakibatkan perusahaan kecil tidak dapat keterbatasan SDM juga masalah permodalan;
memusatkan segala tenaga dan daya untuk mencapai 2. pada umumnya UMKM dalam memproduksi
sasaran yang paling menguntungkan, sehingga tidak barang/jasanya hanya terkonsentrasi pada
ada prioritas dalam mencapai target dan sasaran. sejumlah produk/jasa yang secara tradisional
Ukuran keberhasilan maupun kegagalan pun ahirnya telah ditangani kelompok pelaku bisnis tertentu
tidak dapat ditentukan. Usaha dilakukan hanya dan pada pasar tertentu saja. Oleh karena itu,
berdasarkan perasaan semata, tidak ada perencanaan pelaku kurang mendorong diversifikasi produk/
yang mendasar. Kondisi ini berdampak juga kepada jasa UMKM baik desain, bentuk maupun fungsi
sisi pemasaran. Pelaku UMKM tidak mengadakan produk yang dihasilkan. Rendahnya tingkat
analisis pasar yang “up to date” atau tepat waktu diversifikasi UMKM, memberi kesan bahwa
dan mutakhir. Pendidikan yang tidak revelan atau UMKM hanya berspesialisasi pada produk/jasa
bahkan tingkat pendidikan yang rendah atau tidak tradisional yang memiliki keunggulan komparatif
berketerampilan membuat pelaku UMKM seringkali seperti pakaian jadi, beberapa produk tekstil
tidak melaksanakan analisis pasar. Mereka tidak lainnya, dan barang-barang jadi dari kulit seperti
mengetahui dengan pasti apa dan berapa permintaan jaket, alas kaki, dan kayu, termasuk meubel dan
pasar terhadap produk usaha mereka. Kondisi ini yang barang kerajinan. Ketidakmampuan melakukan
sering membuat UMKM gagal memenuhi permintaan diversifikasi ini juga yang membuat produk
pasar. Lemahnya perencanaan dan analisis pasar juga UMKM terlihat sama dalam satu daerah. Sebagai
membuat pelaku UMKM mengalami hambatan dalam contoh, di kawasan Malioboro hampir semua
melakukan spesialisasi atau diversifikasi. Akibatnya, penjual menjual hasil kerajinan yang sama mulai
sering terlihat persamaan barang atau produk dari dari batik, mainan kayu, souvenir, dan lain-
pelaku UMKM dalam daerah atau lokasi tertentu. lain. Pelaku usaha cenderung “latah” dengan
UMKM dalam pengembangan merek padahal atau jasa. Direktorat Jenderal HKI Kementerian
4
pengembangan merek merupakan hal yang Hukum dan HAM menyatakan bahwa merek adalah
mudah untuk dilakukan UMKM? suatu “tanda yang berupa gambar, nama, kata,
2. strategi apa yang sebaiknya dilakukan dalam huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau
pengembangan merek UMKM sebagai upaya kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
peningkatan daya saing ekspor UMKM, daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
khususnya untuk memenangkan persaingan perdagangan barang dan jasa.5 Sedangkan The
usaha di pasar global. American Marketing Association mendefinisikan
merek sebagai sebuah nama, tanda, istilah, simbol,
C. Tujuan atau desain, atau kombinasi dari semuanya, dengan
Tulisan ini akan memberikan gambaran deskriptif tujuan untuk mengidentifikasi sebuah produk atau
mengenai: jasa dari seorang penjual ataupun sekelompok
1. kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh penjual untuk membedakannya dari produk atau jasa
UMKM dalam pengembangan merek. pesaing lainnya.
2. strategi UMKM dalam pengembangan merek Pelaku usaha berusaha untuk mengembangkan
sehingga diharapkan mengalami peningkatan merek karena merek memberikan banyak manfaat,
daya saing ekspor UMKM khususnya untuk baik bagi konsumen maupun bagi produsen itu
memenangkan persaingan usaha di pasar global. sendiri.
impresi yang benar dari konsumennya. Merek yang Keputusan branding ini meliputi enam aspek
baik ini dihasilkan melalui keputusan branding. Di utama yaitu:8 Pertama, keputusan branding, yakni
mana branding itu sendiri adalah sebuah proses dari keputusan menyangkut apakah akan menggunakan
merek untuk berinteraksi dengan pelanggan sehingga merek atau tidak untuk produk yang dihasilkan.
membuat merek tadi hidup di dalam hati dan benak Branding berlaku untuk segala jenis produk (barang,
pelanggan.7 jasa, pengecer, bisnis online, orang, organisasi,
6
Fandy Tjiptono, Brand Management & Strategy, (Jakarta:
ANDI, 2005), pp. 20-21.
8
Op.Cit., Fandy Tjiptono, hal. 10.
7
Irvan Permana, Brand is Like a Donut, (Jakarta: BIP, 2012), p. 1.
9
Op.Cit., Fandy Tjiptono, hal. 12.
94 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 4 No. 1, Juni 2013 89 - 101
tempat dan gagasan). Yaitu dengan cara memberikan Indonesia yang sudah sanggup bersaing di pasar
nama pada produk dan menyertakan makna atau internasional antara lain adalah Pandansari, Rumah
arti khusus menyangkut apa yang ditawarkan produk Kecapi, House of Lawe, Pourvous, dan AKAS.10 Fakta
bersangkutan dan apa yang membedakannya dari ini seharusnya mampu memicu pelaku usaha lain
produk-produk pesaing. untuk bisa mencontoh merek produk tadi.
Aspek kedua keputusan brand sponsor, yakni Namun sayangnya, masih banyak pelaku usaha,
keputusan berkenaan dengan siapa yang harus terutama pada masa awal usaha, yang memilih fokus
mensponsori merek. Setiap organisasi pemasaran pada produk. Tindakan ini diperparah ketika pelaku
memiliki tiga pilihan utama: (1) produk menggunakan usaha menggunakan strategi harga rendah. Untuk
merek pemanufakturan; (2) pemanufaktur menjual produk-produk yang belum terkenal, pelanggan
produk ke distributor atau perantara yang kemudian melihat harga sebagai indikator kualitas. Meskipun
akan menggunakan house brand atau private label; memang harga yang murah akan memancing para
dan (3) menerapkan mixed brand strategy. Aspek pelanggan untuk membeli produk atau jasa yang
ketiga keputusan brand hierarchy, yakni keputusan dimiliki, namun nilai loyalitasnya terhadap produk
menyangkut apakah setiap produk perlu diberi merek atau jasa sangat lemah. Apalagi jika perusahaan
sendiri ataukah menggunakan corporate brand. hanya menjual produk dengan harga murah tanpa
Aspek keempat keputusan brand extension, yakni memperhatikan kualitas. Konsumen yang didapat
keputusan menyangkut apakah nama merek spesifik bukan konsumen yang loyal. Konsumen-konsumen ini
perlu diperluas pada produk-produk lain. Aspek kelima akan dengan mudah berpindah kepada produk yang
keputusan multibrand, yakni mengembangkan dua ditawarkan oleh pelaku usaha lain. Sementara untuk
atau lebih merek dalam kategori produk yang sama. merek yang terkenal, pelanggan lebih mengandalkan
Aspek keenam keputusan brand repositioning, yaitu merek yang terkenal sebagai indikator kualitas tanpa
keputusan untuk mengubah produk dan citranya mengandalkan harga itu sendiri secara langsung.
agar dapat lebih memenuhi ekspektasi pelanggan. Hal ini karena menurut konsumen ada harga untuk
sebuah produk berkualitas atau dalam bahasa Jawa
III. METODOLOGI sering dikenal istilah “ono rego ono rupo”.
Penelitian ini bersifat deskriptif, yang Fokus pada produk dan menggunakan strategi
menggambarkan atau berisi pemaparan dan harga rendah biasanya terjadi pada UMKM yang masih
analisis kendala dan permasalahan yang dihadapi berusaha mendapatkan pelanggan. UMKM berada
UMKM dalam pengembangan merek. Hasil analisis pada tahapan pertama dari tahapan perkembangan
diharapkan melahirkan strategi yang bisa dijadikan UMKM yaitu existence stage.
acuan dalam pengembangan merek UMKM. Seperti diketahui, UMKM dalam perkembangannya
Analisis dilakukan dengan menggunakan sumber mengalami beberapa tahapan, meskipun tidak semua
data sekunder dengan studi literatur dan dokumen- UMKM mengalami secara urut tahapan-tahapan
dokumen yang ada. Pengumpulan data sekunder baik tersebut. Tahapan-tahapan itu adalah:11
dari buku-buku teks, informasi dari internet maupun a. existence stage adalah tahapan di mana UMKM
data penelitian sebelumnya sudah dilakukan sejak memiliki karakteristik pemilik adalah pelaku
bulan Agustus 2012. usaha. Tujuan utama UMKM pada tahapan
Sumber data yang ada kemudian dipilah sesuai ini adalah untuk mendapatkan pelanggan dan
dengan materi yang akan dibahas, yaitu kendala- menyediakan pelanggan produk serta jasa yang
kendala pengembangan merek UMKM, pengertian dibutuhkan.
dan manfaat merek. Selanjutnya dari materi yang b. survival stage adalah tahapan di mana usaha
ada dilakukan analisis, ditemukan strategi yang bisa UMKM sudah mulai berkembang, base pelanggan
dijadikan acuan dalam pengembangan merek UMKM. sudah terbentuk. UMKM juga memiliki kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan base pelanggan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN tadi sehingga mampu menjaga keberadaannya.
A. Kendala Pengembangan Merek Usaha Mikro, Keuntungan minimal berhasil diraih sehingga
Kecil, dan Menengah usaha mampu bertahan untuk beberapa tahun.
Pengembangan merek menjadi hal yang penting,
namun belum banyak disadari oleh pelaku UMKM. 10
“5 UKM Indonesia Dengan Jangkauan Global”, (http://
Meski telah banyak bukti yang menunjukkan tentang www.indonesiaberprestasi.web.id/pembangunan-bangsa/
keampuhan merek dalam mengembangkan suatu headline/5-ukm-indonesia-dengan-jangkauan-global/,
diakses 15 April 2013).
bisnis, tetapi masih banyak pelaku usaha yang memilih 11
Neil C. Churcchill dan Virginia L. Lewis, “The Five Stages of
untuk mengacuhkan manfaat dari pengembangan Small Business Growth”, Harvard Business Review, May-June
merek ini. Beberapa contoh merek produk UMKM 1983, hal. 3-9.
Yuni Sudarwati & Venti Eka Satya, Strategi Pengembangan Merek Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah... 95
c. success stage merupakan tahapan di mana sepertinya masih ada kesalahpahaman tentang
usaha yang dilakukan telah mencapai ukuran merek yang membuat para pengusaha UMKM jauh
yang sesuai dan penetrasi pasar produk telah dari merek, yaitu:13,14
diraih serta mendapatkan pendapatan rata-rata 1. merek identik dengan biaya yang mahal
atau di atas rata-rata. Pada tahapan ini biasanya Pelaku usaha enggan untuk mengembangkan
pelaku usaha sudah tidak melaksanakan kegiatan merek karena merasa bahwa perlu modal yang
usahanya sendirian dan bahkan cenderung banyak untuk prosesnya, sementara mereka
melepaskan diri dari usaha. memiliki keterbatasan modal. Kesalahpahaman
d. take off stage merupakan tahapan yang ini terkait erat dengan karakteristik dan kriteria
dikarakteristikan dengan pertumbuhan UMKM terutama terkait permodalan(lihat Tabel
yang cepat dan memiliki kemampuan untuk 2).
membiayai pertumbuhan tadi. Pada masa ini, Berdasarkan pada tabel tersebut, terlihat bahwa
terjadi pemisahan yang nyata antara pemilik memang UMKM terutama untuk usaha mikro
dan pelaku usaha meskipun dominasi masih ada dan kecil sangatlah berat untuk mengembangkan
pada pemilik. merek. Pertama, dilihat dari sisi permodalan.
e. resource maturity stage merupakan tahapan di Meski biaya untuk mendaftarkan merek di
mana manajemen disentralisasi dan diatur oleh Kementerian Hukum dan HAM relatif murah,
orang-orang yang berpengalaman dalam jumlah namun biaya promosi untuk menyampaikan
yang sesuai. Sistem dan prosedur dikembangkan merek ke pelanggan tidaklah murah. Promosi
dan diimplementasikan secara efektif dan harus dilakukan secara terus menerus untuk
Tabel 2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Kriteria UMKM Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah
Kekayaan Bersih (tidak Paling banyak Rp50 juta Lebih dari Rp50 juta sampai Lebih dari Rp500 juta sampai
termasuk tanah & dengan paling banyak Rp500 dengan paling banyak Rp10
bangunan) juta milyar
Hasil Penjualan Paling banyak Rp300 juta Lebih dari Rp300 juta sampai Lebih dari Rp2,5 miliar sampai
Tahunan (Omset/ dengan paling banyak Rp2,5 dengan paling banyak Rp50
tahun) miliar miliar
Jumlah Tenaga Kerja Di bawah 3 orang termasuk Sebanyak 5-9 orang Sebanyak 20-99 orang
tenaga kerja yang tidak
dibayar
Sumber: Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah15 dan BPS.16
efisien. Terjadi pemisahan baik secara finansial menjaga keberadaan merek dalam ingatan
maupun operasional antara pemilik dan pelaku pelanggan. Kedua, dilihat dari sisi tenaga
usaha. kerja. Membangun dan menjaga merek harus
Pada tahapan pertama ini UMKM belum dilakukan secara intensif dan membutuhkan
memiliki base pelanggan, mereka masih dalam keseriusan dari pelaku usaha. Kesalahpahaman
tahap upaya mendapatkan pelanggan. UMKM belum pelaku usaha ini terjadi karena seringkali UMKM
mampu menangkap dan memenuhi kebutuhan pasar, dilaksanakan oleh orang yang memiliki tingkat
salah satunya adalah pemenuhan merek. Padahal pendidikan yang kurang relevan atau bahkan
kedekatan terhadap merek memiliki pengaruh kuat rendah. Mereka tidak memiliki perencanaan dan
kepada konsumen di Asia Pasifik. Sebanyak 55 persen tidak melaksanakan usaha secara profesional.
konsumen dalam jaringan di Asia Pasifik lebih suka 13
Tjahyo Harry Wilopo, “Membangun Merek untuk Usaha
membeli produk baru dari merek yang sudah dikenal. Kecil Menengah”, (http://rahma-qq-comp.blogspot.
Hampir 2/3 responden di Asia Pasifik memilih untuk com/2010/04/membangun-merek-untuk-usaha-kecil.html,
menunggu sampai sebuah produk baru telah teruji diakses 5 Februari 2013).
sebelum memutuskan untuk membeli. Sedangkan
14
Frank B. G. J. M. Krake, “Successful Brand Management
in SMEs: a New Theory and Practical Hints”, 2005 dalam
hanya 44 persen responden yang bersedia pindah ke
Huakuai Huang dan Ying Lai The “Brand Management
merek lain. Fakta lain menyatakan bahwa konsumen Problem in SMEs”, Master Thesis, Faculty of Education and
di Asia lebih menyukai produk-produk merek lokal Economic Studies, Department of Business and Economic
dibandingkan merek global.12 Studies, University of Gavle, 2011, pp. 12-13.
Seharusnya peluang dari perilaku konsumen 15
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Asia Pasifik tadi dapat ditangkap oleh UMKM. Namun Kecil, dan Menengah.
16
“Keragaman Definisi UKM di Indonesia”, (http://infoukm.
“Popularitas Merek Kunci Penjualan”, Kompas, 25 Januari
12 wordpress.com/2008/08/11/keragaman-definisi-ukm-di-
2013. indonesia/, diakses 5 Februari 2013).
96 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 4 No. 1, Juni 2013 89 - 101
Keuntungan yang dicari hanya jangka pendek, mendasarkan pada nilai-nilai inti yang melekat
belum ada visi jauh ke depan. baik pada organisasi maupun produk dan jasa
Namun sebenarnya masalah ini bisa diatasi yang dijual.
oleh masing-masing UMKM. Hal ini karena Terkait dengan pengembangan merek, seringkali
membangun merek tidak harus dilakukan yang terjadi adalah bahwa UMKM tidak menyadari
dengan merancang program periklanan yang bahwa mereka secara informatif telah melakukan
besar-besaran dan memakan dana yang besar proses informal dalam pengembangan merek. UMKM
pula. Program pengembangan merek yang tidak memiliki divisi pemasaran yang mengurusi
dipilih haruslah fokus pada membangun nilai masalah pengembangan merek sama sekali bahkan
produk atau jasa yang ditawarkan dan berupaya dukungan dari level fungsional untuk manajemen
mengkomunikasikan nilai yang dimiliki itu merek tidak ada sama sekali. Terkait peran manajer
kepada konsumen potensial. Oleh karena itu, atau pemilik perusahaan, divisi pemasaran atau
dibutuhkan kreatifitas dan kejelian pelaku bahkan bagian yang mengurusi pengembangan
UMKM untuk bisa mengkomunikasikan merek merek tidak dibuat secara formal dan cenderung
mereka tanpa memakan biaya yang banyak. informal bahkan asal-asalan. Jikapun pengembangan
2. membangun merek itu rumit merek sudah dianggap sebagai sebuah isu yang
Saat ini kajian mengenai merek identik dengan penting dalam UMKM, pengembangan merek masih
teori-teori yang rumit. Dengan keterbatasan bersifat umum dan tanpa ada tujuan yang spesifik
SDM yang dimiliki UMKM, hal ini bukan hal yang ataupun jika ada tujuan belum dirumuskan secara
mudah untuk diserap dan dilaksanakan. Padahal jelas atau masih samar-samar. Kondisi ini sangat
sebenarnya membangun merek itu tidak rumit. disayangkan karena sebenarnya dengan keunggulan
Pelaku UMKM harus yakin dengan cara mereka yang dimiliki oleh UMKM, peluang pasar terbuka
membangun kesan yang tepat pada konsumen, lebar. Tanpa memahami keunggulan yang dimiliki,
caranya, membangun nilai produk, lalu maka UMKM tidak akan bergerak kemana-mana.
membedakan produk dengan produk pesaing, Pengembangan merek produk juga akan mengalami
dan komunikasi kepada calon konsumen. hambatan.
3. UMKM tidak perlu membangun merek
Selama ini, UMKM masih memandang rendah B. Strategi Pengembangan Merek Usaha Mikro,
manfaat merek untuk pengembangan usaha. Kecil, dan Menengah
Merek masih dianggap tidak berguna bagi Pengembangan merek merupakan salah
pengembangan bisnis selanjutnya. Produk yang satu faktor penting bagi organisasi kecil (smaller
dihasilkan tidak memiliki ciri khusus yang mampu organization) untuk mencapai sukses. Namun
membedakan dengan produk pesaing. Pelaku pengembangan merek ternyata belum dikaji secara
usaha hanya berpikir untuk sebanyak-banyaknya luas khususnya dalam konteks UMKM. Meskipun
produksi tanpa melihat persaingan yang terjadi. disadari bahwa terdapat banyak kesamaan antara
Kesalahan ini baru terasa ketika banyak masuk UMKM dengan perusahaan-perusahaan besar,
produk impor yang menawarkan produk dengan namun perlu dicermati perbedaan mendasar antara
harga lebih murah. UMKM dan perusahaan besar, sehingga pendekatan
4. manajemen merek bukan sebagai prioritas bagi pengembangan merek untuk UMKM akan sangat
UMKM dalam pelaksanaan aktivitas keseharian berbeda dengan pengembangan merek untuk
mereka. Merek masih hanya dianggap sebagai perusahaan besar dalam beberapa aspek (lihat Tabel
sebuah konsep terkait logo, produk, jasa ataupun 3).17
teknologi yang dijual UMKM. Pilihan pendekatan pengembangan merek harus
5. tanggung jawab manajemen merek masih memperhatikan keunggulan maupun kelemahan
berada di manajemen atas organisasi. Direktur yang dimiliki UMKM. Ini merupakan pilihan yang
atau pemilik yang menentukan kebijakan merek, sangat menentukan karena dalam UMKM, merek
perubahan nama maupun logo dari organisasi. adalah faktor kunci yang mempengaruhi reputasi dari
Didalam organisasi tidak ada yang benar-benar perusahaan dan sebaliknya reputasi perusahaan juga
bertanggung jawab terhadap manajemen merek mempengaruhi merek. Proses pengembangan merek
dan memang tidak ada yang diberi kewenangan
untuk mengelolanya. Pemilik merupakan Mari Ahonen, “Branding-Does It Even Exist Among SMEs?”,
17
visionary individual yang menjadi penentu Proceedings of The 16th Nordic Conference on Small
Business Research, 2008, (http://www.oulu.fi/cobra/papers/
satu-satunya dalam pengembangan merek dan Artikkelit%20konferensseissa/Branding%20%20does%20
penentuan identitas. Padahal idealnya, dalam it%20even%20exist%20among%20SMEs.pdf, diakses 21
menentukan identitas merek sebuah organisasi September 2012).
Yuni Sudarwati & Venti Eka Satya, Strategi Pengembangan Merek Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah... 97
Tabel 3. Perbedaan UMKM dengan Perusahaan Besar
Aspek Perusahaan Besar UMKM
Ekonomi global dan kaya informasi.
Persamaan Pasar yang kompetitif.
Penyebaran inovasi yang cepat.
Memiliki kapasitas lebih untuk pengembangan tim. Memiliki tim yang terbatas.
Memiliki karyawan dengan spesialisasi, mampu Tidak memiliki kemampuan untuk merekrut
merekrut tenaga kerja profesional. karyawan profesional dan memiliki spesialisasi.
Memiliki sumber daya yang lebih banyak. Kurang dalam sumber daya.
Proses pembangunan merek menjadi tanggung Proses pembangunan merek merupakan
jawab sebagian karyawan, manajer atau tim. proses yang integratif.
Perbedaan
Proses pembangunan merek bersifat formal. Proses pembangunan merek bersifat informal.
Lebih memiliki dampak ke pasar. Kurang memiliki dampak ke pasar.
Pengaruh pemilik usaha sangat besar.
Responsif terhadap perubahan.
Lebih fleksibel.
Kemampuan membuat keputusan lebih cepat.
Sumber:Tiina Niemila, 2009.18
dalam UMKM biasanya lebih integratif dibandingkan penjualan, penambahan modal, pengangkatan
perusahaan besar. Hal ini berarti bahwa seluruh karyawan ataupun dalam pemecatan karyawan.
perusahaan bertanggung jawab terhadap merek Pengambilan keputusan didasarkan pada intuisi
yang dimiliki.19 dan pengalaman bisnis sederhana sebelumnya.
UMKM di balik kelemahan yang dimiliki 3. cepat tanggap dan fleksibel
ternyata juga memiliki keunggulan jika dibandingkan Kehidupan pelaku UMKM yang relatif dinamis
perusahaan besar yaitu struktur dan proses kerja dan terus menerus berhubungan dengan penjual
yang lebih fleksibel. Keunggulan ini sangat tepat dan pembeli, biasanya memudahkan mereka
dengan semakin dinamisnya permintaan pasar yang untuk cepat tanggap dan secara serta merta
tentu saja menuntut strategi yang lebih fleksibel mengambil langkah-langkah yang perlu.
juga. UMKM diharapkan akan lebih mudah dalam 4. cukup dinamis, ulet, dan mau kerja keras
merespon perubahan pasar dengan lebih cepat Pelaku UMKM sangat cepat menyesuaikan diri
dan lebih mudah dibandingkan perusahaan besar. dengan perkembangan pasar. Mereka juga
Keunggulan-keunggulan yang dimiliki UMKM adalah merupakan orang-orang yang memiliki jam kerja
sebagai berikut:20 yang lebih lama dari petani. Mereka bahkan
1. pengalaman bisnis sederhana tidak mengenal hari libur, baik itu hari minggu
Setiap pelaku UMKM pasti telah mempunyai dan hari raya. Penutupan tempat usaha biasanya
pengalaman dalam menjalankan usaha di dilakukan karena alasan hari besar agama atau
Indonesia. Pengalaman sederhana ini yang memang ada keperluan keluarga yang mendesak.
seringkali tidak didapatkan oleh pelaku usaha 5. tidak boros
lain. Pelaku UMKM biasanya sangat berhati-hati
2. tidak birokratis dan mandiri dalam pengeluaran uang dan selalu menghitung-
Karakteristik UMKM yang biasanya merupakan hitung untung rugi pengeluaran. Mereka juga
perusahaan perseorangan memberikan sangat hati-hati dalam pengeluaran uang untuk
keunggulan bagi UMKM dalam pengambilan hal yang tidak perlu.
keputusan. Jarang dilakukan rapat atau Saat ini, sudah banyak fasilitas yang diberikan
konsultasi, baik dalam hal pembelian, pemerintah untuk pemasaran produk UMKM. Banyak
pameran, baik di Indonesia maupun di luar negeri
18
Tiina Niemila, “The Component of Corporate Brand Equity in yang difasilitasi. Bahkan Kementerian Koperasi dan
SMEs Case EHP-Tekniikka Ltd.”, Master Thesis, Departement of
Marketing, Faculty of Economic and Business Administration
UKM telah mendirikan gedung SMESCO yang khusus
University of Oulu, 2009, p. 28. untuk menjadi tempat UMKM melakukan pameran
19
Ho Yin Wong dan Bill Merrilees, “A Brand Orientation produk-produknya. Gedung ini menampilkan produk-
Typology for SMEs: A Case Research Approach”, Journal of produk yang diambil dari seluruh Indonesia. Salah
Product & Brand Management, 14(3), 2005, pp. 157-158. satu syarat yang diminta adalah harus ada kontak
20
Op.Cit., B. N. Marbun, hal. 42-52.
98 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 4 No. 1, Juni 2013 89 - 101
yang rinci sehingga ketika ada permintaan yang benak pelanggan. Ini merupakan contoh kesuksesan
mendadak dan mungkin dalam jumlah yang besar penggunaan merek yang didukung dengan
pihak SMESCO akan dengan mudah memenuhinya. komunikasi pemasaran yang terus menerus.
Namun jika dilihat dari produk-produk yang ada, Oleh karena itu, perlu diperhatikan syarat-syarat
semua masih memakai kategori produk. Artinya, yang harus dipenuhi untuk menciptakan nama merek
belum mampu menjual dengan nama mereka sendiri- yang efektif yaitu:21
sendiri, sehingga tidak ada pembedaan antara 1. ketersediaan, artinya nama merek yang dipilih
produk kayu dari perajin A ataupun dari perajin B haruslah tersedia, artinya nama tersebut
atau perajin dari daerah Y dan perajin dari daerah X. belum digunakan oleh produk lain, dan secara
Dari sisi konsumen, apalagi jika kita hendak menyasar hukum belum terikat oleh institusi lain. Hal
konsumen luar negeri, maka akan timbul kesulitan. ini terkait dengan perlindungan hak cipta.
Hal ini dimungkinkan akan sulit menemukan produk Pelaku UMKM harus memastikan bahwa nama
dari perajin yang lama. Jika dilihat dari sisi produsen merek yang mereka akan pakai memenuhi
pasti akan sangat merugikan di mana konsumen akan syarat ketersediaan ini agar terhindar dari
mudah berpindah ke produsen yang lain yang mampu permasalahan hukum nantinya.
memberikan produk yang sama, apalagi jika produk 2. perlindungan, yaitu pada saat pertama kali nama
yang dihasilkan tersebut menawarkan lebih banyak sebuah merek ditetapkan, sebaiknya nama merek
kelebihan, baik dari sisi harga, kualitas, maupun tersebut segera didaftarkan di kantor merek.
layanannya. Oleh karena itu sangat diperlukan Pendaftaran ini dilakukan untuk memberikan
pengembangan merek UMKM yang bisa dijadikan perlindungan merek, sehingga pada saat akan
faktor pembeda. melakukan paten merek diharapkan tidak akan
Strategi pengembangan merek untuk UMKM terjadi permasalahan.
merupakan sebuah hasil dari proses keputusan 3. penerimaan, artinya sebuah nama merek harus
branding yang mencakup enam aspek utama. Pada mempertimbangkan mengenai budaya dan
aspek pertama, keputusan branding, UMKM harus bahasa masyarakat yang menjadi target pasar
memutuskan apakah akan menggunakan merek atau produk. Nama merek tersebut tidak boleh
tidak. Melihat persaingan yang semakin ketat untuk menimbulkan penafsiran ganda baik dalam hal
bisa bertahan UMKM tidak boleh hanya berfokus pengucapan, arti kata, konotasi, maupun kriteria
pada bagaimana mendapatkan pelanggan, namun lainnya.
juga bagaimana mempertahankan pelanggan. Oleh 4. keunikan, yaitu bahwa nama merek yang dipilih
karena penggunaan merek merupakan sebuah harus memiliki keunikan tersendiri karena fungsi
keniscayaan. Hal ini terkait erat dengan manfaat merek sebagai pembeda produk dengan produk
merek terutama bagi produsen. Sebagai contoh lain yang sejenis, maka nama merek hendaknya
adalah penjual kue-kue di pasar pagi Depok Town memiliki keunikan tersendiri. Selain sebagai
Square. Produk-produk yang dijual serupa mulai pembeda, keunikan yang dimiliki oleh nama
dari arem-arem, lemper, bolu kukus dan masih merek diharapkan bisa membantu konsumen
banyak yang lain. Namun, masing-masing produk mengingat nama merek dari produk yang
ini tidak memiliki ciri khusus. Tidak ada upaya dari dihasilkan.
masing-masing penjual untuk membedakan barang 5. menarik dan bermakna.
dagangannya. Meskipun mereka hanya distributor 6. kredibilitas, nama merek harus memberikan
seharusnya produk yang dijual diberi sentuhan lebih, gambaran kepada para calon konsumen bahwa
misalnya dengan menambahkan informasi mengenai produk adalah produk yang terpercaya.
distributor tadi. Sehingga pada saat pembeli 7. mudah dibaca, diucapkan dan didengar. Hal ini
datang lagi maka akan dengan mudah menemukan karena merek haruslah mudah diingat dan akrab
produk yang diinginkan. Apalagi kue-kue ini adalah oleh segala jenis konsumen.
produk keterlibatan rendah sehingga akan mudah 8. mudah direproduksi, merek sebisa mungkin
tergantikan. tertera di semua atribut perusahaan (kartu
Contoh nyata lain adalah merek gula Gulaku. nama, plastik pembungkus)
Sebelumnya pelanggan menganggap sama semua Pada aspek kedua, keputusan brand sponsor,
gula. Namun ketika muncul Gulaku pelanggan manajemen UMKM harus melakukan pendekatan
berubah, mereka telah merubah gula dari produk yang berbeda dengan perusahaan besar karena
keterlibatan rendah ke produk keterlibatan tinggi keterbatasan sumber daya yang dimiliki. UMKM
karena adanya merek Gulaku. Saat ini bisa dipastikan harus berkonsentrasi untuk menciptakan dan
bahwa ketika pelanggan hendak memilih gula maka
Gulaku termasuk dalam pilihan yang muncul di Op.Cit, Tjahyo Harry Wilopo.
21
Yuni Sudarwati & Venti Eka Satya, Strategi Pengembangan Merek Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah... 99
mengembangkan merek dengan kreatif, targeted maka tidak bijaksana jika menggunakan merek
dan tentu saja murah. UMKM lebih baik fokus pada korporat.
salah satu area pengembangan merek yang potensial c. apakah merek korporat memiliki properti merek
daripada berusaha di keseluruhan area merek. yang terbukti pemakaiannya bermanfaat?
UMKM juga harus kreatif dalam pengembangan dan Properti merek adalah identitas unik dari merek
perluasan merek karena keterbatasan modal yang yang merupakan penguatan kepada konsumen
dimiliki. Sangat disarankan jika UMKM terutama mengenai apa yang mereka beli. Merek korporat
yang berada pada existence stage untuk mengambil harus mudah dikenali dan terbukti pemakaiannya
ceruk pasar dari pasar yang ada, sehingga tidak bermanfaat untuk produknya.
langsung berhadapan dengan merek-merek besar. UMKM sebaiknya konsentrasi pada merek
Hal ini karena tidaklah mungkin untuk langsung korporat bukan pada merek produk.24 Alasannya
berhadapan dengan merek-merek besar. Perilaku adalah dengan merek korporat maka pasar yang diraih
konsumen secara umum, apalagi untuk barang- akan lebih luas, sehingga lebih menguntungkan bagi
barang keterlibatan tinggi, pasti akan memilih untuk UKM baik secara biaya maupun waktu. Salah satu
menggunakan barang ber-merek. contoh usaha yang menggunakan merek korporat
Pada aspek ketiga, keputusan brand hierarchy, adalah “Dagadu” dari Yogyakarta yang terkenal
UMKM harus memilih antara menggunakan strategi dengan kaos bertuliskan kalimat-kalimat lucu.
merek produk atau merek korporat. Strategi merek Aspek keempat, keputusan brand extension,
produk adalah strategi yang dilaksanakan ketika UMKM memiliki beberapa alternatif strategi dalam
perusahaan telah menentukan produknya harus pengembangan merek yang bisa dipilih. Strategi-
berdiri sendiri, dan ditinggalkan sendiri untuk berhasil strategi tersebut terdiri dari brand extension, line
atau gagal tanpa dukungan apapun dari merek atau extension, multibrands, dan new brands. Pada aspek
nama perusahaan. Strategi ini tepat untuk produk keempat ini biasanya terjadi pada UMKM yang
konsumsi yang perputarannya cepat (Fast Moving minimal telah mencapai success stage. Karena pada
Consumer Goods). tahapan ini UMKM sudah memiliki nama merek
Strategi merek korporat adalah ketika perusahaan yang telah terbukti sukses di pasar. UMKM harus
dalam pemberian merek perusahaan mendapatkan memperhatikan kategori produk atau jasa yang
seluruh pusat perhatian dan tidak menekankan ditawarkan ketika akan menentukan strategi dalam
pada produk atau jasanya. Merek korporat menjadi aspek keempat ini. Dagadu merupakan salah satu
penting dan memberikan identitas terhadap contoh yang menggunakan strategi line extension
produknya. Beberapa alternatif pemanfaatan merek ketika meluncurkan kaos untuk anak muda yang
korporat adalah untuk semua produk, sebagai sportif yaitu “Omus” dan strategi new brands ketika
pemberi dukungan, dan merek korporat yang tidak mendirikan jasa konsultan komunikasi yaitu “daya
ditonjolkan.22 gagas dunia”.
Terdapat beberapa kriteria yang perlu Begitupula untuk aspek kelima, keputusan
dipertimbangkan dalam menentukan tingkatan multibrand, dan keenam, keputusan brand
merek:23 repositioning, biasanya terjadi pada UMKM yang
a. apakah perusahaan merupakan atribut yang minimal telah mencapai success stage. Multibrand
menonjol? bisa dijadikan pilihan untuk melindungi merek awal.
Pertimbangan ini menjadi penting karena Namun harus dipastikan bahwa memang merek yang
jika atribut perusahaan bukan sesuatu yang baru ini tidak malah mengambil pasar dari merek awal,
menonjol maka penggunaan merek korporat sehingga kanibalisasi bisa terhindari. Atau bahkan
akan merugikan ketimbang menguntungkan. akhirnya pangsa pasar dari kedua merek produk
Sebuah merek korporat akan menguntungkan masing-masing kecil jika keputusan multibrand yang
jika memang perusahaan merupakan atribut diambil tidak tepat. Sedangkan keputusan brand
yang lebih menonjol dibandingkan produk atau repositioning dilakukan untuk menyegarkan dan
jasa yang ditawarkan. menyesuaikan merek dengan keinginan pasar.
b. apakah perusahaan memiliki nilai? Contoh sukses dari penggunaan branding adalah
Merek korporat harus memiliki nilai-nilai yang Bakso Kota Cak Man. Meskipun telah berdiri dan
harus disampaikan dan memotivasi pelanggan. dikenal masyarakat Malang sejak 1980-an, Bakso Kota
Jika nama perusahaan hanya sebagai pendukung, Cak Man baru dibawa ke Jakarta pertama kali pada
tahun 2005. Ardantya, pemilik PT. Kuliner Nusantara
22
A. B. Susanto dan Himawan Wijanarko, Power Branding
Membangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya, Temi Abimbola, “Branding as a Competitive Strategy for
24
(Jakarta: Quantum Bisnis & Manajemen, 2004), hal. 53-55. Demand Management in SMEs”, Journal of Research
23
Ibid, p. 57. Marketing & Entrepreneurship, 4(2), 2001, p. 103.
100 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 4 No. 1, Juni 2013 89 - 101
Dokumen:
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.