Anda di halaman 1dari 8

Pasar Modal dan Investasi (13F) Eno Casmi, SE.

, MBA - UMBY

Mata Kuliah : Pasar Modal dan Investasi


Dosen : Eno Casmi, SE., MBA.
Kelas : 13F
Semester : Gasal (2020/2021)
Pertemuan :6

ESTIMASI BETA

Beta merupakan ukuran risiko sistematis dalam model pasar (market model) yang

mencerminkan fluktuasi suatu sekuritas. Keberadaan model pasar adalah independen, artinya model

pasar tidak terikat pada kondisi keseimbangan (equlibrium), expected return [E(R1)] sama dengan suku

bunga bebas risiko (Rf) ditambah dengan premi risiko (bi{E(Rm)-Rf)}. Beta juga nerupakan ukuran yang

relevan untuk mengukur risiko dalam konteks model pasar CAPM (Capital Asset Pricing Model). Secara

statistik beta diartikan sebagai covarians return sekuritas dengan return pasar yang distandarisasi

dengan varians return pasar.

Dalam praktinya penggunaan beta banyak digunakan oleh manajer investasi sebagai salah

satu indikator dalam pengukuran kinerja portofolio yakni dengan mengadopsi teknik yang

dikemukakan oleh Treynor (1965) dan Jensen (1969). Selain itu, beta juga digunakan dalam penelitian

perusahaan, penganggaran modal, dan perhitungan Economic Value Added (EVA). Dalam praktiknya

EVA banyak digunakan sebagai dasar dalam pengukuran kinerja dan penentuan kompensasi

manajemen.

Oktober, 2021 1
Pasar Modal dan Investasi (13F) Eno Casmi, SE., MBA - UMBY

Desain Penelitian dalam Mengestimasi Beta

1. Pengukuran Return

Untuk mengestimasi beta, tahap pertama yang dilakukan adalah mengitung nilai return

sekuritas individual dan return pasar. Terdapat sejumlah cara untuk mengukur return yang

memungkinkan menghasilkan estimasi beta yang berbeda sehingga bagaimana mengukur

return menjadi isu pertama dan menjadi bagian penting dalam sebuah penelitian.

a) Discrete return versus continuously compounded returns.

Pengukuran discrete return dan continuously compunded returns harus

mempertimbangkan penyesuaian perubahan harga yang terjadi karena adanya

perubahan kapitalisasi akibat penawaran hak atas saham dan bonus saham (Bishop,

Crapp, Faff, dan Twite, 1993). Continuously compounded returns biasanya

menghasilkan return yang lebih rendah daripada discrete retur, kecuali dalam kasusu

return sama dengan nol. Hal ini disebabkan karena berkurangnya efek peluar

(outliers) sehingga return cenderung berdistribusi normal.

Asumsi normalitas sangat diperlukan dari perspektif teoritis karena asumsi

tersebut mendasari penurunan (derivation). Selanjutnya, continuously compound

returns lebih konsisten dengan waktu kalender daripada dengan waktu perdagangan.

Variabiltas perubahan harga merupakan fungsi meningkat (increasing function) dari

tingkat harga sehingga saham – saham yang memiliki harga lebih tinggi akan

mempunyai variasi perubahan harga yang lebih besar pula. Penggunaan continuously

compounded returns dapat menghilangkan beberapa efek tersebut sehingga

continuously compounded returns lebih banyak dipilih dan dipakai daripada discrete

return.

Oktober, 2021 2
Pasar Modal dan Investasi (13F) Eno Casmi, SE., MBA - UMBY

b) Raw return versus excess return.

Ukuran return yang didefinisikan pada bagian sebelumnya merupakan rawa

return yakni return periodik yang belum disesuaikan dengan returns aset – aset ain

yang menjadi benchmark. Penyesuaian yang dilakukan adalah mengurangi raw return

dengan return aset bebas risiko. Return yang diperoleh dari penyesuaian tersebut

dinamakan excess return. Jika tingkat bunga bebas risiko konstan, estimasi beta dari

model pasar standar akan identik atau sama. Dalam kenyataan tingkat bunga bebas

risiko berfluktuasi sehingga menggunakan versi raw return kemungkinan memberikan

hasil estimasi beta yang kurang tepat.

c) Nominal return versus real return

Return yang diamati pada pasar modal dalam penelitian hampir semuanya

dinyatakan dalam bentuk nominal yakni return yang belum disesuaikan terhadap

harapan adanya inflasi (inflationary expextatioI). Real return atau return yang telah

disesuaikan dengan perkiraan inflasi juga diperlukan dalam penerapan tertentu.

Persamaan Fisher dapat digunakan untuk mengonversi nominal return ke real return.

Isu praktis yang harus diperhatikan adalah ketersediaan data indeks inflasi untuk

mendeflasi seri return. Tabel 1 menjelaskan metode pengukuran return dapat

menggunakan berbagai cara baik return individu maupun return pasar.

Oktober, 2021 3
Pasar Modal dan Investasi (13F) Eno Casmi, SE., MBA - UMBY

Tabel 1. Rumus Pengukuran Return

Raw Return:

Discrete return (DRt)

𝑃! − 𝑃!"# + 𝐷!
𝐷𝑅! =
𝑃!"#

Continuously Compounded Returns (CCRt)

CCRt = In (1+Rt)

Excess Return:

Discrete Excess Return (DERt)

DERt =DRt - Rft

Continuously Compounded Excess Returns (CCERt)

CCERt = CCRt - Rft

Rft = Tingkat bunga bebas risiko (SBI)

Real ReturnI:

Discrete Real Return (DDRt)

1 + 𝐷𝑅!"#
𝐷𝐷𝑅! = −1
1+𝑟

Continuously Compounded Real Returns (CCRRt)

1 + 𝐶𝐶𝑅!"#
𝐶𝐶𝑅𝑅𝑅! = −1
1+𝑟

r = tingkat inflasi

Oktober, 2021 4
Pasar Modal dan Investasi (13F) Eno Casmi, SE., MBA - UMBY

2. Estimasi Beta

Teknik estimasi eta dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya:

1) Beta Indeks Tunggal

2) Beta Scholes-William

3) Beta Dimson

4) Beta Fowler Rorke

3. Indeks Pasar

Untuk menghitung estimasi beta dibutuhkan suatu proxy untuk portofolio pasar. Berbagai

indeks pasar telah digunakan sebagai proxy tersebut dalam penelitian empiris. Di Indonesia terdapat

beberapa indeks pasar diantaranya: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), LQ45, Jakarta Islamic

Index (JII), dan Main board indeks (MBX).

4. Value Wiegthed Vs Equally Weighted

Indeks – indeks pasar yang digunakan dapat diukur dengan value weighted atau equally

weighted. Return value weighted memperhitungkan pula ukuran relatif dari aset – aset individual.

Indeks pasar value weighted lebih sensitif terhadap pergerakan harga dari perusahaan yang berukuran

besar. Sebaliknya, suatu indeks equally weighted menimbang semua aset seolah – olah aset – aset

tersebut memberi pengaruh yang sama, tanpa mempertimbangkan ukuran relatifnya. Pada awal

penelitian empiris penggunaan indeks equally weaighted sebagai proxy sangat populer karena

perhitungannya mudah, namun dalam teori CAPM, indeks value weighted lebih baik dipilih karena

lebih konsisten dengan portofolio pasar yang sebenarnya. Seiring dengan kemajuan teknologi

databse, perhitungan indeks value weighted semakin mudah dan tersedia.

Oktober, 2021 5
Pasar Modal dan Investasi (13F) Eno Casmi, SE., MBA - UMBY

3. Metode Estimasi Beta

a) Estimasi Beta dengan Metode Indeks Tunggal

Model indeks tunggal menggunakan indeks pasar pasar sebagai independen variabel dalam

model regresi sederhana sebagai berikut:

Y = b0 + b1X + e

Keterangan:

Y = return individual

X = return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Hasil prediksi dari model indeks tunggal akan menjadi 𝑦̇ = b0 + b1X, sedangkan kesalahan residual dapat

dihitung dengan rumus e = Y - 𝑦̇ , persamaan tersebut dirumuskan kembali menjadi Y = b0 + b1X + e.

b) Estimasi Beta dengan Metode Dimson

Estimasi beta dengan metode Dimson pada dasarnya menekankan pada perbedaan tunggak

waktu (time lag) antara return individual dan return pasar sehingga formulasi beta (b1Dim) dilakukan

dengan cara berikut ini:

, 𝑖−1 𝑅𝑚𝑖𝑡−1 + 𝛽, 𝑖0 𝑅𝑚𝑖𝑡 + 𝛽, 𝑖+1 𝑅𝑚𝑖𝑡+1 + 𝜀


𝑅𝑖𝑡 = a𝑖 + 𝛽

𝛽𝐷𝑖𝑚
𝑖
= - 𝛽.
𝑖+𝑘
𝑘= −𝑚

Dengan demikian, formulasi regresi bukan lagi regresi sederhana melainkan regresi berganda,

Estimasi beta dengan menggunakan analisis regresi berganda menjadi tidak efisien menggunakan cara

manual sehingga disarankan untuk menggunakan program komputer statistik.

Oktober, 2021 6
Pasar Modal dan Investasi (13F) Eno Casmi, SE., MBA - UMBY

c) Estimasi Beta dengan Menggunakan Metode Sholes-William

Estimasi menggunakan dengan metode Sholes-William pada dasarnya sama dengan metode

Dimson, namun dalam hal ini Sholes-William berpendapat bahwa penjumlahan beta konvensional

menghasilkan estimasi bias terhadap ukuran beta, sehingga perlu penyesuaian terhadap

perbedaan tunggak waktu (time lag) antara return pasar dan menggunakan faktor penimbang dari

regresi time lag pasar itu sendiri. Formulasinya dan penyesuaian beta (𝛽𝑆𝑊
1
) dilakuakn dengan

cara berikut ini:

, 𝑖−1 𝑅𝑚𝑖𝑡−1 + 𝛽, 𝑖0 𝑅𝑚𝑖𝑡 + 𝛽, 𝑖+1 𝑅𝑚𝑖𝑡+1 + 𝜀𝑖𝑡


𝑅𝑖𝑡 = a𝑖 + 𝛽

𝑅𝑖𝑡 = r
/ 0 + r/ 𝑅1𝑡−2 + 𝑢𝑡

, 𝑖−1 + 𝛽, 𝑖0 + 𝛽, 𝑖+1
𝛽
𝛽𝑖 𝑆𝑊 =
(1 + 2r
/ t)

Catatan:

Perhitungan estimasi beta lebih banyak digunakan dalam penelitian empiris, selain itu tidak

ada ukuran standar dalam metode yang mana yang harus digunakan, namun pada umumnya para ahli

berpendapat bahwa beta yang baik dan efisien seharusnya mendekati beta pasar, yakni beta = 1. Hasil

koreksi beta dengan metode yang telah dibahas diatas justru memberikan hasil yang menjauh dari

dari nilai 1 dibandingkan dengan hasil estimasi dengan model indeks tunggal. Dengan demikian

metode koreksi belum tentu memberikan hasil yang akurat.

Oktober, 2021 7
Pasar Modal dan Investasi (13F) Eno Casmi, SE., MBA - UMBY

Daftar Pustaka

Elton & Gruber, 1995.Modern portofolio theory and investment analysis. John Wiley &
Sons,Inc.
Tandelilin. 2001.Analisi investasi dan manajemen portofolio. BPFE yogyakarta
Hartono, Jogiyanto. 2003.Analisi investasi dan manajemen portofolio. BPFE yogyakarta
Niken dan Mulyono, 2020. Investasi dan Pasar Modal. Makmur Tanjung Lestari.

Oktober, 2021 8

Anda mungkin juga menyukai