DI BIDANG KONSTRUKSI
Oleh:
(01901040001)
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil identifikasi faktor risiko K3 di Bidang Konstruksi di
dapatkan pembagian menjadi 5 yaitu faktor fisik yang berisi mengenai risiko
kebisingan, debu, paparan radiasi matahari, cuaca, suhu ekstrim dan lain
sebagainya. Kemudian faktor yang kedua adalah faktor kimia dimana pekerja
berisiko untuk terpapar debu semen, silika, asbestos, kekurangan oksigen,
menghirup bahan berbahaya lainnya. Faktor yang ketiga adalah faktor
biologis diantaranya Mikroorganisme (bakteri atau virus) yang terdapat di
lingkungan kerja konstruksi, Jamur yang berada di lingkungan konstruksi
yang lembab, gangguan metabolisme pekerja konstruksi, pelapukan material
dan bangunan oleh rayap, hewan pengerat (Tikus dll), serangan hewan liar
ganas sekitar lingkungan konstruksi, penyakit bawaan pekerja konstruksi.
Faktor yang keempat adalah faktor fisiologis tidak tersedianya safety
sign (rambu-rambu), tidak tersedianya SOP konstruksi (cara kerja serta
penanganan, perawatan dan penyimpanan material dan mesin), pekerjaan
berada di tempat ketinggian (jatuh) atau galian (asfiksia), tidak adanya P2K3,
posisi yang tidak alamiah saat bekerja (membungkuk, memuntir dll). Yang
terakhir adalah faktor Psikologi diantaranya keterlambatan pembayaran gaji
pekerja konstruksi, sengketa antar pihak-pihak terkait konstruksi, pemogokan
kerja atau demo serta kerusuhan, kesulitan penggunaan teknologi baru oleh
pekerja, kelalaian pekerja selala proses awal sampai akhir konstruksi,
motivasi kerja pekerja yang kurang dan lainnya.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan adapun saran dari penulis adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengawasan yang tegas dari manajemen pada pekerja seperti
memberikan sanksi verbal maupun non verbal, agar pekerja dapat bekerja
dengan fokus meskipun pekerja sudah berpengalaman.
2. Untuk risiko tersengat listrik, disarankan pihak manajemen K3
melakukan pemeriksaan berkala terhadap kabel atau sambungan apabila
terjadi kerusakan atau terkelupas sehingga mengurangi risiko pekerja
tersengat listrik.
3. Untuk yang bekerja di ketinggian, pekerja harus memiliki ijin kerja
bekerja di ketinggian dan pekerja yang dipekerjakan sudah mendapat
pelatihan dan ahli dalam pekerjaan tersebut sehingga tidak terulang kasus
kecelakaan kerja yang sama.
4. Memberikan pelatihan dan informasi penting pada pekerja mengenai
pekerjaannya untuk mengenali potensi bahaya K3 dan risiko kecelakaan
kerja serta cara pencegahannya pada saat toolbox meeting seperti
memberi pelatihan pada pekerja agar dapat meminimalisir risiko
kecelakaan kerja
5. Disarankan perusahaan menyediakan alat pelindung diri yang lengkap
dan sesuai dengan pekerjaannya agar dapat meminimalisir risiko
kecelakaan kerja yang disebabkan oleh unsafe action dan unsafe
condition.
DAFTAR PUSTAKA