Anda di halaman 1dari 8

P a g e | 272

Journal of Civic Education (ISSN: 2622-237X)


Volume 1 No. 3 2018

Nilai-Nilai Moral dan Sosial dalam Penyelenggaraan


Kenduri Sudah Tuai di Desa Kumun Mudik Kota Sungai
Penuh

Deno Arifianto, Nurman S, Susi Fitria Dewi


Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Universitas Negeri Padang
Email : denoarifianto7@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kenduri Sudah Tuai sudah jarang dilakukan,
dimana kenduri Sudah Tuai tidak lagi dilaksanakan rutin setiap tahunnya. Terkadang
kenduri dilakukan 2 atau 21/2 tahun sekali. Tujuan penelitian ini Untuk mengetaahui Nilai
Moral dan sosial dalam penyelenggaraan Kenduri Sudah Tuai Pada Masyarakat Desa
Kumun Mudik, mengidentifikasi peran pemangku adat dalam penyelenggaraan Kenduri
Sudah Tuai. Jenis penelitian ini adalah Kualitatif dengan metode Deskriptif. Penetapan
informan dilakukan dengan purposive sampling. Jenis data terdiri dari data primer dan
sekunder, dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Uji keabsahan data
menggunakan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan dan tringulasi. Teknik
analisis data melalui reduksi data, penyajian data dan mengambil kesimpulan. Hasil
penelitian menunjukan bahwa upacara Kenduri Sudah Tuai yang di laksanakan oleh
masyarakat Desa kumun dari dulu sampai sekarang ini bertujuan untuk bersyukur kepada
alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada masyarakat, baik nikmat
umur, dan rezeki. Peran pemangku adat sangat penting dalam acara Kenduri Tuai yang telah
senantiasa mengajak anak laki-laki dan perempuan ikut serta berpartisipasi diacara kenduri
tersebut. masyarakat kumun mudik sampai saat ini masih mempertahankan tradisi Kenduri
Sudah Tuai, di dalam tradisi tersebut terkandung nilai sejarah masa lalu, nilai kebersamaan
dan memupuk sikap hormat-menghormati antar warga. Kenduri Sudah Tuai Masyarakat
dalam wilayah Depati IV (empat) Batu Gong Tanah Kurnia dapat dilaksanakan setiap
tahunnya sebagai kearifan lokal. Selanjut nya tradisi kenduri tuai tetap terjaga dan di
wariskan kepada generasi muda.
Kata Kunci: Peran Pemangku Adat, Kenduri

ABSTRACT

This research is motivated by the kendai Sudah Tuai is rarely done, where the kendai
Dawai is no longer carried out routinely every year. Sometimes the feast is done 2 or 21/2
years. The purpose of this study was to find out the moral and social values in the
implementation of the Kenduri Tuai In the Community of Kumun Mudik Village, to identify
the role of customary stakeholders in the organization of Kenduri Sudah Tuai. This type of
research is qualitative with descriptive methods. Determination of informants is done by
P a g e | 273
Journal of Civic Education (ISSN: 2622-237X)
Volume 1 No. 3 2018
purposive sampling. The type of data consists of primary and secondary data, collected
through observation, interviews, and documentation. Test the validity of the data using an
extension of participation, perseverance of observation and triangulation. Data analysis
techniques through data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results
showed that the Kenduri Sudah Tuai ceremony which was carried out by the people of Desa
kumun from the past to the present aims to give thanks to Allah SWT who has bestowed his
mercy and grace on society, both for age, and good fortune. The role of adat holders is very
important in the Kenduri Tuai event, which has always invited boys and girls to participate
in the festivity ceremony. the slum and hometown community still maintains the Kenduri
Dawai tradition, in that tradition it contains the historical value of the past, the value of
togetherness and fostering respect among citizens. Kenduri Has Realized Communities in the
area of Depati IV (four) Batu Gong Tanah Kurnia can be held every year as local wisdom.
Furthermore, the tradition of reviving the harvest is maintained and passed on to the younger
generation.

Keywords : role of indigenous stakeholders, Kenduri


This work is licensed under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. ©2019
by author and Universitas Negeri Padang.

PENDAHULUAN yaitu: kenduri Sko, upacara adat


Adat merupakan perbuatan pernikahan, upacara kelahiran anak,
yang selalu dilakukan sejak dahulu upacara cukuran pemberian nama dan
sampai sekarang aturan - aturan itu kekah, sunat rasul, tradisi adat jambi,
merupakan kebiasaan yang selalu serta Kenduri Tuai.
digunakan dalam masyarakat.
Berdasarkan hasil Observasi
Kebiasaan suatu masyarakat yang
awal atau Wawancara awal peneliti
telah membudaya dalam perbuatan
dengan bapak Zakirman, salah satu
yang dilakukannya itu disebut tradisi.
Adapun aturan – aturan yang pemangku adat, Menyatakan bahwa
dilakukan dalam masyarakat tersebut Kenduri Tuai adalah kenduri untuk
memperingati atau mensyukuri hasil
telah menjadi kebiasaan yang selalu
panen yang berlimpah yang dilakukan
dilakukan dalam masyarakat.
setelah masyarakat menuai padi atau
Kebiasaan-kebiasaan adat itu telah
panen, Dimana kenduri sudah tuai ini
tertuang dalam adat kerinci yang
dilaksanakan untuk mensyukuri atau
selalu dilakukan masyarakat secara
berterimakasih kepada Tuhan Yang
rutin, seperti halnya yang dilakukan
Maha Esa (YME) dan berterima kasih
oleh masyarakat kumun. Dimana
kepada arwah nenek moyang kita
kegiatan adat yang selalu dilakukan
yang telah susah payah mendatarkan
oleh masyarakat kumun adalah
yang tinggi dan menimbun yang
Kenduri Tuai.
rendah sehingga terbentuklah sawah.
Selain Kenduri Sudah Tuai, juga
Kenduri Sudah Tuai ini
terdapat beberapa upacara adat yang
merupakan salah satu upacara adat
dipercayai oleh masyarakat kerinci
yang dapat memelihara hubungan
274 | Nilai-nilai moral..

silaturahmi, kerjasama, musyawarah, Puncak dari kenduri yaitu


gotong royong terutama masyarakat dimana pada saat hari H kenduri
kumun. mengapa demikian Karena tersebut masyarakat sekampung
untuk melakukan upacara tersebut melakukan makan bersama dan
masyarakat terlebih dahulu harus berdo’a sebagai wujud syukur atas
melakukan musyawarah. Dimana nikmat dan karunia yang diberikan
musyawarah tersebut dilakukan oleh alloh SWT. Tidak hanya itu,
dengan tujuan untuk menentukan setelah acara makan bersama selesai
biaya dan iuran yang harus dibayar semua tamu undangan yang hadir
oleh masyarakat kumun perkepala pada hari itu juga diberikan lemang
keluarga. Dalam penentuan besarnya dan pisang yang telah dikumpulkan
iuran tersebut ditetapkan berdasarkan dalam kenduri tersebut. Yang paling
pada jenis pekerjaan masing-masing Khas nya lagi, yaitu dalam acara
kepala keluarga. Penentuan besarnya kenduri tersebut terdapat lemang yang
iuran tidak dibagi rata, tetapi dibuat khusus, masyarakat
berdasarkan kemampuan masing- menamakannya Lemang Kaeh
masing kepala keluarga. Misalnya (lemang yang diikat setiap per 3
kepala keluarga yang pekerjaan nya batang) dan pisang 1 sisir dalam setiap
PNS dikenakan iuran lebih besar lemang kaeh tersebut. Dimana lemang
dibandingkan dengan kepala keluarga tersebut khususnya diberikan kepada
yang Non-PNS/petani. Hal ini ninik mamak/orang adat. Mengapa
dilakukan agar masyarakat tidak demikian? Karena, masyarakat
merasakan terbebani. Dari masalah memberi penghormatan dan ucapan
iuran tersebut terlihat bahwa dari awal terima kasih kepada orang adat yang
akan dilaksanakan kenduri tuia telah mengarahkan anak jantan dan
dengan menjunjung nilai dari keadilan anak betino untuk turun kesawah.
dan toleransi.
Kenduri Sudah Tuai ini
Selain itu, pelaksanaan Kenduri dilakukan oleh masyarakat kerinci
Sudah Tuai dapat menjalin karena pada dasarnya suku kerinci
sirahturahmi dan membuat hubungan tersebut mendiami daerah yang
antar masyarakat semakin harmonis, tergolong subur dimana daerahnya
meningkatkan sikap gotong royong dikelilingi oleh bukit-bukit, dan
dan kerjasama dalam masyarkat didaerah ini pula terdapat gunung
kumun. Hal itu dapat terlihat pada yang tertinggi disumatra yaitu
saat Kenduri Tuai akan dilaksanakan, Gunung Kerinci. Sehingga sebagian
dimana masyarakat bersama-sama besar masyarakatnya adalah petani,
bergotong royong bekerjasama dalam dan terkenal dengan petani yang ulet
memasak untuk upacara kenduri dan rajin. Serta sawah-sawah yang ada
tersebut. masing-masing ibu rumah di kerinci sangat baik sistem
tangga membawa beras 1 gantang, perairannya dengan memanfaatkan air
lemang, dan pisang untuk kenduri. yang ada di gunung. Dengan kondisi
Dari hal tersebut bahwa masyarakat alam yang demikian menyebabkan di
saling bahu-membahu dalam upaya daerah kerinci tersebut banyak
mensukseskan kenduri agar dapat upacara-upacara tradisional yang
terlaksana dengan baik. dilakukan terutama yang
berhubungan dengan kesuburan
P a g e | 275
Journal of Civic Education (ISSN: 2622-237X)
Volume 1 No. 3 2018
tanah. Salah satunya yang telah nenek mamak dalam memberikan
disebutkan di atas yaitu upacara/ arahan demi terselenggaranya
Kenduri Tuai. Kenduri Sudah Tuai dalam
masyarakat.
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara peneliti dengan Bapak Selanjut nya masalah yang timbul
Zakirman, upacara/ Kenduri Sudah dalam pemangku adat yaitu tidak
Tuai tersebut sudah jarang dilakukan. semua pemangku adat dapat
Dimana Kenduri Sudah Tuai tidak lagi menghadiri acara kenduri sudah tuai
dilaksanakan rutin setiap tahunnya. hal ini di sebabkan oleh berbagai
Terkadang kenduri dilakukan 2 atau halangan yang di hadapi oleh
21/2 tahun sekali. Pemangku adat pemangku adat. Disamping terbatas
dalam menentukan pelaksanaan nya pemangku adat yang tersedia
Kenduri Sudah Tuai tidak lagi sesuai karena jabatan pemangku adat di
dengan peraturan yang sudah ada pegang oleh seseorang sampai ia
sejak dulu, sehingga pelaksnaan meninggal, dan setelah itu dapat
Kenduri Sudah Tuai tersebut tidak diganti dengan yang baru. Hal ini di
sesuia dengan peraturan yang sudah benarkan oleh bapak Zakirman salah
ada. satu pemangku adat.

Selain itu, partisipasi METODE PENELITIAN


masyarakat dalam Kenduri Sudah Jenis penelitian ini adalah metode
Tuai juga sudah menurun dimana penelitian kualitatif Menurut Bogdan
yang biasanya masyarakat kumun dan Taylor dalam Moleong (2005)
melakukan kegiatan melemang dan metodologi kualitatif sebagai prosedur
menanak nasi dilakukan oleh seluruh penelitian yang menghasilkan data
masyarakat baik yang memiliki sawah deskriptif berupa kata-kata tertulis
maupun yang tidak memiliki sawah. atau lisan dari orang-orang dan
Penurunan partisipasi ini ditandai perilaku yang dapat diamati. Metode
dengan: tidak seluruhnya masyarakat deskriptif menurut Moleong (2005)
berperan aktif dalam metode dalam mengumpulkan data
menyelenggarakan upacara seperti dengan kata-kata, gambar, dan bukan
halnya masyarakat yang tidak bermata angka-angka.
pencaharian sebagai petani/
masyarakat yang tidak memiliki Lokasi penelitian adalah Desa
sawah tidak lagi ikut serta dalam Kumun Mudik, Kecamatan Kumun
membayar iuran, melemang dan Debai, kota sungai penuh. Kerinci.
menanak nasi untuk Kenduri Tuai Informan penelitian diambil secara
tersebut. purposive. Menurut Moleong (2005)
purposive sampling merupakan teknik
Para pemuda-pemudi dan penentuan sampel dengan
anak-anak sudah tidak aktif lagi pertimbangan khusus sehingga layak
mengikuti upacara/ Kenduri Sudah dijadikan sampel, orang yang benar-
Tuai tersebut, bisa dikatakan Kenduri benar mengetahui dengan jelas
Sudah Tuai sekarang hanya dihadiri permasalahan yang diteliti.
oleh orang-orang tua saja. Disamping
Sesuai dengan tujuan yang
itu juga berkurangnya peran depati
hendak dicapai, maka sumber data
276 | Nilai-nilai moral..

diperoleh dari data primer dan data ngan idak lapaok di hujan, idak lekang
sekunder. Pengumpulan data di paneh syarak ngatao adat make”.
dilakukan dengan teknik observasi, “ Dimana adat dahulu, adat
wawancar, dokumentasi. Analisis data berdasarkan syarak/hukum, dan
dalam penelitian kualitatif dilakukan syarak bersandikan kitab alloh, adat
pada saat pengumpulan data dahulu pusaka lama tidak hancur kena
berlangsung dan setelah selesai hujan atau panas, hukum tertulis adat
pengumpulan data dalam periode yang prakteknya.
tertentu. Pada saat wawancara, Dari hasil wawancara di atas
peneliti sudah melakukan analisis tradisi kenduri tuai bukan
terasa belum memuaskan, maka menyimpang dari ketentuan Allah,
peneliti akan melanjutkan pertanyaan melainkan perwujudan ajaran agama
sampai tahap tertentu sehingga yang diterapkan masyarakat dalam
diperoleh data yang kredibel. Dengan kehidupan sehari-hari sebagai bentuk
demikian aktifitas dalam analisis data ketaatan masyarakat terhadap sang
kualitatif dilakukan secara terus- penciptanya.
menerus sampai tuntas sehingga b. Nilai Kekeluargaan dan
datanya jenuh, Miles dan Huberman Kebersaamaan
dalam Sugiyono (2012:246). Keluarga adalah bentuk
HASIL DAN PEMBAHASAN hubungan manusia yang terjalin
karena adanya sebuah ikatan, baik
Nilai Moral dan Sosial Dalam karena ikatan perkawinan maupun
Penyelenggaraan Kenduri Sudah persaudaraan. Dengan adanya
Tuai pada Masyarakat Desa Kumun kenduri tuai makin memperkuat
Mudik hubungan kekeluargaan maupun
a. Nilai religius atau percaya persaudaraan antar masyarakat desa
kepada Tuhan yang Maha Esa. kumun mudik, hal ini terlihat dalam
Masyarakat Kumun Mudik persiapan cara kenduri tuai tidak
adalah masyarakat mayoritas pemeluk hanya dirasakan oleh masyarakat
agama islam, Di dalam agama di berprofesi petani, tetapi masyarakat
anjurkan untuk banyak bersyukur. yang lain pegawai negeri, wira swasta,
Kenduri Sudah Tuai merupakan dll. Ikut berpartisipasi dalam
perwujutan masyarakat bersyukur memeriahkan kenduri tuai, begitu juga
kepada alloh SWT, sebagai ucapan dalam acara pelaksanaan semua
syukur apa yang telah di berikan Alloh masyarakat tanpa memandang latar
rezeki terutama setelah melaksanakan belakang status sosial semua
panen di sawah. Kenduri Sudah Tuai diperlakukan sama. seperti terlihat
merupakan upacara adat pada dalam gambar persiapan yang
dasarnya kebiasaan masyarakat yang dilaksanakan masyarakat dalam acara
bersumber dari alloh SWT, seperti kenduri tuai.
disampaikan oleh H. Amirudin hasil Kenduri Sudah Tuai yang di
wawancara pada tanggal 28 maret laksanakan oleh masyarakat Kumun
2019. Dalam petitih adat nya: Mudik dapat memupuk rasa
“ Manaolah adat lamao, adat kebersamaan yang terealisasi dalam
bersandi syarak bersendikan bentuk tolong-menolong dan gotong
kitabulloh, adat kumun pusako usang, royong. Hal ini seperti di ungkapkan
P a g e | 277
Journal of Civic Education (ISSN: 2622-237X)
Volume 1 No. 3 2018
dalam petitih adat di Kemukakan oleh tumbaoh hila baganti adat lamao sno
H. Amirudin Depati pada tanggal 28 itoh ugeo”
maret 2019. “ Kupu-kupu dan kumbang yang
“ Manao lah tumbuh nyo gawe kaki putih khatib/buya tidak pulang
sno ineh de break samo-samo kitao berkuda.patah tumbuh hilang
miku, de inga ndo samo-saaamo kitao berganti, adat lama dan sekrang begitu
nyinjek, manao nga jaeuh intok tulao juga”.
kayao ngimbo, manao nga dakaek Dari petitih adat di atas bahwa
intok yulao kayao ngambiek” tradisi dari dulu sampai sekarang
“ Bagaimana saat nya kerja sama saja, termasuk juga Kenduri
seperti ini, kalau berat sama-sama kita Sudah Tuai dari dulu sudah berganti-
pikul, kalau lah ringan sama-sama kita ganti generasi sampai saat ini masih di
jinjing, dimana orang/ keluarga yang pertahankan.
minta tolong di seru dan mana c. Memelihara Sikap saling
keluarga yang dekat minta tolong di Menghormati
panggil”. Tradisi Kenduri Sudah Tuai yang
Acara Kenduri Sudah Tuai yang tetap di pertahankan oleh masyarakat
di laksanakan Desa Kumun Mudik Kumun Mudik dapat juga memelihara
yang setiap tahun pada saat setelah sikap saling menghormati antara
panen padi di sawah, dengan warga masyarakat, tokoh
sendirinya dapat mempertahankan masyarakat,tokoh adat, lembaga
sifat kebersamaan, gotong royong pemerintah dan masyarakat umum
yang selalu hidup di tengah nya, dimana semuanya di tempatkan
masyarakat, dimana pekerjaan berat sesuai peran nya masing-masing juga
sama-sama di pikul begitu yang ringan termasuk tamu undangan. Seperti
sama-sama di jinjing dan seluruh ditemukan dalam petitih adat oleh
warga dikumpul menjadi satu untuk Dahrun mangku salah satu ninek
memeriahkan acara tersebut. mamak Desa Kumun Mudik yaitu :
Kenduri Sudah Tuai merupakan “ Tibo kamai lah kayao sambauk,
tradisi masyarakat Kumun pada datea kamai lah kayao tantaek, lah
umumnya dan masyarakat Desa kayao duduk pado tampek nga
Kumun Mudik khusus nya yang sudah sapatuk nyo, lah dikatengahkan pulao
dilaksanakan sejak dulu dari zaman nasi nga suak, gule ngan satangkae,
nenek moyang sampai saat ini secara ayae ngan sagiuk kayao persembahkan
turun temurun, yang keberadaan nya menghormati kamai”
tidak dapat di pastikan secara tertulis, “ Kedatangan kami di sambut,
karena Kenduri Sudah Tuai kedatangan kami sudah di tunggu, di
merupakan kebiasaan yang hidup persilahkan duduk menurut sepatut
dalam masyarakat yang sifat nya turun nya. Di ketengahkan berupa jamuan,
temurun, hal ini di kemukakan oleh nasi lauk pauk dan serta minuman
salah satu tokoh adat di Kumun yakni untuk menghormati masyarakat yang
dalam petitih adat nya: dikemukakan datang
oleh H. Amirudin Depati pada tanggal ”Jadi dapat di simpulkan
28 maret 2019. masyarakat Desa Kumun Mudik
“ Ramao-ramao si kumbak jantie, sangat menghormati tokoh tokoh
hkatib indah bailk bakudeo, patah masyarakat yang sangat berperan
278 | Nilai-nilai moral..

terhadap kemajuan masyarakat syarak, syarak bersandi kitabulloh,


Kumun Mudik di segala bidang begitu Syarak mengatakan adat memakainya.
juga tokoh adat yang selalu Para pemangku adat. Depati nenek
memperhatikan anak kemenakan nya mamak selalu menukikkan pandang
juga masyarakat agar dapat hidup dekat, melayangkan pandang jauh,
aman, rukun selalu menjalankan dekat berpagar mato, jauh berpagar
aktifitas kehidupan nya. hati, anto dekat dikadano, anto jauh
Dari uraian tersebut di atas diulangi. Mamak berbudi baik,
dapat di simpulkan bahwa Nilai-nilai keponakan berbaso elok, sehingga
moral dan sosial terkandung dalam terjalin hubungan yang harmonis.
acara kenduri tuai yakni, nilai Peran pemangku adat sangat
kebersamaan, kegotongroyongan, nilai penting yang terdiri dari Depati, nenek
keagamaan, nilai kerja sama, dalam mamak, dan tengganai diantaranya
tradisi tersebut terkandung nilai adalah:
sejarah masa lalu, nilai kebersamaan a. Melaksanakan musyawarah
dan memupuk sikap hormat- yang diusulkan oleh kelompok
menghormati antar warga. Kenduri masyarakat yang akan melaksanakan
yang dilksanakan oleh masyarakat kenduri tersebut, dalam musyawarah
merupakan contoh rasa kebersamaan diputuskan hal-hal seperti jumlah
gotong royong yang selalu dilestarikan keluarga yang ikut dalam kenduri tuai
oleh masyarakat dan membentuk rasa kemudian menetapkan hari dan
persatuan dan kesatuan. Selanjut nya tanggal pelaksanaan, mengumpulkan
tradisi kenduri tuai tetap terjaga dan di data jumlah undangan yang
wariskan kepada generasi muda menghadiri acara kenduri Sudah Tuai.
sebagai bukti bahwa masyarakat b. menyampaikan hajatan atau
Kumun Mudik memiliki tradisi yang maksud dari acara tersebut.
sifat nya turun temurun walaupun di Peran pemangku adat ialah
tengah kemajuan zaman, namun Mengarahkan tahap-tahap yang harus
masyarakat tidak melupakan tradisi dilalui dalam pelaksanaan kenduri
nenek leluhur yang di wariskan Sudah Tuai agar kenduri tersebut
2. Peran Pemangku Adat dalam berjalan dengan lancar serta
Kenduri Tuai mengimbau semua unsur masyarakat
Peran Pemangku Adat untuk sama-sama terlibat dalam
didalam Kenduri Sudah Tuai adalah kegiatan kenduri Sudah Tuai yaitu
Mengajun arah anak jantan anak semua anggota keluarga untuk sama-
butino di RT yang melaksanakan sama mengantarkan nasi dan lemang
kenduri tuai. Memberi kesadaran pada ditempat yang telah di tentukan.
masyarakat bahwa kenduri Sudah Jadi, dapat disimpulkan bahwa
Tuai penting dilaksanakan sebagai peran pemangku adat adalah tokoh-
ucapan syukur. tokoh adat senantiasa mengajak anak
Menurut Bapak H. Amiruddin jantan anak butino mempelajari
Dpt menyatakan bahwa Para memahami mengamalkan adat lama
pemangku adat senantiasa mengajak serta Mengajun arah anak jantan anak
anak jantan anak butino mempelajari butino di RT yang melaksanakan
memahami mengamalkan adat lama kenduri Sudah Tuai. Memberi
pusako usang, adat yang bersandi kesadaran pada masyarakat bahwa
P a g e | 279
Journal of Civic Education (ISSN: 2622-237X)
Volume 1 No. 3 2018
kenduri Sudah Tuai penting DAFTAR PUSTAKA
dilaksanakan sebagai ucapan syukur Ahmadi. (2009). Ilmu Sosial Dasar;
kepada Alloh SWT. Mengimbau jakarta: Rineka Cipta.
masyarkat untuk sama-sama Amiruddin. (2013). Istilah Kata – kata
melaksanakan kegiatan kenduri tuai Adat. Kumun.
dan juga mengharapkan terjadinya Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian
sifat kerja sama dan gotong royong Pendidikan dan sosial
dalam kehidupan masyarakat. (kuantitatif dan Kualitatif).
Jakarta : Gaung Persada Press.
KESIMPULAN Lexy J. Moleong. 2013. Metodologi
Berdasarkan temuan peneliti Penelitian Kualitatif Edisi
yang penulis lakukan di desa Kumun Revisi. Bandung: Remaja
Mudik, Kota Sungai Penuh, tentang Rosdakarya.
peran pemangku adat dalam Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
penyelenggaraan Kenduri Sudah Tuai Kuantitatif Kualitatif. Bandung :
di desa Kumun Mudik, Kota Sungai Alfa Beta.
Penuh dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan Kenduri Sudah Tuai
pada masyarakat desa Kumun Mudik
bertujuan untuk mengucapkan rasa
syukur kepada yang maha kuasa yang
telah memberikan hasil panen yang
berlimpah dan hasil ladang yang juga
memuaskan serta Kenduri yang
dilksanakan oleh masyarakat
merupakan contoh rasa kebersamaan
gotong royong dan membentuk rasa
kesatuan dan persatuan. Tradisi ini
diyakini oleh masyarakat desa Kumun
Mudik sebagai salah satu lambang
kesatuan dan persatuan serta sifat
gotong royong dalam masyarakat.
Peran pemangku adat dalam
Kenduri Sudah Tuai yaitu senantiasa
mengajak anak jantan anak butino
mempelajari memahami
mengamalkan adat lama serta
Mengajun arah anak jantan anak
butino, Memberi kesadaran pada
masyarakat bahwa kenduri tuai
penting dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai