Anda di halaman 1dari 10

BAB II

DEFINISI ZI>NAH

A. Definisi Zīnah

Kata zīnah dalam bahasa Arab berasal dari mashdar kata‫زينة‬-‫يزين‬

‫ زان‬yang memiliki arti perhiasan. Dalam kamus al-Munawir berarti kata

zīnah memiliki sinonim yaitu, kata Zukhruf juga berarti perhiasan.1

Namun hakikatnya makna al-zīnah berbeda dengan zukhruf yaitu, sesuatu

yang bisa membuat orang menjadi indah dalam perilakunya, bukan dari

segi dunia, maupun akhirat. Adapun sesuatu yang memperindah di dalam

bentuk tanpa merubah keadaan yang lain seperti halnya wajah. Kata al-

zīnah dalam segi maknanya dalam al-Qur’an ada tiga kategori, keindahan

dari dalam diri, seperti keyakinan yang baik, perilaku. kedua keindahan

fisik kekuatan kegagahan kejantanan, adapun yang ketiga yaitu al-zīnah

dari faktor luar atau keindahan dari segi luar harta benda pangkat dan lain-

lain.2 Perhiasan ada kalanya bisa dilihat dengan penglihatan bisa diperoleh

dengan cara pengamatan secara umum dan khusus dan juga bisa di

dapatkan dengan nalar akal, dengan mengetahui keistimewaannya.

al-Zīnah menurut al-Qur’an terbagi menjadi beberapa spesifikasi

makna ada kalanya al-zīnah adalah segala sesuatu kenikmatan dunia

tercermin Kedua al-zīnah adalah keindahan alam semesta yaitu al-zīnah

1
Ahmad Warson Munawwir, kamus al- Munawwirr ( Surabaya: Pustaka Progessif, 1997
), hlm. 598.
2

Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Mufrodat fi ghorib al-Qur’an ( kairo: Maktabah, Darul
Kuttub al-Mishriyyah, 1364H ), Juz 1, hlm. 288.

21
22

berupa benda-benda yang memang secara husus membuat seorang

perempuan terlihat cantik dan menarik.

Secara etimologi al-zīnah berarti perhiasan, sesuatu yang indah,

sesuatu yang memperelok. Adapun secara terminologi al-zīnah adalah

segala sesuatu yang dipakai untuk berhias. Sedangkan menurut pakar

perhiasan adalah sesuatu yang menghasilkan keserasian dan kebebasan.3

Pengertian al-zīnah dalam al-Qur’an bisa ditemukan dari lafadh al-

al-zīnah (perhiasan) yang diulang-ulang dalam al-Qur’an, QS. Al-A’raf

ayat 32, QS. Yunus ayat 88, QS. al-Nahl ayat 8 , QS. al-Kahfi ayat 7, 28,

46, QS. Thoha QS. 59, 87, QS. al-Nur ayat 60, QS. al-Shaffat ayat 6, QS.

al-Hadid ayat 20. lafadh al-zīnah Dan pengertian al-zīnah salah satunya

adalah perhiasan luar yang bukan asal dari badan maupun bagian dari

tubuh (seorang wanita). Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

“Hai anak Adam, pakailah perhiasanmu (pakaianmu) yang


indah di setiap (memasuki) masjid” (QS. al-A’raf:31).

Firman Allah Ta’ala:

“Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari


Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya”
(QS. al-A’raf : 32).

Firman Allah Ta’ala :

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi


sebagai perhiasan baginya” (QS. al-Kahfi: 7).

Dan juga firman Allah Ta’ala

“Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah
kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya”. (QS. al-
Qashash: 60).
3
M. Quraish syihab, Wawasan al-Qur’an ( Bandung: Mizan, 1998 ), hlm. 163.
23

Firman Allah Ta’ala:

”Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat


dengan hiasan, yaitu bintang-bintang”. (QS. al-Shaaffat: 6)

Firman Allah Ta’ala:

”Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar


kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan”.
(QS. al-Nahl: 8).

Firman Allah Ta’ala:

”Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam


kemegahannya (perhiasannya)”. (QS. al-Qashshash: 79).

Firman Allah Ta’ala :

”Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia”.


(QS. al-Kahfi : 46)

Firman Allah Ta’ala :

”Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan,


suatu yang melalaikan, dan perhiasan”.(Qs. al-Hadiid: 20)

Firman Allah Ta’ala :

”Berkata Musa: “Waktu untuk pertemuan (kami dengan)


kamu itu ialah di hari berhias (hari raya)”. (QS. Thaha: 59).

Firman Allah Ta’ala tentang kaum Musa :

”Akan tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari


perhiasan kaum itu”. (QS. Thaha: 87)

Firman Allah Ta’ala :


”Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan”. (QS. An-Nur: 31).4

4
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Mu’ja>m al-Mufahra>s li Alfadil al-Qur’an, ( Mesir:
Dar al-Hadist, 1364H ), hlm. 336.
24

Lafadh al-zīnah (perhiasan) dalam ayat-ayat ini semuanya

dimaksudkan adalah apa yang dijadikan perhiasan untuk sesuatu. Ia bukan

merupakan asal penciptaannya, sebagaimana yang terlihat. Makna inilah

yang secara umum ada pada lafadh al-zīnah dalam al-Qur’an. Yaitu,

bahwa lafadh al-zīnah yang sedang diperselisihkan maksudnya

menunjukkan makna sebagaimana yang dikehendaki Allah dalam al-

Qur’an al-’Adhiim. Ini adalah makna yang ma’ruf dalam bahasa ’Arab”.5

B. Ayat-ayat Zīnah dalam al-Qur’an

ِ ۚ ‫ت ِمنَ ٱلر ِّۡز‬


ْ Hُ‫ل ِه َي لِلَّ ِذينَ َءا َمن‬Hۡ Hُ‫ق ق‬
‫وا‬H ِ َ‫قُ ۡل َم ۡن َح َّر َم ِزينَةَ ٱهَّلل ِ ٱلَّتِ ٓي أَ ۡخ َر َج لِ ِعبَا ِد ِهۦ َوٱلطَّيِّ ٰب‬
٣٢ َ‫ت لِقَ ۡو ٖم يَ ۡعلَ ُمون‬ ِ َ‫ك نُفَصِّ ُل ٱأۡل ٓ ٰي‬ َ ِ‫ص ٗة يَ ۡو َم ۡٱلقِ ٰيَ َم ۗ ِة َك ٰ َذل‬
َ ِ‫فِي ۡٱل َحيَ ٰو ِة ٱل ُّد ۡنيَا خَال‬

“Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari


Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya
dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?"
Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang
yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka
saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-
ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui (QS.al-A’raf 32)

‫ا‬Hَ‫ ُّد ۡنيَا َربَّن‬H‫و ِة ٱل‬Hٰ َ‫ ٰ َواٗل فِي ۡٱل َحي‬Hۡ‫ة َوأَم‬Hَٗ ‫ونَ َو َمأَل َهۥُ ِزين‬Hَۡ ‫ك َءات َۡيتَ فِ ۡرع‬
َ َّ‫ٓا إِن‬Hَ‫ ٰى َربَّن‬H‫وس‬
َ ‫َوقَا َل ُم‬
ْ Hُ‫وبِ ِهمۡ فَاَل ي ُۡؤ ِمن‬Hُ‫د ُۡد َعلَ ٰى قُل‬H‫ٱش‬
‫وا َحتَّ ٰى‬H ۡ ‫ ٰ َولِ ِهمۡ َو‬Hۡ‫س َعلَ ٰ ٓى أَم‬ ۡ ‫ا‬HHَ‫ك َربَّن‬
ۡ ‫ٱط ِم‬ َ ۖ ِ‫وا عَن َسبِيل‬
ْ ُّ‫ُضل‬
ِ ‫لِي‬
َ ‫يَ َر ُو ْا ۡٱل َع َذ‬
٨٨ ‫اب ٱأۡل َلِي َم‬
“Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah
memberi kepada Fir´aun dan pemuka-pemuka kaumnya
perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya
Tuhan Kami akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari
jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda
mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak

5
Syaikh Muhammad al-Amin-Syinqithiy, Adlwa’ al-Baya>an fi> Lidlaahi al-Qur’an bi
al-Qur’an, ( Riyad: Dar al- Fadhilah, 1426H ), juz 6, Hlm. 222.
25

beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih" (QS.


Yunus 88)

ُ ُ‫ير لِت َۡر َكبُوهَا َو ِزين َٗۚة َويَ ۡخل‬


٨ َ‫ق َما اَل ت َۡعلَ ُمون‬ َ ‫َال َو ۡٱل َح ِم‬
َ ‫َو ۡٱلخ َۡي َل َو ۡٱلبِغ‬
“Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu
menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah
menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya” (QS. al-
Nahl ayat 8)

٧ ‫ض ِزين َٗة لَّهَا لِن َۡبلُ َوهُمۡ أَيُّهُمۡ أَ ۡح َسنُ َع َماٗل‬ ‫أۡل‬ ۡ
ِ ‫إِنَّا َج َعلنَا َما َعلَى ٱ َ ۡر‬
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi
sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka
siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya” (QS.
al-Kahfi: 7)

‫ ُد‬H‫ ُدونَ َو ۡجهَ ۖۥهُ َواَل ت َۡع‬H‫ ِّي ي ُِري‬H‫ د َٰو ِة َو ۡٱل َع ِش‬H‫د ُعونَ َربَّهُم بِ ۡٱل َغ‬Hۡ Hَ‫ َع ٱلَّ ِذينَ ي‬H‫ك َم‬ َ H‫بِ ۡر ن َۡف َس‬H‫ٱص‬
ۡ ‫َو‬
ُ‫ع َۡينَاكَ ع َۡنهُمۡ تُ ِري ُد ِزينَةَ ۡٱل َحيَ ٰو ِة ٱل ُّد ۡنيَ ۖا َواَل تُ ِط ۡع َم ۡن أَ ۡغفَ ۡلنَا قَ ۡلبَهۥُ عَن ِذ ۡك ِرنَا َوٱتَّبَ َع ه ََو ٰىه‬
ٗ ‫َو َكانَ أَمۡ ُر ۥهُ فُر‬
٢٨ ‫ُطا‬
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang
yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan
mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan
dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya
telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti
hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”
(QS. al-Kahfi 28)

‫ ٌر أَ َماٗل‬H‫ت خ َۡي ٌر ِعن َد َربِّكَ ثَ َوابٗ ا َوخ َۡي‬ َّ ٰ ‫ت ٱل‬


ُ ‫صلِ ٰ َح‬ ُ َ‫ۡٱل َما ُل َو ۡٱلبَنُونَ ِزينَةُ ۡٱل َحيَ ٰو ِة ٱل ُّد ۡنيَ ۖا َو ۡٱل ٰبَقِ ٰي‬
٤٦
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia
tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik
pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
harapan” (QS. al-Kahfi 46)

٥٩ ‫ٱلزينَ ِة َوأَن ي ُۡح َش َر ٱلنَّاسُ ض ُٗحى‬


ِّ ‫قَا َل َم ۡو ِع ُد ُكمۡ يَ ۡو ُم‬

“Berkata Musa: "Waktu untuk pertemuan (kami dengan)


kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan
manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik" (QS.
Thaha ayat 59)
26

َ ِ‫ ٰ َذل‬H‫ َذ ۡف ٰنَهَا فَ َك‬Hَ‫و ِم فَق‬Hۡ Hَ‫ ِة ۡٱلق‬Hَ‫َارا ِّمن ِزين‬


‫ك‬ ٗ ‫ٓا أَ ۡوز‬HHَ‫ا َو ٰلَ ِكنَّا ُح ِّم ۡلن‬HHَ‫ك بِ َم ۡل ِكن‬
َ ‫ َد‬H‫وا َمٓا أَ ۡخلَ ۡفنَا َم ۡو ِع‬
ْ ُ‫قَال‬
٨٧ ُّ‫أَ ۡلقَى ٱلسَّا ِم ِري‬
“Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar
perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami
disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu,
maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri
melemparkannya" (QS.Thaha :87)

َ َ‫ا ٌح أَن ي‬HHَ‫س َعلَ ۡي ِه َّن ُجن‬


‫ابَه َُّن‬HHَ‫ ۡعنَ ثِي‬H‫ض‬ ٗ ‫ونَ نِ َك‬HH‫ٓا ِء ٱ ٰلَّتِي اَل يَ ۡر ُج‬H‫َو ۡٱلقَ ٰ َو ِع ُد ِمنَ ٱلنِّ َس‬
َ ‫ ا فَلَ ۡي‬H‫اح‬
٦٠ ‫يم‬ٞ ِ‫ر لَّه ۗ َُّن َوٱهَّلل ُ َس ِمي ٌع َعل‬ٞ ‫خَي‬
ۡ َ‫ت بِ ِزين ٖ َۖة َوأَن يَ ۡست َۡعفِ ۡفن‬ِ ۢ ‫غ َۡي َر ُمتَبَ ِّر ٰ َج‬
“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari
haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah
atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan
tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku
sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Bijaksana” (QS. al-Nur: 60)

ِ ‫إِنَّا َزيَّنَّا ٱل َّس َمٓا َء ٱل ُّد ۡنيَا بِ ِزينَ ٍة ۡٱل َك َوا ِك‬
٦‫ب‬
“Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat
dengan hiasan, yaitu bintang-bintang” (QS. al-Shaffat: 6)

‫ر فِي ٱأۡل َمۡ ٰ َو ِل َوٱأۡل َ ۡو ٰلَ ۖ ِد‬ٞ ُ‫َة َوتَفَا ُخ ۢ ُر بَ ۡينَ ُكمۡ َوتَ َكاث‬ٞ ‫و َو ِزين‬ٞ ‫ب َولَ ۡه‬ٞ ‫ٱعلَ ُم ٓو ْا أَنَّ َما ۡٱل َحيَ ٰوةُ ٱل ُّد ۡنيَا لَ ِع‬
ۡ
‫ َر ِة‬HH‫صفَ ٗ ّرا ثُ َّم يَ ُكونُ ُح ٰطَ ٗم ۖا َوفِي ٱأۡل ٓ ِخ‬ ۡ ‫ب ۡٱل ُكفَّا َر نَبَاتُهۥُ ثُ َّم يَ ِهي ُج فَتَ َر ٰىهُ ُم‬
َ ‫ث أَ ۡع َج‬ٍ ‫َك َمثَ ِل غ َۡي‬
ۡ ٰ ۡ ۚ ۡ ‫ة ِّمنَ ٱهَّلل ِ َور‬ٞ ‫يد َوم ۡغفِ َر‬Hٞ ‫اب َش ِد‬
ِ ‫ن َو َما ٱل َحيَ ٰوةُ ٱل ُّد ۡنيَٓا إِاَّل َمتَ ُع ٱل ُغر‬ٞ ‫ض ٰ َو‬
٢٠ ‫ُور‬ ِ َ ٞ ‫َع َذ‬
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini
hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan
dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-
tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman
itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab
yang keras dan ampunan dari Allah” (QS.
al-Hadid: 2)

C. Zīnah Perspektif Para Mufassir


27

Beberapa mufassir berbeda pendapat tentang makna al-zīnah

dalam ayat-ayat al-Qur’an antara lain sebagai berikut:

1. al-zīnah menurut Mustofa al-Adawi adalah suatu benda yang

dipergunakan oleh perempuan sebagai perhiasan yang berada di luar

tubuh. Maka bukan berupa perhiasan yang secara lahiriyah. Seseorang

tidak boleh keindahan tubuh wanita.6

2. Imam al-Syaukani berpendapat bahwa al-zīnah adalah Segala Sesuatu

yang digunakan untuk berhias dan lain-lainnya. Atau segala sesuatu

yang digunakan sebagai perhiasan baik suatu yang dipakai, sesuatu

yang dijadikan alas, dikendarai, segala sesuatu yang dipakai di dalam

anggota tubuh.7

3. al-Qurthubi dalam kitabnya berpendapat al-zīnah terbagi dua al-zīnah

khalqiyah dan zīnah kasbiyah. Adapun zīnah Halqiyah adalah perhiasan

bersifat bawaan yang menempel dalam diri seseorang seperti wajah

perempuan, termasuk perhiasan dalam dirinya dan kecantikan secara

natural. Adapun yang dimaksudal-zīnah bila disandarkan dengan hewan

yaitu sesuatu yang bermanfaat. Adapun yang kedua yaitu zīnah kasbiah

ialah sesuatu perhiasan yang di ikhtiyari dengan cara memoles

6
Syaikh Muhammad al-Amin-Syinqithiy, Adlwa’ al-Baya>an fi> Lidla>ahi al-Qur’an
bi al-Qur’an, ( Riyad: Dar al- fadhilah, 1426H ), juz 6, Hlm. 46.

7
Muhammad bin Ali al-Syaukani, Fathu al-Qadi>r ( Beirut: Dar al ma’rifah, 1428H ),
Juz 5, hlm. 207.
28

keindahan yang secara natural seperti memakai perhiasan, celak dan ini

sesuai dengan perintah Allah SWT.8

4. Zīnah menurut Ibnu Asyur sesuatu yang menghiasi seseorang dan

sesuatu yang memberian tampilan baik terhadap seseorang dari segi

dhahirnya di dalam kehidupan seperti berlian perhiasan, mutiara,

rumah, bangunan. Zīnah mampu membuat seseorang terbuai dan

mengelabui sesorang secara terus-menerus sampai akan membuat orang

tidak mengikuti syaria’ah karena dengan adanya al-zīnah orang akan

haus mementingkan tampilan dhahirnya saja.

5. Zīnah adalah sesuatu perhiasan yang dihalalkan wadah-wadah yang ada

di rumah, dan juga barang-barang yang berharga, bekal hidup, harta

banyak dan banyak jenisnya yang jumlahnya melimpah, yang mana bisa

dinikmati seseorang dan bisa digunakan untuk bagian dunia dan juga

untuk memuaskan keinginan tanpa terhitung.9

6. Ali al-Shabuni berpendapat tentang al-zīnah adalah sesuatu yang

digunakan untuk berhias oleh seseorang dan untuk memperindah

berupa pakaian dan lain sebagainya.10

7. Menurut al-Sya’rawi al-zīnah adalah suatu kebutuhan sekunder dan juga

juga kedudukan yang tinggi selain itu kebutuhan pokok juga bisa

8
al-Qurthubi, al-Ja>mi’ li Ahka>mi al-Qur’an ( Arab Saudijuz: Darul Alim, 1427H ),
Juz 12, hlm. 229.

9
Muhmmad Rasyid bin ali Ridha, Tafsir al-Manar ( Mesir: Hai’ati al-Misriyah, 1990H ),
Juz 11, hlm. 389.

10
Ali al-Shabuni, Shfwaa>tu al-Tafa>si>r, ( Lebanon: Dar al-Qur’an al-karim, 1981 ),
Juz1, hlm. 293.
29

disebut sebagai perhiasan kehidupan yaitu dengan memilki cadangan

makan, minuman. Makanan dan kebutuhan primer lainnya dikatakan

sebagai al-zīnah bila memiliki cadangan yang sudah dipersiapkan, dan

juga memiliki aneka macam bahan kebutuhan pokok.11

8. Fahruddin al-Rozi berkata dalam tafsirnya, bahwa al-zīnah adalah suatu

gambaran kesehatan kebaikan dan juga keindahan baik berupa sandang

pangan dan lain sebagainya yang berlimpahseperti kendaraan.12

9. Tafsir al-Khazin gambaran sesuatu yang diinginkan banyak orang

seperti kendaraan yang berlimpah pakaian yang berlimpah, makan yang

berlimpah kendaraan banyaknya rumah harta yang berlimpah.

10. Zīnah menurut Zamaksyari adalah sesuatu yang digunakan untuk

memperindah perhiasan, ada dua jenis. Perhiasan yang yang bersifat

tampak dan bersifat tersembunyi seperti baju, celak dan lain

sebagainya. Adapun yang bersifat sembunyi seperti dalam krudung

yang tertutup terdapat kalung dileher anting di telinga.13

11. Ibnu kastir Menurut Ibnu Katsir yang dimaksudal-zīnah di sini yaitu,

ada beberapa penafsiran menurut beliau al-zīnah ada dua, al-zīnah

yang boleh ditampakkan dan al-zīnah yang tidak boleh ditampakkan.

Zīnah yang tidak boleh di lihat kecuali kepada suami seperti halnya

gelang kaki dan kalung, Kedua perhiasan yang boleh dilihat oleh orang
11
al-Sya’rawi, Tafsir al-Sya’rawi, ( Mesir: Muassasat al-Risalah, 1429H ), Juz 1, hlm.
4060.

12
. Fahruddin al-Ra>zi, Tafsir al-Kabir ( Beirut: Dar al-fikr, 140H ), Juz 15, hlm. 97.

13
Zamakhsyari, al-Kasyaf ( Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1430), hlm. 726.
30

yang bukan mahram seperti baju dan lain-lain. Selain itu ada al-zīnah

dan al-zīnah di antaranya al-zīnah dan wajah sesuai dengan yang

masyhur menurut jumhur. Adapun zīnah bathin berupa bagian tubuh

selain keduanya.14

12. Zīnah menurut al-Thobari bahwa yang dinamakan zīnah adalah segala

sesuatu yang memperindah dalam segala hal, sesuatu yang enak,

sesuatu yang nikmat termasuk perhiasan15

Dari penafsiran para mufassir di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa antara mufassir satu dengan mufaassir lainnya memiliki kemiripan

dalam memahami arti al-zīnah. titik persamaannya berada pada kata al-

zīnah bila dipandang dari segi bahasa. Hamka juga tidak jauh berbeda

dalam memahami istilah zīnah yaitu sesuatu yang dipergunakan untuk

memperindah. Semua mufassir hampir sama dalam menginterpretasikan

terem al-zīnah

Berbeda dengan Hamka dalam memberikan batasan dan ruang

lingkup al-zīnah begitu luas, mencakup segala aspek baik dimensi yang

tidak terlihat maupun yang terlihat, karena kecenderungan Hamka yang

tidak hanya menggunakan teks semata menghasilkan produk yang berbeda

yaitu al-zīnah mencakup tiga dimensi, fisik, batin, dan perhiasan di luar

keduanya.

14
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adhi>m (Beirut: Dar Ibnu Hazm, 1420H), hlm. 1328.

15
Muhammad Ibnu Jarir, al-Thobari (Beirut: Dar Makrifah, 1405H), hlm. 129.

Anda mungkin juga menyukai