Anda di halaman 1dari 14

ETIKA BISNIS PT.

NISSAN MOTOR INDONESIA

MATA KULIAH ETIKA BISNIS

DOSEN PENGAMPU:

Dr. A. Ferijani, MS-HRM

DISUSUN OLEH:

Kelompok 17

1. Fernanda Angelica S / 19.D1.0012

2. Gregorius Adhyasta R/19.D1.0019

3. Sindy Febriliana K / 19.D1.0026

4. Ineke Adewena C /19.D1.0047

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISINIS

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia bisnis,kegiatan perdagangan tentu sudah sangat akrab sekali
diperbincangkan dan dilakukan.Kegiatan perdagangan yang mempertemukan penjual
dan pembeli menjadi salah satu kegiatan yang terus terjadi disekitar kita.Para penjual
barang akan menawarkan barangnya kepada calon konsumen baik menawarkannya
secara langsung ataupun mempromosikannya pada media media tertentu.
Iklan merupakan salah satu kegiatan promosi yang sangat umum dilakukan
oleh perusahaan untuk mengenalkan produknya.Iklan iklan yang telah dibuat dengan
sifat persuasif biasanya ditanyangkan baik di media cetak ataupun media massa.Pada
dasarnya iklan dibuat untuk menjelaskan fungsi,kelebihan dan juga harga kepada
konsumen.Beberapa iklan juga menyertakan testimoni positif untuk memperkuat
ajakan kepada konsumen.
Dari beberapa iklan yang tayang,ternyata banyak iklan yang yang tercatat
melakukan pelanggaran yang berkaitan dengan etika bisnis dalam berpromosi seperti
menggunakan unsur hiperbola yang terlalu melebih lebihkan, perbandingan produk
yang tidak seimbang(tidak apple to apple), testimoni yang kurang sesuai dengan
kenyataan, dan lain sebagainya.Dalam hal ini tentu konsumen sangat dirugikan karena
konsumen sudah mengorbankan sejumlah uang namun mendapatkan barang yang
tidak sesuai ekspektasi dan tidak sesuai deskripsi.

Iklan Nissan March


Salah satu kasus yang cukup ramai tentang iklan yang tidak sesuai kenyataan
adalah kasus perusahaan otomotif Nissan (PT.Nissan Motor Indonesia) pada tahun
2011.Melalui iklan yang dicetak dan ditayangakan pada brosur, media cetak, media
online,dll pihak Nissan memberikan klaim terhadap produk Nissan March bahwa
Nissan March memiliki konsumsi bahan bahkar 21.8 Km/Liter (1 liter bensin dapat
digunakan untuk jarak tempuh 21.8 Km).Banyak masyarakat yang tertarik dengan
klaim konsumsi bahan bakar yang sangat irit untuk ukuran sebuah mobil.
Kenyataan yang berbading terbalik dari klaim yang disebutkan PT.Nissan
Motor Indonesia.Pada kenyataannya produk Nissan March memiliki konsumsi bahan
bakar 8.2 Km/Liter,hal ini sangatlah jauh dari klaim Nissan yang menyebutkan
konsumsi 21.8 Km/Liter.Hal ini menyebabkan PT.Nissan Motor Indonesia digugat
oleh seorang konsumen bernama Ludmilla Arief.Menurut Ludmilla Arif klaim Nissan
sangatlah berbanding terbalik karena konsumsi 8.2 Km/Liter untuk sebuah mobil city
car tentu sangatlah boros,padahal Ludmilla sudah mengikuti anjuran Nissan untuk
memakai BBM beroktan 92(Pertamax) namun hasilnya sama saja.Pihak Nissan juga
melakukan pengujian pada mobil Nissan March milik Ludmilla dan hasilnya mobil
normal dan tidak ada malfungsi yang menyebabkan boros BBM.
Ludmilla membawa kasusnya ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK). Ludmilla menuntut ganti rugi terhadap PT.Nissan Motor Indonesia dengan
membeli kembali mobilnya sebesar Rp.160 juta (harga beli Nissan March milik
Ludmilla).Namun pihak Nissan hanya mau membeli mobil tersebut dengan harga Rp.
138 juta. BPSK memutuskan bahwa pihak Nissan melanggar pasal 9 ayat (1) huruf k
dan pasal 10 huruf c terkait Undang-Undang Perlindungan konsumen.
BPSK memberikan solusi peneyelesaianantara Nissan dan Ludmilla yaitu
Nissan mengembalikan uang pembelian sebanyak Rp.150 juta kepada
Ludmilla.Namun Nissan tidak menuruti keputusan BPSK dan justru menggugat balik
keputusan BPSK dan mengajukan banding ke Pengadilan Negri Jakarta Selatan
supaya membatalkan keputusan BPSK.Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menolak
permohonan PT.Nissan Motor Indonesia karena dianggap tidak memiliki dasar
hukum.PT.Nissan Motor Indonesia kemudian mengajukan kasasi ke MA(Mahkamah
Agung) namun pada 1 Oktober 2013 Majelis Kasasi menolak permohonan PT.Nissan
Motor Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Periklan seperti apa yang sesuai dengan etika?
2. Hal apa yang membuat PT Nissan Motors Indonesia melanggar etika?
1.3 Landasan Teori
1.3.1 Iklan
Pada umumnya sebuah perusahaan harus mampu melakukan bauran
pemasaran yaitu 4P (Product, Price, Place dan Promotion) agar produknya yang
mereka produksi mampu sampai kepada tangan konsumen sehingga perusahaan
juga bisa tetap menjalankan bisnisnya. Periklanan merupakan suatu bagian dari
kegiatan promosi untuk memperkenalkan produknya. Menurut Debaish &
Muralidha (2013) dalam Syakir (2015) menyatakan bahwa sasaran dengan
diadakannya kegiatan promosi yaitu untuk dapat meningkatkan penjualan,
memperkenalkan merek pada khalayak ramai, mampu menigkatkan pangsa pasar
serta dapat mampu memberikan keuntungan pada penjualan yang akan datang.
Sedangkan pengertian iklannya sendiri menurut (Kasali,2007) dalam Karuania,
(2016) menyatakan bahwa Iklan merupakan suatu pesan yang disampaikan 
kepada khalayak ramai melalui sebuah media. Iklan sendiri dibuat dengan 3
tujuan utama yaitu yang pertama bertujuan untuk menginformasikan, yang
berarti bahwa iklan harus mampu dapat memberikan segala informasi mengenai
produk tersebut agar konsumen dapat mengetahui dan memahami produk yang
disampaikannya. Yang kedua mampu membujuk konsumen,  yang dimana
konsumen dibuat untuk yakin bahwa akan produk yang ada dalam iklan tersebut
merupakan produk yang paling tepat. Yang terkhir bertujuan untuk
mengingatkan kosnusmen, dalam hal ini biasanya produsen tersebut sudah
memiliki banyak konsumen yang loyal sehingga iklan yang digunakan hanya
untuk mengigatkan akan merek produk tersebut supaya tidak ada konsumen
yang tidak terbujuk dengan produk pesaing. (Sutisna,2003) dalam Silviani, 2013

1.3.2 Etika Periklanan


Menurut Bartens K ( 1993) dalam Silviani, 2013 menguraikan bahwa
etika merupakan seluruh nilai dan norma yang akan mengatur segala tingkah
laku dalam bertindak baik atau buruknya seseorang di dalam masyarakat.
Sehingga menurut Cunningham (1999) dalam (Syakir,2015)menyatakan bahwa
etika periklanan sebagai penunjuk apakah fungsi dalam iklan tersebut mampu
menunjukan apa yang baik dan tidak. Tentunya etika merupakan suatu hal yang
harus ada dan melekat dalam diri kita agar kita tahu bahwa setiap tingkah laku
yang kita lakukuan tentunya tidak merugikan orang lain dan diri sendiri. Dalam
dunia periklanan tentunya juga ada etika sehingga iklan yang disampaikan tidak
merugikan pihak lain terutama konsumen. Yang pastinya etika dan tatakrama
dalam sebuah iklan sangat diperlukan. Jika sebuah iklan tidak mampu memenuhi
etika yang ada akan mambawa kepada respond yang negatif dari kosumen
sehingga tentunya berdampak pada perusahaan dan produknya terssebut.
Didalam etika periklanan dikenal dengan yang namanya prinsip
Swakramawi yaitu merupakan prinsip periklanan yang dianut oleh periklanan di
seluruh dunia yang dimana dalam prinsip tersebut pelaku periklanan harus dapat
bertindak bertanggung jawab, jujur, dan benar, dapat bersaing dengan cara yang
sehat,  dan yang terakhir harus mampu menghargai dan melindungi khalayak
baik dengan cara tidak melakukan pertentangan hukum serta tidak merendahkan
segala pihak baik dari segi budaya dan agama. ( Dewan Periklanan Indonesia,
2007) dalam Silviani 2013.  Sedangkan menurut (Keraf, 1998) dalam Silviani
2013 hal -hal yang perlu diperhatikan dalam sebuah iklan yaitu
a. Iklan yang disampaikan tidak boleh memberikan informasi yang palsu
dengan tujuan memperdaya konsumen ataupun masyarakat agar membeli 
produknya tersebut.
b. iklan yang ditampilkan tidak boleh menunjukan tindakan yang
bertentangan dengan moral baik tindakan  diskriminasi, kekerasan,
penipuan, merendahkan martabat manusia dan yang lainya.
c. Iklan harus dan wajib memberikan informasi mengenai produknya tersebut
demi berkaitan dengan keselamatan dan keamanan manusia.
d. Iklan tidak boleh memaksa
Maka sebaiknya sebuah iklan yang dipublikasikan seharusnya jujur tidaklah
berlebihahan sehingga tidak terkesan membohongi konsumen yang dapat
membuat banyak masyarakat terjerumus untuk membeli produk tersebut.
Dimana dalam hal ini berarti bahwa iklan yang disampaikan tidaklah benar dan
dapat dibilang memperdaya masyarakat untuk membeli produk tersebut.
1.3.3 Hubungan Perusahaan dengan Konsumen

Hubungan antara perusahaan dengan konsumen adalah suatu hubungan


yang bersifat kontraktual dan perusahaan punya kewajiban moral terhadap
konsumen untuk memenuhi produk yang dibuat sesuai dengan yang
dijanjikan(Velasquez, 2014). Terdapat 4 tanggung jawa moral dari The
Contractual Theory of Business Firm‘s Duties to Consumers (Velasquez,
2014)yaitu:

a. The Duty to Comply(Kewajiban untuk mematuhi)


Perusahaan mempunyai kewajiban ke konsumen untuk menyediakan barang
sesuai karakteristik. Perusahaan harus dapat memenuhi yang telah disebutkan
atau dipromosikan Klaim yang dibuat oleh penjual terkait dengan produk
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu reability, service life, maintainability,
dan safety.

b. The Duty of Disclosure(Kewajiban untuk menggungkapkan)


Penjual memiliki kewajiban untuk menjelaskan dan menginformasikan secara
detail mengenai produk yang dijual ke konsumen.Informasi dan penjelasan akan
produk dapat mempengaruhi keputusan konsumen untuk memutuskan membeli
atau tidak.

c. The Duty not to Misrepresent Kewajiban untuk tidak memberikan


gambaran yang salah)
Penjual memiliki kewajiban untuk tidak menyalah-artikan informasi mengenai
produk baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

d. The Duty Not to Coerce (Kewajiban untuk tidak memaksa)


Penjual memiliki kewajiban untuk tidak memaksa konsumen untuk berpikir
secara tidak rasional.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Studi Kasus


Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga
masyarakat. Etika usaha bisnis ini terkait dengan hubungan kepercayaan antara pelaku
usaha untuk bertindak secara etis dalam berbagai aktivitas usaha/bisnisnya sehingga
melaluinya terbangun harmonisasi dalam berusaha/berbisnis.
Dalam kasus PT. Nissan Motor Indonesia ini, ada kebohongan yang dilakukan
oleh PT. Nissan Motor Indonesia. Khususnya dalam hal kualitas mobil tidak sehemat
yang dijanjikan. Padahal, dalam iklan di media online Detik dan Kompas, Nissan
March ini dapat mengkonsumsi satu liter bensin untuk 21,8 km. Selain itu, informasi
mengenai Nissan March tersebut juga ditemukan dalam brosur Nissan March yang
ditulis berdasarkan hasil tes majalah Autobild edisi 197. Fakta, Nissan March yang
digunakan oleh salah satu konsumen yang bernama Ludmina, ditemukan kejanggalan.
Kejanggalan yang ditemukan ialah mobil Nissan March ini membutuhkan bensi
sebanyak satu liter untuk menempuh jarak 7,9 km hingga 8,2 km. Dari sini dapat
dilihat adanya kenyataan yang sangat kontradiktif dengan informasi yang ada. Tentu
saja ini melanggar suatu etika bisnis.
Menurut hasil studi di Amerika Serikat terhadap para top manajer tersebut,
menghasilkan sebuah peringkat karakter ideal. Hasil studi tersebut menunjukkan
bahwa kejujuran menduduki rangking pertama dari 10 (sepuluh) karakter utama ideal.
Sehingga, dalam hal ini dapat disimpulkan bahawa unsur kejujuran ini adalah salah
satu indikator kunci dari etika bisnis. Dapat dibuktikan bahwa PT. Nissan Motor
Indonesia melanggar salah satu karaker utama ideal suatu etika bisnis. Hal tersebut
tentu saja akan berdampak pada PT. Nissan Motor Indonesia. Karena, sebagian orang
akan berfikir bahwa produk yang dikeluarkan oleh PT. Nissan Motor Indonesia
selanjutnya adalah suatu kebohongan. Bisnis yang baik harus mempertimbangkan
yang terbaik tidak hanya bagi perusahaan yang bersangkutan tetapi juga bagi
masyarakat umum atau stakeholder dan pemegang kepentingan (pemegang saham,
manajemen, pemerintah, masyarakat sekitar, lingkungan hidup).
Dengan adanya pelanggaran etika bisnis ini tentu saja sudah merugikan
konsumen dan mampu mengurangi kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut.
Selain itu, menanggapi kebohongan yang telah dilakukna oleh PT. Nissan Motor
Indonesia ini, sesuai dengan Pasal 4 huruf h UU No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dikatakan bahwa konsumen berhak untuk mendapatkan
kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang
diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Oleh karena
itu, tindakan Lumilla yang membawa kasus ini ke pengadilan merupakan haknya
sebagai konsumen yang dirugikan. Selain itu PT. Nissan Motor Indonesia
berkewajiban untuk memberi ganti rugi, kompensasi, dan penggantian barang atas
tindakannya yang tidak sesuai perjanjian sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 7
huruf g UU No. 8 Tahun 1999.
Berdasarkan Pasal 62 Ayat (1) UU No 8 Tahun 1999. dikatakan bahwa jika
seorang pelaku usaha mengiklankan produknya (barang/jasa) secara tidak benar yang
kemudian menimbulkan kerugian bagi konsumen karena barang dan/atau jasanya tidak
sesuai dengan yang diiklankan, perbuatan tersebut termasuk tindak pidana. Dalam hal
ini, PT. Nissan Motor Indonesia melakukan pelanggaran terhadap Pasal 10 UU No. 8
Tahun 1999, yaitu dalam hal menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau
membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai kegunaan suatu
barang dan/atau jasa dan kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu
barang dan/atau jasa. Sebagaimana yang sudah dibahas yaitu adanya perbedaan
informasi yang diberikan dalam iklan dengan kenyataannya. Dalam media online
dikatakan bahwa mobil Nissan March ini termasuk mobil yang hemat bahan bakar.
Namun, dalam kenyataannya tidak sehemat yang diperjanjikan.
Oleh karena itu, PT. Nissan Motor Indonesia dapat dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) sesuai dengan Pasal 62 Ayat (2) UU No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen. Namun, terkait penyelesaian kasus
tersebut, Nissan March ini harus membayar ganti rugi sebesar Rp. 150.000.000,-
sebagaimana yang sudah diputuskan oleh BPSK atas tindakannya yang melanggar
etika bisnis. Selain itu, ada itikad baik dari PT. Nissan Motor Indonesia dengan
merubah iklannya dan merubah serta memperbaiki performa dan kualitas dari Nissan
March ini.
Berdasarkan kasus diatas, dapat dikaitkan dengan teori kontraktual
yang didalam nya terdapat 4 tanggung jawab moral terhadap konsumen
(Velasquez, 2014) :

1. Kewajiban untuk mematuhi ( The duty to comply)


Dalam hal ini perusahaan harus memberikan informasi suatu produk
sesuai dengan karakteristik nyata produk tersebut. Namun pada kasus ini,
Nissan Motor Indonesia tidak menyediakan produk kepada konsumen
sesuai dengan iklan yang dibuat perusahaan. Klaim yang diberikan oleh
Nissan Motor Indonesia yaitu konsumsi bahan bakar produk Nissan March
sebesar 21,8 km/liter namun kenyataan yang sebenarnya 8,2 km/liter. Maka
penjual harus memberikan pembenaran/klarifikasi terhadap produk nya.

2. Kewajiban untuk menggungkapkan ( The Duty of Disclosure)


Dalam hal ini perusahaan harus menyampaikan informasi produk
secara detail karena pengungkapan informasi produk tersebut sangat
mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli suatu produk. Namun
pada kasus ini, perusahan Nissan Motor Indonesia tidak menyampaikan
informasi produknya secara detai, jelas, dan terbuka terhadap konsumsi
bahan bakar Nissan March. Kehematan bahan bakar biasanya ditentukan
oleh banyak faktor ( jumlah muatan, kandungan oktan bensin, rute jalan
yang ditempuh,dll) tetapi perusahaan tidak membahas mengenai faktor –
faktor tersebut yang akhirnya membuat kesalahpahaman kepada konsumen.

3. Kewajiban untuk tidak memberikan gambaran yang salah


( The duty not to mispresent)
Dalam hal ini perusahaan memiliki kewajiban untuk tidak salah
menafsirkan informasi mengenai produk baik disengaja maupun tidak
disengaja. Namun dalam kasus ini Nissan Motor Indonesia terbukti
memberikan informasi yang salah kepada konsumen. Konsumen tentu
merasa kecewa dan tertipu atas informasi yang diberikan.
4. Kewajiban untuk tidak memaksa ( The duty of Coerce)
Dalam hal ini penjual/perusahaan memiliki kewajiban untuk tidak
memaksa konsumen dalam membeli produknya. Konsumen dalam
mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk harus bertindak
secara rasional tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Namun dalam
kasus ini Nissan Motor Indonesia terkesan memaksa konsumen untuk
membeli produknya dengan adanya kalimat “Pilihan Pintar untuk Hemat”
tersebut yang memberikan kesan irit bahan bakar ini membuat konsumen
tertarik membeli produk Nissan March. Pada kasus ini konsumen merasa
dipengaruhi oleh tekanan emosional yang membuat konsumen mengambil
keputusan yang tidak rasional/irasional.
 
2.1.1 Profil Perusahaan PT.Nissan Motor Indonesia
PT Nissan Motor Indonesia atau NMI adalah perusahaan agen tunggal
pemegang merek (ATPM) mobil Nissan di Indonesia. NMI merupakan
perusahaan joint venture antara PT IMG Sejahtera Langgeng (IMGSL) dan
Nissan Motor Company Ltd, Jepang.PT.Nissan Motor Indonesia juga
merupakan bagian dari grup perusahaan PT Indomobil Sukses Internasional
Tbk yang juga menaungi merk merk mobil lain seperti
Suzuki,Volkswagen,Audi,Hino,Renault dan Kia
PT. Nissan Motor Indonesia didirikan tahun 2001, beroperasi dalam bidang
penjualan, distribusi, juga suku cadang resmi Nissan, serta menjalankan
layanan after-sales di Indonesia.Saat ini PT. Nissan Motor Indonesia memiliki
lebih dari 100 jaringan dealer yang tersebar di seluruh Indonesia.

Per tahun 2020,Nissan Indonesia menutup pabrik perakitan di


Purwakarta,Jawa Barat.Penutupan pabrik ini dikarenakan manufaktur Nissan
di kawasan Asia Tenggara akan difokuskan di Thailand.Produk produk Nissan
di Indonesia sebagian diproduksi di Thailand dan ada yang dirakit di pabrik
milik Mitsubishi di Indonesia.Per tahun 2021ada 9 model mobil Nissan yang
tersedia di Indonesia.Nissan memasarkan 2 MPV (Nissan Livina, Serena), 4
SUV (Nissan Magnite, Terra, X Trail, Kicks e-Power), 1 Crossover (Nissan
Juke), 1 Hatchback (Nissan March)
PT.Nissan Motors Indonesia juga memiliki visi,misi,dan value yang
menjadi dasar dan landasan dalam pergerakannya.Antara lain:

VISI:
Menjadi perusahaan retail otomotif yang handal dan kompeten dalam hal
kualitas pelayanan dan kepedulian terhadap pelanggan di Indonesia.

MISI

 Menjual produk Nissan di Indonesia melalui seluruh cabang dengan tingkat


kepuasan pelanggan yang tinggi.
 Meningkatkan kualitas SDM, Organisasi & Teknologi Informasi secara
berkesinambungan.
 Menumbuhkembangkan semangat falsafah Profit & Harmoni

VALUE

 Integrity
 Responsible
 Cooperative
 Business Harmony
 Continuous Learning & Improvement

2.1.2 Implementasi
Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance (GCG)
1. Transparansi
Prinsip ini memiliki keterbukaan terhadap pengambilan keputusan
dan penyampaian informasi secata detail yang terkait aspek-aspek
yang ada di dalam perusahaannya.
2. Akuntabilitas
Prinsip ini lebih menunjuk kepada seorang karyawan perusahaan
yang memiliki kewajiban terhadap pelaksanaan wewenang,
tanggung jawab yang telah dibebankan perusahaan kepada dirinya.
3. Bertanggung jawab
Prinsip ini menjelaskan seorang karyawan dalam perusahaan dapat
mengimplementasikan kesesuaian dan kepatuhan dalam mengelola
perusahaan yang berdasarkan kepada aturan perundang- undangan
yang berlaku.
4. Kemandirian
Prinsip ini menjelaskan perusahaan dikelola dengan sikap
profesional tanpa adanya pengaruh/tekanan dari pihak manapun.
5. Kewajaran (Fairness)
Prinsip ini mewajibkan perusahaan untuk berlaku adil dan setara
dalam memenuhi hak – hak pemegang saham dan stakeholders
sesuai perundang – undangan yang berlaku.

Dari kasus Nissan March tersebut jika dikaitkan dengan prinsip Good Corporate
Governance. PT Nissan Motors terbukti melakukan penyelewengan pada prinsip Transparansi
karena perusahaan Nissan terbukti tidak terbuka dalam menyampaikan informasi tentang
produknya yaitu Nissan March.Informasi pada kegiatan promosi/ iklan yang disampaikan
tidak sesuai dengan fakta. Klaim yang diberikan oleh Nissan Motor Indonesia yaitu konsumsi
bahan bakar produk Nissan March lebih irit sebesar 21,8 km/liter namun kenyataan yang
sebenarnya adalah 8,2 km/liter. Dari analisis diatas PT Nissan Motor Indonesia tidak
melakukan prinsip Good Corporate Governance (GCG).
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika bisnis ini menyangkut usaha membangun kepercayaan antara anggota
masyarakat (konsumen) dengan perusahaan atau pelaku usaha yang merupakan
elemen yang sangat penting bagi suksesnya suatu usaha dalam jangka panjang. Dalam
suatu usaha harus selalu mengedepankan etika bisnis terutama kejujuran dan
transparansi mengenai produk yang dipasarkan.
Dalam kasus ini, PT. Nissan Motor Indonesia terbukti melanggar etika bisnis
serta melanggar UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan konsumen khususnya
Pasal 9 ayat (1) huruf k dan Pasal 10 huruf b dan c. Hal tersebut merugikan konsumen
yang membeli produk tersebut serta mampu mengurangi kepercayaan terhadap produk
yang dikeluarkan oleh PT. Nissan Motor dimasa mendatang.

3.2 Saran

PT. Nissan Motor Indonesia seharusnya dalam memperdagangkan produknya,


tetap memperhatikan dan berpegang teguh pada UU No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen khususnya Pasal 7. Etika bisnis tentu harus diperhatikan setiap
perusahaan guna menjalin kepercayaan dengan konsumen. Selain itu, PT. Nissan Motor
Indonesia diharapkan mampu melakukan tanggung jawab sosial sesuai dengan prinsip
Good Corporate Gorvernance.

PT. Nissan Motor Indonesia juga seharusnya melakukan pengujian lebih


mendalam lagi dan tidak terburu-buru untuk memasarkan produknya sehingga produk
yang dihasilkan dapat memberikan kepuasan yang prima sesuai dengan yang
diperjanjikan. Selain itu, PT. Nissan Motor Indonesia seharusnya membuat informasi
sejelas-jelasnya dan transparan agar tidak merugikan konsumen serta tidak akan
mengurangi kepercayaan konsumen terhadap produk yang dipasarkan.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Ananda, Rusydi dan Dr. Tien Rafida. 2016. Pengantar Kewirausahaan. Medan: Perdana
Publishing.

Karunia, L. J. (2016). Analisis Isi Pelanggaran Etika Pariwara Indonesia (EPI) Dalam Iklan
Display Pengobataan Alternatif Dimajalah Misteri Edisi 5 Mret - 20 Desember 2015

Nugroho, A. (2015). Bussiness Ethic : The Ethics of Consumer Production and Marketing
(Analisis Kasus Pelanggaran Etika Iklan Nissan dengan Konsumen).

Salhuteru, M. (2019). Studi Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Oleh Nissan.

Silviani, A. (2013). Pelanggaran Etika Dalam Iklan (Studi Deskriptif Ikaln Pengolahaan
Alternatif Pada SKH Merapi dan SKH Meteor Periode Mei - Juni 2013)

Syakir, Muhammad. (2015). Etika Bisnis Dalam Periklanan.

Zatnika, A. M. (2012, April 17). Nissan Harus Bayar Ganti Rugi Pembeli Nissan March.
Retrieved from kontan.co.id: https://nasional.kontan.co.id/news/nissan-harus-bayar-
ganti-rugi-pembeli-nissan-march

Anda mungkin juga menyukai