NIM : 66190067
Kelas : Manajemen. 5A
Matakuliah : Akuntansi Manajemen
Perhitungan Harga pokok produksi menurut Metode Full Costing Dari hasil
penelitian pada PT. Kibar Bumi Persada belum adanya penggolongan biaya atas
dasar perilaku biaya yang ada di dalam perusahaan penulis akan membuat
perhitungan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode full costing
karena Penentuangan harga pokok produksi dengan meggunakan metode sederhana
seperti yang telah dilakukan oleh PT. Kibar Bumi Persada kurang memberkan
informasi yang akurat kepada pihak manajemen PT. Kibar Bumi Persada, Karena
perhitungan dengan metode sederhana menyebabakan perbedaan perhitungan
harga pokok produksi untuk masing masing type oleh karena itu diperlukan
pembebanan biaya yang akurat dan dapat memberikan informasi kepada
perusahaan untuk bisa dijadikan dasar pengambilan keputusan yang tepat untuk
bersaing dengan perusahaan pengembang lainnya. Dengan mengggunakan metode
full Costing dimana dalam metode ini penentuan harga pokok produksi yang
menghitung semua unsur biaya bahan ban baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya ovehead pabrik baik yang berprilaku tetap maupun variabel semunaya di
hitung dalam metode full costing overhead pabrik baik yang berprilaku tetap
maupun variabel di bebankan kepada produk yang di produksi atas dasar tarif yang
telah ditentukan pada kapasitas normal atau atas dasar overhead pabrik
sesunggunya. Hubungan antara biaya dan obyek biaya dapat digali untuk
membantu meingkatkan keakuratan pembebanan biaya. Biaya dapat secara
langsung atau secara tidak langsung berkaitan dengan objek biaya. Mungkin saja
suatu jenis biaya tertentu di golongkan ke dalam biaya langsung atupun tidak
langsung. Adapun biaya overhead yang harus dialokasikan seperti yang tercantum
pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.3 Rincian biaya full costing
Penentuan harga jual adalah keputusan manajemen tentang apa yang dibebankan
kepada produk dan jasa. Untuk memaksimalkan pendapatan operasi, perusahaan
harus memproduksi dan menjual unit sebesar pendapatan dari setiap unit tambahan
melebihi biaya produksinya. Markup dalam penentuan harga jual variable costing
jumlah persentasenya sebesar 50% berbeda dengan yang ditetapkan perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut ,maka dapat terlihat bahwa harga jual masing-masing
produk ikan segar beku dengan metode yang diterapkan perusahaan rata-rata
hampir semuanya lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual menggunakan
metode variable costing
3. Aktivity Based Costing
Activity-based costing (ABC) adalah model akuntansi biaya. Model ABC ini
digunakan untuk mengalokasikan semua biaya, berdasarkan sumber daya yang
digunakan untuk menjalankan aktivitas yang berkaitan dengan produk dan jasa
yang disediakan bagi pelanggan. Model ABC ini didasari pada konsep bahwa
untuk menjalankan suatu rencana, manajemen perusahaan melaksanakan
serangkaian aktivitas. Dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut akan
mengkonsumsi sumber daya, baik berupa material, tenaga kerja, mesin-mesin,
gedung, dan sebagainya. Konsumsi sumber daya ini menimbulkan terjadinya
cost atau biaya. Model ABC mengkaitkan antara aktivitas dengan konsumsi
sumber daya. Model ABC pada awalnya lebih banyak digunakan untuk
mengalokasikan biaya overhead, yaitu salah satu komponen biaya produksi,
selain biaya pemakaian material dan biaya tenaga kerja langsung, untuk
mengkonversi material menjadi produk jadi. Model ABC memperbaiki
kelemahan mendasar akuntansi biaya “tradisional”, yang cenderung
mengalokasikan biaya overhead berdasarkan volume, sesuai dengan
rasionalitas hubungan biaya overhead dengan basis tertentu, seperti baiay
tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, dan jam kerja mesin.
Kelemahan alokasi biaya overhead berdasarkan volume adalah biaya produk
bervolume tinggi cenderung terlalu tinggi, sementara biaya produk bervolume
rendah menjadi terlalu rendah. Berbeda dengan metode-metode akuntansi biaya
tradisional, ABC menghitung biaya produk, pelanggan, atau jasa dengan
menghubungkan biaya overhead bukan dengan berdasarkan pada volume,
melainkan pada aktivitas yang diperlukan atau dilakukan untuk menghasilkan
atau menyediakan jasa, produk, dan pelanggan tersebut sesuai dengan
prinsip cause and effect terjadinya biaya. ABC berusaha mengidentifikasi
hubungan sebab-akibat (cause and effect) untuk menentukan biaya secara
obyektif. Setelah biaya aktivitas diidentifikasi, biaya setiap aktivitas tersebut
dihubungkan pada setiap produk, jasa, dan pelanggan sesuai dengan aktivitas
yang dijalankan. Dengan cara ini, ABC sering mengidentifikasi bidang-bidang
dengan biaya overhead per unit yang tinggi, dan mampu mengarahkan
perhatian manajemen perusahaan untuk mencari cara mengurangi biaya, atau
membebankan harga lebih tinggi bagi produk-produk mahal (Kaplan & Cooper,
1998). Asumsi mendasar ketika menggunakan model ABC bahwa biaya
dihasilkan bukan oleh produk atau pelanggan sendiri, tetapi oleh aktivitas yang
dibutuhkan untuk membuat atau melayani mereka. Karena produk yang
berbeda membutuhkan aktivitas yang berbeda, dan setiap produk menggunakan
tingkat sumber daya yang berbeda, maka alokasi biaya harus diukur sesuai
dengan konsumsi dari sumber daya berdasarkan aktivitas yang dijalankan.
Activity-based costing dapat berguna jika biaya overhead tinggi dan
produk/pelanggan sangat bervariasi dalam kaitannya dengan kompleksitas dan
biaya penanganan. ABC mengubah indirect cost menjadi direct cost. Sebagai
suatu sistem cost management yang lebih akurat daripada akuntansi biaya
tradisional, ABC mengidentifikasi peluang-peluang untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dari proses bisnis dengan menentukan true cost suatu
produk atau jasa. Activity Based Costing (ABC) memfokuskan pada biaya yang
melekat pada produk berdasarkan aktivitas yang dikerjakan untuk
memproduksi, menjalankan dan mendistribusikan atau menunjang produk yang
bersangkutan. Activity based costing menganggap bahwa timbulnya biaya
disebabkan oleh aktivitas yang menghasilkan produk. Pendekatan ini
menggunakan penggerak biaya pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan
akan lebih akurat diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan beraneka
ragam jenis produk serta sukar untuk mengidentifikasi biaya tersebut ke setiap
produk secara individual. Pada prinsipnya metode activity based costing system
dapat diterapkan pada organisasi jasa dan dinilai dapat mengukur secara cermat
biaya-biaya yang keluar dari setiap aktivitas dengan menggunakan prosedur
yang sama seperti digunakan pada perusahaan manufaktur, karena dalam
perusahaan jasa juga dilakukan serangkaian aktivitas yang mengkonsumsi
sumberdaya(Zinia Th. A. Sumilat, 2013 : 455). Perbedaan utama perhitungan
harga pokok produk antara akuntansi biaya tradisional dengan Activity Based
Costing adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) yang digunakan. Dalam
penentuan harga pokok produk dengan metode Activity Based Costing
menggunakan cost driver dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam
sistem akuntansi biaya tradisional yang hanya menggunakan satu atau dua cost
driver berdasarkan unit. Dengan demikian ABC System melakukan refinement,
dalam pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk, yang lebih
mencerminkan kegiatan perusahaan dalam memproduksi dan menjual produk
(Masiyah Kholmi dan Yuningsih, 2009 : 232).
Penggunaan activity based costing
Ada lima langkah yang dilibatkan dalam melakukan analisis ABC (Kaplan &
Cooper, 1998):
a. Tentukan objek biaya, aktivitas tidak langsung, dan sumber daya yang
digunakan bagi aktivitas tak langsung;
b. Tentukan biaya per aktivitas tak langsung;
c. Identifikasi cost driver untuk setiap sumber daya;
d. Hitung biaya total produk tidak langsung untuk jenis objek biaya;
e. Membagi biaya total berdasarkan kuantitas untuk biaya tidak langsung per
objek individu.
Objek-objek biaya adalah produk, pelanggan, layanan, atau hal lain yang
merupakan objek dari akuntansi biaya. Aktivitasnya dapat berupa apa pun yang
dilakukan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya: penerimaan, loading,
pengepakan, penanganan, menelepon, menjual, membeli, mempromosikan,
menghitung, menulis pesanan, membaca pesanan, dan lain-lain. Aktivitas tak
langsung tidak secara khusus digunakan bagi objek-objek biaya. Sumber-
sumber daya adalah mesin, komputer, manusia, atau kapasitas atau aset yang
lain dapat dialokasikan (sebagian) untuk suatu aktivitas. ABC memungkinkan
segmentasi berdasarkan profitabilitas dan membantu menentukan nilai
pelanggan secara lebih akurat. Dengan demikian, penggunaan ABC ini adalah
langkah pertama menuju activity-based management (ABM). ABC tidak
menilai efisiensi atau produktivitas dari aktivitas, meskipun ini mungkin sangat
penting bagi perbaikan. Selain itu, ABC mengasumsikan bahwa sangatlah
mungkin untuk mengidentifikasi objek-objek biaya khusus, aktivitas-aktivitas,
dan sumber daya. Pada akhirnya, hasil dari analisis ABC sangat ditentukan
dengan keakuratan dalam penghitungan inputnya, yaitu aktivitas dan konsumsi
sumber daya.
Sisi lain potensi penggunaan activity-based costing:
a. Memberikan pemahaman yang lebih baik bagi manajemen perusahaan
mengenai cost driver. Model akuntansi biaya tradisional tidak
memberikan perhatian pada penyebab terjadinya biaya
(cost driver). Penggunaan ABC memungkinkan manajer untuk melihat
keterkatian antara penyebab biaya (cost driver) dengan biaya secara
rasional. Dengan memahami cost driver ini memungkinkan manajer
mengetahui biaya mana yang merupakan good costs dan bad costs.
b. Mampu membedakan antara biaya yang memberikan nilai tambah (value–
adding cost) dan biaya yang tidak memberikan nilai tambah (nonvalue–
adding costs). Pada umumnya, para manajer berkeinginan untuk
melakukan pengurangan biaya melalui eliminasi aktivitas yang tidak
memberikan nilai tambah. Namun, tanpa bantuan analisis ABC, manajer
akan mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi aktivitas mana yang
memberikan nilai tambah dan aktivitas mana yang tidak memberikan nilai
tambah, sehingga manajer mampu melakukan eliminasi pada aktivitas
yang tidak memberikan nilai tambah.
c. Mampu menyediakan informasi untuk analisis profitabilias per produk dan
pelanggan. Dalam organisasi perusahaan, seringkali ditemukan beberapa
produk atau pelanggan yang tidak memberikan kontribusi profit terhadap
perusahaan. Manajer perlu mengidentifikasi, produk dan pelanggan mana
yang tidak memberikan profit tersebut, dan keputusan stratejik dapat
diambil untuk meningkatkan profitabilitas produk dan pelanggan dengan
menggunakan analisis ABC.
d. Mampu memberikan informasi secara akurat bagi manajemen, selain untuk
alokasi biaya overhead, manajemen dapat berfokus pada eliminasi biaya
overhead. Biaya overhead merupakan salah satu komponen biaya produk
yang cukup besar, terutama pada perusahaan yang menggunakan teknologi
dan investasi padat modal. Manajer berfokus pada penurunan biaya
overhead dan meningkatkan utilisasi kapasitas pabrik dengan
menggunakan analisis ABC.
Bagaimana mengimplementasikan activity-based costing secara efektif?
a. Mengubah dan mengeloborasi dari accounting costs-cost centers ke
dalam activity costs.
b. Menggunakan analisis ABC untuk mengidentifikasi dan membedakan antara
aktivitas yang memberikan nilai tambah dan aktivitas yang tidak memberikan
nilai tambah bagi produk dan pelanggan.
c. Menggunakan analisis aktivitas untuk melakukan pengurangan biaya
operasional berdasarkan aktivitas.
d. Menggunakan ABC untuk analisis profitabilitas per produk dan pelanggan.
Mempertimbangkan penggunaan ABC untuk analisis time-based ABC sebagai
salah satu strategi dalam bersaing berdasarkan waktu (time–based competition).