Anda di halaman 1dari 16

Nama : Laylani Azzhari Ahmad

NIM : 66190067
Kelas : Manajemen. 5A
Matakuliah : Akuntansi Manajemen

Resume Pertemuan 3 → Memahami tentang harga pokok produk


Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan karena semakin meningkatnya persaingan antar perusahaan dalam
menghasilkan produk-produk yang berkualitas dengan harga yang cukup bersaing.
Harga pokok produksi adalah unsur yang harus tercatat di dalam sebuah laporan
keuangan. Karena di dalamnya terdapat berbagai macam daftar biaya yang bisa
menjadi tolak ukur penjualan produk perusahaan. Harga pokok produksi adalah daftar
biaya produksi yang harus dikeluarkan perusahaan pada periode tertentu. Di dalamnya
terkait dengan biaya pengadaan bahan baku, alat produksi, bahan pendukung produksi
dan lain sebagainya. Jika harga pokok ini sudah ketemu, pihak perusahaan akan lebih
mudah untuk menentukan harga produk. Paling tidak, harga produk yang akan dijual
sudah diperhitungkan secara cermat antara laba dan rugi yang bakal muncul dari
penjualan yang dilakukan. Menurut Susilowati (2009), harga pokok produksi adalah
seluruh pembiayaan yang dibebankan pada produk dan jasa yang dapat diukur
dalam bentuk uang yang akan diserahkan. Lain lagi menurut Supriyono (2013), yang
menyatakan kalau harga pokok produksi merupakan jumlah uang yang akan
dibayarkan dalam rangka untuk memiliki produk atau jasa yang diperlukan perusahaan
sebagai sarana untuk menghasilkan keuntungan.
1. Metode Full Costing
Full costing adalah suatu metode di dalam dunia akuntansi yang menjelaskan bahwa
seluruh biaya yang dikeluarkan di dalam proses produksi, seperti biaya variabel, biaya
tetap, biaya langsung, biaya investasi, dan seluruh biaya yang dimanfaatkan untuk
proses produksi dimanfaatkan sebagai indikator penting untuk menghitung total biaya
per unit atau harga pokok produksi di dalam suatu kegiatan bisnis. Kelebihan yang
diperoleh saat menggunakan metode full costing, yaitu:
a. Mampu menampilkan jumlah biaya overhead secara komprehensif karena
memiliki dua jenis biaya di dalamnya, yakni biaya overhead tetap dan variabel.
b. Metode ini bisa melakukan penundaan dalam beban biaya overhead saat produk
belum laku dijual di pasaran.
Kelemahan Full Costing:
Dalam metode full costing, maka harga jual akan menjadi lebih tinggi daripada
menggunakan metode variable costing. Kenapa? karena metode full
costing mengklaim bahwa konsumen akan mau membayar berapapun agar bisa
membeli barang yang memang diinginkannya. Metode ini hanya sesuai digunakan
untuk yang bergerak dalam bidang produksi bahan pokok masyarakat pada umumnya.
Berikut ini adalah laporan keuangan yang umumnya terdapat di dalam full costing:
Perhitungan di dalam harga pokok produksi pada metode full costing dilakukan dengan
cara membuat suatu laporan keuangan yang terdiri dari berbagai hal berikut:
a. Hasil Penjualan
Jumlah yang yang bisa diperoleh oleh perusahaan dari hasil penjualan produk yang
dilakukan perusahaan.
b. Harga Pokok Produksi/Penjualan
Harga dasar per unit dari produksi ataupun penjualan suatu barang.
c. Laba Kotor
Perusahaan bisa memperoleh laba kotor yang berasal dari keuntungan penjualan, tapi
belum bisa dikurangi dengan biaya ataupun beban perusahaan. yang mana untuk bisa
memperoleh laba kotor ini, anda bisa memperolehnya dengan menghitung selisih
antara hasil penjualan dan harga pokok produksi atau penjualan.
d. Laba Bersih
Laba bersih adalah laba yang diperoleh keuangan dengan cara menghitung adanya
selisih antara laba kotor yang sudah diperoleh sebelumnya dengan jumlah total dari
biaya pemasaran suatu variabel yang sudah dikalikan dengan unit produk yang terjual,
biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum variabel, dan juga biaya
administrasi dan umum tetap.
e. Biaya Pemasaran Variabel
Dana yang dikeluarkan guna melakukan pemasaran dari berbagai variabel sebuah
produk oleh pihak perusahaan.
f. Biaya Pemasaran Tetap
Pihak perusahaan mengeluarkan sejumlah dana untuk memasarkan suatu produk
dengan jumlah yang tetap atau tidak berubah.
g. Biaya Administrasi dan Umum Variabel
Sejumlah dana yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan guna mendukung adanya
proses produksi.
h. Biaya Administrasi dan Umum Tetap
Sejumlah uang yang digunakan untuk mendukung proses produksi perusahaan
yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan.
Contoh studi kasus metode full coasting dibawah ini :
Penentuan harga pokok produksi dengan metode Full Costing sangat penting
karena metode ini lebih rinci dalam memasukkan komponen-komponen biaya yang
diperlukan dalam suatu proses produksi. Hal ini dapat berpengaruh pada penentuan
harga jual dan laba yang dihasilkan. Penentuan harga pokok produksi dengan
metode Full Costing diharapkan dapat menjadi alat bantu bagi pihak develover
rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan hasil
penghitungan harga pokok produksi yang dilakukan pihak Develover rumah
dengan penghitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode Full
Costing. Penelitian ini dilaksanakan pada PT. Kibar Bumi Persada. Data yang
diperoleh melalui survei ke lokasi dan wawancara langsung dengan pihak
Developer Perumahan berkaitan dengan masalah yang dibahas serta dokumen-
dokumen sebagai bukti pendukung. Dalam melakukan penelitian ini metode
analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif yaitu suatu
analisis data dengan merekomendasikan penyusunan harga pokok produksi yang
seharusnya metode ini dinyatakan dengan angka-angka. Metode deskriptif
kuantitatif yang diperlukan dalam penulisan adalah metode full costing. Hasil
menunjukan bahwa perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan
metode full costing lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode
perhitungan sederhana yang dilakukan perusahaan pengembang rumah.
Tabel 1.1 menunjukan perhitungan harga dasar bangunan pada PT. Kibar Bumi Persada, dimana di
dalam pembangunannya ada beberapa macam type atau ukuran rumah yang di bangun.
Tabel 1.2 menunjukan perhitungan harga pokok produksi pembangunan rumah dan perhitungan
harga pokok jualnya pada PT. Kibar Bumi Persada.

Perhitungan Harga pokok produksi menurut Metode Full Costing Dari hasil
penelitian pada PT. Kibar Bumi Persada belum adanya penggolongan biaya atas
dasar perilaku biaya yang ada di dalam perusahaan penulis akan membuat
perhitungan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode full costing
karena Penentuangan harga pokok produksi dengan meggunakan metode sederhana
seperti yang telah dilakukan oleh PT. Kibar Bumi Persada kurang memberkan
informasi yang akurat kepada pihak manajemen PT. Kibar Bumi Persada, Karena
perhitungan dengan metode sederhana menyebabakan perbedaan perhitungan
harga pokok produksi untuk masing masing type oleh karena itu diperlukan
pembebanan biaya yang akurat dan dapat memberikan informasi kepada
perusahaan untuk bisa dijadikan dasar pengambilan keputusan yang tepat untuk
bersaing dengan perusahaan pengembang lainnya. Dengan mengggunakan metode
full Costing dimana dalam metode ini penentuan harga pokok produksi yang
menghitung semua unsur biaya bahan ban baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya ovehead pabrik baik yang berprilaku tetap maupun variabel semunaya di
hitung dalam metode full costing overhead pabrik baik yang berprilaku tetap
maupun variabel di bebankan kepada produk yang di produksi atas dasar tarif yang
telah ditentukan pada kapasitas normal atau atas dasar overhead pabrik
sesunggunya. Hubungan antara biaya dan obyek biaya dapat digali untuk
membantu meingkatkan keakuratan pembebanan biaya. Biaya dapat secara
langsung atau secara tidak langsung berkaitan dengan objek biaya. Mungkin saja
suatu jenis biaya tertentu di golongkan ke dalam biaya langsung atupun tidak
langsung. Adapun biaya overhead yang harus dialokasikan seperti yang tercantum
pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.3 Rincian biaya full costing

Perhitungan Harga pokok Produksi dengan Menggunakan Meode Full Costing


dengan menggolongkan biaya kedalam 3 golongan adalah sebagai berikut :
a. Biaya Tanah
b. Biaya Kontruksi
c. Biaya Overhead pabrik tetap
d. Biaya Overhead pabrik Variabel
2. Metode Variable Costing
Sedangkan variable costing adalah suatu metode perhitungan seluruh biaya yang
digunakan untuk membuat suatu produk, yang mana biaya tersebut memiliki jumlah
yang terus berubah sesuai dengan volume kegiatan bisnis. Itu artinya, biaya tersebut
juga sifatnya fluktuatif atau naik turunnya secara proporsional dengan kuantitas output
ataupun volume produksi.
Menggunakan metode variable costing, maka ada beberapa kelebihan, yaitu:
a. Sesuai untuk Anda yang hanya ingin merencanakan untuk memperoleh laba
dalam kurun waktu yang singkat.
b. Bisa digunakan untuk mengendalikan biaya, karena variable costing akan
membagi biaya tetap menjadi dua bagian, yakni discretionary fixed
cost dan committed fixed cost.
c. Bisa digunakan sebagai bahan rujukan dalam mengambil keputusan untuk
melakukan order pesanan yang sifatnya memang khusus, terutama yang tidak
memerlukan banyak pesanan, seperti yang terdapat dalam metode full costing.
Kelemahan Variable Costing :
Pemisahan yang dilakukan pada discretionary fixed cost dan committed fixed
cost akan sulit untuk dilakukan pada metode variable costing. Selain itu, metode
ini akan menyebabkan naik turunnya suatu laba karena adanya perubahan dalam
hal penjualan suatu produk perusahaan. Variable costing tidak cocok digunakan
untuk perusahaan yang sifatnya lebih musiman, karena hanya akan menyebabkan
kerugian laba yang tidak normal bagi perusahaan. dalam metode variable, maka
biaya overhead tetap tidak akan dimasukkan, sehingga nilai persediaan akan
menjadi lebih rendah.
Contoh perhitungan variable costing
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE
VARIABLE COSTING DALAM PROSES PENENTUAN HARGA JUAL PADA
PT. SARI MALALUGIS BITUNG.
Widilestariningtyas dkk (2012:15) menjelaskan bahwa metode penentuan harga
pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga
pokok produksi. Dalam penentuan tersebut dapat digunakan dua cara yaitu: metode
full costing dan metode variable costing.
Tabel 1.4 Jumlah produksi pada PT.Sari Malalugis Bitung Tahun 2012
Tabel 1.5 Perhitungan variable costing pada PT.Sari Malalugis Bitung

Penentuan harga jual adalah keputusan manajemen tentang apa yang dibebankan
kepada produk dan jasa. Untuk memaksimalkan pendapatan operasi, perusahaan
harus memproduksi dan menjual unit sebesar pendapatan dari setiap unit tambahan
melebihi biaya produksinya. Markup dalam penentuan harga jual variable costing
jumlah persentasenya sebesar 50% berbeda dengan yang ditetapkan perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut ,maka dapat terlihat bahwa harga jual masing-masing
produk ikan segar beku dengan metode yang diterapkan perusahaan rata-rata
hampir semuanya lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual menggunakan
metode variable costing
3. Aktivity Based Costing
Activity-based costing (ABC) adalah model akuntansi biaya. Model ABC ini
digunakan untuk mengalokasikan semua biaya, berdasarkan sumber daya yang
digunakan untuk menjalankan aktivitas yang berkaitan dengan produk dan jasa
yang disediakan bagi pelanggan. Model ABC ini didasari pada konsep bahwa
untuk menjalankan suatu rencana, manajemen perusahaan melaksanakan
serangkaian aktivitas. Dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut akan
mengkonsumsi sumber daya, baik berupa material, tenaga kerja, mesin-mesin,
gedung, dan sebagainya. Konsumsi sumber daya ini menimbulkan terjadinya
cost atau biaya. Model ABC mengkaitkan antara aktivitas dengan konsumsi
sumber daya. Model ABC pada awalnya lebih banyak digunakan untuk
mengalokasikan biaya overhead, yaitu salah satu komponen biaya produksi,
selain biaya pemakaian material dan biaya tenaga kerja langsung, untuk
mengkonversi material menjadi produk jadi. Model ABC memperbaiki
kelemahan mendasar akuntansi biaya “tradisional”, yang cenderung
mengalokasikan biaya overhead berdasarkan volume, sesuai dengan
rasionalitas hubungan biaya overhead dengan basis tertentu, seperti baiay
tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, dan jam kerja mesin.
Kelemahan alokasi biaya overhead berdasarkan volume adalah biaya produk
bervolume tinggi cenderung terlalu tinggi, sementara biaya produk bervolume
rendah menjadi terlalu rendah. Berbeda dengan metode-metode akuntansi biaya
tradisional, ABC menghitung biaya produk, pelanggan, atau jasa dengan
menghubungkan biaya overhead bukan dengan berdasarkan pada volume,
melainkan pada aktivitas yang diperlukan atau dilakukan untuk menghasilkan
atau menyediakan jasa, produk, dan pelanggan tersebut sesuai dengan
prinsip cause and effect terjadinya biaya. ABC berusaha mengidentifikasi
hubungan sebab-akibat (cause and effect) untuk menentukan biaya secara
obyektif. Setelah biaya aktivitas diidentifikasi, biaya setiap aktivitas tersebut
dihubungkan pada setiap produk, jasa, dan pelanggan sesuai dengan aktivitas
yang dijalankan. Dengan cara ini, ABC sering mengidentifikasi bidang-bidang
dengan biaya overhead per unit yang tinggi, dan mampu mengarahkan
perhatian manajemen perusahaan untuk mencari cara mengurangi biaya, atau
membebankan harga lebih tinggi bagi produk-produk mahal (Kaplan & Cooper,
1998). Asumsi mendasar ketika menggunakan model ABC bahwa biaya
dihasilkan bukan oleh produk atau pelanggan sendiri, tetapi oleh aktivitas yang
dibutuhkan untuk membuat atau melayani mereka. Karena produk yang
berbeda membutuhkan aktivitas yang berbeda, dan setiap produk menggunakan
tingkat sumber daya yang berbeda, maka alokasi biaya harus diukur sesuai
dengan konsumsi dari sumber daya berdasarkan aktivitas yang dijalankan.
Activity-based costing dapat berguna jika biaya overhead tinggi dan
produk/pelanggan sangat bervariasi dalam kaitannya dengan kompleksitas dan
biaya penanganan. ABC mengubah indirect cost menjadi direct cost. Sebagai
suatu sistem cost management yang lebih akurat daripada akuntansi biaya
tradisional, ABC mengidentifikasi peluang-peluang untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dari proses bisnis dengan menentukan true cost suatu
produk atau jasa. Activity Based Costing (ABC) memfokuskan pada biaya yang
melekat pada produk berdasarkan aktivitas yang dikerjakan untuk
memproduksi, menjalankan dan mendistribusikan atau menunjang produk yang
bersangkutan. Activity based costing menganggap bahwa timbulnya biaya
disebabkan oleh aktivitas yang menghasilkan produk. Pendekatan ini
menggunakan penggerak biaya pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan
akan lebih akurat diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan beraneka
ragam jenis produk serta sukar untuk mengidentifikasi biaya tersebut ke setiap
produk secara individual. Pada prinsipnya metode activity based costing system
dapat diterapkan pada organisasi jasa dan dinilai dapat mengukur secara cermat
biaya-biaya yang keluar dari setiap aktivitas dengan menggunakan prosedur
yang sama seperti digunakan pada perusahaan manufaktur, karena dalam
perusahaan jasa juga dilakukan serangkaian aktivitas yang mengkonsumsi
sumberdaya(Zinia Th. A. Sumilat, 2013 : 455). Perbedaan utama perhitungan
harga pokok produk antara akuntansi biaya tradisional dengan Activity Based
Costing adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) yang digunakan. Dalam
penentuan harga pokok produk dengan metode Activity Based Costing
menggunakan cost driver dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam
sistem akuntansi biaya tradisional yang hanya menggunakan satu atau dua cost
driver berdasarkan unit. Dengan demikian ABC System melakukan refinement,
dalam pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk, yang lebih
mencerminkan kegiatan perusahaan dalam memproduksi dan menjual produk
(Masiyah Kholmi dan Yuningsih, 2009 : 232).
Penggunaan activity based costing
Ada lima langkah yang dilibatkan dalam melakukan analisis ABC (Kaplan &
Cooper, 1998):
a. Tentukan objek biaya, aktivitas tidak langsung, dan sumber daya yang
digunakan bagi aktivitas tak langsung;
b. Tentukan biaya per aktivitas tak langsung;
c. Identifikasi cost driver untuk setiap sumber daya;
d. Hitung biaya total produk tidak langsung untuk jenis objek biaya;
e. Membagi biaya total berdasarkan kuantitas untuk biaya tidak langsung per
objek individu.
Objek-objek biaya adalah produk, pelanggan, layanan, atau hal lain yang
merupakan objek dari akuntansi biaya. Aktivitasnya dapat berupa apa pun yang
dilakukan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya: penerimaan, loading,
pengepakan, penanganan, menelepon, menjual, membeli, mempromosikan,
menghitung, menulis pesanan, membaca pesanan, dan lain-lain. Aktivitas tak
langsung tidak secara khusus digunakan bagi objek-objek biaya. Sumber-
sumber daya adalah mesin, komputer, manusia, atau kapasitas atau aset yang
lain dapat dialokasikan (sebagian) untuk suatu aktivitas. ABC memungkinkan
segmentasi berdasarkan profitabilitas dan membantu menentukan nilai
pelanggan secara lebih akurat. Dengan demikian, penggunaan ABC ini adalah
langkah pertama menuju activity-based management (ABM). ABC tidak
menilai efisiensi atau produktivitas dari aktivitas, meskipun ini mungkin sangat
penting bagi perbaikan. Selain itu, ABC mengasumsikan bahwa sangatlah
mungkin untuk mengidentifikasi objek-objek biaya khusus, aktivitas-aktivitas,
dan sumber daya. Pada akhirnya, hasil dari analisis ABC sangat ditentukan
dengan keakuratan dalam penghitungan inputnya, yaitu aktivitas dan konsumsi
sumber daya.
Sisi lain potensi penggunaan activity-based costing:
a. Memberikan pemahaman yang lebih baik bagi manajemen perusahaan
mengenai cost driver. Model akuntansi biaya tradisional tidak
memberikan perhatian pada penyebab terjadinya biaya
(cost driver). Penggunaan ABC memungkinkan manajer untuk melihat
keterkatian antara penyebab biaya (cost driver) dengan biaya secara
rasional. Dengan memahami cost driver ini memungkinkan manajer
mengetahui biaya mana yang merupakan good costs dan bad costs.
b. Mampu membedakan antara biaya yang memberikan nilai tambah (value–
adding cost) dan biaya yang tidak memberikan nilai tambah (nonvalue–
adding costs). Pada umumnya, para manajer berkeinginan untuk
melakukan pengurangan biaya melalui eliminasi aktivitas yang tidak
memberikan nilai tambah. Namun, tanpa bantuan analisis ABC, manajer
akan mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi aktivitas mana yang
memberikan nilai tambah dan aktivitas mana yang tidak memberikan nilai
tambah, sehingga manajer mampu melakukan eliminasi pada aktivitas
yang tidak memberikan nilai tambah.
c. Mampu menyediakan informasi untuk analisis profitabilias per produk dan
pelanggan. Dalam organisasi perusahaan, seringkali ditemukan beberapa
produk atau pelanggan yang tidak memberikan kontribusi profit terhadap
perusahaan. Manajer perlu mengidentifikasi, produk dan pelanggan mana
yang tidak memberikan profit tersebut, dan keputusan stratejik dapat
diambil untuk meningkatkan profitabilitas produk dan pelanggan dengan
menggunakan analisis ABC.
d. Mampu memberikan informasi secara akurat bagi manajemen, selain untuk
alokasi biaya overhead, manajemen dapat berfokus pada eliminasi biaya
overhead. Biaya overhead merupakan salah satu komponen biaya produk
yang cukup besar, terutama pada perusahaan yang menggunakan teknologi
dan investasi padat modal. Manajer berfokus pada penurunan biaya
overhead dan meningkatkan utilisasi kapasitas pabrik dengan
menggunakan analisis ABC.
Bagaimana mengimplementasikan activity-based costing secara efektif?
a. Mengubah dan mengeloborasi dari accounting costs-cost centers ke
dalam activity costs.
b. Menggunakan analisis ABC untuk mengidentifikasi dan membedakan antara
aktivitas yang memberikan nilai tambah dan aktivitas yang tidak memberikan
nilai tambah bagi produk dan pelanggan.
c. Menggunakan analisis aktivitas untuk melakukan pengurangan biaya
operasional berdasarkan aktivitas.
d. Menggunakan ABC untuk analisis profitabilitas per produk dan pelanggan.
Mempertimbangkan penggunaan ABC untuk analisis time-based ABC sebagai
salah satu strategi dalam bersaing berdasarkan waktu (time–based competition).

Gambar 1.1 Keyakinan Dasar ABC System


Sumber :Mulyadi, 2006 : 52
Konsep – konsep dasar activity based costing system
Activity Based Costing System ABC menyediakan informasi perihal aktivitas-
aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitasaktivitas
tersebut (Marismiati, 2011: 24). Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang
merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam
pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan
biaya. Dalam Activity Based Costing System, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian
ke produk. Activity Based Costing System mengasumsikan bahwa yang mengkonsumsi
sumber daya bukanlah produk, melainkan aktivitas-aktivitasnya (Mulyadi, 2006). Ada
dua dimensi pada Metode Activity Based Costing System menurut Hansen dan Mowen
(2004 : 392), yaitu:
1. Dimensi biaya (cost dimension)
2. Dimensi proses (process dimension)

Gambar 1.2 Konsep activity based costing system


System Beberapa keunggulan dari activity based costing system seperti yang
dirangkum oleh Raja Untung (05 Desember 2011) dalam tulisannya yang berjudul
Keunggulan Activity Based Costing System dalam penentuan biaya produksi, adalah
sebagai berikut :
a. Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur berteknologi
tinggi dimana biaya overhead pabrik merupakan proporsi yang signifikan dari total
biaya.
b. Semakin banyak biaya overhead pabrik yang dapat ditelusuri ke produk. Dalam
pabrik yang modern, terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang.
Analisis activity based costing system itu sendiri memberi perhatian pada semua
aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri.
c. Activity based costing system mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya
(activities cause cost), bukan produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.
d. Activity based costing system memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku
biaya dan membantu dalam mengurangi biaya dan mengidenfikasi aktivitas yang tidak
menambah nilai terhadap produk.

Anda mungkin juga menyukai