Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nimas Ayu Setyawati

NIM : A2A221011

Review Artikel 1.

Judul : EVALUASI PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA


(PIS- PK): STUDI KASUS DI TINGKAT PUSKESMAS
Tujuan : Mengevaluasi Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
(PIS-PK) melalui pendekatan sistem (input-proses-output-outcome)
Metode : Desain kualitatif melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tawangrejo yang merupakan Puskesmas percontohan


di wilayah Kota Madiun yang menggambarkan tentang pelaksanaan program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang dilakukan dengan survei keluarga sehat pada setiap
penduduk. Penelitian ini menjelaskan tentang pelaksanaan program melalui pendekatan sistem yaitu
mengetahui input yang telah dipersiapkan dan dilaksanakan, proses pelaksanaan program di
lapangan, output yang dihasilkan secara nyata, dan keluaran program yang bisa dimanfaatkan di
masa mendatang.
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dilakukan dengan survei
keluarga sehat ke setiap anggota keluarga. Berdasarkan lima informan yang telah mendapat
informasi dari pelatihan PIS-PK menyatakan bahwa Surveyor dalam program ini dilakukan sendiri
oleh petugas kesehatan yang ada di setiap Puskesmas.
Namun, hasil survei yang dilakukan oleh pihak ketiga tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Terdapat beberapa kelemahan survei yang dilakukan oleh pihak ketiga yang terungkap dari
beberapa informan, yaitu:
1. Beberapa rumah masyarakat tidak didatangi, namun datanya sudah ada.
2. Pemahaman Definisi Operasional (DO) pada kuesioner yang kurang menyebabkan
menurunnya kevalidan data.
3. Capaian survei belum 100% Oleh karena itu semua karyawan puskesmas melakukan survei
lanjutan guna menyempurnakan data
Sesuai modul pelatihan keluarga sehat menyebutkan bahwa Puskesmas bertanggung jawab
atas satu wilayah administrasi pemerintahan, yakni kecamatan atau bagian dari kecamatan, setiap
kecamatan harus minimal terdapat satu puskesmas, dalam membangun dan menentukan wilayah
kerja Puskesmas, faktor wilayah, kondisi geografi, dan kepadatan/ jumlah penduduk menjadi dasar
pertimbangan. Pada modul ini disebutkan juga peran pembina keluarga sebagai pengambil data
sampai pelaksana evaluasi dan intervensi di lapangan pada program ini.
Nama : Nimas Ayu Setyawati
NIM : A2A221011
Capaian IKS Kota Madiun masih dalam kategori merah walaupun sudah 97%-98% data
terentri, begitu juga capaian di Jawa Timur masih tergolong merah.
Berdasarkan alur yang dibuat oleh kementerian kesehatan tentang penyampaian data dasar
Puskesmas sampai pada pemanfaatan data menyatakan bahwa dalam pemanfaatan data dasar yang
diperoleh dari Puskesmas harus melalui verifikasi dan validasi terlebih dahulu, jika belum sesuai
standar/ nilai verifikasi belum maksimal makan akan dikembalikan kembali ke Puskesmas untuk
disesuaikan dengan standarnya, begitu juga pada proses validasi data, akan bisa dimanfaatkan data
tersebut jika data sudah valid benar (13). Oleh sebab itu penting memperhatikan kualitas data yang
dihasilkan karena hal ini menentukan dalam pemanfaatan data.
Penguatan SDM melalui continuing education diperlukan untuk meningkatkan kualitas SDM ,
penguatan kebijakan baik pusat maupun daerah terutama pada kebijakan tertulis (SOP dan SK) dan
meninjau ulang kembali Definisi Operasional pada instrumen penelitian (Kuesioner) untuk
menyamakan persepsi dalam mencapai tujuan utama.
Nama : Nimas Ayu Setyawati
NIM : A2A221011

Review Artikel 2.

Judul : GAMBARAN PENGGUNAAN NAPZA PADA ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG


Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan Teknik purposive
sampling dilanjutkan snowball sampling

NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/ zat/ obat yang bila masuk
ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/ susunan saraf pusat, sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan,
ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Sedangkan penyalahgunaan
NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar
indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.
Penyalahgunaan NAPZA pada anak jalanan menimbulkan dampak negatif, seperti semakin
menurunnya tingkat sumber daya manusia yang berakibat pada menurunnya tingkat produktifitas
kerja anak jalanan. Selain itu, penyalahgunaan NAPZA juga meningkatkan angka kriminalitas pada
anak jalanan seperti meningkatnya angka pencurian, pencopetan, perkelahian, pergaulan seks
bebas, dan lainlain. NAPZA mempunyai dampak negatif yang sangat luas, baik secara fisik, psikis,
ekonomi, sosial, budaya, hankam, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian, semua informan (100%) menyatakan bahwa mereka sudah
lama menggunakan NAPZA, Mereka bahkan lupa sejak kapan tepatnya mulai menggunakan NAPZA.
Namun, mayoritas informan menyatakan mulai menggunakan NAPZA setelah mereka bekerja di
jalan. Ada informan yang menggunakan NAPZA setiap hari pada pagi, siang dan malam (66,67%),
seminggu 3 kali atau lebih (16,67%), dan menggunakan NAPZA bila mempunyai uang (16,67%).
Dari hasil observasi terhadap 2 informan, diketahui bahwa informan menggunakan NAPZA
yaitu minuman keras dan lem di tempat informan bekerja, yaitu di Tugu Muda Semarang. Dua botol
minuman keras diminum sekitar 4-5 anak, sedangkan lem hanya membeli 2 kaleng. Lem digunakan
dengan cara memasukkan kaleng lem ke dalam baju/ kaos kemudian baju/ kaos berisi lem tersebut
ditempelkan ke hidung. Jadi orang yang melihat tidak akan menyadari bahwa mereka sedang
menghirup lem.
Lem menurut informan menyebabkan halusinasi seperti bermimpi, pikiran tidak fokus,
membuat senang, dan pusing. Minuman keras (alkohol) menurut informan rasanya pahit,
menyebabkan mabuk, kepala pusing, pikiran tidak fokus, dan masalah seolah hilang. Alkohol
mempunyai sifat menenangkan sistem saraf pusat, mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku
seseorang, mengubah suasana hati dan perasaan. Sedangkan rokok membuat informan merasa
Nama : Nimas Ayu Setyawati
NIM : A2A221011
tenang, santai, dan paru-parunya terasa hangat. Bila tidak merokok, informan merasa mulutnya
pahit sehingga setiap hari informan selalu merokok.
Informan umumnya membeli jenis NAPZA yang tergolong murah, yaitu kisaran harga Rp
5.000-20.000. Harga pil dextro Rp 5.000 berisi 17 butir. Harga pil BI Rp 20.000 berisi 1 butir. Harga
lem Rp 5.000-12.000 per kaleng. Harga rokok Rp 10.000-15.000. Harga minuman keras Rp 10.000 per
botol. Harga pil kasaran Rp 15.000-17.000 berisi 10 butir. Hal ini sesuai dengan penelitian.
Ketika ditanya mengenai keinginan untuk berhenti menggunakan NAPZA, 4 informan
(66,67%) menyatakan pernah berhenti menggunakan NAPZA selama beberapa waktu dikarenakan
beberapa hal, seperti sakit, mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, dan melihat temannya
meninggal dunia akibat overdosis. Namun hal itu hanya bertahan beberapa waktu karena pada
akhirnya informan kembali menggunakan NAPZA. Sedangkan 2 informan lainnya (33,33%)
menyatakan ingin berhenti menggunakan NAPZA namun tidak bisa dikarenakan godaan dari
lingkungan pergaulan sesama anak jalanan.
Keinginan untuk sembuh harus bersumber dari dalam diri pecandu sendiri. Namun pada
kenyataannya, lepas dari NAPZA merupakan hal sulit karena NAPZA dipandang sebagai jalan keluar
untuk menyelesaikan masalah. Keluarga harus lebih peduli, saling memberikan dorongan antara
anak dan orang tua sehingga seorang pecandu merasa diperhatikan dan dikasihi. Selain itu,
lingkungan sekitar, masyarakat, dan pemerintah juga harus bersama-sama menerima bahwa seorang
pecandu NAPZA pada dasarnya bukanlah pelaku kejahatan, melainkan korban.
Nama : Nimas Ayu Setyawati
NIM : A2A221011
Review Artikel 3.

Judul : PERILAKU KESEHATAN REPRODUKSI PADA ANAK JALANAN DENGAN SEKS AKTIF DI
KOTA SEMARANG
Tujuan : Mengetahui perilaku kesehatan reproduksi pada anak jalanan dengan seks aktif di
Kota Semarang
Metode : Metode penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan informan secara purposive
sampling dilanjutkan snowball sampling

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Kota Surakarta terhadap 20 remaja anak jalanan,
diperoleh hasil sebanyak 93% remaja anak jalanan telah memiliki pacar, 80% pernah melakukan
ciuman pipi, 73,3 % pernah melakukan ciuman bibir, 60% pernah memegang alat kelamin pacar, dan
46,7% pernah melakukan coitus. Faktor yang mempengaruhi remaja anak jalanan di Kota Surakarta
memiliki perilaku seksual pranikah yaitu rendahnya pengetahuan anak jalanan dan peran orang tua
yang kurang baik. Prosentase anak jalanan yang melakukan perilaku seksual pra nikah lebih banyak
pada remaja laki-laki.
Perilaku seksual yang dilakukan anak jalanan muncul karena adanya rasa ingin tahu yang
besar dan dorongan untuk mencoba pengalaman baru di masa remaja. Berdasarkan hasil penelitian,
alasan anak jalanan dengan seks aktif melakukan hubungan seks bebas disebabkan karena nafsu
yang timbul ketika sedang bersama pasangan, pengalaman pernah melihat orang melakukan
hubungan seks, rasa suka sama suka, dan ikut-ikutan teman. Fasilitas dan sarana yang mendukung
juga berpengaruh terhadap perilaku seks mereka. Mayoritas informan menyatakan pernah
menonton fi lm porno baik melalui HP, internet, maupun kaset DVD.
Hubungan seks yang dilakukan oleh anak jalanan dengan seks aktif sekarang ini sudah
mencapai tingkatan terakhir. Tingkatan perilaku seks dibagi menjadi 4 tahap, yaitu kissing, necking,
petting, dan intercourse. Pernyataan informan yang dikuatkan oleh pernyataan dari pengurus RPSA,
mengungkapkan bahwa anak jalanan biasa melakukan hubungan suami istri atau bersenggama
dengan pasangannya.
Praktik seks bebas di kalangan anak jalanan sudah sangat memprihatinkan. Usia di mana
seharusnya mereka mengenyam pendidikan di bangku sekolah, mereka habiskan di jalan dengan
berbagai bahaya yang mengancam, seperti seks bebas. Rasa ingin tahu yang tinggi dan pengaruh dari
lingkungan sekitar, menyebabkan mereka nekat melakukan hubungan seks dengan pacar atau
perempuan yang bersedia berhubungan seks dengannya. Perilaku seks bebas semakin berbahaya
dengan kurangnya kesadaran dari anak jalanan untuk menggunakan kondom.
Nama : Nimas Ayu Setyawati
NIM : A2A221011
Berdasarkan hasil penelitian, 40% informan mengaku merasakan dampak IMS berupa
penyakit siphilis, sedangkan 60% lainnya mengatakan belum merasakan dampak negatif dari
perilakunya tersebut. Penyakit siphilis pada informan dapat disebabkan karena perilaku seks bebas
dengan bergontaganti pasangan, tidak menggunakan alat kontrasepsi ketika bersenggama, dan
kurang memperhatikan kebersihan diri dan juga lingkungan.
Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa anak jalanan belum dapat meninggalkan
perilaku seks bebas meskipun sudah mengalami dampak negatif dari perilakunya tersebut. Mereka
merasa kesulitan dalam pelaksanaannya dikarenakan besarnya dorongan dan rasa penasaran yang
muncul untuk melakukan hubungan seks kembali, sulit untuk menolak ajakan dari pasangan, dan
nafsu yang muncul akibat melihat pakaian cewek yang terbuka. Menurut pengurus RPSA, anak
jalanan akan mulai meninggalkan perilakunya apabila mereka hamil dan kemudian menikah, atau
ketika mereka memasuki usia 30 tahun dimana mereka sudah mulai memikirkan masa depan
Hampir seluruh anak jalanan melakukan hubungan seks hingga tahap intercourse tanpa
menggunakan alat kontrasepsi. Dampak yang dialami adalah ketagihan, menderita sifi lis (IMS), dan
memiliki anak di luar nikah. Faktor yang mempengaruhi anak jalanan di Kota Semarang untuk
melakukan hubungan seks bebas yaitu karakteristik anak jalanan (usia, jenis kelamin, pendidikan,
tempat tinggal, dan alasan turun ke jalan), kurangnya pengetahuan, sikap yang mendukung,
kurangnya fi gur yang dapat dijadikan panutan, serta tersedianya sarana dan fasilitas di lingkungan
mereka.

Anda mungkin juga menyukai