CLIMATE CHANGE
Media Sentosa
20229005
Dosen Pembimbing:
Dr. Nofi Yendri Sudiar, M.Si
1. Kegagalan panen dan tanam, yang berujung pada penurunan produktivitas dan
produksi.
2. Naiknya suhu laut menyebabkan terjadinya kematian terumbu karang.
3. Peningkatan intensitas banjir/kekeringan.
2. Fenologi Dan Pertumbuhan Strawberry Di Dataran Rendah Sebagai Kajian Awal Dampak
Perubahan Iklim Terhadap Pertumbuhan Tanaman (2021)
Penelitian dilakukan pada lahan di Kecamatan Sukarame, Bandar Lampung. Bulan
Maret sampai pertengahan September 2020. Unsur cuaca (suhu dan kelembaban udara
harian) yang diukur setiap selang 1 jam dengan menggunakan pengukur suhu dan kelembaban
yang disertai data logger (Flush USB humidity and temperature data logger recorder tipe
E3845). Dengan data logger, suhu dan kelembaban udara dapat diukur setiap jam. Radiasi
matahari dan PAR diukur dengan Skye Instrument with quantum and pyranometer sensors.
Laju pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman dilakukan dengan metode
destruktif. Setiap minggu dua tanaman dicabut untuk pengukuran panjang dan lebar
penutupan tanaman, tinggi tanaman, panjang dan lebar daun, panjang akar, dan bobot segar
tanaman. Setelah tanaman dikeringkan dengan menggunakan oven, kemudian ditimbang
untuk mendapatkan bobot kering tanaman dan bagian bagiannya (akar, batang dan daun).
Pengamatan juga dilakukan dengan membuat foto perkembangan tanaman sebagai data
deskriptif.
Secara rata rata radiasi matahari di dataran rendah Sukarame, Bandar Lampung
adalah 609,40 watt/m2 dan didalam rumah kaca sebesar 291,61watt/m2 , suhu udara
minimum 28,21oC, maksimum 34,11oC dan suhu rata-rata 24,97OC, suhu tanah 30,74oC dan
kelembaban 53%. Suhu dasar terendah bagi Strawberry adalah 10°C dan tertinggi 26oC.
Iklim mikro tanaman di lokasi penelitian ini berada di luar iklim mikro dari habitat
strawberry. Di Southwestern Coast of Spain strawberry ditanam di daerah bersuhu 13,4oC
dan radiasi 14,3 MJ/mo2 ; di Tunja, Colombia suhu rata rata 15,8°C dengan kelembaban relatif
72%. Sedangkan di Bandar Lampung radiasi matahari adalah 609,40 watt/m dan di dalam
rumah kaca sebesar 291,61 watt/m2 dan suhu rata rata 24,97oC.
3. Kajian Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produktivitas Bawang Putih (Allium sativum L.)
di Kabupaten Malang (2020)
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2019 di sentra produksi
Bawang Putih di Kabupaten Malang, Yaitu di Kecamatan Pujon, Ngantang, dan Poncokusumo.
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah data hasil wawancara petani Bawang Putih,
data unsur-unsur iklim (curah hujan, hari hujan, suhu dan lama penyinaran ) serta data
produksi, data luas lahan, dan data produktivitas Bawang Putih. Analisis data perubahan iklim
menggunakan data iklim (Curah hujan, suhu, kelembaban, dan lama penyinaran ) tahunan
selama 20 tahun dari tahun 1998 hingga tahun 2017. Data iklim tersebut dibagi menjadi dua
periode pengamatan, periode pertama pada tahun 1998 hingga tahun 2007. Periode kedua
pada tahun 2008 hingga tahun 2017. Analisi iklim dilakukan dengan membandingkan
perubahan rata – rata iklim selama 20 tahun antara periode pertama dan kedua.
Perbandingan unsur iklim curah hujan dalam dua periode mengalami penurunan dan
memiliki nilai yang berbeda setiap bulan dalam mm/dekade. Unsur iklim suhu mengalami
perubahan penurunan suhu dalam dua periode dan memiliki nilai yang berbeda setiap bulan
dalam °C/dekade. Unsur iklim lama penyinaran dalam dua periode mengalami peningkatan
dan memiliki nilai yang berbeda setiap bulan dalam jam/dekade. Unsur iklim kelembaban
udara dalam dua periode mengalami penurunan dan memiliki nilai yang berbeda setiap bulan
dalam %/dekade.
Variabel curah hujan tidak berpengaruh signifikan karena pertumbuhan Bawang Putih
tidak memerlukan terlalu banyak air. Variabel suhu tidak berpengaruh signifikan dikarenakan
pertumbuhan Bawang Putih ditentukan oleh lokasi penanaman. Cahaya matahari memiliki
peranan penting terhadap pertumbuhan tanaman. Lama penyinaran dapat menentukan
fotosintesis tanaman. Menurut Wu et.al (2017 ) menunjukkan bahwa suhu tinggi dan panjang
hari mampu meningkatkan proses pembentukan umbi dengan periode tumbuh yang lebih
singkat dan bobot umbi yang lebih tinggi. kelembaban udara dapat mempengaruhi
produktivitas Bawang Putih. Dimana kelembaban udara yang tinggi dapat menimbulkan
serangan penyakit dan kelembaban udara yang rendah dapat menyebabkan serangan hama
yang dapat menurunkan produktivitas pada tanaman Bawang Putih.