Anda di halaman 1dari 7

REVIEW JURNAL

CLIMATE CHANGE

Media Sentosa
20229005

Dosen Pembimbing:
Dr. Nofi Yendri Sudiar, M.Si

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS


MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERISTAS NEGERI PADANG
Pemanasan global merupakan isu lingkungan yang dapat menyebabkan perubahan iklim
global. Perubahan iklim global terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup panjang, yaitu
antara 50-100 tahun. Meskipun terjadi secara perlahan, perubahan iklim memberikan dampak yang
sangat besar terhadap kehidupan. Perubahan iklim juga berdampak terhadap kenaikan frekuensi
maupun intensitas kejadian cuaca ekstrim, perubahan pola hujan, serta peningkatan suhu dan
permukaan air laut. Kejadian iklim ekstrim akan menyebabkan beberapa hal, diantaranya:

1. Kegagalan panen dan tanam, yang berujung pada penurunan produktivitas dan
produksi.
2. Naiknya suhu laut menyebabkan terjadinya kematian terumbu karang.
3. Peningkatan intensitas banjir/kekeringan.

Pemanasan global mempengaruhi pertumbuhan tanaman salah satunya melalui hambatan


fotosintesis dan keragaman biomas. Tanaman juga dapat mengalami kerusakan fisik karena tekanan
suhu tinggi, diperkirakan sampai rata rata 17% penurunan hasil panen untuk tiap kenaikan suhu udara
1 derajat celsius. Perubahan iklim memicu perubahan lingkungan yang menyebabkan berubahnya
respon tanaman. Menurut Direktorat Perlindungan Hortikultura (2014 ), pada tahun 2010 terjadi
fenomena iklim La-Niña dengan intensitas sedang, sehingga mengganggu produktivitas sayur-sayuran
dan buah-buahaan di Indonesia. Produksi buah-buahan saat itu menurun 35-75% dan produksi
sayuran turun 20-25% dari kondisi iklim normal. Akibatnya, terjadi kelangkaan kedua produk penting
tersebut yang memicu kenaikan harganya di pasar.
Saat ini banyak study kasus yang mengangkat dan membahas pengaruh perubahan iklim
terhadap pertanian. Berikut beberapa jurnal/paper yang penulis ambil sebagai bahan rujukan.
1. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Usahatani Padi Di Desa Wanguk Kecamatan Anjatan
Kabupaten Indramayu (2019)
Desa Wanguk merupakan desa yang berada di wilayah administrasi Kecamatan
Anjatan, Kabupaten Indramayu; termasuk ke dalam dataran rendah, dengan ketinggian 21
meter di atas permukaan laut dengan kemiringan <15%, dan memiliki suhu berkisar antara
29-30ºC. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain kualitatif dengan teknik studi
kasus, dengan menggunakan data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang
digunakan berupa observasi, wawancara dan studi literatur. Rancangan analisis data
menggunakan analisis deskriptif. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil panen:
a. Perubahan suhu
Dampak perubahan suhu terhadap tanaman pangan adalah
terjadinya transpirasi yang menurunkan produktivitas, peningkatan konsumsi
air, percepatan pematangan buah/biji yang menurunkan mutu hasil.
b. Perubahan curah hujan
Berdasarkan data dari POJ Kecamatan Anjatan, jumlah hari hujan dan
curah hujan pada tahun sebelumnya menunjukkan hasil rata-rata yang sama,
yang berarti tidak adanya peningkatan hari hujan dan curah hujan di
Kecamatan Anjatan. Namun, lain halnya dengan pendapat petani yang
menyimpulkan bahwa musim hujan pada masa tanam tahun 2017 lebih sering
dibandingkan dengan musim hujan sebelumnya.
c. Cuaca ekstrim dan serangan OPT
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di lapangan mengenai
adanya kaitan antara cuaca ekstrim dengan kondisi pertanian di daerah
penelitian pada saat ini, 100% petani menyatakan bahwa ada keterkaitan
antara cuaca ekstrim dengan dampaknya terhadap pertanian.
Berikut grafik perbedaan produksi pada saat panen normal dan gagal panen.

2. Fenologi Dan Pertumbuhan Strawberry Di Dataran Rendah Sebagai Kajian Awal Dampak
Perubahan Iklim Terhadap Pertumbuhan Tanaman (2021)
Penelitian dilakukan pada lahan di Kecamatan Sukarame, Bandar Lampung. Bulan
Maret sampai pertengahan September 2020. Unsur cuaca (suhu dan kelembaban udara
harian) yang diukur setiap selang 1 jam dengan menggunakan pengukur suhu dan kelembaban
yang disertai data logger (Flush USB humidity and temperature data logger recorder tipe
E3845). Dengan data logger, suhu dan kelembaban udara dapat diukur setiap jam. Radiasi
matahari dan PAR diukur dengan Skye Instrument with quantum and pyranometer sensors.
Laju pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman dilakukan dengan metode
destruktif. Setiap minggu dua tanaman dicabut untuk pengukuran panjang dan lebar
penutupan tanaman, tinggi tanaman, panjang dan lebar daun, panjang akar, dan bobot segar
tanaman. Setelah tanaman dikeringkan dengan menggunakan oven, kemudian ditimbang
untuk mendapatkan bobot kering tanaman dan bagian bagiannya (akar, batang dan daun).
Pengamatan juga dilakukan dengan membuat foto perkembangan tanaman sebagai data
deskriptif.
Secara rata rata radiasi matahari di dataran rendah Sukarame, Bandar Lampung
adalah 609,40 watt/m2 dan didalam rumah kaca sebesar 291,61watt/m2 , suhu udara
minimum 28,21oC, maksimum 34,11oC dan suhu rata-rata 24,97OC, suhu tanah 30,74oC dan
kelembaban 53%. Suhu dasar terendah bagi Strawberry adalah 10°C dan tertinggi 26oC.
Iklim mikro tanaman di lokasi penelitian ini berada di luar iklim mikro dari habitat
strawberry. Di Southwestern Coast of Spain strawberry ditanam di daerah bersuhu 13,4oC
dan radiasi 14,3 MJ/mo2 ; di Tunja, Colombia suhu rata rata 15,8°C dengan kelembaban relatif
72%. Sedangkan di Bandar Lampung radiasi matahari adalah 609,40 watt/m dan di dalam
rumah kaca sebesar 291,61 watt/m2 dan suhu rata rata 24,97oC.

Grafik Intensitas radiasi dataran rendah


di udara terbuka dan dalam ruangan Grafik Suhu dan kelembaban
tanah harian

Grafik Suhu udara harian maksimum,


minimum dan rata rata
Analisa pertumbuhan mewakili langkah pertama dalam analisa produktivitas
sehingga merupakan penghubung penting antara mengukur hasil tanaman dan memahami
fenomena fisiologis yang menentukan hasil.

Grafik Jumlah dan luas daun


strawberry ditanam di dataran rendah Grafik Rasio berat daun (gram)
terhadap luas daun (cm2)

Grafik Rasio akar dan batang


Strawberry di dataran rendah

Fenologi tanaman yang merupakan deskripsi fase tumbuh tanaman dapat


dikuantifikasikan melalui konsep yang disebut Growing Degree Days (GDD). GDD adalah
hubungan antara suhu udara dengan laju pertumbuhan tanaman. Di negara negara Baltik,
Strawberry mulai berbunga dengan jumlah growing degree days 586, panen pertama 870 dan
kedua 965. Sedangkan pada penelitian sampai tanggal 29 Agustus 2020 (45 hari) jumlah GDD
adalah 1117, 7 unit dan sampai minggu ke sepuluh tanaman strawberry belum berbuah.
Dari luasnya batasan dari faktor yang mempengaruhi penampilan tanaman dan
potensi panen dari strawberry (Fragaria x ananassa Duch.), suhu dan panjang hari yang
dipengaruhi lintang adalah yang paling penting. Selain foto period interaksi yang kuat antara
suhu dan panjang hari menentukan transisi fari vegetatif ke pembungaan yang bervariasi anta
kultivar (Kruger et al., 2012). Antesis semakin mundur dari lintang selatan ke utara yang
menggambarkan pengaruh lintang yaitu karena menurunnya suhu dari selatan ke utara.
anthesis secara umum berkaitan dengan suhu dari minggu-minggu sebelumnya.
Tanaman dataran tinggi (Strawberry) jika ditanam di dataran rendah yang bersuhu
lebih tinggi mengalami beberapa hal yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya
antara lain perkembangan vegetatif yang terhambat, laju pertumbuhan hampir sama saja
setiap minggu, beberapa daun sudah mengering sehingga jumlah daun berkurang. Sampai
minggu ke sepuluh bunga belum merata terlihat pada tanaman, begitu juga penutupan kanopi
yang hanya mencapai di bawah 20 persen.

3. Kajian Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produktivitas Bawang Putih (Allium sativum L.)
di Kabupaten Malang (2020)
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2019 di sentra produksi
Bawang Putih di Kabupaten Malang, Yaitu di Kecamatan Pujon, Ngantang, dan Poncokusumo.
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah data hasil wawancara petani Bawang Putih,
data unsur-unsur iklim (curah hujan, hari hujan, suhu dan lama penyinaran ) serta data
produksi, data luas lahan, dan data produktivitas Bawang Putih. Analisis data perubahan iklim
menggunakan data iklim (Curah hujan, suhu, kelembaban, dan lama penyinaran ) tahunan
selama 20 tahun dari tahun 1998 hingga tahun 2017. Data iklim tersebut dibagi menjadi dua
periode pengamatan, periode pertama pada tahun 1998 hingga tahun 2007. Periode kedua
pada tahun 2008 hingga tahun 2017. Analisi iklim dilakukan dengan membandingkan
perubahan rata – rata iklim selama 20 tahun antara periode pertama dan kedua.
Perbandingan unsur iklim curah hujan dalam dua periode mengalami penurunan dan
memiliki nilai yang berbeda setiap bulan dalam mm/dekade. Unsur iklim suhu mengalami
perubahan penurunan suhu dalam dua periode dan memiliki nilai yang berbeda setiap bulan
dalam °C/dekade. Unsur iklim lama penyinaran dalam dua periode mengalami peningkatan
dan memiliki nilai yang berbeda setiap bulan dalam jam/dekade. Unsur iklim kelembaban
udara dalam dua periode mengalami penurunan dan memiliki nilai yang berbeda setiap bulan
dalam %/dekade.
Variabel curah hujan tidak berpengaruh signifikan karena pertumbuhan Bawang Putih
tidak memerlukan terlalu banyak air. Variabel suhu tidak berpengaruh signifikan dikarenakan
pertumbuhan Bawang Putih ditentukan oleh lokasi penanaman. Cahaya matahari memiliki
peranan penting terhadap pertumbuhan tanaman. Lama penyinaran dapat menentukan
fotosintesis tanaman. Menurut Wu et.al (2017 ) menunjukkan bahwa suhu tinggi dan panjang
hari mampu meningkatkan proses pembentukan umbi dengan periode tumbuh yang lebih
singkat dan bobot umbi yang lebih tinggi. kelembaban udara dapat mempengaruhi
produktivitas Bawang Putih. Dimana kelembaban udara yang tinggi dapat menimbulkan
serangan penyakit dan kelembaban udara yang rendah dapat menyebabkan serangan hama
yang dapat menurunkan produktivitas pada tanaman Bawang Putih.

Anda mungkin juga menyukai