Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

Mata adalah organ fotosensitif yang kompleks dan berkembang lanjut yang memungkinkan analisis
cermat tentang bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan obyek. Banyak sekali penyakit yang bisa
menyerang pada mata, walaupun mata berukuran sangat kecil dibandingkan dengan ukuran bagian tubuh yang
lain. Penyakit mata ini sangat mengganggu penderitanya karena dapat menyebabkan hilangnya penglihatan.
Glaukoma adalah salah satu penyakit mata yang dapat mengakibatkan neuropati optic
yang diikuti gangguan pada lapang pandang yang khas dan atrofi saraf optik. Glaukoma
merupakan penyebab kebutaan ketiga terbesar di dunia. Diperkirakan 13.5 juta orang menderita
glaukoma dan 5.2 juta diantaranya mengalami kebutaan.
Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan sebanyak 5,9 dan 5,3 juta
orang akan mengalami kebutaan sekunder akibat dari glaucoma sudut terbuka dan glaukoma
sudut tertutup pada tahun 2020. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun
2013, prevalensi kebutaan di Indonesia adalah sebanyak 0,9%.2 Dua tipe glaukoma yang paling
sering adalah Primary Open Angle Glaucoma (POAG) atau glaukoma sudut terbuka dan
Acute/chronic closed angle glaucoma atau glaukoma  sudut tertutup.1
Glaukoma merupakan dampak dari mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada
glaukoma adalah gangguan aliran keluar aqueous humour akibat kelainan sistem drainase sudut
balik mata depan (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses aqueous humour ke sistem
drainase (glaukoma sudut tertutup).3 Gambaran klinis utama pada glaukoma berupa kerusakan
pada saraf optic (cupping) dan kehilangan lapang pandang yang memiliki pola khas.2
Prognosis glaukoma akut tergantung penanganan awal, jika terlambat maka dapat
mengakibatkan kebutaan permanen. Pengobatan medikamentosa harus dimulai secepat mungkin
untuk menurunkan tekanan intraokular, sebelum terapi definitif iridektomi laser atau bedah
dilakukan.1

Anda mungkin juga menyukai