Anda di halaman 1dari 29

RESUME PBL

SKENARIO 1
“ IMUNITAS DAN SARS COV-2 ’’

NAMA : Kayyis Firzadie


NPM : 119170085
KELOMPOK : 1A
TUTOR : dr. Permata Ayuning Tyas

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
SKENARIO 1
IMUNITAS DAN SARS COV-2

WHO terus mengkaji bukti respons antibody terhadap infeksi SARS-CoV-2. Sebagian
besar penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang sudah sembuh dari infeksi memiliki
antibody terhadap virus tersebut, tetapi beberapa di antaranya hanya memiliki neutralizing
antibody dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam darah sehingga menunjukkan pentingnya
peran imunitas seluler untuk kesembuhan. Hingga bulan April 2020, belum ada penelitian yang
mengevaluasi apakah keberadaan antibody terhadap SARS CoV-2 dapat memberikan imunitas
setelah terjadinya infeksi virus ini pada manusia. Hingga saat ini, WHO dan negara-negara di
dunia masih berjuang dalam mengembangkan vaksin untuk kekebalan manusia terhadap SARS
CoC-2.

STEP 1
1. WHO
 WHO singkatan dari World Health Organization, yang artinya Organisasi
Kesehatan Dunia. Salah satu badan PBB yang bertindak sebagai coordinator
kesehatan umum internasional.
2. Antibody
 Glikoprotein yang dihasilkan sel imun tertentu sebagai reagen terhadap rangsan
imunogen dengan spesifitas tinggi yang mampu mendeteksi berbagai macam
molekul di sirkulasi serta sel dan jaringan.
3. Nutrallizing antibody
 Antibody yang mampu mecegah agen penular dengan cara mentralkan atau
menghambat efek biologis.
 Diproduksi secara alami oleh tubuh sebagai bagian dari respon kekebalannya dan
produksinya dipicu oleh infeksi dan vaksinasi untuk melawan infeksi tersebut.
4. SARS
 Infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh corona virus yang juga
merupakan penyakit menular.
5. Imunitas seluler
 Imunitas yang didapat dengan peranan limfosit T bersifat predominan
 Imun yang melibatkan aktifitas fagosit, dan pelepasan sitokin sebagai respon
terhadap antigen
6. Vaksin
 Antigenic untuk menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit.

STEP 2
1. Mengapa orang-orang yang sudah terpapar virus tersebut terbentuk antibody ?
2. Bagaimana peran imunitas seluler dalam proses infeksi ? dan apa saja macam-
macamnya ?
3. Bagaimana gejala pasien yang terinfeksi oleh SARS CoV-2 ?
4. Bagaimana cara penularan dari virus tersebut dan bagaimana pencegahannya ?
5. Apa saja jenis vaksin yang dapat diberikan ke tubuh manusia ?

STEP 3
1. Mengapa orang-orang yang sudah terpapar virus tersebut terbentuk antibody
 Antibody ada 2, untuk kasus ini termasuk antibody adaktif untuk mengingat
antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh.
 Karena adanya respon imun yang spesifik dan non spesifik. Nantinya akan
muncul jenis humoral (sel B) dan seluler (sel T).
 Pada dasarnya ada respo bawaan dan respon adaktif. Sesuai kasus, yang
berhubungan itu yang respon imun seluler yang sangat dibutuhkan terjadinya
antibody tersebut.
2. Bagaimana peran imunitas seluler dalam proses infeksi ? dan apa saja macam-macamnya
 Sel-sel di dalam tubuh manusia berasal dari sel punca (stem cell) yang secara
konstan akan bersikulasi di dalam peredaran darah dan bersifat patrol untuk
mencari benda asing di dalam tubuh.
 Imunitas seluler didefinisikan sebagai suatu respon imun terhadap antigen yang
diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun
lainnya. Imun seluler ini berfungsi untuk mengatasi infeksi mikroba intraseluluer.
 Limfosit T lainnya membunuh berbagai jenis sel inang yang terinfeksi mikroba di
dalam sitoplasma.
 Limfosit T spesifik terhadap kekebalan terhadap infeksi virus dan pengaturan
pada mekanisme kekebalan.
 Imunitas sebagai pertahanan terhadap suatu penyakit. Imunitas merupakan
pertahanan terhadap penyakit, terutama pada infeksi, diamana system imun ini
merupakan kumpulan sel-sel, jaringan dan molekul yang berperan dalam
infeks.Untuk macamnya, sistem imun dibagi menjadi 2, spesifik dan non spesifik.
Untuk pembagian dari imunitas non spesifik ada fisik, larut, dan seluler.
Sedangkan untuk imunitas spesifik ada humoral dan seluler.
 Peran limfosit T berperan dalam merangsang sel B sebagai antibody.

3. Bagaimana gejala pasien yang terinfeksi oleh SARS CoV-2


 Gelajanya yaitu batuk kering, kelelahan, dan diare. Gelaja lain sesak nafas,
kehilangan kemampuan bicara dan gerak.
 Gelajanya hidung berair terus menerus, tidak bisa mencium bau

4. Bagaimana cara penularan dari virus tersebut dan bagaimana pencegahannya


 Cara penularannya ada 3, transmisi kontak dan droplet, transmisi melalui udara,
dan transmisi melalui fomit.
 Virus yang menyerang di bagian saluran pernafasan, biasanya bila terjadi
kerusakan di saluran pernafasan, mucus yang ada di sistem pernafasan akan
menjad kental dan menyebabkan pergerakan silia dan nantinya akan menganggu
karena patogen tersebut.
 Pencegahannya yaitu memakai masker dan social distancing.

5. Apa saja jenis vaksin yang dapat diberikan ke tubuh manusia


 Ada 4 jenis vaksin, yaitu vaksin hidup/dilemahkan, vaksin yang dimatikan
(inivated), vaksin toksoid, dan vaksin biosintetik.
STEP 4
1. Mengapa orang-orang yang sudah terpapar virus tersebut terbentuk antibody
 Sel-sel didalam tubuh yang terlibat dalam sistem imun itu berasal dari sel punca
yang secara konstan akan bersirkulasi di dalam peredaran darah dan bersifat
patrol untuk mencari benda asing di dalam tubuh. Jenis sel punca yang terlibat
dalam sistem imun ini ada 2 macam, yaitu spesifik (sel punca progenitor limfoid)
dan non spesifik (sel punca progenitor myeloid).
 Antibody dihasilkan dari sistem imun humoral dan seluler
 Pada saat sistem imun tubuh kita bekerja, terdapat mikroorganisme yang berkerja
lalu tubuh kita membentuk sistem imun tubuh agar dapat melawan virus tersebut.
Pada proses tersebut ada beberapa sel yang bekerja untuk melawan virus tersebut.
merangsang . limfosit T akan menuju ke sel B. selanjutnya, antiobodi akan
berada di dalam tubuh dalam beberapa waktu dan ketika ada antigen masuk lagi
maka sudah ada antibody di dalam tubuh.
 Perbedaan penting sel B dan sel T. sel T sebagian besar mengenali antigen protein
saja sedangkan sel B mengenali berbagai jenis molekul seperti protein,
karbohidrat, asam nukleat dan lemak.
 Sistem imun dibagi menjadi 2 dan berkaitan dengan terbentuknya antibody. Suatu
patogen menginfeksi sampai 1-2 pekan lalu tubuh akan merespon antigen
tersebut. Yang nantinya memproduksi sel T yaitu imunitas dari salurannya.
Hubungan spesik dengan seluler dan humoral. Seluler mengaktifvasi sel Tnya. Sel
T akan menjadi penolong dan mengaktivasi imunitas humoral (sel B) yang
nantinya menghasilkan antibody. Sel T juga membantu membunuh sel-sel yang
terinfeksi.
2. Bagaimana peran imunitas seluler dalam proses infeksi ? dan apa saja macam-macamnya
 Gambaran umum dari imunitas yaitu spesifik dan non spesifik. Sistem imun
melindungi seluruh organisme multiseluler dari infeksi. Fungsi sistem imun
dibagi menjadi 2, yaitu spesifik dan non spesifik. Untuk nonspesifik brfungsi di
dalam jaringan darah. nonspesifik ini akan memberi respon awal ke respon
spesifik. Sel-sel imun non spesifik mencari mikroba yang merusak jaringan dan
diteruskan ke sel imun spesifik.
 Perbedaan spesifik dan non spesifik yaitu spesifik bekerja cepat tanpa butuh
pajanan, sebaliknya untuk nonspesifik timbul dalam beberapa hari setelah kerja
dari sistem imun spesifik.

3. Bagaimana gejala pasien yang terinfeksi oleh SARS CoV-2


 Siklus hidup virus dengan inangnya terdiri dari 5 langkah berikut: perlekatan,
penetrasi, biosintesis, pematangan dan pelepasan. Begitu virus berikatan dengan
reseptor inang (perlekatan), mereka memasuki sel inang melalui endositosis atau
fusi membran (penetrasi). Setelah isi virus dilepaskan di dalam sel inang, RNA
virus memasuki nukleus untuk replikasi. MRNA virus digunakan untuk membuat
protein virus (biosintesis). Kemudian, partikel virus baru dibuat (pematangan)
dan dilepaskan. Virus korona terdiri dari empat protein struktural; Spike (S),
membran (M), amplop (E) dan nukleokapsid (N) [29]. Spike terdiri dari
glikoprotein trimetrik transmembran yang menonjol dari permukaan virus, yang
menentukan keragaman virus corona dan tropisme inang. Spike terdiri dari dua
subunit fungsional; Subunit S1 bertanggung jawab untuk mengikat reseptor sel
inang dan subunit S2 untuk fusi membran virus dan sel. Enzim pengubah
angiotensin 2 (ACE2) diidentifikasi sebagai reseptor fungsional untuk SARS-CoV

4. Bagaimana cara penularan dari virus tersebut dan bagaimana pencegahannya


 1. Transmisi kontak dan droplet. Transiminya dapat terjadi secara langsung, tidak
langsung, dan kontak erat dengan orang terinveksi melalui sekresi seperti air liur
dan droplet saluran pernafasan yang keluar saat orang terinfeksi batuk bersin
berbicara atau menyanyi. 2. Transmisi melalui udara didefinisikan sebagai infeksi
yang disebabkan oleh penyebaran inti droplet (aerosol) yang tetap infeksius.
 Pencegahannya yaitu social distancing, jaga jarak 1 meter dengan orang lain,
mencuci tangan dengan air sabun atau alcohol, meningkatkan pola daya tahan
tubuh, menghindari kontak dengan penderita, menutup hidung ata mulut saat
batuk atau bersin, menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
 Mengakibatkan infeksi di saluran pernafasan dan biasanya akan terjadi kerusakan
di sistem pernafasan. Konsentrasi mucus akan lebih kental sehingga gerakan silia
akan terganggu. Akhirnya sistem untuk menghalangi patogen juga akan
terganggu. Sel-sel makrofag, dendritic, sel mast akan berpatroli. Sel yang humoral
yang berperan yaitu sel B dan sel seluler yaitu sel T (intraseluler dan seluler).
Mekanismenya yaitu sel T helper ekstraseluler akan mengaktifkan sel B yang
akan menghasilkan antibody dan akan mengaktivkan sel sitotoksin yang dapat
membantu sel yang intraseluler.
 Transmisi Fomit .Sekresi saluran pernapasan atau droplet yang dikeluarkan oleh
orang yang terinfeksi dapat mengontaminasi permukaan dan benda, sehingga
terbentuk fomit (permukaan yang terkontaminasi). Virus dan/atau SARS-CoV-2
yang hidup dan terdeteksi melalui RT- PCR dapat ditemui di permukaan-
permukaan tersebut selama berjam-jam hingga berhari-hari, tergantung
lingkungan sekitarnya (termasuk suhu dan kelembapan) dan jenis permukaan.
Konsentrasi virus dan/atau RNA ini lebih tinggi di fasilitas pelayanan kesehatan
di mana pasien COVID-19 diobati. Karena itu, transmisi juga dapat terjadi secara
tidak langsung melalui lingkungan sekitar atau benda-benda yang terkontaminasi
virus dari orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau termometer), yang
dilanjutkan dengan sentuhan pada mulut, hidung, atau mata.Pencegahan lainny
ayaitu mengidentifikasi kasus suspek segera mungkin dan memastikan ventilasi
rumah itu baik di semua tempat yang tertutup serta melakukan pembersihan atau
disinfeksi ke lingkungan tersebut.

5. Apa saja jenis vaksin yang dapat diberikan ke tubuh manusia


 Ada 4 jenis vaksin, yaitu vaksin hidup/dilemahkan, vaksin yang dimatikan
(inivated), vaksin toksoid, dan vaksin biosintetik.
 Vaksin hidup dapat menimbulkan . contohnya ada vaksin BCG, rubella, campak,
MIND MAP

spesifik
macam-macam
sistem imun
non spefisik

sistem imun primer


organ yang
berperan dalam
sistem imun
sekunder
antibodi dan
antigen

STEP 5
1. Mekanisme dasar sistem imun dihubungkan dengan organ yang berperan
a. Imunitas alamiah dan didapat
b. Imunitas seluler humoral
c. Imunitas aktif dan pasif
d. Antigen dan antibody
e. Reaksi kompleks imun
2. Sel dan komponen darah yang berperan
3. Mekanisme immunologi pada vaksinasi

REFLEKSI DIRI
Setelah saya mengikuti pbl sk 1 pertemuan pertama Alhamdulillah saya jadi bisa
mengetahui tentang siste immune. Semoga kedepannya saya bisa lebih baik dalam hal apapun
diperkuliahan ini aamiin.

STEP 6 (Belajar Mandiri)


STEP 7
1. Bagaimana mekanisme dasar sistem imun dihubungkan dengan organ yg berperan

A. Imunitas Alamiah dan Didapat

Sistem imun bawaan bereaksi dengan cepat, tidak memiliki memori imunologis, dan
tergantung pada reseptor serupa-Tol unutk memicu respons inflamasi dan respons imun.

Walaupun sistem imun bawaan jauh lebih tua daripada sistem imun adaptif, namun sestem
ini dapat bereaksi dengan cepat (biasanya bebereapa jam) terhadap invasi antigen; ia bereaksi
secara nonspesifik; dan tidak memiliki memori imunologis. Unsur penting sistem imun bawaan
adalah komplemen, peptida antimikroba, sitokin, makrofag, neutrofil, sel NK, dan reseptor
serupa-Tol (Toll-like reseptors/ TLR).

Komplemen adalah serangkaian protein dalam darah yang menyerang mikroba yang masuk
ke dalam aliran darah. Ketika mereka mengendap pada permukaan patogen, mereka membentuk
kompleks penyerangan membran (membrane attack complex/ MAC) yang menghancurkan
membran sel mikroba. Sel fagositik seorang pengidap, contohnya neutrofil dan makrofag,
memiliki reseptor terhadap bagian spesifik komplemen (yaitu C3b); kehadiran C3b pada
permukaan mikroba memfasilitasi fagositosis mikroba oleh sel ketahanan pejamu.

Peptida antimikroba, misalnya defensin, disintesis dan dilepaskan oleh sel epitel dan tidak
hanya mempertahankan tibuh terhadap bakteri Gram negatif, namun juga menjadi kemoatraktan
bagi sel dendritik yang belum dewasa, dan bagi limfosit T.

Sitokin merupakan molekul pensinyal yang dilepaskan oleh berbagai sel sistem imun
bawaan maupun adaptif untuk mendapatkan respons dari sel target. Sitokin yang dihasilkan oleh
limfosit disebut sebagai interluksin (IL), sedangkan sitokin yang mempunyai sifat kemoatraktan
biasanya disebut sebagai kemokin. Sitokin yang memicu diferensiasi dan mitosis pada sel
hemopoietik disebut sebagai faktor penstimulasi koloni (colony-stimulating factor/ CSF),
sedangkan sitokin yang memiliki sifat antivirus disebut sebagai interferon.
Makrofag memiliki reseptor terhadap bagian antibodi yang konstan (reseptor Fc), reseptor
komplemen, dan reseptor yang mengenali karbohidrat yang biasanya tidak ditemukan pada
permukaan sel-sel makhluk vertebrata. Makrofag juga meruakan sel penyaji antigen (antigen-
presenting cells), yang menyajikan antigen kepada limfosit T maupun B. Makrofag juga
melepas G-CSF dan GM-CSF yang menginduksi pembentukan neutrofil dan pengelepasannya ke
sirkulasi darah.

Neutrofil meninggalkan sistem vaskular pada daerah yang mengalami inflamasi dan
memasuki kompartemen jaringan ikat yang penuh dengan bakteri, kemudian memfagositosis dan
menghancurkan bakteri. Bakteri dapat dibunuh dalam keadaan tergantung dengan oksigen, yaitu
dengan pembentukan hidrogen peroksida, radikal hidroksil, dan tanpa oksigen dalam
fagolisosom, atau melalui pencernaan oleh enzim, yang menggunakan protein kationik serta
mieloperoksidase dan lisozim.

Sel NK merupakan sel yang mirip dengan sel T sitotoksik (bagian dari sistem imun adaptif),
namun tidak perlu memasuki kelenjar timus untuk maturasi. Sel-sel menggunakan penanda
nonspesifik untuk mengenali targetnya; hal ini dapat dicapai dengan dua cara yang berbeda
yaitu:

a. Sel NK memiliki reseptor Fc yang dapat mengenali bagian konstan antibodi IgC
sebagai sinyal untuk membunuh sel target. Hal ini dikenal sebagai antibodi sitotoksisitas
selular dependen.
b. Permukaan sel Nkjuga memiliki protein trensmembran yang dikenal sebagai
reseptor pengaktivasi-pembunuh (killer-activating receptor), yang mengikat penanda
tertentu pada sel permukaan sel berinti. Untuk mengendalikan proses pembunuhan ini, sel
NK juga memiliki reseptor penghambat-pembunuh (killer- inhibitory receptor) yang
mengenali molekul MHC I (kompleks histokompatibilitas mayor tipe 1) yang terletak pada
membran plasma semua sel. Kebradaan molekul MHC I mencegah terjadinya pembunuhan
sel yang sehat oleh sel NK.

Reseptor serupa-Tol (Toll-like receptors/ TLRs) merupakan protein integral membran yang
sangat awet; manusia setidaknya memiliki 12 TLR yang berbeda, yang memiliki peran masing-
masing.
Tampaknya TLR berperan secara berpasangan, sehingga sepasang TLR membentuk satu
reseptor aktif. Beberapa TLR tampak pada membran sel sehingga memiliki bagian intra-
maupun ekstraselular, sedangkan TLR lainnya terdapat hanya pada bagian intrasel saja. Semua
TLR (kecuali TLR3) berhubungan dengan serta mengaktivasi jalur faktor nukleus NF-κB yang
melaksanakan perannya melalui beberpa protein sitosol, termasuk MyD88, yang memicu
serangkaian respons spesifik TLR dalam sel. Urutan kejadian ini menghasilkan pelepasan
sitokin yang sesuai bagi patogen yang dideteksi, dan mungkin juga mengaktivasi sel B dan T
yang dirancang untuk melaksanakan respons imun adaptif yang spesifik. Untuk itu, Tlr
memeliki kemampuan memodulasi sistem imun, dan menunjukan bahwa sistem imun bawaan
bukanlah sesuatu yang stasis dan umum, namun merupakan sesuatu yang dinamis yang mampu
mengendalikan dengan baik respons imun maupun respons inflamasi.

B. Sistem Selular dan Humoral

Terdapat dua jenis imunitas adaptif, yaitu imunitas humoral dan imunitas seluler, diperantai
oleh sel-sel dan molekul yang berbeda dan masing-masing dirancang untuk memberikan
pertahanan terhadap mikroba ekstraseluler dan intraseluler.

a. Imunitas Humoral

Diperantai oleh antibodi yang di produksi oleh sel-sel Limfosit B. Antibodi masuk ke dalam
sirkulasi dan cairan mukosa, lalu menetralisir dan mengeliminasi mikroba serta toksin mikroba
yang berada di luar sel-sel inang,dalam darah, cairan esktraseluler (CES) yang berasal dari
plasma dan di dalam lumen dan organ-organ mukosa, seperti Traktus Gastrointestinal dan
Traktus Respiratorius. Salah satu fungsi terpenting antibodi adalah menghentikan mikroba yang
berada pada permukaan mukosa dan dalam datah agar tidak mendapatkan akses menuju sel-sel
inang dan tidak membentuk koloni di dalam sel serta jaringan ikat inang. Melalui cara ini,
antibodi mencegah infeksi berkembang. Antibodi tidak dapat mencapai mikroba yang hidup dan
membelah di dalam sel yang terinfeksi.

Sel B yang berasal dari sel asal multipoten di sumsum tulang. Pada manusia Sel B akan
berdiferensiasi terjadi dalam sumsum tulang. Sel B yang dirangsang oleh benda asing akan
berproliferasi, berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi.
Antibodi yang di lepas dapat ditemukan dalam serum. Fungsi utama antibodi ialah pertahanan
terhadap infeksi ekstraseluler, virus dan bakteri serta menetralkan toksinnya.

b. Imunitas Seluler

Imunitas Seluler berperan dalam pertahanan terhadap mikroba intraseluler, prosesnya


diperantai oleh sel-sel yang disebut sel limfosit T. Beberapa limfosit T mengaktivasi fagosit
untuk menghancurkan mikroba yang telah dimakan oleh sel fagosit ke dalam vesikel intraseluler.
Limfosit T lainnya membunuh berbagai jenis sel inang yang terinfeksi mikroba infeksius di
salam sitoplasmanya. Dalam kedua kasus tersebut,sel T mengenali antigen yang ditampilkan
pada permukaan sel, yang menunjukan adanya mikroba di dalam sel tersebut.

Sel T berasal dari sel asal multipoten di sumsum tulang. Pada orang dewasa, sel T dibentuk
di dalam sumsum tulang, tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar Thymus
atas pengaruh berbagai faktor asal Thymus. 90-95% dari semua sel T dalam Thymus tersebut
mati dan hanya 5-10% menjadi matang dan selanjutnya meninggalkan Thymus untuk masuk ke
dalam sirkulasi.

Faktor Thymus yang disebut Timosin dapat ditentukan dalam peredaran darah sebagai
hormon asli dan dapat mempengaruhi diferensiasi sel T di perifer. Berbeda dengan sel B, Sel T
terdiri atas beberapa subset sel dengan fungsi yang berlainan yaitu sel CD4 + (Th1, Th 2), CD8+
atau CTL atau Tc dan Ts atau sel Tr atau Th3. Fungsi utama sistem imun adaptif seluler ialah
pertahanan terhadap bakteri yang hidup Intraseluler, virus, jamur, parasit dan keganasan. Sel
CD4+ mengaktifkan sel Th1 yang selanjutnya mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan
mikroba. Sel CD8+ memusnahkan sel terinfeksi.

C. Imunitas Aktif dan Pasif


1. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif terjadi bila sesorang menerima antibody atau produk sel dari orang lain yang
telah mendapat imunisasi aktif. Transfer sel yang kompeten imun kepada pejamu yang
sebelumnya imun kompeten disebut transfer adoptif. Imunisasi aktif menginduksi respon imun.
Imusisasi pasif dapat diperoleh melalui antibodi dari ibu atau dari globulin homolog yang
dikumpulkan.
1) Imunisasi pasif alamiah
a. Imunitas maternal melalui plasenta
Antibodi dalam darah ibu merupakan produksi pasif kepada janin. IgG dapat
berfungsi antitoksik, antivirus dan antibakteri terhadap H. influenza B atau S. ibu yang
mendapat vaksinasi akan memberikan proteksi pasif pada janin dan bayi.
b. Imunitas maternal melalui kolostrum
ASI mengandung berbagai komponen sistem imun. Beberapa diantaranya
merupakan Inhancement Growth Factor untuk bakteri yang di perlukan dalam usus atau
factor yang justru dapat menghambat tumbuhnya kuman tertentu (lisozim, interferon,
makrofag, sel T, sel B, granulosit). Antibody ditemukan dalam ASI kadarnya lebih
tinggi dalam kolostrum ASI pertama setelah partus. Daya proteksi antibody kelenjar
susu tergantung dari antigen yang masuk ke dalam usus ibu.
2) Imunisasi pasif buatan
a. Immune serum Globulin nonspesifik
Imunisasi pasif tidak diberikan secara rutin, hanya diberikan dalam keadaan
tertentu kepada penderita yang terpajan dengan bahan yang berbahaya terhadapnya dan
sebagai regimen jangka pada penderita dengan difisiensi antibody. Jenis imunitas
diperoleh setelah suntikan, tetapi hanya berlangsung selama masa hidup antibody in-
vivo yang sekitar 3 minggu untuk kebanyakan bentuk proteksi ig. Imunisasi pasif dapat
barupa tindakan profilaktik atau terapieutik.

b. Immune serum Globulin Spesifik


Plasma atau serum dapat diperoleh donor yang dipilih sesudah imunisasi booster
atau konvalen dari suatu penyakit yang sesuai dengan jenisnya (misalnya HBIG, VZIG
dan RIG).3
2. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau
dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi. Antibodi adalah zat
anti yang terbentuk ketika antigen (kuman) masuk ke dalam tubuh. Pertama kali antigen masuk
ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat antibodi. Pada umumnya, reaksi
pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat karena tubuh belum mempunyai
pengalaman. Tetapi pada reaksi kedua, ketiga dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori
untuk mengenali antigen sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat
dan dalam jumlah yang lebih banyak. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio atau
campak.

D. Antigen dan Antibodi

a. Antigen
Sel B dan T harus mampu secara spesifik mengenali sel atau bahan lain yang tidak diinginkan
untuk dihancurkan karena berbeda dari sel normal tubuh sendiri. Keberadaan antigen
memungkinkan limfo-sit melakukan pembedaan tersebut. Ingat kembali bahwa antigen adalah
molekul asing berukuran besar dan unik yang memicu respons imun spesifik terhadap dirinya
sendiri, seperti pembentukan antibodi yang menyebabkan penghancuran antigen, jika antigen
tersebut masuk ke dalam tubuh (antigen berarti antibodi generator, meskipun beberapa antigen
memicu respons imunitas selular dan bukan pembentukan antibodi). Secara umum, semakin
kompleks suatu molekul, semakin besar antigenisitasnya. Protein asing adalah antigen yang
paling umum karena ukuran dan kompleksitasnya meskipun makromolekul lain, seperti
polisakarida berukuran besar (karbohidrat) dan lipid (lemak), juga dapat berfungsi sebagai
antigen. Antigen dapat ada sebagai molekul tersendiri, misalnya toksin bakteri, atau merupakan
bagian integral dari suatu struktur multimolekul, misalnya antigen di permukaaan suatu mikroba
asing.
Antigen adalah molekul besar yang kompleks. Sebagian besar antigen merupakan protein.
Walaupun demikian, asam nukleat, lipoprotein, glikoprotein, dan polisakarida besar tertentu juga
dapat berfungsi sebagi antigen. Antigen lengkap biasanya memiliki berat molekul 10.000 dalton
atau lebih, tetapi molekul besar yang memiliki subunit-subunit berulang sederhana-misalnya
selulosa dan sebagian besar plastik-biasanya tidak bersifat antigenik. Hal ini menjadi penyebab
mengapa bahan plastik dapat digunakan pada sendi atau katup jantung buatan. Bahan lebih kecil
yang memiliki reaktivitas, tetapi tanpa imunogenitas disebut hapten (=menggenggam). Sebuah
hapten dapat merangsang respon imun hanya jika melekat ke molekul pembawa yang lebih
besar. Salah satu contoh adalah toksin lemak kecil pada poison ivy, yang memicu respons imun
setelah berikatan dengan suatu protein yang memicu respons imun setelah berikatan dengan
suatu protein tubuh. Dengan demikian, sebagian obat, misalnya penisilin, dapat berikatan dengan
protein di tubuh untuk membentuk kompleks imunogenik. Respon imun yang dirangsang oleh
hapten ini berperan dalam beberapa reaksi alergik terhadap obat dan bahan lain di lingkungan.
Biasanya antigen adalah bahan asing; bahan ini biasanya bukan merupakan bagian dari
jaringan tubuh. Walaupun demikian, terkadang sistem imun gagal membedakan antara “teman”
(diri) dari “musuh” (bukan-diri). Akibatnya adalah penyakit autoimun yaitu molekul atau sel
tubuh sendiri diserang seolah-olah benda asing.

b. Antibodi
Pembentukan Antibodi oleh Sel Plasma. Sebelum terpajandengan antigen yang spesifik, klon
limfosit B tetap dalam keadaan tidak aktif (dorman) di dalam jaringan limfoid. Bila ada
antigenasing yang masuk, makrofag dalam jaringan limfoid akan memfagositosis antigen dan
kemudian membawanya ke limfositB di dekatnya. Selain itu, antigen tersebut juga dapat dibawa
ke selT pada saat yang bersamaan, dan terbentuk sel T pembantu yangteraktivasi. Sel pembantu
ini juga berperan dalam aktivasi hebatlimfosit B, yang akan kita bicarakan secara lebih lengkap
nanti.Limfosit B yang bersifat spesifik terhadap antigen segeramembesar dan tampak seperti
gambaran limfoblas. Beberapalimfoblas berdiferensiasi lebih lanjut untuk membentuk
plasmablas,yang merupakan prekursor sel plasma. Dalam plasmablas ini, sitoplasma meluas dan
retikulum endoplasma kasar akanberproliferasi dengan cepat.

Sel-sel ini kemudian mulaimembelah dengan kecepatan satu kali setiap 10 jam, sampaisekitar
sembilan pembelahan, sehingga dari satu plasmablas dapatterbentuk kira-kira 500 sel dalam
waktu 4 hari. Sel plasma yangmatang kemudian menghasilkan antibodi gamma globulin dengan
kecepatan tinggi kira-kira 2.000 molekul per detik untuksetiap sel plasma. Kemudian, antibodi
disekresikan ke dalamcairan limfe dan diangkut ke sirkulasi darah. Proses ini berlanjutterus
selama beberapa hari atau beberapa minggu sampai selplasma akhirnya kelelahan dan mati.
Sistem Komplemen pada Kerja Antibodi
"Komplemen" merupakan istilah gabungan untuk menggambarkan suatu sistem yang terdiri
atas kira-kira 20 protein, yang kebanyakan merupakan prekursor enzim. Pemeran utama dalam
sistem ini adalah 11 protein yang ditandai dengan Cl sampai C9,B, dan D. Biasanya, semua
protein ini ada di antara protein-protein plasma dalam darah dan juga ada di antara protein-
protein yang bocor keluar dari kapiler masuk ke dalam ruang jaringan. Biasanya prekursor enzim
ini bersifat inaktif, namun dapat diaktifkan terutama oleh jalur klasik.

Gambar 2.1 Kaskade reaksi selama aktivasi komplemen pada jalur klasik.

Terbuka, atau "diaktifkan: dan bagian ini kemudian langsung berikatan dengan molekul Cl dari
sistem komplemen, memulai pergerakan "kaskade" rangkaian reaksi, yang diawali dengan
pengaktifan proenzim Cl itusendiri. Enzim Cl yang terbentuk kemudian mengaktifkan
penambahan jumlah enzim secara berturut-turut pada tahap sistem berikutnya, sehingga dari
awal yang kecil, terjadilah reaksi"penguatan" yang sangat besar.

Di sebelah kanan gambar tersebut tampak terbentuk berbagai produk akhir, dan beberapa
diantaranya menimbulkan efek penting yang membantu mencegah kerusakan jaringan tubuh
akibat organisme yang menginvasi atauoleh toksin. Beberapa efek penting tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Opsonisasi dan fagositosis. Salah satu produk kaskade komplemen,yaitu C3b, dengan
kuat mengaktifkan proses fagositosisoleh neutrofil dan makrofag, menyebabkan sel-sel ini
menelanbakteri yang telah dilekati oleh kompleks antigen antibodi. Proses ini disebut
opsonisasi. Proses ini sering kali mampumeningkatkan jumlah bakteri yang dapat dihancurkan,
sampairatusan kali lipat.
2. Lisis. Salah satu produk paling penting dari seluruh produkkaskade komplemen adalah
kompleks litik, yang merupakankombinasi dari banyak faktor komplemen dan ditandai
denganC5b6789. Produk ini mempunyai pengaruh langsung untukmerobek membran sel
bakteri atau organisme penginvasi lainnya.
3. Aglutinasi. Produk komplemen juga mengubah permukaan organisme yang menginvasi
tubuh, sehingga melekat satu samalain, dan dengan demikian memicu proses aglutinasi.
4. Netralisasi virus. Enzim komplemen dan produk komplemen lain dapat menyerang
struktur beberapa virus dan dengan demikian mengubahnya menjadi nonvirulen.
5. Kemotaksis. Fragmen C5a memicu kemotaksis neutrofil danmakrofag, sehingga
menyebabkan sejumlah besar sel fagositini bermigrasi ke dalam jaringan yang berbatasan
denganagen antigenik.
6. Aktivasi sel mast dan basofil. Fragmen C3a, C4a, dan C5a mengaktifkan sel mast dan
basofil, sehingga menyebabkan sel-sel tersebut melepaskan histamin, heparin, dan beberapa
substansi lainnya ke dalam cairan setempat. Bahan-bahan ini kemudian menyebabkan
peningkatan aliran darah setempat,meningkatkan kebocoran cairan dan protein plasma
kedalam jaringan, dan meningkatkan reaksi jaringan setempat lainnya yang membantu agar
agen antigenik menjadi tidak aktif atau tidak mobil lagi. Faktor-faktor yang sama juga
berperan penting dalam proses peradangan, dan alergi, seperti yang akan kitabicarakan
kemudian.

7. Efek peradangan. Di samping efek peradangan yang disebabkan oleh aktivasi sel mast
dan basofil, ada beberapa produk komplemen lain yang turut menimbulkan peradangan
setempat. Produk-produk ini menyebabkan (1)aliran darah yang sebelumnya telah meningkat
menjadi semakin meningkat, (2) peningkatan kebocoran protein dankapiler, dan (3) protein
cairan interstisial akan berkoagulasi dalam ruang jaringan, sehingga menghambat pergerakan
organisme yang melewati jaringan.
E. Reaksi Antigen-Antibodi (Komplek Imun)
Reaksi antigen antibodi Antibodi merupakan gamma globulin yang disebut imunoglobulin
(disingkat sebagai Ig), dan berat molekulnya antara 160.000 dan 970.000. lmunoglobulin
biasanya mencakup sekitar 20 persen dari seluruh protein plasma.

Gambar 2.2 Struktur antibodi igG yang khas, terbentuk dari dua rantai polipeptida
berat dan dua rantai polipeptida ringan. Antigen berikatan pada dua tempat yang
berbeda di bagian variabel rantai tersebut.

Semua imunoglobulin terdiri atas kombinasi rantai polipeptida ringan dan berat. Sebagian
besar merupakan kombinasi 2 rantai berat dan 2 rantai ringan, seperti yang terlihat pada Gambar
di atas. Meskipun begitu, ada beberapa imunoglobulin yang mempunyai kombinasi sampai 10
rantai berat dan 10 rantai ringan, yang menghasilkan imunoglobulin dengan berat molekul besar.
Ternyata dalam semua imunoglobulin, tiap rantai berat terletak sejajar dengan satu rantai ringan
pada salah satu ujungnya, sehingga membentuk satu pasang berat-ringan, serta selalu terdapat
sedikitnya 2 pasang dan sebanyak-banyaknya 10 pasang semacam ini dalam setiap molekul
imunoglobulin.
Gambar 1.2 memperlihatkan bagian ujung dari setiap rantai berat dan rantai ringan, yang
disebut bagian yang dapat berubah (bagian variabel); dan sisa dari masing-masing rantai disebut
bagian yang tetap (bagian konstan). Bagian variabel berbeda-beda untuk setiap spesifisitas
antibodi, dan bagian inilah yang secara khusus melekat pada tipe antigen tertentu. Bagian
konstan dari antibodi menentukan sifat-sifat antibodi yang lain, menetapkan beberapa faktor
seperti penyebaran antibodi dalam jaringan, pelekatan antibodi pada strukturstruktur spesifik
dalam jaringan, pelekatan pada kompleks komplemen, kemudahan antibodi melewati membran,
dan sifat-sifat biologis antibodi yang lain. Suatu kombinasi ikatan kovalen (disulfida) dan
nonkovalen mengikat rantai ringan dan berat bersama-sama.
Spesifisitas Antibodi. Setiap antibodi bersifat spesifik untuk antigen tertentu; hal ini
disebabkan oleh struktur organisasi asam amino yang unik pada bagian yang dapat berubah dari
kedua rantai ringan dan berat. Susunan asam amino ini memiliki bentuk sterik yang berbeda
untuk setiap spesifisitas antigen, sehingga bila suatu antigen melakukan kontak dengan bagian
ini, maka berbagai kelompok prostetik antigen tersebut seperti sebuah bayangan cermin dengan
asam amino yang terdapat dalam antibodi, sehingga terjadilah ikatan yang cepat dan kuat antara
antibodi dan antigen. Bila antibodi bersifat sangat spesifik, maka akan ada banyak tempat ikatan
yang dapat membuat pasangan antibodi-antigen itu sangat kuat terikat satu sama lain, yaitu
dengan cara (1) ikatan hidrofobik, (2) ikatan hidrogen, (3) daya tarik ionik, dan (4) kekuatan van
der Waals. Ikatan ini juga mematuhi hukum kerja massa termodinamik.
K Konsentrasi ikatan antibodi-antigen
a Konsentrasi antibodi X Konsentrasi

= antigen
Ka disebut konstanta afinitas dan merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa kuat ikatan
antara antibodi dengan antigen.

Perhatikan, khususnya pada Gambar 1.2 bahwa di situ terdapat dua tempat yang dapat berubah
pada antibodi, untuk tempat melekatnya antigen, yang membuat antibodi jenis ini bersifat
bivalen. Sebagian kecil antibodi, yang terdiri atas kombinasi sampai 10 rantai berat dan 10 rantai
ringan, mempunyai sampai sepuluh tempat ikatan.
Penggolongan Antibodi. Terdapat lima golongan umum antibodi, masing-masing diberi nama
IgG, IgA, IgD, dan IgE. Ig singkatan dari imunoglobulin, dan kelima huruf di atas menunjukkan
masing-masing golongan.
Untuk membatasi pembicaraan kita, ada dua golongan antibodi yang sangat penting: IgG, yang
merupakan antibodi bivalen dan mencakup kira-kira 75 persen dari seluruh antibodi pada orang
normal, dan IgE, yang merupakan antibodi dalam jumlah kecil tetapi terutama terlihat dalam
peristiwa alergi. Golongan IgM juga penting sebab sebagian besar antibodi yang terbentuk
selama respons primer adalah antibodi jenis ini. Antibodi ini mempunyai 10 tempat ikatan
sehingga sangat efektif dalam melindungi tubuh terhadap agen yang masuk, walaupun antibodi
IgM jumlahnya tidak begitu banyak.
Mekanisme Kerja Antibodi
Antibodi bekerja terutama melalui dua cara untuk melindungi tubuh terhadap agen yang
menginvasi: (1) dengan langsung menyerang penyebab penyakit tersebut dan (2) dengan
mengaktifkan "sistem komplemen" yang kemudian dengan berbagai cara yang dimilikinya akan
menghancurkan penyebab penyakit tersebut.

Gambar 2.3 Pengikatan molekul antigen antara satu dengan lainnya oleh antibodi
bivalen.
Kerja Langsung Antibodi terhadap Agen yang Menginvasi. Gambar di atas memperlihatkan
antibodi-antibodi (ditandai dengan garis merah berbentuk Y) yang bereaksi dengan antigen-
antigen (ditandai dengan objek-objek yang berwarna lebih gelap). Oleh karena sifat bivalen yang
dimiliki oleh antibodi dan banyaknya tempat antigen pada sebagian besar agen penyebab
penyakit, maka antibodi dapat mematikan aktivitas agen tersebut dengan salah satu cara berikut
ini.
1) Aglutinasi, yaitu proses yang menyebabkan banyak partikel besar dengan antigen di
permukaannya, seperti bakteri atau sel darah merah, terikat bersama-sama menjadi satu
gumpalan.
2) Presipitasi, yaitu proses yang menyebabkan kompleks molekular dan antigen yang mudah
larut (misalnya racun tetanus) dan antibodi menjadi begitu besar sehingga berubah menjadi
tidak larut dan membentuk presipitat.
3) Netralisasi, yaitu proses yang menyebabkan antibodi menutupi tempat-tempat yang
toksik dari agen yang bersifat antigenik.
4) Lisis, yaitu proses yang menyebabkan beberapa antibodi yang sangat kuat kadang-kadang
mampu langsung menyerang membran sel agen penyebab penyakit sehingga menyebabkan
agen tersebut pecah.
Kerja antibodi yang langsung menyerang agen penyebab penyakit yang bersifat antigenik
sering kali tidak cukup kuat untuk melindungi tubuh terhadap penyebab penyakit tersebut.
Kebanyakan sifat pertahanan didapat melalui efek penguatan oleh sistem komplemen.

2. Sel dan Komponen Darah yang Berperan Dalam Sistem Imun (Apa saja dan bagaimana
mereka bekerja)

a. Sistem fagosit makrofag


1) Fagosit mononuklear :
 Monosit

Selama hematopoesis dalam sumsum tulang, sel progenitor granulosit/monosit


berdiferensiasi menjadi premonosit yang meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam
sirkulasi untuk selanjutnya berdiferensiasi menjadi monosit matang dan berperan dalam berbagai
fungsi.

Monosit berperan sebagai APC mengenal, menyerang mikroba dan sel kanker dan juga
memproduksi sitokin. Dan berperan juga dalam remodeling dan perbaikan jaringan.

 Makrofag

Monosit yang seterusnya hidup dalam jaringan sebagai makrofag residen , berbentuk
khusus yang tergantung dari alat/jaringan yang di tempatinya. Makrofag diaktifkan oleh berbagai
rangsangan, dapat menangkap, memakan dan mencerna antigen eksogen, seluruh
mikroorganisme, partikel tidak larut dan bahan endogen seperti sel pejamu yang cedera atau
mati.

2) Fagosit polimorfonuklear :
 Neutrofil

Sel pertama yang di kerahkan ke tempat bakteri masuk dan berkembang dalam tubuh.
Biasanya berada dalam sirkulasi kurang dari 7-10 jam sebelum bermigrasi ke jaringan, dan hidup
selama beberapa hari dalam jaringan. Dan mempunyai reseptor untuk igG dan komplemen.

 Eusinofil

Ini merupakan 2-5% dari sel darah putih orang sehat tanpa alergi. Berfungsi sebagai
fagosit. Dan berperan pada imunitas parasit dan memiliki berbagai reseptor yaitu igE. Fungsi
utama eusinofil adalah melawan infeksi parasit dan dapat juga memakan kompleks antigen
antibodi.

3) Basofil dan sel mast :

Jumlah sel basofil yang di temukan di sirkulasi darah sangat sedikit yaitu < 0,5% dari
seluruh sel darah putih.basofil diduga dapat berfungsi sebagai fagosit. Basofil dan sel mast di
aktifkan juga melepas berbagai sitokin.

4) Sel NK, sel Null, sel K

Limfosit terdiri dari sel B, sel T dan sel NK. Yang akhir adalah golongan limfosit ketiga
sesudah sel T dan sel B. Sel NK berkembang dari sel progenitor yang sama dari sel B dan sel T.
Sel NK dapat membunuh berbagai sel tanpa bantuan tambahan untuk aktivasinya.di semua
bagian tubuh sel null hanya hidup 5-6 hari.

5) Sel Dentritik

Sel ini berfungsi sebagai APC yang berperan awal pengenala protein asing, mengawali
respon imunitas selular dan humoral yang mengaktifkan sel T naif, Th, CTL, dan sel B.
Berfungsi dalam pengenalan antigen, mengikat antigen, mengolah dan mempresentasikan
antigen ke sel T/ sel B.
Gambar 3.1 Sel-sel utama sistem imun.

a. Leukosit
Leukosit (sel darah putih atau SDP) adalah unit yang dapat bergerak pada sistem pertahanan
imun tubuh. Imunitas adalah kemampuan tubuh untukmenahan atau menyingkirkan benda asing
atau sel abnormal yang berpotensi merugikan. Leukosit dan turunan-turunannya, bersama dengan
berbagai protein plasma, membentuk sistem imun, suatu sistem pertahanan internal yang
mengenali dan menghancurkan atau menetralkan benda-benda dalam tubuh yang asing bagi
"individu normal". Secara spesifik, sistem imun (1) mempertahankan tubuh dari invasi
mikroorganisme penyebab penyakit (misalnya, bakteri dan virus); (2) berfungsi membersihkan
sel-sel tua (misalnya, sel darah merah yang sudah tua) dan sisa jaringan (misalnya, jaringan yang
rusak akibat trauma atau penyakit), menyediakan jalan bagi penyembuhan luka dan perbaikan
jaringan; dan 3) mengidentifikasi dan menghancurkan sel kanker yang timbul di tubuh. Untuk
melaksanakan fungsinya, leukosit umumnya menggunakan strategi "cari dan hancurkan"—yaitu,
sel-sel ini pergi ke tempat invasi atau kerusakan jaringan. Penyebab utama leukosit berada di
dalam darah adalah agar cepat diangkut dari tempat produksi atau penyimpanannya ke tempat
mereka dibutuhkan. Tidak seperti eritrosit, leukosit mampu keluar dari darah dengan bergerak
menyerupai amuba, untuk menggeliat masuk ke pori kapiler yang sempit dan merangkak ke area
yang dituju.
Akibatnya, sel efektor sistem imun tersebar luas di seluruh tubuh dan dapat mempertahankan
diri di lokasi manapun. Karena itu, kami memperkenalkan leukosit-leukosit spesifik dalam darah
untuk menuntaskan pembahasan tentang darah, tetapi menyisakan pembahasan lebih terperinci
tentang fungsi fagositik dan imunologik sel ini, yang terutama berlangsung di jaringan. Terdapat
lima jenis leukosit. Leukosit tidak memiliki hemoglobin (berbeda dengan eritrosit) sehingga
tidak berwarna (yaitu, "putih") kecuali jika secara spesifik diwarnai agar dapat dilihat dengan
mikroskop. Tidak seperti eritrosit, yang memiliki struktur seragam, fungsi identik, dan jumlah
yang konstan, leukosit bervariasi dalam struktur, fungsi, dan jumlah. Di dalam darah terdapat
lima jenis leukosit yang berbeda—neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit—masing-
masing dengan struktur dan fungsi khas tersendiri. Sel-sel ini agak lebih besar daripada eritrosit.
Kelima jenis leukosit masuk kedua kategori utama, bergantung pada gambaran nukleus dan
ada tidaknya granula di dalam sitoplasmanya jika dilihat di bawah mikroskop. Neutrofil,
eosinofil, dan basofil dikategorikan sebagai granulosit (berarti "sel yang mengandung granula")
polimorfonukleus (berarti "bentuk inti beragam").
Inti selsel ini tersegmentasi menjadi beberapa lobus dengan bentuk bervariasi dan
sitoplasmanya mengandung banyak granula yang terbungkus membran. Granula mengandung
senyawa kimia tersimpan yang belum diubah yang dilepaskan oleh eksositosis pada stimulasi
yang sesuai untuk melaksanakan fungsi granulosit. Ketiga jenis granulosit dibedakan
berdasarkan afinitas granula mereka terhadap zat warna: eosinofil memiliki afinitas terhadap
pewarna merah eosin, basofil cenderung menyerap pewarna biru basa, dan neutrofil bersifat
netral, tidak menunjukkan preferensi warna. Monosit dan limfosit dikenal sebagai agranulosit
(berarti "sel yang tidak memiliki granula") mononukleus (berarti "satu inti"). Keduanya memiliki
satu nukleus besar yang tidak bersegmen dan sedikit granula. Monosit lebih besar daripada
limfosit dan memiliki nukleus berbentuk oval atau seperti ginjal. Limfosit, leukosit yang paling
kecil, secara khas memiliki nukleus bulat besar yang menempati sebagian besar sel.

Fungsi dan Usia Leukosit; Berikut ini adalah fungsi dan masa hidup dari granulosit:
Neutrofil adalah spesialis fagositik, sel-sel ini menelan dan menghancurkan bakteri
secara intraseluler. Selain itu, neutrofil juga dapat bertindak sebagai "bom bunuh diri". Neutrofil
dapat menjalankan suatu tipe kematian sel terprogram yang tidak lazim yang disebut NETosis
yang menggunakan materi seluler penting untuk mempersiapkan suatu jaringan serat yang
disebut neutrophil extracellular trap (NET) yang dilepaskan ke CES pada saat kematiannya.
Serat serat ini, yang terdiri dari protein-protein granulasi dari sitoplasma neutrofil dan kromatin
dari nukleusnya, berikatan dengan bakteri dan mengandung senyawa kimia pembasmi bakteri,
memungkinkan NET untuk menjebak dan menghancurkan bakteri secara ekstraseluler. Netrofil
selalu menjadi pertahanan pertama terhadap invasi bakteri. Selanjutnya, mereka melakukan
pembersihan debris. Seperti dapat diduga dari fungsifungsi tersebut, peningkatan neutrofil darah
(neutrofilia) biasanya menyertai infeksi bakteri akut. Pada kenyataannya, hitung jenis SDP (suatu
penentuan proporsi tiap-tiap jenis leukosit yang ada) dapat bermanfaat dalam membuat perkiraan
yang akurat dan segera mengenai apakah suatu infeksi, misalnya pneumonia atau meningitis,
disebabkan oleh bakteri atau virus. Jawaban definitif tentang mikroba penyebab dengan
membiakkan sampel cairan jaringan yang terinfeksi memerlukan waktu beberapa hari. Karena
peningkatan hitung neutrofil sangat mengindikasikan infeksi bakteri, terapi antibiotik sudah
dapat diberikan jauh sebelum mikroba penyebab diketahui secara pasti. (Bakteri biasanya mati
dengan pemberian antibiotik sedangkan virus tidak.)
Eosinofil adalah spesialis jenis lain. Peningkatan eosinofil dalam darah (eosinofilia)
berkaitan dengan keadaan alergik (misalnya asma dan hay fever) dan dengan infestasi parasit
internal (misalnya cacing). Eosinofil jelas tidak dapat menelan parasit cacing yang ukurannya
jauh lebih besar tetapi sel ini melekat ke cacing dan mengeluarkan bahan-bahan yang me-
matikannya.
Basofil adalah leukosit yang paling sedikit dan paling kurang dipahami. Sel ini secara
struktur dan fungsi cukup mirip dengan set mast, yang tidak pernah beredar dalamdarah, tetapi
tersebar di jaringan ikat di seluruh tubuh. Baik basofil maupun sel mast menyintesis dan
menyimpan histamin dan heparin, yaitu bahan kimia poten yang dapat dibebaskan jika terdapat
rangsangan yang sesuai. Pelepasan histamin merupakan hal yang penting dalam reaksi alergik,
sedangkan heparin mempercepat pembersihan partikel lemak dari darah setelah kita makan
makanan berlemak. Heparin juga dapat mencegah pembekuan (koagulasi) sampel darah yang
diambil untuk analisis klinis dan digunakan secara luas sebagai obat antikoagulan tetapi masih
diperdebatkan apakah heparin berperan secara fisiologis dalam mencegah pembekuan. Setelah
dibebaskan ke dalam darah dari sumsum tulang, granulosit biasanya tetap berada di dalam darah
selama kurang dari sehari sebelum meninggalkan pembuluh darah untuk masuk ke jaringan,
tempat sel-sel ini bertahan hidup tiga hingga empat hari lagi kecuali jika mereka mati lebih dulu
akibat menjalankan tugas. Sebagai perbandingan, fungsi dan usia agranulosit adalah sebagai
berikut. Monosit, seperti neutrofil, berkembang menjadi fagosit profesional. Sel-sel ini muncul
dari sumsum tulang selagi masih belum matang dan beredar hanya satu atau dua hari sebelum
menetap di berbagai jaringan di seluruh tubuh. Di tempat barunya, sel-sel ini melanjutkan
pematangan dan menjadi sangat besar, berubah menjadi fagosit jaringan besar yang dikenal
sebagai makrofag (makro berarti "besar"; faga berarti "pemakan"). Usia makrofag dapat berkisar
dari bulanan hingga tahunan kecuali jika sel ini hancur lebih dulu selagi menjalankan tugas
fagositiknya. Sebuah sel fagositik hanya dapat menelan benda asing dalam jumlah terbatas
sebelum akhirnya mati.
Limfosit telah diprogram secara spesifik untuk membentuk pertahanan imun terhadap
sasaran-sasaran mereka. Terdapat dua jenis limfosit, limfosit B dan limfosit T (sel B dan T).
yang terlihat serupa.

Limfosit B menghasilkan antibodi, yang beredar dalam darah dan bertanggung jawab
dalam imunitas humoral, atau yang diperantarai oleh antibodi. Suatu antibodi berikatan dengan
benda acing yang mengan dung antigenspesifik, misalnya bakteri, yang memicu produksi
antibodi tersebut dan menandainya untuk dihancurkan. Limfosit T tidak memproduksi antibodi;
sel ini secara langsung menghancurkan sel sasaran spesifiknya dengan mengeluarkan beragam
zat kimia yang melubangi sel korban, suatu proses yang dinamai imunitas selular. Sel sasaran sel
T mencakup sel tubuh yang dimasuki oleh virus dan sel kanker. Limfosit hidup sekitar 100
hingga 300 hari. Setiap saat hanya terdapat sebagian kecil dari limfosit total yang berada di
dalam darah. Sebagian besar secara terus-menerus terdaur-ulang antara jaringan limfoid, limfe,
dan darah, hanya menghabiskan waktu beberapa jam di dalam darah. Jaringan limfoid adalah
jaringan yang mengandung limfosit seperti tonsil dan kelenjar limfe.

Gambar 3.2 Elemen sel darah normal dan hitung sel darah manusia.

3. Mekanisme Imunologi pada Vaksinasi (anak, dewasa, usia lanjut)

a. Imunisasi pada anak

 Imunisasi pada anak menunjukkan kemampuan imunitas tubuh untuk membentuk antibodi
terhadap pemberian vaksin, adanya sel limfosit dalam tubuh memberikan respon yang
baik terhadap semua antigen.

 Imuniasi pada anak diberikan sesuai jadwal imunisasi rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI)

b. Imunisasi pada dewasa dan usia lanjut

 Imunisasi pada usia dewasa diberikan sebagai bentuk imunisasi ulangan.

 Imunisasi yang dapat diberikan pada usia dewasa diantaranya, imuniasasi tetanus, HPV,
Typhoid, Influenza.
 Imunisai pada usia lanjut diberikan pada usia di atas 60 tahun karena terjadi penurunan
respon imun yang sekunder.

 Imunisasi yang dapat diberikan pada usia lanjut : vaksin influenza

Daftar Pustaka

1. U.S Departement of Health and Human Service. Vaksin Varicella. 2 Februari 2018

2. Gartner. Buku Ajar Berwarna Histologi. Edisi 3. Singapura: ELSEVIER; 2007


3. Abbas AK. Lichtman AH. Pillai S. Imunologi Dasar Abbas : Fuungsi dan kelainan

sistem imun. Edisi ke-5. Singapore. Elsevier ; 2016

4. Brawidjaja KG. Rengganis I. Imunologi Dasar. Edisi ke-II. Cetakan ke-2. Jakarta : FKUI ;

2014

5. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-12. Singapore: Elsevier; 2011.

Tortora GJ, Derrickson B. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi ke-13. Vol 2. Jakarta : EGC; 2011

Anda mungkin juga menyukai