SKENARIO 4
“BOROK PADA KAKI’’
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
Scenario 4
Seorang anak perempuan berusia 8 tahun datang dibawa oleh orang tuanya ke
puskesmas dengan keluhan borok di kaki kanan sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan
borok disertai nyeri dan kadang terasa gatal. Awalnya pasien mengalami luka akibat
terjatuh dari pohom tapi tidak langsung diobati. Pada pemeriksaan fiisk didapatkan
luka yang sudah kering dan pus (+), tepi hiperemis. Dokter rmnegatakan bahwa
lukanya mengalami infeksi oleh bakteri.
STEP 1
STEP 2
1. Mengapa anak perempuan tersebut mengeluhkan borok pada kaki?
2. Mengapa di borok pasien disertai nyeri dan gatal?
3. Apa saja macam agen yg menyebabkan infeksi?
4. Factor apa saja yang mengganggu pada pemulihan jaringan/luka?
STEP 3
STEP 4
1. Borok bisa terjadi akibat perawatan luka yg kurang baik, sehingga kuman yg
masuk dalam luka menjadikan infeksi. Namun, pada kasus tertentu, borok bisa
muncul akibat gangguan pada proses penyembuhan luka. Biasana hal ini
terjadi akibat adanya masalah sirkulasi darah, sehingga luka akan menjadi
lebih lama atau sulit sembuh dan rentan terinfeksi.
Berawal dari tidak diobatinya luka, lalu ada masuknya bakteri, dimana pada
saaat bakteri masuk maka proses inflamasinya berlangsung cukup lama, dan
kelenjar sebasea akan mengeluarkan nanah.
Keberhasilan dari pemulihan luka, akan dipicu oleh protein, yang nantinya
kan terdapat respon dari determinan, luka semakin parah karena borok, maka
terdapat kerusakan yang cukup berat, dan proliferasi selnya kurang sempurna
dan akan timbul dari pus.
Proliferasi sel di picu oleh adanya kapasitas proliferasi, repitasi dna
Jadi kemamapuan jaringan di pengaruhi oleh kapasitas proliferasi intrinsic,
Labil yang selalu mebelah, contohnya kulit, epitel vagina
Jaringan stabil, otak, jantung
2. Untuk nyeri dari luka tersebut disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri
tersebut, dan akan merusak sel, yang akan menyebabkan pelepasan dari
mediator-mediator inflamasi, setelah mengeluarkan mediator inflamasi makan
akan mengeluarkan reseptor dari nyeri tersebut dan akan mengantarkan
serabut…. Dan di sampaikan ke medulla spinalis-hypotalamus-otak.
Kemudian selanjutnya akan menuju ke cortex somatosensorik dan akan
menimbulkan, merangsang sel T dan membentuk IgE dan akan menempel ke
sel mast dan basophil, hiperemis terjadi karena adanya peningkatan
permeabilitas kapiler.
• Lokasi jejas dan sifat jaringan tempat jejas berada juga menentukan. Contoh,
inflamasi yang berasal dari jaringan berongga (misalnya pleura, peritoneum, atau
rongga sinovia) akan menyebabkan terbentuknya eksudat yang ekstensif. Pemulihan
terjadi dengan pencernaan eksudat, diinisiasi oleh enzim proteolitik leukosit dan
resorpsi eksudat yang menjadi encer.
MIND MAP
infeksi dan
bakteri
faktor yang
jenis dan agen mekanisme dan
respon imun mempengaruhi
penyebab cara mengatasi
infeksi
STEP 5
1. Macam-macam dari agen infeksi
2. Bagaimana mekanisme agen infeksi yg menyebabkan penyakit
3. Mekanisme mikroba menghindari reaksi imun
4. Bagaimana respon imun terhadap agen infeksi dan sawar pertahanan tubuh
5. Kaitan dengan patomekanisme secara molokuler terjadinya infeksi
REFLEKSI DIRI
STEP 7
B. Virus
Virus merupakan parasit yang hanya bisa hidup intrasel dan untuk kegiatan
replikasinya bergantung pada proses metabolisme sel pejamu. Virus terdiri atas
genom asam nukleat yang dikelilingi oleh pembungkus protein (disebut kapsid) dan
kadang-kadang terbungkus di dalam membran lipid. Virus diklasifikasikan menurut
genom asam nukleat (DNA atau RNA namun bukan keduanya), bentuk kapsid
(icosahedral atau helical), ada atau tidak adanyareplikasi (disebut tropisme), atau tipe
kelainan patologi yang diakibatkannya. Beberapa komponen virus dan partikel akan
beragregasi di dalam sel yang terinfeksi dan membentuk benda inklusi yang
karakteristik, yang dapat dilihat menggunakan mikroskop cahaya dan berguna untuk
diagnosis. Sebagai contoh, sel yang terinfeksi cytomegalovirus (CMV) akan
diperbesar dan menunjukkan inklusi inti eosinofilik yang besar dan inklusi sitoplasma
basofilik yang lebih kecil; virus herpes membentuk inklusi inti yang besar dikelilingi
oleh halo yang jernih; virus cacar dan rabies membentuk inklusi sitoplasmik yang
khas. Namun, banyak virus (misalnya, virus polio) tidak membentuk benda inklusi.
Diperhitungkan sebagai penyebab terbesar infeksi pada manusia, virus bisa
mangakibatkan penyakit dengan berbagai cara. Banyak virus mengakibatkan penyakit
yang sementara (misalnya, demam dan influenza).
Virus lain tidak dapat dieliminasi dari tubuh dan tetap berada di dalam sel pejamu
selama bertahun-tahun, terjadi karena multiplikasi berkelanjutan (misalnya, infeksi
kronik pada virus hepatitis B [HBV]) atau bertahan dalam bentuk non-replikasi
(disebut infeksi laten) dengan potensi bisa terjadi reaktivasi kemudian. Contoh, virus
herpes zoster, yang mengakibatkan cacar air, akan masuk melalui ganglion radiks
posterior dan tetap laten untuk kemudian secara periodik teraktivasi menyebabkan
lepuh, suatu kelainan kulit yang menyakitkan. Beberapa virus terlibat dalam sel
pejamu yang mengalami transformasi menjadi tumor jinak atau tumor ganas
(misalnya, human papillomavirus [HPV] akan mengakibatkan kutil jinak dan kanker
leher rahim).Berbagai spesies virus dapat memberikan gambaran klinis yang sama
(misalnya, infeksi saluran napas atas); sebaliknya, satu virus dapat mengakibatkan
terjadinya berbagai gambaran klinis tergantung pada usia pejamu ataustatus
kekebalannya.
C. Protozoa
Protozoa adalah sel tunggal eukariotik yang merupakan penyebabutama penyakit
dan kematian pada negara berkembang Protozoa dapat melakukan replikasi intrasel di
dalam berbagai sel (misalnya, Plasmodium dalam sel darah merah, Leishmania di
makrofag) atausecara ekstrasel pada sistem urogenital, saluran cerna atau darah.
Organisme Trichomonas vaginalis adalah parasit protozoa berflagela yang ditansmisi
secara seksual, hidup di vagina dan uretra laki-laki.
Protozoa pada usus yang paling sering dijumpai adalah Entamoebahistolytica dan
Giardia lamblia, yang masuk berbentuk kista nonmotil pada makanan atau air yang
berubah menjadi trofozoit motil yang menempel pada sel epitel saluran cerna.
Protozoa yang berasal dari darah (misalnya, Plasmodium, Tripanosoma, Leishmania)
ditransmisikan melalui vektor serangga, di mana protozoa tersebut akan mengalami
replikasi sebelum diteruskan ke pejamu manusia. Toksoplasma gondii diperoleh
melalui kontak dengan anak kucing yang mengandungi oocyst atau dengan
mengkonsumsi makanan/daging yang belum matang yang mengandungi kista.
D. Cacing
Cacing parasit adalah organisme multisel dengan diferensiasi tinggi. Siklus
kehidupannya sangat kompleks; sebagian besar terjadi bergantian antara reproduksi
seksual pada pejamu tertentu dan multiplikasi aseksual pada pejamu perantara atau
vektor. Oleh karena itu, tergantung pada spesiesnya, manusia dapat mengandungi
cacing dewasa (misalnya, Ascaris lumbricoides), stadium imatur (misalnya, Toxocara
canis), atau bentuk larva aseksual (misalnya, Echinococcusspp.). Ketika cacing
dewasa berada dalam manusia, cacing tersebuttidak akan bermultiplikasi tetapi akan
menghasilkan telur atau larva yang akan dikeluarkan melalui tinja. Seringkali,
beratnya gejala penyakit sesuai dengan jumlah organisme yang menginfeksi. Sebagai
contoh, beban dari 10 ekor cacing tambang dikaitkan dengan keluhan klinis ringan
atau tanpa keluhan klinis, sedangkan 1000 ekor cacing tambang akan mengkonsumsi
darah yang bisa mengakibatkan anemia berat. Pada beberapa infeksi cacing, seperti
schistosomiasis, penyakit akan disebabkan oleh respons radang akibat adanya telur
atau larva dan bukan akibat cacing dewasa.
Gambar Larva Trichinella spiralis yang melingkar dalam sel otot skeletal
E. Ektoparasit
Ektoparasit adalah serangga (berbagai kutu) atau araknida (tungau/mites,
kutu/ticks, laba-laba) yang akan melekat dan hidup pada atau di dalam kulit.
Penyakit-penyakit akibat langsung artropoda ditandai dengan keluhan gatal dan
ekskoriasi, misalnya pedikulosis yang diakibatkan oleh kutu yang melekat pada
rambut, atau skabies yang diakibatkan oleh kutu yang menembus stratum korneum.
Pada tempat gigitan, bagian dari mulut dijumpai bersama dengan infiltrat limfosit,
makrofag, dan eosinofil. Artropoda dapat juga berfungsi sebagai vektor untuk
patogen lain, seperti Borrelia burgdorferi, penyebab penyakit Lyme, yang ditransmisi
melalui kutu dari rusa.
F. Jamur
Jamur adalah eukariotik yang mempunyai dinding sel tebal, mengandungi kitin
dan membran sel yang mengandungi ergosterol. Jamur dapat tumbuh sebagai sel ragi
bundar atau hifa ramping berbentuk filamen. Hifa dapat berbentuk septat (dengan
dinding sel yang memisahkan sel-sel individu) atau aseptat, yang penting untuk
membedakan karakteristik materi klinis. Beberapa jamur patogen penting mempunyai
sifat dimorfisme termal; yaitu, jamur tersebut tumbuh sebagai bentuk hifa pada suhu
kamar namun akan berbentuk ragi pada suhu tubuh. Jamur dapat membentuk spora
seksual, atau lebih sering lagi berupa spora aseksual yang disebut konidia. Konidia
diproduksi pada struktur khusus atau struktur yang menyerupai buahbuahan yang
berasal dari filamen hifa. Jamur dapat menyebabkan infeksi pada permukaan tubuh
atau infeksi pada organ dalam tubuh.
Infeksi permukaan tubuh meliputi kulit, rambut dan kuku. Spesies jamur
yang mengakibatkan infeksi permukaan disebutdermatophyta. Infeksi pada
kulit disebut tinea; karena itu, tineapedis adalah "athlete's foot" dan tinea
capitis adalah scalpringworm. Jenis jamur tertentu akan menginvasi jaringan
sub-kutis, menyebabkan abses atau granuloma dan kadang-kadang disebut
misetoma.
Infeksi jamur yang dalam dapat menyebar secara sistemik dan menginvasi
jaringan, merusak organ vital pada pejamu yang immunocompromised
(imunitas rendah), tetapi biasanya dapat di atasi atau tetap laten pada pejamu
normal. Jamur dibagi dalam spesies endemik dan oportunistik.
Jamur endemik adalah spesies yang invasif dan dijumpai terbatas pada
daerah geografik tertentu (misalnya, Coccidioides di barat daya Amerika
Serikat, Histoplasma di Ohio River Valley).
Sebaliknya, jamur oportunistik (misalnya, Candida, Aspergilus, Mucor,
Cryptococcus) merupakan organisme yang dijumpai dimana-mana yang
ditemukan pada manusia maupun dijumpai padalingkungan. Pada individu
dengan imunodefisiensi, jamur oportunisakan mengakibatkan infeksi invasif
yang dapat mematikan dengantanda nekrosis jaringan, pendarahan,
penyumbatan pembuluh,dengan sedikit respons radang atau tidak
memberikan responsradang. Pasien dengan AIDS sering terkena
jamuroportunis Pneumocystis jiroveci (sebelumnya disebut Pneumocystis
carinii).
G. Prion
Prion terdiri atas protein pejamu yang bentuknya abnormal yang disebut protein
prion (PrP). Agen-agen ini menyebabkan ensefalopati spongiform yang dapat
ditularkan, termasuk Kuru (dikaitkan dengan kanibalisme manusia), penyakit
Creutzfeldt-Jakob (CJD), ensefalopati spongiform bovine (ESB) (lebih dikenal
sebagai penyakit "sapi gila"), dan varian penyakit Creutzfeldt-Jakob (vCJD)
(kemungkinan transmisi ke manusia terjadi melalui konsumsi daging dari hewan
ternak yang terkena ESB). PrP normalnya dijumpai pada neuron. Penyakit terjadi
apabila PrP mengalami perubahan penyesuaian untuk menghadapi resistansi terhadap
protease. PrP yang resisten terhadap protease akan menyebabkan perubahan PrP
sensitif protease yang normal menjadi bentuk abnormal, hal ini menjelaskan
terjadinya infeksi pada penyakit ini.
Prion terdiri atas protein pejamu yang bentuknya abnormal yang disebut protein
prion (PrP). Agen-agen ini menyebabkan ensefalopati spongiform yang dapat
ditularkan, termasuk Kuru (dikaitkan dengan kanibalisme manusia), penyakit
Creutzfeldt-Jakob (CJD), ensefalopati spongiform bovine (ESB) (lebih dikenal
sebagai penyakit "sapi gila"), dan varian penyakit Creutzfeldt-Jakob (vCJD)
(kemungkinan transmisi ke manusia terjadi melalui konsumsi daging dari hewan
ternak yang terkena ESB). PrP normalnya dijumpai pada neuron. Penyakit terjadi
apabila PrP mengalami perubahan penyesuaian untuk menghadapi resistansi terhadap
protease. PrP yang resisten terhadap protease akan menyebabkan perubahan PrP
sensitif protease yang normal menjadi bentuk abnormal, hal ini menjelaskan
terjadinya infeksi pada penyakit ini. Akumulasi dari PrP abnormal akan
mengakibatkan kerusakan neuron dan perubahan patologis spongiform tertentu di
otak. Mutasi yang spontan dan diwariskan pada PrP yang membuat terjadinya
resistensi pada protease dijumpai pada CJD sporatif dan familial. CJD dapat
ditransmisi dari orang ke orang secara iatrogenik, melalui operasi, transplantasi
organ, ataupun transfusi darah.
Parasit ini menembus kulit manusia dan bermigrasi ke bagian hepatik sistem
venaporta untuk bereproduksi. Setelah bereproduksi, telur Skistosoma diletakkan di
dalam kandung kemih manusia dimana mereka dapat tersebar ke dalam air tawar
(lewat miksi atau defekasi dalam air) untuk melanjutkan siklusnya. Cacing
skistosoma dapat melepaskan telurnya ke dalam sistem vena hospes manusia
menyebabkan hipertensi portal, hipertensi pulmoner atau polip usus _ inHamatorik
tergantung pada dimana telur-telur ini bermigrasi.
Pengaturan lebih rendah dari molekul MHC akan memberikan kesan bahwa sel
yang terinfeksi virus akan menjadi target sel NK. Virus juga dapat menginfeksi
leukosit degan menurunkan fungsinya secara langsung misalnya:HIV menginfesi sel
T CD4+ , makrofag dan sel dendrit.
- Imunitas nonspesifik
Komponen imunitas nonspesifik utama terhadap bakteri ekstraselular adalah
komplemen, fagositosis dan respons inflamasi. Bakteri yang mengekspresikan
manosa pada pennukaannya, dapat diikat lektin yang homolog dengan Clq, sehingga
akan mengaktifkan komplemen melalui jalur lektin, meningkatkan opsonisasi dan
fagositosis. Di samping itu MAC dapat menghancurkan membran bakteri. Produk
sampingan aktivasi komplemen berperan dalam mengerahkan dan mengaktifkan
leukosit. Fagosit juga mengikat bakteri melalui berbagai reseptor permukaan lain
seperti Toll-like receptor yang semuanya meningkatkan aktivasi leukosit dan
fagositosis. Fagosit yang diaktifkan juga melepas sitokin yang menginduksi infiltrasi
leukosit ke tempat infeksi. Sitokin juga menginduksi panas dan sintesis APP.
- Imunitas spesifik
- Humoral
Antibodi merupakan komponen imun protektif utama terhadap bakteri
ekstraselularyang berfungsi untuk menyingkirkan mikroba dan menetralkan toksinnya
melalui berbagai mekanisme. Th2 memproduksi sitokin yang merangsang respons sel
B, aktivasi makrofag dan inflamasi.
Komplikasi lambat respons imun humoral dapat berupa penyakit yang
ditimbulkan antibodi. Contohnya infeksi streptococcus di tenggorok atau kulit yang
menimbulkan manifestasi penyakit beberapa minggu-bulan setelah infeksi terkontrol.
Demam reuma merupakan sekuela infeksi faring oleh beberapa streptokok hemolitik-
B. Antibodi yang diproduksi terhadap protein dinding bakteri (M-protein) dapat
bereaksi silang dengan protein sarkolema dan miosin miokard yang dapat diendapkan
di jantung dan akhimya menimbulkan infiamasi (karditis), Glomerulonefritis pasca
infeksi streptokok merupakan sekuela infeksi streptokok di kulit atau tenggorok oleh
serotipe streptokok-B yang lain. Antibodi terhadap bakteri tersebut membentuk
kompleks dengan antigen bakteri dan diendapkan di glomerulus ginjal yang
menimbulkan nefritis.
- Sitokin
Respon utama pejamu terhadap bakteri ekstraselular adalah produksi sitokin
oleh makrofag yang di aktivkan yang menimbulkan inflamasi dan syok septik. Toksin
seperti superantigen mampu mengaktifkan banyak sel T sehingga menimbulkan
produksi sitokin dalam jumlah besar dan kelainan klinikopatologi seperti terjadi pada
syok septik.
- Imunologi bakteri intraseluler.
Ciri utama bakteri intraseluler adalah kemampuannya untuk hidup
bahkan berkembang biak dalam fagosit. Mikroba tersebut mendapat tempat
tersembunyi yang tidak dapat ditemukan oleh antibodi dalam sirkulasi, sehingga
untuk eliminasinya memerlukan mekanisme imun seluler.
1) Imunitas nonspesifik
Efektor imunitas nonspesifik utama terhadap bakteri intraseluler adalah fagosit
dan sel NK. Fagosit menelan dan mencoba menghancurkan mikroba tersebut, namun
mikroba dapat resisten terhadap efek degradasi fagosit. Bakteri intraseluler dapat
mengaktifkan sel NK secara direct atau melalui aktivasi makrofag yang memproduksi
IL-12, sitokin poten yang mengaktifkan sel NK. Sel NK memproduksi IFN-ˠ yang
kembali mengaktifkan makrofag dan meningkatkan daya membunuh bakteri dan
memakan bakteri. Jadi sel NK memberikan respon dini, dan terjadi interaksi antar sel
NK dan makrofag.
2) Imunitas spesifik
Proteksi utama respon imun spesifik terhadap bakteri intraseluler berupa
imunitas seluler. Imunitas seluler terdiri atas 2 tipe reaksi, yaitu sel CD4+ Th1 yang
mengaktifkan makrofag (DTH) yang memproduksi IFN-ˠ dan sel CD8+/CTL, yang
memacu pembunuhan mikroba serta lisis sel terinfeksi.
Makrofag yang diaktifkan sebagai respon terhadap mikroba intraseluler dapat
pula membentuk granuloma dan menimbulkan kerusakan jaringan seperti terjadi pada
DTH terhadap protein sel CD4+ dan CD8+ bekerja sama dalam pertahanan terhadap
mikroba.
B. Virus
Virus adalah mikroorganisme yang mengadakan replikasi di dalam sel dan
kadang-kadang memakai asam nukleat atau protein pejamu. Sifat virus yang sangat
khusus adalah:
1) Mengganggu sel khusus tanpa merusak. Virus yang tidak menyebabkan
kerusakan sel disebut virus non sitopatik (non cytopathic virus). Bila terjadi
kerusakan sel, maka hal ini akibat reaksi antigen antibodi. Virus ini dapat
menjadi persisten dan akhirnya menjadi kronik, sebagai contoh adalah virus
hepatitis B.
Disamping respons antibodi, respons imun selular merupakan respons yang paling
penting, terutama pada infeksi virus yang non-sitopatik respons imun seluler
melibatkan T-sitotoksik, sel NK, ADCC dan interaksi dengan MHC kelas I. Peran
IFN sebagai anti virus cukup besar, khususnya IFN-α dan IFN-β. Dampak antivirus
dari IFN terjadi melalui :
a) Peningkatan ekspresi MHC kelas I
b) Aktivasi sel NK dan makrofag
c) Menghambat replikasi virus. Ada juga yang menyatakan bahwa IFN
menghambat penetrasi virus ke dalam sel maupun budding virus dari sel
yang terinfeksi.
Seperti halnya pada infeksi dengan mikroorganisme lain, sel T-sitotoksik
selain bersifat protektif juga dapat merupakan penyebab keruskan jaringan, misalnya
yang terlihat pada infeksi dengan virus LCMV (lympocyte choriomeningitis
virus) yang menginduksi inflamasi pada selaput susunan saraf pusat.
Pada infeksi virus makrofag juga dapat membunuh virus seperti halnya ia membunuh
bakteri. Tetapi pada infeksi dengan virus tertentu, makrofag tidak membunuhnya
bahkan sebaliknya virus memperoleh kesempatan untuk replikasi di dalamnya. Telah
diketahui bahwa virus hanya dapat berkembang biak intraselular karena ia
memerlukan DNA-pejamu untuk replikasi. Akibatnya ialah bahwa virus selanjutnya
dapat merusak sel-sel organ tubuh yang lain terutamaapabila virus itu bersifat
sitopatik. Apabila virus itu bersifat non sitopatik ia menyebabkan infeksi kronik
dengan menyebar ke sel-sel lain.
Pada infeksi sel secara langsung di tempat masuknya virus (port d’entre),
misalnya di paru, virus tidak sempat beredar dalam sirkulasi dan tidak sempat
menimbulkan respons primer, dan antibodi yang dibentuk seringkali terlambat untuk
mengatasi infeksi. Pada keadaan ini respons imun selular mempunyai peran lebih
menonjol, karena sel T-sitotoksik mampu mendeteksi virus melalui reseptor terhadap
antigen virus sekalipun struktur virus telah berubah. Sel T sitotoksik kurang spesifik
dibandingkan antibodi dan dapat melakukan reaksi silang dengan spectrum yang
lebih luas.
Namun ia tidak dapat menghancurkan sel sasaran yang menampilkan
MHC kelas I yang berbeda. Beberapa jenis virus dapat menginfeksi sel-sel system
imun sehingga mengganggu fungsinya dan mengakibatkan imunodepresi, misalnya
virus influenza, polio dan HIV. Sebagian besar infeksi virus membatasi diri sendiri
(self limiting) pada sebagian lagi menimbulkan gejala klinik atau subklinik.
Penyembuhan dari infeksi virus umumnya diikuti imunitas jangka panjang.
C. Jamur
Fungus memiliki dinding sel yang tebal dan mengandung ergosterol serta tumbuh
sebagai bentuk yang sempurna dan bereproduksi secara seksual in vitro serta bentuk
tak sempurna in vivo, yang terakhir mencakup sel ragi yang bertunas (budding yeast
cell) dan penjuluran yang langsing (hifa). Beberapa bentuk ragi mengasilkan spora
yang resisten terhadap lingkungan yang ekstrem, sedangkan hifa mungkin
mengasilkan fruiting bodies yang disebut konidia. Beberapa spesies fungus (misal,
spesies dari kelompok Tinea yang menyebabkan kutu air) terbatas di lapisan
superfisial kulit manusia; “dermatofit” lain cenderung merusak batang rambut atau
kuku. Spesies jamur tertentu menginvasi jaringan subkutis, menimbulkan abses atau
granuloma, seperti yang terjadi pada sporotrikosis dan mikosis tropis.
Infeksi jamur yang dalam dapat menyebar secara sistemik untuk menghancurkan
organ vital pejamu yang mengalami gangguan kekebalan, tetapi dapat sembuh
spontan/ tetap laten pada pejamu yang normal. Sebagian spesies jamur dalam terbatas
di daerah geografis tertentu (misal, Coccidiodies di daerah barat Amerika dan
Histoplasma di Lembah Sungai Ohio). Sebaliknya jamur oportunistik (misal,
Candida, Aspergillus, Mucor dan Cryptococcus) merupakan kontaminan yang
ditemukan di mana-mana dan mengolonisasi kulit/usus manusia normal tanpa
menimbulkan penyakit. Hanya pada orang dengan imunosuspensi jamur oportunistik
ini menyebabkan infeksi yang dapat mengancam nyawa, ditandai dengan nekrosis
jaringan, perdarahan dan sumbatan pembuluh dengan respon peradangan minimal
atau tidak ada. Selain itu, pasien AIDS sering menjadi korban organisme oportunistik
mirip-fungus, yaitu Pneumocystis carinii.
Pada infeksi cacing usus baik pada manusia maupun secara eksperimen
memperlihatkan bahwa infeksi cacing usus akan condong menstimulasi respon imun
hospes ke arahTh2. Pada saat terjadi infeksi cacing, Antigen Presenting Cell (APC)
berupa sel dendrit akan mempresentasikan molekul antigen cacing bersama dengan
molekul MHC kelas II pada sel T naive. Pada infeksi kronis, selain sel dendrit,
terdapat sel lain yang berperan sebagai Antigen Presenting Cell yaitu sel NeMac
(Nematode Elicite Macrophage) atau sel AAM (Alternatively Activated
Macrophage). Sel NeMac atau sel AAM ini disebut juga sebagai type 2 macrophage.
Makrofag ini berukuran besar, multivakuolar dan berbeda secara genetik dengan
makrofag primitif.
Setelah terpapar dengan antigen cacing, sel NeMac akan melakukan berbagai
aktifitas. Sel NeMac akan bekerja menghambat proliferasi sel T melalui contact
dependent mechanism.Proses ini berbeda dengan mekanisme penghambatan
proliferasi sel T yang dilakukan oleh NO, prostaglandin dan sitokin seperti IL-10 dan
TGF-β. Sel NeMac juga berperan dalam menginduksi terjadinya diferensiasi sel
Thmenjadi Th2.
Produk NeMac berupa protein YM1 yang dikenal sebagai eosinophil activating
factor akan mengakibatkan infiltrasi lokal eosinofil.Proses perkenalan antigen oleh
Antigen Presenting Cellkepada sistem imun spesifik ini terjadi pada mesenterik
limfonodus atau pada limfonodus terdekat. Sel Thyang telah teraktivasi akan
mengalami proliferasi dan diferensiasi menjadi sel Th1 dan Th2. Pada infeksi cacing
respon ini terpolarisasi ke arah sel Th2 dan produknya terutama interleukin-4(IL-4)
akan menekan perkembangan sel Th1. Secara umum, respon imun sejak awal infeksi
hingga terjadi proses eliminasi pada infeksi cacing dapat dibedakan atas respon imun
non spesifik dan spesifik.
1. Non Specific Inflammatory Process
Proses inflamasi non spesifik ini terjadi pada masa awal infeksi cacing, di
mana sel Th2 akan mengeluarkan sitokin pro inflamasi (IL-4), IL-5, IL-9dan IL-13)
dan dibantu oleh Tumor Necrosis Factordan beberapa sitokin lain yang dihasilkan
oleh Th1 sehingga terjadi reaksi fisiologis untuk mengekspulsi (mengeluarkan)
cacing dari lumen usus. Reaksi fisiologis tersebut dapat berupa produksi mukus oleh
sel goblet,hiperkontraksi otot polos pada usus dan peningkatan aliran cairan usus.
2. Specific T-Dependent Process
Pada saat sel Th diperkenalkan dengan antigen cacing oleh Antigen Presenting
Cell, sel Thakan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel Th1 dan Th2. Proses
proliferasi dan ekspresi sitokin oleh sel–sel imunokompeten ini sangat tergantung
pada kondisi infeksi (infeksi akut atau infeksi kronik).(1)
Kulit
Lapisan luar kulit yang padat, berkeratin, merupakan barier alamiah terhadap
infeksi, dan pH rendah daripada kulit (kurang dari 5,5) dan adanya asam lemak dapat
mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang bukan flora normal. Pada kulit
biasanya dijumpai bakteri dan jamur, termasuk yang mempunyai potensi oportunistik
misalnya S. aureus dan Candida albicans. Mikroorganisme umumnya menembus
kulit melalui kerusakan pada kulit, termasuk akibat tusukan dangkal (infeksi jamur),
luka (stafilokokus), luka bakar (Pseudomonas aeruginosa), dan luka diabetes serta
luka pada kaki akibat tekanan (infeksi multibakterial). Kateter intravena pada pasien
di rumah sakit merupakan tempat masuk untuk infeksi lokal atau sistemik. Jarum
suntik dapat memaparkan infeksi darah pada resipien dan menyebarkan HBV, virus
hepatitis C (HCV), atau HIV. Beberapa patogen masuk ke dalam kulit melalui gigitan
serangga atau gigitan binatang. Gigitan kutu, tungau, nyamuk, dapat merusak kulit
dan dapat mentransmisi arbovirus (penyebab demam kuning dan ensefalitis), bakteri
(plague, penyakit Lyme, Rocky Mountain spotted fever), protozoa (malaria,
leishmaniasis), dan helmintes (filariasis). Gigitan binatang dapat menyebabkan
infeksi bakteri dan virus tertentu, misalnya rabies. Hanya beberapa mikroorganisme
yang dapat masuk melalui kulit yang utuh.
Misalnya, larva Schistosoma yang dikeluarkan oleh keong air tawar dapat
menembus kulit perenang dengan mengeluarkan enzim yang merusak matriks
ekstrasel. Beberapa jamur (dermatophytes) dapat menginfeksi stratum corneum,
rambut dan kuku yang utuh.
Saluran Cerna
Infeksi melalui saluran cerna terjadi apabila pertahanan lokal melemah atau
organisme membuat strategi untuk melawan pertahanan ini. Pertahanan pejamu
melemah pada asam lambung yang rendah, memakai antibiotik yang menghambat
pertumbuhan bakteri normal (misalnya, pada kolitis pseudomembran), atau peristalsis
yang terganggu atau obstruksi mekanis.
Virus yang masuk tubuh melalui saluran cerna (misalnya, Hepatitis A, rotavirus)
adalah virus tanpa pembungkus (envelop), karena virus yang mempunyai
pembungkus akan diinaktifkan oleh empedu dan enzim saluran cerna.
Infeksi jamur pada saluran cerna terutama terjadi pada orang dengan kekebalan
rendah. Candida, merupakan bagian dari flora normal saluran cerna, mempunyai
predileksi untuk epitel skuamosa berlapis, dan menyebabkan gangguan pada rongga
mulut atau esofagitis membranosa, tetapi dapat pula menyebar ke lambung, saluran
cerna bagian bawah dan organ lain.
Protozoa intestinal ditransmisi sebagai kista, yang tahan terhadap asam lambung.
Di dalam usus, kista akan berubah menjadi trophozoites yang motil dan akan
menempel pada gula di epitel intestinal melalui lektin permukaan. Kejadian
selanjutnya akan berbeda bergantung pada masing masing protozoa.
Saluran Pernapasan
Banyak mikroorganisme, termasuk virus, bakteri, dan jamur terhirup setiap hari
oleh tiap orang. Pada banyak kasus, mikroba dihirup bersama debu atau partikel
aerosol. Jauhnya perjalanan partikel pada sistem pernapasan sesuai dengan ukuran
partikel. Partikel besar akan terjerat pada selaput lendir yang melapisi hidung dan
saluran napas atas. Mikroorganisme yang terjerat pada musin yang disekresi oleh sel
goblet dipindahkan melalui kerja silia kebagian belakang tenggorokan, kemudian
akan ditelan dan dipunahkan. Partikel yang langsung akan menuju alveolus,
kemudian akan difagosit oleh makrofag alveolar atau oleh neutrofil yang direkruit ke
paru oleh sitokin. Mikroorganisme yang menginvasi saluran napas orang sehat
normal telah membentuk suatu mekanisme spesifik untuk melawan pertahanan
mukosiliaris atau menghindarkan destruksi oleh makrofag alveolar. Beberapa virus
saluran napas menghindari pertahanan ini dengan melekat dan masuk ke sel epitel
saluran napas bawah dan farings. Contoh, virus influenza mempunyai protein
hemaglutinin yang terletak pada permukaan virus dan mengikat asam sialik
permukaan sel epitel. Perlekatan ini menginduksi sel pejamu untuk menyelubungi
virus, dengan akibat virus masuk dan melakukan replikasi di dalam sel pejamu.
Beberapa agen patogen jalan napas dapat menghindar dari fagositosis atau
destruksi setelah fagositosis. M. tuberculosis, contohnya, dapat berada di alveolus
karena dapat menghindari kematian pada fagolisosom makrofag. Jamur oportunistik
menginfeksi paru apabila imunitas seluler menurun atau apabila jumlah leukositnya
menurun.
Saluran Urogenital
Saluran urinarius hampir selalu diinvasi dari luar melalui uretra. Aliran urin yang
keluar secara berkala dalam saluran ini berfungsi sebagai pertahanan terhadap
masuknya mikroorganisme. Urin dalam kandung kemih normalnya steril, dan patogen
yang berhasil masuk (misalnya, N. gonorrhoeae, E. coli) akan menempel pada sel
epitel saluran urin. Anatomi berperan penting pada infeksi. Wanita mengalami 10 kali
lebih sering infeksi saluran kemih dibanding pria karena jarak kandung kemih dan
kulit (yaitu panjang uretra) hanya 5 cm pada wanita, dibanding 20 cm pada pria.
Obstruksi atau refluks urin akan melemahkan pertahanan tubuh dan meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih sering menjalar
retrograd dari kandung kemih menuju ginjal dan akan mengakibatkan pielonefritis
akut dan kronik.
Dari pubertas hingga menopause vagina terlindung dari kuman patogen karena pH
yang rendah yang terjadi akibat katabolisme glikogen pada epitel normal oleh
laktobasil. Antibiotik dapat mematikan laktobasilus, sehingga mempermudah
tumbuhnya jamur, dan mengakibatkan candidiasis vagina.
Infeksi Terselubung (Tanpa Gejala Klinis) Adalah keadaan suatu penyakit yang
tidak menampakkan diri secara jelas dan nyata dalam bentuk gejala klinis yang jelas
sehingga tidak dapat didiagnosa tanpa cara tertentu seperti test tuberkulin, kultur
tenggorokan, pemeriksaan antibodi dalam tubuh dll. Untuk mendapatkan perkiraan
besar dan luasnya infeksi terselubung dalam masyarakat maka perlu dilakukan
pengamatan atau survai epidemiologis dan tes tertentu pada populasi. Hasil survai ini
dapat digunakauntuk pelaksanaan program, keterangan untuk kepentingan
pendidikan.
HIV termasuk dalam genus Lentivirus dari famili Retroviridae. Struktur HIV
berbentuk sferis yang terdiri atas capsid yang terselimuti dengan envelope yang
berupa komponen membran dan membran yang berasal dari sel inang. Capsid
berbentuk peluru yang terbentuk dari protein p24 dari gen gag, capsid berisi dua
duplikat utas RNA yang merupakan genom virus. Capsid mengandung enzim reverse
transcriptase (RT), RNase-H, integrase, dan Protease.
Bagian bawah membran inang yang membungkus capsid terdapat matriks yang
membentuk struktur virus yang tersusun oleh protein p17 gag outer core. Permukaan
luar membran terdapat envelope glikoprotein yang terdiri atas dua komponen yaitu
gp41 dan gp120. Komponen gp41 merupakan protein transmembran dan bagian
eksternalnya terikat protein gp120 secara nonkovelan hidrofobik. Unit gp41-gp120
terdapat pada permukaan virus dalam bentuk trimer dan berperan dalam binding dan
fusi virion pada sel target.
Patofisiologis HIV
Partikel virus dalam tubuh penderita bergabung dengan DNA sel penderita,
sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi.
Penderita HIV sebagian besar masuk ke tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50%
berkembang menjadi AIDS pada 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua
orang yang terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brooks GF, Butel JS, Ornston LN. Jawetz, Melnick, Adelberg Mikrobiologi
Kedokteran Edisi 20. Jakarta: EGC ; 2014.
2. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins Buku Ajar Patologi. Edisi 10.
Singapura: Elsevier. 2013
3. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Dasar. Edisi 12. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2018
4. Djuanda A. Hamzah M. Alsah S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2017
5. Abbas AK, Litchman AH, Pilai S. Basic Immunology. Elsevier Health
Science ; 2016.