Anda di halaman 1dari 47

RESUME PBL

SKENARIO 4
“BOROK PADA KAKI’’

NAMA : Kayyis Firzadie


NPM : 119170085
KELOMPOK : 1A
TUTOR : dr. Kati Sriwiyati, M.Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
Scenario 4

Borok Pada Kaki

Seorang anak perempuan berusia 8 tahun datang dibawa oleh orang tuanya ke
puskesmas dengan keluhan borok di kaki kanan sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan
borok disertai nyeri dan kadang terasa gatal. Awalnya pasien mengalami luka akibat
terjatuh dari pohom tapi tidak langsung diobati. Pada pemeriksaan fiisk didapatkan
luka yang sudah kering dan pus (+), tepi hiperemis. Dokter rmnegatakan bahwa
lukanya mengalami infeksi oleh bakteri.

STEP 1

1. Pus : Cairan kayak protein hasil proses peradangan yg mengandung


leukosit, debri sel dan cairan encer.
2. Infeksi : proses invasi dan multiplikasi berbagai mikrooganisme di dalam
tubuh dalam keadaan normal dan mikroorganisme tersebut tidak ada
dalam tubuh.
3. Hiperemis : Peningkatan volume aliran darah yang disebabkan oleh
dilatasi arteriol
4. Borok : luka bernanah dan juga busuk akibat infeksi bakteri.

STEP 2
1. Mengapa anak perempuan tersebut mengeluhkan borok pada kaki?
2. Mengapa di borok pasien disertai nyeri dan gatal?
3. Apa saja macam agen yg menyebabkan infeksi?
4. Factor apa saja yang mengganggu pada pemulihan jaringan/luka?
STEP 3

1. Terjadi proses penyembuhan jaingan kulit terhadap luka yg terjadi, dimana


proses luka tersebut dapat juga terjadi proses regenerasi dan pemulihan
jaringan parut.
Respon imunitas secaa spesifik maupun non spesifik yang tidak ditangani
secara tepat yg mengakibatkan dektrusi jaringan pada area inflamasi yg
menjadi borok tersebut.
-angeogenesis
-migrasi dan poliferasimatufibroblas
-maturasi
Regenasi sel dan jaringan, poliferasi sel dan kapasitas poliferasi jaringan.
Apabila jaringan tidak bergernasi, maka jaringan akan terjadi pengendapan
jaringan atau fibroktik yg menghasilkan jaringan parut.
2. Terjadi di jaringan saraf sensorik yg akan mengalami modulasi yg terjadi di
system saraf pusat dan system saraf tepi.
Nyeri terjadi karna perubahan pH local, pelepasan histamine, pelepasan
bradikinin , inflamasi.
3. Prioan, virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing, ektoparasit.
4. Factor interinsik dan factor ekterisntik.

STEP 4

1. Borok bisa terjadi akibat perawatan luka yg kurang baik, sehingga kuman yg
masuk dalam luka menjadikan infeksi. Namun, pada kasus tertentu, borok bisa
muncul akibat gangguan pada proses penyembuhan luka. Biasana hal ini
terjadi akibat adanya masalah sirkulasi darah, sehingga luka akan menjadi
lebih lama atau sulit sembuh dan rentan terinfeksi.
Berawal dari tidak diobatinya luka, lalu ada masuknya bakteri, dimana pada
saaat bakteri masuk maka proses inflamasinya berlangsung cukup lama, dan
kelenjar sebasea akan mengeluarkan nanah.
Keberhasilan dari pemulihan luka, akan dipicu oleh protein, yang nantinya
kan terdapat respon dari determinan, luka semakin parah karena borok, maka
terdapat kerusakan yang cukup berat, dan proliferasi selnya kurang sempurna
dan akan timbul dari pus.
Proliferasi sel di picu oleh adanya kapasitas proliferasi, repitasi dna
Jadi kemamapuan jaringan di pengaruhi oleh kapasitas proliferasi intrinsic,
Labil yang selalu mebelah, contohnya kulit, epitel vagina
Jaringan stabil, otak, jantung

2. Untuk nyeri dari luka tersebut disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri
tersebut, dan akan merusak sel, yang akan menyebabkan pelepasan dari
mediator-mediator inflamasi, setelah mengeluarkan mediator inflamasi makan
akan mengeluarkan reseptor dari nyeri tersebut dan akan mengantarkan
serabut…. Dan di sampaikan ke medulla spinalis-hypotalamus-otak.
Kemudian selanjutnya akan menuju ke cortex somatosensorik dan akan
menimbulkan, merangsang sel T dan membentuk IgE dan akan menempel ke
sel mast dan basophil, hiperemis terjadi karena adanya peningkatan
permeabilitas kapiler.

3. Virus adalah mikroorgansime yang mengadakan replikasi di dalam sel dan


kadang-kadang memakai asam nukleat atau protein pejamu. Sifat vius yang
sangat khusus adalah : meganggu sel khusus tanpa merusak. Virus yang tidak
menyebabkan kerusakan sel disebut virus non sitopatik. Bila tejadi kerusakan
sel, maka hal ini akibat reaksi antigen dan antibody. Virus ini dapat menjadi
pesisten dan akhirnya menjadi kronik, sebagai contoh adalah hepatitis B. akan
mengakibatkan anti gen dan anti bodi. Dapat menginfekasi jaringan dan
inflamasi.
4. Agen-agen penyebab infeksi
a. Prion
b. Virus
c. Bakteri
1. Gram Positif (+)
2. Gram Negatif (-) 2
d. Jamur
e. Parasit
1. Cacing bulat (nematoda)
2. Cacing pita (cestoda)
3. Cacing pipih (trematoda)
Agen penyebab infeksi
 Prion: Protein pejamu abnormal
 Virus: Hidup di intrasel dan bergantung pejamu, Replikasi dalam sel,
mengganggu sel khusus, mengganggu perkembangan sel tanpa menimbulkan
inflamasi, menyerang monosit.
 Bakteri: Propiotik yang dilapisi membrane, menyerang neutrofil
 Jamur: Mengandung dinding tebal
Proses Infeksi bakteri
 Parasit: menyerang eosinophil
Penyebab infeksi, bakteri staphylococcus pyogenic. Baktei mempnyai sifat
prokariotik (mempunya membrane sel tipis tidak punya membrane inti.
a. Bakteri : prokariotik
Berdasarkan pewarna terbagi menjdi 2
-gram positif : tebal dindingnya, menyerap ulasan krita violet dan
berwarna ungu. Terdapat di kulit, jaringan ikat, paru dan tulang.
-gram negative : dindingnya tipis, tidak menyerap ulasan krista violet dan
berwarna merah. Terdapat di paru, beberapa organ intra abdomen dan
system genital.
b. virus : eukariotik
hanya hidup di intasel. men urut Gen terbagi 2 yaitu DNA dan RNA
c) Jamur :eukariotik
Dapat menyebabkan kerusakan organ vital pada sistem imunnya rendah
d) Parasit
• Obligat : tergantung pada hospes
• Fakultatif : tidak tergantung pada hospes
• Patogen : dapat merusak hospes
• Permanen : selamanya ada pada hospes
• Temporer : sementara
• Accidental : keetulan ada
e) Cacing:organisme multisel dengan deferansi tinggi
• Nematoda (bulat)
• Trematoda (pipih)
• Cesrtoda (pita)
Infeksi bisa timbul ada beberpa agen mikroba yg melekat pada tubuh atau
menyerang.., yg dimana ia akan tumbuh dan menyebar. Infeksi ini dimana ..
akan timbul, apalabila agen ini tidak bisa..
Prion dan virus keduanya jenis patikel yg dapat menula, virus terdiri dari asam
nukleat dan protein sedangkan prion hanya protein.
5. Dapat terhambat macam-macam pengaruh. Ada interinstik .. infeksi : akan
terjadi radang dan berpontensi. Tedapat benda asing, kaca, besi, tulab itu juga
bisa mempengaruhi. Inflamasi yg berasal dari jaingan berongga,,
menyebabkan pada pemulihan pencernaan yg…
Infeksi,penyebab paling penting yg mengahmbat penyembuhan. Berpotensi
meninggalkan jejas di area lokal. Factor benda asing, contoh ada kerikil atau
serpihan kaca akan mengganggu pada penyembuhan luka. Lokasi kerusakan,
yg luka berada di lutut/di area tekuk akan lebih lama untuk penyembuhan.
• Tipe dan luasnya jejas jaringan mempengaruhi proses pemulihan. Restorasi
lengkap hanya dapat terjadi pada jaringan yang terdiri atas sel stabil dan sel labil,
kerusakan jaringan yang terdiri atas sel permanen tidak dapat dihindarkan akan
mengakibatkan jaringan parut seperti pada infark miokardium.

• Lokasi jejas dan sifat jaringan tempat jejas berada juga menentukan. Contoh,
inflamasi yang berasal dari jaringan berongga (misalnya pleura, peritoneum, atau
rongga sinovia) akan menyebabkan terbentuknya eksudat yang ekstensif. Pemulihan
terjadi dengan pencernaan eksudat, diinisiasi oleh enzim proteolitik leukosit dan
resorpsi eksudat yang menjadi encer.

MIND MAP

infeksi dan
bakteri

faktor yang
jenis dan agen mekanisme dan
respon imun mempengaruhi
penyebab cara mengatasi
infeksi
STEP 5
1. Macam-macam dari agen infeksi
2. Bagaimana mekanisme agen infeksi yg menyebabkan penyakit
3. Mekanisme mikroba menghindari reaksi imun
4. Bagaimana respon imun terhadap agen infeksi dan sawar pertahanan tubuh
5. Kaitan dengan patomekanisme secara molokuler terjadinya infeksi

REFLEKSI DIRI

Setelah saya mengikuti pbl sk 4 pertemuan pertama Alhamdulillah saya jadi


bisa memahami materi tentang agen-agen infeksi dan mekanisme penyebab penyakit.
Semoga kedepannya saya bisa lebih baik dalam kedunia kedokteran ini aamiin.

STEP 6 (BELAJAR MANDIRI)

STEP 7

1. Macam-macam dari agen infeksi


A. Bakteri

Infeksi bakteri merupakan penyebab penyakit tersering. Bakteri adalah prokariotik,


yang berarti bahwa bakteri tersebut mempunyai membran sel tetapi tidak mempunyai
membran pengikat inti dan organel lain yang dilapisi membran. Pada umumnya
bakteri dikelilingi oleh dinding sel yang terdiri atas peptidoglikan, suatu polimer dari
rantai gula yang panjang yang dihubungkan oleh jembatan peptida yang mengelilingi
membran sel. Dijumpai dua jenis struktur dinding sel; suatu dinding tebal yang
menyerap pulasan crystal-violet (bakteri gram-positif) dan dinding sel yang tipis yang
dilapisi oleh membran luar (bakteri gram-negatif). Bakteri diklasifikasikan sesuai
dengan pulasan Gram (positif atau negatif), bentuk (bentuk sferis adalah kokus;
bentuk tongkat adalah basil) dan kebutuhan akan oksigen (aerobik atau anaerobik).
Bakteri bergerak karena mempunyai flagel, yang merupakan filamen panjang yang
berasal dari permukaan sel yang dapat berputar dan menggerakkan bakteri.
Beberapa bakteri mempunyai pili, suatu bentuk lain pertumbuhan dari permukaan
yang akan menempelkan bakteri tersebut pada sel pejamu atau matriks ekstrasel.
Bakteri mensintesa DNA-nya sendiri, RNA dan protein, tetapi mereka bergantung
pada kondisi pertumbuhan pejamu. Banyak bakteri tetap dalam kondisi ekstrasel
ketika tumbuh di dalam pejamu, sedangkan bakteri lain akan bertahan hidup dan
bereplikasi di dalam atau di luar sel pejamu (bakteri intrasel fakultatil) dan lainnya
hanya bisa hidup dan berkembang di dalam sel pejamu (bakteri intrasel
obligatif).Orang sehat normal dapat mempunyai 1012 bakteri di kulit, 1010 bakteri di
mulut, dan 1014 bakteri di saluran cerna. Bakteri yang tinggal di kulit termasuk
Staphylococcus epidermidis dan Propionibacteriumacnes, yang merupakan penyebab
jerawat.

Bakteri aerobik dan anaerobik di mulut, terutama Streptococcus mutans,


menyebabkan plak gigi, merupakan penyebab utama dari kerusakan gigi. Dijumpai
lebih dari 3.000 taxa bakteri di dalam flora saluran cerna normal pada seorang
manusia, tetapi hanya suatu subset kecil, terutama anaerob, yang mayoritas. Klamidia
dan Riketsia merupakan bakteri intrasel obligatif yang melakukan replikasi di dalam
vakuol yang terikat pada membran sel epitel dan endotel. Bakteri ini mendapatkan
sebagian besar sumber energinya, yaitu ATP, dari sel pejamu. Klamidia trakoma
(Chlamydiatrachomatis) merupakan penyebab infeksi tersering pada wanita yang
steril (dengan menimbulkan jaringan parut dan penyempitan tuba Fallopi) dan
kebutaan (akibat radang kronik pada conjunctiva yang mengakibatkan jaringan parut
dan kelainan kornea). Riketsia akan mengakibatkan kerusakan pada sel endotel
tempat mereka tumbuh, menyebabkan vaskulitis hemoragika, sering timbul sebagai
ruam, tetapi dapat juga mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf pusat(CNS),
berpotensi untuk hasil yang fatal, seperti pada demam Rocky Mountain dan epidemi
tifus. Riketsia ditransmisi melalui vektor artropod, termasuk berbagai jenis kutu
(dalam epidemi tifus, demam Rocky Mountain dan ehrlichiosis serta scrub tifus).
Gambar Molekul pada permukaan bakteri gram negatif dan bakteri gram positif
yang terlibat pada patogenesis infeksi.

B. Virus
Virus merupakan parasit yang hanya bisa hidup intrasel dan untuk kegiatan
replikasinya bergantung pada proses metabolisme sel pejamu. Virus terdiri atas
genom asam nukleat yang dikelilingi oleh pembungkus protein (disebut kapsid) dan
kadang-kadang terbungkus di dalam membran lipid. Virus diklasifikasikan menurut
genom asam nukleat (DNA atau RNA namun bukan keduanya), bentuk kapsid
(icosahedral atau helical), ada atau tidak adanyareplikasi (disebut tropisme), atau tipe
kelainan patologi yang diakibatkannya. Beberapa komponen virus dan partikel akan
beragregasi di dalam sel yang terinfeksi dan membentuk benda inklusi yang
karakteristik, yang dapat dilihat menggunakan mikroskop cahaya dan berguna untuk
diagnosis. Sebagai contoh, sel yang terinfeksi cytomegalovirus (CMV) akan
diperbesar dan menunjukkan inklusi inti eosinofilik yang besar dan inklusi sitoplasma
basofilik yang lebih kecil; virus herpes membentuk inklusi inti yang besar dikelilingi
oleh halo yang jernih; virus cacar dan rabies membentuk inklusi sitoplasmik yang
khas. Namun, banyak virus (misalnya, virus polio) tidak membentuk benda inklusi.
Diperhitungkan sebagai penyebab terbesar infeksi pada manusia, virus bisa
mangakibatkan penyakit dengan berbagai cara. Banyak virus mengakibatkan penyakit
yang sementara (misalnya, demam dan influenza).
Virus lain tidak dapat dieliminasi dari tubuh dan tetap berada di dalam sel pejamu
selama bertahun-tahun, terjadi karena multiplikasi berkelanjutan (misalnya, infeksi
kronik pada virus hepatitis B [HBV]) atau bertahan dalam bentuk non-replikasi
(disebut infeksi laten) dengan potensi bisa terjadi reaktivasi kemudian. Contoh, virus
herpes zoster, yang mengakibatkan cacar air, akan masuk melalui ganglion radiks
posterior dan tetap laten untuk kemudian secara periodik teraktivasi menyebabkan
lepuh, suatu kelainan kulit yang menyakitkan. Beberapa virus terlibat dalam sel
pejamu yang mengalami transformasi menjadi tumor jinak atau tumor ganas
(misalnya, human papillomavirus [HPV] akan mengakibatkan kutil jinak dan kanker
leher rahim).Berbagai spesies virus dapat memberikan gambaran klinis yang sama
(misalnya, infeksi saluran napas atas); sebaliknya, satu virus dapat mengakibatkan
terjadinya berbagai gambaran klinis tergantung pada usia pejamu ataustatus
kekebalannya.

Gambar 1.2 Contoh benda inklusi virus. A, infeksi cytomegalovirus di paru. B,


infeksi virus varisela-zoster di kulit. C, infeksi virus hepatitis di hati.

C. Protozoa
Protozoa adalah sel tunggal eukariotik yang merupakan penyebabutama penyakit
dan kematian pada negara berkembang Protozoa dapat melakukan replikasi intrasel di
dalam berbagai sel (misalnya, Plasmodium dalam sel darah merah, Leishmania di
makrofag) atausecara ekstrasel pada sistem urogenital, saluran cerna atau darah.
Organisme Trichomonas vaginalis adalah parasit protozoa berflagela yang ditansmisi
secara seksual, hidup di vagina dan uretra laki-laki.
Protozoa pada usus yang paling sering dijumpai adalah Entamoebahistolytica dan
Giardia lamblia, yang masuk berbentuk kista nonmotil pada makanan atau air yang
berubah menjadi trofozoit motil yang menempel pada sel epitel saluran cerna.
Protozoa yang berasal dari darah (misalnya, Plasmodium, Tripanosoma, Leishmania)
ditransmisikan melalui vektor serangga, di mana protozoa tersebut akan mengalami
replikasi sebelum diteruskan ke pejamu manusia. Toksoplasma gondii diperoleh
melalui kontak dengan anak kucing yang mengandungi oocyst atau dengan
mengkonsumsi makanan/daging yang belum matang yang mengandungi kista.

D. Cacing
Cacing parasit adalah organisme multisel dengan diferensiasi tinggi. Siklus
kehidupannya sangat kompleks; sebagian besar terjadi bergantian antara reproduksi
seksual pada pejamu tertentu dan multiplikasi aseksual pada pejamu perantara atau
vektor. Oleh karena itu, tergantung pada spesiesnya, manusia dapat mengandungi
cacing dewasa (misalnya, Ascaris lumbricoides), stadium imatur (misalnya, Toxocara
canis), atau bentuk larva aseksual (misalnya, Echinococcusspp.). Ketika cacing
dewasa berada dalam manusia, cacing tersebuttidak akan bermultiplikasi tetapi akan
menghasilkan telur atau larva yang akan dikeluarkan melalui tinja. Seringkali,
beratnya gejala penyakit sesuai dengan jumlah organisme yang menginfeksi. Sebagai
contoh, beban dari 10 ekor cacing tambang dikaitkan dengan keluhan klinis ringan
atau tanpa keluhan klinis, sedangkan 1000 ekor cacing tambang akan mengkonsumsi
darah yang bisa mengakibatkan anemia berat. Pada beberapa infeksi cacing, seperti
schistosomiasis, penyakit akan disebabkan oleh respons radang akibat adanya telur
atau larva dan bukan akibat cacing dewasa.
Gambar Larva Trichinella spiralis yang melingkar dalam sel otot skeletal

Cacing terbagi atas tiga kelompok:


• Cacing bulat (nematoda) bentuknya bulat pada potongan melintang dan tidak
bersegmen. Yang termasuk nematoda intestinal adalah Ascaris lumbricoides,
Strongyloides stercoralis, dan cacing tambang. Nematoda yang menginvasi
jaringan adalah filariae dan Trichinella Spiralis.
• Cacing pita (sestoda) mempunyai kepala (scolex) dan pita bersegmen multipel
yang rata (proglottids). Cacing ini akan menyerap nutrisi melalui
selaputnya/tegument dan tidak mempunyai saluran cerna. Termasuk di dalam
kategori ini adalah cacing pita pada ikan, sapi dan babi, serta dijumpai pula
pada saluran cerna manusia. Larva yang berkembang setelah telur dari cacing
pita tertentu tertelan akan mengakibatkan penyakit kista di dalam jaringan
(larva Echinoccus granulosus mengakibatkan kista hydatid; larva cacing pita
pada babi menimbulkan kista yang disebut sistiserkus pada berbagai organ).
• Cacing pipih/Flukes (trematoda) adalah cacing berbentuk daun dengan alat
penghisap yang digunakan untuk menempel pada pejamu. Termasuk dalam
kategori ini adalah trematoda hati dan paru serta sistosoma.

E. Ektoparasit
Ektoparasit adalah serangga (berbagai kutu) atau araknida (tungau/mites,
kutu/ticks, laba-laba) yang akan melekat dan hidup pada atau di dalam kulit.
Penyakit-penyakit akibat langsung artropoda ditandai dengan keluhan gatal dan
ekskoriasi, misalnya pedikulosis yang diakibatkan oleh kutu yang melekat pada
rambut, atau skabies yang diakibatkan oleh kutu yang menembus stratum korneum.
Pada tempat gigitan, bagian dari mulut dijumpai bersama dengan infiltrat limfosit,
makrofag, dan eosinofil. Artropoda dapat juga berfungsi sebagai vektor untuk
patogen lain, seperti Borrelia burgdorferi, penyebab penyakit Lyme, yang ditransmisi
melalui kutu dari rusa.

F. Jamur
Jamur adalah eukariotik yang mempunyai dinding sel tebal, mengandungi kitin
dan membran sel yang mengandungi ergosterol. Jamur dapat tumbuh sebagai sel ragi
bundar atau hifa ramping berbentuk filamen. Hifa dapat berbentuk septat (dengan
dinding sel yang memisahkan sel-sel individu) atau aseptat, yang penting untuk
membedakan karakteristik materi klinis. Beberapa jamur patogen penting mempunyai
sifat dimorfisme termal; yaitu, jamur tersebut tumbuh sebagai bentuk hifa pada suhu
kamar namun akan berbentuk ragi pada suhu tubuh. Jamur dapat membentuk spora
seksual, atau lebih sering lagi berupa spora aseksual yang disebut konidia. Konidia
diproduksi pada struktur khusus atau struktur yang menyerupai buahbuahan yang
berasal dari filamen hifa. Jamur dapat menyebabkan infeksi pada permukaan tubuh
atau infeksi pada organ dalam tubuh.
 Infeksi permukaan tubuh meliputi kulit, rambut dan kuku. Spesies jamur
yang mengakibatkan infeksi permukaan disebutdermatophyta. Infeksi pada
kulit disebut tinea; karena itu, tineapedis adalah "athlete's foot" dan tinea
capitis adalah scalpringworm. Jenis jamur tertentu akan menginvasi jaringan
sub-kutis, menyebabkan abses atau granuloma dan kadang-kadang disebut
misetoma.
 Infeksi jamur yang dalam dapat menyebar secara sistemik dan menginvasi
jaringan, merusak organ vital pada pejamu yang immunocompromised
(imunitas rendah), tetapi biasanya dapat di atasi atau tetap laten pada pejamu
normal. Jamur dibagi dalam spesies endemik dan oportunistik.
 Jamur endemik adalah spesies yang invasif dan dijumpai terbatas pada
daerah geografik tertentu (misalnya, Coccidioides di barat daya Amerika
Serikat, Histoplasma di Ohio River Valley).
 Sebaliknya, jamur oportunistik (misalnya, Candida, Aspergilus, Mucor,
Cryptococcus) merupakan organisme yang dijumpai dimana-mana yang
ditemukan pada manusia maupun dijumpai padalingkungan. Pada individu
dengan imunodefisiensi, jamur oportunisakan mengakibatkan infeksi invasif
yang dapat mematikan dengantanda nekrosis jaringan, pendarahan,
penyumbatan pembuluh,dengan sedikit respons radang atau tidak
memberikan responsradang. Pasien dengan AIDS sering terkena
jamuroportunis Pneumocystis jiroveci (sebelumnya disebut Pneumocystis
carinii).

G. Prion
Prion terdiri atas protein pejamu yang bentuknya abnormal yang disebut protein
prion (PrP). Agen-agen ini menyebabkan ensefalopati spongiform yang dapat
ditularkan, termasuk Kuru (dikaitkan dengan kanibalisme manusia), penyakit
Creutzfeldt-Jakob (CJD), ensefalopati spongiform bovine (ESB) (lebih dikenal
sebagai penyakit "sapi gila"), dan varian penyakit Creutzfeldt-Jakob (vCJD)
(kemungkinan transmisi ke manusia terjadi melalui konsumsi daging dari hewan
ternak yang terkena ESB). PrP normalnya dijumpai pada neuron. Penyakit terjadi
apabila PrP mengalami perubahan penyesuaian untuk menghadapi resistansi terhadap
protease. PrP yang resisten terhadap protease akan menyebabkan perubahan PrP
sensitif protease yang normal menjadi bentuk abnormal, hal ini menjelaskan
terjadinya infeksi pada penyakit ini.

Akumulasi dari PrP abnormal akan mengakibatkan kerusakan neuron dan


perubahan patologis spongiform tertentu di otak. Mutasi yang spontan dan diwariskan
pada PrP yang membuat terjadinya resistensi pada protease dijumpai pada CJD
sporatif dan familial. CJD dapat ditransmisi dari orang ke orang secara iatrogenik,
melalui operasi, transplantasi organ, ataupun transfusi darah.

2. Bagaimana mekanisme agen infeksi yg menyebabkan penyakit


Setelah mengulas cara agen infeksi menembus sawar pejamu, selanjutnya kita
akan membahas cara agen tersebut mencederai sel dan menyebabkan kerusakan
jaringan. Terdapat tiga mekanisme umum:
A. Agen infeksi berkontak atau masuk ke dalam sel pejamu dan secara langsung
menyebabkan kematian sel.
B. Patogen dapat mengeluarkan endotoksin atau eksotoksin yang mematikan sel yang
terletak jauh, mengeluarkan enzim yang menguraikan komponen jaringan, atau
merusak pembuluh darah dan menyebabkan cedera iskemik.
C. Patogen dapat memicu respons sel pejamu yang mungkin memperparah kerusakan
jaringan, biasanya.melalui mekanisme yang diperantarai oleh lmun. Di sini kita
membahas sebagian mekanisme spesifik yang di gunakan oleh virus dan bakteri
tertentu untuk mencederai sel dan jaringan.

 Mekanisme Cedera Akibat Virus


Virus merusak sel pejamu dengan masuk ke dalam sel dan berepIikasi atas biaya
sel pejamu. Virus memiliki protein permukaan spesifik (ligan) yang berikatan dengan
protein pejamu tertentu (reseptor), yang banyak diantaranya diketahui fungsinya
Sebagai contoh, HIV berikatan dengan CD4 yang berperan dalam aktivasi sel T, dan
ke reseptor kemokin; EBV berikatan dengan reseptor komplemen di makrofag; dan
rinovirus berikatan dengan intercellular adhesion molecule I (ICAM-1;molekul
perekat antarsel 1) pada sel mukosa. Untuk beberapa Virus, pemeriksaan kristalografi
sinar X dapat mengidentifikasi bagian spesifik protein perlekatan virus yang berikatan
dengan segmen tertentu reseptor sel bejamu.
Ada tidaknya protein sel pejamu memungkinkan virus melekat adalah salah satu
penyebab tropisme virus, atau kecenderunan virus tertentu untuk menginfeksi sel
tertentu dan tidak sel lain. Sebagai contoh, virus influenza bereplikasi di sel epitel
saluran napas, yang mengekspresikan suatu protease yang penting untuk memecah
dan mengaktifkan hema.
Glutinin pada permukaan virus. Penyebab utama kedua tropisme virus adalah
kemampuan virus memperbanyak diri di beberapa sel, tetapi tidak di sel yang lain.
Sebagai contoh, papovavirus IC, yang menyebabkan leukoensefalopati, terbatas pada
oligodendroglia pada susunan saraf pusat karena sekuensi promotor dan enhancer
DNA yang terletak di hulu gen virus IC aktif di sel glia, tetapi tidak aktif di neuron
atau sel endotel.
Setelah melekat, seluruh Virion, atau suatu bagian yang mengandung genom dan
polimerase esensial, masuk ke dalam sitoplasma sel melalui
1) Translokasi virus utuh menembus membran plasma
2) Fusi selubung protein dengan membran sel
3) Endosit yang diperantarai oleh reseptor serta fusi dengan membran endosome.

Di dalam sel, Virus melepaskan selubungnya, memisahkan genom dari komponen


strukturalnya, dan kehilangan daya infektifitasnya virus kemudian memperbanyak
diri,menggunakan enzim yang khas untuk setiap famili virus. sebagai contoh, RNA
polimerase digunakan oleh virus negative-sense untuk menghasilkan RNA messenger
(mRNA) positive-sense, sedangkan reverse transcriptase digunakan oleh retrovirus
untuk menghasilkan DNA dari cetakan RNA. Enzim spesifik-virus ini merupakan
titik-titik yang dapat digunakan oleh obat untuk menghambat replikasi virus.
Subkelompok HIV yang terdapat di Afrika sebelah selatan sangat virulen karena
transkripsinya sangat ditingkatkan oleh sitokin peradangan, seperti tumor necrosis
factor (TNF; faktor nekrosis tumor), yang diinduksi oleh infeksi makroba infeksi
mikroba lain.virus juga menggunakan enzim pejamu untuk sintesis dirinya,dan enzim
semacam ini mungkin terdapat di sebagian tetapi tidak semua jaringan.
Genom virus dan protein kapsid yang baru di bentuk kemudian disusun menjadi
virion dalam inti sel atau sitoplasma dan dibebaskan secara langsung (virus tidak
berkapsul) atau menonjol melalui membran plasma.
Virus mematikan sel pejamu dan menyebabkan kerusakan jaringan melalui
beberapa cara :
 Virus mungkin menghambat sintesis protein sel pejamu. sebagai contoh, virus
polio menginaktifkan “cap-binding protein”, yang esensial untuk translasi
mRNA tidak mengutak atik translasi mRNA virus polio.
 Protein virus mungkin menembus membran plasma sel pejamu dan secara
langsung merusak integritas nya atau mendorong fusi sel (HIV,Campak,virus
herpes).
 Virus bereplikasi secara efisien dan melisiskan sel pejamu. Sebagai contoh, sel
epitel pernafasan mati oleh multiplikasi besar-besaran rinovirus atau virus
influenza, sel hati oleh virus demam kuning, dan neuron oleh virus polio atau
virus rabies.
 Protein virus di sel pejamu mungkin dikenali oleh sistem imun, dan limfosit
pejamu menyerang sel yang terinfeksi virus.
 Virus juga dapat merusak sel yang terlibat dalam pertahanan antimikroba
pejamu sehingga terjadi infeksi sekunder.
 Kematian satu jenis sel oleh virus dapat merusak sel lain yang bergantung pada
integritas sel tersebut.
 Infeksi virus lambat (misal, panensefalitis sklerotikans subakut yang
disebabkan oleh virus campak) memuncak pada penyakit progresif berat setelah
masa laten yang panjang.

 Mekanisme Cedera Akibat Bakteri: Adhesin dan Toksin Bakteri


Infeksi bakteri merupakan penyebab penyakit tersering. Bakteri adalah prokariotik,
yang berarti bahwa bakteri tersebut mempunyai membran sel tetapi tidak mempunyai
membran pengikat inti dan organel lain yang dilapisi membran. Pada umumnya
bakteri dikelilingi oleh dinding sel yang terdiri atas peptidoglikan, suatu polimer dari
rantai gula yang panjang yang dihubungkan oleh jembatan peptida yang mengelilingi
membran sel. Dijumpai dua jenis struktur dinding sel; suatu dinding tebal yang
menyerap pulasan crystal-violet (bakteri gram-positif) dan dinding sel yang tipis yang
dilapisi oleh membran luar (bakteri gram-negatif). Bakteri diklasifikasikan sesuai
dengan pulasan Gram (positif atau negatif), bentuk (bentuk sferis adalah kokus;
bentuk tongkat adalah basil), dan kebutuhan akan oksigen (aerobik atau anaerobik).
Bakteri bergerak karena mempunyai flagel, yang merupakan filamen panjang yang
berasal dari permukaan sel yang dapat berputar dan menggerakkan bakteri. Beberapa
bakteri mempunyai pili, suatu bentuk lain pertumbuhan dari permukaan yang akan
menempelkan bakteri tersebut pada sel pejamu atau matriks ekstrasel. Bakteri
mensintesa DNA-nya sendiri, RNA dan protein, tetapi mereka bergantung pada
kondisi pertumbuhan pejamu. Banyak bakteri tetap dalam kondisi ekstrasel ketika
tumbuh di dalam pejamu, sedangkan bakteri lain akan bertahan hidup dan bereplikasi
di dalam atau di luar sel pejamu (bakteri intrasel fakultatil) dan lainnya hanya bisa
hidup dan berkembang di dalam sel pejamu (bakteri intrasel obligatif).
Orang sehat normal dapat mempunyai 1012 bakteri di kulit, 1010 bakteri di mulut,
dan 1014 bakteri di saluran cerna. Bakteri yang tinggal di kulit termasuk
Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes, yang merupakan penyebab
jerawat. Bakteri aerobik dan anaerobik di mulut, terutama Streptococcus mutans,
menyebabkan plak gigi, merupakan penyebab utama dari kerusakan gigi. Dijumpai
lebih dari 3.000 taxa bakteri di dalam flora saluran cerna normal pada seorang
manusia, tetapi hanya suatu subset kecil, terutama anaerob, yang mayoritas. Klamidia
dan Riketsia merupakan bakteri intrasel obligatif yang melakukan replikasi di dalam
vakuol yang terikat pada membran sel epitel dan endotel. Bakteri ini mendapatkan
sebagian besar sumber energinya, yaitu ATP, dari sel pejamu.
Klamidia trakoma (Chlamydia trachomatis) merupakan penyebab infeksi tersering
pada wanita yang steril (dengan menimbulkan jaringan parut dan penyempitan tuba
Fallopi) dan kebutaan (akibat radang kronik pada conjunctiva yang mengakibatkan
jaringan parut dan kelainan kornea). Riketsia akan mengakibatkan kerusakan pada sel
endotel tempat mereka tumbuh, menyebabkan vaskulitis hemoragika, sering timbul
sebagai ruam, tetapi dapat juga mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf pusat
(CNS), berpotensi untuk hasil yang fatal, seperti pada demam Rocky Mountain dan
epidemi tifus. Riketsia ditransmisi melalui vektor artropod, termasuk berbagai jenis
kutu (dalam epidemi tifus, demam Rocky Mountain dan ehrlichiosis serta scrub tifus).

 Mekanisme Terjadi nya Infeksi oleh Jamur atau Fungi2


Jamur dapat menyebabkan infeksi pada permukaan tubuh atau infeksi pada organ
dalam tubuh.
1) Infeksi permukaan tubuh meliputi kulit, rambut dan kuku. Spesies jamur yang
mengakibatkan infeksi permukaan disebut dermatophyta. Infeksi pada kulit
disebut tinea; karena itu, tinea pedis adalah "athlete's foot" dan tinea capitis
adalah scalp ringworm. Jenis jamur tertentu akan menginvasi jaringan sub-
kutis, menyebabkan abses atau granuloma dan kadang-kadang disebut
misetoma.
2) Infeksi jamur yang dalam dapat menyebar secara sistemik dan menginvasi
jaringan, merusak organ vital pada pejamu yang immunocompromised
(imunitas rendah), tetapi biasanya dapat di atasi atau tetap laten pada pejamu
normal. Jamur dibagi dalam spesies endemik dan oportunistik.
3) Jamur endemik adalah spesies yang invasif dan dijumpai terbatas pada daerah
geografik tertentu (misalnya, Coccidioides di barat daya Amerika Serikat,
Histoplasma di Ohio River Valley).

4) Sebaliknya, jamur oportunistik (misalnya, Candida, Aspergilus, Mucor,


Cryptococcus) merupakan organisme yang dijumpai di mana-mana yang
ditemukan pada manusia maupun dijumpai pada lingkungan. Pada individu
dengan imunodefisiensi, jamur oportunis akan mengakibatkan infeksi invasif
yang dapat mematikan dengan tanda nekrosis jaringan, pendarahan,
penyumbatan pembuluh, dengan sedikit respons radang atau tidak memberikan
respons radang Pasien dengan AIDS sering terkena jamur oportunis
Pneumocystis jiroveci (sebelumnya disebut Pneumocystis carinii).

 Prion Penyebab Infeksi

Prion terdiri atas protein pejamu yang bentuknya abnormal yang disebut protein
prion (PrP). Agen-agen ini menyebabkan ensefalopati spongiform yang dapat
ditularkan, termasuk Kuru (dikaitkan dengan kanibalisme manusia), penyakit
Creutzfeldt-Jakob (CJD), ensefalopati spongiform bovine (ESB) (lebih dikenal
sebagai penyakit "sapi gila"), dan varian penyakit Creutzfeldt-Jakob (vCJD)
(kemungkinan transmisi ke manusia terjadi melalui konsumsi daging dari hewan
ternak yang terkena ESB). PrP normalnya dijumpai pada neuron. Penyakit terjadi
apabila PrP mengalami perubahan penyesuaian untuk menghadapi resistansi terhadap
protease. PrP yang resisten terhadap protease akan menyebabkan perubahan PrP
sensitif protease yang normal menjadi bentuk abnormal, hal ini menjelaskan
terjadinya infeksi pada penyakit ini. Akumulasi dari PrP abnormal akan
mengakibatkan kerusakan neuron dan perubahan patologis spongiform tertentu di
otak. Mutasi yang spontan dan diwariskan pada PrP yang membuat terjadinya
resistensi pada protease dijumpai pada CJD sporatif dan familial. CJD dapat
ditransmisi dari orang ke orang secara iatrogenik, melalui operasi, transplantasi
organ, ataupun transfusi darah.

 Mekanisme Terjadinya Infeksi cacing

Cacing parasit adalah organisme multisel dengan diferensiasi tinggi. Siklus


kehidupannya sangat kompleks; sebagian besar terjadi bergantian antara reproduksi
seksual pada pejamu tertentu dan multiplikasi aseksual pada pejamu perantara atau
vektor. Oleh karena itu, tergantung pada spesiesnya, manusia dapat mengandungi
cacing dewasa (misalnya, Ascaris lumbricoides), stadium imatur (misalnya, Toxocara
canis), atau bentuk larva aseksual (misalnya, Echinococcus spp.). Ketika cacing
dewasa berada dalam manusia, cacing tersebut tidak akan bermultiplikasi tetapi akan
menghasilkan telur atau larva yang akan dikeluarkan melalui tinja. Seringkali,
beratnya gejala penyakit sesuai dengan jumlah organisme yang menginfeksi. Sebagai
contoh, beban dari 10 ekor cacing tambang dikaitkan dengan keluhan klinis ringan
atau tanpa keluhan klinis, sedangkan 1000 ekor cacing tambang akan mengkonsumsi
darah yang bisa mengakibatkan anemia berat. Pada beberapa infeksi cacing, seperti
schistosomiasis, penyakit akan disebabkan oleh respons radang akibat adanya telur
atau larva dan bukan akibat cacing dewasa.

Cacing Nematoda Dracunculus medinensis ditularkan kepada manusia ketika


krustasea (copepods) air tawar tertelan lewat air minum. Larva ini kemudian
menembus dinding usus dan akhirnya menjadi cacing dewasa di bawah kulit. Ketika
hospes manusia merendam bagian kulit yang menjadi tempat tinggal cacing tersebut
di dalam air tawar (misalnya, mandi berendam di dalam aliran air), cacing D.
medinens'n betina akan memajankan uterusnya pada lingkungan dan melepaskan
sejumlah besar mikrofilaria Gejala terjadi ketika mikrofilaria dilepaskan karena
mereka bersifat alergen sehingga terjadi mual, muntah dan urtikaria.

Skistosoma adalah trematoda yang menggunakan siput air tawar 'untuk


bermultiplikasi. Setelah telurnya menetas di dalam air tawar, larva Skistosoma
menginfeksi dan menjadi matang di dalam siput air tawar kemudian dilepaskan
sebagai serkaria (larva yang matang) yang menginfeksi manusia.

Parasit ini menembus kulit manusia dan bermigrasi ke bagian hepatik sistem
venaporta untuk bereproduksi. Setelah bereproduksi, telur Skistosoma diletakkan di
dalam kandung kemih manusia dimana mereka dapat tersebar ke dalam air tawar
(lewat miksi atau defekasi dalam air) untuk melanjutkan siklusnya. Cacing
skistosoma dapat melepaskan telurnya ke dalam sistem vena hospes manusia
menyebabkan hipertensi portal, hipertensi pulmoner atau polip usus _ inHamatorik
tergantung pada dimana telur-telur ini bermigrasi.

Onchocerca volvulus adalah cacing gilik yang anaknya atau mikrofilarianya


tersebar lewat lalat black (blackfly). Lalat black berkembang biak di sungai dan aliran
air di Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Setelah lalat yang terin. feksi
menggigit manusia, muncul nodul kulit bersamaan dengan ruam pigmen. tasi gelap
dan kulit kering bersisik (“kulit kadal”) akibat respons alergi hospcs terhadap
mikrofilaria. Jika mikrofilaria tersebut bermigrasi ke dalam mata, respons alergi
hospes yang kuat dapat menyebabkan kebutaan.

3. Mekanisme mikroba menghindari reaksi imun

Beberapa mikroba mempunyai metode untuk melawan pertahanan secara aktif:


A. Peptida anti-mikroba kation, cathelicidin, dan thrombosidin, mempunyai
pertahanan awal penting melawan invasi mikroba peptida ini akan berikatan
dengan membrane bakteri dan membentuk pori-pori yang mengakibatkan
kematian bakteri melalui lisis hipoosmotik. Bakteri pathogen mencegah
kematian dengan membuat molekul permukaan permukaan yang tahan terhadap
ikatan pptida antimikroba, atau mengatur lebih rendah peptid antimikroba
melalui berbagai mekanisme.
Gambar Gambaran mekanisme yang dipergunakan patogen virus dan bakteri untuk
menghindari imunitas bawaan dan adaptif

B. Fagositosi dan pembunuhan bakteri oleh leukosit polimorfonukleus


atauneutrofil (PMN) dan monosit berperan penting sebagai pertahanan pejamu
terhadap bakteri ekstrasel.
Kapsul karbohidrat pada permukaan berbagai bakteri yang menyebabkan pada
permukaan berbagai bakteri yang menyebabkan pneumia atau meningitis
menyebabkan bakteri tersebut menjadi lebih vilurensi dengan pencegahan fagositosis
oleh neutriofil.protein pada permukaan bakteri yang menghambat fagosistosis
termaksud protein A dan M, yang diekpresikan oleh S.aureus dan S.piogenes banyak
bakteri yang membuat protein yang mematikan fagosit, melindungi migrasinya, atau
menghilangkan letupan oksidatifnya.

C. Virus dapat meproduksi molekul yang dapat menghambat imunitas alami


Virus telah mengembangkan sejumlah strategi untuk melawan interferon yang
merupakan mediator untuk epertahanan awal pejamu terhadap virus. beberpa virs
memproduksi protein yang menghambat reseptor interferon dari downstrim sinyal
intrasel. Virus juga dapat menonaktifkan protein kinase yang bergantung pada RNA.
Beberapa virus menyandi di dalam genomnya homolog dari sitoki, kemokin, atau
reseptor yang dapat menghamat respon imun dengan berbagai cara.
Akhirnya virus mengembangkan strategi untuk menahan apopotosis di sel pejamu
sehingga virus punya waktu untuk bereplikasi bertahan atau mentransformasi sel
pejamu.

D. Beberapa miroba memproduksi faktor yang akan mengurangi pengenalan sel


yang terinfeksi oleh sel t helper, CD4+, dan sel T sitotoksik CD8+. Contohnya
beberapa virus DNA dapat mengikat atau mengubah lokasi dari protein kelas 1
MHC, mengurangi petida terhadap sel CD8.

Pengaturan lebih rendah dari molekul MHC akan memberikan kesan bahwa sel
yang terinfeksi virus akan menjadi target sel NK. Virus juga dapat menginfeksi
leukosit degan menurunkan fungsinya secara langsung misalnya:HIV menginfesi sel
T CD4+ , makrofag dan sel dendrit.

Cara patogen menghindari sistem imun

Gambar Mekanisme patogen menghindari efek sistem imun

4. Bagaimana respon imun terhadap agen infeksi dan sawar pertahanan


tubuh
 Bagaimana respon imun terhadap agen infeksi
A. Bakteri
- Respon Imunologi terhadap bakteri ekstraselular.
Bakteri ekstraselular dapat hidup dan berkembang biak di luar sel pejamu
misalnya dalam sirkulasi, jaringan ikat, rongga-rongga jaringan seperti lumen saluran
napas dan saluran cerna. Banyak di antaranya merupakan bakteri patogenik. Penyakit
yang ditimbuikan bakteri ekstraselular dapat berupa inflamasi yang menimbulkan
destruksi jaringan di tempat infeksi dengan membentuk nanah/infeksi supuratif
seperti yang tcrjadi pada infeksi streptococcus.

Gambar Antibodi sebagai efektor pada infeksi bakteri ekstraselular

- Imunitas nonspesifik
Komponen imunitas nonspesifik utama terhadap bakteri ekstraselular adalah
komplemen, fagositosis dan respons inflamasi. Bakteri yang mengekspresikan
manosa pada pennukaannya, dapat diikat lektin yang homolog dengan Clq, sehingga
akan mengaktifkan komplemen melalui jalur lektin, meningkatkan opsonisasi dan
fagositosis. Di samping itu MAC dapat menghancurkan membran bakteri. Produk
sampingan aktivasi komplemen berperan dalam mengerahkan dan mengaktifkan
leukosit. Fagosit juga mengikat bakteri melalui berbagai reseptor permukaan lain
seperti Toll-like receptor yang semuanya meningkatkan aktivasi leukosit dan
fagositosis. Fagosit yang diaktifkan juga melepas sitokin yang menginduksi infiltrasi
leukosit ke tempat infeksi. Sitokin juga menginduksi panas dan sintesis APP.
- Imunitas spesifik

Gambar Respon imun spesifik terhadap mikroba ekstraselular dan toksinnya:


produksi antibosi, aktivasi sel CD4

- Humoral
Antibodi merupakan komponen imun protektif utama terhadap bakteri
ekstraselularyang berfungsi untuk menyingkirkan mikroba dan menetralkan toksinnya
melalui berbagai mekanisme. Th2 memproduksi sitokin yang merangsang respons sel
B, aktivasi makrofag dan inflamasi.
Komplikasi lambat respons imun humoral dapat berupa penyakit yang
ditimbulkan antibodi. Contohnya infeksi streptococcus di tenggorok atau kulit yang
menimbulkan manifestasi penyakit beberapa minggu-bulan setelah infeksi terkontrol.
Demam reuma merupakan sekuela infeksi faring oleh beberapa streptokok hemolitik-
B. Antibodi yang diproduksi terhadap protein dinding bakteri (M-protein) dapat
bereaksi silang dengan protein sarkolema dan miosin miokard yang dapat diendapkan
di jantung dan akhimya menimbulkan infiamasi (karditis), Glomerulonefritis pasca
infeksi streptokok merupakan sekuela infeksi streptokok di kulit atau tenggorok oleh
serotipe streptokok-B yang lain. Antibodi terhadap bakteri tersebut membentuk
kompleks dengan antigen bakteri dan diendapkan di glomerulus ginjal yang
menimbulkan nefritis.
- Sitokin
Respon utama pejamu terhadap bakteri ekstraselular adalah produksi sitokin
oleh makrofag yang di aktivkan yang menimbulkan inflamasi dan syok septik. Toksin
seperti superantigen mampu mengaktifkan banyak sel T sehingga menimbulkan
produksi sitokin dalam jumlah besar dan kelainan klinikopatologi seperti terjadi pada
syok septik.
- Imunologi bakteri intraseluler.
Ciri utama bakteri intraseluler adalah kemampuannya untuk hidup
bahkan berkembang biak dalam fagosit. Mikroba tersebut mendapat tempat
tersembunyi yang tidak dapat ditemukan oleh antibodi dalam sirkulasi, sehingga
untuk eliminasinya memerlukan mekanisme imun seluler.

1) Imunitas nonspesifik
Efektor imunitas nonspesifik utama terhadap bakteri intraseluler adalah fagosit
dan sel NK. Fagosit menelan dan mencoba menghancurkan mikroba tersebut, namun
mikroba dapat resisten terhadap efek degradasi fagosit. Bakteri intraseluler dapat
mengaktifkan sel NK secara direct atau melalui aktivasi makrofag yang memproduksi
IL-12, sitokin poten yang mengaktifkan sel NK. Sel NK memproduksi IFN-ˠ yang
kembali mengaktifkan makrofag dan meningkatkan daya membunuh bakteri dan
memakan bakteri. Jadi sel NK memberikan respon dini, dan terjadi interaksi antar sel
NK dan makrofag.
2) Imunitas spesifik
Proteksi utama respon imun spesifik terhadap bakteri intraseluler berupa
imunitas seluler. Imunitas seluler terdiri atas 2 tipe reaksi, yaitu sel CD4+ Th1 yang
mengaktifkan makrofag (DTH) yang memproduksi IFN-ˠ dan sel CD8+/CTL, yang
memacu pembunuhan mikroba serta lisis sel terinfeksi.
Makrofag yang diaktifkan sebagai respon terhadap mikroba intraseluler dapat
pula membentuk granuloma dan menimbulkan kerusakan jaringan seperti terjadi pada
DTH terhadap protein sel CD4+ dan CD8+ bekerja sama dalam pertahanan terhadap
mikroba.

B. Virus
Virus adalah mikroorganisme yang mengadakan replikasi di dalam sel dan
kadang-kadang memakai asam nukleat atau protein pejamu. Sifat virus yang sangat
khusus adalah:
1) Mengganggu sel khusus tanpa merusak. Virus yang tidak menyebabkan
kerusakan sel disebut virus non sitopatik (non cytopathic virus). Bila terjadi
kerusakan sel, maka hal ini akibat reaksi antigen antibodi. Virus ini dapat
menjadi persisten dan akhirnya menjadi kronik, sebagai contoh adalah virus
hepatitis B.

2) Virus merusak sel atau mengganggu perkembangan sel kemudian


menghilang dari tubuh, dan virus seperti ini disebut virus sitopatik
(cytopathic virus), sebagai contoh infeksi virus HIV, infeksi hepatitis virus
lain, dan sebagainya. 
3) Dapat menginfeksi jaringan tanpa menimbulkan respons inflamasi
4) Dapat berkembang biak dalam sel pejamu tanpa merusak
Dalam melawan sistem imun, virus secara kontinu mengganti struktur
permukaan antigennya melalui mekanismeantigenic drift dan antigenic shift, seperti
yang dilakukan oleh jenis virus influenza. Permukaan virus influenza terdiri dari
hemaglutinin, yang diperlukan untuk adesi ke sel saat infeksi, dan neuramidase, yang
diperlukan untuk menghasilkan bentuk virus baru dari permukaan asam sialik dari sel
yang terinfeksi. Hemaglutinin lebih penting dalam hal pembentukan imunitas
pelindung. Perubahan minor dari antigen hemagglutinin terjadi melalui titik mutasi di
genom virus (drift), namun perubahan mayor terjadi melalui perubahan seluruh
material genetik (shift).

 Mekanisme Pertahanan Tubuh (Respons Imun) terhadap Infeksi Virus


Infeksi virus secara langsung merangsang produksi Interferon (IFN) oleh sel-sel
terinfeksi; IFN berfungsi menghambat replikasi virus.
Sel NK melisiskan berbagai jenis sel terinfeksi virus. Sel NK mampu melisiskan sel
yang terinfeksi virus walaupun virus menghambat presentasi antigen dan ekspresi
MHC I,  karena sel NK cenderung diaktivasi oleh sel sasaran yang MHC negatif.
Untuk membatasi penyebaran virus dan mencegah reinfeksi, sistem imun harus
mampu menghambat masuknya virion ke dalam sel dan memusnahkan sel yang
terinfeksi. Antibodi spesifik mempunyai peran penting pada awal terjadinya infeksi,
dimana ia dapat menetralkan antigen virus dan melawan virus sitopatik yang
dilepaskan oleh sel yang mengalami lisis. Peran antibodi dalam menetralkan virus
terutama efektif untuk virus yang bebas atau virus dalam sirkulasi.
Proses netralisasi virus dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
dengan cara menghambat perlekatan virus pada reseptor yang terdapat pada
permukaan sel, sehingga virus tidak dapat menembus membran sel, sehingga virus
tidak dapat menembus membran sel; dengan demikian replikasi virus dapat dicegah.
Antibodi dapat juga mengahancurkan virus dengan cara aktivasi komplemen melalui
jalur klasik atau menyebabkan agregasi virus sehingga mudah difagositosis dan
dihancurkan melalui proses yang sama seperti diuraikan diatas. Antibodi dapat
mencegah penyebaran virus yang dikeluarkan dari sel yang telah hancur. Tetapi
sering kali antibodi tidak cukup mampu untuk mengendalikan virus yang telah
mengubah struktur antigennya dan yang nmelepaskan diri (budding of) melalui
membran sel sebagai partikel yang infeksius, sehingga virus dapat menyebar ke
dalam sel yang berdekatan secara langsung.

Gambar Mekanisme Kerja Interferon

Disamping respons antibodi, respons imun selular merupakan respons yang paling
penting, terutama pada infeksi virus yang non-sitopatik respons imun seluler
melibatkan T-sitotoksik, sel NK, ADCC dan interaksi dengan MHC kelas I. Peran
IFN sebagai anti virus cukup besar, khususnya IFN-α dan IFN-β. Dampak antivirus
dari IFN terjadi melalui :
a) Peningkatan ekspresi MHC kelas I
b) Aktivasi sel NK dan makrofag
c) Menghambat replikasi virus. Ada juga yang menyatakan bahwa IFN
menghambat penetrasi virus ke dalam sel maupun budding virus dari sel
yang terinfeksi.
Seperti halnya pada infeksi dengan mikroorganisme lain, sel T-sitotoksik
selain bersifat protektif juga dapat merupakan penyebab keruskan jaringan, misalnya
yang terlihat pada infeksi dengan virus LCMV (lympocyte choriomeningitis
virus) yang menginduksi inflamasi pada selaput susunan saraf pusat.
Pada infeksi virus makrofag juga dapat membunuh virus seperti halnya ia membunuh
bakteri. Tetapi pada infeksi dengan virus tertentu, makrofag tidak membunuhnya
bahkan sebaliknya virus memperoleh kesempatan untuk replikasi di dalamnya. Telah
diketahui bahwa virus hanya dapat berkembang biak intraselular karena ia
memerlukan DNA-pejamu untuk replikasi. Akibatnya ialah bahwa virus selanjutnya
dapat merusak sel-sel organ tubuh yang lain terutamaapabila virus itu bersifat
sitopatik. Apabila virus itu bersifat non sitopatik ia menyebabkan infeksi kronik
dengan menyebar ke sel-sel lain.
Pada infeksi sel secara langsung di tempat masuknya virus (port d’entre),
misalnya di paru, virus tidak sempat beredar dalam sirkulasi dan tidak sempat
menimbulkan respons primer, dan antibodi yang dibentuk seringkali terlambat untuk
mengatasi infeksi. Pada keadaan ini respons imun selular mempunyai peran lebih
menonjol, karena sel T-sitotoksik mampu mendeteksi virus melalui reseptor terhadap
antigen virus sekalipun struktur virus telah berubah. Sel T sitotoksik kurang spesifik
dibandingkan antibodi dan dapat melakukan reaksi silang dengan spectrum yang
lebih luas.
Namun ia tidak dapat menghancurkan sel sasaran yang menampilkan
MHC kelas I yang berbeda. Beberapa jenis virus dapat menginfeksi sel-sel system
imun sehingga mengganggu fungsinya dan mengakibatkan imunodepresi, misalnya
virus influenza, polio dan HIV. Sebagian besar infeksi virus membatasi diri sendiri
(self limiting) pada sebagian lagi menimbulkan gejala klinik atau subklinik.
Penyembuhan dari infeksi virus umumnya diikuti imunitas jangka panjang.

C. Jamur
Fungus memiliki dinding sel yang tebal dan mengandung ergosterol serta tumbuh
sebagai bentuk yang sempurna dan bereproduksi secara seksual in vitro serta bentuk
tak sempurna in vivo, yang terakhir mencakup sel ragi yang bertunas (budding yeast
cell) dan penjuluran yang langsing (hifa). Beberapa bentuk ragi mengasilkan spora
yang resisten terhadap lingkungan yang ekstrem, sedangkan hifa mungkin
mengasilkan fruiting bodies yang disebut konidia. Beberapa spesies fungus (misal,
spesies dari kelompok Tinea yang menyebabkan kutu air) terbatas di lapisan
superfisial kulit manusia; “dermatofit” lain cenderung merusak batang rambut atau
kuku. Spesies jamur tertentu menginvasi jaringan subkutis, menimbulkan abses atau
granuloma, seperti yang terjadi pada sporotrikosis dan mikosis tropis.
Infeksi jamur yang dalam dapat menyebar secara sistemik untuk menghancurkan
organ vital pejamu yang mengalami gangguan kekebalan, tetapi dapat sembuh
spontan/ tetap laten pada pejamu yang normal. Sebagian spesies jamur dalam terbatas
di daerah geografis tertentu (misal, Coccidiodies di daerah barat Amerika dan
Histoplasma di Lembah Sungai Ohio). Sebaliknya jamur oportunistik (misal,
Candida, Aspergillus, Mucor dan Cryptococcus) merupakan kontaminan yang
ditemukan di mana-mana dan mengolonisasi kulit/usus manusia normal tanpa
menimbulkan penyakit. Hanya pada orang dengan imunosuspensi jamur oportunistik
ini menyebabkan infeksi yang dapat mengancam nyawa, ditandai dengan nekrosis
jaringan, perdarahan dan sumbatan pembuluh dengan respon peradangan minimal
atau tidak ada. Selain itu, pasien AIDS sering menjadi korban organisme oportunistik
mirip-fungus, yaitu Pneumocystis carinii.

Gambar Mekanisme pengaktifan sel untuk menyerang jamur


D. Cacing
Cacing parasit adalah organisme multisel dengan diferensiasi tinggi. Siklus
kehidupannya sangat kompleks; sebagian besar terjadi bergantian antara reproduksi
seksual pada pejamu tertentu dan multiplikasi aseksual pada pejamu perantara atau
vektor. Oleh karena itu, tergantung pada spesiesnya, manusia dapat mengandungi
cacing dewasa (misalnya, Ascaris lumbricoides), stadium imatur (misalnya, Toxocara
canis), atau bentuk larva aseksual (misalnya, Echinococcus spp.). Ketika cacing
dewasa berada dalam manusia, cacing tersebut tidak akan bermultiplikasi tetapi akan
menghasilkan telur atau larva yang akan dikeluarkan melalui tinja. Seringkali,
beratnya gejala penyakit sesuai dengan jumlah organisme yang menginfeksi. Sebagai
contoh, beban dari 10 ekor cacing tambang dikaitkan dengan keluhan klinis ringan
atau tanpa keluhan klinis, sedangkan 1000 ekor cacing tambang akan mengkonsumsi
darah yang bisa mengakibatkan anemia berat. Pada beberapa infeksi cacing, seperti
schistosomiasis, penyakit akan disebabkan oleh respons radang akibat adanya telur
atau larva dan bukan akibat cacing dewasa.

Cacing terbagi atas tiga kelompok:


a). Cacing bulat (nematoda) bentuknya bulat pada potongan melintang dan tidak
bersegmen. Yang termasuk nematoda intestinal adalah Ascaris lumbricoides,
Strongyloides stercoralis, dan cacing tambang. Nematoda yang menginvasi
jaringan adalah filariae dan Trichinella spiralis.
b) Cacing pita (sestoda) mempunyai kepala (scolex) dan pita bersegmen
multipel yang rata (proglottids). Cacing ini akan menyerap nutrisi melalui
selaputnya/tegument dan tidak mempunyai saluran cerna. Termasuk di
dalam kategori ini adalah cacing pita pada ikan, sapi dan babi, serta dijumpai
pula pada saluran cerna manusia. Larva yang berkembang setelah telur dari
cacing pita tertentu tertelan akan mengakibatkan penyakit kista di dalam
jaringan (larva Echinoccus granulosus mengakibatkan kista hydatid; larva
cacing pita pada babi menimbulkan kista yang disebut sistiserkus pada
berbagai organ).
c). Cacing pipih/ Flukes (trematoda) adalah cacing berbentuk daun dengan alat
penghisap yang digunakan untuk menempel pada pejamu. Termasuk dalam
kategori ini adalah trematoda hati dan paru serta sistosoma.

Pada infeksi cacing usus baik pada manusia maupun secara eksperimen
memperlihatkan bahwa infeksi cacing usus akan condong menstimulasi respon imun
hospes ke arahTh2. Pada saat terjadi infeksi cacing, Antigen Presenting Cell (APC)
berupa sel dendrit akan mempresentasikan molekul antigen cacing bersama dengan
molekul MHC kelas II pada sel T naive. Pada infeksi kronis, selain sel dendrit,
terdapat sel lain yang berperan sebagai Antigen Presenting Cell yaitu sel NeMac
(Nematode Elicite Macrophage) atau sel AAM (Alternatively Activated
Macrophage). Sel NeMac atau sel AAM ini disebut juga sebagai type 2 macrophage.
Makrofag ini berukuran besar, multivakuolar dan berbeda secara genetik dengan
makrofag primitif.
Setelah terpapar dengan antigen cacing, sel NeMac akan melakukan berbagai
aktifitas. Sel NeMac akan bekerja menghambat proliferasi sel T melalui contact
dependent mechanism.Proses ini berbeda dengan mekanisme penghambatan
proliferasi sel T yang dilakukan oleh NO, prostaglandin dan sitokin seperti IL-10 dan
TGF-β. Sel NeMac juga berperan dalam menginduksi terjadinya diferensiasi sel
Thmenjadi Th2.
Produk NeMac berupa protein YM1 yang dikenal sebagai eosinophil activating
factor akan mengakibatkan infiltrasi lokal eosinofil.Proses perkenalan antigen oleh
Antigen Presenting Cellkepada sistem imun spesifik ini terjadi pada mesenterik
limfonodus atau pada limfonodus terdekat. Sel Thyang telah teraktivasi akan
mengalami proliferasi dan diferensiasi menjadi sel Th1 dan Th2. Pada infeksi cacing
respon ini terpolarisasi ke arah sel Th2 dan produknya terutama interleukin-4(IL-4)
akan menekan perkembangan sel Th1. Secara umum, respon imun sejak awal infeksi
hingga terjadi proses eliminasi pada infeksi cacing dapat dibedakan atas respon imun
non spesifik dan spesifik.
1. Non Specific Inflammatory Process
Proses inflamasi non spesifik ini terjadi pada masa awal infeksi cacing, di
mana sel Th2 akan mengeluarkan sitokin pro inflamasi (IL-4), IL-5, IL-9dan IL-13)
dan dibantu oleh Tumor Necrosis Factordan beberapa sitokin lain yang dihasilkan
oleh Th1 sehingga terjadi reaksi fisiologis untuk mengekspulsi (mengeluarkan)
cacing dari lumen usus. Reaksi fisiologis tersebut dapat berupa produksi mukus oleh
sel goblet,hiperkontraksi otot polos pada usus dan peningkatan aliran cairan usus.
2. Specific T-Dependent Process
Pada saat sel Th diperkenalkan dengan antigen cacing oleh Antigen Presenting
Cell, sel Thakan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel Th1 dan Th2. Proses
proliferasi dan ekspresi sitokin oleh sel–sel imunokompeten ini sangat tergantung
pada kondisi infeksi (infeksi akut atau infeksi kronik).(1)

Gambar Mekanisme pengaktifan sel untuk menyerang cacing.

 Sawar pertahanan tubuh

Mikroba dapat masuk ke pejamu melalui kerusakan kulit, inhalasi, pencernaan,


atau transmisi seksual. Pertahanan pertama terhadap infeksi ialah permukaan kulit
dan mukosa yang utuh, yang merupakan penghalang fisis dan menghasilkan substansi
anti bakterial. Secara umum, infeksi pada organ pernapasan, saluran cerna,
genitourinaria yang terjadi pada orang sehat, disebabkan oleh mikroorganisme yang
relatif virulen yang mampu merusak atau menembus barier epitel yang utuh.
Sebaliknya, infeksi pada kulit orang sehat disebabkan oleh organisme yang kurang
virulen yang masuk melalui bagian kulit yang tidak utuh (misalnya luka sayat dan
luka bakar).

 Kulit

Lapisan luar kulit yang padat, berkeratin, merupakan barier alamiah terhadap
infeksi, dan pH rendah daripada kulit (kurang dari 5,5) dan adanya asam lemak dapat
mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang bukan flora normal. Pada kulit
biasanya dijumpai bakteri dan jamur, termasuk yang mempunyai potensi oportunistik
misalnya S. aureus dan Candida albicans. Mikroorganisme umumnya menembus
kulit melalui kerusakan pada kulit, termasuk akibat tusukan dangkal (infeksi jamur),
luka (stafilokokus), luka bakar (Pseudomonas aeruginosa), dan luka diabetes serta
luka pada kaki akibat tekanan (infeksi multibakterial). Kateter intravena pada pasien
di rumah sakit merupakan tempat masuk untuk infeksi lokal atau sistemik. Jarum
suntik dapat memaparkan infeksi darah pada resipien dan menyebarkan HBV, virus
hepatitis C (HCV), atau HIV. Beberapa patogen masuk ke dalam kulit melalui gigitan
serangga atau gigitan binatang. Gigitan kutu, tungau, nyamuk, dapat merusak kulit
dan dapat mentransmisi arbovirus (penyebab demam kuning dan ensefalitis), bakteri
(plague, penyakit Lyme, Rocky Mountain spotted fever), protozoa (malaria,
leishmaniasis), dan helmintes (filariasis). Gigitan binatang dapat menyebabkan
infeksi bakteri dan virus tertentu, misalnya rabies. Hanya beberapa mikroorganisme
yang dapat masuk melalui kulit yang utuh.

Misalnya, larva Schistosoma yang dikeluarkan oleh keong air tawar dapat
menembus kulit perenang dengan mengeluarkan enzim yang merusak matriks
ekstrasel. Beberapa jamur (dermatophytes) dapat menginfeksi stratum corneum,
rambut dan kuku yang utuh.

 Saluran Cerna

Agen patogen saluran gastrointestinal ditularkan melalui makanan atau minuman


yang terkontaminasi oleh materi dari tinja. Apabila keadaan tidak bersih, seperti pada
bencana alam, banjir dan gempa bumi, maka penyakit diare akan meluas. Sekresi
asam lambung penting untuk pertahanan dan merupakan hal mematikan bagi banyak
agen patogen saluran cerna. Relawan yang sehat tidak akan terinfeksi Vibrio cholerae
kecuali apabila mendapat organisme sejumlah 1011, tetapi dengan menetralisasi asam
lambung maka terjadi penurunan dosis infeksi sebanyak 10.000 kali. Sebaliknya,
beberapa agen yang masuk melalui pencernaan, misalnya Shigella dan kista Giardia,
relatif resisten terhadap asam lambung, sehingga jumlah organisme kurang dari 100
sudah dapat menyebabkan penyakit. Pertahanan normal lain pada saluran cerna
termasuk (1) lapisan musin yang melapisi epitel saluran cerna (2) enzim litik
pankreas dan detergen empedu, (3) peptida antimikroba mukosa disebut defensin, (4)
flora normal dan (5) sekresi antibodi IgA. Antibodi IgA dibuat oleh sel plasma yang
terdapat pada jaringan limfoid terkait mukosa (MALT ). Agregat limfoid ini diliputi
oleh satu lapis sel epitel khusus disebut sel M, yang penting untuk mentransportasi
antigen ke MALT . Berbagai agen patogen saluran cerna memakai sel M untuk
memasuki pejamu melalui lumen intestinum, termasuk virus polio, enteropatik
Escherichia coli, V. cholerae, Salmonella typhi, dan Shigella flexneri.

Infeksi melalui saluran cerna terjadi apabila pertahanan lokal melemah atau
organisme membuat strategi untuk melawan pertahanan ini. Pertahanan pejamu
melemah pada asam lambung yang rendah, memakai antibiotik yang menghambat
pertumbuhan bakteri normal (misalnya, pada kolitis pseudomembran), atau peristalsis
yang terganggu atau obstruksi mekanis.

Virus yang masuk tubuh melalui saluran cerna (misalnya, Hepatitis A, rotavirus)
adalah virus tanpa pembungkus (envelop), karena virus yang mempunyai
pembungkus akan diinaktifkan oleh empedu dan enzim saluran cerna.

Bakteri Enteropatogenik meyebabkan penyakit saluran cerna melalui beberapa


cara:
 S. aureus dapat mengkontaminasi dan tumbuh di makanan dan akan
mengeluarkan enterotoksin yang kuat, yang apabila ditelan akan mengakibatkan
keracunan makanan tanpa berkembangnya bakteri dalam saluran cerna.
 V. cholerae dan enterotoxigenic E. coli akan melekat pada epitel intestinum dan
terjadi multiplikasi pada lapisan mukosa, kemudian akan mengeluarkan
eksotoksin yang mengakibatkan sel epitel mengeluarkan banyak cairan,
sehingga mengakibatkan diare yang airnya banyak.
 Shigella, Salmonella, dan Campylobacter menginvasi lokal dan merusak
mukosa usus dan lamina propria sehingga menyebabkan ulserasi, radang,
perdarahan, dan bermanifestasi Idinis sebagai disentri.
 Salmonella typhi masuk melalui mukosa yang rusak terus ke plak Peyer dan
kelenjar limfe mesenterium dan kemudian masuk aliran darah, sehingga terjadi
infeksi sistemik.

Infeksi jamur pada saluran cerna terutama terjadi pada orang dengan kekebalan
rendah. Candida, merupakan bagian dari flora normal saluran cerna, mempunyai
predileksi untuk epitel skuamosa berlapis, dan menyebabkan gangguan pada rongga
mulut atau esofagitis membranosa, tetapi dapat pula menyebar ke lambung, saluran
cerna bagian bawah dan organ lain.

Protozoa intestinal ditransmisi sebagai kista, yang tahan terhadap asam lambung.
Di dalam usus, kista akan berubah menjadi trophozoites yang motil dan akan
menempel pada gula di epitel intestinal melalui lektin permukaan. Kejadian
selanjutnya akan berbeda bergantung pada masing masing protozoa.

Giardia lamblia akan menempel pada epitel bersilia, sedangkan cryptosporidia


akan diambil oleh enterocytes, dan akan membentuk gametes dan oocysts. E.
histolytica akan membunuh sel pejamu dengan cara sitolisis melalui pori-pori protein
yang membentuk rongga dengan akibat terjadi ulserasi dan invasi ke dalam mukosa
usus besar. Cacing saluran cerna menyebabkan penyakit apabila terdapat dalam
jumlah besar atau mencapai daerah di luar usus, misalnya mengobstruksi usus dan
merusak saluran empedu (Ascaris lumbricoides). Cacing tambang mengakibatkan
anemia defisiensi besi karena menyedot darah melalui vili intestinal;
Diphyllobothrium, cacing pita ikan, menyebabkan anemia karena mengambil vitamin
B12. pejamu. Akhirnya larva beberapa cacing bisa sampai pada organ lain melalui
saluran cerna; contoh, larva Trichinella spiralis yang hidup sebagai kista di otot, dan
larva Echinococcus yang hidup di hati atau paru.

 Saluran Pernapasan

Banyak mikroorganisme, termasuk virus, bakteri, dan jamur terhirup setiap hari
oleh tiap orang. Pada banyak kasus, mikroba dihirup bersama debu atau partikel
aerosol. Jauhnya perjalanan partikel pada sistem pernapasan sesuai dengan ukuran
partikel. Partikel besar akan terjerat pada selaput lendir yang melapisi hidung dan
saluran napas atas. Mikroorganisme yang terjerat pada musin yang disekresi oleh sel
goblet dipindahkan melalui kerja silia kebagian belakang tenggorokan, kemudian
akan ditelan dan dipunahkan. Partikel yang langsung akan menuju alveolus,
kemudian akan difagosit oleh makrofag alveolar atau oleh neutrofil yang direkruit ke
paru oleh sitokin. Mikroorganisme yang menginvasi saluran napas orang sehat
normal telah membentuk suatu mekanisme spesifik untuk melawan pertahanan
mukosiliaris atau menghindarkan destruksi oleh makrofag alveolar. Beberapa virus
saluran napas menghindari pertahanan ini dengan melekat dan masuk ke sel epitel
saluran napas bawah dan farings. Contoh, virus influenza mempunyai protein
hemaglutinin yang terletak pada permukaan virus dan mengikat asam sialik
permukaan sel epitel. Perlekatan ini menginduksi sel pejamu untuk menyelubungi
virus, dengan akibat virus masuk dan melakukan replikasi di dalam sel pejamu.

Bakteri patogen jalan napas tertentu, termasuk Haemophilus influenzae,


Mycoplasma pneumoniae, dan Bordetella pertussis, mengeluarkan toksin yang
merusak aktivitas silia. Beberapa bakteri tidak mampu melawan pertahanan paru yang
sehat dan hanya dapat mengakibatkan infeksi saluran napas pada pejamu yang daya
tahannya rendah. S. pneumoniae dan S. aureus bisa menyebabkan pneumonia setelah
influenza, sebab infeksi virus menyebabkan hilangnya epitel bersilia yang berfungsi
protektif. Kerusakan kronik pada mekanisme pertahanan mukosiliar terjadi pada
perokok dan penderita fibrosis kistik, sedangkan jejas akut terjadi pada pasien yang
mengalami pertubasi dan mereka yang mengaspirasi asam lambung.

Beberapa agen patogen jalan napas dapat menghindar dari fagositosis atau
destruksi setelah fagositosis. M. tuberculosis, contohnya, dapat berada di alveolus
karena dapat menghindari kematian pada fagolisosom makrofag. Jamur oportunistik
menginfeksi paru apabila imunitas seluler menurun atau apabila jumlah leukositnya
menurun.

 Saluran Urogenital

Saluran urinarius hampir selalu diinvasi dari luar melalui uretra. Aliran urin yang
keluar secara berkala dalam saluran ini berfungsi sebagai pertahanan terhadap
masuknya mikroorganisme. Urin dalam kandung kemih normalnya steril, dan patogen
yang berhasil masuk (misalnya, N. gonorrhoeae, E. coli) akan menempel pada sel
epitel saluran urin. Anatomi berperan penting pada infeksi. Wanita mengalami 10 kali
lebih sering infeksi saluran kemih dibanding pria karena jarak kandung kemih dan
kulit (yaitu panjang uretra) hanya 5 cm pada wanita, dibanding 20 cm pada pria.
Obstruksi atau refluks urin akan melemahkan pertahanan tubuh dan meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih sering menjalar
retrograd dari kandung kemih menuju ginjal dan akan mengakibatkan pielonefritis
akut dan kronik.

Dari pubertas hingga menopause vagina terlindung dari kuman patogen karena pH
yang rendah yang terjadi akibat katabolisme glikogen pada epitel normal oleh
laktobasil. Antibiotik dapat mematikan laktobasilus, sehingga mempermudah
tumbuhnya jamur, dan mengakibatkan candidiasis vagina.

5. Kaitan dengan patomekanisme secara molokuler terjadinya infeksi


Tiga Kelompok Utama Penyakit Menular:
1) Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian cukup tinggi.
2) Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan cacat,
walaupun akibatnya lebih ringan dari yang pertama
3) Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat
tetapidapat mewabah yang menimbulkan kerugian materi.5

Tiga Sifat Utama Aspek Penularan Penyakit Dari Orang Ke Orang:


1) Waktu Generasi (Generation Time) Masa antara masuknya penyakit pada
pejamu tertentu sampai masa kemampuan maksimal pejamu tersebut
untuk dapat menularkan penyakit. Hal ini sangat penting dalam
mempelajari proses penularan. Perbedaan masa tunas denga wakru
generasi yaitu Masa tunas ditentukan oleh masuknya unsur penyebab
sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat ditentukan pada
penyakit dengan gejala yang terselubung, waktu generasi ialah waktu
masuknya unsur penyebab penyakit hingga timbulnya kemampuan
penyakit tersebut untuk menularkan kepada pejamu lain walau tanpa
gejala klinik atau terselubung.
2) Kekebalan Kelompok (Herd Immunity) Adalah tingkat kemampuan atau
daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau
penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat
kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut. Herd Immunity
merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta
kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.
Wabah terjadi karena 2 keadaan :
 Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika
agent penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah
terpapar oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular
yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.
 Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat
tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-
orang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb.
3) Angka Serangan (Attack Rate) Adalah sejumlah kasus yang berkembang
atau muncul dalam satu satuan waktu tertentu di kalangan anggota
kelompok yang mengalami kontak serta memiliki risiko atau kerentanan
terhadap penyakit tersebut. Formula angak serangan ini adalah banyaknya
kasus baru (tidak termasuk kasus pertama) dibagi dengan banyaknya
orang yang peka dalam satu jangka waktu tertentu. Angka serangan ini
bertujuan untuk menganalisis tingkat penularan dan tingkat keterancamam
dalam keluarga, dimana tata cara dan konsep keluarga, sistem hubungan
keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu dalam kehidupan
sehari-hari pada kelompok populasi tertentu merupakan unit epidemiologi
tempat penularan penyakit berlangsung.

Manifestasi Klinik Secara Umum:


1) Spektrum Penyakit Menular Pada proses penyakit menular secara umum
dijumpai berbagai manifestasi klinik, mulai dari gejala klinik yang tidak
tampak sampai keadaan yang berat disertai komplikasi dan berakhir cacat
atau meninggal dunia. Akhir dari proses penyakit adalah sembuh, cacat
atau meninggal. Penyembuhan dapat lengkap atau dapat berlangsung jinak
(mild) atau dapat pula dengan gejala sisa yang berat (serve sequele).

Infeksi Terselubung (Tanpa Gejala Klinis) Adalah keadaan suatu penyakit yang
tidak menampakkan diri secara jelas dan nyata dalam bentuk gejala klinis yang jelas
sehingga tidak dapat didiagnosa tanpa cara tertentu seperti test tuberkulin, kultur
tenggorokan, pemeriksaan antibodi dalam tubuh dll. Untuk mendapatkan perkiraan
besar dan luasnya infeksi terselubung dalam masyarakat maka perlu dilakukan
pengamatan atau survai epidemiologis dan tes tertentu pada populasi. Hasil survai ini
dapat digunakauntuk pelaksanaan program, keterangan untuk kepentingan
pendidikan.

Struktur virus HIV

HIV termasuk dalam genus Lentivirus dari famili Retroviridae. Struktur HIV
berbentuk sferis yang terdiri atas capsid yang terselimuti dengan envelope yang
berupa komponen membran dan membran yang berasal dari sel inang. Capsid
berbentuk peluru yang terbentuk dari protein p24 dari gen gag, capsid berisi dua
duplikat utas RNA yang merupakan genom virus. Capsid mengandung enzim reverse
transcriptase (RT), RNase-H, integrase, dan Protease.

Bagian bawah membran inang yang membungkus capsid terdapat matriks yang
membentuk struktur virus yang tersusun oleh protein p17 gag outer core. Permukaan
luar membran terdapat envelope glikoprotein yang terdiri atas dua komponen yaitu
gp41 dan gp120. Komponen gp41 merupakan protein transmembran dan bagian
eksternalnya terikat protein gp120 secara nonkovelan hidrofobik. Unit gp41-gp120
terdapat pada permukaan virus dalam bentuk trimer dan berperan dalam binding dan
fusi virion pada sel target.

Gambar anatomi Virus HIV.


Patogenesis HIV
HIV mempunyai nukleosid yang berbentuk silindris yang dikelilingi oleh
glikoptotein spesifik virus. Tiga gen khas retrovirus yaitu gag, pol, dan env yang
berperan pada protein struktural, genom RNA mempunyai enam gen tambahan yaitu
gen tat dan rev berperan dalam replikasi dan empat gen lain yaitu nef, vif, vpr, dan
vpu adalah gen yang tidak berperan dalam replikasi. Gen gag memberikan kode
untuk protein p24. Gen pol memberikan kode untuk beberapa protein, seperti RT
yang berperan dalam mensintesa DNA dengan menggunakan genom RNA sebagai
cetakannya, enzim integrase yang mengintegrasikan DNA virus kepada DNA
seluler, dan protease yang membelah protein prekusor virus. Gen env memberikan
kode untuk protein gp160 yaitu prekusor yang dibelah membentuk glikoprotein
gp120 dan gp41. Gen tat berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus
terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya.

Gen rev berperan dalam mengawal pengeluaran mRNA dari nucleus ke


sitoplasma. Ptotein tat dan nef akan menekan sintesa protein MHC kelas I, yang
mengurangi kemampuan sel T sitotoksik untuk membunuh sel-sel yang terinfeksi
oleh HIV. Gen vif berperan meningkatkan infektifitas HIV dengan menghambat
apolipoprotein B RNA-editing enzyme (APOBEC3G). Enzim ini menyebabkan
hipermutasi dalam RNA retrovirus, dan juga mendeaminasi sitosin yang ada pada
mRNA dan DNA retrovirus, sehingga molekul jadi terinaktivasi dan menyebabkan
berkurangnya infeksifitas.

Patofisiologis HIV
Partikel virus dalam tubuh penderita bergabung dengan DNA sel penderita,
sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi.
Penderita HIV sebagian besar masuk ke tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50%
berkembang menjadi AIDS pada 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua
orang yang terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS.

Infeksi HIV tidak langsung menimbulkan gejala tertentu, sebagian


menunjukkan gejala tidak khas pada infeksi akut HIV, 3-6 minggu setelah
terinfeksi. Gejala yang timbul adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan
kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Infeksi HIV asimtomatik (tanpa
gejala) mulai timbul setelah infeksi akut terjadi. Masa tanpa gejala ini umumnya
berlangsung selama 8-10 tahun. Penderita HIV yang masih merasa sehat, tidak
menimbulkan gejala, namun terjadi replikasi HIV yang tinggi, 10 pertikel setiap
hari. Replikasi ini disertai mutasi dan seleksi virus sehingga virus menjadi resisten.
Replikasi virus yang semakin meningkat menyebabkan kehancuran limfosit CD4
yang tinggi. Kekebalan tubuh yang semakin memburuk mengakibatkan penderita
mulai menampakkan gejala-gejala akibat infeksi oportunistik seperti berat badan
menurun, demam lama, rasa lemah, pembesaran kelenjar getah bening, diare,
tuberkulosis, infeksi jamur, herpes, dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Brooks GF, Butel JS, Ornston LN. Jawetz, Melnick, Adelberg Mikrobiologi
Kedokteran Edisi 20. Jakarta: EGC ; 2014.
2. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins Buku Ajar Patologi. Edisi 10.
Singapura: Elsevier. 2013
3. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Dasar. Edisi 12. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2018
4. Djuanda A. Hamzah M. Alsah S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2017
5. Abbas AK, Litchman AH, Pilai S. Basic Immunology. Elsevier Health
Science ; 2016.

Anda mungkin juga menyukai