Anda di halaman 1dari 7

Accelerat ing t he world's research.

SISTEM SARAF SEBAGAI SISTEM


PENGENDALI TUBUH
Thias minartiastuti

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

04 bab 3 sist em koord. alat indra


khoirul anam

M ME EK KA AN NI IS SM ME E K KE ER RJ JA A H HO OR RM MO ON N MUT IARA INDAH


Ria agust ini

Buku Panduan Sarjana rev 24 agust us


ai ast in
SI STEM SARAF SEBAGAI SI STEM PEN GEN D ALI TUBUH

dr. Sawit ono Am in Singgih, PFK


Depart em en I lm u Faal FKUI

Pe n da h u lua n
Tubuh m anusia dapat dilihat sebagai suat u sist em yang dapat berubah- ubah
kinerj anya bergant ung ant ara lain pada perubahan rangsang dari lingkungannya,
kem am puan berbagai organ di dalam nya sert a pengendalian set iap organ secara
t erkoordinasi dalam suat u sist em .
Dalam rangka m em pelaj ari perubahan kapasit as fungsi t ubuh m anusia sebagai suat u
sist em , t erm asuk m em pelaj ari berbagai sist em organ sert a pola kom unikasi ant ar
sist em organ t ersebut , perlu diket ahui pula peran sist em pengendali t ubuh. Sist em
pengendali t ubuh t ersebut berperan dalam m engendalikan kualit as keluaran ( out put )
sist em t ubuh secara ut uh dan m enyeluruh dengan kisaran perubahan yang cukup
t erbat as ( 1) . Manusia dapat m em pert ahankan kehidupan (survive) , m eningkat kan
kinerj anya, sert a m em pert ahankan keberadaannya dengan cara reproduksi, ant ara
lain karena bekerj anya sist em pengendali t ersebut . Sebagai cont oh, pada keadaan
volum e air dalam t ubuh berkurang, yang t erj adi akibat kurang m inum at au diare
yang berat , akan t erj adi penurunan pengeluaran air m elalui keringat at au urin.
Keadaan ini dapat berlangsung karena bekerj anya sist em pengendali dalam t ubuh.
Dem ikian pula kinerj a orang yang m eningkat set elah berolahraga secara t erat ur
disebabkan oleh bekerj anya sist em pengendali yang m em ungkinkan penggunaan
t enaga yang lebih efisien.

Sist em pengendali t ubuh secara garis besar dilakukan oleh sist em saraf dan sist em
endokrin. Ke dua sist em ini dapat bekerj asam a secara berurut an ( sequent ial) ,
bergant ian, at au dapat j uga secara serem pak (sim ult aneous) unt uk t uj uan yang
sam a. Tulisan ini hanya m engungkapkan sist em saraf sebagai sist em pengendali
dengan m enguraikan pengert ian berbagai ist ilah sert a proses dan m ekanism e yang
t erkait .

Sist e m
Sist em adalah seperangkat kom ponen yang bekerj asam a secara t erkoordinasi unt uk
m encapai suat u at au beberapa t uj uan ( 2) . Sist em t ersebut m erupakan st rukt ur yang
t erbat as dengan m asukan ( input ) dan keluaran ( out put ) t ert ent u sesuai t uj uan
sist em . Biasanya m asukan berasal dari sist em lain dan keluarannya akan m enj adi
m asukan bagi sist em lain at au kem bali ke sist em sem ula ( 1) . Melalui hubungan
sem acam it u dapat t erbent uk j ej aring ( net work) dalam sist em yang lebih besar
( supersyst em ) dengan m elibat kan beragam st rukt ur yang lebih m aj em uk, m isalnya
yang berlangsung dalam t ubuh m anusia. Ham pir sem ua proses dalam t ubuh
t erselenggara m elalui sist em yang secara langsung at au t idak langsung m endapat
m asukan kem bali dari hasil keluarannya sendiri yang t elah t erm odifikasi sehingga
t erbent uk suat u sirkuit um pan balik ( feedback circuit ) . Unt uk m elihat secara lebih
sederhana, berikut ini cont oh ket erlibat an sist em dan supersist em dalam t ubuh

Reviewer:
V Sut armo Set iadj i & Minarma Siagian
Depart emen Ilmu Faal F K U I
2

m anusia. Pada wakt u m elakukan olahraga, ot ot rangka sert a persarafan dalam


sist em gerak t ubuh m em erlukan oksigen yang lebih banyak unt uk m endapat kan
t am bahan energi yang siap paka,i agar dapat m elakukan fungsinya sesuai dengan
kebut uhan t ubuh yang sedang berolahraga. Kinerj a t ubuh sebagai hasil keluaran
supersist em sewakt u berolahraga, dapat dipert ahankan berkat kerj asam a sem ua
sist em organ dalam t ubuh. Sebagai cont oh pada kasus ini ant ara lain t erj adi
peningkat an kinerj a sist em kardiovaskuler- respirasi yang bert uj uan unt uk
m eningkat kan t ekanan parsial oksigen dalam darah sert a m engalirkannya ke sem ua
organ yang m em erlukannya. Kegiat an int rasel ot ot rangka j uga m eningkat sehingga
perlu m obilisasi cadangan energi yang t erdapat dalam sel ot ot . Sem ua perubahan
t ersebut bert uj uan unt uk m endapat t am bahan energi yang siap pakai sehingga
kegiat an berolahraga dapat berlangsung.

Kon se p Pe n ge nda lia n


Secara um um dapat dikat akan bahwa pengendalian m erupakan kegiat an yang
t erdapat dalam suat u sist em yang m engubah beberapa fakt or/ variabel unt uk
m encapai t uj uan ( goal orient ed) ( 1) . Sebagai cont oh, selam a m elakukan olahraga,
kegiat an pengendalian unt uk m encapai t uj uan m eningkat kan pasokan ( supply)
oksigen sert a aliran darah yang sesuai dengan yang diperlukan oleh j aringan ot ot
rangka ialah dengan m eningkat kan variabel ant ara lain kekuat an kont raksi ot ot
j ant ung dan ot ot - ot ot pernapasan sert a frekuensi denyut j ant ung dan frekuensi
napas.
Kegiat an suat u sist em dapat berubah at au m enurun secara t erkendali oleh pengaruh
perubahan salah sat u variabel m elalui m ekanism e um pan balik negat if. Proses
pengendalian ini disebut sebagai servom echanism . Sebagai salah sat u cont oh proses
ini ialah gerakan halus j ari t angan wakt u m em asukkan benang ke dalam lubang
j arum . Gerakan halus t ersebut dapat t erselenggara berkat pengendalian gerakan
kasar oleh kont raksi yang berlebihan pada ot ot j ari t angan m elalui m ekanism e
um pan balik yang m engham bat ( negat ive feedback) .

Sist e m Pe n ge nda li
Ciri dasar m ahluk hidup ant ara lain ialah m em punyai perilaku ( behavior) . Secara
um um dapat dikat akan bahwa perilaku ialah respons dinam ik suat u sist em t erhadap
suat u rangsang m elalui m ekanism e t ert ent u ( 3) . Sebagai cont oh, seseorang akan lari
unt uk m enghindar sebagai respons t erhadap rangsang yang berupa ancam an yang
berbahaya. Sej ak m elihat ancam an sebagai rangsang hingga bergerak unt uk lari
akan t erj adi proses yang m elalui beberapa m ekanism e yang m elibat kan berbagai
organ dalam t ubuh. Unt uk m elakukan gerakan lari yang cekat an diperlukan suat u
pengendalian. Pengendalian t ersebut , t erm asuk pengendalian beragam perilaku yang
lain, berkait an dengan kualit as respons yang perlu dibedakan dengan m ekanism e
t erbent uknya suat u respons. Pengendalian beraneka perilaku yang t erj adi dalam
kehidupan sehari- hari m erupakan suat u sist em dengan t uj uan t ert ent u. Dengan kat a
lain sist em pengendali m erupakan sist em yang m em punyai t uj uan ( Cont rol syst em
are syst em s wit h a goal) . Pengendalian t ersebut dapat berlangsung di t ingkat sel,
j aringan, organ m aupun m enyeluruh di t ubuh. Sebagai cont oh, selam a berlari
kegiat an j ant ung akan m eningkat secara involunt er yang diperlukan ant ara lain
unt uk m eningkat kan aliran darah dan pasokan oksigen yang dibut uhkan oleh t ubuh.
Peningkat an kerj a j ant ung t ersebut m erupakan hasil sist em pengendali dalam upaya
m enyesuaikan kapasit as berbagai organ t ubuh lain agar dapat m enopang kegiat an
berlari. Peningkat an j um lah darah yang dicurahkan j ant ung ( cardiac out put ) karena

Sist em saraf sebagai sist em pengendali t ubuh – SAS 2003


Depart emen Ilmu Faal F K U I
3

m eningkat nya kekuat an kont raksi ot ot j ant ung dan frekuensi denyut j ant ung,
berlangsung sam pai bat as t ert ent u. Bila kegiat an berlari dilakukan lebih cepat dan
lebih lam a m aka pada suat u saat curah j ant ung t ersebut akan m enurun. Hal ini akan
m engakibat kan penurunan kecepat an berlari karena berkurangnya penyediaan
energi ot ot rangka yang ant ara lain disebabkan oleh m enurunnya j um lah oksigen.
Secara ringkas dapat dikat akan bahwa hasil pengendalian t idak selalu linier dengan
besar at au lam a rangsang. Dalam keadaan fisiologik, hasil pengendalian akan
m enunj ukkan bent uk kurva. Dari cont oh t ersebut dapat t erlihat pula adanya um pan
balik negat if ( servom echanism ) dari hasil keluaran sist em kardiovaskuler yang
m enj adi m asukan t erhadap sist em alat gerak.

Sist em saraf dan sist em endokrin m engendalikan beragam fungsi t ubuh dengan
proses dasar yang t idak j auh berbeda, yait u m em erlukan int egrasi di ot ak, dapat
m em pengaruhi proses lain di organ yang j auh let aknya sert a m enggunakan proses
um pan balik negat if ( negat ive feedback) dalam proses pengendalian yang lebih
cerm at . Dalam proses penyam paian ( t ransm isi) inform asi, kedua sist em t ersebut
m enggunakan bahan kim ia. Sist em saraf m enggunakan neurot ransm it or sedangkan
sist em endokrin m enggunakan horm on ( 4) .

Sist e m Sa r a f
Sist em saraf m erupakan salah sat u sist em dalam t ubuh yang dapat berfungsi
sebagai m edia unt uk berkom unikasi ant ar sel m aupun organ dan dapat berfungsi
sebagai pengendali berbagai sist em organ lain sert a dapat pula m em produksi
horm on. Berdasarkan st rukt ur dan fungsinya, sist em saraf secara garis besar dapat
dibagi dalam sist em saraf pusat dan sist em saraf t epi.
Sist em saraf pusat t erdiri dari ot ak dan m edulla spinalis yang m em punyai beragam
pusat dengan fungsi yang berbeda- beda. Dalam sist em saraf pusat ini t erj adi
berbagai proses analisis inform asi yang m asuk sert a proses sint esis dan
m engint egrasikannya. Pada dasarnya proses t ersebut bert uj uan unt uk
m engendalikan berbagai sist em organ yang lain sehingga t erbent uk keluaran berupa
perilaku m ahkluk hidup.
Sist em saraf t epi t erdiri dari saraf aferen dan saraf eferen. Saraf aferen yang j uga
disebut sebagai saraf sensorik, berfungsi m enyalurkan inform asi yang berasal dari
organ resept or. Mekanism e penghant aran inform asi ant ara resept or dengan sist em
saraf pusat t erj adi m elalui proses penghant aran im puls dengan kode iram a dan
frekuensi t ert ent u. Saraf eferen yang j uga disebut saraf m ot orik, t erdiri dari dua
bagian yait u saraf m ot orik som at ik dan saraf m ot orik aut onom . Saraf m ot orik
som at ik m em bawa im puls dari pusat ke ot ot rangka sebagai organ efekt or. Melalui
proses kom unikasi secara biolist rik di saraf dan proses kom unikasi m elalui
neurot ransm it or di hubungan saraf- ot ot , dapat t erbangkit kont raksi ot ot . Baik
kekuat an m aupun j enis kont raksi ot ot rangka dapat dikendalikan oleh sist em saraf
pusat m aupun oleh sist em saraf t epi. Sist em saraf som at ik t urut berperan dalam
proses m engendalikan kinerj a ot ot rangka yang diperlukan unt uk m enyelenggarakan
beragam sikap dan gerakan t ubuh. Saraf m ot orik aut onom m erupakan salah sat u
kom ponen sist em saraf aut onom yang m engendalikan ot ot polos, ot ot j ant ung dan
kelenj ar. Sist em saraf aut onom ( SSAU) t erm asuk berbagai pusat pengendali di ot ak,
pada dasarnya m elaksanakan kegiat an secara independen dan t idak langsung
dikendalikan oleh kesadaran. SSAU t erut am a m engendalikan berbagai fungsi organ
viseral yang sangat pent ing unt uk m em pert ahankan kehidupan, ant ara lain fungsi
j ant ung dalam m engat ur volum e curah j ant ung ( cardiac out put ) , fungsi pem buluh

Sist em saraf sebagai sist em pengendali t ubuh – SAS 2003


Depart emen Ilmu Faal F K U I
4

darah dalam m engat ur aliran darah ke berbagai organ, dan fungsi pencernaan ( 4) .
Pem bagian secara garis besar yang berdasarkan st rukt ur dapat dilihat pada gam bar
1.

Sistem Saraf Pusat


Otak & Med. Spinalis

Bagian Bagian
Aferen Sistem Saraf Tepi Eferen

Saraf Motorik Saraf Motorik


Somatik Otonom

Parasimpatis Simpatis

Otot Otot Polos


Somatik Viseral Rangka Otot Jantung
Kelenjar
Organ RESEPTOR
Organ EFEKTOR

Gb. 1 . Ba ga n ga r is be sa r Su sun a n Sa r a f. Terlihat pem bagian


st rukt ur berdasarkan fungsinya. Or ga n Re se pt or dapat berupa sel
yang berbeda dengan sel saraf aferen ( sensorik) yang t erdapat pada
beberapa or gan sensorik khusus. Organ resept or dapat pula
m erupakan bagian uj ung sel saraf aferen. Susu n a n Sa r a f Te pi
m erupakan gabungan sar af aferen ( bagian sensorik saraf t epi) dengan
saraf eferen ( bagian m ot orik saraf t epi) . Su su n a n Sa r a f Pu sa t t erdiri
dari ot ak dan m edula spinalis yang berfungsi ant ara lain m enganalisis,
m enyint esis dan m engint egrasi- kan berbagai m asukan dari saraf
sensorik m aupun dari bangunan lain yang t erdapat di ot ak m aupun di
m edula spinalis. Or ga n Efe k t or dapat berupa ot ot rangka yang
disarafi oleh saraf m ot orik som at ik sert a ot ot polos, ot ot j ant ung dan
kelenj ar yang disarafi oleh saraf m ot orik aut onom .

Pola m e k a n ism e pe nge nda lia n ole h sist e m sa r a f


Pengendalian fungsi berbagai sist em organ oleh sist em saraf berj alan secara relat if
cepat dibandingkan dengan sist em hum oral, karena kom unikasi berj alan m elalui
proses penghant aran im puls list rik di sepanj ang saraf. Rangsang yang dit im bulkan
oleh perubahan lingkungan di dalam m aupun luar t ubuh akan m enim bulkan respons
yang berwuj ud sebagai perilaku m anusia. Reaksi t ubuh t erhadap suat u rangsang
yang m elibat kan sist em saraf disebut refleks. Perist iwa refleks t erbent uk m elalui
m ekanism e yang m elalui j alur t ert ent u. Jalur refleks t ersebut bila dibuat gam bar
bagan urut an perist iwa yang t erj adi di resept or, saraf aferen, m edulla spinalis
sebagai saraf pusat , saraf eferen dan efekt or akan t erlihat sebagai j alur yang

Sist em saraf sebagai sist em pengendali t ubuh – SAS 2003


Depart emen Ilmu Faal F K U I
5

m elengkung. Dengan dem ikian j alur yang dilalui proses refleks sering disebut
sebagai lengkung refleks ( reflex arc) .
Proses refleks diawali dengan rangsang yang dicandra oleh resept or. Di sel resept or
ini akan t erj adi proses t ransduksi yait u t erj adinya perubahan berbagai bent uk energi
rangsang m enj adi energi list rik. Pot ensial list rik yang t im bul di resept or disebut
sebagai pot ensial resept or yang dapat berupa depolarisasi at au hiperpolarisasi.
Am plit udo pot ensial resept or ini berubah secara bergradasi bergant ung kepada
int ensit as rangsang, nam un t et ap t idak akan berupa pot ensial aksi. Resept or m am pu
unt uk beradapt asi dengan ‘m engendalikan’ am plit udo pot ensial resept or ( 5) . Dengan
kat a lain proses pengendalian saraf t erhadap respons t ubuh t elah dim ulai dengan
pengendalian reaksi resept or t erhadap rangsang.
Depolarisasi yang t erj adi di resept or dapat m em icu t erbent uknya pot ensial aksi di
neuron aferen yang t erkait dengan resept or t ersebut . Pot ensial aksi di neuron aferen
ini akan dihant arkan sebagai im puls dengan frekuensi sert a j enis iram a sebagai kode
yang bergant ung kepada t inggi rendahnya pot ensial resept or sert a j enis neuron yang
dilaluinya ( 6) . Neuron aferen ini bersinaps dengan int erneuron at au neuron m ot orik
di saraf pusat . Melalui sinaps t ersebut t erj adi proses penghant aran im puls. I m puls
dari neuron pert am a dapat dit eruskan t anpa perubahan, dapat dit ingkat kan
frekuensi m aupun am plit udonya oleh neuron berikut nya ( neuron pasca sinaps) at au
bahkan dapat t erj adi ham bat an ( inhibisi) penghant aran im puls. Dengan dem ikian di
sinaps dapat t erj adi proses pengendalian yang dapat berupa eksit asi m aupun
inhibisi.
Proses pengendalian di saraf pusat t erj adi dengan lebih m aj em uk karena hubungan
ant ar neuron m elalui sinaps yang sangat kom pleks. Di saraf pusat dapat t erj adi
eksit asi m aupun inhibisi secara berurut an ( sequent ial) m aupun serem pak ( sim ult an)
bergant ung kepada rangkaian hubungan neuron sert a j enis neurot ransm it or yang
dilepaskan sert a durasi dan saat penglepasannya. Secara ringkas di saraf pusat
t erj adi pengendalian yang lebih cerm at karena t elah diolah berm acam inform asi
yang m asuk baik secara langsung dari resept or m aupun dari hasil um pan balik.
Pengendalian saraf pusat t ersebut t erus diserasikan dari wakt u ke wakt u unt uk
selalu m enyelaraskan respons t ubuh t erhadap perubahan lingkungan luar m aupun
lingkungan dalam t ubuh.
Bent uk lain pengendalian sist em saraf dapat t erj adi di hubungan saraf eferen dengan
organ efekt or yait u hubungan saraf dengan ot ot rangka, ot ot polos, ot ot j ant ung dan
kelenj ar. Kegiat an organ efekt or t ersebut sangat dipengaruhi oleh j um lah dan durasi
penglepasan neurot ransm it or oleh uj ung saraf eferen sert a kem am puan recept or sit e
di organ resept or unt uk berikat an dan bereaksi dengan neurot ransm it or.
Secara ringkas dapat dikat akan bahwa pengendalian perilaku m anusia oleh sist em
saraf dapat t erselenggara di beberapa sim pul j alur refleks secara t erkoordinasi dan
relat if cepat sehingga respons t ubuh yang m erupakan gabungan beranekaragam
respons sel/ j aringan/ organ sasaran dapat selalu serasi dengan perubahan
lingkungan dari wakt u ke wakt u.

Pe n u t up
Sist em saraf m erupakan salah sat u sist em dalam t ubuh yang dapat berfungsi
sebagai m edia unt uk berkom unikasi ant ar sel m aupun organ dan dapat berfungsi
sebagai pengendali berbagai sist em organ.
Pengendalian fungsi berbagai sist em organ oleh sist em saraf berj alan relat if cepat
dibandingkan dengan sist em hum oral, karena kom unikasi berj alan m elalui proses
penghant aran im puls list rik di sepanj ang saraf.

Sist em saraf sebagai sist em pengendali t ubuh – SAS 2003


Depart emen Ilmu Faal F K U I
6

Secara ringkas dapat dikat akan bahwa pengendalian perilaku m anusia oleh sist em
saraf dapat t erselenggara di beberapa sim pul j alur refleks secara t erkoordinasi
sehingga respons t ubuh dapat selalu serasi dengan perubahan lingkungan dari wakt u
ke wakt u.

DA FTA R PUSTA KA
1. Greger R, Windhorst U, Com prehensive hum an physiology, Vol. I . Germ any. Springer
– Verlag Berlin Heidelberg. 1996. p 21- 42 Regulat ory Principles in Physiology.
2. Churchm an C W, The syst em approach. New York. Dell Publishing Co. I nc. 1968. p28-
47
3. Greger R, Windhorst U, Com prehensive hum an physiology, Vol. I . Germ any. Springer
– Verlag Berlin Heidelberg. 1996. p 69- 78 Concept of cont rol and inform at ion.
4. Kat zung B G, Basic & clinical pharm acology. 8 t h Ed. 2001 Sect ion I I . Aut onom ic
Drugs. 6. I nt roduct ion t o aut onom ic pharm acology.
5. Ganong W, Review of m edical physiology. 21 st ed. New York. Lange Medical
Books.2003. Sect ion I I Physiology of nerve & m uscle cells. 5. I nit at ion of im pulses in
sense organs.
6. Kandel E R, Schwart z J H, Jessel T M, Principles of neural science. Fourt h edit ion. USA.
McGraw- Hill Com panies. 2000. p411- 429.

Sist em saraf sebagai sist em pengendali t ubuh – SAS 2003


Depart emen Ilmu Faal F K U I

Anda mungkin juga menyukai