Anda di halaman 1dari 11

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.9 No.

2/Oktober 2016 p-ISSN : 1979-8164


Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

Penerapan Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)


Pada Peramalan Produksi Kedelai di Sumatera Utara

Rita Herawaty Br Bangun*


Fungsional Statistisi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara
*Email: rbangun62@gmail.com

Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk meramalkan produksi kedelai di Sumatera Utara tahun 2016-2019.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Autoregressive Integrated Moving
Average (ARIMA). Data deret waktu (time series) yang digunakan pada kajian ini adalah data
produksi kedelai Provinsi Sumatera Utara tahun 2005-2015. Penggunaan model ARIMA dalam
peramalan produksi kedelai Sumatera Utara menggunakan tiga tahapan analisis yaitu, pertama
adalah identifikasi struktur model; kedua, estimasi dan kalibrasi model, dan terakhir adalah
pengujian dan validasi model. Perangkat lunak yang digunakan sebagai alat bantu analisis model
ARIMA ini adalah Minitab 18. Hasil kajian menunjukkan bahwa model yang terbaik digunakan
untuk peramalan produksi kedelai adalah model (0,1,1). Penerapan model arima pada produksi
kedelai Sumatera Utara untuk 4 tahun berikutnya mengalami penurunan.

Kata kunci : ARIMA; deret waktu; kedelai; ramalan

Abstract
The study aims to forecast of soybean production in Province of Sumatera Utara about 2016-2019.
Method of ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) used to forecast of soybean
production. Time series data were used on this study obtained from soybean production data in
Province of Sumatera Utara about 2005-2015. This method consist three steps, firstly, model
structure identification; second, model estimation and calibration; the last, model testing and
validation, respectively. ARIMA model analyzed by Minitab 18 software as a tool. The result of
study shows that the best of model used for forecasting soybean production is ARIMA model (0,1,1).
Application of the ARIMA model for forecasting four years later soybean production in Sumatera
Utara will be decrease.

Keywords: ARIMA; time series,; soybean; forecasting.

PENDAHULUAN waktu sebagai analisis ramalan nilai


Salah satu teknik peramalan yang masa depan berdasarkan nilai variabel
saat ini berkembang adalah dengan dependen waktu yang telah diobservasi
menggunakan time series analysis sebelumnya. Autoregressive integrated
(analisis deret waktu). Deret waktu moving average (ARIMA) merupakan
didefinisikan sebagai serangkaian nilai- salah satu teknik analisis derat waktu
nilai variabel yang disusun berdasarkan yang banyak digunakan untuk
waktu. Lebih lanjut, analisis deret waktu peramalan data masa depan. Model
didefinisikan sebagai pola pergerakan ARIMA secara penuh mengabaikan
nilai-nilai variabel tersebut pada suatu independen variabel dalam membuat
interval waktu (minggu, bulan, atau peramalan. ARIMA menggunakan nilai
tahun) yang teratur (Mehrmolaei dan masa lalu dan sekarang dari variabel
Keyvanpour, 2016). Sena dan Nagwani dependen untuk menghasilkan
(2015) mendefinisikan analisis deret peramalan jangka pendek yang akurat.
ARIMA cocok jika observasi dari deret
90
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.9 No.2/Oktober 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

waktu secara statistik berhubungan satu (autoregressive-moving avarage) dan


sama lain (dependent). ARIMA juga ANSIF (Adaptive Neuro-Fuzzy Inference
dapat dikombinasikan dengan System) dengan menyimpulkan bahwa
menggunakan artificial neural network kedua metode tersebut dapat dijadikan
untuk mendapatkan hasil yang lebih dasar yang kuat dalam peramalan harga
komprehensif dan validitasnya lebih kedelai. Komalasari (2008) juga
baik (Hirata et al., 2015). melakukan peramalan harga kedelai
Beberapa peneliti menggunakan dari segi permintaan dan pernawaran
model ARIMA untuk meramalkan dengan menggunakan deret waktu
kondisi masa depan seperti yang winters multiplikatif dengan hasil
dilakukan oleh Sena dan Nagwani penelitian yang mengindikasikan adanya
(2015) yang melakukan analisis deret defisit kedelai pada tahun 2009 dan
waktu dengan menggunakan model 2010. Komalasari (2008) dan Muslim
ARIMA untuk meramal pendapatan (2014) belum melakukan ramalan
perkapita sebagai alat untuk produksi kedelai, tetapi hanya
pengambilan kebijakan dan melakukan penelitian mengenai harga
perencanaan masa depan sebuah kedelai yang berpengaruh terhadap
negara. Kharista et al., (2015) juga produksi dan konsumsi. Hal inilah yang
menggunakan model ARIMA untuk mendorong penulis untuk mencoba
memprediksi jumlah wisatawan asing melakukan peramalan produksi kedelai
yang berkunjung ke Indonesia. sebagai komoditas penting di Indonesia.
Penerapan ARIMA dalam bidang Kajian ini menitikberatkan pada
pertanian telah banyak dilakukan dalam penerapan ARIMA untuk meramal
rangka untuk memprediksi hasil produksi kedelai di Provinsi Sumatera
produksi komoditas pertanian seperti Utara. Peramalan produksi ini akan
yang telah dilakukan oleh Xingmei, et al., memberikan manfaat terhadap
(2015) dalam meramal hasil produksi pengambilan kebijakan pemerintah
padi di Provinsi Jilin China. Haiyan dan Provinsi Sumatera Utara dalam
Tao, (2015) melakukan analisis dengan pengembangan kedelai. Sampai dengan
menggunakan model ARIMA untuk saat ini, produksi kedelai di Sumatera
mendesain dan mengimplementasikan Utara belum menunjukkan hasil yang
produksi pertanian sebagai dasar dalam menggembirakan, sehingga kedelai di
rangka memaksimalkan informasi pasar. Sumatera Utara belum dapat
Kedelai sebagai salah satu dikategorikan sebagai komoditas
komoditas penting di Indonesia bahkan pangan andalan. Untuk itu perlu
di dunia telah banyak dijadikan objek dilakukan analisis pola ketersediaan
penelitian yang bertujuan untuk melihat kedelai Sumatera Utara sebagai dasar
perkembangan produksi, mengingat pengambilan kebijakan dalam
sebagian besar kedelai dijadikan sebagai pengembangan budidaya kedelai untuk
bahan pangan. Sebelumnya, Muslim mendukung program ketahanan pangan.
(2014) melakukan peramalan harga Tujuan kajian ini adalah untuk
paritas kedelai (Glicine max) dengan memprediksi/meramal produksi kedelai
membandingkan metode ARMA Sumatera Utara menggunakan analisis

91
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.9 No.2/Oktober 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

deret wakatu (time series analysis) Pt=P0 (1+r)n..............................................(1)


dengan model ARIMA. Analisis kuantitatif digunakan
untuk meramalkan produksi kedelai
METODE PENELITIAN pada tahun-tahun selanjutnya. Analisis
Jenis data yang digunakan dalam kuantitatif menggunakan model ARIMA
penelitian ini adalah data sekunder yang dijelaskan secara lengkap pada metode
bersumber dari Dinas Tanaman Pangan selanjutnya. Autoregresif Integrated
dan Hortikultura Provinsi Sumatera Moving Average (ARIMA)sering juga
Utara dan Badan Pusat Statistik disebut metode runtun waktu Box-
Sumatera Utara. Data deret waktu yang Jenkins yang menggunakan data deret
digunakan adalah data produksi kedelai waktu (Hirata et al., 2015; Sena dan
dari tahun 2005-2015. Data tersebut Nagwani, 2015). Untuk peramalan dan
disampaikan pada Tabel 1. prediksi jangka pendek, ARIMA
Tabel 1. Data deret waktu produksi mempunyai validitas dan ketepatan
kedelai Provinsi Sumatera yang sangat baik, namun kekurangan
Utara. ARIMA adalah tidak cocok untuk
Produksi Kedelai (Ton)
peramalan jangka panjang karena
Tahun Januari- Mei- September-
validitasnya kurang baik dan cenderung
April Agustus Desember
datar (flat) dan konstan (BPS, 2012).
2005 7.481 4504 3808
2006 2.808 2739 1495 Model ARIMA dibagi ke dalam 3
2007 1.532 1406 1407 kelompok yaitu model model
2008 4.630 3814 3203 autoregressive (AR), moving average
2009 6.643 5759 1804 (MA), dan model campuran ARIMA
2010 3.258 4312 1869 (autoregressive moving average) yang
2011 3.533 3402 4491 mempunyai karakteristik dari dua
2012 1.654 2.656 1109 model pertama (Sena dan Nagwani,
2013 1.787 768 674 2015).
2014 1.901 1.202 2602
Pertama, model Autoregressive
2015 2.590 1.404 2555
Model (AR) yang merupakan model
Sumber data : BPS Provinsi Sumatera
autoregressive mendasarkan pada
Utara
asumsi data pada periode sekarang
Penelitian ini menggunakan
dipengaruhi oleh data periode
metode analisis deskriptif dan
sebelumnya. Bentuk umum model
kuantitatif. Metode analisis deskriptif
matematika autoregressive dengan ordo
digunakan untuk menjelaskan dan
p (AR(p)) atau model ARIMA (p,0,0)
menggambarkan produksi kedelai
dinyatakan dalam persamaan
secara umum. Analisis deskriptif
matematika (2).
menggunakan metode pertumbuhan
Xt =ϕ1Xt-1+ ϕ2Xt-2+....+ ϕ1Xt-p+ɛt ...........(2)
dengan tujuan untuk menganalisis
Dimana,
apakah produksi kedelai Provinsi
Xt : data pada periode ke-t
Sumatera Utara mengalami kenaikan
ϕp : parameter autoregressive ke-p
atau penurunan. Persamaan penentuan
ɛt : nilai kesalahan pada saat t,
analisis pertumbuhan dinyatakan dalam
persamaan matematika (1).
92
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.9 No.2/Oktober 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

Kedua, model moving average AR(1) MA(1)


(MA) yang merupakan bentuk umum Model ARIMA box-jenkins terdiri
model moving average ordo q (MA(q)) dari tiga tahapan, yaitu tahap
atau ARIMA (0,0,q) dinyatakan dalam identifikasi struktur model, tahap
persamaan matematika (3). estimasi paramater dan kalibrasi, dan
Xt =ɛt+ ϴ1ɛt-1+ ϴ2ɛt-2...- ϴq ɛt-q................... (3) tahap pengujian dan validasi model
Dimana, (Sena dan Nagwani, 2015).
Xt : data pada periode ke-t Tahap pertama yang dilakukan
ϴq : parameter moving average adalah identifikasi struktur model
ɛt-q : nilai kesalahan pada saat t-q dengan menentukan kestasioneran data.
Data yang stasioner dapat juga disebut
Ketiga, model autoregressive sebagai data yang tidak mengandung
moving average (campuran) terdiri dari trend. Sena dan Nagwani (2015)
dua proses yang berbeda yaitu proses menyatakan bahwa kestasioneran data
ARMA dan proses ARIMA. Model umum dapat dilihat dari uji Augmented Dicky
untuk proses ARMA adalah campuran Fuller (ADF) melalui pengamatan pola
dari ordo p (AR(p)) dan moving avarage ACF (auto-correlation function) dan
ordo q (MA(q)) murni yang dinyatakan PACF (partial auto-correlation function).
dalam persamaan matematika (4). ACF dilakukan untu mengukur korelasi
Xt = ϕ1Xt-1+ ϕ2Xt-2+...+ ϕpXt-p+ ɛt-ϴ1ɛ(t-1)- antara suatu variabel series dengan
ϴ2ɛ(t-2)-...- ϴqɛ(t-q)......................... (4) variabel series yang lain pada beberapa
Dimana, lag sebelumnya. Sementara itu, PACF
Xt : data pada periode ke-t untuk mengukur tambahan korelasi
ϕp : parameter autoregressive ke-p antara suatu series Y dan nilai lag dari
ϴq : parameter moving average series tersebut yang tidak
ɛt : nilai kesalahan pada saat t, memperhitungkan lag dari series yang
lebih rendah (Muslim, 2014). Data
Sedangkan untuk model dengan rata-ratanya tidak stasioner
campuran proses ARIMA hampir sama dapat ditransformasi (distasionerkan)
seperti model ARMA, hanya saja model dengan metode pembedaan atau
ARIMA didasarkan pada asumsi data differencing, menghitung perubahan
pada periode sekarang yang dipengaruhi atau selisih nilai observasi. Jika belum
oleh data periode sebelumnya dan nilai stasioner maka perlu dilakukan
residual data periode sebelumnya. Jika differencing sesuai dengan direfensiasi
kondisi data non-stasioneritas derajat berapa data tersebut mencapai
ditambahkan pada campuran proses kestasioneran (first order diffrencing,
ARMA, maka model umum ARIMA second order diffrencing dan seterusnya)
(p,d,q) terpenuhi. Persamaan untuk Selanjutnya, tahap kedua adalah
kasus sederhana ARIMA (1,1,1) melakukan estimasi dan kalibrasi model
dinyatakan dalam persamaan yang terdiri dari dua cara mendasar
matematika (5). untuk melakukan estimasi model, yaitu
(1- ϕ1B) Xt = µ’ + (1- ϴ1B) еt................(5) (BPS, 2012):

93
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.9 No.2/Oktober 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

1. Cara coba-coba (trial and error), membantu menganalisis model ARIMA


pengujian terhadap beberapa nilai adalah Minitab versi 18.
yang berbeda dan memilih diantara
nilai-nilai tersebut yang memiliki HASIL DAN PEMBAHASAN
jumlah kuadrat nilai sisa (galat) Kajian ini akan membahas
(sum of squared residuals) yang mengenai peramalan produksi kedelai di
minimum. Provinsi Sumatera Utara dengan
2. Perbaikan secara iteratif menggunakan data time series produksi
(pengulangan), Memilih nilai kedelai antara tahun 2005-2015. Model
taksiran awal dan membiarkan ARIMA diimplementasikan untuk
program komputer untuk meramal dan memprediksi produksi
memperhalus penaksiran tersebut kedelai di masa yang akan datang.
secara iteratif (berulang). Seluruh data diambil dari hasil survey
Tahapan terakhir adalah pertanian dari Dinas Tanaman Pangan
pengujian dan validasi model terbaik dan Hortikultura Provinsi Sumatera
yang dilakukan dengan syarat model Utara yang dipublikasikan oleh Badan
yang diperoleh dapat dikatakan baik jika Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
nilai error-nya bersifat random, artinya dalam Statitistik Tanaman Padi dan
sudah tidak mempunyai pola tertentu. Palawija Sumatera Utara Tahun 2015
Tahapan ini dilakukan uji diagnostik (BPS,2016).
dalam upaya untuk memastikan apakah 1. Produksi kedelai Sumatera Utara
model yang diestimasi sudah baik atau 2005-2015
belum. Untuk menentukan model yang Produksi kedelai selama tahun
terbaik dapat digunakan standard error 2005-2015 di Sumatera Utara
estimasi yang dinyatakan dalam cenderung mengalami perlambatan
persamaan matematika (6). pertumbuhan (Gambar 2), meskipun
grafik tersebut menunjukkan pola
1⁄
2 ∑𝑛 2
1⁄
2 fluktuatif. Pola fluktuasi terjadi pada
𝑆𝑆𝐸 𝑡=1(𝑌𝑡 −ŷ𝑡 )
S=⌊ ⌋ =⌊ ⌋ ................ (6) tahun 2005-2007 yang mengalami
𝑛−𝑛𝑝 𝑛−𝑛𝑝
penurunan produksi dan dilanjutkan
Dimana, kenaikan produksi pada tahun 2007-
SSE : standard error 2009. Tahun 2009-2015 secara umum
Yt : nilai sebenarnya waktu ke-t mengalami penurunan produksi yang
Ŷt : nilai dugaan pada waktu ke-t cukup signifikan. Sehingga, dalam
analisis pertumbuhan produksi kedelai
Model dikatakan terbaik jika Provinsi Sumatera Utara selama satu
model tersebut memiliki nilai standard dekade terakhir cenderung mengalami
error estimate (S) yang paling kecil. penurunan sebesar 8,34 persen per
Penerapan model ARIMA terbaik akan tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
digunakan untuk meramal produksi produksi kedelai Provinsi Sumatera
kedelai sumatera Utara pada 4 (empat) Utara perlu mendapatkan perhatian
tahun medatang yaitu tahun 2016-2019. khusus oleh pemerintah daerah terkait
Perangkat lunak yang digunakan dalam dengan stabilitas pangan. Data faktual

94
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.9 No.2/Oktober 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

ini sesuai dengan hasil penelitian dan Gambar 3. Plot Series Produksi Kedelai
ramalan Maretha (2008), yang Sumatera Utara
melakukan peramalan produksi dan
konsumsi kedelai secara nasional pada Untuk memperjelas
tahun 2008 dengan menggunakan kestasioneran data, analisis trend
model ARIMA dan menyatakan bahwa disajikan pada Gambar 4 yang
pada tahun 2015 belum terwujud menunjukkan bahwa produksi kedelai
swasembada kedelai nasional karena Sumatera Utara mengalami pola trend
masih mengalami defisit/kesenjangan yang menurun, sehingga data produksi
antara produksi dan konsumsi sebesar kedelai Sumatera Utara dapat
37,2 %. dikatagorikan sebagai data yang tidak
18000 stasioner. Untuk mengatasi
16000
14000
15,793
14,206
permasalahan data yang tidak stasioner
12000 11,647 11,426 tersebut, maka dilakukan diffrencing.
10000
8000
9,439
5,705
6,549
Hasil differencing selanjutnya diuji
7,042
6000 5,419 kembali dengan uji autocorrelation
4000 4,345
2000
3,229 function (ACF) dan partial
0
autocorrelation function (PACF) seperti
ditampilkan pada Gambar 5(a) dan 5(b).
Gambar 2. Produksi Kedelai Sumatera
Utara Tahun 2005-2015 (Ton)

2. Analisis Autoregresif Integrated


Moving Average (ARIMA)
a. Tahap Identifikasi struktur model
Untuk melakukan analisis ARIMA,
tahapan pertama yang harus dilakukan Gambar 4. Plot trend Produksi Kedelai
adalah identifikasi struktur model yang Sumatera Utara
memungkinkan bisa terjadi. Persyaratan
data yang akan dianalisis dengan ARIMA First order diffrencing dilakukan
adalah data harus stasioner. Pada untuk melihat apakah data sudah
analisis plot series diketahui bahwa stasioner atau belum dengan
produksi kedelai menunjukkan data mengunakan uji ACF dan PACF. Gambar
yang fluktuatif sehingga perlu dilakukan 5. Menunjukkan bahwa hasil diffrencing
analisis pola trend untuk menentukan sudah menghasilkan data yang stationer,
apakah data tersebut stasioner atau sehingga tidak perlu dilakukan kembali
tidak (Gambar 3). diffrencing selanjutnya (second order
8000
Time Series Plot of Produksi diffrencing). Hal ini ditunjukkan pada
7000

6000
grafik plot pasangan ACF dan PACF
5000
dimana lag tidak keluar dari
Produksi

4000

3000

2000
border/batas. Hasil uji ACF dan PACF
1000

0
menunjukkan bahwa data sudah
stasioner pada mean dan varian
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33
Index

95
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.9 No.2/Oktober 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

sehingga dapat dilakukan tahapan Setelah diperoleh model


selanjutnya yaitu estimasi dan kalibrasi sementara, selanjutnya dilakukan
model. Berdasarkan hasil identifikasi estimasi parameter dari model
maka model sementara yang dihasilkan sementara dan kalibrasi (checking)
pada differencing adalah ARIMA (0,1,1), untuk menguji kesesuaian model
(1,1,0) dan (1,1,1). tersebut dengan cara membandingkan
nilai p-value dengan level toleransi (α).
Autocorrelation Function for dif1
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
Hasil estimasi model ditampilkan pada
1,0 Tabel 2. Level toleransi yang digunakan
0,8

0,6 dalam kajian ini adalah 5% dengan


0,4

hipotesis yang digunakan adalah sebagai


Autocorrelation

0,2

0,0

-0,2 berikut:
-0,4

-0,6 H0 : Parameter tidak signifikan dalam


-0,8

-1,0 model
H1 : Parameter signifikan dalam
1 2 3 4 5 6 7 8
Lag

Partial Autocorrelation Function for dif1 model


(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)

1,0
Kriteria penerimaan H0, jika p-
0,8
value lebih besar dari α dan penolakan
0,6

H0, jika p-value lebih kecil dari α.


Partial Autocorrelation

0,4

0,2

0,0 Parameter dikatakan signifikan dalam


model dengan kriteria penolakan H0.
-0,2

-0,4

-0,6

-0,8
Estimasi dari ketiga model, hanya model
-1,0
ARIMA (0,1,1) yang mempunyai p-value
1 2 3 4 5 6 7 8
Lag yang nilainya lebih kecil dari signifikansi
Gambar 5. (a) Grafik ACF dan (b) Grafik 5%, sehingga hanya model inilah yang
PACF setelah dilakukan differencing dipilih menjadi model terbaik dalam
peramalan produksi kedelai Sumatera
b. Tahap Estimasi dan kalibrasi model Utara.
Tabel 2. Estimasi Produksi Kedelai dengan Model ARIMA (1,1,1), ARIMA (1,1,10) dan
ARIMA (0,1,1)
Model/Parameter
Coef SE Coef T-Value Variabel
P-Value MSE
ARIMA (1,10) -0,339 0,173 -1,96 AR (1)
0,059 2477477
Constant -190 278 -0,68 0,500
ARIMA (0,1,1)
MA (1) 0,439 0,163 2,70 0,011 2328872
Constant -122 152 -0,80 0,430
ARIMA (1,1,1)
AR (1) -0,010 0,419 -0,02 0,980 2409934
MA (1) 0,430 0,379 1,14 0,265
Constant -123 156 -0,79 0,437
Sumber: Data penelitian diolah, keterangan : Coef: koefisien, SE Coef :Standard Error koefisien,
T-value : nilai T, P-value : nilai P dan MSE : measurment standard error.

Selain dari p-value, pemilihan terlihat jelas bahwa nilai MSE terkecil
model terbaik juga dapat dilakukan dari adalah model ARIMA (0,1,1). Andani
nilai MSE yang terkecil. Dalam Tabel 2 (2008) menyatakan bahwa produksi

96
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.9 No.2/Oktober 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

pertanian terutama padi dalam model H0 : Tidak ada korelasi residual antar lag
peramalannya menggunakan ARIMA H1 : Ada korelasi residual antar lag
secara signifkan memperlihatkan Berdasarkan nilai Chi-Square
validasi yang sangat baik antara nilai pada pengujian white noise model
ramalan dan nilai aktual. Peramalan ARIMA (0,1,1) beserta nilai statistik
produksi kedelai di Sumatera Utara juga yang ditampilkan pada Tabel 3,
menunjukkan validasi yang cukup baik. memperlihatkan bahwa hasil uji
c. Tahap pengujian dan validasi homogenitas menunjukkan nilai P (p-
model value) lebih besar dari nilai α (level
Setelah diketahui bahwa model toleransi) sebesar 5%. Sehingga
terbaik adalah ARIMA (0,1,1), maka hipotesis H0 diterima yang berarti
perlu dilakukan verifikasi model. Untuk bahwa varian pada model telah
melakukan verifikasi model, maka homogen dan independen.
dilakukan uji normalitas residual dan uji Tabel 3. Pengujian Ljung-Box ARIMA
independensi (white noise). Pengujian (0,1,1)
kenormalan residual dilakukan dengan Lag Chi- p-value Kesimpulan
Uji Kolmogorov-Smirnov (Gambar 6) Square
dengan menggunakan hipotesis sebagai 6 10,25 0,419 White Noise
berikut: 12 17,14 0,756 White Noise
H0 : Residual berdistribusi normal
H1 : Residual tidak berdistribusi normal d. Aplikasi model ramalan produksi
Berdasarkan data olahan pada kedelai
Tabel 2 pengujian kenormalan residual Model terbaik yang diperoleh
diketahui mempunyai nilai p (p-value) dari hasil analisis adalah model ARIMA
melebihi nilai α (level toleransi) sebesar (0,1,1) akan digunakan untuk peramalan
5%. Sehingga hipotesis H0 diterima yang produksi kedelai Sumatera Utara pada
berarti bahwa residual model telah tahun 2016-2019 yang dapat dituliskan
terdistribusi secara normal. dalam bentuk umum model persamaan
matematika (7).
Zt = -122+Zt-1-0,439at-1+at........................(7)

Berdasarkan model ARIMA


(0,1,1) tersebut, maka dapat dilakukan
peramalan produksi kedelai untuk
empat tahun mendatang. Hasil
peramalan dapat dilihat pada Tabel 4.
Gambar 7: Hasil pengujian residual
model ARIMA (0,1,1)

Untuk pengujian independensi


residual dan homogenitas dari residual
(varians homogen) dilakukan
menggunakan metode Ljung-Box dengan
menggunakan hipotesis sebagai berikut:

97
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.9 No.2/Oktober 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

bahwa jika produksi satu tahun


sebelumnya (t-1) meningkat satu ton,
maka produksi pada tahun ke t akan
bertambah sebesar 0,163 ton/tahun
dikurangi dengan nilai konstanta
sebesar 122 ton/tahun. Sehingga hal ini
mengisyaratkan bahwa produksi kedelai
Tabel 4. Peramalan Produksi Kedelai setiap tahunnya akan berkurang sebesar
dengan ARIMA (0,1,1) 122 ton/tahun. Hal ini sesuai dengan
Periode Forecast Lower Upper analisis geometri pertumbuhan pada
Jan- analisis deskripstif yang menyatakan
2014,4 5006,1
April -977,23
6 4 bahwa terjadi pengurangan produksi
2016
Mei- - kedelai sebesar 8,34 persen per tahun.
1892,7 5322,6 Penurunan produksi kedelai di
Agustu 1537,1
7 9
s 2016 6 Sumatera Utara dalam beberapa tahun
Sept- - ke depan diduga karena terpengaruh
1771,0 5589,2
Des 2047,1
8 7 oleh faktor-faktor produksi kedelai yang
2016 2
Jan- - tidak mendukung seperti benih yang
1649,3 5819,8 tidak unggul, ancaman hama penyakit
April 2521,0
8 5
2017 8 tanaman, dan penggunaan pupuk yang
Mei- - tidak tepat serta intesifikasi pengolahan
1527,6 6022,9
Agustu 2967,5
9 1 lahan pertanian yang tidak tepat
s 2017 3
Sept- - (Wijayanti, 2014). Penurunan produksi
1406,0 6204,0 kedelai ditunjukan pada pola trend
Des 3392,0
0 5
2017 4 peramalan produksi kedelai Sumatera
Jan- - Utara empat tahun kedepan (2016-
1284,3 6367,1
April 3798,5
1 7 2019) pada Gambar 8.
2018 4
2500
Mei- -
1162,6 6515,1 2000
Agustu 4189,9
2 6
s 2018 1 1500
Sept- - 1000
1040,9 6650,1
Des 4568,3
3 9 500
2018 3
Jan- - 0
Mei-Agst…

Mei-Agst…

Mei-Agst…

Mei-Agst…
Jan-Apr…

Sept-Des…
Jan-Apr…

Sept-Des…
Jan-Apr…

Sept-Des…
Jan-Apr…

Sept-Des…

6773,9
April 919,24 4935,5
8
2019 0
Mei- - Catur wulan
6887,8
Agustu 797,55 5292,7 Gambar 8. Hasil ramalan
9
s 2019 9
menggunakan Model ARIMA produksi
Sept- 675,86 - 6993,0
Des 5641,2 1 kedelai Sumatera Utara 4 tahun kedepan
2019 9
Jika dibandingkan dengan
Model ARIMA (0,1,1) mempunyai penelitian Adillah (2014) yang
koefisien -122 yang mempunyai arti melakukan peramalan produksi kedelai

98
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.9 No.2/Oktober 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

secara nasional tahun 2013-2020, maka subsidi pupuk, antisipasi fluktuatif harga
kondisi Sumatera Utara berbeda dengan kedelai di tingkat petani dengan
ramalan produksi secara nasional. pembentukan kelembagaan ditingkat
Adillah (2014) menyatakan bahwa petani, dan juga penggunaan teknologi
pertumbuhan produksi kedelai nasional informasi sebagai sarana memantau
sebesar 6,8 persen per tahun, meskipun fluktuatif harga kedelai juga perlu
terjadi defisit produksi dan konsumsi mendapatkan perhatian pemerintah.
sebesar 0,98 persen per tahun. Tastra et al., (2012) merumuskan
strategi peningkatan sistem produksi
e. Strategi peningkatan produksi kedelai dalam beberapa langkah yaitu,
Hasil ramalan produksi kedelai penerapan subsidi harga yang adil dan
Sumatera utara tahun 2016-2019 wajar, pengembangan subsistem
menunjukkan bahwa tingkat jabalsim (penyebaran varietas unggul)
keberlanjutan hasil (product kedelai, perluasan areal, improvisasi
sustanability) sangat rendah. Sehingga, inovasi teknologi terapan tanam kedelai
sistem produksi kedelai Sumatera Utara dengan teknologi mekanis tepat guna,
harus diperbaiki. Tastra et al., (2012) dan teknologi pengolahan hasil panen.
menyatakan bahwa faktor yang Sedangkan Maretha (2008)
berpengaruh terhadap sistem produksi merumuskan empat strategi untuk
kedelai nasional adalah turunnya tarif meningkatkan produksi kedelai dengan
impor keelai yang memicu harga kedelai cara memberlakukan tarif impor kedelai
di tingkat petani. Kondisi inilah yang lebih dari 20%, meningkatkan kerja
menyebabkan kestabilan harga kedelai sama dan peran serta masyarakat dalam
dalam negeri menjadi fluktuatif yang penelitian dan pengembangan kedelai,
menyebabkan kurang berminatnya meningkatkan penyajian benih unggul,
petani melakukan pengembangan perbaikan genetis, dan teknologi
budidaya kedelai di Sumatera Utara. budidaya, pascapanen dan pengolahan
Muslim (2010) menyatakan bahwa (diversivikasi produk), dan terakhir
ketergantungan Indonesia pada kedelai keamanan dan higienitas kedelai yang
impor mempengaruhi kemampuan dikonsumsi msyarakat.
swasembada kedelai, sehingga perhatian
pemerintah mengenai perkembangan SIMPULAN
pertanian kedelai dinilai masih rendah. Kajian tentang penerapan ARIMA
Menurunnya produksi kedelai, untuk peramalan produksi kedelai
baik data aktual dan data hasil ramalan Sumatera Utara telah dilakukan. Hasil
dalam kajian ini dapat dijadikan kajian menyimpulkan bahwa model
referensi pemerintah daerah dalam ARIMA yang terbaik untuk peramalan
mengambil kebijakan dalam produksi kedelai adalah ARIMA (0,1,1).
pengembangan produksi kedelai di Perkiraan produksi kedelai pada
sumatera Utara. Kebijakan-kebijakan subround Januari-April 2016 sebesar
tersebut dapat diterapkan dalam 2.014 ton, subround Mei-Agustus 2016
berbagai pendekatan antara lain dalam sebesar 1.892 ton dan subround
bentuk insentif kepada petani kedelai, September-Desember 2016 sebesar

99
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.9 No.2/Oktober 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

1.771 ton. Hasil kajian ini diharapkan Maretha, D. 2008., Peramalan Produksi
dapat menjadi acuan pengambilan dan Konsumsi Kedelai Nasional
kebijakan oleh pemerintah dalam Serta Implikasinya Terhadap
Strategi Pencapaian
rangka peningkatan produksi kedelai
Swasembada Kedelai Nasional.,
indonesia, khususnya Sumatera Utara. Institut Pertanian Bogor., Bogor.,
Skripsi.
DAFTAR PUSTAKA Mehrmolaei, S., dan Keyvanpour, M.R.,
2016., Time series forecasting
Adillah, R., 2014., Analisis produksi dan using improved ARIMA.
konsumsi kedelai nasional., Artificial Intelligence and
Institut Pertanian Bogor., Bogor., Robotics (IRANOPEN): 92-97.
Tesis. DOI:
Andani, A., 2008., Analisis prakiraan 10.1109/RIOS.2016.7529496.
produksi dan konsumsi beras Muslim, A., 2014., Peramalan harga
Indonesia., AGRISEP (8) 1: 1-18. paritas kedelai model ANFIS.
BPS., 2012., Analisis data deret berkala., Widyariset. (17)1:13-24.
modul diklat fungsional statistisi Sena, D., dan Nagwani, N.K., 2015.,
ahli., Badan Pusat Statistik., Application of Time Series
Jakarta. Based Prediction Model to
BPS., 2016. Statistik tanaman padi dan Forecast Per Capita Disposable
palawija Sumatera Utara 2015., Income., IEEE International
Badan Pusat Statistik Provinsi Advance Computing Conference
Sumatera Utara., Medan. (IACC): 454-457., DOI:
Hirata, T., Kuremoto, T., Obayashi, M., 10.1109/IADCC.2015.7154749.
Mabu, S., dan Kobayashi, K., Tastra, I.K., Ginting, E., dan Fatah, G.S.A.,
2015., Time Series Prediction 2012., Menuju swasembada
using DBN and ARIMA., kedelai melalui penerapan
International Conference on kebijakan strategis., Iptek
Computer Application Tanaman Pertanian (7)1:47-57.
Technologie (ICCAT): 24-29. DOI Wijayanti, C.D., 2014., Analisis
10.1109/CCATS.2015.15. Peramalan Produksi Kedelai
Kharista, A., Permanasari, A.E., dan dan Konsumsi serta Faktor-
Hidayah, I., 2015., The faktor yang Mempengaruhi
Performance of GM (1,1) and Produksi dalam Pencapaian
ARIMA for Forecasting of Swasembada Kedelai., Institut
Foreign Tourists Visit to Pertanian Bogor., Bogor., Skripsi.
Indonesia., International Xingmei, X., Liying, C., Jing, Z., dan
Seminar on Intelligent Fengyan, S., 2015., Study and
Technology and Its Applications Application of Grain Yield
(ISITA): 33-37., DOI: Forecasting Model., 4th
10.1109/ISITIA.2015.7219949. International Conference on
Komalasari W.B. 2008. Prediksi Computer Science and Network
Penawaran dan Permintaan Technology (ICCSNT):652-656.
Kedelai dengan Analisis Deret DOI:
Waktu. Jurnal Informatika 10.1109/ICCSNT.2015.7490829
Pertanian Volume 17 No.2, 2008:
1195-1208.
.

100

Anda mungkin juga menyukai