Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Filsafat, Sains, Teknologi, dan Sosial Budaya

Volume 25, Nomor 1, 2019

Pengembangan Model Kurikulum Sekolah Sepakbola (SSB)


dengan Pemberian Konsep dan Media Audio Visual

Adi Sucipto
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi IKIP Budi Utomo Malang
Jalan Simpang Arjuno 14B Malang
Email: adis123.com@gmail.com

Budijanto
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi IKIP Budi Utomo Malang
Jalan Simpang Arjuno 14B Malang
Email: Budijanto.mkes@gmail.com

Abstract: Football School Curriculum development with giving of concept and audiovisual media aims to
improve the quality of football skills. This type of research is the development of research.This study begins
with a situation analysis, problem analysis, requirements analysis, design development, validation, limited
testing and revision. From the analysis of the situation and the problems found problems being experienced
by students Football School caused by factors both internal and external. Football school curriculum needs
by providing concepts and audio-visual media, students of need to be given to the Football School. Giving
concept before exercise is useful to strengthen memory skills related skills that will be implemented. Learn-
ing material that obtained through the medium of vision (visual media), can accelerate absorption learners
in understanding literacy classes. The results of the needs analysis shows that Football School curriculum
development by the giving concept and audiovisual media very necessary, to improve football skills.

Keyword: Development of curriculum, Football School, giving the concept, audio-visual media

Dewasa ini masyarakat Indonesia disuguhi menghasilkan prestasi tinggi pada pemain
dengan maraknya berdirinya sekolah-sekolah sepakbola memerlukan waktu latihan yang
sepakbola (SSB) yang begitu banyak bagaikan intensif yang terprogram melalui kurikulum.
jamur tumbuh di musim hujan. Klub-klub luar Berdasarkan hal tersebut perlu suatu kajian
negeripun tidak mau ketinggalan seperti Soccer yang komprehensif terhadap semua aspek yang
school Indonesia (SSI) yang dikelola Arsenal juga ada di sekolah-sekolah sepakbola (SSB).
sudah buka di Indonesia. SSB Real Madrid, Tujuan penelitian ini adalah: (1)Memperoleh
makin menyemarakkankeberadaan sekolah data karakteristik model kurikulum di Sekolah
sepakbola (SSB) ) tentunya akan mempunyai Sepakbola (SSB). (2) Menemukan karakteris-tik
dampak yang sangat baik bagi kemajuan model kurikulum dengan pemberian konsep
sepakbola profesional. Dengan adanya SSB siswa dan media audio visual (KONAV) di Sekolah
yang mempunyai prestasi pada sepakbola akan Sepakbola (SSB) Model evaluasi pembelajaran
dapat lebih terarah dan sistematis dalam pola sepakbola di Sekolah Sepakbola (SSB) dengan
latihan.Memang perkembangan sepakbola di Pemberian konsep dan media audio visual
Indonesia belum menggembirakan, jangankan Penyelidikan-penyelidikan psikologi telah
di tingkat dunia di kawasan Asia Tenggara dilaksanakan untuk menjelaskan bagaimana
saja belum bisa berbicara banyak. Hal ini tentu terjadinya belajar. Teori adalah gabungan
harus diupayakan bagaimana pembinaan antara kenyataan dan khayalan (fiksi)
sepakbola yang baik yang bisa mendongkrak (Rahantoknam, 1988:3). Teori dimulai dengan
prestasi sepakbola kita. Melalui pengembangan kenyataan-kenyataan yang tampak pada waktu
kurikulum sekolah sepakbola merupakan se- melakukan perumusan, tetapi sebaliknya teori
buah upaya alternatif dalam meningkatkan harus mendukung, mengkonseptualisasikan,
prestasi sepakbola tersebut. Kita ketahui untuk atau menghipotesiskan apa yangdiketahui.
118 | Adi Sucipto & Budijanto, Pengembangan Model Kurikulum Sekolah Sepakbola (SSB) ...

Penggunaan konsep sebelum melakukan sebuah Input


tindakan yang disebut keterampilan atau skill Identifik
Rangsang asi Seleksi
mutlak diperlukan. Selama ini kadang manusia respon
rangsang
tidak menyadari kalau ia telah menggunakan
teori dan konsep sebelum melakukan tindakan.
Penggunaan konsep ini sebenarnya sudah masuk
dalam fase-fase perkembangan keterampilan. Output Pemrograman
Fase-fase perkembangan keterampilan anak Gerak respon
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 1.1: Model Pemrosesan Informasi Motorik
Fase-fase Perkembangan Keterampilan (Schmidt, 1982)
Fitts (1965) mencipatkan teori yang menyata-
kan belajar keterampilan dapat diselidiki dengan Berdasarkan Gambar 1.1. yang telah dipaparkan
membagi proses belajar keterampilan menjadi di depan, dapat dijelaskan lebih rinci sebagai
tiga fase yaitu: 1) fase kognetif, 2) fase fiksasi, berikut:
3) fase otonom. Selanjutnya dalam mengajar
keterampilan ada 4 bidang yang harus mendapat Tahap Identifikasi Rangsang: Pada tahap
penekanan yaitu aspek kognetif, aspek persepsi, ini siswa atau atlet terjadi proses pengenal-
aspek koordinasi dan aspek pengendoran an rangsang yang datang. Faktor yang mem-
ketegangan (tention relaction). pengaruhi tahap ini ialah faktor karakteristik
Belajar keterampilan meliputi pembentukan rangsang, seperti kejelasan rangsang (jelas tidak-
suatu rencana motorik, maupun mengerah-kan nya informasi, baik verbal maupun visual).
perhatian untuk memilih stimuli membedakan
isyarat-isyarat yang ada disekitarnya dan meng- Tahap Seleksi respons: Setelah seseorang me-
olah balikan (feedback) secara berkesinambungan. ngenal rangsang yang datang, pada tahap
Adapun tahap-tahap belajar keterampilan ter- selanjutnya adalah akan memilih suatu respons
sebut meliputi: 1) formasi rencana, 2) sesion yang tepat. Misalnya pemain sepakbola yang
latihan, 3) fase pelaksanaan. sedang membawa bola dihadang oleh pemain
lawan, maka ia harus memilih apa tindakan yang
tepat. Apaka dia bearusaha melewati pemain
Fase I: Tahap Formasi Rencana
yang sedang menghadang atau mengoperkan
Pada fase ini disebut fase kognitif, siswa dan bola kepada temannya, hal itu membutuhkan
atlet harus memahami apa yang diperlukan oleh proses memilih yang tepat dan cepat, jika tidak
keterampilan atau ”tugas tersebut” yaitu hakekat ia akan kehilangan momentum yang baik.
dan tujuan dari tugas tersebut. Siswa dan atlet
harus memformulasikan rencana pelaksanaan
Tahap pemrograman respon: Setelah stimulus
(executive plan) dan ia telah memperoleh konsep-
diidentifikasi dan respon diseleksi, selanjutnya
konsep verbal yang cukup, maka ia dapat
diorganisasi untuk dijelmakan ke dalam motorik
mencernakan keterampilan tersebut sampai
atau keterampilan. Dalam pembentukan rencana
pada taraf tertentu. Lutan, (1988) mengemukakan
pelaksanaan ini, disamping ia memperoleh gam-
bahwa proses penguasaan keterampilan dalam
baran yang luas tentang tujuan dari keterampilan
olahraga sama sekali tak lepas dari penguasaan
tersebut, siswa atau atlet harus memahami
informasi yang diterima seseorang sebelumnya.
dari komponen-komponen gerakan. Kemudian
Pandangan ini beranggapan bahwa informasi
apa yang dipelajari dalam fase pertama adalah
yang datang diterima oleh seseorang, kemudian
rangkaian dari tugas tersebut. Biasanya demon-
disimpan dalam berbagai sistem penyimpanan
trasi digunakan untuk membantu siswa mema-
yang disebut memori. Dari memori inilah
hami tujuan dan keterarmpilan maupun rangkai-
keterampilan diperagakan, termasuk keteram-
an organiasasi dari sub kebiasaan. Disamping
pilan yang sangat sulit sekalipun.
mendemonstrasikan keterampilan, guru atau
Pemrosesan informasi dalam belajar motorik
pelatih juga dapat menggunakan video atau
dapat dibagi menjadi tiga tahap: 1) tahap
film untuk membantu siswa agar dapat me-
indentifikasi rangsang; 2) tahap seleksi respon;
mahami keterampilan. Jadi guru atau pelatih
3) tahap pemrograman respon (gambar 1.1.).
dapat menggunakan audio visual dan persepsi
Adi Sucipto & Budijanto, Pengembangan Model Kurikulum Sekolah Sepakbola (SSB) ... | 119

dalam fase awal agar membantu siswa atau atlet pada faktor lain yang tercakup dalam cabang
menyempurnakan rencana pelaksanaannya olahraga tersebut. Pemain sepakbola yang
dengan mekanisme reseptor (alat penerima) dan menguasai teknik dasar maupun tembakan
persepsi yang paling banyak digunakan dalam secara otomatis ia dapat berkonsentrasi un-
awal belajar keterampilan. Siswa dan atlet harus tuk mengelak dari pemain lawan yang meng-
melihat gerakan, mendengar pengarahan verbal hadangnya agar dapat mencapai posisi yang
dan merasakan gerakan. Film dan video dapat baik untuk melakukan tembakan. Pendek kata
menggambarkan suatu proses secara tepat yang sebuah keterampilan yang dilakukan berulang-
dapat disaksikan secara berulang-ulang dalam ulang (latihan) akan menghasilkan gerakan
waktu yang berbeda. yang otomatisasi.

Fase II: Tahap Latihan Kajian Media Pembelajaran Audio Visual Un-
Setelah siswa atau atlet mengerti dan tuk memperkuat Teori dan Konsep
memiliki rencana pelaksanaan atau rencana Belajar merupakan sebuah proses informasi,
motorik, ia harus mempraktekkan agar dapat terdiri dari sebuah input-proses dan output.
memantapkan rangkaian penampilan atau Menurut Bell-Gredler (2001) yaitu teori belajar
keterampilan. Fitts mengistilahkan dengan ”fase yang memberi tekanan kepada pelacakan dan
fiksasi” belajar keterampilan. Berapa jumlah pemberian urutan pikiran manusia, tentang cara
praktek yang harus dilakukan untuk menguasai seseorang mempersepsi, mengorganisasi, dan
keterampilan tersebut akan bervariasi, sesuai mengingat sejumlah informasi yang diterima
dengan keunikan dari kegiatan, kemampuan setiap hari dari lingkungannya, untuk dipakai
dan pengalaman masa lampau dari individu dalam pemecahan masalah. Pemprosesan
yang bersangkutan. Dalam belajar fase kedua informasi terdiri atas tiga komponen yaitu:
ini, siswa atau atlet harus mempraktekkan Penyimpanan informasi, proses kognitif dan
dengan baik dan sunguh-sungguh. metakognisi (Eggen dan Kauchak,1994). Alur
Kualitas keterampilan harus dikuasai pada pemprosesan informasi pertama kali dari
fase dua ini. Tingkat keterampilan ditetapkan lingkungan berupa benda-benda, cahaya, suara,
agar dicapai siswa atau atlet sendiri. Atlet akan bau dan sebagainya yang jumlahnya tidak
menentukan berapa lama dan berapa kerasnya terbatas diterima reseptor pada sistem syaraf.
ia perlukan untuk berlatih. Dari reseptor, informasi ditandai oleh sensory
register dalam bentuk yang terpola, setelah itu
informasi ditahan dalam beberapa saat untuk
Fase III: Gerakan Otomatis
dianalisa pendahuluan. Informasi yang dipilih
Yang dimaksud dengan gerakan otomatisasi untuk diolah dikirim ke dalam memori kerja
atau refleksi ialah gerakan yang dilakukan tanpa (memori jangka pendek), dengan pengulangan
kesadaran atau perhatian (Rusli, 1988). Fase terhadap informasi yang datang, menjadikan
belajar keterampilan ini semakin ringan dalam informasi tersebut menjadi bermakna sehingga
menyelasaikan suatu tugas atau keterampilan, akan diteruskan ke memori jangka panjang
stress dan kecemasan yang dialami pelaku untuk disimpan secara tetap.
semakin menurun. Fitts (1965) menamakan fase Informasi merupakan suatu masukan rang-
ini fase otonom. Yang secara tidak langsung sangan dari luar, akan memberikan pengertian
siswa atau atlet sekarang mampu melaksanakan atau pengetahuan tentang sesuatu, yang disebut
suatu rencana atau program pelaksanaan sebagai proses pembelajaran. Untuk penyam-
dengan hampir tidak menyadarinya sama sekali. paian suatu informasi dapat dilakukan dengan
Pelaku telah melakukan gerakan tanpa melalui berbagai metode, bisa dengan konsep (cognitif),
pemikiran yang panjang, bahkan tanpa tahu secara visual dengan melihat langsung melalui
proses bagaimana suatu metode keterampilan pandangan mata, ataupun yang non visual
dilakukan, termasuk keterampilan yang pada seperti mendengarkan.
tahap awal dianggap sulit. Sekarang dapat
Dengan adanya perkembangan teknologi,
melakukan seluruh pola gerakan secara otomatis
informasi visual maupun non visual dapat
dengan hasil yang cukup sempurna.
disimulasikan dengan lebih nyata dan gam-
Bila pola gerakan telah mencapai tingkat pang ke dalam memori siswa dengan berba-
otomatis, maka pelaku telah dapat berkomunikasi gai cara. Penggunaan berbagai macam media
120 | Adi Sucipto & Budijanto, Pengembangan Model Kurikulum Sekolah Sepakbola (SSB) ...

sangat dimungkinkan dengan adanya kema- Piaget. Pada tahapan usia dini untuk anak yang
juan teknologi tersebut, sehingga siswa akan ikut program SSB berada pada operasional
lebih mudah menerima dan pemproses infor- konkrit (usia 7-11 tahun) dan sampai juga
masi menjadi suatu pengetahuan sehingga mendekati cara berpikir formal; operasional.
memperkuat konsep tentang sebuah keteram- Pada dasarnya ada 4 tahapan yakni sensorimotor,
pilan sepakbola. Semakin banyak alat indera yang pra operasional, operasional konkrit dan
dipergunakan untuk mempelajari pengetahuan, operasional formal. Terkait empat tahapan
akan semakin mudah pengetahuan diserap. tersebut maka pada kajian ini difokuskan pada
Untuk memperbanyak keterlibatan indera, salah tahap operasional konkrit yang memang berada
satunya menggunakan media pembelajaran pada tahapan anak yang ikut program SSB.
yang bervariasi. Media adalah segala sesuatu Tahap Operasional Konkret (usia 7 – 11 tahun),
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pada saat itu anak sudah belajar tentang aturan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat –aturan sederhana dalam kehidupannya. Pada
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan tahapan ini seorang anak tidak hanya mampu
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, mempraktikkan secara aktivits fisik, namun
sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2005). juga sudah bisa mereka lakukan secara kognisi.
Manfaat penggunaannya media visual dalam Ciri khas utama pada tataran ini adalah anak
pembelajaran sepakbola antara lain. 1. Media sudah mampu mengurutkan berbagai kategori.
bersifat konkrit, lebih realistis dibandingkan Misalnya membedakan ukuran bola yang
dengan media verbal atau non visual sehingga bevariasi dari bola kecil sampai bola besar, dan
lebih memudahkan dalam pengaplikasiannya. berapa jumlah masing-masing bola. Memahami
2. Beberapa penelitian membuktikan bahwa cara bermain, teknik bermain, taktik bermain
pembelajaran yang diserap melalui media dan aturan-aturan yang ada dalam permainan
penglihatan (media visual), dapat mempercepat dari yang sederhana sampai yang kompleks.
daya serap peserta didik dalam memahami Berdasarkan tahapan perkembangan kog-
pelajaran keterampilan. nitif anak, maka siswa SBB berada pada ke-
Pengembangan siswa SSB dalam konteks mampuan yang sangat mendukung pemberian
penguasaan keterampilan ini diawali dengan konsep-konsep dan didukung media audio-
pemahaman berbagai materi pelatihan terkait visual. Karena itu memahami suatu konsep
sepakbola usia dini (kognitif). Anak diajak me- dasar teknik bermain, aturan bermain, dan taktik
mahami terlebih dahulu apa yang akan me- bermain dalam permainan sepakbola untuk anak
rekapraktekkan (psikomotor/keterampian). usia dini harus dilakukan. Persoalan berikutnya
Setelah keterampilan artinya mereka berin- jika pemberian konsep dan audiovisual mampu
teraksi dengan teman lain disitulah nilai-nilai diterima pada usia anak di SBB, maka bagaimana
keolahragaan muncul untuk diterapkan se- cara memberikan konsep tersebut. Maka tindak
perti sportif, fairplay (afektif). Pada dasarnya lanjutnya adalah menggunakan pendekatan
pemberian konsep dan audiovisual dilakukan taksonomi Bloom.
sebagai alasan yang sangat masuk akal untuk
memberikan gambaran konsep yang kuat pada 2. Pengembangan Ranah Kognitif Pada
kognitif anak tentang keterampilan yang akan Taksonomi Bloom
dipraktekkan. Jika anak berada pada tahap operasional
konkrit, maka anak diajak untuk mengetahui,
Metode Pembelajaran dan Pelatihan memahami, sampai pada mampu menilai atau
lebih tinggi lagi mampu mencipta. dari pem-
Metode yang dikembangkan dalam pem-
berian konsep tersebut yang didukung dengan
belajaran di SSB menggunakan pembe-rian kon-
audiovisual yang baik.
sep dan audiovisual. Ada beberapa tahapan
perkembangan kognitif dalam pembelajaran, Kemampuan dasar mengurutkan dan meng-
yaitu: hubungkan sangat penting diketahui, agar
konsep yang diberikan bisa tepat. Level terendah
pada taksonomi Bloom dapat digunakan dengan
1. Tahap Perkembangan Kognitif Anak Me-
memilih kata-kata operasional yang tepat sehingga
nurut Piaget
mampu memberikan ciri khas pemberian konsep
Perkembangan tahapan berpikir anak usia yang tepat dan mudah dipahami.
dini merujuk konsep yang dikembangkan oleh
Adi Sucipto & Budijanto, Pengembangan Model Kurikulum Sekolah Sepakbola (SSB) ... | 121

Ada 3 ranah dalam taksonomi Bloom seperti melakukan dari konsep yang dikenali,
dijelaskan berikut ini, yakni, a. Ranah kognitif ditunjukkan, kemudian diterangkan
yaitu mengingat, memahami, menerapkan, dan diakhiri praktik. Metode pemberian
menganalisis, menilai, membuat, b.Ranah psiko- konsep ini dinamakan MENU-RAKU yakni
motorik: meliputi, persepsi, kesiapan, reaksi mengenal, menunjukkan, menerangkan dan
yang diarahkan, reaksi natural (mekanisme), melakukan.
adaptasi, reaksi yang kompleks kreativitas, c.
Ranah afektif: meliputi penerimaan, responsif,
nilai yang dianut (nilai diri), organisasi dan b. Pemberian konsep dan media Audiovisual
karakterisasi. Seiring dengan perkembangan zaman,
Agar pemberian konsep dan media audio- bahwa teknologi memberikan kontribusi
visual lebih efektif, maka penggunaan kata-kata dalam membantu proses pelatihan atau
operasional yang tepat dapat digunakan dengan pembelajaran. Teknologi yang diperlukan
berbagai pertimbangan dan analisis yang tepat adalah teknologi yang mudah dipahami
sesuai tahapan kognitif anak. Cukup banyak oleh anak dan dalam suasana yang
kata-kata operasional yang bisa digunakan dalam menyenangkan (joyful learning). Pemberian
masa operasional konkrit yang sesuai dengan konsep dengan metode MENU-RAKU tidak
ranah kognitif anak. Pemilihan kata operasional akan maksimal tanpa adanya dukungan
akan menjadi ciri khas pemberian konsep dan media audiovisual. Dengan bantuan media
audiovisual yang spesifik dan membedakan audiovisual anak akan mudah mengenali
dengan metode pembelajaran lainnya. konsep yang dibicarakan dengan simbolisasi
dengan bantuan media, dan mampu me-
nunjukkan dengan bantuan media dan
menerangkannya, setelah itu tanpa ada
media audiovisual di sampingnya anak
Menunjukkan
mampu melakukan dengan bahasa gerak
tubuh yang tepat untuk mempraktikkan
konsep-konsep yang sudah dikenali, ditun-
Mengenali jukkan dan diterangkannya.
Menerangkan
Berdasarkan paparan tersebut maka
model MENU-RAKU dapat dikembangkan
lagi dengan adanya penambahan media
Melakukan audivisual untuk pemberian konsepnya
5 yakni:
1. Tahap mengenali, pelatih menyebut-an,
Gambar 1.2. Bagan Alur Pemberian Konsep pada
menerangkan, memaparkan beberapa
Siswa SSB Sebelum Melakukan Keterampilan
Sepakbola. konsep dalam permainan sepakbola di
SBB dibantu dengan teknologi berupa
media audiovisual seperti tayangan
a. Pemberian Konsep video berbagai cara bermain termasuk
Pemberian konsep agar anak-anak dari pemain idola dan tim idola, rekaman
SSB mudah memahaminya maka dapat gerakan tertentu, dan video teknik
digambarkan dalam siklus seperti ini. serta taktik bermain. Anak diminta
Berdasarkan bagan tersebut maka dalam mengenali apa yang sudah dikenalkan
materi SSB yang disampaikan oleh pelatih oleh pelatih, sampai betul-betul kenal
dengan memberikan konsep yang ada, maka apa yang dipelajarinya.
diawali dengan level mengingat. Anak diajak 2. Tahap menunjukkan, pelatih menunjuk-
mengenali terlebih dahulu konsep tersebut, kan dengan penjelasan yang didukung
kemudian apabila mereka sudah kenal lalu dengan media audiovisual seperti
diminta untuk menunjukkan mana yang menunjukkan tayangan video, analisis
dikenali tersebut. Apabila sudah mampu gerak dari contoh yang ada di tayangan
menunjukkan maka dilanjutkan dengan video merujuk pada contoh-contoh
menerangkan apa yang sudah dikenalnya. terbaik. Anak diminta menunjukkan
Tahap berikutnya adalah anak mampu apa yang sudah dikenali tadi dengan
122 | Adi Sucipto & Budijanto, Pengembangan Model Kurikulum Sekolah Sepakbola (SSB) ...

tepat dan benar sesuai dengan apa yang atau penguasaan konsep sebelumnya.
dijelaskan oleh pelatih sebelumnya. Hal tersebut dilakukan berulang-ulang
3. Tahap menerangkan, pelatih mene- dengan materi yang baru dan berbeda.
rangkan apa yang sudah dikenalkan Sehingga suasana pelatihan untuk
dan ditunjukkan pada anak dengan anak menjadi makin lebih menarik.Ber-
dukungan media audiovisual yang dasarkan pemaparan metode MENU-
sudah dirancang sebelumnya. Anak RAKU maka tahap berikutnya adalah
diminta untuk menerangkan kembali mengimplementasikan metode tersebut
dari apa yang sudah dikenali, ditunjukan dengan cara mengujicobakan.
dan diterangkan oleh pelatih dengan Dalam pemaparan silabus aktivitas ke-
menggunakan bahasa anak sendiri bu- giatan diambil kata-kata opersioanal ter-
kan meniru kata atau kalimat yang tinggi yaitu: melakukan, mempraktik-
dijelaskan oleh guru sebelumnya. Ban- kan, menerapkan, atau mengaplikasikan
tuan media audiovisual membuat kete- yang memiliki makna sama dengan
rampilan anak lebih baik, tidak hanya melakukan dalam tahap terakhir di
sebatas menerangkan tetapi mampu Metode MENU-RAKU. Artinya disi-
mempraktekkan seperti apa yang di labus ditulis melakukan, tetapi pada
media audiovisual. praktiknya anak tidak langsung mela-
4. Tahap melakukan, pelatih memberikan kukan namun selalu diawali dengan
contoh praktik dengan gerakan tertentu mengenali, menunjukkan, menerang-
baik teknik maupun fisik serta taktik, kan, dan kemudian melakukan dengan
atau contoh aturan permainan dengan di dukung media udiovisual. Itulah ciri
praktik langsung. Anak diminta ikut khas mendasar dalam pelatihan SSB de-
terlibat mampu mempraktikan dari ngan metode MENU-RAKU. Metode ini
apa yang sudah dikenali, ditunjukkan, bisa dilihat dalam gambar 2.4. di bawah
diterangkan sebagai pondasi kognisi ini.

Diagram Alir Pembelajaran


Pembukaan Pelatihan SSB

2
3 1

Keterampilan Pengetahuan Sikap


Praktik fisik, teknik dan Fisik, Teknik, Peraturan, Motivasi, Keyakinan, kerjasama
taktik, serta peraturan Taktik dan Cedera Diberikan di awal pelatihan.
Metode Metode
Metode Pemberian Konsep Pemberian Konsep dan
Kombinasi Konsep, dan Audiovisual tentang Audiovisual seperti tayangan
Audiovisual dan Praktik cara latihan fisik, teknik, video.
taktik dan cedera.

Penerapan di Kelas dan Di


lapangan SSB

Evaluasi dan Penilaian

Rencana Tindak Lanjut

Penutup

Gambar 1.3. Diagram Alur Pembelajaran Dan Pelatihan di SSB


Adi Sucipto & Budijanto, Pengembangan Model Kurikulum Sekolah Sepakbola (SSB) ... | 123

Menunjukkan
Dengan Media
Audiovisual

Mengenali
Dengan Menerangkan
Media Audiovisual Dengan media
audiovisual

Melakukan
Dengan
mempraktikkan
konsep apa yang
dikuasai oleh anak

Gambar 1.4. Bagan alir pemberian media audio visual pada siswa SSB
sebelum melakukan keterampilan sepakbola

METODE berbagai pertanyaan yang diajukan kepada


Penelitian ini menggunakan rancangan para responden, pengembangan kurikulum
penelitian deskriptif, danpengembangan. Pa- SSB dengan pemberian KONAV sebagain besar
da tahap pertama ini menggunakan jenis ran- (87%) menjawab perlu dikembangkan.
cangan penelitian deskriptif yang dilakukan Berdasarkan evaluasi kelompok kecil ini,
dengan melalui: (1) Metode surview, bertujuan produk ini diujicobakan untuk memperoleh
untuk memperoleh data kebutuhan akan model masukan konstruktif, agar nantinya dapat
kurikulum pembelajaran di SSB. dan (2) Metode dilaksanakan dan diterima pada kancah
penelitian pengembangan yang bertujuan untuk sebenarnya. Tingkat keberadaan produk ini
menghasilkan produk berupa model kurikulum ditinjau dari tingkat urgensi, kebermanfaatan,
pembelajaran di SSB dengan pemberian konsep kepraktisan, dan tingkat kesulitannya, serta per-
dan media audio visual. Model pengembangan lu pelatihan sebelum menggunakan produk.
yang dipakai ialah menggunakan pendekatan Tingkat urgensidan kebermaknaan produk oleh
penelitian dan pengembangan (R&D) model 100% pelatih SSB sangat urgen dan bermanfaat.
Borg and Gall (1983). Hasil ini merupakan modal dasar yang paling
penting untuk dikembangkannya produk,
sebagai jawaban atas tingkat kebutuhan guru
HASIL DAN PEMBAHASAN SSB yang tinggi terhadap kurikulum SSB.
Analisis kebutuhan kurikulum SSB dengan Tingkat kepraktisan produk dinilai oleh
pemberian konsep dan audio visual dilakukan 45% menyatakan sangat praktis, 25% menjawab
terhadap pelatih SSB yang ada di Kota Malang, praktis dan 30% menjawab tidak praktis. Penilaian
Kabupaten Malang dan Kota Batu. Para pelatih yang beragam ini penulis menduga disebabkan
menjawab pertanyaan yang berhubungan de- oleh keberagaman tingkat kompetensi pelaih
ngan perlunya suatu kurikulum SSB untuk SSB dalam menggunakan produk ini, dan ke-
meningkatkan keterampilan sepakbola. Dari beradaan produk ini membutuhkan peralatan
124 | Adi Sucipto & Budijanto, Pengembangan Model Kurikulum Sekolah Sepakbola (SSB) ...

elektronik audio visual, sehingga para pelatih latihan sepakbola dengan pemberian KONAV
yang kurang terbiasa melakukannya dan masih mengalami peningkatan yang signifikan. Hal
diperlukan adaptasi dalam memahami dan tersebut terbukti data rata-rata tes awal (pre-
menerapkan di lapangan. test) passing 20.68, menggiring bola 32.80,
Dari hasil analisis yang berkenaan dengan dan menendang bola 25.20, sedangkan pada
tingkat efisiensi dari segi waktu dan tenaga, pengukuran akhir (posttest) diperoleh rata
dapat disimpulkan bahwa produk ini kurang passing, 22.520, menggiring bola, 31.12, dan
efisien, artinya dalam menggunakanya diper- menendang bola 33.36. Hasil uji t antara pretes
lukan waktu dan tenaga dalam menyiapkan dan postes diperoleh sebagai berikut: passing
ruangan dan elektronik. Hasil evaluasi tentang bola t-tes 9.325/ p.000, menggiring bola t-tes
kejelasan produk, dapat disimpulkan bahwa 8.159/ p.000 dan menendang bola 26.864/
produk mempunyai tingkat kejelasan yang baik, p.000.
sehingga lebih mudah dipahami. Uji coba produk Hasil analisis statistik yang telah dipaparkan
ini dilakukan dengan jumlah ulangan yang lebih sebelumnya menunjukkan bahwa semua varia-
banyak, supaya validitas kurikulum hasilnya bel penelitian mempunyai peningkatan kete-
baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pe- rampilan setelah mengikuti pelatihan sepakbola
ngembangan produk ini merupakan solusi dengan pemberian KONAV.
yang tepat atas masalah yang dihadapi pelatih
dalam memilih dan menggunakank kurikulum
untuk meningkatkan keterampilan sepakbola. KESIMPULAN DAN SARAN
Ketidakpraktisan ini dengan alasan penggunaan Penelitian ini dimulai dengan analisis situasi,
persiapan sarana belajar membutuhkan waktu analisis masalah, analisis kebutuhan, rancangan
yang cukup lama, terutama mempersiapkan pengembangan, validasi, uji coba terbatas dan
ruangan dan media audio visual. Mengenai revisi. Dari analisis situasi dan permasalahan
tingkat efisiensi waktu 40% menjawab tidak ditemukan permasalahan yang sedang dialami
efisien dan 60% efisien. Dengan demikian dari siswa SSB baik yang disebabkan oleh faktor
data ini dapat disimpulkan bahwa diperlukan internal dan eksternal. Kebutuhan kurikulum
waktu dan tenaga untuk mempersiapkan sekolah sepakbola dengan pemberian konsep
pelaksanaan pelatihan dengan pemberian dan media audio visual, perlu diberikan kepada
konsep dan media audio visual ini. siswa SSB. Pemberian konsep sebelum latihan
Terkait biaya, penggunaan produk ini keterampilan bermanfaat menguatkan ingatan
membutuhkan biaya yang relative cukup besar terkait keterampilan yang akan dilaksanakan.
diawalnya akan tetapi selanjutnya lebih ringan. Materi pembelajaran yang diperoleh melalui
Keberagaman penilaian ini diduga disebabkan media penglihatan (media visual), dapat
oleh keberagaman pengalaman, kompetensi mempercepat daya serap peserta didik dalam
situasi dan kondisi di lapangan. Sejalan dengan memahami pelajaran keterampilan.
meningkatnya pengalaman dan kompetensi Hasil Desiminasi: Hasil analisis statistik
dalam menggunakan produk ini, diyakini akan menunjukkan bahwa semua variabel penelitian
mereduksi tingkat kesulitan yang muncul. mempunyai peningkatan keterampilan setelah
Menyangkut masalah tingkat kejelasan produk mengikuti pelatihan sepakbbola dengan pem-
untuk dipahami dapat disimpulkan bahwa berian KONAV.
produk ini mempunyai tingkat kejelasan yang
baik karena semua pelatih SSB menilainya
dengan pernyataan sangat jelas ataupun jelas, DAFTAR RUJUKAN
sehingga pengembangan kurikulum SSB dengan
Bloom, B. New World Encyclopedia from http://
memberikan konsep dan audio visual bisa
newworldencyclopedia.org/ entry/
dilakukan dan dilanjutkan untuk meningkat
Benjamin_diakses tanggal 13 Desember
keterampilan sepakbola.
2013.
Fitts, P.M. 1965. Perseptual Motor Skill Learning.
Pembahasan Hasil Desiminasi In Aw. Melton (Ed) Academic Press,
Hasil penelitian yang telah dilakukan me- Inc New York.
nunjukkan bahwa keterampilan sepakbola Gagne, R. M. 1985. The Conditions of Learning.
siswa SSB dari 25 orang setelah mengikuti New York:Holt Renehart and Winston.
Adi Sucipto & Budijanto, Pengembangan Model Kurikulum Sekolah Sepakbola (SSB) ... | 125

http://www.rimanews.com/ ni, Depdikbud, Ditjen Dikti Jakarta.


read/20110127/14252/novel-baru- Reigeluth, C. 1992. Elaborating the elaboration
tentang-sepakbola-anak theory. Educational Technology
Lutan, R. 2001, Pencarian Konsep dan Wilayah Ba- Research & Development, 40(3), 80-86.
tang Tubuh Ilmu Keolahragaan, Bandung, Sadiman, dkk. 1990. Media Pendidikan. Jakarta:
Pascasarjana UP. Rajawali.
Lutan, R. 1988. Berlajar Keterampilan Motorik. Scheunemann T., dkk. 2012. Kurikulum Sepakbola
Depdikbud, Ditjen Dikti Jakarta. Indonesia Untuk Usia Dini (U5-U12), Usia
Muhajir, 2011. Mata Pelajaran Pendidikan Jas- Muda (U13-U20) & Senior. Jakarta.
mani, Olahraga dan Kesehatan di Seko- Schmidt, R.A. 1982. Motor Control and Learning,
lah Menengah Pertama (SMP/MTs) Chompaign: Human Kinetics Publisher,
kelas VII. Inc.
Rahantoknam, B.E. 1988. Belajar Motorik, Teori Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
dan Aplikasinya dalam Pendidikan Jasma- Sistem Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai