Abstrak
ada. Hal ini mengingat bahwa adanya kecenderungan semakin kuatnya persaingan
antar wilayah dalam rangka menarik tourits, traders, dan investors (TTI) baik dari
dalam maupun luar negeri.
Secara umum, strategi pengembangan yang diterapkan dalam Rencana
Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Pemerintah Propinsi Jawa Timur maupun
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro masih menerapkan strategi yang bersifat sektoral
dan spasial. Sehingga dalam strategi ini tidak dijelaskan bagaimana pentingnya
analisis dan pemetakan terhadap pesaing dan pelanggan. Padahal pemasar kawasan
pariwisata perlu melakukan analisis dan pemetakan terhadap pesaing dan pelanggan.
Dimana analisis pesaing dan lingkungan persaingan dilakukan untuk memahami
arena persaingan antar kawasan pariwisata berikut berbagai kekuatan yang
memengaruhinya, mengetahui faktor-faktor yang menentukan kesuksesan dalam
bersaing, dan mengumpulkan informasi yang mendalam mengenai masing-masing
pesaing, yang akan digunakan untuk melakukan benchmarking dan merumuskan
keunggulan kompetitif suatu kawasan pariwisata.
Memasarkan suatu kawasan pariwisata daerah juga berarti mendesain suatu
kawasan agar mampu memenuhi dan memuaskan keinginan dan ekspektasi
pelanggannya. Siapa pelanggan suatu kawasan pariwisata daerah ? Yang pertama
tentu saja penduduk dan masyarakat daerah tersebut yang membutuhkan layanan
publik yang memadai. Kedua apa yang disebut TTI (trader, tourist, investor) baik
dari dalam maunpun luar daerah, Ketiga, talent (SDM berkualitas), developer
(pengembang), organizer (event organizer) – disingkat menjadi TDO – dan seluruh
pihak yang memiliki kontribusi dalam membangun keunggulan bersaing suatu
kawasan pariwisata.
Dalam konteks pengembangan kawasan pariwisata Kabupaten Bojonegoro
saat ini, pendekatan ini sangat penting karena hingga saat ini para pemasar di daerah
masih belum memiliki tool memadai yang dapat mereka gunakan untuk
membangun daya saing dan mengembangkan serta memasarkan kawasan
pariwisatanya ke pelanggan yang mereka bidik.
Mengingat hal tersebut, maka dalam penelitian ini, coba diajukan sebuah
pendekatan mengenai bagaimana strategi untuk memasarkan kawasan pariwisata
berpindahnya hak milik atas benda-benda dan jasa-jasa dan menimbulkan hak milik
atas benda-benda dan yang menimbulkan distribusi fisiknya”.
Disini pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan usaha yang tujukan
untuk merencanakan, memutuskan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli potensial.
Basu Swasta DH dan Irawan (1992) dalam bukunya, Manajemen Pemasaran
Modern mendefinisikan : “ Pemasaran adalah salah satu dari kegiatan pokok yang
dilakukan para pengusaha untuk mempertahankan kelnagsuungan hidup,
berkembang dan mendapatkan laba”.
Selanjutnya, market-ing dapat dipandang menurut tiga dimensi strategis:
Outlook, Architecture, dan Scorecard. Ini melibatkan tiga aktivitas strategis:
melaksanakan suatu kajian tentang lanskap bisnis dimasa mendatang; merancang
serta melaksanakan arsitektur bisnis melalui: segmentasi, targeting, positioning,
diferensiasi, marketing mix, selling, brand, service dan proses; semua unsur ini
disebut sebagai nine core elements of architecture ( sembilan unsur inti arsitektur).
Kesembilan unsur ini merupakan hal yang esensial bagi perusahaan manapun. Kita
tidak dapat mengabaikan yang manapun dari mereka. Secara bersama-sama, mereka
membentuk “grand design” dari perusahaan (Pemda) akhirnya menyeimbangkan
proposisi nilai bagi para stakeholder. (Philip Kotler, dkk, 2003).
Dalam skala yang lebih luas (global-cosmopolit orientation) pemerintah
daerah harus berupaya keras membangun kemampuan, inovasi, kapabilitas
operasional, dan jaringan berskala global sebagai jembatan bagi mereka untuk dapat
berpartisipasi dan mengambil keuntungan maksimal dari terbentuknya ekonomi
global.
a. Analisis Pesaing
1. Formulasi Keunggulan Bersaing
a. Tersedianya sumber daya manusia yang menguasai teknologi.
b. Jaminan kestabilan keamanan wilayah.
c. Mengakomodir kebutuhan para investor dalam berinvestasi.
d. Membangun infrastruktur komunikasi serta transportasi yang menunjang
empat sektor utama tersebut.
e. Memberikan kemudahan layanan perijinan berinvestasi.
Dari uraian diatas dapat diidentifikasikan empat besar pesaing kawasan
pariwisata Bojonegoro beserta keunggulan dan kelemahannya. Banyuwangi
ternyata menjadi pesaing utama karena memiliki banyak potensi wisata baik wisata
alam, budaya maupun wisata minat khusus. Di samping itu juga Banyuwangi
memiliki kedekatan dengan Bali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini.
Tabel. Empat Besar Kawasan Pariwisata Pesaing
Kawasan Keunggulan Kelemahan
Pariwisata
Pesaing
1. Banyuwangi Memiliki banyak potensi Kondisi alam pegunungan
wisata alam, budaya, dan dan laut yang
minat khusus. Lebih dekat membahayakan.
dengan Bali
2. Lamongan Memiliki banyak potensi Nuansa wisata lebih
wisata alam, dan minat mengandalkan nuansa laut.
khusus.
3. Malang Memiliki banyak potensi Kondisi kawasan pariwisata
wisata alam, dan minat yang ada terpencar-pencar.
khusus.
4. Tuban Memiliki banyak potensi Hanya mengandalkan poten
wisata alam (terutama gua) si wisata alam dan religi.
dan religi.
Sumber: data diolah 2015
b. Analisis Pelanggan
Pelanggan kawasan pariwisata dapat dibagi dua kelompok besar, yaitu
pelanggan utama (primary customers) yang mencakup pedagang , wisatawan,
penanam modal (TTI) dan pelanggan sekunder (secondary customers) yang
KekuatanPenggerak Perubahan
LingkunganEksternal KawasanPariwisataBojonegoro
FORCES OF CHANGE
TECHNOLOGY
• Akses informasi global yang semakin luas
• Perkembangan teknologi komputer
• Dev of web and internet technology
ECONOMY
SOCIAL-
KULTURAL
POLITIk- • Harapan yang besar
REGULASI terhadap pemulihan • Solidaritas sosial budaya
ekonomi masyarakat
• Dari otoriter ke demokratis • Tumbuhnya • Budi Pekerti dan Moral
• Dari sentralisasi ke Desentralisasi kepercayaan investor • Pandangan terhadap
• From “KKN” to “BTP” • Pertumbuhan ekonomi Kebendaan
• Penegakan hukum yang masih rendah. • Tanggung Jawab Sosial
• Gangguan Terhadap
Peninggalan Sejarah / Obyek
Wisata
TECHNO
SOC-
POL-
ECONOMY CULT
REG
MARKET
yang lebih bersifat ekonomis, seperti pengadopsian suatu strategi baru akan mudah
diimplementasikan. Akhirnya sosial-budaya suatu kawasan harus disesuaikan untuk
mendukung strategi baru itu supaya dapat menjamin keberhasilan implementasinya.
Mengacu pada proses tersebut, perubahan politik regulasi kerap muncul lebih
dahulu, yang diikuti dengan perubahan ekonomi serta perubahan sosial dan kultural
yang mennyertainya. Gerakan demokratisasi, misalnya, dapat mengkoordinasikan
(Coordination) suatu sistem ekonomi yang sama sekali baru, lebih terbuka dan lebih
transparan. Bagaimana sistem ekonomi ini berkembang selanjutnya akan
mempengaruhi proses sofistifikasi masyarakat.
Arus utana ketiga adalah “ interaksi timbal balik” antara kekuatan-kekuatan
teknologi dan sosial/kultural. Munculnya teknologi baru selalu mengakomodasi
(Accomadation) masyarakat untuk menuju pada hal yang lebih baik karena
teknologi baru membuat kehidupan lebih mudah dan lebih nyaman, yang pada
gilirannya akan secara efektif mengubah cara hidup masyarakat. Sementara
sebaliknya, gaya hidup masyarakat akan menginspirasi (Inspiration) perkembangan
teknologi-teknologi baru. Misalnya, munculnya e-commerce telah menawarkan dan
mengakomodasi suatu cara hidup alternatif bagi masyarakat. Orang sekarang dapat
berbelanja, melakukan transaksi perbankan, bahkan melakukan kunjungan wisata
dari komputer mereka.
Arus utama keempat adalah “ interaksi timbal balik “ antara kekuatan-
kekuatan politik regulasi dengan pasar. Perubahan dalam lingkungan politik dan
hukum selalu meredefinisi (Redefinition) dinamika pasar. Deregulasi perijinan dan
investasi, misalnya, mungkin akan mendorong terciptanya pasar-pasar baru serta
munculnya pemain-pemain baru.
Analisis lingkungan eksternal mencakup tiga elemen besar, yaitu analisis
perubahan (change), analisis pesaing (competitor), dan analisis pelanggan
(customer) yang dalam konteks kawasan pariwisata Bojonegoro adalah trader-
tourist-investor-talent-developer-organizer (TTI-TDO). Analisis lingkungan
ekstenal ini lebih lanjut dibagi menjadi lima aspek, yaitu analisis terhadap teknologi,
politik-regulasi, sosial-budaya, ekonomi, dan pasar. Sementara itu analisis
lingkungan internal mencakup analisis terhadap kondisi internal kawasan pariwisata
Bojonegoro yang mencakup antara lain core competence, kondisi keuangan, produk
unggulan, strength dan weakness kawasan pariwisata Bojonegoro dan sebagainya.
Dan dilanjutkan dengan uraian mengenai analisis TOWS (threat, opportunity,
strength, weakness). Dan yang terakhir dalam membangun dan mengembangkan
strategi Marketing Places kawasan pariwisata Bojonegoro adalah merumuskan
Strategic Place Triangle.
TECHNO
POL- SOC-
LEG ECONOMY CULT
VALUE DEMANDER
MARKET
CUSTOMER
Ancaman dan peluang yang datang dari lingkungan eksternal dan kekuatan
dan kelemahan yang datang dari faktor internal sudah dipetakan, selanjutnya
didapatkan gambaran mengenai posisi kita. Berdasarkan posisi itulah kita akan
dapat menyusun strategi umum yang akan dijalankan untuk memenangkan
persaingan. Hal ini dapat dilihat pada gambar di atas.
Strategic Place Triangle mencakup tiga hal kunci. Pertama adalah Strategi
yang mencakup Segmentasi-Targeting-Positioning. Kedua adalah Taktik yang
mencakup Diferensiasi-Marketing Mix-Selling. Dan ketiga adalah Value yang
mencakup Brand-Servis-Proses. Dari kesembilan elemen pemasaran tersebut, akan
didapatkan tiga komponen inti yaitu penetapan Positioning, pengembangan
Diferensiasi, dan upaya membangun Merek (Brand) daerah, yang sering disebut
“segitiga PDB” daerah.
Dalam kesembilan unsur diatas, terdapat suatu kaitan khusus antara brand,
positioning, dan differentiotion yang merupakan inti dari Strategic Place Triangle
dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Brand harus diposisikan dengan jelas dalam
benak pelanggan agar dapat memberikan identitas yang jelas. Positioning pada
hakikatnya merupakan sebuah “janji” dari kawasan pariwisata Bojonegoro kepada
pelanggannya.
Ketika Kawasan Pariwisata Bojonegoro memposisikan dirinya dalam benak
pelanggan sebagai “Datanglah ke Bojonegoro Setelah Bali”, maka sesungguhnya
ia menjanjikan kepada para pelanggan nya bahwa untuk dapat menikmati suasana
eksotis setelah Bali, Anda bisa datang ke Bojonegoro.
POSITIONING DIFERENSIASI
Datanglah ke Bojonegoro
Setelah Bali
one-stop-shopping
services
Pesona wisata yang
tak berakhir
Cantik alami
Peduduknya yang
“welcome”
BOJONEGORO Megah dan
MATOH mempesona
BRAND
KESIMPULAN
SARAN
Ada beberapa hal yang ingin peneliti sampaikan dalam saran ini yaitu :
1. Pendekatan yang selama ini digunakan adalah pendekatan sektoral dan spasial
dalam memasarkan potensi kawasan pariwisata Bojonegoro atau lebih bersifat
inward looking yaitu hanya melihat potensi yang dimiliki oleh kawasan itu, tapi
kurang memperhatikan sudut pemasaran itu sendiri (outward looking). Sehingga
pendekatan Strategi Pemasaran Wilayah (Marketing Places) dapat diterapkan
dalam mengembangkan kawasan pariwisata Bojonegoro.
DAFTAR PUSTAKA