Bab 11-1
Bab 11-1
Oleh :
Kelompok 7
1. Muliasari Indah (191510102036)
2. Ifan Maulana (191510102037)
3. M. Husnul Yaqin (191510102038)
4. Ahmad Sofyan (191510102039)
5. Mohammad Kharisul (191510102040)
1.1 Latar Belakang
Agroekologi yaitu kelompok-kelompok wilayah yang berdasar pada keadaan
lingkungan yang memiliki kesamaan, dengan keragaman dan hewan yang diharapkan
berbeda dan tidak nyata. Komponen utama agroekologi yaitu iklim, fisiografi serta
bentuk wilayah, dan tanah. Iklim merupakan kondisi rata-rata cuaca berdasarkan
waktu yang panjang dalam suatu wilayah tertentu dan tanah merupakan media utama
dalam kegiatan pertanian. Ketiga komponen itu bersatu dan menciptakan suatu
produk tertentu yang melimpah, berkualitas dan bermanfaat.
Iklim adalah perubahan yang paling berperan besar. Iklim ditinjau berdasarkan
pada faktor-faktor iklim utama yang berhubungan erat dengan keragaman tanaman
yaitu suhu dan kelembapan udara di suatu tempat tersebut. Iklim pada suatu tempat
yang ada di bumi dipengaruhi oleh geografis dan topografi dalam tempat tersebut.
Untuk daerah tropis seperti Indonesia, suhu dibagi menjadi panas yang biasanya
diperoleh pada ketinggian di bawah 700 m dan sejuk untuk wilayah dengan
ketinggian yang lebih tinggi sampai sekitar 2000 m di atas permukaan laut. Di
Indonesia juga dijumpai wilayah dengan rejim suhu yang dingin pada elevasi yang
lebih, tetapi tidak banyak diusahakan untuk pertanian.
Zona agroekologi adalah konsep wilayah yang didasarkan pada ilmu agroekologi
yang mencakup iklim, tanah dan topografi serta vegetasi lahan dalam aspek tanam-
tumbuh pada suatu lahan dan juga menghasilkan interaksi antara tanaman dengan
lahan tersebut pada kondisi dan suatu wilayah tertentu.
Zona agroekologi berkaitan dengan pola tanam dan lahan yang cocok untuk
melaksanakan kegiatan pertanian karena usaha pertanian juga sangat ditentukan oleh
bentuk wilayah dan jenis tanah, maka pengenalan mengenai hal ini perlu
dilaksan. Sehubungan dengan hal tersebut, diketahui bahwa Indonesia khususnya,
memiliki berbagai bentuk dan jenis tanah serta perwilayahan yang sangat luas, jika
tidak ada kecocokan antara lingkungan ini dengan budidaya yang akan dilakukan,
maka hasilnya tidak optimal dan pertanian Indonesia tidak akan segera
maju jika lahan dan keanekaragamannya tidak dikelola dengan tepat, sehingga
mengurangi efektifitas lahan dan tanaman.
Kondisi lahan yang baik lama kelamaan akan semakin banyak juga alternatif
dalam komoditas yang bisa dipilih untuk dikembangbiakkan. Dalam pemilihan
tanaman diusahakan dalam suatu lahan diperlukan data masukan tentang lereng,
tekstur, kemasaman, rejim kelembaban dan rejim suhu, dengan ketepatan data kita
dapat menentukan tanaman yang sesuai hingga meningkatkan produktifitas. Selain
itu, berkaitan juga dengan pemasaran produk yang tepat. Secara ekonomis,
penghasilan produk akan lebih baik jika tepat sasaran baik dalam wilayah maupun
konsumennya. Sehingga dibutuhkan informasi yang cukup dan akan dipelajari dalam
kegiatan praktikum ini yaitu analisis peta zona agroekologi.
Untuk daerah tropis seperti Indonesia, suhu dibagi menjadi panas yang biasanya
diperoleh pada ketinggian dibawah 700 m dan sejuk untuk wilayah dengan ketinggian
yang lebih tinggi sampai 2000 m di atas permukaan laut. Di Indonesia juga di jumpai
wilayah dengan rejim suhu yang dingin pada elevasi yang lebih, tetapi tidak banyak
di usahakan untuk pertanian. Kelembapan udara walaupun banyak di tentukan oleh
sebaran hujan, namun tidak hanya ditentukan berdasarkan sebaran hujan, tetapi lebih
ditekankan pada keadaan tanah. Daerah pelembahan yang banyak mendapat air dari
sekitarnya akan selalu basah walaupun curah hujanya sangat sedikit. Kelengasan
dibagi menjadi basah, lembab, agak kering, dan kering berdasarkan berapa lama
tanah sampai kedalam tertentu mengalami kekeringan dalam setahun.
Usaha pertanian juga sangat ditentukan oleh bentuk wilayah dan jenis tanah
Bentuk wilayah lebih mudah dinyatakan dengan besarnya lereng, dimana wilayah
dapat dikelompokan menjadi wilayah datar, berombak, bergelombang, berbukit, ta
bergunung dengan lereng yang semakin meningkat. Sifat-sifat tanah yang Sangat
menetukan dalam usha pertanian adalah selang kemasaman, selang tekstur dan
drainase.
1.2 Tujuan
1. Menyusun data dan informasi tentang keadaan biofisik dan sosial ekonomi di
suatu wilayah kedalam suatu sistem pangkalan data dan berbagai jenis peta
sehingga tersedia informasi yang terpadu dan memadai mengenai keadaan
lingungan di suatu wilayah.
2. Melakukan analisis tentang kesesuaian beberapa jenis tanaman/komoditas
pertanian penting serta kesesuaian teknologi disuatu wilayah.
3. Mengidentifikasi berbagai komoditas pertanian unggulan, spesifik lokasi, serta
mengidentifikasi kebutuhan teknologinya.
4. Memberikan masukan dalam rangka perencanaan, penelitian, pengkajian, dan
pengembangan komoditas unggulan spesifik lokasi.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
4.2 Pembahasan
Peta zona agroekologi memiliki banyak fungsi antara lain, untuk mengetahui
pola persebaran tanaman di suatu daerah. Sehingga, apabila suatu saat kita
membutuhkan tanaman untuk dikonsumsi kita dapat mudah menemukannya dengan
petunjuk peta ini. Peta ini juga berfungsi untuk memberikan gambar persebaran
keadaan jenis tanah, iklim, suhu di suatu daerah. Maka dari itu, kita dapat
merekomendasikan tanaman cocok ditanam didaerah tersebut dan teknologi yang di
butuhkan. Pada akhirnya menghasilkan produk yang unggulan, baik secara kualitas
dan kuantitas. Kita bisa menata penggunaan lahan melalui pengelompoan wilayah
berdasarkan kesamaan sifat dan kondisi wilayah dan juga berperan penting dalam
bidang pertanian karna bisa menentukan ataupun menetapkan area lahan pertanian
yang akan ditanami.
Zona 1 berdasarkan data diatas, memiliki jenis tanah oxisol. Tanah oxisol
adalah tanah yang berumur tua yang sudah mengalami pelapukan tingkat lanjut
sehingga mineral mudah lapuknya tinggal sedikit. Tanah ini memiliki kandungan liat
yang tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) nya rendah.
Besaran nilai KTK untuk tanah oxisol kurang dari 16 me/100g liat. Tanah oxisol juga
didominasi oleh mineral dengan aktivitas rendah, seperti kwarsa, kaolin, unsur hara
rendah, mengandung oksida-oksida besi dan oksida Al yang tinggi . Tanah berwarna
merah hingga kuning. Kondisi ini menyebabkan tanah oxsisol sering disebut tanah
merah.
Tanah ini memiliki sifat cepat mengeras bila berada di udara terbuka, Sering
disebut juga sebagai tanah laterit. Memiliki konsistensi gembur dengan stabilitas
agregat yang kuat. Kandungan mineral dan unsur hara yang rendah karena
mengalami pencucian dan pelapukan yang berlanjut. Terjadi penumpukan relatif
seskwioksida di dalam tanah akibat dari pencucian dari silikat tersebut. Kadar liat
dalam tanah lebih dari 60% sehingga berbentuk gumpal, gembur, serta warna tanah
seragam dengan batas-batas horison yang kabur.
Dalam pandangan umum, tanah oxisol tidak memiliki sifat fisik pembatas
pada pertumbuhan tanaman. Tanah ini telah mengalami perkembangan lanjut
sehingga memiliki tektur liat. Karena partikelnya yang bersifat sebagai tanah liat,
tanah ini membentuk agregat mikro yang sangat kuat sehingga sifat fisiknya
menyerupai pasir. Kandungan besi berfungsi sebagai pengikat dan perekat partikel
tanah sehingga tidak mudah hancur oleh erosi atau tetesan air hujan yang mengenai
permukaan tanah.
Serta pada suhu isohyperthermic yaitu pada ketinggian 0-700 m dpl serta
dengan rezim kebasahan ustic pada tipe iklim C3, D3, dan E. Rezim kelembaban
ustik adalah perantara antara rezim aridic dan rezim udic dan berlaku untuk tanah di
mana kelembaban hadir, tetapi terbatas, pada saat kondisi yang cocok untuk
pertumbuhan tanaman. Dengan data yang ada diatas, tanaman pangan yang
berpotensi adalah padi, hasil perkebunan yang berpotensi berupa kopi dan tebu, serta
dengan potensi ternak sapi dan kambing.
Zona 2 memiliki tanah, yang sama dengan tanah di zona 1, yaitu oxisol,
namun dengan suhu isothermic. Suhu isothermic dapat diduga dari ketinggian tempat
dari muka laut dengan ketinggian 700-1.500 m dpl, termasuk sejuk. Pada zona ini
juga memiliki rezim kebasahan ustic yang sama dengan zona 1. Dengan demikian,
potensi tanaman pangan berupa padi, potensi perkebunan berupa kopi dan tebu, serta
potensi ternak berupa sapi dan kambing.
Berdasarkan data pada praktikum tersebut diketahui bahwa jenis tanah yang ada
di Kabupaten Bondowoso, Kecamatan Krocok adalah jenis tanah oxisol yang
mempunyai kesuburan alami relative rendah. Dan ntuk memperbaiki sifat tanah ini
agar subur, dapat menggunakan cara pemupukan supaya dapat mengubah susunan
nutrisi dan mineral pada tanah yang kurang subur tersebut.
5.2 Saran
Dalam bidang pertanian, kita harus memperhatikan iklim, topografi dan jenis
tanah untuk melakukan penaman karena sangat berpengaruh baik dalam terhadap
produktivitas tanaman, pengaruh terhadap organisme pengganggu tanaman, dan
kondisi tanah.
DAFTAR PUSTAKA
http://journal.unpad.ac.id/soilrens/article/view/13342
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jisep/article/view/24188
http://ojs.unm.ac.id/ptp/article/view/5709
http://jrpb.unram.ac.id/index.php/jrpb/article/view/87
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jppp/article/view/7672