Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

MENGANALISIS PETA ZONA AGROEKOLOGI

Oleh :
Kelompok 7
1. Muliasari Indah (191510102036)
2. Ifan Maulana (191510102037)
3. M. Husnul Yaqin (191510102038)
4. Ahmad Sofyan (191510102039)
5. Mohammad Kharisul (191510102040)

PROGRAM STUDI AGROEKOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Agroekologi yaitu kelompok-kelompok wilayah yang berdasar pada keadaan
lingkungan yang memiliki kesamaan, dengan keragaman dan hewan yang diharapkan
berbeda dan tidak nyata. Komponen utama agroekologi yaitu iklim, fisiografi serta
bentuk wilayah, dan tanah. Iklim merupakan kondisi rata-rata cuaca berdasarkan
waktu yang panjang dalam suatu wilayah tertentu dan tanah merupakan media utama
dalam kegiatan pertanian. Ketiga komponen itu bersatu dan menciptakan suatu
produk tertentu yang melimpah, berkualitas dan bermanfaat.
Iklim adalah perubahan yang paling berperan besar. Iklim ditinjau berdasarkan
pada faktor-faktor iklim utama yang berhubungan erat dengan keragaman tanaman
yaitu suhu dan kelembapan udara di suatu tempat tersebut. Iklim pada suatu tempat
yang ada di bumi dipengaruhi oleh geografis dan topografi dalam tempat tersebut.
Untuk daerah tropis seperti Indonesia, suhu dibagi menjadi panas yang biasanya
diperoleh pada ketinggian di bawah 700 m dan sejuk untuk wilayah dengan
ketinggian yang lebih tinggi sampai sekitar 2000 m di atas permukaan laut. Di
Indonesia juga dijumpai wilayah dengan rejim suhu yang dingin pada elevasi yang
lebih, tetapi tidak banyak diusahakan untuk pertanian.
Zona agroekologi adalah konsep wilayah yang didasarkan pada ilmu agroekologi
yang mencakup iklim, tanah dan topografi serta vegetasi lahan dalam aspek tanam-
tumbuh pada suatu lahan dan juga menghasilkan interaksi antara tanaman dengan
lahan tersebut pada kondisi dan suatu wilayah tertentu.
Zona agroekologi berkaitan dengan pola tanam dan lahan yang cocok untuk
melaksanakan kegiatan pertanian karena usaha pertanian juga sangat ditentukan oleh
bentuk wilayah dan jenis tanah, maka pengenalan mengenai hal ini perlu
dilaksan. Sehubungan dengan hal tersebut, diketahui bahwa Indonesia khususnya,
memiliki berbagai bentuk dan jenis tanah serta perwilayahan yang sangat luas, jika
tidak ada kecocokan antara lingkungan ini dengan budidaya yang akan dilakukan,
maka hasilnya tidak optimal dan pertanian Indonesia tidak akan segera
maju jika lahan dan keanekaragamannya tidak dikelola dengan tepat, sehingga
mengurangi efektifitas lahan dan tanaman.
Kondisi lahan yang baik lama kelamaan akan semakin banyak juga alternatif
dalam komoditas yang bisa dipilih untuk dikembangbiakkan. Dalam pemilihan
tanaman diusahakan dalam suatu lahan diperlukan data masukan tentang lereng,
tekstur, kemasaman, rejim kelembaban dan rejim suhu, dengan ketepatan data kita
dapat menentukan tanaman yang sesuai hingga meningkatkan produktifitas. Selain
itu, berkaitan juga dengan pemasaran produk yang tepat. Secara ekonomis,
penghasilan produk akan lebih baik jika tepat sasaran baik dalam wilayah maupun
konsumennya. Sehingga dibutuhkan informasi yang cukup dan akan dipelajari dalam
kegiatan praktikum ini yaitu analisis peta zona agroekologi.
Untuk daerah tropis seperti Indonesia, suhu dibagi menjadi panas yang biasanya
diperoleh pada ketinggian dibawah 700 m dan sejuk untuk wilayah dengan ketinggian
yang lebih tinggi sampai 2000 m di atas permukaan laut. Di Indonesia juga di jumpai
wilayah dengan rejim suhu yang dingin pada elevasi yang lebih, tetapi tidak banyak
di usahakan untuk pertanian. Kelembapan udara walaupun banyak di tentukan oleh
sebaran hujan, namun tidak hanya ditentukan berdasarkan sebaran hujan, tetapi lebih
ditekankan pada keadaan tanah. Daerah pelembahan yang banyak mendapat air dari
sekitarnya akan selalu basah walaupun curah hujanya sangat sedikit. Kelengasan
dibagi menjadi basah, lembab, agak kering, dan kering berdasarkan berapa lama
tanah sampai kedalam tertentu mengalami kekeringan dalam setahun.
Usaha pertanian juga sangat ditentukan oleh bentuk wilayah dan jenis tanah
Bentuk wilayah lebih mudah dinyatakan dengan besarnya lereng, dimana wilayah
dapat dikelompokan menjadi wilayah datar, berombak, bergelombang, berbukit, ta
bergunung dengan lereng yang semakin meningkat. Sifat-sifat tanah yang Sangat
menetukan dalam usha pertanian adalah selang kemasaman, selang tekstur dan
drainase.

1.2  Tujuan
1. Menyusun data dan informasi tentang keadaan biofisik dan sosial ekonomi di
suatu wilayah kedalam suatu sistem pangkalan data dan berbagai jenis peta
sehingga tersedia informasi yang terpadu dan memadai mengenai keadaan
lingungan di suatu wilayah.
2. Melakukan analisis tentang kesesuaian beberapa jenis tanaman/komoditas
pertanian penting serta kesesuaian teknologi disuatu wilayah.
3. Mengidentifikasi berbagai komoditas pertanian unggulan, spesifik lokasi, serta
mengidentifikasi kebutuhan teknologinya.
4. Memberikan masukan dalam rangka perencanaan, penelitian, pengkajian, dan
pengembangan komoditas unggulan spesifik lokasi.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Zona Agroekologi merupakan suatu sistem evaluasi kesesuaian lahan yang


digunakan sebagai tahap awal untuk mengidentifikasi serta melihat wilayah yang
akan dikembangkan dengan membagi wilayahnya ke dalam zona-zona agroekologi
berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama, dimana parameter terdiri
dari lereng, iklim (rejim suhu dan rejim kelembaban) dan drainase.
Pengelasan zona berdasarkan kemiringan lereng sebagai faktor pembatas
utama yang dibagi menjadi empat kelas yaitu zona I, II, III dan IV. Terdapat juga
pengkelasan sub zona yang terdiri dari rejim kelembaban dan rejim suhu serta
drainase. Rejim kelembaban dibagi menjadi tiga kelas yaitu lembab, agak kering dan
kering. Rejim suhu dibagi menjadi dua kelas yaitu panas dan sejuk. Drainase dibagi
menjadi dua kelas yaitu baik dan buruk (Pusat Penelitian Ilmu Tanah dan Agroklimat,
1999).
Identifikasi kesesuaian lahan dapat dinilai berdasarkan karakteristik lahan,
diantaranya ialah temperatur, curah hujan, kedalaman perakaran, tekstur, pH, C-
organik, KTK dan DHL. Tanaman dapat tumbuh optimal pada daerah yang memiliki
curah hujan agak basah-sedang, dataran relatif rendah (kemiringan lereng tidak terlalu
curam), suhu panas dengan penyinaran matahari yang cukup, angin tidak terlalu
kencang, pH mendekati netral, drainase baik (tidak tergenang air), serta tanahnya
berlempung atau agak liat (Pusat Penelitian Tanah, 1983). (Apong S. Abraham S. dan
Ajeng DY., 2017)
Penerapan teknologi sistem usaha tani harus didasarkan pada kajian
penggunaan lahan. Salah satunya yakni kajian zona agroekologi untuk mendapatkan
pewilayahan komoditas pertanian yang disesuaikan pelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan sekitar. Sehingga dapat memberi informasi mengenai penggunaan lahan,
rekomendasi penggunaan pupuk pada suatu wilayah dan komoditas unggulan dan
mempermudah dalam melaksanakan kegiatan pertanian pada akhirnya menghasilkan
produk yang unggulan. (Astri Vandalia EN. Johan AR. Jaelani H., 2019)
Pendekatan kewilayahan dalam pembangunan daerah yang utuh dan terpadu
akan mampu mewujudkan efisiensi dan efektivitas fungsi perencanaan pembangunan
daerah. Pemanfaatan seoptimal mungkin potensi wilayah, sumberdaya lahan dan
aspirasi masyarakat setempat merupakan modal utama dalam melaksanakan
pembangunan daerah. Apabila pemilihan lahan atau komoditas unggulan yang akan
dikembangkan dapat dilakukan secara benar dan sesuai dengan tujuan program maka
pusat pertumbuhan yang akan menjadi andalan daerah dapat diwujudkan (Haeruman,
2000) (Ilham, Andi Nuddin, Andi Adam Malik., 2017)
Salah satu tantangan dalam pembangunan pertanian adalah adanya
kecenderungan menurunnya produktivitas lahan. Di sisi lain, sumberdaya alam terus
menurun sehinga perlu diupayakan untuk tetap menjaga kelestariannya. Demikian
pula dalam usaha tani padi, agar usaha tani padi dapat berkelanjutan, maka teknologi
yang diterapkan harus memperhatikan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial, sehingga agribisnis padi dapat terlanjutkan (Anonim2,
2009).
Suatu analisis perencanaan pertanian tidak akan terlepas dari faktorfaktor
yang mempengaruhinya, yang paling utama adalah lingkungan fisik (tanah dan
iklim), faktor tanah dipertimbangkan sebagai faktor yang dapat dimodifikasi dan
iklim merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Oleh karena itu, dalam suatu
perencanaan pertanian analisis lingkungan merupakan hal penting yang mendukung
keberhasilan perencanaan tersebut. (Fitriani RF. Sirajuddin HA. Asih P., 2018)
Berdasarkan pendekatan Zona Agro Ekologi (ZAE), sumber daya iklim dan
lahan di Maluku sangat sesuai untuk pengembangan cengkeh. Lahan yang tersedia
untuk pengembangan perkebunan, termasuk cengkeh, di Maluku mencapai 871.656
ha, yang tersebar di beberapa kabupaten (Susanto dan Bustaman 2006). Menurut
Suryana et al. (2005), secara biofisik hanya terdapat lima komoditas pertanian yang
dapat dikembangkan di Maluku, di antaranya cengkeh dengan luas lahan tersedia
259.040 ha.
Maluku memiliki keragaman sumber daya genetik cengkeh yang tinggi.
Penggolongan cengkeh berdasarkan morfologinya dibagi menjadi tiga, yaitu cengkeh
asli Maluku, cengkeh liar, dan cengkeh budidaya. Cengkeh asli Maluku antara lain
AFO, Tibobo, Tauro, Sibela, Indari, Air mata, Dokiri, dan Daun buntal. Cengkeh
budi daya terdiri atas empat jenis, yaitu Zanzibar, Siputih, Sikotok, dan Ambon.
Sementara cengkeh liar terdiri atas Raja, Amahusu, Haria Gunung, dan cengkeh
hutan bogor (Bustaman, S. 2011).
BAB III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara “Analisis Peta Zona Agroekologi”dilaksanakan pada hari
Selasa tanggal 17 September 2019 pukul 12.30-15.10 WIB di Ruang Kuliah 12,
Gedung Baru Fakultas Pertanian, Universitas Jember Kampus Bondowoso.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Spidol 3 warna
2. Penggaris
3.2.2 Bahan
1. Peta Jenis Tanah
2. Peta iklim
3. Peta topografi
4. Kertas Kalkir
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan peta jenis tanah, peta iklim dan peta topografi dengan skala
1:150.000 beserta data.
2. Dari peta-peta tersebut wilayah dapat dipilah-pilah dan dideliniasi berdasarkan:
a. Ketinggian yang mewakili rezim suhu yang terbagi atas rezim
isohyperthermic (ketinggian 0-700 m dpl), isothermic (ketinggian 700-1.500
m dpl) dan isomesic (ketinggian > 1.500 m dpl).
b. Iklim mewakili rezim kebasahan yang terbagi atas Perudic (lklim tipe A dan
B1 menurut klasifikasi Oldeman), Udic (iklim tipe B2, C2 dan D2), serta
Ustic (tipe iklim C3, D3 dan E).
c. Jenis tanah yang dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi FAO, misalnya
jenis tanah andisol, alfisol, entisol da oxisol.
3. Dengan menumpang tepatkan (overlay) peta wilayah berdasarkan jenis tanah
dengan peta rejim kebasahan dan peta rejim suhu maka diperoleh peta
agroekologi 1: 150.000 akan diperoleh Peta Zona Agroekologi. Dengan peta ini
dapat ditentukan jenis tanaman (meliputi tanaman leguminosa, hijauan pakan
ternak, serta peternakan) yang paling cocok tumbuh atau hidup di zona tersebut.
4. Melalui pencocokan peta administrasi dengan skala 1: 180.000 untuk
mendeleminasi batas-batas pemerintahab daerah (juridiction boundary) dengan
tujuan memadukan informasi biofisik dengan informasi mengenai sosial,
ekonomi, budaya dan sebagainya
BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Jenis Tanah


No. Jenis Tanah Tanaman Potensi
1. Oxisol Tanaman pangan Padi
Sayuran Bayam, kangkung
Buah bengkuang
Perkebunan Kopi,tebu,pisang
Jenis ternak Sapi, kambing

Tabel 2. Peta Potensi Tanaman Berdasarkan rezim suhu


No Jenis suhu Tanaman Potensi
.
1. Isohyperthermic Tanaman pangan Padi, Jagung, Ubi Jalar
Sayuran Buncis, Terong
Buah Srikaya, Pisang, Nangka,
Pepaya, kelapa
Perkebunan tebu, kopi, vanili, lada
Jenis ternak Sapi, kambing, kuda
2. Isothermic Tanaman pangan Padi, ubi kayu
Sayuran Cabai,kacang-kacangangan,
sawi, tomat
Buah Rambutan, salak, sawo
Perkebunan Kopi robusta, coklat, vanili
Jenis ternak Sapi, kambing

Tabel 3. Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Rezim Kebasahan


No. Jenis Tanaman Potensi
kebasahan
1. Ustic Tanaman pangan Kedelai
Sayuran Kacang Panjang
Buah Buah Naga
Perkebunan Tembakau, Tebu
Jenis ternak Sapi, kambing
Tabel 4. Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Zona Agroekologi
No. Zona Tanaman Potensi
1. Oxi.1.3 Tanaman pangan Padi
Sayuran -
Buah -
Perkebunan Kopi, Tebu
Jenis ternak Sapi, kambing
1. Oxi.2.3 Tanaman pangan Padi
Sayuran -
Buah -
Perkebunan Kopi, Tebu
Jenis ternak Sapi, Kambing

4.2 Pembahasan
Peta zona agroekologi memiliki banyak fungsi antara lain, untuk mengetahui
pola persebaran tanaman di suatu daerah. Sehingga, apabila suatu saat kita
membutuhkan tanaman untuk dikonsumsi kita dapat mudah menemukannya dengan
petunjuk peta ini. Peta ini juga berfungsi untuk memberikan gambar  persebaran
keadaan jenis tanah, iklim, suhu di suatu daerah. Maka dari itu, kita dapat
merekomendasikan tanaman cocok ditanam didaerah tersebut dan teknologi yang di
butuhkan. Pada akhirnya menghasilkan produk yang unggulan, baik secara kualitas
dan kuantitas. Kita bisa menata penggunaan lahan melalui pengelompoan wilayah
berdasarkan kesamaan sifat dan kondisi wilayah dan juga berperan penting dalam
bidang pertanian karna bisa menentukan ataupun menetapkan area lahan pertanian
yang akan ditanami.
Zona 1 berdasarkan data diatas, memiliki jenis tanah oxisol. Tanah oxisol
adalah tanah yang berumur tua yang sudah mengalami pelapukan tingkat lanjut
sehingga mineral mudah lapuknya tinggal sedikit. Tanah ini memiliki kandungan liat
yang tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) nya rendah.
Besaran nilai KTK untuk tanah oxisol kurang dari 16 me/100g liat. Tanah oxisol juga
didominasi oleh mineral dengan aktivitas rendah, seperti kwarsa, kaolin, unsur hara
rendah,  mengandung oksida-oksida besi dan oksida Al yang tinggi . Tanah berwarna
merah hingga kuning. Kondisi ini menyebabkan tanah oxsisol sering disebut tanah
merah.
Tanah ini memiliki sifat cepat mengeras bila berada di udara terbuka, Sering
disebut juga sebagai tanah laterit. Memiliki konsistensi gembur dengan stabilitas
agregat yang kuat. Kandungan mineral dan unsur hara yang rendah karena
mengalami pencucian dan pelapukan yang berlanjut. Terjadi penumpukan relatif
seskwioksida di dalam tanah akibat dari pencucian dari silikat tersebut. Kadar liat
dalam tanah lebih dari 60% sehingga berbentuk gumpal, gembur, serta warna tanah
seragam dengan batas-batas horison yang kabur.
Dalam pandangan umum, tanah oxisol tidak memiliki sifat fisik pembatas
pada pertumbuhan tanaman. Tanah ini telah mengalami perkembangan lanjut
sehingga memiliki tektur liat. Karena partikelnya yang bersifat sebagai tanah liat,
tanah ini membentuk agregat mikro yang sangat kuat sehingga sifat fisiknya
menyerupai pasir. Kandungan besi berfungsi sebagai pengikat dan perekat partikel
tanah sehingga tidak mudah hancur oleh erosi atau tetesan air hujan yang mengenai
permukaan tanah.
Serta pada suhu isohyperthermic yaitu pada ketinggian 0-700 m dpl serta
dengan rezim kebasahan ustic pada tipe iklim C3, D3, dan E. Rezim kelembaban
ustik adalah perantara antara rezim aridic dan rezim udic dan berlaku untuk tanah di
mana kelembaban hadir, tetapi terbatas, pada saat kondisi yang cocok untuk
pertumbuhan tanaman. Dengan data yang ada diatas, tanaman pangan yang
berpotensi adalah padi, hasil perkebunan yang berpotensi berupa kopi dan tebu, serta
dengan potensi ternak sapi dan kambing.
Zona 2 memiliki tanah, yang sama dengan tanah di zona 1, yaitu oxisol,
namun dengan suhu isothermic. Suhu isothermic dapat diduga dari ketinggian tempat
dari muka laut dengan ketinggian 700-1.500 m dpl, termasuk sejuk. Pada zona ini
juga memiliki rezim kebasahan ustic yang sama dengan zona 1. Dengan demikian,
potensi tanaman pangan berupa padi, potensi perkebunan berupa kopi dan tebu, serta
potensi ternak berupa sapi dan kambing.
Berdasarkan data pada praktikum tersebut diketahui bahwa jenis tanah yang ada
di Kabupaten Bondowoso, Kecamatan Krocok adalah jenis tanah oxisol yang
mempunyai kesuburan alami relative rendah. Dan ntuk memperbaiki sifat tanah ini
agar subur, dapat menggunakan cara pemupukan supaya dapat mengubah susunan
nutrisi dan mineral pada tanah yang kurang subur tersebut.

Menurut kelompok kami, Kecamatan Krocok, Kabupaten Bondowoso ini


cocok untuk ditanami padi, karena memiliki jenis tanah oxisol yang berumur tua dan
sudah mengalami pelapukan tingkat lanjut dan memiliki kandungan liat yang tinggi.
Tanah oxisol juga didominasi oleh mineral dengan aktivitas rendah dan memiliki
unsur hara rendah. Dan tanah ini juga memiliki sifat cepat mengeras bila berada di
udara terbuka serta memiliki konsistensi gembur yang tinggi.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari pembelajaran peta zona agroekologi
memiliki banyak fungsi antara lain, untuk mengetahui pola sebaran tanaman
dalam suatu daerah. Sehingga, apabila suatu saat kita membutuhkan tanaman
untuk dikonsumsi kita dapat mudah menemukannya dengan petunjuk peta ini.
Peta ini juga berfungsi untuk memberikan gambar  persebaran keadaan jenis
tanah, iklim, suhu, kelembapan di suatu daerah. Maka dari itu, kita dapat
merekomendasikan tanaman cocok ditanam didaerah tersebut.

5.2 Saran
Dalam bidang pertanian, kita harus memperhatikan iklim, topografi dan jenis
tanah untuk melakukan penaman karena sangat berpengaruh baik dalam terhadap
produktivitas tanaman, pengaruh terhadap organisme pengganggu tanaman, dan
kondisi tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Sandrawati, S. 2017. Identifikasi dan Kesesuaian Lahan Komoditas Mangga


Arumanis di Kabupaten Probolinggo. Bandung: Universitas Padjajaran
Naray, AVE. 2019. PEMANFAATAN LAHAN DI KECAMATAN RATAHAN,
KECAMATAN RATAHAN TIMUR DAN KECAMATAN PASAN
KABUPATEN MINAHASA TENGGARA BERDASARKAN ZONA
AGROEKOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS. Universitas Sam Ratulangi
Nuddin, A. 2017. ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM
PERWILAYAHAN KOMODITAS KAKAO DI KABUPATEN
ENREKANG. Kediri : Universitas Muhammadiyah Parepare
Fauzi, FR. 2018. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KOMODITAS
PADI DENGAN MEMANFAATKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS (SIG) DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH.
Universitas Mataram

Bustaman, S. 2011. POTENSI PENGEMBANGAN MINYAK DAUN


CENGKIH SEBAGAI KOMODITAS EKSPOR MALUKU. Bogor :
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

http://journal.unpad.ac.id/soilrens/article/view/13342

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jisep/article/view/24188

http://ojs.unm.ac.id/ptp/article/view/5709

http://jrpb.unram.ac.id/index.php/jrpb/article/view/87

http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/jppp/article/view/7672

Anda mungkin juga menyukai