0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan2 halaman
Kecamatan Sukaraja di Kabupaten Sukabumi memiliki tekanan penduduk yang tinggi akibat jumlah dan pertumbuhan penduduk petani yang terus meningkat, sementara luas dan kualitas lahan tidak berubah. Indeks tekanan penduduk Kecamatan Sukaraja mencapai 13,34, melampaui ambang batas. Tekanan penduduk tinggi dapat memengaruhi berbagai sektor pembangunan dan menurunkan kesejahteraan masy
Kecamatan Sukaraja di Kabupaten Sukabumi memiliki tekanan penduduk yang tinggi akibat jumlah dan pertumbuhan penduduk petani yang terus meningkat, sementara luas dan kualitas lahan tidak berubah. Indeks tekanan penduduk Kecamatan Sukaraja mencapai 13,34, melampaui ambang batas. Tekanan penduduk tinggi dapat memengaruhi berbagai sektor pembangunan dan menurunkan kesejahteraan masy
Kecamatan Sukaraja di Kabupaten Sukabumi memiliki tekanan penduduk yang tinggi akibat jumlah dan pertumbuhan penduduk petani yang terus meningkat, sementara luas dan kualitas lahan tidak berubah. Indeks tekanan penduduk Kecamatan Sukaraja mencapai 13,34, melampaui ambang batas. Tekanan penduduk tinggi dapat memengaruhi berbagai sektor pembangunan dan menurunkan kesejahteraan masy
Sukaraja, merupakan salah satu kecamatan yang memiliki jumlah penduduk tertinggi dari
47 kecamatan di Kabupaten Sukabumi, di samping Kecamatan lain, seperti Cibadak,
Palabuanratu dan Cisaat. Jumlah dan pertumbuhan penduduk petani yang terus meningkat, sementara di lain pihak luas dan kualitas lahan tidak berubah, dapat menyebabkan tingginya tekanan penduduk terhadap lahan. Tekanan penduduk merupakan daya yang menekan penduduk untuk memperluas lahan garapan, dan atau keluar dari daerah yang bersangkutan. Tekanan penduduk yang tinggi dapat menyebabkan areal hutan lindung akan terancam. Berdasarkan basis data skunder, dan dengan menghitung terlebih dahulu setiap komponen yang mempengaruhi ITP sesuai formula, diperoleh nilai ITP Kecamatan Sukaraja sebesar 13,34. Hal ini berarti bahwa menurut kalkulasi formula dengan menggunakan data skunder yang tersedia, besarnya ITP Sukaraja telah melampaui ambang batas. ITP kurang dari 1 masih dapat menampung, ITP sama dengan 1 kondisi tepat tanpa tekanan berarti, dan di atas 1 sudah tidak dapat menampung. ITP melebihi ambang batas dapat dilihat, bahkan dapat dirasakan pada gejala kepadatan penduduk agraris, kelebihan penduduk, mobilitas penduduk harian, serta kompetisi tinggi pemenuhan kebutuhan hidup yang ujungnya dapat dirasakan pada level kesejahteraan masyarakat. Tekanan penduduk yang tinggi dapat diantisipasi melalui berbagai kebijakan riil pembangunan, tetapi ketika sudah terjadi maka efek penyertanya harus diatasi secara serius dan lintas sektoral. Kalkulasi matematis formula, dimungkinkan belum terasa ada tekanan secara faktual dan signifikan. Namun demikian, hasil perhitungan melalui formula yang telah teruji secara akademik, kiranya dapat dijadikan sebagai acuan peringatan untuk menentukan berbagai langkah kebijakan bagi segenap pengambil keputusan, mengingat jumlah, partumbuhan serta tekanan penduduk terhadap lahan akan berdimensi majemuk terhadap berbagai sektor pembangunan, terutama indeks daya dukung lingkungan yang berujung pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Penduduk, merupakan objek sekaligus harus dijadikan subjek pembangunan. Jumlah, pertumbuhan, dan distribusi penduduk, serta variabel langsung maupun tidak langsung semestinya dapat dijadikan variabel penting dan terintegrasi dalam perencanaan pembangunan. Pengendalian laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Sukaraja tetap harus menjadi komitmen, sementara penciptaan lapangan kerja di luar sektor pertanian juga harus diupayakan, agar produktifitas masyarakat di luar sektor agraris mengalami peningkatan. Kedua, pada Provinsi Jawa Tengah mengalami tekanan penduduk yaitu nilai tekanan penduduk agraris >1 yang berarti hasil produksi pertanian tidak dapat mencukupi kebutuhan penduduknya dan Berdasarkan proyeksi yang telah dilakukan yaitu pada tahun 2010 sampai tahun 2020 nilai tekanan penduduk agraris Provinsi Jawa Tengah mengalami kenaikan yang pada tahun 2010 sebesar 1,5 naik 0,1 menjadi 1,6. Hasil tersebut berarti setiap per 10 tahun ke depan nilai tekanan penduduk Provinsi Jawa Tengah akan mengalami kenaikan sebesar (0,1). Variasi Tekanan Penduduk Provinsi Jawa Tengah mengalami ketimpangan antara klasifikasi yang berada pada TP=1, TP<1 dan TP>1, TP>1 jauh lebih besar yaitu 28 Kabupaten dan 3 kota selain Kota Surakarta, Kota Pekalongan, Kabupaten Kudus, dan Kota Semarang. Sehingga ini dapat berakibat tidak bisa terpenuhinya kebutuhan penduduk terutama dibidang hasil Pertanian yang dapat menjadikan terjadinya kelangkaan bahan makanan terutama padi. Ketiga yaitu pada Kecamatan Minggir dan Kecamatan Moyudan pada tahun 2000-2010 secara umum mengalami tekanan penduduk karena nilai TP > 1 dan daya dukung lingkungan di kedua kecamatan ini rendah DDL < 1. Hanya satu desa yang memiliki nilai berbeda dengan desa yang lain yaitu Desa Sendangmulyo. Desa Sendangmulyo memiliki nilai TP 0,36 dan DDL 2,78. Hubungan antara nilai tekanan penduduk dan nilai produktivitas di Kecamatan Minggir dan Kecamatan Moyudan tahun 2010 menunjukkan adanya hubungan positif yang dapat dilihat pada tabel 4.11. Semakin tinggi nilai TP maka nilai produktivitas akan semakin menurun begitu pula sebaliknya jika nilai TP semakin rendah maka semakin tinggi pula nilai produktivitas. Keempat, yaitu pada hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel dependen berpengaruh terhadap semua variabel independen. Vaerabel pertumbuhan penduduk berhubungan dengan degradasi lingkungan, kecuali ingkat kelahiran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tutupan hutan, ini sesuai dengan saran terhadap teori Malthus yang dikemukakan Pahari dan Sanurai (1999), dan penelitian Brush dan Turner, (1987), bahwa rusak hutan bukan hanya karena tuntutan konsumsi penduduk, tapi karena budaya, kekerabatan, lingkungan dan lain-lain. Hasil uji terhadap variabel alih fungsi lahan berhubungan dengan pertumbuhan penduduk, tapi interdepedensi variabel lemah. Terhadap ketahanan pangan dari hasil uji signifikansi , secara simultan pertumbuhan penduduk berhubungan dengan variabel ketersediaan pangan, kecuali tingkat kelahiran tidak berhubungan dengan ketersediaan pangan dan import pangan. variabel ketahanan energi, memperlihatkan variabel eksploitasi sumber daya alam berhubungan secara positif dengan tingkat kelahiran dan perpindahan penduduk secara signifikan. Kebijakan terhadap pertumbuhan penduduk harus menjadi persoalan serius dan prioritas untuk ditangani, karena sudah menjadi beban serius bagi pembangunan bekelanjutan. Ketidakpedulian ini akan berdampak buruk di masa depan, sehingga terjadi suatu keadaan “stationer state”. Pemerintah harus mengambil suatu kebijakan praktis terhadap penduduk, agar tidak mengancam pembangunan dimasa depan.