Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Mimbar Justitia

MASALAH RAWAN DALAM HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN


KONSEP NEGARA KESEJAHTERAAN INDONESIA
Ahmad Hunaeni Zulkarnaen
Dosen Program Magister Ilmu Hukum dan Dosen Fakultas Hukum
Universitas Suryakancana
E-mail: ahmadhunaeniz@unsur.ac.id

ABSTRAK
Sasaran pembangunan Indonesia berupaya mencapai stabilitas nasional, termasuk
stabilitas di bidang ekonomi, pencapaian stabilitas di bidang ekonomi nasional,
ditentukan oleh stabilitas di sektor produksi barang dan jasa, atau stabilitas di sektor
produksi barang dan jasa merupakan faktor pendukung yang dominan untuk suksesnya
program pembangunan nasional khususnya program pembangunan bidang ekonomi,
dan salah satu syarat untuk mewujudkan stabilitas di sektor produksi barang dan jasa
diperlukan kondisi hubungan industrial yang harmonis yang berdasarkan Pancasila
berupa terciptanya ketenangan kerja dan berusaha atau industrial peace, adalah suatu
kondisi yang dinamis di dalam hubungan kerja di perusahaan dimana terdapat 3 (tiga)
unsur penting: pertama hak dan kewajiban terjamin dilaksanakan, kedua apabila timbul
perselisihan dapat diselesaikan secara internal, ketiga mogok dan penutupan perusahaan
(lock-out) tidak perlu digunakan untuk memaksakan kehendak, karena perselisihan yang
terjadi telah dapat diselesaikan dengan baik. Pada kenyataannya untuk menciptakan
suatu hubungan industrial yang harmonis adalah tidak mudah, ada beberapa yang
menjadi faktor-faktor penyebabnya yaitu; faktor penyebab dari pihak pekerja/buruh,
faktor penyebab dari pihak pengusaha dan faktor penyebab dari pihak aparat
pemerintah.

Kata kunci: Masalah Rawan dalam Hubungan Industrial, Konsep Negara


Kesejahteraan Indonesia.

ABSTRACT
7KH ,QGRQHVLDQ¶V 'HYHORSPHQW JRDO LV WR DFKLHYH QDWLRQDO VWDELOLW\ LQFOXGLQJ
economical stability, the achievement of nationally economical stability, determined by
the stability in the sector of production of goods and services, or its stability in the
sector of production of goods and services is the supporting factor to the dominant of
national development programs especially economic development program. One of the
requirements to achieve stability in the sectoral production of goods and services is the
condition of harmonious industrial relations based on Pancasila in the form of peaceful
in working situation or industrial peace, is a dynamic condition in working, where there
3 (three) important elements: first the guarantee implementation on rights and
obligations; second, conflict can be resolved internally; third, strikes and lockouts
(lock-out) should not be used to impose willingness, because conflict could have been
resolved well. In fact, in creating a harmonious industrial relations is not easy, there
are some contributing factors such as; workers / laborers factor, employers factor, and
public administration factor.

Keywords: Industrial Relationship Problem, Indonesian Welfare State Concept

806
807

I. PENDAHULUAN QHJDUD ³PHPDMXNDQ NHVHMDKWHUDDQ


XPXP´
Indonesia adalah sebagai Negara
Selain sebagai negara kesejah-
Hukum, hal ini sebagaimana dinyatakan
teraan Indonesia juga sebagai negara
dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
hukum, maka semua alat perlengkapan
Dasar 1945 bahwa ³1HJDUD ,QGRQHVLD
dari negara, khususnya alat perlengkapan
DGDODK QHJDUD KXNXP´ Selain sebagai
dari pemerintahan dalam tindakan-
negara hukum juga sebagai negara
tindakannya baik tindakan alat
kesejahteraan (welfare state) sebagai-
perlengkapan pemerintahan terhadap
mana tertuang dalam pembukaan
rakyat, maupun tindakan antar alat
Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke 4
perlengkapan pemerintahan tersebut
(empat) bahwa Negara Indonesia selain
harus sesuai dengan hukum yang
bertugas menyelenggarakan pemerin-
berlaku, dan semua penduduk dalam
tahan juga berkewajiban menyeleng-
perhubungan kemasyarakatan harus
garakan kesejahteraan umum.
tunduk pada peraturan hukum yang
Sebagaimana tugas menyeleng-
berlaku.2 Identitas Indonesia sebagai
garakan kesejahteraan umum inilah,
negara hukum mempunyai pengertian
termasuk membenarkan negara turut
negara Indonesia harus berdiri
campur dalam bidang kehidupan
berdasarkan hukum, artinya semua
ketenagakerjaan. Status negara kesejah-
tindakan para penguasa negara maupun
teraan telah menjadi ciri dari semua
rakyat diatur oleh hukum.
negara yang mengaku sebagai negara
Konsekuensi Indonesia sebagai
hukum yang sering disebut juga dengan
negara kesejahteraan, negara harus ikut
istilah negara hukum modern, atau
campur dalam kehidupan rakyat,
negara hukum dalam arti kata luas, yaitu
termasuk ikut campur dalam bidang
tugas negara selain menyelenggarakan
ketenagakerjaan. Dampak campur
pemerintahannya juga berkewajiban
tangan negara dalam bidang ketenaga-
menyelenggarakan kesejahteraan umum
kerjaan membawa akibat terjadinya
(welfare state). Identitas Indonesia
suatu pergeseran dalam hukum
sebagai negara kesejahteraan telah
perburuhan atau hukum ketenagakerjaan,
dinyatakan dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, alinea 4 (empat)
2
yang antara lain menyatakan kewajiban Wiryono Projodikoro, Azas-azas Ilmu
Negara, cetakan ke-2, 1981, hlm. 37.

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


808

yaitu yang semula Hukum Perburuhan bagian-bagian yang satu sama lain
atau Hukum Ketenagakerjaan ini, hanya berhubungan dan kait mengait secara
merupakan aspek hukum perdata, eUDW XQWXN VDWX WXMXDQ´ 5
bergeser ke aspek hukum publik atau Pengertian sistem hubungan
Hukum Administrasi Negara.3 industrial menurut Suwarto adalah:
Sesuai identitas Indonesia sebagai ³6LVWHP KXEXngan yang terbentuk antara
negara hukum maka semua peraturan pelaku proses produksi barang dan/atau
ketenagakerjaan yang dikeluarkan oleh MDVD´ 6 Di bawah ini akan diuraikan
negara harus mengacu kepada Undang- beberapa pengertian tentang Hubungan
Undang Dasar 1945, antara lain pada Industrial dari beberapa sarjana,
Pasal 27 ayat (2), yang menyatakan diantaranya menurut Suprihanto:
³6HWLDS ZDUJa negara berhak atas
³+XEXQJDQ \DQJ PHPEDKDV
pekerjaan dan penghidupan yang layak seluruh aspek dan permasalahan
ekonomi, sosial, politik dan
EDJL NHPDQXVLDDQ´
budaya baik yang secara langsung
maupun tidak langsung yang
berkaitan dengan hubungan
II. PEMBAHASAN
pekerja/ buruh, pengusaha dan
pemerintah´.7
A. SISTEM HUBUNGAN
INDUSTRIAL INDONESIA Menurut Suwarto, memberikan
Menurut C.F.G. Sunaryati dua pengertian dalam mendefinisikan
Hartono sLVWHP DGDODK ³VHVXDWX \DQJ hubungan industrial:
terdiri dari sejumlah unsur atau ³Sistem hubungan yang terbentuk
komponen yang selalu pengaruh antara para pelaku proses produksi
barang dan/atau jasa, dimana pihak
mempengaruhi dan terkait satu sama lain buruh dan pihak pengusaha, adalah
ROHK VDWX DWDX EHEHUDSD DVDV´ 4 Menurut sebagai pihak yang secara fisik
terlibat langsung, sedangkan pihak
Sudikno Mertokusumo, memberikan pemerintah terlibat di dalam hal-
SHQJHUWLDQ VLVWHP DGDODK ³kesatuan utuh
dari tatanan-tatanan yang terdiri dari 5
Sudikno Mertokusumo dalam H.C.
Chaerudin, Politik Hukum Indonesia, Fakultas
Hukum UNSUR, 2003, hlm. 6.
3 6
Moh. Kusnadi H, Pengantar Hukum Tata Suwarto, Hubungan Industrial Dalam Praktik,
Negara Indonesia, Pusat Syudy HTN Fak. Asosiasi Hubungan Industrial Indonesia,
Hukum UI, Depok, 1976, hlm. 5 Jakarta, 2003, hlm. 1.
4 7
C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Sri Haryani, Hubungan Industrial di
Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Indonesia, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2002,
Alumni, Bandung, 1991, hlm. 56. hlm. 3.

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


809

hal tertentu secara tidak Undang-undang Nomor 13 Tahun


langsung´.8
2003 memberikan pengertian Hubungan
Sendjun H Manulang,
memberikan pengertian tentang Industrial, adalah:
Hubungan Industrial, adalah:
³Suatu sistem hubungan yang
³Hubungan industrial adalah terbentuk antara para pelaku dalam
sistem hubungan yang terbentuk proses produksi barang dan/atau
antara pelaku dalam proses jasa yang terdiri dari unsur
produksi barang dan/atau jasa pengusaha, pekerja/buruh, dan
(pekerja/ buruh, pengusaha dan pemerintah yang didasarkan pada
pemerintah) yang didasarkan atas nilai-nilai Pancasila dan Undang-
nilai-nilai yang merupakan Undang dasar Negara Republik
manifestasi dari keseluruhan sila- Indonesia Tahun 1954´.
sila dari Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 yang tumbuh Hubungan Industrial adalah sistem
dan berkembang diatas kepri-
badian bangsa dan kebudayaan hubungan yang terbentuk antara para
nasional Indonesia´. 9 pelaku dalam proses produksi barang
dan/atau jasa, yang terdiri dari unsur
H. Zainal Asikin, memberikan
pekerja/buruh, pengusaha, dan
pengertian atau definisi tentang
pemerintah, yang didasarkan kepada
Hubungan Industrial, adalah:
nilai-nilai dan hukum dasar suatu bangsa
³Hubungan Industrial, adalah
sistem hubungan yang terbentuk atau negara.
antara para pelaku dalam proses Menurut Abdul Khakim, dalam
produksi barang dan/atau jasa
(pekerja/buruh, pengusaha, dan bukunya ³3HQJDQWDU +XNXP Ketenaga-
pemerintah) yang didasarkan atas kerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-
nilai-nilai yang merupakan
manifestasi dari keseluruhan sila- Undang Nomor 7DKXQ ´
sila dari Pancasila dan Undang- memberikan pengertian hubungan
Undang Dasar 1945 yang tumbuh
dan berkembang di atas industrial lebih berdasarkan kepada teori
kepribadian bangsa dan kebuda- hubungan industrial Pancasila, yaitu:
yaan nasional Indonesia´. 10
³6XDWX VLVWHP \DQJ WHUEHQWXN
antara pelaku dalam proses
produksi barang dan jasa (pekerja,
pengusaha dan pemerintah) yang
8
didasarkan kepada nilai-nilai
Suwarto, Op.Cit. hlm 1.
9
Sendjun H. Manulang, Pokok-Pokok Hukum
Pancasila dan Undang-Undang
Ketenagakerjaan di Indonesia, Rineka Cipta, Dasar 1945, yang tumbuh dan
Jakarta, 1987, hlm. 145. berkembang di atas kepribadian
10
H. Zainal Asikin dkk., Dasar-Dasar Hukum
Perburuhan, PT RadjaGrafindo Persada,
Jakarta, 1993, hlm. 238.

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


810

bangsa dan kebudayaan Nasional perusahaan adalah wadah untuk


,QGRQHVLD´. 11
mengeksploitasi modal guna mendapat
Pengertian hubungan industrial keuntungan yang sebesar-besarnya dan
menurut Abdul Khakim ini sama untuk pemerintah perusahaan merupakan
dengan pengertian hubungan yang bagian dari kekuatan ekonomi yang
dirumuskan dalam Pasal 1 angka (16) menghasilkan barang atau jasa untuk
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 memenuhi kebutuhan masyarakat.12
tentang Ketenagakerjaan, yang
memberikan pengertian pada hubungan B. RUANG LINGKUP HUBUNGAN
industrial, adalah: INDUSTRIAL

³Sistem hubungan yang terbentuk Berdasarkan paparan di atas,


antara pelaku dalam suatu proses
produksi barang dan/atau jasa yang hubungan industrial adalah sistem
terdiri dari unsur-unsur pengusaha, hubungan yang terbentuk diantara para
pekerja/buruh, dan pemerintah
yang berdasarkan nilai-nilai pihak dalam suatu proses produksi
Pancasila dan Undang-Undang dan/atau jasa (pekerja/buruh, pengusaha,
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945´. pemerintah) yang berlandaskan asas-asas
atau nilai-nilai tertentu. Ruang lingkup
Upaya menciptakan hubungan
hubungan industrial menurut
industrial yang selaras, serasi, dan
Heidjrahman, adalah ³EDKZD KXEXQJDQ
harmonis, maka perlu dikembangkan
industrial secara garis besarnya
keseimbangan antara kepentingan
dibedakan menjadi dua, yaitu masalah
pekerja buruh, pengusaha, dan
man power marketing dan masalah man
pemimpin, karena ketiga komponen
power manDJHPHQW´ 13
tersebut mempunyai masing-masing
Ruang lingkup hubungan
kepentingan, yaitu: untuk pekerja/buruh
industrial, baik yang menyangkut
perusahaan merupakan tempat untuk
masalah man power marketing dan
bekerja sekaligus sebagai sumber
masalah man power management, pada
penghasilan dan penghidupan diri
hakekatnya akan selalu membahas
beserta keluarganya, untuk pengusaha
syarat-syarat kerja dengan segala

11 12
Abdul Khakim, Pengantar Hukum H. Zainal Asikin dkk., Dasar-dasar Hukum
Ketenagakerjaan Indonesia, Berdasarkan W Œ µŒµZ vUY K‰ ]šX hlm. 236.
13
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003,PT. Sri Haryani (ed), Hubungan Industrial di
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003. hlm 49. /v }v •] UY K‰ ]šX hlm. 3-4.

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


811

permasalahan dan pemecahannya. Istilah yang terikat dengan ketentuan syarat-


syarat-syarat kerja, terdiri dari istilah- syarat kerja, karena ketentuan hanya
istilah ³V\DUDW´ GDQ LVWLODK ³NHUMD´ GDQ menyangkut pekerja/buruh secara
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia individu (perorangan), maka dalam
DUWL GDUL ³V\DUDW´ DGDODK ³MDQML WXQWXWDQ penetapannya juga hanya melibatkan
DWDX SHUPLQWDDQ \DQJ KDUXV GLSHQXKL´ pekerja/buruh yang bersangkutan dengan
VHGDQJNDQ LVWLODK ³NHUMD´ DUWLQ\D DGDODK pihak pengusaha atau perusahaan, yang
³VHVXDWX \DQJ GLODNXNDQ XQWXk mencari selanjutnya disebut Individual
QDINDK´ Sebagaimana untuk memahami bargaining.16
lebih jauh tentang istilah syarat kerja kita Selain penentuan syarat-syarat
dapat menganalisa pendapat dari Sri kerja secara individu seperti di atas,
Haryani, mengenai ruang lingkup penentuan syarat-syarat kerja juga dapat
hubungan industrial.14 dikenakan secara kelompok, dalam hal
Berdasarkan paparan dari Sri ini, maka kelompok pekerja/buruh dalam
Haryani di atas, ruang lingkup penentuan syarat-syarat kerja bagi
hubungan industrial, yang menyangkut dirinya kepada wakilnya yaitu serikat
man power marketing (pemasaran tenaga pekerja/serikat buruh, penentuan syarat-
kerja), secara umum membahas syarat kerja ini disebut collective
penentuan syarat-syarat kerja yang akan bargaining. Sebagai konsekuensinya,
diterapkan dalam pelaksanaan ikatan para pekerja/buruh tersebut harus
kerja yang ada. Proses ini setelah menerima syarat-syarat kerja yang telah
pekerja/buruh dinyatakan diterima oleh disepakati oleh pihak pengusaha atau
pihak perusahaan. Penentuan syarat- perusahaan dengan wakil pekerja.17
syarat kerja ini dapat dilaksanakan oleh Jenis-jenis syarat kerja yang dimaksud di
pekerja/buruh secara individu maupun atas, misalnya jam kerja, hari kerja,
oleh wakil-wakil pekerja/buruh yang tempat kerja, upah, jaminan sosial, dan
tergabung dalam organisasi pekerja/ lain-lain.18
organisasi buruh.15 Sebagaimana yang dimaksud
Penentuan syarat-syarat kerja dengan man power management adalah
secara individu, hanya individu tersebut membahas pelaksanaan syarat-syarat

16
Ibid.
14 17
Ibid. Ibid.
15 18
Ibid Ibid.

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


812

kerja dan berbagai permasalahan serta mewakilkan kepada organisasi pekerja/


pemecahannya. Proses ini terjadi setelah organisasi buruh (labor relation).
pekerja/buruh bergabung dengan Sebagai konsekuensinya, para pekerja/
perusahaan. Pelaksanaan syarat-syarat buruh tersebut harus menerima
kerja dengan berbagai permasalahannya pelaksanaan syarat-syarat kerja, dan
dan pemecahannya dapat diterapkan pemecahan permasalahannya kepada
kepada pekerja/buruh secara individual serikat pekerja/ serikat buruh.21
maupun kepada keseluruhan pekerja/ Secara terperinci pelaksanaan
buruh melalui organisasi pekerja/ syarat-syarat kerja, permasalahan yang
organisasi buruh.19 dihadapi dan pemecahannya yang
Praktiknya pelaksanaan dan diwakilkan kepada serikat pekerja/
pemecahannya diterapkan secara serikat buruh akan meliputi: Penarikan
individu, dalam kasus seperti ini berarti tenaga kerja, pengembangan tenaga
menyangkut personal management, kerja, kompensasi, Integrasi, dan
karena hanya menyangkut pekerja/buruh pemeliharaan.
secara individu (perorangan), maka Indonesia menganut sistem
dalam penanganannya juga hanya hubungan industrial yang berdasarkan
melibatkan pekerja/buruh yang Pancasila, Hubungan industrial
bersangkutan dengan pihak pengusaha Pancasila, adalah sistem hubungan yang
atau perusahaan.20 terbentuk antara para pelaku dalam
Selain pelaksanaan syarat-syarat proses produksi barang dan jasa
kerja, penanganan permasalahan dan (pekerja, pengusaha, pemerintah) yang
pemecahannya secara individu seperti di didasarkan atas nilai-nilai yang
atas, hal itu juga dapat dilakukan secara merupakan manifestasi dari keseluruhan
berkelompok, melalui organisasi sila-sila dari Pancasila dan UUD 1945
pekerja/organisasi buruh. Dalam hal yang tumbuh dan berkembang di atas
seperti ini, maka kelompok pekerja kepribadian bangsa dan kebudayaan
tersebut akan mewakilkan pelaksanaan nasional Indonesia.22
syarat-syarat kerja, penanganan Pengertian di atas jelas bahwa
permasalahan dan pemecahannya yang hubungan industrial Pancasila meng-

21
Ibid.
19 22
Ibid. hlm 4-5. Sendjun. H. Manulang, Pokok-W}l}lYX Op
20
Ibid. hlm 5. Cit, hlm 145.

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


813

hendaki para pihak yang terlibat di 1945 dapat mengendalikan perilaku


dalamnya melakukan suatu tindakan apa setiap insan, yaitu menjadi insan-insan
pun harus sesuai dengan nilai Pancasila, berbudi baik, tertib, saling harga
atau jelasnya hubungan Industrial menghargai, saling membantu, saling isi
Pancasila adalah hubungan industrial mengisi, serta menjauhkan diri dari sifat-
yang dijiwai oleh kelima Pancasila sifat mementingkan diri sendiri,
berbunyi: 24 meremehkan insan lain, dan menekan
1. Suatu hubungan perburuhan yang dan/atau hendak memeras sesama insan
didasarkan atas asas Ketuhanan Yang lainnya.
Maha Esa;
2. Suatu hubungan perburuhan yang C. KONDISI KERJA (WORKING
didasarkan kemanusiaan yang adil CONDITION) SEBAGAI SYARAT
dan beradab; TERCIPTANYA HUBUNGAN
3. Suatu hubungan perburuhan yang di INDUSTRIAL YANG HARMONIS
dalamnya mengandung asas yang
Kondisi kerja (working condition)
mendorong ke arah Persatuan
sebagai salah satu syarat terwujudnya
Indonesia;
hubungan industrial Pancasila dan
4. Suatu hubungan perburuhan yang
berdasarkan UUD 1945, meliputi norma
didasarkan atas prinsip musyawarah
kerja (labour legislation) dan syarat
untuk mencapai mufakat;
kerja (term of employment).
5. Suatu hubungan perburuhan yang
mendorong ke arah terciptanya 1. Norma Kerja (Labour Legislation)

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Pengertian Norma Kerja (Labour


Indonesia.25 Legislation) adalah pengaturan hak dan

Nilai-nilai Pancasila akan dapat kewajiban bagi pekerja/buruh dan

menciptakan suasana dan lingkungan pengusaha atau pimpinan perusahaan

kerja yang baik, menyenangkan, tentram yang tertuang dalam peraturan

dan tertib, nilai-nilai Pancasila dan UUD perundang-undangan, bersifat imperatif,


sifat wajib dan serta bersifat makro
24
EX Djumiadji, dan Wiwoho Soedjono, dalam
H. Zainal Asikin dkk., Dasar-dasar Hukum
minimal, artinya tanpa kecuali mengikat
Perburuhan, PT RajaGrafindo Persada, Tahun semua perusahaan tanpa mempertim-
2004. hlm. 239.
25
H. Zainal Asikin dkk., Dasar-Dasar Hukum Y bangkan tempat, ukuran, jenis usaha,
Op Cit. hlm. 239.

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


814

sifat badan hukum, dan lain sebagainya adalah: perjanjian kerja, peraturan
dari perusahaan tersebut dengan standar perusahaan, perjanjian kerja bersama.
minimal, artinya bahwa perusahaan Jenis-jenis syarat kerja dimaksud,
dapat saja menerapkan standar yang seperti: uang makan, transport, bonus
lebih baik dari pada yang diatur di dalam pencapaian produksi, perumahan,
peraturan perundang-undangan yang koperasi, pekerja/buruh diberi
diatur secara internal perusahaan.26 kesempatan untuk memiliki saham
Adapun jenis-jenis norma kerja tersebut, perusahaan, koperasi pekerja, rekreasi,
adalah: Upah Minimum Kota atau dan lain-lain. Syarat terciptanya suatu
Kabupaten, BPJS Ketenagakerjaan, hubungan industrial yang berdasarkan
Keselamatan Kerja atau Sistem nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 yaitu
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan teraplikasinya norma kerja (labour
Kerja, Upah Lembur, dan lain-lain. legislation) dan syarat kerja (term of

2. Syarat Kerja (Term of Employment) employment) dalam suatu hubungan


kerja dalam suatu perusahaan.
Syarat kerja (term of employment)
yang sifatnya mikro kondisional adalah
D. NEGARA KESEJAHTERAAN
pengaturan hak dan kewajiban antara
DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
pekerja/buruh dan pengusaha yang
INDONESIA
belum diatur dalam peraturan
perundang-undangan, standar yang Perundangan hubungan industrial
diatur hanya berlaku bagi perusahaan dibuat pada hakekatnya selain bertujuan
secara individual sesuai dengan kondisi untuk memberikan perlindungan hukum
perusahaan yang bersangkutan.27 Mikro kepada pekerja/ buruh, juga untuk
dalam arti, diatur hanya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh
perusahaan tertentu secara individual, rakyat Indonesia, dalam hal ini untuk
kondisional dalam arti pengaturan mewujudkan kesejahteraan pengusaha,
disesuaikan dengan kondisi atau kesejahteraan pekerja/buruh dan
kemampuan perusahaan yang bersang- kesejahteraan masyarakat. Sasaran akhir
kutan, sedangkan bentuk syarat kerja ini dari sistem hukum hubungan industrial
adalah membuka atau memperluas
26
Suwarto, Hubungan Industrial Dalam lapangan kerja, mempertahankan,
PraktikUY K‰X it, hlm. 4. meningkatkan keberlangsungan
27
Ibid, hlm. 5.

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


815

pekerjaan dan mempertahankan, menurut Meier dan Baldwin dalam


meningkatkan pendapatan yang sudah bukunya ³Economics Development,
ada, atau dalam jangka panjang 7KHRU\ +LVWRU\ DQG 3ROLF\´:
bertujuan untuk meningkatkan pen- ³ Economic development is a
dapatan perkapita masyarakat Indonesia. process ZKHUHE\ DQ HFRQRP\¶V
real national income increase on a
Sejalan dengan itu Koko Kosidin long period of time. And if the rate
(almarhum) yang menyatakan, bahwa: of development is greater than rate
of population growth, then per
³Indonesia adalah suatu Negara capita real income will
Hukum dalam arti luas (negara LQFUHDVH´ 30
kesejahteraan) yang sangat mem-
perhatikan perlindungan hukum
Pembangunan ekonomi diartikan
bagi setiap warga negaranya, dan
sebagai negara kesejahteraan, VHEDJDL ³VXDWX SURVHV yang
Indonesia juga sangat
menyebabkan pendapatan perkapita
memperhatikan upaya-upaya ke
arah terciptanya kesejahteraan penduduk suatu masyarakat meningkat
rakyatnya´ 28
GDODP MDQJND SDQMDQJ´
Pengertian pembangunan ekonomi
Sejalan dengan pendapat Koko
tersebut mengandung tiga unsur.
Kosidin (almarhum), SF Marbun, dkk
1. Pembangunan ekonomi;
mengatakan bahwa ³WXJDV QHJDUD KXNXP
2. Usaha meningkatkan pendapatan
pada abad modern ini, menyeleng-
perkapita.
garakan kepentingan umum dan
3. Kenaikan pendapatan perkapita harus
NHVHMDKWHUDDQ UDN\DW VHFDUD ODQJVXQJ´.29
berlangsung dalam jangka panjang.31
Cara negara mewujudkan
kesejahteraan rakyatnya, yaitu dengan Tujuan akhir dari sistem hubungan
menyusun dan melaksanakan program industrial sangat mendukung terhadap
pembangunan nasional, termasuk negara pencapaian dari tujuan ekonomi
menyusun dan melaksanakan program nasional, tujuan sistem hubungan
pembangunan di bidang ekonomi. LQGXVWULDO DGDODK ³NHVHMDKWHUDDQ EDJL
Pengertian pembangunan ekonomi disini VHPXD SLKDN´ \DLWX XQWXN SLKDN

28
pengusaha berupa peningkatan
Koko Kosidin, Aspek-aspek Hukum dalam
Pemutusan Hubungan Kerja di Lingkungan
Perusahaan (Persero), Disertasi UNPAD,
30
Bandung, 1996, hlm. 13. ^µŒÇ v U ^Ekonomi Pembangunan
29
SF. Marbun dkk. (Pen) Dimensi-Dimensi Problematika dan Pendekatan_ W v Œ ]š
Pemikiran Hukum Administrasi Negara, Uli Salemba Empat, Jakarta. Tahun 2000. hlm. 3.
31
Press, Yogyakarta, hlm 64-65. Ibid.

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


816

produktivitas dan bagi pekerja/buruh berikut: bahwa semua pihak yang terlibat
berupa peningkatan kesejahteraan, dan langsung atau tidak langsung dalam
peningkatan ini harus dilakukan dari sistem hubungan industrial, baik itu
waktu kewaktu.32 Hal ini sejalan dengan pekerja/buruh, pengusaha maupun
pendapat dari beberapa sarjana tentang pemerintah, berkewajiban bekerjasama
pengertian dari sistem hubungan satu dengan yang lainnya dengan
industrial, seperti pengertian Hubungan melaksanakan fungsi dan tugasnya
Industrial dari Suprihanto yang masing-masing secara sebaik-baiknya,
menyatakan bahwa: ³+XEXQJDQ \DQJ untuk berupaya meningkatkan produk-
membahas seluruh aspek dan tivitas perusahaan dan kesejahteraan
permasalahan ekonomi, sosial, politik pekerja/buruh, demi mewujudkan tujuan
dan budaya baik yang secara langsung pembangunan ekonomi nasional
maupun tidak langsung yang berkaitan (pertumbuhan dan pemerataan), dalam
dengan hubungan pekerja, pengusaha rangka mencapai tujuan negara
GDQ SHPHULQWDK´.33 sebagaimana tertuang dalam pembukaan
Pengertian hubungan industrial Undang-Undang Dasar 1945, alinea 4
menurut Suwarto, adalah: (empat), yaitu mencapai kesejahteraan

³Suatu sistem hubungan yang umum.


terbentuk antara para pelaku dalam Pihak-pihak yang terlibat dalam
proses produksi barang dan/atau
jasa yang terdiri dari unsur-unsur sistem hubungan industrial, mempunyai
perusahaan, pekerja/buruh, dan posisi dan fungsi yang berbeda-beda,
pemerintah yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila dan Undang- yaitu ada pihak yang secara fisik terlibat
Undang Dasar Negara Republik langsung dan juga ada pihak yang secara
,QGRQHVLD WDKXQ ´.34
tidak langsung terlibat.
Kalau dikaitkan antara pengertian Kewajiban utama pemerintah
dan tujuan dari sistem hubungan dalam sistem hubungan industrial,
industrial dengan tujuan pembangunan adalah mengadakan pengaturan tentang
ekonomi nasional, kurang lebih sebagai sistem hubungan industrial. Pengaturan
32
^µÁ Œš}UY Op Cit, hlm. 14.
ini dimaksudkan agar pelaksanaan
33
Sri Haryani, Hubungan Industrial di hubungan industrial diantara pekerja/
Indonesia, Op.Cit, hlm 3.
34
Suwarto, Undang-undang Naker Indonesia, buruh dan pengusaha bisa berjalan serasi
ILO/ USA Declaration Project, Departemen
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Indonesia, dan seimbang, adil (harmonis). Fungsi
Jakarta, tahun 2003, hlm. 12.

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


817

pemerintah yang lainnya sebagai menyejahterakan rakyat Indonesia,


penegak hukum, dan penengah yang adil karena tugasnya ini pemerintah atau
dalam menyelesaikan perselisihan antara negara berwenang untuk ikut campur
pengusaha dengan pekerja/buruh demi dalam pengaturan dan pelaksanaan
menjaga kelangsungan dari suatu proses hubungan industrial di Indonesia.
produksi dan kepentingan yang lebih Maksud dari campur tangan pemerintah
luas, yaitu kelangsungan dan ini, adalah supaya pelaksanaan hubungan
keberlanjutan program pembangunan antara pekerja/buruh dengan pengusaha
ekonomi nasional. dapat berjalan secara serasi, seimbang
Korelasi antara sistem hubungan dan adil (harmonis), tetapi karena
industrial dengan tujuan pembangunan Indonesia selain sebagai negara
ekonomi, sama-sama ingin mewujudkan kesejahteraan, juga sebagai negara
tujuan negara sebagaimana tertuang hukum, maka campur tangan pemerintah
dalam pembukaan Undang-Undang dalam hubungan industrial tersebut,
Dasar 1945, artinya tujuan dari sistem harus didasarkan kepada peraturan
hubungan industrial (produktivitas dan undang-undang yang berlaku.35
kesejahteraan pekerja/buruh) adalah
sejalan dengan tujuan pembangunan E. DASAR HUKUM HUBUNGAN
ekonomi nasional (pertumbuhan dan INDUSTRIAL
pemerataan), yaitu tujuan produktivitas
Salah satu payung hukum yang
dalam sistem hubungan industrial adalah
mengatur tentang sistem hubungan
identik dengan tujuan pertumbuhan
industrial di Indonesia, adalah Undang-
dalam pembangunan ekonomi nasional.
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Tujuan kesejahteraan pekerja/buruh
Ketenagakerjaan, yang mana khusus
dalam sistem hubungan industrial,
untuk sistem hubungan industrial diatur
adalah identik dengan tujuan
dalam Pasal 102 dan Pasal 103.
peningkatan pendapatan per kapita atau
Peraturan perundangan tentang
pemerataan pada pembangunan ekonomi
pelaksanaan dari sistem hubungan
nasional.
industrial, tersebar diberbagai peraturan
Seperti telah dijelaskan di atas,
perundangan, baik peraturan
karena Indonesia sebagai negara
perundangan setingkat undang-undang,
kesejahteraan, tugas negara
35
^&X D Œ µv ~W v•UY Op Cit, hlm. 12.

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


818

atau peraturan perundangan yang pengusaha dengan pekerja/ buruh


atau serikat pekerja/ serikat buruh
dikeluarkan oleh pemerintah (Presiden,
karena adanya perselisihan menge-
Menteri). Peraturan perundangan ter- nai hak, perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungan
sebut lebih banyak mengatur mengenai
kerja dan perselisihan antara
hal-hal yang berkaitan dengan sarana- serikat pekerja/ serikat buruh
dalam satu perusahaan´. 36
sarana dan kondisi kerja (labour
condition) hubungan industrial, Pengertian perselisihan hubungan

peraturan perundangan tersebut misalnya industrial seperti yang telah dipaparkan

mengatur tentang: kebebasan berserikat di atas sama dengan pengertian

dan perlindungan hak untuk perselisihan hubungan industrial yang

berorganisasi, peraturan perusahaan dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 2

perundingan pembuatan perjanjian Tahun 2004 tentang Penyelesaian

perburuhan, pelaksanaan tata cara Perselisihan Hubungan Industrial, ialah

pembuatan kesepakatan kerja bersama, perbedaan pendapat yang mengakibatkan

petunjuk penyelesaian perselisihan pertentangan antara pengusaha atau

hubungan industrial dan pemutusan gabungan pengusaha dengan pekerja/

hubungan kerja di tingkat perusahaan buruh atau serikat pekerja/serikat buruh,

dan pemerataan dan lain-lain. karena ada perselisihan mengenai hak,

Tujuan lain dari peraturan sistem perselisihan kepentingan, perselisihan

hubungan industrial, adalah untuk mengenai pemutusan hubungan kerja

menciptakan hubungan industrial dan perselisihan antar serikat pekerja/

harmonis, mewujudkan ketenangan baik serikat buruh dalam satu perusahaan.

dalam bekerja, maupun ketenangan


dalam berusaha, dapat mencegah dan F. MASALAH RAWAN DALAM

menanggulangi perselisihan hubungan HUBUNGAN INDUSTRIAL

industrial. Telah dipaparkan di atas, sasaran


3HQJHUWLDQQ\D ³SHUVHOLVLKDQ pembangunan Indonesia berupaya
KXEXQJDQ LQGXVWULDO´ PHQXUXW 'HZDQ mencapai stabilitas nasional, termasuk
Pimpinan Pusat Ikatan Perantaraan stabilitas di bidang ekonomi. Pencapaian
Hubungan Industrial Indonesia, ialah: stabilitas di bidang ekonomi nasional,
³ Perbedaan pendapat yang meng- 36
Muzni Tambusai, Penyelesaian Perselisihan
akibatkan pertentangan antara Hubungan Industrial di Indonesia, DPP IPHII,
pengusaha atau gabungan Jakarta 2004, hlm. 11.

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


819

ditentukan oleh stabilitas di sektor yang baik, terbukti setelah bekerja


produksi barang dan jasa, atau stabilitas dalam waktu yang cukup lama
di sektor produksi barang dan jasa kondisinya tidak mengalami
merupakan faktor pendukung yang kemajuan yang berarti, bahkan
dominan untuk suksesnya program jenis pekerjaan yang dilakukan
pembangunan nasional khususnya sering tidak memerlukan tingkat
program pembangunan bidang ekonomi, pendidikan tersebut;
dan salah satu syarat untuk mewujudkan c. Adanya semangat kebersamaan/
stabilitas di sektor produksi barang dan solidaritas pekerja/buruh yang
jasa diperlukan kondisi hubungan tinggi karena merasa mempunyai
industrial yang harmonis yang nasib yang sama;
berdasarkan Pancasila. d. Adanya perasaan kesenjangan
Pada kenyataannya untuk sosial-ekonomi yang cukup tinggi
menciptakan suatu hubungan industrial antara tingkat pimpinan dan
yang harmonis yang berdasarkan pekerja/buruh pada umumnya di
Pancasila adalah tidak mudah, beberapa perusahaan;
faktor penyebabnya yaitu; penyebab dari e. Peningkatan kebutuhan pekerja/
pekerja/buruh, penyebab dari pengusaha buruh sebagai akibat kemajuan dan
dan penyebab pihak aparat pemerintah37 tuntutan konsumsi masyarakat
dan penyebab dari peraturan perundang- pada umumnya;
undangan (hukum acara) dalam f. Semakin tingginya kesadaran
penyelesaian perselisihan hubungan pekerja/buruh dalam menuntut hak
industrial. mereka, bahkan tuntutan juga
terjadi terhadap berbagai fasilitas
1. Dari Buruh/Pekerja
kesejahteraan yang sebenarnya
a. Tingkat pendidikan yang relatif
belum menjadi hak mereka;
rendah sehingga mudah
g. Pengaruh internasional yang
dipengaruhi tanpa adanya alasan
mengangkat masalah hak asasi
yang rasional;
manusia yang menjadi bagian
b. Bagi pekerja yang berpendidikan
kebebasan berserikat serta
relatif tinggi, misalnya SLTA
semangat demokrasisasi.38
merasa tidak memiliki masa depan

37 38
SuwartoY Op.Cit, hlm 85-86. Ibid

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


820

2. Dari Pengusaha c. Kurang kemampuan menjelaskan


a. Berbagai hak normatif pekerja/ berbagai prinsip hubungan
buruh tidak diberikan oleh industrial pada umumnya dan
pengusaha, sehingga memicu peraturan perundang-undangan
ketidakpuasan; ketenagakerjaan pada khususnya;
b. Masih banyak pengusaha yang d. Lemahnya dan tidak konsistennya
tidak memahami secara peraturan penegakan hukum.40
perundang-undangan, sehingga 4. Dari Peraturan Perundang-
juga tidak diterapkan secara baik; Undangan Tentang Penyelesaian
c. Program kesejahteraan pekerja/ Perselisihan Hubungan Industrial
buruh oleh sementara pengusaha Kenyataannya sistem penegakan
dianggap sebagai beban biaya; hukum dan pelaksanaan hukum
d. Memperlakukan pekerja/buruh hubungan industrial di Indonesia masih
sebagai alat produksi semata, dan jauh dari harapan, salah satu kelemahan-
kurang menghargai bahwa mereka nya adalah selain pada aspek penerapan
sebagai manusia dengan segala atau penegakannya juga pada peraturan
39
harkat dan martabatnya. perundang-undangan yang mengatur
3. Dari Pemerintah sistem hubungan industrial, yaitu
a. Sering tidak dapat melakukan beberapa peraturan perundang-undangan
tugas secara objektif, dan bahkan yang mengatur tentang penyelesaian
dalam menyelesaikan masalah perselisihan hubungan industrial belum
sering memihak; sesuai cita negara hukum Pancasila,
b. Kurangnya pemahaman secara yaitu hukum acara yang dipergunakan
mendalam terhadap berbagai oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun
peraturan perundang-undangan, 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
terutama pemahaman terhadap Hubungan Industrial adalah Reglemen
latar belakang filosofi diterbitkan- Indonesia yang diperbaharui (Het
nya peraturan perundang-undangan herzeine Indonesisch Reglement (HIR)
yang bersangkutan; Staatsblad 1941-44, Reglemen Acara
untuk luar Jawa dan Madura
(Rechtsreglement Buitenngewesten

39 40
Ibid. Ibid.

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


821

(Rbg), Staatsblad 1927: 227, dan berusaha dan bersaing dengan sedikit
Reglement op de bergerlijke sekali campur tangan pemerintah,
Rechtsvordering (Rv) terdapat dalam sehingga dalam praktiknya seringkali
Staatsblad. 1847-52 juncto Staatsblad. terjadi yang kuat (pengusaha) menekan
1849-63. Rv adalah Kitab Undang- yang lemah (pekerja/buruh). Tujuan
Undang Hukum Acara Perdata yang hukum menurut konsep liberalisme
berlaku untuk orang Belanda, sedangkan adalah melindungi kebebasan individu-
Kitab Undang-Undang Hukum Acara individu dalam masyarakat, berdasarkan
Perdata yang berlaku untuk orang paparan di atas tujuan hukum
Indonesia adalah HIR (untuk Jawa dan berdasarkan faham liberalisme tidak
Madura) dan Rbg (untuk luar Jawa dan sesuai dengan teori pengayoman dari
Madura).41 tujuan hukum yang dianut oleh sistem
HIR, Rbg dan Rv adalah sistem hukum hubungan industrial Indonesia
hukum acara perdata warisan kolonial yang berdasarkan Pancasila, teori
Belanda dengan paradigma sistem pengayoman mengajarkan yang kuat
hukum Eropa Kontinental yang (pihak pengusaha) harus melindungi
menganut falsafah individualism dengan yang lemah (pihak pekerja/buruh).
pola demokrasi liberal, ciri-ciri falsafah
individualisme dan demokrasi liberal III. PENUTUP
adalah: mengakui adanya perbedaan
Peraturan perundangan-undangan
kepentingan, kebebasan individu
hubungan industrial dibuat pada
menduduki tempat yang tertinggi,
hakekatnya selain bertujuan untuk
penyelesaian setiap perbedaan dilakukan
memberikan perlindungan hukum
dengan cara adu kekuatan termasuk
kepada pekerja/buruh, juga untuk
dalam penyelesaian perselisihan
mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh
hubungan industrial. Konsep kebebasan
rakyat Indonesia, dalam hal ini untuk
liberalisme di bidang ekonomi
mewujudkan kesejahteraan pengusaha,
menimbulkan kapitalisme, yaitu suatu
kesejahteraan pekerja/buruh dan
konsep yang memberikan kebebasan
kesejahteraan masyarakat. Sasaran akhir
kepada anggota masyarakat untuk
dari sistem hukum hubungan industrial
41
Munir Fuady, Arbitrase Nasional, Alternatif Indonesia adalah membuka atau
Penyelesaian Sengketa Bisnis, PT Citra Aditya
memperluas lapangan kerja, memper-
Bakti, Bandung, Tahun 2003, hlm. 27-28.

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


822

tahankan, meningkatkan keberlang- yang tumbuh dan berkembang di atas


sungan pekerjaan dan mempertahankan, kepribadian bangsa dan kebudayaan
meningkatkan pendapatan yang sudah nasional Indonesia.
ada, atau dalam jangka panjang Berdasarkan paparan di atas para
bertujuan untuk meningkatkan pen- pihak yang terlibat di dalam hubungan
dapatan perkapita masyarakat Indonesia industrial dalam melakukan suatu
Semua pihak yang terlibat dalam tindakan apa pun harus sesuai dengan
sistem hubungan industrial, baik itu lima nilai Pancasila, yaitu mengakui dan
pekerja/buruh, pengusaha maupun meyakini kerja sebagai pengabdian
pemerintah, berkewajiban bekerjasama manusia kepada Tuhan dan sesama
satu dengan yang lainnya dengan manusia, tidak menganggap buruh
melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai faktor produksi tetapi sebagai
masing-masing secara sebaik-baiknya manusia pribadi dengan segala harkat
dalam upaya meningkatkan produktivitas dan martabatnya, suatu hubungan yang di
perusahaan dan kesejahteraan pekerja/ dalamnya mengandung asas yang
buruh, demi mewujudkan tujuan mendorong ke arah persatuan Indonesia,
pembangunan ekonomi nasional tidak membedakan golongan, perbedaan
(pertumbuhan dan pemerataan), dalam keyakinan, politik, paham, aliran, suku,
rangka mencapai tujuan negara agama maupun kelamin, suatu hubungan
kesejahteraan Indonesia sebagaimana yang didasarkan atas prinsip
tertuang dalam pembukaan Undang- musyawarah untuk mencapai mufakat,
undang dasar 1945, alinea 4 (empat), berusaha menghilangkan perbedaan dan
yaitu mencapai kesejahteraan umum, mencari persamaan-persamaan ke arah
untuk itu Indonesia menganut sistem persatuan antara buruh dan pengusaha,
hubungan industrial yang berdasarkan suatu hubungan yang mendorong ke arah
Pancasila, suatu sistem hubungan yang terciptanya keadilan sosial bagi seluruh
terbentuk antara para pelaku dalam rakyat Indonesia. Atau menurut Suwarto
proses produksi barang dan jasa hubungan industrial yang harmonis atau
(pekerja, pengusaha, pemerintah) yang industrial peace, adalah suatu kondisi
didasarkan atas nilai-nilai yang yang dinamis di dalam hubungan kerja
merupakan manifestasi dari keseluruhan di perusahaan dimana terdapat 3 (tiga)
sila-sila dari Pancasila dan UUD 1945 unsur penting: pertama hak dan

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


823

kewajiban terjamin dilaksanakan, kedua peraturan perundang-undangan tentang


apabila timbul perselisihan dapat hukum acara penyelesaian perselisihan
diselesaikan secara internal, ketiga hubungan industrial yang diatur dalam
mogok dan penutupan perusahaan (lock- Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
out) tidak perlu digunakan untuk tentang Penyelesaian Perselisihan
memaksakan kehendak, karena Hubungan Industrial adalah Reglemen
perselisihan yang terjadi telah dapat Indonesia yang diperbaharui (Het
diselesaikan dengan baik herzeine Indonesisch Reglement (HIR),
Pada kenyataannya untuk Reglemen Acara untuk luar Jawa dan
menciptakan suatu hubungan industrial Madura (Rechtsreglement
yang harmonis atau industrial peace Buitenngewesten (Rbg), dan Reglement
yang dijiwai oleh lima nilai Pancasila op de bergerlijke Rechtsvordering (Rv)
adalah tidak mudah, sumber masalah sistem hukum acara perdata warisan
rawan dalam hubungan industrial yang kolonial Belanda dengan paradigma
harmonis atau industrial peace yang sistem hukum Eropa Kontinental yang
berdasarkan Pancasila adalah dapat menganut falsafah individualisme
berasal dari pekerja/buruh, dapat berasal dengan pola demokrasi liberal yang tidak
dari pengusaha, dapat berasal dari aparat sesuai.
pemerintah dan dapat berasal dari

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


824

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdul Khakim , Pengantar Hukum Sri Haryani, Hubungan Industrial di


Ketenagakerjaan Indonesia, Indonesia, UPP AMP YKPN,
Berdasarkan Undang-Undang Yogyakarta, 2002.
Nomor 13 Tahun 2003, PT. Citra
Aditya Bakti Bandung, 2003. Suryana, Ekonomi Pembangunan
Problematika dan Pendekatan,
C.F.G. Sunaryati Hartono Politik Hukum Salemba Empat, Jakarta, 2000.
Menuju Satu Sistem Hukum
Nasional, Alumni, Bandung, 1991. Suwarto Hubungan Industrial
Dalam Praktik, Asosiasi
H. Zainal Asikin dkk, Dasar-Dasar Hubungan Industrial Indonesia,
Hukum Perburuhan, PT Jakarta, 2003.
Radjagrafindo Persada, Jakarta
1993. _______, Undang-Undang Naker
Indonesia, ILO / USA Declaration
_____________, Dasar-Dasar Hukum Project, Departemen Ketenaga-
Perburuhan, PT RajaGrafindo kerjaan dan Transmigrasi
Persada, 2004. Indonesia, Jakarta, tahun 2003.

Moh. KusnadiH, Pengantar Hukum Tata Wiryono Projodikoro Azas-azas Ilmu


Negara Indonesia, Pusat Studi Negara, cetakan ke-2, Jakarta,
HTN Fak. Hukum UI, 1976. 1998.

Munir Fuady, Arbitrase Nasional,


Alternatif Penyelesaian Sengketa B. Peraturan Perundang-undangan
Bisnis, PT Citra Aditya Bakti,
Undang-Undang Dasar 1945.
Bandung, 2003.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Muzni Tambusai, Penyelesaian
tentang Ketenagakerjaan.
Perselisihan Hubungan Industrial
di Indonesia, DPP IPHII, Jakarta,
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
2004.
tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial.
Sendjun H. Manulang, Pokok-Pokok
Hukum Ketenagakerjaan di
Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta,
1987.
C. Jurnal, Artikel, Makalah, Majalah,
Koran, Internet, dan Lain-lain.
SF. Marbun dkk (Pen), Dimensi-Dimensi
Pemikiran Hukum Administrasi
Koko Kosidin, Aspek-aspek Hukum
Negara, Uli Press, Yogyakarta.
dalam Pemutusan Hubungan
Kerja di Lingkungan Perusahaan

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016


825

(Persero), Disertasi UNPAD, H.C. Chaerudin, Politik Hukum


Bandung, 1996. Indonesia, Diktat, Fakultas Hukum
UNSUR, 2003

Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai