Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“IMPLEMENTASI SHALAT DALAM KEHIDUPAN MANUSIA”

Disusun Oleh:
Kanun Khafidzt Fathonah Toreh
NIM: 20211028

Dosen Pengampu:
Dr. Suprijati Sarib, M. Si.

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI MANADO


Fakultas Syariah

2021/2022
BAB I
PEMBUKAAN

A.   Latar Belakang
Sering kali kita sebagai orang islam tidak mengetahui kewajiban kita sebagai mahluk yang
paling sempurna yaitu shalat, atau terkadang tau tentang kewajiban tapi tidak mengerti
terhadap apa yang dilakukan.
Dalam istilah lain, sholat adalah satu macam atau bentuk ibadah yang di wujudkan dengan
melakukan perbuatan-perbuatan tertentu di sertai ucapan-ucapan tertentu dan dengan syarat-
syarat tertentu pula. Istilah sholat ini tidak jauh berbeda dari arti yang digunakan oleh bahasa
di atas, karena di dalamnya mengandung do’a-do’a, baik yang berupa permohonan, rahmat,
ampunan dan lain sebagainya.
Adalah suatu kenyataan bahwa tak seorangpun yang sempurna, apalagi maha sempurna,
melainkan seseorang itu serba terbatas, sehingga dalam menempuh perjalanan hidupnya yang
sangat komplek itu, ia tidak akan luput dari kesulitan dan problema. Oleh karena itu kita
perlu mengetahui apa itu sholat, dan syarat rukunya.
Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat.
Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim
mukallaf baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat-shalat sunah.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Hadits Tarbawi?
2.      Agar siswa mengetahui definisi shalat?
3.      Agar Memahami Syarat-Syarat Shalat dan Rukun Shalat?
4.      Mengetahui Waktu Pelaksanaan Shalat?
5.      Manfaat Shalat berjamaah?

A.   Ruang Lingkup Materi


Pada pembuatan makalah ini, materi hanya dibatasi pada pengertian shalat dan manfaat shalat
yang meliputi definisi dan komponen yang terdapat pada hadits tarbawi yang berkaitan
dengan shalat.

BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Shalat
Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah shalat adalah suatu
perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir d an diakhiri dengan salam sesuai
dengan persyaratkan yang ada.
Secara lahiriyah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir
dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-
syarat yang telah ditentukan. Adapun secara hakikinya ialah” berhadapan hati (jiwa) kepada
Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa
kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya ”atau” mendahirkan hajat dan keperluan
kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-
duanya.[1]

B.   Syarat-Syarat Shalat dan Rukun Shalat


Syarat-syarat shalat adalah sesuatu hal yang harus di penuhi sebelum kita melaksanakan
shalat. Syarat Shalat di bagi menjadi 2 yaitu:
Ø  Syarat wajib Shalat adalah syarat yang wajib di penuhi dan tidak bisa di nego-nego lagi.
Seperti Islam, berakal dan tamziz atau baligh. suci dari haid dan nifas serta telah mendengar
ajakan dakwah islam.
Ø  Syarat sah shalat:
·         Suci dari dua hadas.
·         Suci dari najis yang berada pada pakaian, tubuh, dan tempat shalat.
·         Menutup aurot.
·         Aurat laki-laki yaitu baina surroh wa rukbah( antara pusar sampai lutut), sedangkan
aurot perempuan adalah jami’i  badaniha illa wajha wa kaffaien (semua anggota tubuh
kecuali wajah dan kedua telapak tangan).
·         Menghadap kiblat.
·         Mengerti kefarduan Shalat.
·         Tidak meyakini salah satu fardu dari beberapa fardu shalat sebagaisuatu sunnah.
·         Menjauhi hal-hal yang membatalkan Shalat.[2]

Rukun Shalat
Shalat mempunyai rukun-rukun yang harus dilakukan sesuai dengan aturan dan
ketentuannya, sehingga apabila tertinggal salah satu darinya, maka hakikat shalat tersebut
tidak mungkin tercapai dan shalat itu pun dianggap tidak sah menurut syara.
·         Niat.
·         Takbiratul Ihram.
·         Berdiri jika mampu.
·         Membaca al-Fatihah.
·         Ruku.
·         Sujud dua kali setiap raka'at.
·         Duduk antara dua sujud.
·         Membaca tasyahud akhir.
·         Duduk pada tasyahud akhir.
·         Shalawat kepada Nabi SAW setelah tasyahud akhir.
·         Duduk diwaktu membaca shalawat.
·         Memberi salam.
·         Tertib.[3]
Hadits diatas menjelaskan tentang syarat dan rukun shalat yang dapat dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari dalam bidang usaha atau kerja keras, suatu pekerjaan untuk mencapai
kesuksesan haruslah diawali dengan kerja keras, untuk mencapai kesuksesan haruslah ada
tahap-tahap yang harus dilewati satu persatu seperti syarat-syarat dan rukun shalat, tahap
demi tahap untuk menuju allah.

C.   Waktu Pelaksanaan Shalat


Kaum muslimin sepakat bahwa sholat lima waktu harus dikerjakan pada waktunya, dalilnya
adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
‫ َموْ قُوتًا‬ ‫ ِكتَابًا‬  َ‫ ْال ُم ْؤ ِمنِين‬ ‫ َعلَى‬ ‫َت‬
ْ ‫ َكان‬ َ‫صاَل ة‬
َّ ‫ال‬ ‫إِ َّن‬
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu/wajib yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman”. [ QS. An Nisa’ (4) : 103]

Berikut penjelasan waktu-waktu sholat.


1.      Sholat Zhuhur
Sholat zhuhur adalah sholat yang dikerjakan ketika waktu zhuhur telah masuk. Sholat zhuhur
disebut juga sholat Al Uulaa (‫ )األُوْ لَى‬karena sholat yang pertama kali dikerjakan Nabi
shollallahu ‘alaihi was sallam bersama Jibril ‘Alaihis salam. Disebut juga sholat Al Hijriyah (
ُ‫)الحجْ ِريَة‬.[
ِ 4]
‫ ْال َعصْ ُر‬ ‫ُر‬
ِ ‫يَحْ ض‬ ‫لَ ْم‬ ‫ َما‬ ‫ َكطُولِ ِه‬ ‫ال َّرج ُِل‬  ُّ‫ ِظل‬  َ‫ َو َكان‬  ُ‫ال َّش ْمس‬ ‫ت‬ ُّ  ‫ت‬
ِ َ‫زَ ال‬ ‫إِ َذا‬ ‫الظه ِْر‬ ُ ‫َو ْق‬

“Waktu Sholat Zhuhur adalah ketika telah tergelincir matahari (menuju arah tenggelamnya)
hingga bayangan seseorang sebagaimana tingginya selama belum masuk waktu ‘Ashar.[5]
2.      Sholat ‘Ashar
Jika panjang bayangan sesuatu telah semisal dengan tingginya (menurut pendapat jumhur
ulama). Dalilnya adalah hadits Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam,
ُ‫ال َّش ْمس‬ ‫تَصْ فَ َّر‬ ‫لَ ْم‬ ‫ َما‬ ‫ ْال َعصْ ِر‬ ‫ت‬
ُ ‫ َو َو ْق‬ ‫ ْال َعصْ ُر‬ ‫ُر‬
ِ ‫يَحْ ض‬ ‫لَ ْم‬ ‫ َما‬ ‫ َكطُولِ ِه‬ ‫ال َّر ُج ِل‬  ُّ‫ ِظل‬  َ‫ َو َكان‬  ُ‫ال َّش ْمس‬ ‫ت‬ ُّ  ‫ت‬
ِ َ‫زَ ال‬ ‫إِ َذا‬ ‫الظه ِْر‬ ُ ‫َو ْق‬

“Waktu Sholat Zhuhur adalah ketika telah tergelincir matahari (menuju arah tenggelamnya)
hingga bayangan seseorang sebagaimana tingginya selama belum masuk waktu ‘ashar dan
waktu ‘ashar masih tetap ada selama matahari belum menguning.[6]
3.      Sholat Maghrib
Kaum Muslimin sepakat awal waktu sholat maghrib adalah ketika matahari telah tenggelam
hingga matahari benar-benar tenggelam sempurna.
4.      Sholat ‘Isya’
‘Isya’ adalah sebuah nama untuk saat awal langit mulai gelap (setelah maghrib) hingga
sepertiga malam yang awal. Sholat ‘isya’ disebut demikian karena dikerjakan pada waktu
tersebut.
Para ulama sepakat bahwa awal waktu sholat ‘isya’ adalah jika telah hilang sinar merah di
langit.

5.      Sholat Shubuh/Fajar
Fajar secara bahasa berarti cahaya putih. Sholat fajar disebut juga sebagai sholat shubuh dan
sholat ghodah.
Fajar ada dua jenis yaitu fajar pertama (fajar kadzib) yang merupakan pancaran sinar putih
yang mencuat ka atas kemudian hilang dan setelah itu langit kembali gelap.
Fajar kedua adalah fajar shodiq yang merupakan cahaya putih yang memanjang di arah ufuk,
cahaya ini akan terus menerus menjadi lebih terang hingga terbit matahari.
Para ulama sepakat bahwa awal waktu sholat fajar dimulai sejak terbitnya fajar kedua/fajar
shodiq.[7]
Ayat ini sedikit banyak membahas tentang ketepatan waktu, dan kedisiplinan, artinya shalat
secara tidak langsung mengajari umat islam agar bisa menghargai waktu dan memanfaatkan
waktu dengan sebaik-baiknya secara disiplin.

D.  Manfaat Shalat
Manfaat shalat dibagi menjadi dua yaitu:
1.      Manfaat untuk diri sendiri.
Manfaat sholat sebenarnya bisa kita bahas dari beberapa segi, namun pada kesempatan kali
ini, saya akan menyampaikan manfaat sholat dari 2 segi saja, yaitu segi rohani dan segi
jasmani.
a)      Rohani
Manfaat dari segi rohani sudah di jelaskan dalam Al-Qur’an yaitu :
.‫إِ َّن‬ َ‫الصَّالة‬ ‫تَ ْنهَى‬ ‫ َع ِن‬ ‫ ْالفَحْ َشا ِء‬ ‫َو ْال ُم ْن َك ِر‬
 “Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar” (Q.S Al
Ankabuut : 45)
Jadi dapat kita simpulkan bahwa, dengan shalat kita dapat terhindar dari perbuatan keji lagi
mungkar yang otomatis dapat kita simpulkan bahwa sholat membuat hati, rohani dan
perbuatan kita menjadi baik.

b)      Jasmani
Manfaat dari segi jasmani tentu bagi kesehatan tubuh, dan di dalam sholat ada beberapa
gerakan yang sesungguhnya bermanfaat bagi tubuh kita, yaitu:
§  Takbiratul Ihram.

Gerakan ini bermanfaat untuk melancarkan aliran darah, getah bening (limfe), dan kekuatan
otot lengan. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada
tubuh bagian atas.

§  Ruku.
Gerakan ini bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi serta fungsi tulang belakang
(corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf. rukuk adalah sarana latihan bagi
kemih sehingga gangguan prostate dapat dicegah.
§  I’tidal.
Gerakan ini bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi organ-organ pencernaan dan memberi
efek melancarkan pencernaan.
§  Sujud.
Posisi sujud berguna untuk memompa getah bening ke bagian leher dan ketiak serta darah
yang mengandung kaya oksigen dari jantung ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir
seseorang. Khusus bagi wanita, baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi
kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
§  Duduk di antara sujud.
Posisi ini mampu menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan
penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarru’ sangat baik bagi pria sebab tumit menekan
aliran kandung kemih (uretra), kelenjar kelamin pria (prostate) dan saluran vas deferens. Jika
dilakukan dengan benar, posisi seperti ini mampu mencegah impotensi.
Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak
kita.

§  Salam.
Salam bermanfaat untuk bermanfaat untuk merelaksasikan otot sekitar leher dan kepala
menyempurnakan aliran darah di kepala sehingga mencegah sakit kepala serta menjaga
kekencangan kulit wajah.
Kenapa sholat harus 5 kali dalam sehari ? Menurut pendapat ilmuwan Cina :
§  Ada energi api akan keluar pada waktu jam 12.00 siang sampai sore, untuk mengobati
jantung dan ginjal itu .
§  Dalam gerakan sholat ashar adalah siklus dari panas ke dingin mereka menyebutnya terapi
kandung kemih. Secara alamiah gerakan ashar itu ternyata memisahkan zat-zat kimia dalam
tubuh kita.
§  Ada energi air yang keluar pada waktu jam 6 sore setelah terbenamnya matahari yang
mereka menyebutnya bahwa maghrib itu menterapi ginjal.
§  Gerakan isya yaitu setelah mega merah hilang, ini mereka menyebutnya sebagai terapi
yang mengurangi kelebihan energi. Ada energi kayu yang keluar pada waktu jam 11 malam,
dia yang menghancurkan racun-racun yang ada dibadan kita, dan menurut ilmuwan Cina
racun itu bakar kayu untuk membuang racun di otak.
§  Kemudian jam 02 pagi otak dibersihkan oleh energi kayu, dan selanjutnya Allah
menyediakan dan mengisinya untuk sholat tahajud pada waktu sepertiga malam. Ilmuwan di
Jerman melakukan penelitian Prof. Dr. Sholeh seorang guru besar Universitas Airlangga,
telah membuktikan bahwa tahadjud yang teratur dan disiplin akan mencegah kanker, stres
dan infeksi oleh sebab itu jika orang melakukan dengan teratur memiliki emosi yang positif.
Energi udara keluar pada jam 02 Jam 03 pagi energi logam yang menterapi kita.
§  Jam 06 pagi melakukan sholat dhuha untuk menterapi pencernaan.[8]

2.      Manfaat Kebersamaan.
‫ب َو ُم َح َّم ُد بْنُ ْال ُمثَنَّى قَااَل َح َّدثَنَا يَحْ يَى ع َْن ُعبَ ْي ِد هَّللا ِ قَا َل أَ ْخبَ َرنِي نَافِ ٌع ع َْن اب ِْن ُع َم َر‬
ٍ ْ‫و َح َّدثَنِي ُزهَ ْي ُر بْنُ َحر‬
َ ‫صاَل ةُ ال َّر ُج ِل فِي ْال َج َما َع ِة ت َِزي ُد َعلَى‬
َ‫صاَل تِ ِه َوحْ َدهُ َس ْبعًا َو ِع ْش ِرين‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
َ ‫ع َْن النَّبِ ِّي‬
Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Har dan Muhammad bin Al Mutsanna, katanya;
telah menceritakan kepada kami Yahya dari ‘Ubaidullah katanya; telah mengabarkan
kepadaku Nafi’ dariIbnu Umar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau
bersabda: “Shalatnya seseorang dengan berjama’ah melebihi shalatnya yang dikerjakan
secara sendiri sebanyak dua puluh tujuh derajat.” (HR. Muslim, hal.1039, Ahmad,hal .4441,
Nasa’I no.828) [9]

·         Rasa diperhatikan dan berarti.


Seseorang yang merasa tidak diperhatikan atau diacuhkan oleh keluarganya, masyarakat atau
lingkungan dimana ia berada sering mengalami gangguan atau goncangan jiwa. Bahkan tidak
sedikit dari mereka yang stress, depresi dan berakhir dengan bunuh diri. Pada shalat
berjamaah ada unsur-unsur rasa diperhatikan dan rasa berarti bagi diri seseorang. Beberapa
aspek pada dimensi ini antara lain:
Memilih dan menempati shaf. Dalam shalat sipa saja datang terlebih dahulu “berhak” untuk
menempati shaf atau barisan pertama atau terdepan. Dalam agama shaf terdepan dan sebelah
kanan merupakan shaf yang utama.
Setelah duduk maka para jamaah mempunyai kebiasaan untuk bersalaman dengan jamaah
yang berada di kanan dan kiri bahkan tidak jarang dengan sebelah depan dan sebelah
belakang. Hal ini menunjukkan bahwa ia mempunyai kedudukan yang sama dan berhak
untuk menyapa lingkungannya, sedang itu mungkin tidak ia temui dilingkungnnya.
Pada saat mengisi shaf dan meluruskan shaf, apabila shalat akan di mulai, maka imam akan
memeriksa barisan kemudian akan “memerintahkan” pada makmum untuk mengisi shaf yang
kosong dan merapatkan barisan. Hal ini juga tidak memperdulikan “siapa itu makmum”,kalau
ada shaf yang kosong harus segera di isi dan juga kalau kurang rapat harus di
rapatkan.Karena lurus dan rapatnya shaf merupakan faktor pendukung kesempurnaan shalat.
·         Perasaan kebersamaan
Menurut Djamaludin Ancok (1989) dan Utsman Najati (1985) aspek kebersamaan pada
shalat berjamaah menpunyai nilai terapyutik, dapat menghindarkan seseorang dari rasa
terisolir, terpencil, tidak dapat bergabung dalam kelompok, tidak diterima atau dilupakan.
Shalat yang dilakukan berjamaah juga mempunyai efek terapi kelompok (group terapy)
sehingga perasan cemas, terasing, takut, menjadi nothing atau nobody akan hilang.
·         Tidak ada juarak personal (personal Space)
Salah satu kesempurnan shalat berjamaah adalah lurus dan rapatnya barisan
(shaf) jamaahnya.Ini berarti tidak ada jarak personal antara jarak satu dengan yang lainnya.
Pada saat ini banyak orang yang merasa sepi di tempat yang ramai, merasa asing dengan
dirinya sendiri, merasa asing dengan rumahnya, merasa asing dengan anak atau istrinya, dan
sebagainya. Semakin jauh jarak personal seseorang berarti akan semakin tidak intim, dan ini
akan memungkinkan terjadinya kesepian, keterasingan (alianasi) pada diri seseorang. Kajian
mengenai jarak personal ini sudah banyak dilakukan pada psikologi lingkungan yang
membuktikan bahwa semakin asing seseorang pada orang lain berarti semakin lebar atau jauh
jarak personal. Sebaliknya jika semakin intim maka akan semakin dekat jarak personalnya.
Dalam shalat berjamaah jarak personal ini boleh dikata tidak ada, karena pada saat para
jamaah mendirikan shalat mereka harus rapat dan meluruskan barisan demi keutamaan shalat.
Masing-masing berusaha untuk mengurangi jarak personal, bahkan kepada mereka yang tidak
ia kenal, namun merasa ada sati ikatan yaitu “ikatan akidah (keyakinan)”.
·         Terapi lingkungan
Salah satu kesempurnaan shalat adalah dilakukan berjamaah dan lebih utama lagi dilakukan
di masjid. Masjid dalam Islam mempunyai peranan yang cukup besar, masjid bukan pusat
aktifitas beragama dalam arti sempit namun sebagai pusat aktivitas kegiatan umat. Sehingga
shalat di masjid ini mengandung unsur terapi lingkungan.
Oleh karena itu, lingkungan masjid diharapkan dapat sebagai salah satu alternatif. Di masjid
biasanya terdapat aktivitas remaja yaitu “Remaja Masjid”. Kegiatan inilah yang diharapkan
ikut memberikan andil terapi. Disamping itu masjid juga syarat dengan kegiatan baik itu
keagamaan maupun kegiatan sosial.
·         Pengalihan perhatian
Disamping efek terapeutis seperti yang disebutkan diatas, shalat berjamaah mengandung
unsur pengalihan perhatian. Pada saat ini orang disibukkan oleh berbagai macam kesibukkan
yang menyita pikiran, tenaga, dan perasaan, bahkan kadang-kadang kebutuhan fisik, misalnya
makan dan istirahat saja tidak sempat dilakukan. Dalam kondisi seperti ini maka seseorang
membutuhkan istirahat dan perubahan suasana. Hal ini juga sekaligusmenjadi penjelasan
kenapa ditempat tugas, misalnya kantor atau instansi perlu di adakan mutasi, rotasi, alih
tugas, mengubah suasana kerja dan sebagainya.
Melakukan shalat berjamaah di masjid atau musholah juga dapat diharapkan akan
mengalihkan perhatian seseorang dari kesibukkan yang sudah menyita segala energi yang ada
dalam diri seseorang dan kadang-kadang sebagai penyebab stress. Lingkungan masjid atau
musholah yang telah tertata dengan baik, tidak seperti dahulu lagi. Misalnya ada dekorasi
yang indah, taman yang nyaman, dilengkapi pengatur sirkulasi udara yang baik bahkan telah
dilengkapi dengan perpustakaan masjid.[10]

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Shalat merupakan kewajiban setiap muslim, karena hal ini di syariatkan oleh Allah SWT.
Terlepas dari itu. Tugas dari seorang muslim hanyalah melaksnakan shalat dari mulai baligh
sampai napas terakhir.
Setiap perintah Allah yang di berikan kepada umat islam tentunya memiliki faedah untuk
kaum muslimin sendiri, seperti halnya umat islam di perintahkan untuk melaksanakan shalat,
salah satu faedahnya yakni supaya umat islam selalu mengingat tuhannya dan senantiasa
meminta karunianya dan manfaat yang lain yakni bisa mendapatkan ampunan dari Allah
SWT.
Hal yang paling menonjol dari pembahasan diatas adalah, betapa banyaknya manfaat dari
shalat selain beribadah kepada Allah yaitu mengajarkan kepada umat islam agar menghargai
proses dari sebuah pekerjaan yang digambarkan dalam syarat dan rukun shalat, mengajarkan
tentang kedisiplinan yang digambarkan dalam waktu-waktu shalat, kesehatan yang
digambarkan dalam gerakat shalat, kebersamaan dan kekompakan yang dilakukan ketika
shalat berjamaah dirumah maupun di masjid. 

B.      Saran
Penulis menyadari bahwa dalam tugas mata kuliah ini masih banyak terdapat kekurangan
dalam tehnik penulisan, atau pengambilan buku/daftar pustaka, penulis minta maaf kepada
dosen mata kuliah ini agar dapat membuat makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ø  Abdul Hamid, M.Ag, Drs. Beni HMd Saebani, M.Si. Fiqh Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia,
2009).
Ø  Prof DR. Zakiah Dradjat, Ilmu Fiqh, (Yogyakarta;PT. Dana Bhakti Wakaf,1995) jilid 1.
Ø  Rasyid Sulaiman, Fiqh Islam, (PT. Sirnar Baru Algensido 1954).
Ø  Hadits riwayat Al Bukhori.
Ø  Hadits riwayat Muslim.
Ø  Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (PT. Sirnar Baru Algensido 1954).
Ø  https://fosti7.wordpress.com/2013/01/22/manfaat-sholat/.
Ø  https://alifaiunisda.wordpress.com/2008/10/15/dimensi-psikologis-shalat-berjamaah/.

Anda mungkin juga menyukai