Anda di halaman 1dari 7

6.

apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang megalami gagal
napas?
Pneumothorax tension (terjadi pada 3-5% pasien pneumothorax), dapat
mengakibatkan kegagalan respirasi akut, pio-pneumothorax, hidro-
pneumothorax/hemo-pneumothorax, henti jantung paru dan kematian
(sangat jarang terjadi); pneumomediastinum dan emfisema subkutan sebagai
akibat komplikasi pneumthorax spontan, biasanya karena pecahnya
esophagus atau bronkus, sehingga kelainan tersebut ditegakkan
(insidensinya sekitar 1%), pneumothorax simultan bilateral, insidensinya
sekitar 2%, pneumothorax kronik, bila tetap ada selama waktu lebih dari 3
bulan, insidensinya sekitar 5%
A. TENSION PNEUMOTHORAX
Komplikasi ini terjadi karena tekanan dalam rongga pleura meningkat
sehingga paru mengempis lebih hebat, mediastinum tergeser ke sisi lain dan
mempengaruhi aliran darah vena ke atrium kanan.

Tension pneumothorax terjadi pada 3-5% penderita dengan


pneumotoraks. Tekanan udara yang terdapat pada tension pneumosthorax
adalah + 10 s/d 25 cmH2O. Nilai ini jelas berbeda dengan tekanan
subatmosfiryang biasanya terdapat pada pneumotoraks biasa.

Pada tension pneumothorax tekanan positif dalam rongga pleura


menetap karena adanya mekanisme check valve selama inspirasi dan
ekspirasi (terbanyak inspirasi). Bila penderita melakukan inspirasi dalam
udara masuk dalam rongga pleura tapi check valve mencegah udara
tersebut keluar lagi, sehingga paru makin mengempis.

Terlihat penderita dispnea dan takipnea, trakea terdorong ke sisi yang


lain. Perkusi dada sisi yang sakit timpani dan suara nafas menghilang.
Letak jantung juga ikut terdorong, pembuluh pena melebar dan aliran balik
darah vena menurun, tekanan darah menurun dan tekanan nadi mengecil.
Pada foto sinar tembus dada terlihat mediastinum terdorong dan
diafragma pada sisi sakit tertekan ke bawah.

Pengobatan adalah segera melakukan dekompresi dengan jarum,


kateter kecil atau pipa interkostal dan hubungkan dengan watersealed
drainage.

B. PIO-PNEUMOTHORAX
Pio-pneumotoraks berarti terdapatnya pneumotoraks disertai empiema
secara bersamaan pada satu sisi paru. lnfeksinya berasal dari mikro-
organisme yang membentuk gas atau dari robekan septik jaringan paru atau
esofagus ke arah rongga pleura. Kebanyakan adalah dari robekan abses
subpleura dan sering membuat fistula bronko-pleura. Jenis kuman yang
sering terdapat adalah: Stafilokokus aureus, Pseudomonas, Klebsiella, M.
tuberkulosis dll.
Pengobatannya adalah dengan memasang pipa torakostomi dan
mengalirkan keluar cairan pus dan udara dari rongga pleura supaya paru
dapat mengembang kembali, diberikan juga antibiotik yang adekuat secara
sistemik. Kadang-kadang perlu juga pembilasan rongga pleura dengan
cairan antiseptik dan pemberian antibiotik secara lokal ke dalam pleura.
Kadang-kadang terjadi empiema kronik dan kemudian paru-paru
dilapisi fibrin tebal dan terdapat pula fistula bronko-pleura, sehingga paru-
paru tetap tidak bisa mengembang walaupun sudah dipasang water sealed
drainage.
Dalam hal ini dapat dilakukan beberapa tindakan seperti :
a. Bila ruang pneumotoraksnya relatif kecil, sekali waktu akan terjadi
penempelan jaringan paru dengan dinding dada, dan paru-paru
tidak mengempis walaupun tekanan intra pleura sama dengan
tekanan udara luar (1 atmosfir). Dalam keadaan begini pipa
interkostal dapat dikunci (jangan dicabut karena masih diperlukan
untuk pengaliran pus) dan tidak dihubungkan dengan alat WSD.
Ruang pneumotoraks umumnya akan menutup dengan
terbentuknya jaringan granulasi dan rongga pleura jadi mengecil.
Pipa interkostal secara bertahap ditarik keluar sampai lepas.
Penyembuhan sempurna cara ini makan waktu lama (bulanan
sampai tahunan).
b.  Bila ruang pneumotoraksnya agak besar (misal pada
piopneumotoraks post pneumektomi) diperlukan drainase yang
agak permanen. Biasanya iga dekat ruang pneumotoraks direseksi
beberapa sentimeter dan dibuatkan flap Eloesser, sehingga
pengaliran pus keluar jadi lebih lancar.
c. Ruang pneumotoraks (rongga pleura) dapat didempetkan dengan
membebaskan jaringan paru dari lapisan permukaannya, sehingga
pengembangannya lebih mudah. Cara ini dinamakan dekortikasi
dan cukup banyak dilakukan.
d. Bila penyebab pio-pneumotoraksnya adalah jaringan paru sendiri
seperti empiema tuberkulosis dan paru tetap tidak mau
mengembang bahkan setelah lapisan permuksaannya dibersihkan,
ruang pneumotoraks masih dapat dihilangkan dengan operasi
torakoplasti yakni dengan mengempiskan dinding dada. Dinding
dada dikempiskan ke dalam dengan memotong beberapa iga.
Jumlah iga yang dipotong tergantung dari besarnya ruang
pneumotoraks yang terjadi. Torakoplasti ini kurang begitu
disenangi karena efeknya membuat fungsi paru makin menurun
dan bentuk dada secara kosmetik menjadi kurang bagus.
C. HIDRO/HEMOPNEUMOTHORAX
Pada lebih kurang 25% penderita pneumotoraks ditemukan juga
sedikit cairan dalam pleuranya. Cairan biasanya bersifat serosa,
serosanguinea atau kemerahan (darah). Jika pneumotoraks baru saja
terjadi, hendaknya segera ditentukan apakah terjadi juga hidrotoraks.
Untuk itu perlu dilakukan tindakan torakosentesis. Hidrotoraks dapat
timbul dengan cepat setelah terjadinya pneumotoraks pada kasus-kasus
trauma/perdarahan intra pleura atau perforasi esophagus (cairan lambung
masuk ke dalam rongga pleura).
Bila terjadi hemo-pneumotoraks, pemasangan pipa interkostal tetap
dipertahankan untuk mengembangkan paru dan mengukur jumlah darah
yang hilang. Pada pneumotoraks spontan perdarahan terjadi karena
robeknya bagian perlengketan (adhesi) antarapleura viseralis dan
parietalis.
Pada pneumotoraks traumatik, perdarahan terjadi pada dinding
dada (jarang) dan jaringan paru (lebih sering). Sesudah paru-paru kembali
mengembang, biasanya perdarahan intra pleura akan segera berhenti.
Tetapi bila tetap berlanjut setelah dilakukan terapi konservatif, perlu
dipertimbangkan operasi torakotomi untuk mengikat pembuluh darah yang
bocor.
D. PNEUMOMEDIASTINUM & EMFISEMA SUBKUTAN
Adanya pneumomediastinum dapat ditentukan dengan
pemeriksaan foto dada. Insidensinya adalah 1% dari seluruh
pneumotoraks. Kelainan ini dimulai dari robeknya alveoli kedalam
jaringan interstisium paru dan kemudian diikuti oleh pergerakan udara
yang progresif ke arah mediastinum (menimbulkan pneumomediastinum)
dan ke arah lapisan fasia otot-otot leher (menimbulkan emfisem subkutan).
Pneumomediastinum jarang menunjukkan kelainan klinis, walau
secara potensial ia dapat menyebabkan tamponade saluran darah besar.
Untuk mencegah komplikasi yang jarang terjadi ini, dilakukan tindakan
dekompresi pada mediastinum tersebut.
Emfisem subkutan sering juga terjadi setelah tindakan pemasangan
pipa interkostal. Udara datang dari rongga pleura keluar menelusuri arah
luka pipa sampai ke jaringan subkutis. Adanya emfisem subkutan
menunjukkan tidak baiknya pemasangan pipa interkostal.
E. PNEUMOTHORAX SIMULTAN BILATERAL
Keadaan ini timbul sebagai kelanjutan pneumomediastinum yang
secara sekunder berasal dari emfisem jaringan interstitial paru. Sebab lain
bisa juga dari emfisema mediastinal yang berasal dari perforasi esofagus.
Pengobatan penyakit ini tergantung dari berat-ringannya gejala.
Bila ringan, pengobatannya sama dengan pneumotoraks spontan primer
lainnya.
Bila berat (timbul sesak nafas), perlu operasi torakotomi untuk
mengobati sumber penyebabnya atau melakukan obliterasi secepatnya
pada salah satu rongga pleura yang terkena.
F. PNEUMOTHORAX KRONIK
Pneumotoraks dinyatakan kronik bila ia tetap ada selama waktu
lebih dari 3 bulan. Pneumotoraks kronik ini terjadi bila fistula bronko-
pleura tetap membuka. lnsidensi pneumotoraks kronik dengan
fistulabronko-pleura ini adalah 5% dari seluruh pneumotoraks.
Faktor penyebabnya adalah :
a. adanya perlengketan (adhesi) pleura yangmenyebabkan robekan
paru tetap terbuka.
b. adanya fistula bronko-pleura yang melalui bulla atau kista.
c. adanya fistula bronko-pleura yang melaluilesi penyakit seperti
nodul reumatoid atau tuberkuloma.
Pengobatan yang terbaik adalah dengan menutup fistula bronko-
pleura. Sebagian besar dilakukan dengan operasi torakotomi. Dengan
operasi ini selain menutup fistula dilakukan juga pemotongan adhesi atau
kalau perlu dilakukan pula dekortikasi. Terkadang rongga pleura
dihilangkan dengan melakukan abrasi pleura parietalis atau pleurektomi.

merupakan jaringan yg tumbuhnya berlebih dan memiliki karakteristik yg tak


sama dengan jaringan sehat, memiliki pembuluh darah yg rawan rusak dan pecah.

karena sifat rrsebut, maka jaringan paru dapat memungkinkan rusak sewaktu-
waktu. Karena rusaknya jaringan atau cavitas yg pecah ini maka udara dapat keluar
dari jaringan paru dan terjebak di rongga pleura.
DAFTAR PUSTAKA

1) Mancini, Mary C. Hemothorax. 29 Januari 2014. Tersedia di


http://emedicine.medscape.com/article/2047916-overview
2) Bascom R. Pneumothorax. 2006. Available from:
http://www.emedicine.com/med/fulltopic/topic1855.htm#section
%7EIntroduction
3) Boowan JG. Pneumotoraks, Tension and traumatic. 2006. Available from:
http://www.emedicine.com/emera/TOPIC470.HTM

Anda mungkin juga menyukai