Anda di halaman 1dari 41

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Asam Urat

2.1.1 Definisi Asam Urat

Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) suatu

zat yang bernama purin. Zat purin adalah zat alami yang merupakan salah

satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber

utama purin yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang

didapatkan dari asupan makanan seperti tanaman atau hewan. Asam urat

sebenarnya memiliki fungsi dalam tubuh yaitu sebagai antioksidan dan

bermanfaat dalam regenerasi sel. Metabolisme tubuh secara alami

menghasilkan asam urat. Asam urat menjadi masalah ketika kadar di dalam

tubuh melewati batas normal (Noviyanti, 2015).

Asam urat merupakan salah satu jenis reumatik yang sering

dijumpai dalam masyarakat. Penyakit ini disebabkan oleh tingginya kadar

asam urat di dalam darah. Serangan nyeri, bengkak, panas, sakit bila

digerakkan, dan kulit di atas sendi yang terkena tampak kemerahan.

Serangan pertama memberikan gejala yang khas, berupa nyeri yang hebat

pada satu persendian yang timbul secara mendadak menjelang pagi hari

tanpa gejala apapun pada malam sebelumnya (Dalimaharta, 2018)

9
10

2.1.2 Etiologi Asam Urat

Menurut Dr. Iskandar Junaidi (2013) Asam urat darah tinggi

(hiperurisemia) terjadi karena :

1. Pembentukan asam urat berlebihan (gout metabolik) :

a. Asam urat primer metabolic: terjadi karena sintesa atau

pembentukan asam urat yang berlebih

b. Asam urat sekunder metabolic: terjadi karena pembentukan asam

urat berlebihan karena penyakit lain, seperti leukemia, terutama

yang diobati dengan sitostatika, psoriasis, polisitemia vera, dan

mielofibrosis.

2. Pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal)

a. Asam urat renal primer: terjadi karena gangguan ekskresi asam urat

di tubuli distal ginjal yang sehat.

b. Asam urat renal sekunder: disebabkan oleh ginjal yang rusak,

misalnya pada glomerulonefritis kronik, kerusakan ginjal kronis

(chronic renal failure)

3. Perombakan dalam usus yang berkurang. Serangan asam urat (arthritis

gout akut) secara mendadak, dapat dipicu oleh :

a. Luka ringan

b. Pembedahan

c. Konsumsi alcohol dalam jumlah besar atau makanan yang kaya

akan protein purin

d. Kelelahan

e. Stress secara emosional


11

f. Penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi asam urat,

seperti salisilat dosis kecil, hidroklorotiazid (diuretic), INH,

furosemid, asam-asam keton hasil pemecahan lemak sebagai

akibat dari terlalu banyak mengonsumsi lemak

g. Kedinginan

2.1.3 Klasifikasi Asam Urat

Menurut Zairin Noor (2017), Penyakit asam urat dapat di

klasifikasikan menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.

a. Asam urat primer adalah asam urat yang disebabkan faktor genetik dan

lingkungan. Pada penyakit asam urat primer ini, 99% penyebabnya

belum diketahui (idiopatik). Namun, kombinasi faktor genetik dan

hormonal diduga yang menjadi penyebab terganggunya metabolisme.

Akibatnya, produksi asam urat ikut meningkat. Asam urat jenis ini juga

dapat diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari

tubuh.

b. Asam urat sekunder biasanya timbul karena adanya komplikasi dengan

penyakit lain (hipertensi dan artheroklerosis). Penyebab penyakit asam

urat sekunder antara lain karena meningkatnya produksi asam urat

akibat nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin tinggi.

Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam

nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino,

unsur pembentukan protein.


12

2.1.4 Patofisiologi Asam Urat

Peningkatan kadar asam serum dapat disebabkan oleh pembentukan

berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat, ataupun ataupun

keduanya. Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin (Helmi,

2016). Secara normal, metabolisme purin menjadi asam urat dapat

diterangkan sebagai berikut.

1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat

melalui prekursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat,

yang diubah melalui serangkaian zat antara menjadi nekleotida purin

(asam inositat, asam guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan

oleh serangkaian mekanisme komplek, dan terdapat beberapa enzim

yang mempercepat reaksi yaitu : 5-fosforibosilpirofosfat (PRPP)

sintetase dan amidofosforibosiltransferase (amido-PRT). Terdapat

suatu mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang

terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang

berlebihan.

2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui

basa purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan

makanan. Jalur ini tidak melalui zat-zat perantara seperti jalur de novo.

Basa purin bebas (adenin, guanin, hipoxantin) berkondensasi dengan

PRPP untuk membentuk prekursor nukleotida purin dari asam urat.

Reaksi ini dikatalisis oleh dua enzim: hipoxantin guanin

fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin fosforibosiltransferase

(APRT). Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan

difiltrasi secara bebas oleh glumerulus dan diresorpsi di tubulus


13

proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang diresorbsi kemudian

diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui urine (Helmi,

2016). Pada penyakit asam urat, terdapat gangguan keseimbangan

metabolisme (pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut,

meliputi hal-hal berikut:

a. penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik

b. penurunan eksreksi asam urat sekunder, misal karena gagal ginjal

c. peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor

(yang meningkatkan cellular ternover) atau peningkatan sintesis

purin (karena defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik

inhibisi yang berperan).

d. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin.

Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan

kadar asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat

yang kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk

kristal. Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi

dalam bentuk kristal mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat

ini masih belum diketahui

2.1.5 Manifestasi Klinis Asam Urat

Menurut (Helmi, 2016), Manifestasi klinis dibagi menjadi dua jenis

yaitu asam urat tipikal dan asam urat atipikal.

1. Asam urat tipikal

Gambaran klinis sangat khas dengan sifat-sifat sebagai berikut:

Beratnya serangan arthitis mempunyai sifat tidak bisa berjalan, tidak


14

dapat menggunakan alas kaki seperti sepatu dan dapat mengganggu

tidur penderita. Rasa nyeri digambarkan sebagai excruciating pain dan

mencapai puncak dalam 24 jam. Tanpa pengobatan pada serangan

permulaan dapat sembuh dalam 3-4 hari. Serangan biasanya bersifat

monoartikuler dengan tanda inflamasi yang jelas seperti merah,

bengkak, nyeri, terasa panas, dan sakit jika digerakkan. Prediksi

metatarsophalangeal pertama (MTP-1). Hiperurisemia. Biasanya

berhubungan dengan serangan arthritis gout akut, tetapi diagnosis

arthritis tidak harus disertai hiperirikemia. Fluktuasi asam urat serum

dapat mempresipitasi serangan asam urat. Faktor pencetus. Faktor

pencetus adalah trauma sendi, alkohol, obatobatan, tindakan

pembedahan. Biasanya faktor-faktor ini sudah diketahui penderita

2. Asam urat atipikal

Gambaran klinik yang khas seperti arthritis berat, monoartikuler,

dan remisi sempurna tidak ditemukan. Tofi (suatu pengumpulan kristal

dijaringan bawah kulit yang sejak mulai terlihat pada pemeriksaan

rontgen sendi, yang kemudian berbentuk benjolan dibawah kulit, pada

Ph urine, kristal asam urat biasanya berkumpul membentuk piringan

atau batu yang menyumbat saluran urine) yang biasanya timbul

beberapa tahun sesudah serangan pertamaternyata ditemukan

bersama dengan serangan akut, jenis atipikal ini jarang ditemukan.

Dalam menghadapi kasus asam urat yang atipikal, diagnosis harus

dilakukan secara cermat. Untuk hal ini diagnosis dapat dipastikan

dengan melakukan punksi cairan sendi dan selanjutnya secara

mikroskopis dilihat kristal urat.


15

2.1.6 Komplikasi Asam Urat

Meskipun manifestasi asam urat dapat terjadi pada hampir semua

kombinasi, urutan yang khas melibatkan perkembangan hiperurisemia tidak

bergejala, asam urat akut, asam urat interkritikal atau interval dan asam

urat tofus atau kronik. Nefrolitiasis dapat terjadi sebelum atau sesudah

serangan pertama asam urat. Asam urat kronik bertopus adalah serangan

asam urat yang disertai tofi (benjolan) disekitar sendi sehingga sering

meradang. Nefropati asam urat kronik pada jaringan ginjal dapat terbentuk

mikrotofi yang menyumbat dan merusak glumerulus. Persendian menjadi

rusak higga menyebabkan pincang, peradangan tulang, kerusakan ligamen

dan tendon, batu ginjal atau gagal ginjal.

2.1.7 Faktor Resiko Asam Urat

Penyakit asam urat dapat dipicu oleh berbagai faktor. Faktor-

faktor yang memiliki potensi menimbulkan masalah atau kerugian

kesehatan biasa disebut dengan faktor resiko. Beberapa faktor yang

dapat memicu penyakit asam urat seperti:

1. Keturunan (genetik) keturunan atau genetik merupakan salah satu

faktor risiko penyakit asam urat. Orang dengan riwayat keluarga

menderita asam urat memiliki resiko lebih besar untuk terkena

penyakit asam urat. Faktor ini dapat lebih berisiko jika didukung

dengan faktor lingkungan

2. Jenis kelamin jenis kelamin juga menjadi salah satu faktor risiko

penyakit asam urat. Pria lebih berisiko terkena penyakit asam urat

dari pada wanita karena kadar asam urat dalam darah pada pria lebih
16

besar dibandingkan dengan wanita. Selain itu, pria juga tidak memiliki

hormon estrogen seperti wanita. Hormon estrogen merupakan

hormon yang hanya ada pada wanita dan hormon inilah yang

memban tu pengeluaran asam urat melalui urine.

3. Usia Usia merupakan salah satu faktor resiko penyakit asam urat.

Seiring dengan bertambahnya usia kadar asam urat dalam tubuh

terutama pada pria akan meningkat. Sedangkan pada wanita

peningkatan kadar asam urat cenderung terjadi pada masa

menopouse.

4. Obesitas Obesitas dapat memicu penyakit asam urat akibat pola

makan yang tidak seimbang. Orang dengan obesitas cenderung tidak

menjaga pola makan termasuk asupan protein, lemak dan karbohidrat

yang tidak seimbang sehingga menyebabkan peningkatan kadar

purin, sehingga terjadi kondisi hiperurisemia dan terjadi penumpukan

asam urat. Selain itu, orang dengan obesitas tentu mengalami

penumpukan lemak dibeberapa bagian tubuh. Penumpukan terutama

pada bagian perut dapat meningkatkan tekanan darah dan

mengacaukan sistem pengaturan asam urat dalam tubuh. Lemak

dalam perut juga dapat mengganggu kinerja ginjal dalam membuang

kelebihan asam urat.

5. Konsumsi makanan tinggi purin Asam urat merupakan hasil

metabolisme dari purin. Tubuh manusia sendiri sebenarnya telah

mengandung purin sebesar 85% sehingga purin yang hanya

diperlukan oleh manusia dari luar tubuh (makanan) hanya sebesar

15%. Ketika besarnya purin yang didapatkan dari luar tubuh


17

(makanan) 8 manusia secara terus menerus melebihi batas normal

tidak menutup kemungkinan akan menyebakan asam urat.

6. Kondisi medis Kondisi medis tertentu seperti kelainan fungsi ginjal

dapat menyebabkan tingginya kadar asam urat pada manusia. Asam

urat juga rentan terjadi pada penderita obesitas, diabetes, serta

hipertensi, semuanya berkaitan dengan sindrom metabolik. Sindrom

metabolik adalah kumpulan kondisi yang terdiri dari peningkatan

tekanan darah, peningkatan gula dalam darah, kelebihan lemak

tubuh, serta terjadinya peningkatan kolestrol. Gabungan dari kondisi

sindrom metabolik tersebut dapat berpengaruh terhadap tingginya

kadar asam urat.

2.1.8 Diagnosis Asam Urat

Menurut American Rheumatism Association/ARA, diagnosis

artritis gout yaitu terdapat kristal MSU di dalam cairan sendi, terdapat

kristal MSU di dalam tofus, terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam

darah (>7 mg/dL), lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut,

terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari, kemerahan di sekitar

sendi yang meradang, ibu jari kaki terasa sakit atau membengkak, dan

pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja) (Suparta dan

Astika, 2018).

Kadar asam urat dalam darah ditentukan oleh keseimbangan

antara produksi (10% pasien) dan ekskresi (90% pasien). Bila

keseimbangan ini terganggu maka dapat menyebabkan terjadinya

peningkatan kadar asam urat dalam darah yang disebut hiperurisemia


18

(Manampiring et al, 2018). Subkomite The American Rheumatism

Association menetapkan bahwa kriteria diagnostik untuk asam urat

adalah:

1. Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.

2. Tofi terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan

kimiawi dan mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.

3. Diagnosis lain, seperti ditemukan 6 dari beberapa fenomen aklinis,

laboratoris, dan radiologis sebagai tercantum dibawah ini:

a. Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut.

b. Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari.

c. Serangan artrtis monoartikuler.

d. Kemerahan di sekitar sendi yang meradang.

e. Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit

atau membengkak.

f. Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki).

g. Serangan unilateral pada sendi MTP 1.

h. Dugaan tophus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat)

di kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi.

i. Hiperurikemia.

j. Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja).

Diagnosis pasti dari artritis gout ditentukan hanya dengan

membuktikan adanya kristal asam urat dalam cairan sinovia (bursa) atau

tophus (Festy, Rosyiatul & Aris, 2019). Diagnosis dapat dikonfirmasi

melalui aspirasi persendian yang mengalami inflamasi akut atau dicurigai

topus (Schleisinger, 2019). Bila tak ada cairan, sinovia/bursa atau tophus
19

sebagai bahan untuk diperiksa, maka diagnosis yang dibuat, adalah

sementara dan dasar- dasar kriteria klinik ialah:

1. Serangan-serangan yang khas dari arthritis yang hebat dan periodik

dengan kesembuhan yang nyata diantara serangan.

2. Podagra.

3. Tofi.

4. Hiperurekemia.

5. Hasil yang baik dengan pengobatan kolkisin (Festy, Rosyiatul & Aris,

2019).

2.1.9 Penatalaksanaan Asam Urat

Secara umum, penanganan asam urat adalah memberikan

edukasi, pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan

dilakukan secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi

lain. Pengobatan gout arthritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri

sendi dan peradangan dengan obat-obat, antara lain: kolkisin, obat

antiinflamasi nonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau hormon ACTH. Obat

penurun asam urat seperti alupurinol atau obat urikosurik tidak dapat

diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien yang secara rutin telah

mengkonsumsi obat penurun gout arthritis, sebaiknya tetap diberikan. Pada

stadium interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah menurunkan

kadar asam urat, sampai kadar normal, guna mencegah kekambuhan.

Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian diet rendah purin

dan pemakaian obat alupurinol bersama obat urikosurik yang lain.


20

Bagi penderita asam urat bisa mengonsumsi obat alporinol karena

alporinol bekerja menurunkan produksi asam urat dengan cara

penghambatan kerja enzim yang memproduksinya,yaitu enzim xantin

oksidase. Selain bermanfaat menekan produksi asam urat, aloporinol juga

memiliki efek positif dalam melawan kolesterol jahat dalam tubuh. Selain

tersebut langkah pertama untuk mengurangi rasa nyeri adalah dengan cara

mengendalikan peradangan, baik dengan obat-obatan maupun dengan

mengistirahatkan sendi yang sedang meradang (Junadi, 2016).

2.2 Konsep Edukasi Gout Self Monitoring

2.2.1 Konsep Edukasi

Tingkat pengetahuan keluarga dapat mempengaruhi sikap dan

persepsi dalam merawat anggota keluarga yang sakit sesuai dengan teori

oleh (Wawan&Dewi, 2019) Pengetahuan merupakan hasil tahu Seseorang

yang diperoleh melalui penglihatan ataupun pendengaran dan juga

pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan. Seseorang bisa memiliki

pengetahuan tinggi jika memiliki pengetahuan yang baik serta didukung

pengalaman-pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan.

Dari pernyataan diatas penulis melakukan intervensi pendidikan kesehatan

untuk mengatasi kurang pengetahuan pada klien 1 dan klien 2 sesuai

dengan pernyataan dari. Pendidikan tentang kesehatan merupakan proses

perubahan perilaku individu secara dinamis, dimana perubahan tersebut

bukan sekedar proses transfer pengetahuan dari seseorang ke orang lain.

Didalam pelaksanaan rencana tindakan, penulis melakukan penyuluhan

kesehatan tentang pengertian penyakit asam urat dengan menggunakan


21

lembar balik dan leaflet, hal ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman

kepadakeluarga, dan leaflet diberikan untuk disimpan keluarga untuk bahan

pengingat jika keluarga lupa dengan yang diajarkan.

Pendidikan kesehatan ini sangat efektif mengatasi kurang

pengetahuan dan berdampak sangat positif bagi keluarga dan klien sesuai

dengan hasil dari Prihatmawati tentang pendidikan kesehatan asam urat

dan menunjukkan hasil yang positif khususnya pada sikap yang mana

hasilnya terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap

sikap penderita asam urat (Prihatmawati, 2018).dan dari penelitian Huda

yang mana hasilnya ada pengaruh pendidikan kesehatan gout arthritis

terhadap peningkatan pengetahuan pada penderita asam urat (Huda, 2017).

Memberikan asuhan keperawatan pada pasien, perawat harus

mampu berperan sebagai pendidik, sebab beberapa pesan dan cara

mengubah perilaku pada pasien atau keluarga harus selalu dilakukan

dengan pendidikan kesehatan khususnya dalam keperawatan. Melalui

pendidikan ini diupayakan pasien tidak lagi mengalami gangguan yang

sama dan dapat mengubah perilaku yang tidak sehat. Contoh dari peran

perawat sebagai pendidik yaitu keseluruhan tujuan penyuluhan pasien dan

keluaraga adalah untuk meminimalkan stres pasien dan keluarga,

mengajarkan mereka tentang terapi dan asuhan keperawatan di rumah

sakit, dan memastikan keluarga dapat memberikan asuhan yang sesuai di

rumah saat pulang (Kyle & Carman, 2015).

Pemberian pendidikan kesehatan tentang penyakit asam urat dan

pemeriksaan kadar asam urat pada masyarakat sangat tepat dalam rangka

upaya promotif dan preventif untuk menekan angka kejadian penyakit asam
22

urat. Pendidikan kesehatan diharapkan mampu memberi pengetahuan

kepada lansia akan pentingnya menjaga kesehatan tubuh dan pentingnya

pendeteksian dini terhadap penyakit asam urat sehingga terhindar dari

komplikasi yang dapat ditimbulkannya seperti penyakit ginjal, jantung dan

infeksi pada sendi.

2.2.2 Tujuan Edukasi

Edukasi kesehatan bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

masyarakat untuk memelihara serta meningkatkan kesehatannya sendiri. Oleh

karena itu, tentu diperlukan upaya penyediaan dan penyampaian informasi untuk

mengubah, menumbuhkan, atau mengembangkan perilaku positif (Maulana,

2019). Tujuan pendidikan kesehatan menurut Undang–Undang Kesehatan No.

23 tahun 1992 maupun WHO adalah meningkatkan kemampuan masyarakat

untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan

sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial, pendidikan

kesehatan disemua program kesehatan baik pemberantasan penyakit menular,

sanitasi lingkungan, gizi masyarakat pelayanan kesehatan maupun program

kesehatan lainnya.

2.2.3 Sasaran Edukasi

Sasaran edukasi kesehatan adalah mencakup individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat baik di rumah, di puskesmas, dan dimasyarakat

secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi

perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan

yang optimal (Effendy, 1998). Pendidikan kesehatan mengupayakan agar


23

perilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai pengaruh positif

terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Agar intervensi atau upaya

tersebut efektif, maka sebelum dilakukan intervensi perlu dilakukan analisis

terhadap masalah perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2007).

2.2.4 Prinsip Edukasi Kesehatan

Menurut Mubarak tahun 2017 bahwa terdapat beberapa prinsip

pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut:

1) Belajar mengajar berfokus pada klien, pendidikan klien adalah hubungan

klien yang berfokus pada kebutuhan klien yang spesifik.

2) Belajar mengajar bersifat menyeluruh, dalam memberikan pendidikan

kesehatan harus dipertimbangkan klien secara kesehatan tidak hanya

berfokus pada muatan spesifik saja.

3) Belajar mengajar negosiasi, pentingnya kesehatan dan klien bersama-sama

menentukan apa yang telah diketahui dan apa yang penting untuk diketahui.

4) Belajar mengajar yang interaktif, adalah suatu proses yang dinamis dan

interaktif yang melibatkan partisipasi dari petugas kesehatan dan klien.

5) Pertimbangan umur dalam pendidikan kesehatan, untuk menumbuh

kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran

sehingga perlu dipertimbangkan umur klien dan hubungan dengan proses

belajar mengajar.

2.2.5 Ruang lingkup pendidikan kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari 3 dimensi menurut

Fitriani (2016) yaitu;


24

a. Dimensi sasaran

1) Pendidikan kesehatan individu dengan sasarannya adalah individu.

2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasarannya adalah kelompok

masyarakat tertentu.

3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasarannya adalah masyarakat

luas.

b. Dimensi tempat pelaksanaan

1) Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasarannya adalah pasien dan

keluarga

2) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasarannya adalah pelajar.

3) Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasarannya

adalah masyarakat atau pekerja.

c. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan

1) Pendidikan kesehatan untuk promosi kesehatan (Health Promotion), misal :

peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.

2) Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific Protection)

misal : imunisasi

3) Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (Early

diagnostic and prompt treatment) misal : dengan pengobatan layak dan

sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan.

4) Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal : dengan

memulihkan kondisi cacat melalui latihan - latihan tertentu.


25

2.2.6 Langkah-langkah dalam pendidikan kesehatan

Menurut Swanson dan Nies dalam Nursalam dan Efendi (2008) ada

beberapa langkah yang harus ditempuh dalam melaksanakan pendidikan

kesehatan, yaitu :

a. Tahap I.

Perencanaan dan pemilihan strategi Tahap ini merupakan dasar dari

proses komunikasi yang akan dilakukan oleh pendidik kesehatan dan juga

merupakan kunci penting untuk memahami kebutuhan belajar sasaran dan

mengetahui sasaran atau pesan yang akan disampaikan. Tindakan perawat

yang perlu dilakukan pada tahap ini antara lain:

1) Review data yang berhubungan dengan kesehatan, keluhan,

kepustakaan, media massa, dan tokoh masyarakat.

2) Cari data baru melalui wawancara, fokus grup (dialog masalah yang

dirasakan).

3) Bedakan kebutuhan sasaran dan persepsi terhadap masalah kesehatan,

termasuk identifikasi sasaran.

4) Identifikasi kesenjangan pengetahuan kesehatan.

5) Tulis tujuan yang spesifik, dapat dilakukan, menggunakan prioritas, dan

ada jangka waktu.

6) Kaji sumber- sumber yang tersedia (dana,sarana dan manusia)

b. Tahap II.

Memilih saluran dan materi/media. Pada tahap pertama diatas

membantu untuk memilih saluran yang efektif dan matri yang relevan dengan

kebutuhan sasaran. Saluran yang dapat digunakan adalah melalui kegiatan

yang ada di masyarakat. Sedangkan materi yang digunakan disesuaikan


26

dengan kemampuan sasaran. Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan

adalah :

1) Identifikasi pesan dan media yang digunakan.

2) Gunakan media yang sudah ada atau menggunakan media baru.

3) Pilihlah saluran dan caranya.

c. Tahap III.

Mengembangkan materi dan uji coba Materi yang ada sebaiknya diuji

coba ( diteliti ulang ) apakah sudah sesuai dengan sasarandan mendapat

respon atau tidak. Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah:

1) Kembangkan materi yang relevan dengan sasaran.

2) Uji terlebih dahulu materi dan media yang ada. Hasil uji coba akan

membantu apakah meningkatkan pengetahuan, dapat diterima, dan

sesuai dengan individu.

d. Tahap IV.

Implementasi Merupakan tahapan pelaksanaan pendidikan

kesehatan. Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah sebagai

berikut:

1) Bekerjasama dengan organisasi yang ada di komunitas agar efektif

2) Pantau dan catat perkembangannya.

3) Mengevaluasi kegiatan yang dilakukan.

e. Tahap V.

Mengkaji efektifitas Mengkaji keefektifan program dan pesan yang

telah disampaikan terhadap perubahan perilaku yang diharapkan. Evaluasi

hasil hendaknya berorientasi pada kriteria jangka waktu (panjang / pendek)


27

yang telah ditetapkan. Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah

melakukan evaluasi proses dan hasil.

f. Tahap VI.

Umpan balik untuk evaluasi program Langkah ini merupakan

tanggung jawab perawat terhadap pendidikan kesehatan yang telah

diberikan. Apakah perlu diadakan perubahan terhadap isi pesan dan apakah

telah sesuai dengan kebutuhan sasaran. Informasi dapat memberikan

gambaran tentang kekuatan yang telah digunakan dan memungkinkan

adanya modifikasi. Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah

sebagai berikut:

1) Kaji ulang tujuan, sesuaikan dengankebutuhan.

2) Modifikasi strategi bila tidak berhasil.

3) Lakukan kerjasama lintas sektor dan program.

4) Catatan perkembangan dan evaluasi terhadap pendidikan kesehatan

yang telah dilakukan.

5) Pertahankan alasan terhadap upaya yang akan dilakukan.

6) Hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan kesehatan.

2.2.7 Faktor - faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam Pendidikan

Kesehatan.

J. Guilbert dalam Nursalam dan Efendi (2018) mengelompokkan faktor-

faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan yaitu:

a. Faktor materi atau hal yang dipelajari yang meliputi kurangnya persiapan,

kurangnya penguasaan materi yang akan dijelaskan oleh pemberi materi,

penampilan yang kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan


28

kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara pemberi materi yang terlalu

kecil, dan penampilan materi yang monoton sehingga membosankan.

b. Faktor lingkungan, dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1) Lingkungan fisik yang terdiri atas suhu,kelembaban udara,dan kondisi

tempat belajar.

2) Lingkungan sosial yaitu manusia dengan segala interaksinya serta

representasinya seperti keramaian atau kegaduhan, lalulintas, pasar dan

sebagainya

c. Faktor instrument yang terdiri atas perangkat keras (hardware) seperti

perlengkapan belajar alat - alat peraga dan perangkat lunak (software)

seperti kurikulum (dalam pendidikan formal), pengajar atau fasilitator belajar,

serta metode belajar mengajar.

d. Faktor kondisi individu subjek belajar, yang meliputi kondisi fisiologis seperti

kondisi panca indra (terutama pendengaran dan penglihatan) dan kondisi

psikologis, misalnya intelegensi, pengamatan,daya tangkap, ingatan,

motivasi, dan sebaginya.

2.2.8 Strategi dan metode pendidikan kesehatan

a. Strategi pendidikan kesehatan Strategi pendidikan kesehatan adalah cara-

cara yang dipilih untuk menyampaikan materi dalam lingkungan pendidikan

kesehatan yang meliputi sifat, ruang lingkup dan urutan kegiatan yang dapat

memberikan pengalaman belajar kepada klien. Strategi pendidikan

kesehatan tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga


29

termasuk di dalamnya materi atau paket pendidikan kesehatannya (Ririn,

2018).

b. Metode pendidikan kesehatan metode pendidikan kesehatan dibagi menjadi :

1) Metode pendidikan individu. Metode ini bersifat individual digunakan

untuk membina perilaku atau membina seseorang yang mulai tertarik

untuk melakukan sesuatu perubahan perilaku. Bentuk pendekatan ini

antara lain:

a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance dan councellin) Dengan cara ini

kontak antara keluarga dengan petugas lebih intensif. Klien dengan

kesadaran dan penuh pengertian menerima perilaku tersebut.

b) Wawancara (interview) Wawancara petugas dengan klien untuk

menggali informasi, berminat atau tidak terhadap perubahan untuk

mengetahui apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu

mempunyai dasar pengertian atau dasar yang kuat.

2) Metode pendidikan kelompok Metode tergantung dari besar sasaran

kelompok serta pendidikan formal dari sasaran.

a) Kelompok besar Kelompok besar di sini adalah apabila peserta

penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok

besar adalah

(1) Ceramah, yaitu metode yang baik untuk sasaran yang

berpendidikan tinggi atau rendah,

(2) Seminar yaitu metode yang baik untuk sasaran dengan

pendidikan menengah keatas berupa presentasi dari satu atau

beberapa ahli tentang topik yang menarik dan aktual.


30

b) Kelompok kecil Jumlah sasaran kurang dari 15 orang, metode yang

cocok untuk kelompok ini adalah:

(1) Diskusi kelompok, kelompok bisa bebas berpartisipasi dalam

diskusi sehingga formasi duduk peserta diatur saling berhadapan.

(2) Curah pendapat (brain storming) merupakan modifikasi metode

diskusi kelompok. Usulan atau komentar yang diberikan peserta

terhadap tanggapan-tanggapannya, tidak dapat diberikan

sebelum pendapat semuanya terkumpul.

(3) Bola salju, kelompok dibagi dalam pasangan kemudian

dilontarkan masalah atau pertanyaan untuk diskusi mencari

kesimpulan.

(4) Memainkan peran yaitu metode dengan anggota kelompok

ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan

peranan.

(5) Simulasi merupakan gabungan antara role play dan diskusi

kelompok.

3) Metode pendidikan massa Metode ini menyampaikan pesan-pesan

kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat umum (tidak membedakan

umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi dan sebagainya).

Pada umumnya pendekatan ini tidak langsung, biasanya menggunakan

media massa, beberapa contoh metode ini antara lain:

a) Ceramah umum, metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan

tinggi maupun rendah.

b) Pidato atau diskusi melalui media elektronik.


31

c) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter/petugas kesehatan

tentang suatu penyakit.

d) Artikel/tulisan yang terdapat dalam majalah atau Koran tentang

kesehatan.

e) Bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan

sebagainya.

2.2.9 Monitoring Asam Urat

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 (dalam IPDN,

2016), disebutkan bahwa monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati

secara seksama suatu keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau

kegiatan tertentu, dengan tujuan agar semua data masukan atau informasi yang

diperoleh dari hasil pengamatan tersebut dapat menjadi landasan dalam

mengambil keputusan tindakan selanjutnya yang diperlukan. Tindakan tersebut

diperlukan seandainya hasil pengamatan menunjukkan adanya hal atau kondisi

yang tidak sesuai dengan yang direncanakan semula.

Monitoring adalah proses kegiatan pengawasan terhadap implementasi

kebijakan yang meliputi keterkaitan antara implementasi dan hasil-hasilnya

(outcomes). Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran

kemajuan atas objektif program. Memantau perubahan, yang fokus pada proses

dan keluaran. Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan.

Monitoring melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita berian.

Kegiatan monitoring lebih berpusat (terfokus) pada kegiatan yang sedang

dilaksanakan. Monitoring dilakukan dengan cara menggali untuk mendapatkan

informasi secara regular berdasarkan indikator tertentu, dengan maksud


32

mengetahui apakah kegiatan yang sedang berlangsung sesuai dengan

perencanaan dan prosedur yang telah disepakati. Indikator monitoring mencakup

esensi aktivitas dan target yang ditetapkan pada perencanaan program. Apabila

monitoring dilakukan dengan baik akan bermanfaat dalam memastikan

pelaksanaan kegiatan tetap pada jalurnya (sesuai pedoman dan perencanaan

program). Juga memberikan informasi kepada pengelola program apabila terjadi

hambatan dan penyimpangan, serta sebagai masukan dalam melakukan

evaluasi. Secara prinsip, monitoring dilakukan sementara kegiatan sedang

berlangsung guna memastikan kesesuaian proses dan capaian sesuai rencana

atau tidak. Bila ditemukan penyimpangan atau kelambanan maka segera

dibenahi sehingga kegiatan dapat berjalan sesuai rencana dan targetnya. Jadi,

hasil monitoring menjadi input bagi kepentingan proses selanjutnya. Evaluasi

dilakukan pada akhir kegiatan, untuk mengetahui hasil atau capaian akhir dari

kegiatan atau program. Hasil Evaluasi bermanfaat bagi rencana pelaksanaan

program yang sama diwaktu dan tempat lainnya. Seperti terlihat pada gambar

Siklus Majamen Monev, fungsi monitoring (dan evaluasi) merupakan satu

diantara tiga komponen penting lainnya dalam system manajemen program, yaitu

Perencanaan, Pelaksanaan dan Tindakan korektif (melalui umpan balik).

Sebagai siklus, dia berlangsung secara intens keaarah pencapaian target-target

antara dan akhirnya tujuan program (Sholihah, 2016).

William N. Dunn (2016), menjelaskan bahwa monitoring mempunyai

beberapa tujuan, sebagai berikut.

a. Compliance (kesesuaian/kepatuhan)

Menentukan apakah implementasi kebijakan tersebut sesuai dengan

standard dan prosedur yang telah ditentukan.


33

b. Auditing (pemeriksaan)

Menentukan apakah sumber-sumber/pelayanan kepada kelompok

sasaran (target groups) memang benar-benar sampai kepada mereka.

c. Accounting (Akuntansi)

Menentukan perubahan sosial dan ekonomi apa saja yang terjadi

setelah implementasi sejumlah kebijakan publik dari waktu ke waktu.

d. Explanation (Penjelasan)

Menjelaskan mengenai hasil-hasil kebijakan publik berbeda dengan

tujuan kebijakan publik. Monitoring berkaitan erat dengan evaluasi, karena

evaluasi memerlukan hasil dari monitoring yang digunakan dalam melihat

kontribusi program yang berjalan untuk dievaluasi.

Tujuan utama monitoring adalah untuk menyajikan informasi tentang

pelaksanaan program sebagai umpan balik bagi para pengelola dan pelaksana

program. Informasi ini hendaknya dapat menjadi masukan bagi pihak yang

berwenang untuk:

a. memeriksa kembali strategi pelaksanaan program sebagaimana sudah

direncanakan setelah membandingkan dengan kenyataan di lapangan,

b. menemukan permasalahan yang berkaitan dengan penyelenggaraan

program,

c. mengetahui faktor-faktor pendungkung dan penghambat penyelenggaraan

program.

Sebagaimana halnya dengan supervisi, monitoring dapat menggunakan

pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan langsung dilakukan

apabila pihak yang memantau melakukan kegiatannya pada lokasi program yang

sedang dilaksanakan. Teknik-teknik yang sering digunakan dalam pendekatan ini


34

adalah wawancara dan observasi. Kedua teknik ini digunakan untuk memantau

kegiatan, peristiwa, komponen, proses, hasil dan pengaruh program yang

dilaksanakan. Pendekatan tidak langsung digunakan apabila pihak yang

memantau tidak terjun langsung ke lapangan, namun dengan menelaah laporan

berkala yang disampaikan oleh pada penyelenggara program, atau dengan

mengirimkan kuesioner secara berkala kepada para penyelenggaranya atau

pelaksana program.

Langkah-langkah pokok untuk melakukan monitoring adalah sebagai

berikut:

1. Pertama, menyusun rancangan monitoring, seperti :

a) untuk menghimpun data atau informasi tentang pelaksanaan program

yang hasilnya akan dibagikan dan diserahkan kepada pengelola untuk

memperbaiki pelaksanaan program,

b) sasaran atau aspek-aspek yang akan dimonitor,

c) faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program,

d) pendekatan metode, teknik dan instrumen monitoring,

e) waktu dan jadwal kegiatan monitoring, dan

f) biaya monitoring.

Rancangan ini didiskusikan dengan pengelola dan penyelenggara

program untuk memperoleh masukan bagi penyempurnaannya. Hasil

penyempurnaan ini dapat disebut program monitoring.

2. Kedua, melaksanakan kegiatan monitoring dengan menggunakan metode,

teknik dan instrumen yang telah ditetapkan dalam langkah pertama.


35

3. Ketiga, menyusun dan menyerahkan laporan monitoring kepada pihak

pengelola atau penyelenggara program untuk digunakan bagi perbaikan atau

pengembangan program.

Monitoring asam urat dapat dilakukan dengan cara diet dan perubahan

cara hidup merupakan komponen yang penting dalam penatalaksanaan gout

karena menurunkan kadar asam urat serum. Dengan pengobatan dini,

pemantauan yang ketat disertai pendidikan terhadap penderita, prognosis

umumnya baik. Tujuan pengobatan pada penderita gout adalah untuk

mengurangi rasa nyeri, mempertahankan fungsi sendi dan mencegah terjadinya

kelumpuhan. Terapi yang diberikan harus dipertimbangkan sesuai dengan berat

ringannya artrtitis gout (Neogi, 2017). Penatalaksanaan utama pada penderita

artritis gout meliputi edukasi pasien tentang diet, lifestyle, medikamentosa

berdasarkan kondisi obyektif penderita, dan perawatan komorbiditas (Khanna et

al, 2016).

2.3 Konsep Kepatuhan Diet

2.3.1 Kepatuhan

Kepatuhan merupakan tingkat seseorang dalam melaksanakan aturan –

aturan perilaku yang disarankan. Pada penderita asam urat kepatuhan diartikan

sebagai ketaatan untuk melaksanakan sesuatu yang dianjurkan dokter atau

petugas kesehatan. Kepatuhan program diet pada klien asam urat adalah

ketaatan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang dapat menyebabkan kadar

purin menjadi tinggi (Suharto, 2018).


36

Menurut Suharto (2018), Ada dua faktor yang mempengaruhi kepatuhan

yaitu faktor internal dan faktor eksternal

d. Faktor internal Faktor internal meliputi :

1) Umur Umur sebagai unsur biologis yang menunjukkan tingkat

kematangan organ – organ fisik manusia. terutama pada organ-organ

perseptual sehingga persepsi berlangsung. Umur akan mempengaruhi

jiwa seseorang yang menerima mengolah kembali pengertian-pengertian

atau tanggapan, sehingga dapat dilihat bahwa semakin tinggi usia

seseorang, maka proses pemikirannya lebih matang. Menurut Hurlock

(1997) umur remaja yaitu 13-17 tahun, umur dewasa yaitu 18-40 tahun

dan umur tua yaitu 40 – 60 tahun

2) Jenis kelamin Jenis kelamin terbentuk dari dimensi biologis, hal tersebut

dapat digunakan untuk menggolongkan kedalam dua kelompok biologis

yaitu laki - laki dan perempuan. pada umumnya dalam kepatuhan

menjalankan diet perempuan lebih patuh dari pada laki - laki, karena

perempuan lebih patuh dan peduli.

3) Kesehatan Merupakan suatu kondisi dimana seseorang dalam kondisi

yang sehat atau tidak sakit baik bio- psiko. Seseorang menginginkan

dirinya dalam kondisi sehat sehingga mereka mempunyai keinginan

selalu patuh terhadap anjuran pertugas pelayanan kesehatan. Sedangkan

orang sakit lebih menurut untuk menjalankan anjuran. Menurut teori the

health belief model, kesehatan seseorang sangat di pengaruhi oleh

variabel demografi dan karakteristik psikologi seseorang, kedua faktor ini

akan mempengaruhi kepercayaan, persepsi tingkat keparahan, motivasi


37

untuk sehat, persepsi tentang manfaat kesehatan, dan persepsi tentang

hambatan dalam mencari kesehatan (Susanna, 2018).

4) Kepribadian Kepribadian merupakan salah satu faktor dalam diri manusia

yang sangat menentukan tahap menerima atau menolak rangsangan,

pada proses presepsi berlangsung. orang yang punya kepribadian yang

baik akan lebih bijaksana dalam pengambilan keputusan apa yang terbaik

untuk dirinya. Pada kepribadian ada tipe kepribadian A dan tipe

kepribadian B. Menurut Sari (2016) kepribadian tipe A cenderung

mengalami stres dibandingkan dengan tipe B. Beberapa ciri-ciri

kepribadian tipe A adalah sering merasa terburu-buru dalam menjalankan

pekerjaannya, tidak sabaran konsentrasi pada lebih dari satu pekerjaan

pada waktu yang sama, cenderung tidak puas terhadap hidupnya (apa

yang diraihnya), cenderung berkompetensi dengan orang lain meskipun

dalam situasi atau peristiwa yang nonkompetetif, secara emosional tidak

stabil dan peristiwa-peristiwa yang hanya ini saja dapat membangkitkan

tingkat stres yang tinggi, sedangkan dengan tipe kepribadian B kebalikan

dari tipe kepribadian A.

e. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah hak diluar individu yang merupakan rangsang

untuk menentukan sikap seseorang. hal ini dapat berlangsung seperti dengan

memberi aturan-aturan langsung atau tidak langsung. Faktor-faktor tersebut

adalah :

1) Pengalaman

Merupakan salah satu faktor dalam diri manusia yang sangat

menentukan dalam tahap penerimaaan rangsang. Pada proses presepsi


38

berlangsung orang yang punya pengalaman akan selalu lebih patuh

dalam menyikapi dari segala hal dari pada orang yang sama sekali tidak

memiliki pengalaman.

2) Lingkungan

Lingkungan merupakan semua obyek baik berupa benda hidup atau

tidak hidup yang ada disekitar dimana seseorang berada. dalam hal ini

lingkungan sangat berperan dalam kepatuhan klien menjalankan diet, jika

lingkungan mendukung penderita asam urat akan patuh terhadap diet

nya. Bagi manusia lingkungan adalah segala sesuatu yang ada

disekitarnya, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun

abstrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena

terjadinya interaksi diantara elemen-elemen dialam tersebut, salah satu

bentuk lingkungan adalah lingkungan biofisis dan lingkungan psikososial

(Slamet, 2015).

3) Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan merupakan prasarana dalam hal ini pelayanan

kesehatan. Pelayanan kesehatan yang baik akan mempengaruhi

kesehatan klien, hal ini terbukti seseorang yang memanfaatkan fasilitas

kesehatan secara baik akan mempunyai taraf kesehatan yang lebih baik.

Hal ini akan membuat individu merasa bertanggung jawab terhadap

kesehatannya. Fasilitas kesehatan yang baik memiliki aspek

ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, dan penerimaan. Salah satu

faktor yang mempengaruhi penerimaan kilen tentang pentingnya

kesehatan adalah peran dan fungsi perawat. Dimana proses keperawatan

digunakan untuk mengkaji, merencanakan, mendiagnosa,


39

mengintervensi, dan mengevaluasi individu, keluarga dan komunitas

(Friedman, 1998). Menurut keperawatan teori Betty Neuman dalam Perry

& Potter (2015) kepatuhan terhadap diet merupakan bagian dari

pencegahan primer dari suatu penyakit.

Tingkatan – tingkatan pencegahan menurut Betty Neuman dibagi

menjadi :

1. Pencegahan primer yaitu terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap

stressor, meliputi : promosi kesehatan dan mempertahankan

kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan pada penguatan

flexible lines of defense dengan cara mencegah stress dan

mengurangi faktorfaktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau

masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya

mencakup : immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan

perubahan gaya hidup.

2. Pencegahan sekunder yaitu berbagai tindakan yang dimulai setelah

ada gejala dari stressor. Pencegahan sekunder mengutamakan pada

penguatan internal ines of resistance, mengurangi reaksi dan

meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur

dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai dengan gejala.

Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan secara optimal dan

memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak berhasil dan

rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar dapat mendukung sistem

dan intervensi – intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian.

3. Pencegahan tersier yaitu pencegahan klien secara optimal. Tujuan

utamanya adalah untuk memperkuat resistance terhadap stressor


40

untuk mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga dapat

mempertahankan energi.

2.3.2 Diet

Diet adalah kondisi seseorang harus mengurangi konsumsi jenis

makanan tertentu. Diet pada penderita asam urat yaitu harus mengonsumsi

makanan yang rendah purin. Penyebab utama pada asam urat karena

meningkatnya kadar asam urat dalam darah yang disebabkan adanya

gangguan metabolisme asam urat. Salah satunya disebabkan karena

mengonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi. Oleh karena itu,

penderita gout dianjurkan untuk diet rendah purin guna mengurangi

pembentukan asam urat. Kadar purin dalam makanan normal dalam sehari

bisa mencapai 600-1000 mg, sedangkan diet rendah purin dibatasi hanya

mengandung 120-150 mg purin, tetapi diet yang dilakukan juga harus

memenuhi cukup kalori, protein, mineral dan vitamin (Wijayakusuma, 2016)

Menurut Helmi (2018), Tujuan diet asam urat adalah untuk

mencapai dan mempertahankan status gizi optimal serta menurunkan

kadar asam urat dalam darah dan urin. Diet penyakit asam urat adalah:

a. Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Bila berat badan berlebih atau

kegemukan, asupan energi sehari dikurangi secara bertahap sebanyak

500-1000 kkal dari kebutuhan energi normal hingga tercapai berat

badan normal (Almatsier, 2015). Penderita gangguan asam urat yang

kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan tetap

memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu

sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan

keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine.


41

b. Protein cukup Protein yaitu 1,0-1,2 g/kg BB atau 10-15% dari

kebutuhan energi total (Almatsier, 2015). Protein terutama yang

berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah.

Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam jumlah

yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak dan limpa. Asupan protein yang

dianjurkan adalah sebesar 50-70 g/hari atau 0.8-1 g/kg berat

badan/hari. Sumber protein yang disarankan adalah protein nabati

yang berasal dari susu,keju, dan telur.

c. Hindari bahan makanan sumber protein yang mempunyai kandungan

purin >150 mg/100 gr (Almatsier, 2015). Apabila telah terjadi

pembengkakan sendi, maka penderita gangguan asam urat harus

melakukan diet bebas purin. Namun, karena hampir semua bahan

makanan sumber protein mengandung nukleoprotein, maka hal ini

hampir tidak mungkin dilakukan. Tindakan yang harus dilakukan adalah

membatasi asupan purin menjadi 100-150 mg purin per hari (diet

normal biasanya mengandung 600-1000 mg purin per hari).

d. Lemak sedang Lemak sedang yang dimaksud yaitu 10-20% dari

kebutuhan energi total. Lemak berlebih dapat menghambat

pengeluaran asam urat atau purin melalui urin. Konsumsi lemak

sebaiknya sebanyak 15% dari total kalori.

e. Karbohidrat dapat diberikan lebih banyak Yaitu 65-75% dari kebutuhan

energi total. Karena kebanyakan pasien gout arthritis mempunyai berat

badan lebih, maka dianjurkan untuk menggunakan sumber karbohidrat

kompleks. Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi

sangat baik dikonsumsi oleh pasien gangguan asam urat karena akan
42

meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine. Konsumsi

karbohidrat kompleks ini sebaiknya tidak kurang dari 100 gram per hari.

Karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen, arum

manis, gulali, dan sirup sebaiknya dihindari karena fruktosa akan

meningkatkan kadar asam urat dalam darah

f. Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan. Memperbanyak

konsumsi sumber makanan berpotasium tinggi, seperti pisang, avokad,

kentang, susu, dan yoghurt. Memperbanyak konsumsi buahbuahan

yang mengandung banyak vitamin C, seperti tomat, stroberi dan jeruk.

Memperbanyak konsumsi buah-buahan yang berkhasiat sebagai

diuretik karena kaya air, seperti jambu air, blewah, melon dan

semangka. Dianjurkan mengonsumsi tanaman herbal dan buah-

buahan yang berkhasiat mengatasi penyakit asam urat, seperti daun

salam, sidaguri, sirsak, labu siam, kentang, apel dan suka apel

(Noormindhawati, 2016).

Berdasarkan kadar purinnya, sumber makanan berpurin

dikelompokkan menjadi 3, yakni sumber makanan yang mengandung

purin tinggi, sedang dan rendah. Berikut ini akan diuraikan kriteria

masing-masing sumber makanan berdasarkan kadar purinnya.

1) Sumber makanan yang mengandung purin tinggi

Dalam kadar yang normal sebenarnya purin sangat

bermanfaat bagi tubuh kita. Namun, jika jumlahnya melebihi batas

normalnya, maka akan meningkatkan produksi asam urat.

Akibatnya terbentuklah kristal-kristal asam urat. Sumber makanan


43

yang termasuk berkadar purin tinggi bisa dilihat pada tabel 1

dibawah ini.

Tabel 1 Sumber makanan yang mengandung purin tinggi

Sumber makanan Kadar purin (mg/100


gram)
Teobromin (kafein, 2.300
coklat) 773
Limpa kambing 554
Hati sapi 480
Ikan sarden 448
Jamur kuping 444
Limpa sapi 366
Daun melinjo 339
Paru sapi 290
Bayam, kangkung 269
Ginjal sapi 256
Jantung sapi 243
Hati ayam 241
Jantungkambing/domba 239
Ikan teri 234
Udang 222
Biji melinjo 200
Daging kuda 190
Kedelai dan kacang- 175
kacangan 169
Dada ayam dengan 165
kulitnya 160
Daging ayam 160
Daging angsa 141
Lidah sapi 138
Ikan kakap 136
Tempe 118
Daging bebek 108
Kerang
Udang Lobster
Tahu

Selain yang tertera pada tabel tersebut, sumber makanan

dan minuman yang juga mengandung purin tinggi diantaranya

adalah berikut ini: jeroan, kaldu atau ekstrak daging, soft Drink atau

minuman bersoda, minuman beralkohol, es krim, ikan kering, ikan

tuna, salmon, ikan kembung dan aneka jenis seafood lainnya.


44

2) Sumber makanan yang mengandung purin sedang

Kelompok yang kedua adalah sumber makanan yang

mengandung purin sedang. Kadar purin dalam makanan terkategori

sedang jika jumlahnya berkisar antara 9-100 mg/100 gram.

Penderita asam urat sebenarnya boleh mengonsumsi sumber

makanan yang mengandung purin sedang, hanya saja jumlahnya

harus dibatasi dan tidak boleh melebihi batas yang diizinkan (100-

150 mg/hari). Untuk daging pun sebaiknya konsumsi per harinya

berkisar antara 1 hingga 1,5 potong. Sementara itu, sayuran sekitar

satu mangkok (100 gram) per harinya. Konsumsi makanan yang

mengandung purin sedang melebihi batas yang dianjurkan akan

menaikan kadar asam urat di dalam darah. Sumber makanan yang

mengandung purin sedang yaitu: daging dan ikan (kecuali jenis

daging dan ikan yang sudah disebutkan dalam kelompok berpurin

tinggi), biji dan daun melinjo, kacang-kacangan, kangkung, jamur,

bayam, daun pepaya, daun singkong, dan kol

3) Sumber makanan yang mengandung purin rendah

Kelompok yang terahir adalah sumber makanan yang

mengandung purin rendah. Kadar purin dalam makanan yang

terkategori rendah jika jumlahnya kurang dari 9 mg. Penderita asam

urat tidak perlu khawatir mengonsumsi makanan yang termasuk

dalam kelompok ini. Bahkan sumber makanan berpurin rendah bisa

dikonsumsi setiap hari karena tidak beresiko meningkatkan kadar

asam urat dalam darah. Berikut ini daftar sumber makanan yang

mengandung purin rendah yaitu: nasi, ubi, roti, singkong, jagung,


45

susu, sayuran (kecuali yang telah disebutkan dalam kelompok

berpurin sedang), dan buah-buahan (kecuali nanas,durian,avokad)

(Noormindhawati L, 2016).

2.3.3 Manajemen/Penatalaksanaan Diet

Managemen nutrisi pada penderita harus merupakan satu kesatuan

dengan kegiatan perawatan medis dan pengobatan. Pengobatan yang

dilakukan harus bersifat holistic dengan melibatkan berbabagi profesi yang

terkait. Diet yang diberikan merupakan salah satu upaya penyembuhan

kepada penderita. Prinsip dan Tujuan Diet Diet yang diberikan kepada

penderita gout dan hiperurisemia adalah Diet Rendah Purin. Prinsip

pemberian adalah memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan

dan keadaan pasien. Diet yang diberikan disesuaikan dengan tingkat

hiperurisemia, keadaan pasien dan kemampuan pasien dalam

mengekresikan kelebihan asam urat. Sedangkan tujuan pemberian diet

adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal serta

menurunkan kadar asam urat di dalam darah.

Syarat Diet/Pengaturan Makanan Energi disesuaikan dengan

Kebutuhan. Jumlah energi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan

berdasarkan usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, aktivitas. Bila

terjadi kelebihan berat badan, asupan energi harus dikurangi secara

bertahap sebanyak 500-1000 Kal atau 10-15 % dari kebutuhan normal.

Disamping itu harus dijaga jangan sampai terjadi kekurangan energi atau

BB dibawah normal. Kekurangan energi justru dapat meningkatkan asam

urat karena adanya benda keton yang dapat mengurangi pembuangan

asam urat melalui urine. Protein dan Purin. Hasil penelitian di Jakarta,
46

melaporkan adanya hubungan makanan tinggi protein dan purin dengan

hiperurisemia. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi purin sekitar 200

g, meningkatkan risiko hiperurisemia 3 kali lipat dibandingkan tak

mengkonsumsi. Diet normal mengandung purin sekitar 600- 1000 mg/hari.

Penderita Gout sebaiknya mengkonsumsi diet rendah purin 10 mg/dl

disertai dengan pembengkakan sendi dan nyeri, dianjurkan untuk

mengkonsumsi diet bebas purin. Protein diberikan dalam jumlah cukup (1-

1,2 g/kg BB/hari) atau 10-15% kebutuhan energi total, tetapi hendaknya

dihindari sumber protein yang mengandung purin tinggi terutama yang

berasal dari hewani untuk menghindari peningkatan produksi asam urat.

Protein sebaiknya yang bersumber dari nabati, susu, keju dan telur.

Karbohidrat. Karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65-75%

kebutuhan energi total. Sumber makanan yang mengandung karbohidrat

kompleks seperti nasi, singkong, roti, ubi, dan makanan berserat seperti

sayur-sayuran dan buah-buahan sangat baik diberikan karena dapat

meningkatkan ekskressi asam urat melalui urin. Sebaliknya konsumsi

karbohidrat sederhana yang banyak mengandung fruktosa seperti gula,

permen, sirup manis dibatasi atau dihindari karena dapat meningkatkan

kadar asam urat darah. Berdasarkan hasil penelitian di Jakarta, jumlah

konsumsi karbohidrat sebaiknya < 350 g/hari dan >100 g/hari, karena hasil

penelitian menunjukkan konsumsi karbohidrat >350 g/hari meningkatkan

risiko hiperurisemia 3 kali lebih tinggi. Lemak.

Lemak cenderung menghambat pembuangan asam urat melalui

urin.Oleh karena itu sebaiknya lemak diberikan terbatas yaitu 10-20% dari

energi total atau idealnya 15 % kebutuhan energi total. Makanan berminyak


47

seperti makanan yang digoreng dan bersantan sebaiknya dibatasi, hindari

penggunaan margarine dan mentega serta mengurangi makanan tinggi

kolesterol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek dengan kadar

kolesterol tinggi (>200mg/ dl) ternyata memiliki risiko menderita

hiperurisemia 9 kali dibandingkan dengan kadar koleterol < 200 mg/dl.

Vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral diberikan cukup sesuai dengan

kebutuhan dan beberapa diantaranya dapat diberikan lebih tinggi dalam

bentuk suplemen seperti vit C, E, B dan asam folat. Hasil penelitian

menunjukkan vitamin C dosis tinggi memberi efek meningkatkan

pembuangan asam urat melalui urin, tetapi perlu diwaspadai vitamin C

dosis tinggi mermberikan efek samping pada sistem pencernaan.

Vitamin B sangat penting sebagai koenzim. Asam pantotenat

membantu pemecahan asam urat, demikian pula asam folat bermanfaat

untuk mencegah serangan asam urat tetapi sebaliknya vitamin B-3 justru

meningkatkan produksi asam urat. Vitamin E membantu menjaga

kestabilan agar asam urat berada dalam keadaan normal. Cairan.

Penderita dianjurkan untuk minum banyak cairan sekitar 3 l/hari atau

disesuaikan dengan pengeluaran cairan melalui urin (2-2,5 l/hari).

Konsumsi tinggi cairan terutama dari minuman dapat membantu

pengeluaran asam urat melalui urin. Minuman sebaiknya air putih atau

sumber lain seperti teh, kopi, sirup, sari buah/jus buah. Buah-buahan yang

banyak cairan seperti semangka, melon, jambu air baik dikonsumsi, tetapi

buah yang banyak mengandung purin dan lemak tinggi sebaiknya dihindari

seperti advokat dan durian. Pemberian air putih hangat pada pagi hari atau
48

bangun tidur sangat baik diberikan. Alkohol. Penelitian menunjukkan kadar

asam urat orang yang mengkonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan

yang tidak mengkonsumsi alkohol. Orang yang mengkonsumsi alkohol

setiap hari memiliki risiko terkena gout sekitar 50%. Hal ini disebabkan

alkohol meningkatkan kadar asam laktat darah. Asam laktat yang

dihasilkan akan menghambat pengeluaran asam urat .

Selain itu minuman beralkohol seperti bir, anggur, tape, brem

banyak mengandung purin yang semakin meningkatkan kadar asam urat

darah. Untuk itu konsumsi alkohol dan minuman beralkohol harus dihindari

pada penderita gout. Jenis Diet dan Indikasi pemberian Diet Gout Artritis

diberikan kepada penderita dengan gout arthritis dan atau penderita

dengan batu asam urat dengan kadar asam urat > 7,5 mg/dl. Jenis Diet

yang diberikan ada dua jenis yaitu : Diet rendah Purin I / DPR I ( 1500 Kkal)

dan Diet Rendah Purin II /DPR II (1700 Kkal).

2.3.4 Pengelompokan Makanan Menurut Kandungan Purin dan Anjuran

Makan Kelompok I.

Jenis makanan yang sebaiknya dihindari dengan kandungan purin tinggi

( 100-1000 mg/100 g bahan makanan), seperti : Otak, hati, jantung, paru, ginjal,

jeroan, ekstrak daging/kaldu bebek, angsa, burung, kornet sapi, sardine, udang

kecil, bagian leher dan kaldu, alkohol, ragi. Kelompok II. jenis makanan yang

harus dibatasi dengan kandungan purin sedang (9-100 mg purin/100 g bahan

makanan) antara lain: maksimal 50-75 g (1-1,5 ptng) daging, ikan, unggas atau 1

mangkok (50-100 g) sayuran sehari. Daging sapi dan ikan (kecuali yang terdapat

dalam kelompok 1), ayam, udang, kacang kering maks 25 g/hari dan hasil olahan
49

seperti tahu dan tempe (50 g/hari), asparagus, kembang kol, kapri, jamur,

bayam, daun singkong, kangkung, daun dan biji melinjo Kelompok III. Pemakaian

bebas karena kandungan purinnya rendah (dapat diabaikan). Bahan ini dapat

dimakan setiap hari: Nasi, ubi, singkong, jagung, roti, mi, bihun, tepung beras,

cake, kue kering, pudding, susu, keju, lemak dan minyak terbatas , gula, sayuran

dan buahbuahan (kecuali buah dan sayur kelompok 2), teh dan kopi.

Anda mungkin juga menyukai