Anda di halaman 1dari 87

i

KARYA TULIS ILMIAH


LITERATURE REVIEW
ANALISIS PERBEDAAN TARIF INDONESIA CASE BASE
GROUPS (INA-CBGs) DENGAN TARIF RUMAH SAKIT

SRI MELINDA

17.03.043

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG

PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

MAKASSAR 2020
ii

KARYA TULIS ILMIAH


LITERATURE REVIEW
ANALISIS PERBEDAAN TARIF INDONESIA CASE BASE
GROUPS (INA-CBGs) DENGAN TARIF RUMAH SAKIT

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

Program Studi Diploma 3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Disusun dan diajukan oleh

SRI MELINDA
NIM. 17.03.043

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG

PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

MAKASSAR 2020

i
iii

KARYA TULIS ILMIAH


LITERATURE REVIEW
ANALISIS PERBEDAAN TARIF INDONESIA CASE BASE
GROUPS (INA-CBGs) DENGAN TARIF RUMAH SAKIT

Disusun dan diajukan oleh :

SRI MELINDA
NIM. 17.03.043

Menyetujui

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Darwis, SPd. M.Kes Dr. Ns. HM. Thabran Talib, SKM,MARS

Ketua Program Studi D3 Rekam


Medis dan Informasi Kesehatan

Syamsuddin, A.Md.PK.SKM.M.Kes

ii
1

KARYA TULIS ILMIAH


LITERATURE REVIEW
ANALISIS PERBEDAAN TARIF INDONESIA CASE BASE
GROUPS (INA-CBGs) DENGAN TARIF RUMAH SAKIT
Disusun dan diajukan oleh :

SRI MELINDA
NIM. 17.03.043

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal ( 19 November 2020)

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Darwis, SPd. M.Kes Dr. Ns. HM. Thabran Talib, SKM,MARS

Ketua STIKES Panakkukang Ketua Program Studi D3 Rekam


Makassar Medis dan Informasi Kesehatan

Dr. Ns. Makkasau, M.Kes. M.EDN Syamsuddin, A.Md.PK.SKM.M.Kes

iii
2

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian

Komprehensif Program Studi D3 Perekam Medis dan Informasi Kesehatan STIKES

Panakkukang Makassar, pada tanggal 19 November 2020

Makassar, 19 November 2020

Tim Penguji

Penguji I : Dr. H. Darwis,SPd.M.Kes (……………………..)

Penguji II :Dr.Ns.HM.Thabran Talib,SKM.MARS (……………………..)

Penguji III :Syamsuddin,A.Md.PK.SKM.M.Kes (……………………..)

iv
3

SURAT PERNYATAAN KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : SRI MELINDA

NIM : 17.03.043

menyatakan dengan sebenarnya bahwa Judul Laporan Kasus sebagai berikut :

ANALISIS PERBEDAAN TARIF INDONESIA CASE BASE GROUPS (INA-CBGs)


DENGAN TARIF RUMAH SAKIT Merupakan Karya Tulis Ilmiah yang saya buat
sendiri dan bukan merupakan bagian dari Karya Tulis Ilmiah orang lain. Bilamana
ternyata pernyataan ini tidak benar, saya sanggup menerima sanksi akademik yang
ditetapkan oleh STIKES Panakkukang Makassar.

Makassar, 20 Oktober 2020


Mengetahui Yang membuat pernyataan

Ketua Prodi D3 RMIK

Syamsuddin, A.Md.PK.SKM.M.Kes Sri Melinda


NIK. 093.152.02.04.025 NIM.17.03.043

v
4

ABSTRAK

Sri Melinda, “LITERATURE REVIEW ANALISIS PERBEDAAN TARIF INDONESIA CASE


BASE GROUPS (INA-CBGs) DENGAN TARIF RUMAH SAKIT”

PEMBIMBING : H. Darwis dan H. Muh Thabran Talib (66 Halaman + 12 Tabel + 1 Gambar)

Indonesia Case Base Groups (INA-CBGs) merupakan aplikasi yang digunakan dalam program
Jaminan Kesehatan Nasional yang dimulai pada 1 januari 2014. Aplikasi ini sebelumnya juga telah
digunakan dalam program jaminan kesehatan yang dicanangkan oleh pemerintah seperti
JAMKESMAS pada tahun 2010 dengan revisi sebelumnya. Tarif INA-CBGs merupakan tarif paket
yang meliputi seluruh komponen sumber daya rumah sakit yang digunakan dalam pelayanan baik
medis maupun non-medis. Tujuan dalam penelitian ini untuk diketahuinya perbedaan tarif INA-CBGs
dengan rumah sakit dan mengetahui faktor-faktor perbedaan tarif. Desain penelitian ini adalah
literature review atau tinjauan pustaka. Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan beberapa
artikel terkait kemudian dilakukan inklusi dan ekstraksi data, jumlah artikel yang diteliti sebanyak 9
artikel. Berdasarkan hasil dapat dilihat dari selisih positifnya penelitian A.A Made wijaya kusuma dan
Ketut Ariawati 21,7%, Hotma Dumaris 20,4%, Indriyati Oktaviano Rahayuningrum dkk 25,4%,
Lestari Handayani dkk 32,5%. adapun selisih negatifnya penelitian Lilissuriani dkk 26,9%, Retno
nurhidayati 27,4%, Sartika dewi dkk 15,0%. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa perbedaan
tarif INA-CBGs dengan rumah sakit menghasilkan selisih positif dan negatif adapun selisih positif
yaitu terdapat 4 artikel sedangkan selisih negatif yaitu terdapat 3 artikel, adapun faktor-faktornya yaitu
Diagnosa utama, diagnose sekunder, prosedurm tindakan, episode/lama rawat, tugas dan
tanggungjawab, severity level.

Kata kunci : Indonesia Case Base Groups (INA-CBGs), Perbedaan tarif

vi
5

ABSTRACT

Sri Melinda, “LITERATURE REVIEW ANALYSIS OF DIFFERENCES IN INDONESIAN


RATE BASE GROUPS (INA-CBGs) WITH HOSPITAL RATES”

SUPERVISOR : H. Darwis dan H. Muh Thabran Talib (66 Pages + 12 Tabels + 1 Picture)

Indonesia Case Base Groups (INA-CBGs) is an application used in the National Health Insurance
program which started on January 1, 2014. This application has previously been used in health
insurance programs launched by the government such as JAMKESMAS in 2010 with previous
revisions. INA-CBGs rates are package rates that cover all components of hospital resources used in
both medical and non-medical services. The purpose of this research is to know the difference
between INA-CBGs and hospital rates and to know the factors of different rates. The design of this
research is a literature review or literature review. Collecting data by collecting several related
articles, then data inclusion and extraction, the number of articles studied was 9 articles. Based on
the results, it can be seen from the positive differences of research A.A Made wijaya kusuma and
Ketut Ariawati 21.7%, Hotma Dumaris 20.4%, Indriyati Oktaviano Rahayuningrum et al 25.4%,
Lestari Handayani et al 32.5%. As for the negative difference in the research of Lilissuriani et al.
26.9%, Retno nurhidayati 27.4%, Sartika dewi et al 15.0%. Based on the results it can be concluded
that the difference in INA-CBGs rates with the hospital results in a positive and negative difference,
there are 4 articles while the negative difference is 3 articles, as for the factors, namely the main
diagnosis, secondary diagnosis, procedures, actions, episodes / duration. care, duties and
responsibilities, severity level.

Keywords: Indonesia Case Base Groups (INA-CBGs), Tarif differences

vii
6

PRAKATA

Dengan mengucapkan Alhamdudillah segala piji syukur penulis panjatkan

atas kehaditar Allah SWT, karna berkat rahmat dan hidayah-nya menyusun karya

tulis ilmiah yang berjudul “Analisis Perbedaan Tarif Indonesia Case Base Groups

(INA-CBGs) dengan Tarif Rumah Sakit” Ini dapat di selesaikan guna memenuhi

salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi D3

rekam medis dan informasi kesehatan.

Pada kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan

terima kasih kepada Ayahanda H. ABD RAHMAN dan Ibunda HJ. HACIDA dan

seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan baik materi, moril maupun doa

selama menjalani pendidikan hingga tahap akhir menyelesaikan studi pada Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang Makassar Program studi D3 Rekam Medis dan

Informasi Kesehatan. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada bapak

Dr.H.Darwis,SPd.M.Kes selaku pembimning 1 dan bapak Dr.Ns.HM.Thabran

Talib,SKM,MARS selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu dan pikiran

selama proses penulisan tugas akhir ini, serta semua pihak yang telah memberikan

bantuan dan bimbingan kepada penulis yaitu :

1. H. Sumardin Makka, SKM, M.Kes., Selaku Ketua Yayasan Perawat Sulawesi

Selatan

viii
7

2. Dr. Ns. Makkasau Plasay, M.Kes., M.EDM selaku Ketua Stikes Panakkukang

Makassar.

3. Syamsuddin,A.Md.PK.SKM.M.Kes Selaku Ketua Program Studi D3 Rekam

Medis dan Informasi Kesehatan STIKES Panakkukang Makassar.

4. Dr. H. Darwis,SPd.M.Kes selaku pembimning 1

5. Dr. Ns HM. Thabran Talib,SKM,MARS selaku pembimbing 2

6. Seluruh Staf/Dosen D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Panakkukang

Makassar

7. Sahabat-sahabatku tercinta yang senantiasa membantu dan memberikan

banyak saran, Nur Adliah AR, Nahdatilasari Nuer, Nurul Azizah Islamiah dan

Arnandi Adriansyah yang telah membantu dan menemaniku tanpa kenal lelah

dalam menyelesaikan Literature Review ini

saya menyadari penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata

sempurna. Maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

positif untuk mencapai kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.Semoga karya

tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi para pembaca.

Makassar, 20 Oktober 2020

SRI MELINDA

ix
8

DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................... i

Halaman persetujuan ................................................................................ ii

Halaman Pengesahan ............................................................................... iv

Halaman Pernyataan Keaslian .................................................................. v

Halaman Abstrak (Bahasa Indonesia) ....................................................... vi

Halaman Abstract (Bahasa Inggris) .......................................................... vii

Prakata..................................................................................................... viii

Daftar Isi.................................................................................................. x

Daftar Tabel............................................................................................. xii

Daftar Lampiran....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 5

D. Manfaat Penulisan ...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


9

A. Kajian Umum Tentang INA-CBGs ............................................. 7

B. Kajian Umum Tentang Tarif INA-CBGs .................................... 17

C. Faktor Yang Menyebabkan Perbedaan Tarif ............................... 26


x
BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian........................................................................ 30

B. Pencarian Literatur ..................................................................... 30

1. Kata Kunci (Keywords).......................................................... 30

2. Database Pencarian Literature ................................................ 30

3. Strategi Pencarian Literature .................................................. 31

4. Kreteria Inklusi Dan Ekslusi .................................................. 31

5. Sintesis Hasil Literatur........................................................... 32

6. Ekstraksi Data........................................................................ 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil............................................................................................. 39

B. Pembahasan ................................................................................. 52

BAB V PENUTUIP

A. Kesimpulan .................................................................................. 62

B. Saran ............................................................................................ 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xi
10

DAFTAR TABEL

2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembayaran Prospektif ............... 9

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembayaran Retrospektif ............ 9

2.3 Casemix Main Group ......................................................................... 13

2.4 Group Tipe Kasus dalam INA-CBGs ................................................. 15

2.5 Contoh Kode INA-CBGs ................................................................... 16

2.6 Harga Dasar Satuan Obat ................................................................... 25

3.1 Strategi Pencarian Literature Review.................................................. 31

3.2 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ................................................................ 31

3.3 Hasil Ekstraksi Data Literature Review .............................................. 34

4.1 Karakteristik Data Literature .............................................................. 40

4.2 Perbedaan Tarif INA-CBGs dengan Rumah Sakit .............................. 45

4.3 Faktor Perbedaan Tarif INA-CBGs dengan Rumah Sakit ................... 49

xii
11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar konsultasi karya tulis ilmiah

Lampiran 2 : Lembar ujian akhir karya tulis ilmiah

Lampiran 3 : Artikel-Artikel yang dijadikan referensi

Lampiran 4 : Riwayat Hidup Penulis

xiii
12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan ialah suatu hal yang sangat penting dan mahal harganya.

Didalam era globalisasi seperti sekarang, banyak orang yang bersama-sama

untuk menjaga dirinya agar tetap sehat. Peningkatan biaya kesehatan menjadi

masalah utama bagi masayarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,

salah satu cara yang dilakukan pemerintah dalam pembiayaan kesehatan ialah

dengan pelaksanaan program Jamkesmas, yang merupakan upaya untuk

menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan

tidak mampu.(Oktamianiza, 2017).

Indonesia menargetkan pencapaian Cakupan Kesehatan Semesta

(Universal Health Coverage) pada tahun 2019, artinya pada tahun tersebut

rakyat Indonesia terjamin kesehatannya secara keseluruhan.Pelayanan

kesehatan diperoleh dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

maupun Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) di rumah sakit

(RS). Rumah Sakit terkena dampak perkembangan kesepakatan dunia dalam

penyediaan pelayanan kesehatan yang universal. Dalam sistem pembiayaan

kesehatan di RS, Indonesia mengembangkan sistem Casemix pada Tahun

1
2

2006 dengan nama INA-DRG (Indonesia-Diagnosis Related Group).

Implementasi pembayaran RS dengan INA-DRG dimulai 1 September 2008

pada 15 rumah sakit vertikal. Pada September 2010 dilakukan perubahan

nomenklatur dari INA-DRG menjadi INA-CBGs (Indonesia CaseBased

Groups) seiring dengan perubahan grouper dari 3M Grouper ke UNU (United

Nation University) Grouper. Tarif Indonesia Case Based Groups (INA-

CBGs) bagi rumah sakit diterapkan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.

59 Tahun 2014 (Lestari handayani,2018).

Penerapan tarif INA-CBGs selama berlakunya sistem Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) pada 1 januari 2014, membawa pengaruh besar

pada cara pembayaran yang diterapkan pada sebagian besar rumah sakit.

Pihak rumah sakit harus memahami pola pembayaran casemix tersebut

supaya penetapan tarif dapat disesuaikan dengan unit cost yang lebih efektif

dan efisien. (Thabrany, 2014).

Penetapan Tarif INA-CBGs membutuhkan proses panjang, dimulai

dengan penghitungan unit cost yang dilakukan oleh Tim Tarif Kementerian

Kesehatan. Dilakukan analisis data dasar dan data costing RS yang diperoleh

dari sejumlah RS terpilih.Tarif INA-CBGs ialah rata-rata biaya yang

diperlukan untuk suatu kelompok diagnosis yang terperinci untuk 5 regional,

kelas rumah sakit, kepemilikan rumah sakit (pemerintah atau swasta).

Pengembangan pelayanan rumah sakit dengan pembiayaan atau pembayaran

yang terstandar ini akan dapat memberikan banyak keuntungan baik bagi
3

pasien. penyedia pelayanan kesehatan dan pihak penyandang dana

(Kementerian Kesehatan, 2014).

Sejak pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), banyak

menghadapi permasalahan.Masyarakat mengeluhkan sulitnya mendapatkan

pelayanan yang memadai. Pada saat akan melakukan pemeriksaan penunjang

baik pemeriksaan laboratorium maupun radiologi kadang harus datang

beberapa kali dikarenakan jatah biaya sudah melampaui paket INA-CBGs.

Tidak jarang terlihat pasien komplain pada saat mengambil obat di apotik

yang disebabkan oleh obat yang tidak tersedia (kosong) ataupun jumlah obat

yang diterima dirasakan pasien kurang. Di pihak lain, banyak rumah sakit

yang mengeluh dengan besaran tarif pembiayaan yang diatur dalam

Permenkes No 59 tahun 2014. Besaran tarif dalam peraturan tersebut

dianggap terlalu kecil dan tidak sesuai dengan jasa medis, harga obat dan

reagen atau bahan habis pakai terkini.Akibatnya dari sudut pandang pasien,

timbul kesan bahwa pihak rumah sakit hanya memberikan pelayanan

seadanya yang disertaiketidakramahan dari petugas kesehatan.Dari sederet

permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan JKN 2014, yang paling

banyak menyita perhatian banyak pihak terkait penyelenggaraan JKN adalah

tentang tarif INA-CBGs (Hotma Dumaris,2016).

Pada perbedaan tarif riil rumah sakit dengan tarif INA-CBGs di RSUP

Dr.M. Djamal Padang, tarif riilnya dihitung perincian jenis pelayanan, dalam

hal ini standar tarifnya telah ditentukan dalam Peraturan Daerah. sedangkan
4

tarif INA-CBGs dihitung berdasarkan akumulasi atau penggabungan kode

diagnose dan kode prosedur/tindakan kedalam software CBG, yang satandar

tarifnya ditetapkan oleh pemerintah pusat (centre for casemix kemenkes RI).

Perbedaan tarif terlihat begitu jelas, karena standar tarif dalam peraturan

daerah Sumbar khususnya untuk kasus PTCA jauh lebih tinggi dari pada tarif

INA-CBGs, yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Hal tersebut terjadi

karena tarif riil rumah sakit (Perda) disesuaikan dengan kemampuan

ekonomi masyarakat setempat.(Oktamianiza,2017).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan“Literature Review Analisis Perbedaan Tarif Indonesia Case Base

Groups (INA-CBGs) Dengan Tarif Rumah Sakit”. PICO merupakan metode

pencarian informasi klinis yang merupakan akronim dari 4 komponen : P

(population/problem atau patient atau program, I (intervention prognostic

faktor atau exsposure), C (comparison), O (outcome). Dengan menggunakan

PICO kita dapat memastikan penelitian yang dicari sesuai dengan pertanyaan

klinis. Pertanyaan klinis dalam literature review ini menggunakan format

PICO yaitu P :aplikasi INA-CBG, I :-, C :perbedaan tarif, O : mengetahui

perbedaan tarif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

Literature Review ini adalah Apakah faktor yang menyebabkan perbedaan

tarif INA-CBGs dengan tarif Rumah Sakit?


5

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu menguraikan ulasan mengenai perbedaan tarif INA-CBGs

dengan tarif Rumah Sakit

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui perbedaan tarif INA-CBGs dengan tarif Rumah

Sakit

b. Mengetahui faktor yang menyebabkan perbedaan tarif INA-CBGs

dengan tarif Rumah Sakit

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan atau sumber didalam

mempelajari manajemen informasi kesehatan dan meningkatkan

pengetahuan pada umumnya.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam upaya

evaluasi tarif INA-CBGs dengan tarif Rumah Sakit.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga tercipta tenaga-

tenaga profesi rekam medis dan informasi kesehatan yang

professional.
6

b. Mendapat gambaran berbagai masalah yang ada dan nyata dalam

sistem pembayaran INA-CBGs.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Umum Tentang INA-CBGs

1) Pengertian INA-CBGs

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 76 Tahun 2016 Tentang Pedoman Indonesia Case Base

Groups (INA-CBGs) dalam pelaksanaan jaminan kesehatan nasional.

Di Indonesia, metode pembayaran prospektif dikenal dengan case

based payment (casemix), dan sudah diterapkan sejak tahun 2008

sebagai metode pembayaran pada program Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas). Aplikasi INA-CBGs merupakan aplikasi

yang digunakan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

yang dimulai pada 1 Januari 2014. Aplikasi ini sebelumnya juga telah

digunakan dalam program jaminan kesehatan yang dicanangkan oleh

pemerintah seperti JAMKESMAS pada tahun 2010 dengan versi

sebelumnya. Aplikasi INA-CBGs pertama kali dikembangkan dengan

versi 1.5 yang berkembang sampai dengan saat ini menjadi versi 5

dengan pengembangan pada beberapa hal diantaranya :

a. Interface

b. Fitur

7
8

c. Grouper

d. Penambahan variable

e. Tarif INA-CBGs

f. Modul protocol integrasi dengan SIMRS serta BPJS

g. Rancang bangun pengumpulan data dari rumah sakit ke BPJS

Kesehatan dan Kementrian Kesehatan RI

Pada aplikasi ini yang akan digunakan pada tahun 2016 telah

mengalami perubahan yang cukup signifikan baik dari segi interface

maupun rancang bangun alur pengiriman data. Aplikasi INA-CBGs

sampai saat ini telah digunakan oleh rumah sakit, balai dan klinik yang

melayani peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Terdapat dua metode pembayaran rumah sakit yang digunakan

yaitu metode pembayaran retrospektif dan metode pembayaran

prospektif. Metode pembayaran retrospektif adalah metode pembayaran

yang dilakukan atas layanan kesehatan yang diberikan kepada pasien

berdasar pada setiap aktifitas layanan yang diberikan,semakin banyak

layanan kesehatan yang diberikan semakin besar biaya yang harus

dibayarkan. Contoh pola pembayaran retrospektif adalah fee for service

(FFS).Metode pembayaran prospektif adalah metode pembayaran yang

dilakukan atas layanan kesehatan yang besarannya sudah diketahui

sebelum pelayanan kesehatan diberikan.Contoh pembayaran prospektif

adalah global budget, perdiem, kapitasi dan case based payment.


9

Tidak ada satupun sistem pembiayaan yang sempurna, setiap

sistem pembiayaan memiliki kelebihan dan kekurangan.Berikut tabel

perbandingan kelebihan sistem pembayaran prospektif dan retrospektif.

Tabel 2.1
Kelebihan dan Kekurangan metode pembayaran prospektif
PIHAK KELEBIHAN KEKURANGAN
Provider Pembayaran lebih adil Kurangnya kualitas koding
sesuai dengan kompleksitas
akan menyebabkan
pelayanan ketidaksesuaian proses
Proses klaim lebih cepatgrouping (pengelompokan
kasus)
Pasien Kualitas pelayanan baik Pengurangan kuantitas
pelayanan
Dapat memilih provider Provider merujuk ke
dengan pelayanan terbaik luar/RS lain
Pembayar Terdapat pembagian resiko Memerlukan pemahaman
keuangan dengan provider mengenai konsep prospektif
dalam implementasinya
Biaya administrasi lebih Memerlukan monitoring
rendah pasca klaim
Mendorong peningkatan
sistem informasi
Tabel 2.2
Kelebihan dan Kekurangan metode pembayaran Retrospektif
PIHAK KELEBIHAN KEKURANGAN
Provider Resiko keuangan sangat Tidak ada insentif untuk
kecil yang memberikan preventif
care
Pendapatan rumah sakit “Suplier induced-demand”
tidak terbatas
Pasien Waktu tunggu yang lebih Jumlah pasien di klinik
singkat sangat banyak
“Overcrowded clinics”
Lebih mudah mendapat Kualitas pelayanan kurang
pelayanan dengan teknologi
terbaru
10

Pembayar Mudah mencapai Biaya administrasi tinggi


kesepakatan dengan untuk proses kalim
provider Meningkatkan resiko
keuangan

Sistem casemix adalah pengelompokan diagnosis dan prosedur

dengan mengacu pada ciri klinis yang mirip/sama dan penggunaan sumber

daya/biaya perawatan yang mirip/sama.Pengelompokan dilakukan dengan

menggunakan software grouper.Sistem casemix saat ini banyak digunakan

sebagai dasar sistem pembayaran kesehatan di negara-negara maju dan

sedang dikembangkan di negara-negara berkembang.

Beberapa pengertian terkait sistem INA-CBGs sebagai metode

pembayaran kepada FKRTL dalam pelaksanaan JKN :

a. Jaminan kesehatan adalah jaminan berupaperlindungan kesehatan

agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang

diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau

iurannya dibayarkan oleh pemerintah.

b. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya

disingkat BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk

untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan.

c. Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua fasilitas

kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berupa


11

fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan

tingkat lanjutan.

d. Fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan

perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif

yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau

masyarakat.

e. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) meliputi

klinik utama atau yang setara, rumah sakit umum dan rumah sakit

khusus.

f. Pelayanan kesehatan tingkaat lanjutan adalah upaya pelayanan

kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik

yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat

lanjutan, dan rawat inap diruang perawatan khusus.

g. Pelayanan Kesehatan Darurat Medis adalah pelayanan kesehatan

yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah kematian,

keparahan dan/atau kecacatan sesaui dengan kemampuan fasilitas

kesehatan.

h. Pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan komprehensif

yang meliputi pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif,

rehabilitative, pelayanan kesehatan darurat medis, pelayanan

penunjang dan/atau pelayanan kefarmasian.


12

i. Pelayanan rawat inap adalah pelayanan kepada pasien untuk

observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan/atau

pelayanan kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur.

j. Sumber daya adalah segala dukungan berupa material, tenaga,

pengetahuan, teknologi dan/atau dukungan lainnya yang digunakan

untuk menghasilkan manfaat dalam pelayanan kesehatan.

2) Struktur Kode INA-CBGs

Dasar pengelompokan dalam INA-CBGs menggunakan sistem

kodifikasi dari diagnosis akhir dan tindakan/prosedur yang menjadi

output pelayanan, dengan acuan ICD-10 Revisi Tahun 2010 untuk

diagnosis dan ICD-9-CM Revisi Tahun 2010 untuk

tindakan/prosedur. Pengelompokan menggunakan sistem teknologi

informasi berupa aplikasi INA-CBGs sehingga dihasilkan 1.075

Group/kelompok Kasus yang terdiri dari 786 kelompok kasus rawat

inap dan 289 kelompok kasus rawat jalan. Setiap group dilambangkan

dengan kode kombinasi alphabet dan numeric dengan contoh sebagai

berikut :

Gambar 1
Struktur Kode INA-CBGs

1 2

Kode INA-CBG : K-4-17-I

3
4
13

Keterangan:

a. Digit ke-1 (alfabetik) : menggunakan kode CMG (Casemix

Main Groups)

b. Digit ke-2 (numeric) : menggambarkan tipe kelompok kasus

(Case Groups)

c. Digit ke-3 (numeric) : menggambarkan spesifikasi kelompok

kasus

d. Digit ke-4 (romawi) : menggambarkan tingkat keparahan

kelompok kasus

Struktur Kode INA-CBGs terdiri atas :

a. Casemix Main Groups (CMG)

Adalah klasifikasi tahap pertama yang dilabelkan dengan

huruf Alphabet (A sampai Z) yang di sesuaikan dengan ICD

10 untuk setiap organ tubuh manusia. Terdapat 29 CMG

dalam INA-CBGs yaitu:

Tabel 2.3
Casemix Main Group
NO Deskripsi Kode CMG Kode CMG
1 Central nervous system groups G
2 Eye and Adnexa Groups H
3 Ear, nose, mouth & throat Groups U
4 Respiratory system Groups J
5 Cardiovascular system Groups I
6 Digestive system Groups K
14

7 Hepatobiliary & pancreatic system B


Groups
8 Musculoskletal system & connective M
tissue Groups
9 Skin, subcutaneous tissue & breast L
Groups
10 Endocrine system, nutrition & E
metabolism Groups
11 Nepro-urinary system Groups N
12 Male reproductive system Groups V
13 Female reproductive system Groups W
14 Deleiveries Groups O
15 Newborns & Neonates Groups P
16 Haemopoetic & immune system D
Groups
17 Myeloproliferative system & C
neoplasm Groups
18 Infectious & parasitic disease A
Groups
19 Mental Health and Behavioral F
Groups
20 Substance abuse & dependence T
Groups
21 Injuries, poisonings & toxic effect of S
drugs Groups
22 Factors influencing health status & Z
other contacts with health services
Groups
23 Sub-acute Groups SF
24 Special procedures YY
25 Special drugs DD
26 Special investigation II
27 Special prosthesis RR
28 Chronic Groups CF
29 Errors CMGs X
15

b. Case Group

Adalah sub-group kedua yang menunjukkan spesifikasi atau

tipe kelompok kasus, yang dilabelkan dengan angka 1 (satu)

samapai dengan 9 (Sembilan)

Tabel 2.4
Group Tipe Kasus dalam INA-CBGs
GROUP TIPE KASUS
1 Prosedur Rawat Inap
2 Prosedur Besar Rawat Jalan
3 Prosedur Signifikan Rawat Jalan
4 Rawat Ianap Bukan Prosedur
5 Rawat Jalan Bukan Prosedur
6 Rawat Ianap Kebidanan
7 Rawat Jalan Kebidanan
8 Rawat Inap Neonatal
9 Rawat Jalan Neonatal
0 Error
c. Case Type

Adalah sub-group yang menunjukkan spesifik CBG yang

dilambangkan dengan numeric mulai dari 01 sampai dengan

99.

d. Severity Level

Adalah sub-group keempat yang menggambarkan tingkat

keparahan kasus yang dipengaruhi adanya komorbiditas

ataupun komplikasi dalam masa perawatan. Keparahan kasus

dalam INA-CBGs terbagi menjadi :

1) “0”- untuk rawat jalan


16

2) “I”- Ringan untuk rawat inap dengan tingkat

keparahan 1 (tanpa komplikasi maupun komorbiditi)

3) “II”- Sedang untukrawat inap dengan tingkat

keparahan 2 (dengan mild komplikasi dan

komorbiditi)

4) “III”- Berat untuk rawat inap dengan tingkat

keparahan 3 (dengan major komplikasi dan

komorbiditi)

Tabel 2.5
Contoh kode INA-CBGs
Tipe Kode Deskripsi Kode INA-
Layanan INA-CBGs CBGs
Rawat I-4-10-I Infark Miocard
Inap Akut(ringan)
I-4-10-II Infark Miocard
Akut(sedang)
I-4-10-III Infark Miocard Akut(berat)
Rawat Q-5-18-0 Konsultasi atau
Jalan pemeriksaan lain-lain
Q-5-35-0 Infeksi akut
Istilah ringan, sedang dan berat dalam deskripsi dari

kode INA-CBGs bukan menggambarkan kondisi klinis

pasien maupun diagnosis atau prosedur namun

menggambarkan tingkat keparahan (severity level) yang

dipengaruhi oleh diagnosis sekunder (komplikasi dan

komorbiditi).
17

B. Kajian Umum Tentang Tarif INA-CBGs

1. Pengertian Tarif INA-CBGs (PERMENKES 76 Tahun 2016)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 76 Tahun 2016 Tentang Pedoman Indonesia Case Base Groups

(INA-CBGs) dalam pelaksanaan jaminan kesehatan nasional.Tarif INA-

CBGs merupakan tarif paket yang meliputi seluruh komponen sumber

daya rumah sakit yang digunakan dalam pelayanan baik medis maupun

non-medis.

Penghitungan tarif INA-CBGs berbasis pada data costing dan

data koding rumah sakit.Data costing merupakan data biaya yang

dikeluarkan oleh rumah sakit baik operasional maupun investasi, yang

didapatkan dari rumah sakit terpilih yang menjadi representasi rumah

sakit.Sedangkan data koding diperoleh dari klaim JKN.

Tarif INA-CBGs yang digunakan dalam program Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) diberlakukan berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan, dengan beberapa prinsip sebagai berikut :

a. Pengelompokan Tarif INA-CBGs

Pengelompokan tarif INA-CBGs dilakukan berdasarkan

penyesuaian setelah melihat besaran Hospital Base Rate (HBR)

yang didapatkan dari perhitungan total biaya dari sejumlah rumah


18

sakit. Apabila dalam satu kelompok terdapat lebih dari satu rumah

sakit, maka digunakan Mean Base Rate

Berikut adalah kelompok Tarif INA-CBGs tahun 2016 :

1) Tarif rumah sakit umum pusat Nasional Dr. Cipto

Mangunkusumo

2) Tarif Rumah Sakit Jantung dan Pembulu Darah Harapan Kita,

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, dan Rumah Sakit

Kanker Dharmais.

3) Tarif Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Kelas A

4) Tarif Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Kelas B

5) Tarif Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Kelas C

6) Tarif Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Kelas D

Untuk rumah sakit yang belum memiliki penetapan

kelas serta FKRTL selain rumah sakit , maka tarif INA-CBGs yang

digunakan setara dengan kelompok tarif rumah sakit kelas D sesuai

regionalisasi masing-masing.

b. Rs Khusus

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit

atau kekhususan lainnya.


19

Dalam Program JKN berlaku perbedaan pembayaran kepada

RS khusus untuk pelayanan yang sesuai kekhususannya dan

pelayanan diluar kekhususannya, dimana :

1) Untuk pelayanan diluar kekhususan yang diberikan oleh

Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh darah Harapan Kita,

Rumah sakit Kanker Dharmais, berlaku kelompok tarif INA-

CBGs Rumah Sakit Pemerintah Kelas A.

2) Untuk pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit khusus di

luar kekhususannya, berlaku kelompok tarif INA-CBGs satu

tingkat lebih rendah dari kelas rumah sakit yang ditetapkan.

Dalam implementasi INA-CBGs, yang dinyatakan sebagai

pelayanan sesuai kekhususannya adalah jika kode diagnosis utama

sesuai dengan kekhususan rumah sakit. Dalam halkode diagnosis

yang sesuai kekhususannya merupakan kode asterisk dan diinput

sebagai diagnosis sekunder maka termasuk kedalam pelayanan

sesuai kekhususannya.

c. Pembayaran Tambahan (Top Up)

Terdapat pembayaran tambahan (Top Up) dalam sistem INA-

CBGs untuk kasus-kasus tertentu yang masuk dalam special CMG,

meliputi :

1) Special procedure
20

2) Special drug

3) Special investigation

4) Special prosthecis

5) Subacute cases

6) Chronic cases

Special CMG atau special group pada tarif INA-CBGs saat ini

dibuat untuk mengurangi resiko keuangan rumah sakit. Top Up

pada special CMG diberikan untuk beberapa obat, alat, prosedur,

pemeriksaan penunjang serta beberapa kasus penyakit subakut dan

kronis. Besaran nilai pada tarif special CMG tidak dimaksudkan

untuk mengganti biaya yang keluar dari alat, bahan atau kegiatan

yang diberikan kepada pasien, namun merupakan tambahan

terhadap tarif dasarnya.

2. Pengertian Tarif INA-CBGs (PERMENKES 59 Tahun 2014)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan

Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan. Adapun

Ketentuan Umum pada BAB I pasal 1 yang bebunyi :

a. Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar

dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas kesehatan tingkat

pertama berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa


21

memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang

diberikan.

b. Tarif Non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS

Kesehatan kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama berdasarkan

jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.

c. Tarif Indonesia-Case Based Groups yang selanjutnya disebut

Tarif INA-CBGs adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS

Kesehatan kepada fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan atas

paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis

penyakit dan prosedur.

d. fasilitas kesehatan tingkat pertama yang selanjutnya disingkat

FKTP adalah Fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan

perorangan yang bersifat non spesialistik untuk keperluan

observasi, promotif, preventif, diagnosis, perawatan, pengobatan,

dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan

Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan. pada BAB III

tentang Tarif pada FKRTL :

a. Pasal 15
22

1) Tarif pelayanan kesehatan di FKRTL ditetapkan berdasarkan

kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas

Kesehatan dengan mengacu pada standar tarif INA-CBGs.

2) Sandar tarif INA-CBGs sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

b. Pasal 16

1) Tarif rawat jalan di FKRTL berupa klinik utama atau yang

setara diberlakukan sama dengan tarif sebagaimana

tercantum dalam standar Tarif INA-CBGs untuk kelompok

rumah sakit kelas D.

2) Tarif rawat inap di FKRTL berupa klinik utama atau yang

setara diberlakukan tarif sebesar 70% - 100% (tujuh puluh

persen sampai dengan seratus persen) dari standar tarif INA-

CBGs untuk kelompok rumah sakit kelas D yang besarannya

sesuai kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi

Fasilitas Kesehatan terkait.

c. Pasal 17

1) Tarif rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit yang

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan diberlakukan tarif INA-

CBGs berdasarkan kelas rumah sakit.


23

2) Dalam hal ruamah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

belum memiliki penetapan kelas rumah sakit, tarif rawat

jalan dan rawat inap disetarakan dengan tarif INA-CBGs

rumah sakit kelas D

3) Terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit khusus

sesuai kekhususannya, berlaku tarif sesuai kelas rumah sakit.

4) Dalam hal pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit khusus

di luar kekhususannya, berlaku tarif rumah sakit satu kelas di

bawah penetapannya.

d. Pasal 18

1) BPJS Kesehatan dapat memberikan pembayaran kepada

FKRTL yang tidak bekerjasama yang melakukan pelayanan

gawat darurat kepada peserta Jaminan Kesehatan Nasional.

2) Pelayanan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dibayar sesuai tarif INA-CBGs berdasarkan penetapan

kelas.

e. Pasal 19

1) Standar tarif untuk pemasangan pertama Continious

Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) sesuai dengan tarif

INA-CBGs.

2) Penggunaan Consumables dan jasa pada pelayanan CAPD

dibayarkan sebesar Rp 5.940.000,00/bulan.


24

3) Penggunaan Transfer set pada pelayanan CAPD dibayarkan

sebesar Rp 250.000,00/set.

f. Pasal 20

1) Obat penyakit kronis di FKRTL diberikan maksimum untuk

1 (satu) bulan sesuai indikasi medis.

2) Obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk :

a) Penyakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)

yang belum dirujuk balik;

b) Penyakit kronis lain yang menjadi kewenangan FKRTL.

3) Obat sebagaimana dimaksud ayat (2) diberikan dengan cara :

a) Sebagai bagian dari paket INA-CBGs, diberikan minimal

7 (tujuh) hari; dan

b) Bila diperlukan tambahan hari pengobatan, obat

diberikan terpisah diluar paket INA-CBGs dan harus

tercantum pada Formularium Nasional.

4) Obat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, diberikan

melalui instalasi farmasi di FKRTL atau apotek yang

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

5) Harga obat yang ditagihkan oleh instalasi farmasi di FKRTL

atau apotek sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengacu

pada harga sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (6)

ditambah faktor pelayanan kefarmasian.


25

6) Besarnya biaya pelayanan kefarmasian sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) adalah faktor pelayanan kefarmasian

dikali harga dasar obat sesuai E-Catalogue atau harga yang

ditetapkan oleh Menteri.

7) Faktor pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada

ayat (6)dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 2.6
Harga Dasar Satuan obat
Faktor Pelayanan
Harga Dasar Satuan Obat
Kefarmasian
< Rp50.000,00 0,28
Rp50.000,00 sampai dengan 0,26
Rp250.000,00
Rp250.000,00 sampai dengan 0,21
Rp500.000,00
Rp500.000,00 sampai dengan 0,16
Rp1.000.000,00
Rp1.000.000,00 sampai dengan 0,11
Rp5.000.000,00
Rp5.000.000,00 sampai dengan 0,09
Rp10.000.000,00
>Rp10.000.000,00 0,07
26

C. Faktor yang Menyebabkan Perbedaan Tarif

1. Diagnosa Utama

Diagnosa Utama adalah diagnosis yang ditegakkan oleh dokter

pada akhir episode perawatan yang menyebabkan pasien mendapatkan

perawatan atau pemeriksaan lebih lanjut. Untuk menentukan kode

diagnosisnya yaitu menggunakan ICD (International Classification Of

Diseases and Related Health Problems) 10 Revisi Tahun 2010 terdiri

dari 3 volume dan 22 bab dengan rincian sebagai berikut :

a. Volume 1merupakan daftar tabulasi dalam kode alfanumerik tiga

atau empat karakter dengan inklusi dan ekslusi, beberapa aturan

pengkodean, klasifikasi morfologis neoplasma, daftar tabulasi

khusus untuk morbiditas dan mortalitas, definisi tentang penyebab

kematian serta peraturan mengenai nomenklatur.

b. Volume 2 merupakan manual instruksi dan pedoman penggunaan

ICD-10.

c. Volume 3 merupakan indeks alfabetis, daftar komprehensif semua

kondisi yang ada di daftar tabulasi (volume 1), daftar sebab luar

gangguan (external cause), tabel neoplasma serta petunjuk

memilih kode yang sesuai untuk berbagi kondisi yang tidak

ditampilkan dalam Tabular list.

2. Diagnosis Sekunder
27

Diagnosis Sekunder adalah diagnosis yang meyertai diagnosis

utama pada saat pasien masuk atau yang terjadi selama episode

perawatan. Diagnosis sekunder merupakan komorbiditas dan/atau

komplikasi. Untuk menentukan kode diagnosisnya yaitu

menggunakan ICD (International Classification Of Diseases and

Related Health Problems) 10 Revisi Tahun 2010 terdiri dari 3 volume

dan 22 bab.

3. Prosedur Tindakan

Prosedur Tindakan adalah suatu pelayanan penunjang untuk

mengetahui spesifikasi penyakit dari pasien. Untuk mengetahui

kodenya yaitu dengan menggunakan ICD-9-CM (International

Classification of Disease Revision Clinical Modification) revisi tahun

2010 terdiri dari 3 volume. Namun yang digunakan untuk mengkode

tindakan/prosedur adalah volume 3

4. Episode

Episode adalah jangka waktu perawatan pasien mulai dari

pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit baik rawat jalan

maupun rawat inap, termasuk konsultasi/pemeriksaan dokter dan atau

pemeriksaan penunjang maupun pemeriksaan lainnya. Untuk setiap

episode hanya dapat dilakukan satu kali klaim.

a. Episode rawat jalan


28

Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan

konsultasi antara pasien dan dokter dan atau pemeriksaan

penunjang sesuai indikasi medis dan atau tatalaksana yang

diberikan pada hari pelayanan yang sama.

b. Episode rawat inap

Satu episode rawat inap adalah satu rangkaian perawatan mulai

tanggal masuk sampai keluar rumah sakit termasuk perawatan di

ruang rawat inap, ruang intensif, dan ruang operasi.

5. Tugas dan Tanggung Jawab

Untuk mendapatkan hasil grouper yang benar diperlukan

kerjasama yang baik antara dokter dan koder. Kelengkapan rekam

medis yang ditulis oleh dokter akan sangat membantu koder dalam

memberikan kode diagnosis dan tindakan/prosedur yang tepat.

6. Severity Level

Adalah sub-group keempat yang menggambarkan tingkat

keparahan kasus yang dipengaruhi adanya komorbiditas ataupun

komplikasi dalam masa perawatan. Keparahan kasus dalam INA-CBG

terbagi menjadi :

a. “0”- untuk rawat jalan

b. “I”- Ringan untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 1 (tanpa

komplikasi maupun komorbiditi)


29

c. “II”- Sedang untukrawat inap dengan tingkat keparahan 2 (dengan

mild komplikasi dan komorbiditi)

d. “III”- Berat untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 3 (dengan

major komplikasi dan komorbiditi)


30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah literature Review atau tinjauan pustaka.

Studi literature review adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan data

atau sumber yang berhubungan pada sebuah topik tertentu yang biasa

ditemukan dari berbagai sumber seperti jurnal, internet, dan pustaka lainnya.

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah review dengan metode

observasi dan deskriptif.

B. Pencarian literature

1. Kata kunci

Kata kunci yang digunakan dalam pencarian jurnal ini adalah

Perbedaan tarif INA-CBGs dengan Rumah Sakit. Hal ini telah sesuai

dengan judul yang akan diangkat oleh peneliti yakni “Analisis

Perbedaan Tarif INA-CBGs Dengan Tarif Rumah Sakit”

2. Database Pencarian

Dalam menemukan jurnal yang terkait dengan judul yang akan

diangkat oleh peneliti, maka peneliti menggunakan database

pencarian jurnal nasional seperti Google Schoolar dan Garuda.

30
31

3. Strategi Pencarian

Penelusuran artikel publikasi pada Google Schoolar dan

Garuda menggunakan kata kunci yakni “Perbedaan tarif INA-CBGs

dengan Rumah Sakit”.Artikel atau jurnal yang sesuai dengan kriteria

inklusi dan ekslusi diambil untuk selanjutnya di analisis melalui

analisis judul jurnal, tujuan penulisan, metode penulisan dan hasil

penulisan. Literature Review ini menggunakan artikel terbitan tahun

2015-2020 yang dapat diakses full text dalam format pdf.

Tabel 3.1
Strategi pencarian Literature Review
Database Pencarian Strategi Pencarian
Google Schoolar Perbedaan tarif INA-CBGs
dengan Rumah Sakit
Garuda Perbedaan tarif INA-CBGs
dengan Rumah Sakit

4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria inklusi dan ekslusi yang diambil oleh peneliti sesuai

dengan judul yang diangkat oleh peneliti yaitu “Literature Review

Analisis Perbedaan Tarif INA-CBGs dengan Tarif Rumah Sakit”.

Tabel 3.2
Kriteria Inklusi dan Ekslusi
INKLUSI EKSLUSI
Artikel tahun 2015-2020
Faktor yang menyebabkan Jurnal abstrak
perbedaan tarif INA-CBGs
dengan Rumah Sakit
32

Perbedaan tarif INA-CBGs


dengan Rumah sakit

5. Sintesis Hasil Literature

a. Hasil pencarian Literature

Berdasarkan hasil pencarian jurnal di database yang

akan digunakan pada literature ini didapatkan hasil 15 jurnal

dengan rincian yaitu 14 jurnal pada Google Scholar, 1 jurnal

pada Garuda. Setelah dilakukan seleksi pada 15 jurnal

berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi maka tersisa 12 jurnal

yang memenuhi kriteria. Dan dari 12 jurnal hanya 9 jurnal

yang full text sedangkan 3 jurnal dalam bentuk abstrak.

b. Daftar Artikel yang Memenuhi Kriteria

1) Unit Cost Rumah Sakit dan Tarif INA-CBGs :

sudahkah pembiayaan pelayanan kesehatan rumah

sakit dibayar dengan layak? di 84 RSU yang berstatus

Badan Layanan Umum (BLU) dan Badan Layanan

Umum Daerah (BLUD)

2) Perbedaan Biaya Riil dan Tarif INA-CBGs untuk

Kasus Katastropik dengan Penyakit Jantung Koroner

pada Pasien Rawat Inap peserta Jaminan Kesehatan

Nasional di RSUZA
33

3) Analisis Perbedaan Tarif Rumah Sakit dan Tarif INA-

CBG Pelayanan Rawat Jalan di RSUD Budhi Asih

4) Analisis Tarif Rumah Sakit Dibandingkan dengan

Tarif Indonesia Case Based Groups Pada Pasien Rawat

Inap Peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah

Sakit Pemerintah dan Swasta.

5) Penyebab Peebedaan Tarif INA-CBGs Pada Kasus

Sectio Caesarean Dengan Indikasi Malpresentasi di

RSUD Tugurejo Kota Semarang

6) Analisis Perbedaan Traif Klaim Indonesia Case Base

Group (INA-CBG) Berdasarkan Kelengkapan

Diagnosis dan Prosedur Medis Rawat Bersama

Trisemester 1 di RSUD Kota Yogyakarta

7) Perbedaan Tarif Riil dan INA-CBG’S Penyakit

Talasemia Diruang Perawatan anak RSUP Sanglah

Bali.

8) Faktor-faktor Penyebab Perbedaan Tarif Riil Rumah

Sakit dengan Tarif INA-CBGs Pada Kasus

Pecutaneous TRansliminal Coronary Anggioplasty

(PTCA) di RSUP DR.M. Djamil Padang.


34

9) Disparitas Tarif INA-CBGs dan TarifRumah Sakit

Pasien BPJS Rawat Inap di RSUD Kolonodale,

Kabupaten Morowali Utara

6. Ekstraksi Data

Tabel 3.3
Hasil Ekstraksi data Literature Review
No Judul, Nama Desain Perbedaan Tarif Faktor yang
Peneliti, Tahun Penelitian menyebabkan
INA- Rumah Selisih perbedaan tarif
CBGs Sakit

1. Perbedaan tarif Deskriptif Rp. Rp. Rp. Hal ini dapat


riil dan INA- 2.453.72 1.918.93 534.78 disebabkan
CBGS penyakit 1.030 6.440 4.590 karena pada
Talasemia di lama rawat lebih
ruang perawatan dari 3 hari,
anak RSUP terdapat
sanglah Bali, diagnosis
A.A.Made sekunder yang
Wijaya Kusuma menambah
dan ketut derajat
Ariawati, 2017 keparahan.
Penambahan
kode diagnosis
dan prosedur
dari diagnosis
sekunder
tersebut dapat
menambah tarif
INA-CBGs
2. perbedaan biaya Observationa Rp. Rp. Rp. Dilatar
riil rumah sakit l analitik 444.715. 1.977.66 532.95 belakangi oleh
dan tarif INA- dengan 600 9.924 4.324 perbedaan
CBGs untuk rancangan standar tarif
kasus penelitiannya yang diterapkan,
katastropik yaitu lama dirawat,
35

dengan penyakit retrospektif keberadaan


jantung koroner software, dan
pada pasien ketepatan
rawat inap pengodean
peserta Jaminan diagnosis/prosed
Kesehatan ur.
Nasional di
RSUZA,
Lilissuriani,
Irwan Saputra,
dan Mahlil ruby,
2017
3. Analisis Deskriptif- Rp. Rp. Rp. Pada beberapa
perbedaan tarif analitik, 278.676, 221.682, 56.993, kode ada yang
rumah sakit dan kuantitatif 05 79 26 jauh lebih besar
tarif INA-CBG dan kualitatif daripada tarif
pelayanan rawat RS dimana pada
jalan di RSUD kode INA-
Budhi Asih, CBG’s tersebut
Hotma Dumaris, s seluruh kasus
2015 menghasilkan
selisih positif
yang besar
4. Analisis tarif Observatinal Rp. Rp. Rp. Tarif rumah
rumah sakit analitik, 3.060.00 2.280.00 780.00 sakit lebih
dibandingkan kuantitatif, 0 0 0 rendah dari tarif
dengan tarif dengan INA-CBGs.
Indonesian Case pendekatan Jenis RS, kelas
Based Groups Cross perawatan,
pada pasien sectional penggunaan icu,
rawat inap lama perawatan
peserta jaminan meningkatkan
kesehatan tarif RS
nasional
dirumah sakit
Pemerintah dan
Swasta,
Indriyati
Oktaviano
Rahayuningrum,
Didik Gunawan
Tantomo, Arief
Suryono, 2017
36

5. Penyebab Deskriptif - - - Yang


perbedaan tarif dengan mempengaruhi
INA-CBGS metode perbedaan tarif
pada kasus observasi pasien section
sectio caesarean caesarean adalah
dengan indikasi kelas
malpresentasi di perawatannya
RSUD Tugurejo dan tingkat
Kota Semarang, keparahannya/se
Faik verity level
Agiwahyuanto,
Indriati, 2018
6. Analisis Observasi, Rp. Rp. Rp. Faktor-faktor
perbedaan tarif Pre- 452.982. 624.304. 171.32 yang
klaim Indonesia eksperimenta 000,00 363,00 2.363,0 menimbulkan
Case Base l design 0 perbedaan tarif
Groups (INA- dengan klaim INA-
CBGs) rancangan CBGs sebelum
berdasarkan One Shot dan sesudah
kelengkapan Case Study dilengkapi yaitu
diagnosis dan Naik dari
prosedur medis severity level 1
pasien rawat ke 2, naik dari
bersama severity level 2
trisemester 1 di ke 3, naik dari
RSUD Kota severity level1
Yogyakarta, ke 3, dan
Retno ketidaktelitian
Nurhidayati, koder.
2015
7. Unit cost rumah Komparasi Rs A Rs A Kesalahan
sakit dan tarif yaitu Kelas 1: Kelas 1: dalam
INA-CBGs : perbandingan 23.866.8 16.088.7 pemberian kode
sudahkah 25 34 diagnosa baik
pembiayaan Rs B Rs B diagnosa primer
pelayanan Kelas 1: Kelas 1: maupun
kesehatan rumah 16.518.6 6.056.37 diagnosa
sakit dibayar 25 8 sekunder/kompli
dengan layak ?di Rs C Rs C kasi oleh
84 RSU yang Kelas 1: Kelas 1: petugas
berstatus Badan 23.866.8 16.088.7 koding (koder)
Layanan Umum 25 34 juga akan
(BLU) dan mempengaruhi
37

Badan Layanan hasil nilai


Umum Daerah Keakuratan
(BLUD) Lestari penetapan
Handayani, diagnosa akan
Suharmiati, berdampak pada
Niniek Lely ketepatan
Pratiwi, 2018 penetapan
kelompok Tarif
INA-CBGs4.
Kemungkinan
yang lain adalah
tentang
pembuatan
daftar tarif paket
INA-CBGs 3.1
oleh pemerintah
yang belum
seimbang
dengan realita
biaya perawatan
di rumah sakit
8. Faktor-faktor Deskriptif, - - - Faktor penyebab
penyebab pendekatan perbedaan tarif
perbedaan tarif penelitian yaitu
real rumah sakit adalah Cross ketidaktepatan
dengan tarif Sectional penulisan
INA-CBGs pada diagnose 74,0%,
kasus tingkat
Pecutaneous keparahan
Transluminal penyakit
Coronary severity level 3
Anggioplasty 64% dan lama
(PTCA) di rawat pasien
RSUP Dr.M. tidak efisien
Djamil Padang, 70,0%
Oktamianiza,
2017
9. Disparitas tarif Deskriptif, VIP : VIP : VIP : Rumah sakit
INA-CBGs dan Observasi 5,865,80 7,131,20 1,265,4 dituntut
tarif rumah sakit 0 0 00 menerapkan
pasien BPJS clinical pathway
rawat inap di Kelas 1: Kelas 1: Kelas agar tidak terjadi
RSUD 5,865,80 6,293,94 1: variasi dalam
38

Kolonodale, 0 4 428,14 pelayanan yang


Kabupaten 4 dapat
Morowali Utara, Kelas 3: Kelas 3: mempengaruhi
Sartika Dewi, 4,888,20 6,148,05 Kelas besaran tarif.
andresta Meliala 0 6 3: Tarif INA-CBG
dan Anastasia 1,259,8 lebih rendah dari
Susty 56 unit cost untuk
Ambarriani, pelayanan bedah
2019 section ceacar
pada kelas Vip,
kelas 1 dan
kelas 3
39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Karakteristik Data Literature

Pada bab ini penulis mendeskripsikan beberapa sumber dari literature

tentang perbedaan tarif INA-CBGs dengan rumah sakit. Penulis

melakukan pencarian dan pengumpulan jurnal ilmiah pada periode tahun

2015-2020.

Berdasarkan hasil pencarian artikel akan dijelaskan dan diuraikan dari

setiap artikel yang telah diperoleh. Hasil pencarian disajikan dalam

bentuk tabel yang berisi rangkuman dari setiap artikel yang telah

didapatkan.

39
40

Tabel 4.1
Karakteristik Data Literature
No Nama penulis Nama Judul Metode Hasil Penelitian Sumber
. (Tahun) Jurnal (Design, Database
(Vol,No) Populasi,
Variabel)
1. A.A.Made Jurnal Perbedaan tarif riil Deskriptif, Nilai positif yang diterima rumah Google
Wijaya Penelitian dan INA-CBGs sampling, sakit, namun bila ditinjau dari Scholer
Kusuma dan dan penyakit Talasemia pasien kasus perkasus, terdapat 68 kasus
ketut Ariawati, pengemban di ruang perawatan talasemia (21,7%) yang mengalami nilai
(2017) gan anak RSUP sanglah negatif atau defisit selama
[1] pelayanan Bali perawatan
kesehatan,
Vol. 2 (2)
2. Lilissuriani, Jukema perbedaan biaya riil Observationa Total tarif Rs unit pelayanan Google
Irwan Saputra, (Jurnal rumah sakit dan l analitik rawat inap untuk kasus Scholer
dan Mahlil Kesehatan tarif INA-CBGs dengan katastropik penyakit jantung
ruby, 2017 Masyarakat untuk kasus rancangan koroner bulan pelayanan januari
[2] Aceh), Vol. katastropik dengan penelitiannya hingga agustus adalah
3 (1) penyakit jantung yaitu Rp1.977.669.924,-lebih besar dari
koroner pada retrospektif, tarif INA-CBGs. RS juga
pasien rawat inap metode mengalami kerugian sebesar 27%
peserta Jaminan suevei dimana total tarif rumah sakit
Kesehatan dengan ternyata lebih besar dibandingkan
Nasional di pendekatan total tarif INA-CBGs. Namun
RSUZA cross karena rumah sakit menaikkan
sectional 50% maka terbukti rumah sakit
mendapat keuntungan sebesar

40
41

Populasi: 23% dari pembayaran paket INA-


pasien JKN CBGs
rawat inap
penyakit
jantung
koroner
3. Hotma Jurnal Analisis perbedaan Kuantitatif Dari 2384 kasus pelayanan rawat Google
Dumaris, 2015 Administras tarif rumah sakit dan kualitatif jalan, terdapat 645 (27,05%) Scholer
[3] i Rumah dan tarif INA- yangbersifat kasus yang total besaran tarif
Sakit CBGs pelayanan deskriptif- rumah sakitnya lebih besar dari
Indonesia,V rawat jalan di analitik tarif INA-CBGs, yang berarti
ol. 3(1) RSUD Budhi Asih menghasilkan selisih negatif.
Populasi: sementara sebanyak 1739
direksi,para (72,95%)kasus dengan besaran
kepala bidang tarif rumah sakitnya lebih kecil
dan kepala atau sama dengan tariff INA-
unit CBGs, yang menghasilkan selisih
positif.
4. Indriyati Prosiding Analisis tarif Kuantitatif Mean tarif INA-CBGs lebih tinggi Google
Oktaviano Seminar rumah sakit menggunaka daripada mean tarif RS. selisih Scholer
Rahayuningru Nasional & dibandingkan nstudi tariff antara INA-CBG dan RS
m, Didik Internationa dengan tarif observational adalah Rp.780.000. Mean lama
Gunawan l, Vol. 1 (1) Indonesian Case dengan perawatan 4.08 hari dengan lama
Tantomo, Based Groups pada pendekatan perawatan 1-14 hari. pada analisis
Arief Suryono, pasien rawat inap cross univariat, selain deskripsi tariff
2017 peserta jaminan sectional dan lama perawatan juga
[4] kesehatan nasional didapatkan deskripsi variabel
dirumah sakit Populasi : kelas perawatan, tingkat
Pemerintah dan Catatan keparahan dan penggunaan ICU

41
42

Swasta medis pasien


yang telah
diverifikasi
oleh BPJS
5. Faik Jurnal Penyebab Deskriptif Berdasarkan kode INA-CBGs Google
Agiwahyuanto, Kesehatan perbedaan tarif dengan pada lembar hasil klaim dari 39 Scholer
Indriati, 2018 Masyarakat INA-CBGS pada metode sampel pasien section caesarean,
[5] , Vol. 19 (1) kasus sectio observasi, menunjukkan bahwa severity
caesarean dengan DRM dan level 1 yaitu ringan sebesar 94,8%
indikasi lembar hasil dan severity level II yaitu sedang
malpresentasi di klaim pasien sebesar 5,1%
RSUD Tugurejo kasus section Kode INA-CBGs yaitu O-6-10-I
Kota Semarang caesarean sebanyak 94,8% dank ode INA-
CBGs O-6-10-II sebanyak 5,1%

6. Retno Program Analisis perbedaan Observasi, 1. angka kelengkapan diagnosis Google


Nurhidayati, Studi tarif klaim eksperimen dan prosedur medis pada formulir Scholer
2015 Kesehatan Indonesia Case One Shotresume medis sebesar 53,5%.
[6] Masyarakat Base Groups (INA- Case Study, 2. Terdapat perbedaan 27,5% dari
universitas CBGs) berdasarkan Simple data tarif riil dibandingkan dengan
Muhammad kelengkapan Random tarif klaim INA-CBGs terdapat
iyah diagnosis dan Sampling selisih negatif anatara tarif klaim
Surakarta prosedur medis INA-CBGs dengan tarif riil total
pasien rawat Populasi : tarif riil yang dikeluarkan rumah
bersama Berkas sakit menunjukkan angka yang
trisemester 1 di Rekam Medis lebih tinggi dibandingkan dengan
RSUD Kota tarif klaim INA-CBGs
Yogyakarta
7. Lestari Buletin Unit cost rumah Kuantitatif Penghitungan unit cost penelitian Google

42
43

Handayani, Penelitian sakit dan tarif INA- dengan sebagian besar lebih rendah dari Scoler
Suharmiati, Sistem CBGs : sudahkah pendekatan tarif INA-CBGs tahun 2016
Niniek Lely Kesehatan, pembiayaan kualitatif, sehingga tarif INA-CBGs tahun
Pratiwi, 2018 Vol. 21(4) pelayanan step down 2016 sudah merefleksikan biaya
[7] kesehatan rumah actual pelayanan atau sudah
sakit dibayar cukup adil untuk diterapkan. tarif
dengan layak ? di yang merefleksikan biaya actual
84 RSU yang pelayanan akan mendorong RS
berstatus Badan memenuhi kebutuhan medis yang
Layanan Umum diperlukan pasien serta
(BLU) dan Badan memberikan reward kepada RS
Layanan Umum yang telah melakukan pelayanan
Daerah (BLUD) dengan outcome memuaskan
8. Oktamianiza, Menara Faktor-faktor Deskriptif, Secara keseluruhan terjadinya Garuda
2017 Ilmu. penyebab cross perbedaan tarif riil rumah sakit
[8] Vol.12 (3) perbedaan tarif real sectional dengan tarif INA-CBGs pasien
rumah sakit dengan JKN dengan kasus PTCA sebesar
tarif INA-CBGS 50 kasus
pada kasus Populasi:
Pecutaneous berkas rekam
Transluminal medis
Coronary
Anggioplasty
(PTCA) di RSUP
Dr.M. Djamil
Padang
9. Sartika Dewi, Jurnal Disparitas tarif Deskriptif, Setiap bulannya menunjukkan Google
andresta Kebijakan INA-CBGs dan observasi,pas disparitas tarif yang cukup tingg. Scholer
Meliala dan Kesehatan tarif rumah sakit ien section sesuai dengan jumlah pasiennya

43
44

Anastasia Indonesia, pasien BPJS rawat caecaria maka pasien dengan severity level
Susty Vol. 8 (2) inap di RSUD I terlihat paling tinggi selisih
Ambarriani, Kolonodale, tarifnya antara tarif INA-CBGs
2019 Kabupaten dan tarif rumah sakit yaitu sebesar
[9] Morowali Utara Rp.-61,765,977, severity level II
sebesar Rp.-41,176,636 dan
severity level III sebesar Rp.-
7,596,731.

44
45

Berdasarkan pada tabel diatas, tarif INA-CBGs yang lebih kecil dari

tarif Rumah sakit terdapat pada hasil penelitian Hotma Dumaris (2015)

[3], Retno Nurhidayati (2015) [6] dan Sartika Dewi, Andresta Meliala

dan Anastasia Susty Ambarriani (2019) [9]. tarif INA-CBGs yang lebih

besar atau setara dari tarif Rumah sakit terdapat pada hasil penelitian

A.A.Made Wijaya kusuma dan Ketut Ariawati (2017) [1], Lilissuriani,

Irwan Saputra, dan Mahlil Ruby (2017) [2], Indriyati Oktaviano

Rahayuningrum, Didik Gunawan Tantomo, Arief Suryono (2017) [4] dan

Lestari Handayani, Suharmiati, Niniek Lely Pratiwi (2018) [7]. Adapun

yang membahas Faktor Perbedaan Tarif terdapat pada hasil penelitian

Faik Agiwahyuanto dan Indriati (2018) [5], Oktamianiza (2017) [8].

2. Perbedaan Tarif INA-CBGs dengan rumah sakit

Tabel 4.2
Perbedaan tarif INA-CBGs dengan Rumah Sakit

Perbedaan Tarif
No Judul persentase
INA-CBGs RS SELISIH
1 Perbedaan tarif Rp. Rp. Rp. 21,7%
riil dan INA- 2.453.721.03 1.918.936.4 534.784.590
CBGS penyakit 0 40
Talasemia di
ruang perawatan
anak RSUP
sanglah Bali
[1]
2 perbedaan biaya Rp.444.715.6 Rp.1.977.66 Rp.532.954. 26,9%
riil rumah sakit 00 9.924 324
dan tarif INA-
CBGs untuk
46

kasus
katastropik
dengan penyakit
jantung koroner
pada pasien
rawat inap
peserta Jaminan
Kesehatan
Nasional di
RSUZA
[2]
3 Analisis Rp. Rp. Rp. 20,4%
perbedaan tarif 278.676,05 221.682,79 56.993,26
rumah sakit dan
tarif INA-CBGs
pelayanan rawat
jalan di RSUD
Budhi Asih
[3]
4 Analisis tarif Rp. Rp. Rp. 780.000 25,4%
rumah sakit 3.060.000 2.280.000
dibandingkan
dengan tarif
Indonesian Case
Based Groups
pada pasien
rawat inap
peserta jaminan
kesehatan
nasional
dirumah sakit
Pemerintah dan
Swasta
[4]
5 Penyebab - - -
perbedaan tarif
INA-CBGS
pada kasus
sectio caesarean
dengan indikasi
malpresentasi di
RSUD Tugurejo
47

Kota Semarang
[5]
6 Analisis Rp. Rp. Rp. 27,4%
perbedaan tarif 452.982.000, 624.304.363 171.322.363
klaim Indonesia 00 ,00 ,00
Case Base
Groups (INA-
CBGs)
berdasarkan
kelengkapan
diagnosis dan
prosedur medis
pasien rawat
bersama
trisemester 1 di
RSUD Kota
Yogyakarta
[6]
7 Unit cost rumah Rs A Rs A Rs A 32,5%
sakit dan tarif Kelas 1: Kelas 1: Kelas 1:
INA-CBG : 23.866.825 16.088.734 7.778.091
sudahkah
pembiayaan Rs B Rs B Rs B 63,3%
pelayanan Kelas 1: Kelas 1: Kelas 1:
kesehatan rumah 16.518.625 6.056.378 10.462.247
sakit dibayar
dengan layak ? Rs C Rs C Rs C 32,5%
di 84 RSU Kelas 1: Kelas 1: Kelas 1:
Badan Layanan 23.866.825 16.088.734 7.778.091
Umum (BLU)
dan Badan
Layanan Umum
Daerah (BLUD)
[7]
8 Faktor-faktor - - -
penyebab
perbedaan tarif
real rumah sakit
dengan tarif
INA-CBGS
pada kasus
Pecutaneous
48

Transluminal
Coronary
Anggioplasty
(PTCA) di
RSUP Dr.M.
Djamil Padang
[8]
9 Disparitas tarif Rp.16.619.80 Rp.19.573.2 Rp.2.953.40 15,0%
INA-CBGs dan 0 00 0
tarif rumah sakit
pasien BPJS
rawat inap di
RSUD
Kolonodale,
Kabupaten
Morowali Utara
[9]

Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat perbedaan tarif INA-

CBGs dengan rumah sakit, ada yang menghasilkan selisih positif dan

negatif adapun persentase dari selisih positifnya yaitu 21,7% [1], 20,4%

[3], 25,4% [4], 32,5%, 63,3% dan 32,5% [7]. kemudian pada selisih

negatifnya dengan persentasenya yaitu 26,9% [2], 27,4% [6] dan 15,0%

[9].
49

3. Faktor Perbedaan Tarif INA-CBGs dengan Rumah Sakit

Tabel 4.3
Faktor Perbedaan Tarif INA-CBGs dengan Rumah Sakit
No FAKTOR PERNYATAAN
1. Diagnosa Utama 1. Pada beberapa kode ada yang jauh lebih
besar daripada tarif RS dimana pada kode
INA-CBGs tersebut s seluruh kasus
menghasilkan selisih positif yang besar.
[3]
2. Diagnosa Sekunder 1. terdapat diagnosis sekunder yang
menambah derajat keparahan.
Penambahan kode diagnosis dan prosedur
dari diagnosis sekunder tersebut dapat
menambah tarif INA-CBGs. [1]
3. Prosedur Tindakan 1. ketepatan pengodean diagnosis/prosedur.
[2]
4. Episode/Lama 1. pada lama rawat lebih dari 3 hari. [1]
Rawat 2. lama dirawat. [2]
3. lama rawat pasien tidak efisien 70,0%. [8]
5. Tugas dan 1. Tarif rumah sakit lebih rendah dari tarif
Tanggungjawab INA-CBGs. Jenis RS, kelas perawatan,
penggunaan icu, lama perawatan
meningkatkan tarif RS. [4]
2. ketidaktelitian koder. [6]
3. Kesalahan dalam pemberian kode
diagnosa baik diagnosa primer maupun
diagnosa sekunder/komplikasi oleh
petugas koding (koder). [7]
4. Faktor penyebab perbedaan tarif yaitu
ketidaktepatan penulisan diagnose 74,0%.
[8]
6. Severity Level 1. kelas perawatannya dan tingkat
keparahannya/severity level. [5]
2. Faktor-faktor yang menimbulkan
perbedaan tarif klaim INA-CBGs sebelum
50

dan sesudah dilengkapi yaitu Naik


dariseverity level 1 ke 2, naik dari severity
level 2 ke 3, naik dari severity level1 ke 3.
[6]
3. tingkat keparahan penyakit severity level
3 64%. [8]
4. Setiap bulannya menunjukkan disparitas
tarif yang cukup tingg. sesuai dengan
jumlah pasiennya maka pasien dengan
severity level I terlihat paling tinggi
selisih tarifnya antara tarif INA-CBGs dan
tarif rumah sakit yaitu sebesar Rp.-
61,765,977, severity level II sebesar Rp.-
41,176,636 dan severity level III sebesar
Rp.-7,596,731. [9]

Berdasarkan pada tabel diatas, menunjukkan faktor pada perbedaan

tarif INA-CBGs dengan Rumah Sakit diantaranya adalah faktor Diagnosa

Utama yaitu pada beberapa kode ada yang jauh lebih besar dari pada

tarif rumah sakit dimana pada kode INA-CBGs tersebut seluruh kasus

menghasilkan selisih positif yang besar. faktor ini terdapat pada

penelitian [3].

Kemudian pada faktor diagnosis sekunder terdapat diagnosis

sekunder yang menambah derajat keparahan, penambahan kode

diagnosis dan prosedur dari diagnosis sekunder tersebut dapat menambah

tarif INA-CBGs. Faktor ini terdapat pada penelitian [1]. Pada faktor

Prosedur tindakan yaitu ketepatan pengkodean diagnosis/prosedur.

Faktor ini terdapat pada penelitian [2]. Kemudian pada faktor


51

Episode/Lama rawat yaitu pada lama rawat lebih dari 3 hari [1], lama

dirawat [2] dan lama rawat pasien tidak efisien 70,0% pada penelitian

[8].

Pada faktor Tugas dan Tanggungjawab yaitu tarif rumah sakit lebih

rendah dari tarif INA-CBGs, jenis rumah sakit, kelas perawatan,

penggunaan ICU dan lama perawatan meningkatkan tarif rumah sakit [4],

ketidaktelitian koder [6], kesalahan dalam pemberian kode diagnose baik

diagnose primer maupun diagnose sekunder/komplikasi oleh petugas

koding (koder) [7] dan ketidaktepatan penulisan diagnosa 74,0% terdapat

pada penelitian [8]. Kemudian pada faktor Severity Level yaitu kelas

perawatannya dan tingkat keparahannya/severity level [5], naiknya dari

severity level 1 ke 2, naik dari severity level 2 ke 3, naik dari severity

level 1 ke 3 [6], Tingkat keparahan penyakitnya/severity level 3 64% [8],

Setiap bulannya menunjukkan disparitas tarif yang cukup tinggi sesuai

dengan jumlah pasiennya maka pasien dengan severity level I terlihat

paling tinggi selisih tarifnya antara tarif INA-CBGs dan tarif rumah sakit

yaitu sebesar Rp.-61,765,977, severity level II sebesar Rp.-41,176,636

dan severity level III sebesar Rp.-7,596,731. [9].


52

B. Pembahasan

1. Perbedaan tarif INA-CBGs dengan Rumah sakit

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 76 Tahun 2016 Tentang Pedoman Indonesia Case Base

Groups (INA-CBGs) dalam pelaksanaan jaminan kesehatan

nasional.Tarif INA-CBGs merupakan tarif paket yang meliputi

seluruh komponen sumber daya rumah sakit yang digunakan dalam

pelayanan baik medis maupun non-medis.

Penghitungan tarif INA-CBGs berbasis pada data costing dan

data koding rumah sakit. Data costing merupakan data biaya yang

dikeluarkan oleh rumah sakit baik operasional maupun investasi,

yang didapatkan dari rumah sakit terpilih yang menjadi representasi

rumah sakit. Sedangkan data koding diperoleh dari klaim JKN.

Pengelompokan tarif INA-CBG dilakukan berdasarkan

penyesuaian setelah melihat besaran Hospital Base Rate (HBR) yang

didapatkan dari perhitungan total biaya dari sejumlah rumah sakit.

Apabila dalam satu kelompok terdapat lebih dari satu rumah sakit,

maka digunakan Mean Base Rate.

Berikut adalah kelompok Tarif INA-CBGs tahun 2016 :

a. Tarif rumah sakit umum pusat Nasional Dr. Cipto

Mangunkusumo
53

b. Tarif Rumah Sakit Jantung dan Pembulu Darah Harapan Kita,

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, dan Rumah Sakit

Kanker Dharmais.

c. Tarif Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Kelas A

d. Tarif Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Kelas B

e. Tarif Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Kelas C

f. Tarif Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Kelas D

Untuk rumah sakit yang belum memiliki penetapan kelas serta

FKRTL selain rumah sakit , maka tarif INA-CBGs yang digunakan

setara dengan kelompok tarif rumah sakit kelas D sesuai

regionalisasi masing-masing.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan

Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan. pada BAB

III tentang Tarif pada FKRTL :

a. Pasal 15

1) Tarif pelayanan kesehatan di FKRTL ditetapkan

berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan

dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan dengan mengacu

pada standar tarif INA-CBGs.


54

2) Sandar tarif INA-CBGs sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tercantum dalam lampiran yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

b. Pasal 16

1) Tarif rawat jalan di FKRTL berupa klinik utama

atau yang setara diberlakukan sama dengan tarif

sebagaimana tercantum dalam standar Tarif INA-

CBGs untuk kelompok rumah sakit kelas D.

2) Tarif rawat inap di FKRTL berupa klinik utama atau

yang setara diberlakukan tarif sebesar 70% - 100%

(tujuh puluh persen sampai dengan seratus persen)

dari standar tarif INA-CBGs untuk kelompok rumah

sakit kelas D yang besarannya sesuai kesepakatan

antara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas

Kesehatan terkait.

c. Pasal 17

1) Tarif rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit yang

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan diberlakukan

tarif INA-CBGs berdasarkan kelas rumah sakit.

2) Dalam hal ruamah sakit sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) belum memiliki penetapan kelas rumah


55

sakit, tarif rawat jalan dan rawat inap disetarakan

dengan tarif INA-CBGs rumah sakit kelas D

3) Terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit

khusus sesuai kekhususannya, berlaku tarif sesuai

kelas rumah sakit.

4) Dalam hal pelayanan yang diberikan oleh rumah

sakit khusus di luar kekhususannya, berlaku tarif

rumah sakit satu kelas di bawah penetapannya.

d. Pasal 18

1) BPJS Kesehatan dapat memberikan pembayaran

kepada FKRTL yang tidak bekerjasama yang

melakukan pelayanan gawat darurat kepada peserta

Jaminan Kesehatan Nasional.

2) Pelayanan gawat darurat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dibayar sesuai tarif INA-CBGs

berdasarkan penetapan kelas.

Berdasarkan pada tabel perbedaan tarif INA-CBGs

dengan Rumah sakit pada penelitian [1], [3], [4], [7]

menghasilkan selisih positif yaitu tarif yang dikeluarkan rumah

sakit sebanding dengan yang dibayarkan BPJS Kesehatan

kepada pihak rumah sakit. Hal ini menunjukkan bahwa

manajemen dari rumah sakit tersebut sudah cukup baik dalam


56

mengatur pembiayaan menghasilkan unit cost dan tarif yang

rasional dan menguntungkan pihak rumah sakit. Perhitungan

unit cost perlu dilakukan agar rumah sakit dapat menjual jasa

(tarif) tanpa mengalami kerugian atau mengambil keuntungan

yang berlebih. Tarif yang sesuai dengan biaya pelayanan akan

mendorong rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan medis

yang diperlukan pasien serta memberikan reward pada rumah

sakit yang telah melakukan pelayanan dengan outcome

memuaskan

Kemudian pada penelitian [2], [6], [9] menghasilkan

selisih negatif yaitu tarif yang dikeluarkan rumah sakit lebih

besar dari pada tarif yang dibayarkan BPJS Kesehatan. Hal ini

merugikan bagi pihak rumah sakit dan dapat berpengaruh pada

pelayanan yang diberikan kurang maksimal dan pembayaran

jasa bisa saja terhambat. Manajemen rumah sakit harus

melakukan evaluasi agar mampu mengelolah pelayanan

kesehatan yang efisien. Diperlukan perhitungan unit cost yang

baik agar tersedianya informasi akurat untuk pengendalian

biaya operasional rumah sakit.

2. Faktor Perbedaan Tarif INA-CBGs dengan Rumah Sakit


57

Adapun faktor yang menyebabkan perbedaan tarif INA-CBGs

dengan rumah sakit yaitu :

a. Diagnosa Utama

Diagnosa Utama adalah diagnosis yang ditegakkan

oleh dokter pada akhir episode perawatan yang menyebabkan

pasien mendapatkan perawatan atau pemeriksaan lebih lanjut.

Untuk menentukan kode diagnosisnya yaitu menggunakan ICD

(International Classification Of Diseases and Related Health

Problems) 10 Revisi Tahun 2010 terdiri dari 3 volume dan 22 bab

dengan rincian sebagai berikut :

1) Volume 1merupakan daftar tabulasi dalam kode alfanumerik

tiga atau empat karakter dengan inklusi dan ekslusi, beberapa

aturan pengkodean, klasifikasi morfologis neoplasma, daftar

tabulasi khusus untuk morbiditas dan mortalitas, definisi

tentang penyebab kematian serta peraturan mengenai

nomenklatur.

2) Volume 2 merupakan manual instruksi dan pedoman

penggunaan ICD-10.

3) Volume 3 merupakan indeks alfabetis, daftar komprehensif

semua kondisi yang ada di daftar tabulasi (volume 1), daftar

sebab luar gangguan (external cause), tabel neoplasma serta


58

petunjuk memilih kode yang sesuai untuk berbagi kondisi

yang tidak ditampilkan dalam Tabular list.

b. Diagnosis Sekunder

Diagnosis Sekunder adalah diagnosis yang meyertai

diagnosis utama pada saat pasien masuk atau yang terjadi

selama episode perawatan. Diagnosis sekunder merupakan

komorbiditas dan/atau komplikasi. Untuk menentukan kode

diagnosisnya yaitu menggunakan ICD (International

Classification Of Diseases and Related Health Problems) 10

Revisi Tahun 2010 terdiri dari 3 volume dan 22 bab.

c. Prosedur Tindakan

Prosedur Tindakan adalah suatu pelayanan penunjang

untuk mengetahui spesifikasi penyakit dari pasien. Untuk

mengetahui kodenya yaitu dengan menggunakan ICD-9-CM

(International Classification of Disease Revision Clinical

Modification) revisi tahun 2010 terdiri dari 3 volume. Namun

yang digunakan untuk mengkode tindakan/prosedur adalah

volume 3

d. Episode

Episode adalah jangka waktu perawatan pasien mulai

dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit baik rawat

jalan maupun rawat inap, termasuk konsultasi/pemeriksaan


59

dokter dan atau pemeriksaan penunjang maupun pemeriksaan

lainnya. Untuk setiap episode hanya dapat dilakukan satu kali

klaim.

1) Episode rawat jalan

Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian

pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter dan atau

pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan atau

tatalaksana yang diberikan pada hari pelayanan yang

sama.

2) Episode rawat inap

Satu episode rawat inap adalah satu rangkaian perawatan

mulai tanggal masuk sampai keluar rumah sakit termasuk

perawatan di ruang rawat inap, ruang intensif, dan ruang

operasi.

e. Tugas dan Tanggung Jawab

Untuk mendapatkan hasil grouper yang benar

diperlukan kerjasama yang baik antara dokter dan koder.

Kelengkapan rekam medis yang ditulis oleh dokter akan sangat

membantu koder dalam memberikan kode diagnosis dan

tindakan/prosedur yang tepat.

f. Severity Level
60

Adalah sub-group keempat yang menggambarkan

tingkat keparahan kasus yang dipengaruhi adanya komorbiditas

ataupun komplikasi dalam masa perawatan. Keparahan kasus

dalam INA-CBGs terbagi menjadi :

1) “0”- untuk rawat jalan

2) “I”- Ringan untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 1

(tanpa komplikasi maupun komorbiditi)

3) “II”- Sedang untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 2

(dengan mild komplikasi dan komorbiditi)

4) “III”- Berat untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 3

(dengan major komplikasi dan komorbiditi)

Berdasarkan pada tabel faktor perbedaan tarif INA-CBGs

dengan rumah sakit dapat dilihat bahwa faktor Diagnosa Utama

terdapat pada penelitian [3], faktor Diagnosa Sekunder [1], faktor

Prosedur Tindakan [2], faktor Episode/Lama rawat [1], [2], [8], faktor

Tugas dan Tanggungjjawab [4], [6], [7], [8], faktor Severity Level [5],

[6], [8], [9]. Faktor perbedaan tarif lebih bnyak kepada severity level

dan tugas/ tanggungjawab dokter dan koder.

Dari 9 artikel yang telah direview terdapat 4 artikel yang

menghasilkan selisih positif bagi rumah sakit dimana tarif yang

dikeluarkan rumah sakit sebanding/setara dengan yang dibayarkan

oleh BPJS Kesehatan, hal ini menguntungkan bagi pihak rumah sakit
61

dan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit sudah cukup baik.

Kemudian ada 3 artikel yang menghasilkan selisih negatif dimana

tarif yang dikeluarkan rumah sakit lebih besar daripada yang

dibayarkan oleh BPJS Kesehatan, hal ini merugikan bagi rumah sakit,

hal ini merugikan bagi rumah sakit, hal ini juga berdampak pada

pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit kurang maksimal. Adapun

faktor yang menyebabkan perbedaan tarif tersebut yaitu kode

diagnose utama, diagnose sekunder, prosedur tindakan, episode/lama

rawat, kerjasama antar dokter dan koder, dan severity level.


62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil Literatur Review yang dilakukan pada beberapa jurnal maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Perbedaan tarif INA-CBGs dengan Rumah sakit

Dari 9 artikel yang telah direview terdapat 4 artikel yang

menghasilkan selisih positif bagi rumah sakit dimana pihak rumah

sakit diuntungkan dalam hal ini. Kemudian ada 3 artikel yang

menghasilkan selisih negatif bagi rumah sakit dimana tarif rumah

sakit lebih besar daripada tarif INA-CBGs, hal ini dapat merugikan

pihak rumah sakit. Adapun 2 artikel khusus untuk membahas tentang

faktor yang menyebabkan perbedaan tarif INA-CBGs dengan Rumah

sakit.

2. Faktor perbedaan tarif INA-CBGs dengan Rumah sakit

Faktor yang menyebabkan perbedaan tarif INA-CBGs dengan

Rumah sakit yaitu Diagnosa Utama, Diagnosa Sekunder, Prosedur

Tindakan, Episode/Lama Rawat, Kerjasama antara dokter dan koder,

Severity Level/Tingkat Keparahan Penyakit.

62
63

B. Saran

1. Disarankan kepada pihak rumah sakit untuk melakukan perhitungan

unit cost untuk mengetahui tentang besaran tarif rumah sakit yang

rasional.

2. Diketahui Selisih tarif INA-CBGs dan tarif rumah sakit yang sangat

besar dalam pelayanan diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi dalam

kinerja pelayanan untuk menciptakan pelayanan yang efektif dan

efisien.

3. Disarankan kepada petugas rekam medis untuk lebih teliti dalam hal

memberikan kode penyakit, sehingga kekeliruan pengkodean bisa

diminimalisir dan mengurangi kerugian dari rumah sakit.


64

DAFTAR PUSTAKA

Agiwayuanto Faik, Indriati. (2018). Penyebab Perbedaan Tarif INA-CBG Pada


Kasus Sectio Caesarean Dengan Indikasi Malpresentasi di RSUD Tugurejo
Kota Semarang.Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 19 (1)

Ananta Irwin. (2017). Penerapan Pola Pembayaran INA-CBGS BPJS Kesehatan


Dalam Tinjauan Regulasi Dan Implementasi.Jurnal. Disajikan dalam Seminar
Nasional dan Call For Papers “Tantangan Pengembangan Ilmu
Akuntansi,Inklusi Keuangan, dan Kontribusinya Terhadap Pembangunan
Ekonomi Berkelanjutan” yang dilaksanakan oleh Pengelola Seminar Sastra
Inggris, STBA Nusa Mandiri, Tanggerang Selatan-Banten

A.A.Made Wijaya Kusuma & Ketut Ariawati.(2017). Perbedaan Tarif Riil dan INA-
CBG’S Penyakit Talasemia Diruang Perawatan anak RSUP Sanglah
Bali.Jurnal Penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan, Vol. 2 (2) :
95-101

Dewi Sartika. (2019). Disparitas Tarif INA-CBG dan TarifRumah Sakit Pasien
BPJS Rawat Inap di RSUD Kolonodale, Kabupaten Morowali Utara.Jurnal
Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 8 (2)

Handayani Lestari, Suharmiati & Niniek Lely Pratiwi. (2018). Unit Cost Rumah
Sakit dan Tarif INA-CBG : sudahkah pembiayaan pelayanan kesehatan rumah
sakit dibayar dengan layak?. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan ,Vol.
21(4):219-227-219-227

H. Dumaris. (2015). Analisis Perbedaan Tarif Rumah Sakit dan Tarif INA-CBG
Pelayanan Rawat Jalan di RSUD Budhi Asih.Jurnal Administrasi Rumah Sakit
Indonesia,Vol. 3(1)

Lilissuriani, Saputra Irwan & Mahlil Ruby. (2017). Perbedaan Biaya Riil dan Tarif
INA-CBG untuk Kasus Katastropik dengan Penyakit Jantung Koroner pada
Pasien Rawat Inap peserta Jaminan Kesehatan Nasional.Jukema (Jurnal
Kesehatan Masyarakat Aceh), Vol. 3 (1): 198-205.

Nurhidayati Retno. (2015). Analisis Perbedaan Traif Klaim Indonesia Case Base
Group (INA-CBG) Berdasarkan Kelengkapan Diagnosis dan Prosedur Medis
Rawat Bersama Trisemester 1 di RSUD Kota Yogyakarta.Skripsi. Surakarta:
Program Studi Kesehatan Masyarakat universitas Muhammadiyah Surakarta
65

Oktamianiza.(2017). Faktor-faktor Penyebab Perbedaan Tarif Riil Rumah Sakit


dengan Tarif INA-CBG’S Pada Kasus Pecutaneous TRansliminal Coronary
Anggioplasty (PTCA) di RSUP DR.M. Djamil Padang. Menara Ilmu. Vol.12
(3)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2016 Tentang


Pedoman Indonesia Case Base Groups (INA-CBGs) dalam pelaksanaan
jaminan kesehatan nasional.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 Tentang


Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam penyelenggaraan program jaminan
kesehatan.

Suryono Arif. (2017). Analisis Tarif Rumah Sakit Dibandingkan dengan Tarif
Indonesia Case Based Groups Pada Pasien Rawat Inap Peserta Jaminan
Kesehatan Nasional di Rumah Sakit.Prosiding Seminar Nasional &
International, Vol. 1 (1)

Thabrany H (2014). Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta. Raja Grafindo Per-sada


66

L
A
M
P
I
R
A
N
67

Lampiran 1 : Lembar konsultasi karya tulis ilmiah


68
69
70
71

Lampiran 2 : Lembar ujian akhir karya tulis ilmiah


72
73

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap penulis Sri Melinda, merupakan anak dari

pasangan Abdul Rahman dan Hacida anak ke tiga dari 4

bersaudara, dilahirkan di Makassar 04 Oktober 1999, penulis

merupakan berkebangsaan Indonesia dan beragama islam.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak

Asiyah pada tahun 2005 dan kemudian melanjutkan di Sekolah Dasar Inpres Layang

2 dan menyelesaikan pada tahun 2011 kemudian melanjutkan Sekolah Menengah

Pertama di SMP PGRI 04 Makassar dan menyelesaikan pada tahun 2014 dan pada

tahun 2014 melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negri 04 Makassar dengan

jurusan IPA dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2017. Penulis melanjutkan

pendidikannya di Perguruan Tinggi STIKES Panakkukang Makassar, Program Studi

Rekam Medis dan Informasi Kesehatan pada tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai