Anda di halaman 1dari 7

Rangkuman Materi

Oleh :
ARVIE DIAH PRATIWI

MODUL 3
Aspek Legal dalam Manajemen Sumber Daya Manusia

Kegiatan Belajar I
Ketentuan-Ketentuan Pokok Ketenagakerjaan Masa Sebelum Bekerja (Pre Employment)

Ketentuan-ketentuan pokok ketenagakerjaan masa sebelum bekerja (pre employment). Ada


dua kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh organisasi/perusahaan sebelum mempekerjakan
karyawan, yaitu menyelenggarakan proses perekrutan dan proses pengangkatan karyawan. Hal
penting yang harus diperhatikan oleh pengusaha pada waktu melakukan proses perekrutan adalah
adanya kewajiban lapor lowongan pekerjaan. Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun
1980 setiap pengusaha atau pengurus perusahaan wajib segera melaporkan secara tertulis setiap
ada atau akan ada lowongan pekerjaan kepada Menteri/Pejabat yang ditunjuk yang memuat
paling sedikit tentang:
1. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
2. Jenis pekerjaan dan syarat-syarat jabatan yang digolongkan.
3. Jenis Kelamin.
4. Usia.
5. Pendidikan, keterampilan/keahlian dan pengalaman.
6. Syarat-syarat lain yang dipandang perlu.
Selanjutnya, dalam perekrutan calon karyawan perusahaan juga harus memperhatikan bahwa
mereka tidak boleh merekrut tenaga kerja anak, kecuali yang usianya antara 13 hingga 15 tahun
dimungkinkan untuk dipekerjakan oleh perusahaan dengan syarat-syarat tertentu seperti, hanya
untuk melakukan pekerjaan ringan yang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik,
mental, dan sosial anak. Perusahaan juga dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan di
bawah usia 18 tahun dan wanita hamil antara jam 23.00 malam hingga jam 07.00 pagi.
Pemerintah juga mengatur tentang penggunaan tenaga kerja asing. Organisasi/perusahaan
dilarang menggunakan tenaga kerja asing. Organisasi/perusahaan yang ingin menggunakan
tenaga asing harus memperoleh izin terlebih dahulu dari menteri/pejabat terkait dan juga harus
membuat perencanaan penggunaan tenaga asing tersebut yang disahkan oleh menteri/pejabat
terkait.
Berkaitan dengan outsourcing, organisasi/perusahaan dapat menggunakan jasa dari penyedia
jasa pekerja/buruh (ouisourcing) untuk melaksanakan pekerjaan yang bukan kegiatan pokok
organisasi/ perusahaan yang bersangkutan, seperti pelayanan kebersihan (cleaning service),
penyediaan makanan bagi pekerja/buruh (catering), atau jasa pengamanan (security). Penyedia
jasa pekerja/buruh yang akan digunakan oleh perusahaan harus berbadan hukum dan memiliki
izin usaha dari instansi terkait dengan bidang ketenagakerjaan.
Berkaitan dengan penempatan tenaga kerja terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu
aspek perjanjian kerja dan penempatan tenaga kerja. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara
pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan
kewajiban para pihak. Perjanjian kerja dibuat atas dasar:
1. Kesepakatan kedua belah pihak.
2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum.
3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan.
4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya, berkaitan dengan penempatan tenaga kerja, Undang- Undang Nomor 13 Tahun
2003 telah menetapkan asas penempatan tenaga kerja, yaitu bahwa penempatan tenaga kerja
harus dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas, objektif, adil, dan tanpa diskriminasi.
LATIHAN
1. Jelaskan peraturan pemerintah yang melindungi tenaga kerja dari diskriminasi terhadap
peluang kerja yang adil!
2. Pada dasarnya tidak tertutup kemungkinan organisasi atau perusahaan untuk
menggunakan tenaga kerja anak. Jelaskan ketentuan yang mengatur kemungkinan
penggunaan tenaga kerja anak tersebut dana pa persyaratannya!
Jawaban :
1) Dalam Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 Pasal 5 dan Pasal 6 mengatur tentang
kesempatan dan perlakuan yang sama bagi calon tenaga kerja. Pasal 5 menyatakan bahwa setiap
tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.
Kemudian Pasal 6 menyatakan, setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakukan yang sama
tanpa diskriminasi dari pengusaha. Selanjutnya, Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1980
mengatur tentang kewajiban lapor lowongan pekerjaan tersebut, yaitu setiap pengusaha atau
pengurus perusahaan wajib segera melaporkan secara tertulis setiap ada atau akan ada lowongan
pekerjaan kepada Menteri/Pejabat yang ditunjuk. Dengan adanya ketentuan wajib lapor
lowongan pekerjaan ini calon tenaga kerja terlindungi dari diskriminasi informasi dan peluang
kerja secara adil.
2) Dalam Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa
pengusaha dapat mempekerjakan anak berusia antara 13 hingga 15 tahun untuk melakukan
pekerjaan ringan yang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial
anak. Tenaga kerja anak usia antara 13 hingga 15 tahun ini harus ditempatkan secara terpisah
dari tempat kerja orang dewasa. Disamping itu, pengusaha yang ingin mempekerjakan tenaga
kerja anak harus:
a) Mendapatkan izin tertulis dari orang tua atau wali
b) Melakukan perjanjian kerja dengan orang tua atau wali.
c) Mempekerjakan anak tersebut dalam waktu kerja maksimum 3 jam.
d) Mempekerjakan anak tersebut pada siang hari yang tidak mengganggu waktu sekolah.
e) Memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
f) Menyelenggarakan hubungan kerja secara jelas.
g) Memberi upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kegiatan Belajar 2
Ketentuan-ketentuan pokok ketenagakerjaan masa selama bekerja (during employment).
Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Peraturan Pemerintah
RI Nomor 8 Tahun 1981, dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1999,
mengatur beberapa ketentuan pokok masa selama bekerja yang meliputi waktu kerja, pelatihan
kerja, pengupahan, keselamatan dan kesehatan kerja, kesejahteraan, serikat pekerja/serikat buruh,
dan perselisihan hubungan industrial.
Pada dasarnya pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja, yaitu 7 jam dalam
satu hari dan 40 jam dalam satu minggu (1 minggu 6 hari kerja) atau 8 jam dalam satu hari dan
40 jam dalam satu minggu (1 minggu 5 hari kerja). Pengusaha yang mempekerjakan
pekerja/buruh melebihi waktu kerja tersebut wajib membayar upah kerja lembur. Pengusaha juga
wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh secara memadai. Pengusaha juga
wajib memberikan kesempatan secukupnya kepada pekerja/buruh untuk melaksanakan ibadah
yang diwajibkan oleh agamanya.
Pengusaha bertanggung jawab atas peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi
pekerja melalui pelatihan kerja. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi,
memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,
sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan
kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk
membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan
kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan. Pelatihan kerja juga diarahkan untuk menyiapkan
tenaga kerja agar siap mengisi peluang/lowongan pekerjaan/jabatan.
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan. Penghidupan yang layak adalah jumlah pendapatan pekerja/buruh dari
hasil bekerjanya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup pekerja/buruh yang bersangkutan dan
keluarganya secara wajar yang meliputi kebutuhan makan-minum, sandang, perumahan,
pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan jaminan hari tua. Untuk mewujudkan penghasilan yang
memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan tersebut pemerintah menetapkan
kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh meliputi:
1. upah minimum;
2. upah kerja lembur;
3. upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
4. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaan;
5. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerja;
6. bentuk dan cara pembayaran upah;
7. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
8. struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
9. upah untuk pembayaran pesangon; dan
10. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja. Oleh karena itu, setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
Pekerja/buruh berhak untuk membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh
termasuk hak menghimpun, mengelola, dan mempertanggungjawabkan keuangan organisasi.
Organisasi pekerja/buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh
baik di perusahaan maupun di luar perusahaan yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis,
dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela, serta melindungi hak dan kepentingan
pekerja/buruh serta untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
Pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh wajib mengusahakan
penyelesaian perselisihan hubungan industrial secara musyawarah untuk mufakat. Dalam hal
penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pengusaha dan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan industrial
tersebut melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
LATIHAN
1. Pada dasarnya, pengusaha harus berusaha sedapat mungkin menghindari kerja lembur.
Namun demikian, kerja lembur tetap dimungkinkan untuk hal-hal tertentu yang sifat
mendesak untuk diselesaikan. Jelaskan persyaratan untuk dapat dilakukan kerja lembur
dan konsekuensi bagi pengusaha!
2. Jelaskan tentang ketentuan umum manajemen K3 di perusahaan.
Jawaban :
1) Untuk mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja (kerja lembur) maka harus
memenuhi persyaratan: (a) harus ada persetujuan dari pekerja/buruh yang bersangkutan; (b)
waktu kerja lembur tersebut maksimum 3 jam dalam satu hari dan 14 jam dalam satu minggu.
Sebagai konsekuensi kerja lembur adalah mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja
wajib membayar upah kerja lembur.
2) Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih
dan/atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan
produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran
dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan sistem manajemen K3. Dalam Pasal 87 pengusaha
yang ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa setiap perusahaan
wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang terintegrasi
dengan sistem manajemen perusahaan.

Kegiatan Belajar 3
Ketentuan-ketentuan pokok ketenagakerjaan masa setelah bekerja (post employment).
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai ketentuan menyangkut perlindungan terhadap
karyawan yang telah mengakhiri masa kerjanya baik karena berhenti, diberhentikan, pensiun,
atau meninggal dunia. Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
beberapa hal tersebut diatur dalam Bab Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Ada empat jenis
pemutusan hubungan kerja, yaitu pemutusan hubungan kerja demi hukum, pemutusan hubungan
kerja oleh pengadilan, pemutusan hubungan kerja oleh pekerja/buruh, dan pemutusan hubungan
kerja oleh pengusaha.
Pada dasarnya semua pihak (pengusaha dan pekerja/buruh) harus berupaya untuk menghindari
terjadinya PHK. Namun jika tetap tidak dapat dihindari, maka pengusaha dan serikat
pekerja/serikat buruh atau pekerja/buruh harus mengadakan perundingan. Jika perundingan
berhasil maka dibuatlah persetujuan bersama, tapi jika gagal maka pengusaha harus mengajukan
permohonan penetapan secara tertulis disertai dasar dan alasan-alasan kepada pengadilan
hubungan industrial.
Setiap melakukan pemutusan hubungan kerja, pengusaha wajib memberikan uang pesangon,
uang penghargaan masa kerja, dan uang pengganti kerugian kepada pekerja/buruh yang di PHK.
Besarnya uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang pengganti kerugian tergantung
pada jenis dan penyebab PHK.
LATIHAN
1. Jelaskan bagaimana hak dan kewajiban pekerja/buruh yang dikenai skorsing oleh
pengusaha dimana kasusnya masih menunggu penetapan/putusan dari lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial?
2. Jelaskan bagaimana hak pekerja/buruh yang pensiun sedangkan yang bersangkutan telah
diikutkan pada program pensiun yang iurannya dibayar penuh oleh pengusaha?
Jawaban :
1) Pekerja/buruh tetap harus menjalankan tugas pekerjaannya seperti biasanya dan yang
bersangkutan tetap menerima upah beserta hak-hak lainnya yang biasa diterimanya, sambil
menunggu proses penetapan/pengambilan keputusan oleh pengadilan hubungan industrial.
2) PHK akibat dari pekerja/buruh memasuki usia pensiun dan pengusaha telah mengikutkan
pekerja/buruh yang bersangkutan pada program pensiun yang iurannya dibayar penuh oleh
pengusaha, maka pekerja/buruh yang bersangkutan tidak berhak mendapatkan uang pesangon
sesuai ketentuan Pasal 156 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dan uang
penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal 156 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003; tetapi tetap berhak uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 Ayat (4) Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003.

Kegiatan Belajar 4
Ketentuan-ketentuan pokok kepegawaian PNS di Indonesia terutama yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undangan Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Pembahasan dimulai dengan menjelaskan
tentang lembaga-lembaga yang bertanggungjawab dalam manajemen PNS, yang meliputi
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan), Badan Kepegawaian Negara (BKN),
Lembaga Administrasi Negara (LAN), dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD).
Pembahasan berikutnya adalah tentang sistem kepangkatan dan eselonisasi PNS. Sistem
kepangkatan dan penggolongan PNS di Indonesia dibedakan atas empat golongan kepangkatan
dan masing-masing golongan dibagi ke dalam beberapa ruang. Sedangkan sistem eselonisasi
digunakan untuk menggolong-golongkan jabatan struktural ke dalam empat golongan eselon
dimana eselon I merupakan kelompok jabatan struktural tertinggi dan eselon IV merupakan
kelompok jabatan struktural terendah.
Terakhir, tentang ketentuan pokok kepegawaian pegawai negeri sipil (PNS).
Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya, bahwa proses kegiatan dan manajemen
kepegawaian sipil di Indonesia tidak berbeda jauh dengan proses manajemen kepegawaian pada
umumnya. Oleh karena ketentuan pokok kepegawaian Pegawai Negeri meliputi ketentuan-
ketentuan pada proses kegiatan rekrutmen pegawai, pengembangan, peningkatan karier,
pemberian kompensasi (remunerasi), penegakan disiplin, dan pemberhentian/pemensiunan.
LATIHAN
1. Jelaskan perbedaan utama sistem manajemen kepegawaian sipil menurut Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999 dibanding Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974!
2. Jelaskan pengertian gaji yang adil dan layak bagi Pegawai Negeri!
Jawaban :
1) Berbeda dengan sistem manajemen pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 yang bersifat
sentralistik, maka manajemen kepegawaian sipil menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun
1999 tidak menggunakan sistem sentralisasi tetapi menganut sistem otonomi daerah, yaitu
pelaksanaan manajemen PNS di daerah menjadi wewenang daerah masing-masing.
2) Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Pasal 7 Ayat (1) diterangkan
bahwa yang dimaksud gaji yang adil dan layak adalah gaji Pegawai Negeri harus mampu
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga pegawai negeri yang bersangkutan dapat
memusatkan perhatian, pikiran, dan tenaganya hanya untuk melaksanakan tugas yang
dipercayakan kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai