Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN iiBAB ii6

“BEA METERAI”

2.1       Dasar Hukum Bea Materai 


1.      Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 perihal Bea Materai
2.      Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 perihal Perubahan Tarif Bea Materai dan Besarnya
Batas Pengenaan Harga Nominal Yang Dikenakan Bea Materai.
3.      Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.03/2005 perihal Perubahan Atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 15/PMK.03/2005 Tentang Bentuk, Ukuran, Warna, Dan Desain
Materai Tempel Tahun 2005
4.      Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000 perihal Pelunasan Bea
Materai dengan Menggunakan Cara Lain.
5.      Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-122b/PJ./2000 perihal Tatacara Pelunasan Bea Materai
dengan membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Mesin Teraan.
6.      Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-122c/PJ./2000 perihal Tatacara Pelunasan Bea Materai
dengan membubuhkan Tanda Bea Materai dengan Teknologi Percetakan.
7.      Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-122d/PJ./2000 perihal Tatacara Pelunasan Bea Materai
dengan membubuhkan Tanda Bea Materai dengan Sistem Komputerisasi.
8.      Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.03/2002 perihal Pelunasan Bea Materai dengan
Cara Pemeteraian Kemudian.
9.      Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-02/PJ./2003 perihal Tatacara Pemateraian Kemudian.
10.  Surat Edaran Nomor 29/PJ.5/2000 perihal Dokumen Perbankan yang dikenakan Bea Materai.

2.2       Pengertian Bea Materai


                        "Bea Materai yakni pajak tidak pribadi yang dipungut secara insidentil (sekali pungut)
atas dokumen yang disebut oleh Undang-Undang Bea Materai yang digunakan masyarakat
dalam kemudian lintas aturan sehingga dokumen tersebut sanggup digunakan sebagai alat bukti
dimuka pengadilan." 
Dengan kata lain, Bea Materai yakni pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen,
ibarat surat perjanjian, sertifikat notaris, kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang
memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan dan dokumen
yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.

Beberapa istilah terkait Bea Materai:


1. Dokumen yakni kertas yang berisikan goresan pena yang mengandung arti dan
maksud perihal perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seseorang dan/atau pihak-
pihak yang berkepentingan
2. Benda materai yakni materai tempel dan kertas materai yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia.
3. Tandatangan yakni tandatangan sebagaimana lazimnya dipergunakan, termasuk
pula paraf, teraan atau cap tandatangan atau cap paraf, teraan cap nama atau tanda
lainnya sebagai pengganti tandatangan.
4. Pemateraian kemudian yakni suatu cara pelunasan Bea Materai yang dilakukan
oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea Meterainya
belum dilunasi sebagaimana mestinya.
5. Pejabat Pos yakni Pejabat Perusahaan Umum Pos dan Giro yang diserahi kiprah
melayani permintaan pemeteraian kemudian.

2.3       Objek dan bukan objek Bea Materai


          a. Objek Bea Materai
 Pada prinsipnya dokumen yang harus dikenakan materai yakni dokumen menyatakan
nilai nominal hingga jumlah tertentu, dokumen yang bersifat perdata dan dokumen yang
digunakan di muka pengadilan, antara lain :
1)  Surat perjanjian dan surat-surat lainnya (antara lain: surat kuasa, surat hibah, surat
pernyataan) yang dibentuk dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai
perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
2)  Akta-akta notaris termasuk salinannya.
3)  Akta-akta yang dibentuk oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-rangkapnya.
4)  Surat yang memuat jumlah atau harga nominal yang dinyatakan dalam mata uang
asing yaitu:
         yang menyebutkan penerimaan uang
         yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening bank
         yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
          yang berisi pengukuhan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah dilunasi atau
diperhitungkan.
5)  Surat berharga ibarat wesel, promes dan aksep .
6)  Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun.
7)   Surat-surat biasa dan surat-surat kerumah tanggaan serta surat-surat uang semula tidak
dikenakan bea materai berdasarkan tujuannya, kalau digunakan untuk tujuan lain atau digunakan
oleh orang lain, lain dari maksud semula, yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka
pengadilan.
8) Cek dan bilyet giro.

b.             Bukan Objek Bea Materai


Dokumen yang tidak termasuk objek Bea Materai adalah:
1)   Dokumen yang berupa:
         surat penyimpanan barang;
         konosemen;
         surat angkutan penumpang dan barang;
         keterangan pemindahan yang dituliskan diatas dokumen surat penyimpanan barang, konosemen,
dan surat angkutan penumpang dan barang;
         bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang
         surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
         surat-surat lainnya yang sanggup disamakan dengan surat-surat di atas.
2)  Segala bentuk ijazah
3)  Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang dukungan dan pembayaran lainnya yang ada
kaitannya dengan kekerabatan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan
pembayaran itu.
4)  Tanda bukti penerimaan uang negara dari kas Negara dan kas pemerintah daerah.
5)  Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang sanggup disamakan
dengan itu ke kas negara, kas pemerintah.
6)  Tanda penerimaan uang yang dibentuk untuk keperluan intern organisasi.
7)   Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung oleh
bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut.
8)  Surat gadai yang diberikan oleh Perum Pegadaian.
9)  Tanda pembagian laba atau bunga dari efek, dengan nama dan bentuk apapun.
10) Apabila suatu dokumen (kecuali cek dan bilyet giro) memiliki tidak lebih dari Rp 250.000,00
(dua ratus lima puluh ribu rupiah), maka atas dokumen tersebut tidak terutang Bea Materai.

2.4        Tarif  Bea Materai
1.       Tarif Bea Materai Rp. 6.000,- untuk dokumen sebagai berikut :
a.       Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibentuk dengan tujuan untuk digunakan sebagai
alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
b.      Akta-akta notaris termasuk salinannya
c.       Surat berharga ibarat wesel, promes, dan aksep selama nominalnya lebih dari
Rp. 1.000.000,00
Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengadilan, yaitu :
-          Surat- surat biasa dan surat kerumahtanggaan
-          Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Materai berdasarkan tujuannya, kalau digunakan
untuk tujuan lain atau digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain selain dari
tujuan semula.
2.      Untuk dokumen yang menyatakan nominal uang dengan batasan sebagai berikut :
-          Nominal hingga Rp. 250.000,00 tidak dikenakan Bea Materai
-          Nominal antara Rp. 250.000,00-Rp. 1.000.000,00 dikenakan Bea Materai Rp. 3.000,-
-          Nominal di atas Rp. 1.000.000,00 dikenakan Bea Materai Rp. 6.000,-
3.      Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Materai dengan tarif sebesar Rp. 3.000,- tanpa
batas  pengenaan besarnya harga nominal.
4.      Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang memiliki harga nominal hingga dengan Rp.
1.000.000,00 dikenakan Bea Materai Rp. 3.000,- sedangkan yang memiliki nominal lebih dari
Rp. 1.000.000,00 dikenakan Bea Materai Rp. 6.000,00.
5.      Sekumpulan Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang tercantum dalam surat kolektif
yang memiliki jumlah harga nominal hingga dengan Rp. 1.000.000,00 dikenakan Bea Materai
Rp. 3.000,- sedangkan yang memiliki nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00 dikenakan Bea
Materai Rp. 6.000,00.

Saat dan Pihak yang Terutang Bea Materai


1.    Saat terutang bea materai yakni ketika sebelum dokumen yang terutang bea materai tersebut
digunakan. Dalam Pasal 5 UU No. 13 Tahun 1985 disebutkan ketika terutangnya bea materai
sebagai berikut :
a.    Dokumen yang dibentuk oleh satu pihak
Saat terutangnya bea materai atas dokumen yang dibentuk oleh satu pihak yakni pada
ketika dokumen diserahkan kepada pihak untuk siapa dokumen itu dibuat, contohnya cek.
b.    Dokumen yang dibentuk oleh lebih dari satu pihak
Saat terutangnya bea materai yakni pada ketika dokumen tersebut telah selesai dibuat, yang
ditutup dengan tanda tangan dari pihak-pihak yang bersangkutan.
c.    Dokumen yang dibentuk di luar negeri
Saat terutangnya bea materai yakni pada ketika dokumen tersebut digunakan di Indonesia.
2.    Pihak yang terutang bea materai
               Bea materai terutang oleh pihak yang mendapatkan atau pihak yang menerima
manfaat dari dokumen, kecuali pihak-pihak yang bersangkutan memilih lain.

2.5       Benda Materai dan cara pelunasannya


ara Pelunasan
1.  Menggunakan benda materai: Materai tempel dan kertas materai.
             Pelunasan dengan benda materai ini sanggup dilakukan dengan cara biasa yaitu oleh WP
sendiri, dan sanggup pula dilakukan melalui pemateraian kemudian oleh pejabat pos.
 Dalam menempelkan materai tempel dan memakai kertas materai harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut (pasal 7 ayat (3), (4), (5) dan (6) UU No. 13 Tahun 1985) :
a.    Materai tempel harus direkatkan seluruhnya dengan utuh dan tidak rusak di atas dokumen yang
dikenakan bea materai.
b.    Materai tempel direkatkan di tempat dimana tanda tangan akan dibubuhkan
c.    Pembubuhan tanda tangan disertai dengan pencantuman tanggal, bulan dan tahun dilakukan
dengan tinta atau yang homogen dengan itu, sehingga sebagian tanda tangan ada di kertas dan
sebagian lagi di atas materai tempel.
d.   Jika digunakan lebih dari satu materai tempel, tanda tangan harus dibubuhkan sebagian di atas
semua materai tempel dan sebagian di atas kertas.
 Bila pelunasan bea materai dilakukan dengan memakai kertas materai maka harus
memperhatikan hal-hal sebagaimana yang tercantum dalam pasal 7 UU No. 13 Tahun 1985
sebagai berikut :
a. Kertas materai yang sudah digunakan dihentikan digunakan lagi (ayat (7))
b.   Jika isi dokumen yang dikenakan bea materai terlalu panjang untuk dimuat seluruhnya di atas
kertas bea materai yang digunakan, maka untuk bab isi yang masih tertinggal sanggup digunakan
kertas tidak bermaterai (ayat (8))
c.    Bila ketentuan penggunaan dan cara  pelunasan bea materai tidak dipenuhi, dokumen yang
bersangkutan dianggap tidak bermaterai (ayat (9))

2. Menggunakan cara lain sesuai ketentuan Pasal 1 Kep.No.133b/2000, yaitu:


Dengan pencetakan kata  “LUNAS BEA MATERAI“ di atas dokumen tersebut yang
dicetak dengan menggunakan:
 Mesin Teraan Materai;
 Teknologi Percetakan;
 Sistem Komputerisasi;
 Alat lain dengan teknologi tertentu.
Pelunasan Bea Meterai dengan cara lain harus menerima izin tertulis dari DirJen Pajak,
dan hasil pencetakannya harus dilaporkan juga ke DirJen Pajak (Pasal 2 Kep.No.133b/2000).
Dokumen yang dibentuk di Luar Negeri pada ketika akan digunakan di Indonesia harus
telah dilunasi dengan cara pemateraian kemudian. Selain itu, sesuai dengan suara pasal 10 UU
No. 13 Tahun 1985, pemateraian kemudian dilakukan pula terhadap :
a.    Dokumen yag akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan
b.    Dokumen yang bea materainya tidak atau kurang dilunasi ditambah denda.

B.       Ketentuan Khusus
Pejabat pemerintah, hakim, panitera, juru sita, notaris dan pejabat umum lainnya yang
masing-masing tengah berada dalam kiprah dan jabatannya tidak dibenarkan :
1.   Menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang bea materainya tidak atau
kurang bayar
2.   Melekatkan dokumen yang bea materainya tidak atau kurang dibayar sesuai dengan tarifnya pada
dokumen lain yang berkaitan
3.   Membuat salinan, tembusan, rangkapan atau petikan dari dokumen yang bea materainya tidak
atau kurang dibayar
4.   Memberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang tidak atau kurang dibayar sesuai
dengan tarif bea materainya
5.   Setiap pelanggaran terhadap ketentuan ini, dikenakan hukuman administratif sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

SANKSI ADMINISTRATIF
                        Sanksi ini dikenakan apabila terjadinya peanggaran yang menyebabkan Bea
Materai yang harus dilunasi kurang bayar.
-          Dokumen sebagaimana yang dimaksud dalam objek Bea Materai tidak atau kurang dilunasi
sebagaimana mestinya dikenakan denda administratif 200 % dari Bea Materai yang tidak atau
kurang dibayar.
-          Pemegang dokumen atas dokumen sebagaimana dimaksud dalam abjad (a) harus melunasi Bea
Materai terutang berikut dendanya dengan cara pemateraian kemudian.

C.       Daluwarsa
Kewajiban pemenuhan bea materai dan denda manajemen yang terutang berdasarkan UU
Bea Materai menjadi daluwarsa sesudah lampau waktu 5 tahun tanggal dokumen dibuat. Sesuai
dengan ketentuan dalam KUHP, maka barang siapa :
1. Meniru atau menjiplak materai tempel, kertas materai atau meniru dan menjiplak tanda tangan
yang perlu untuk mensahkan materai.
2. Dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk diedarkan atau memasukkan ke negara
Indonesia materai palsu, yang dipalsukan atau yag dibentuk dengan melawan hak.
3.Yang sengaja menggunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan, menyediakan untuk dijual atau
dimasukkan ke negara Indonesia materai yang mereknya, capnya, tanda tangannya atau tanda
sahnya atau tanda waktunya telah dihilangkan seperti materai itu belum digunakan dan atau
menyuruh orang lain menggunakannya melawan hak.
4. Menyimpan bahan-bahan atau perkakas-perkakas yang diketahuinya digunakan untuk
melaksanakan salah satu kejahatan untuk meniru dan menjiplak benda materai.
          Ketentuan dalam pasal 14 UU No. 13 Tahun 1985 mengenai ketentuan pidana
menyebutkan bahwa akan dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 7 tahun (tindak
pidana kejahatan) bagi barang siapa yang dengan sengaja memakai cara lain pelunasan bea
materai atas dokumen tanpa izin menteri keuangan.

elunasan Bea Materai dengan Pemateraian Kemudian


1.        Dasar Hukum :
Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 476/MM.03/2002
Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-02/PJ.53/2003
Surat Edaran No. SE-01/PJ.53/2003
2.        Besarnya Pelunasan Bea Materai Dengan Cara Pemateraian Kemudian
a.       Atas dokumen yang semula tidak terutang Bea Materai namun akan digunakan sebagai alat
bukti di Pengadilan yakni sebesar Bea Materai yang terutang sesuai denggan peraturan yang
berlaku pada ketika pemateraian kemudian.
b.      Atas dokumen yang tidak atau kurang dilunasi yakni sebesar Bea Materai yang terutang.
c.       Atas dokumen yang dibentuk di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia yakni sebesar Bea
Materai yang terutang sesuai dengan peraturan yang berlaku pada ketika pemateraian kemudian

3.        Sanksi atas Pemateraian Kemudian


  Denda sebesar 200 % dari Bea Materai yang tidak atau kurang dilunasi untuk point 1d.
  Denda sebesar 200% dari Bea Materai terutama untuk point 1c apabila pemateraian kemudian
dilakukan sesudah dokumen digunakan.
4.        Objek Pemateraian Kemudian
a.       Dokumen yang semula tidak terutang Bea Materai namun akan digunakan sebagai alat
pembuktian di muka pengadilan
b.      Dokumen yang Bea Materainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya
c.       Dokumen yang dibentuk di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia

5.        Mekanisme Pemateraian Kemudian


1. Tata Cara Pemateraian Kemudian Dengan Materai Tempel
a.       Pemegang dokumen membawa dokumen ke Kantor Pos terdekat
b.      Pemegang dokumen melunasi Bea Materai yang terutang atas dokumen yang dimateraikan
kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.03/2002.
c.       Pemegang dokumen yang Bea Materainya tidak atau kurang dilunasi dikenakan denda
manajemen sebesar 200% dari Bea Materai yang tidak atau kurang dilunasi dengan menggunaan
SSP instruksi MAP 0174.
d.      Dokumen yang telah dimateraikan kemudian dan SSP dicap TELAH DIMATERAIKAN
KEMUDIAN SESUAI UU NO. 13 Tahun 1985 Jo 476/KMK.03/2002 oleh Pejabat Pos disertai
dengan tanda tangan, nama dan nomor pegawai Pejabat Pos bersangkutan.
2. Tata Cara Pemateraian Kemudian Dengan Surat Setoran Pajak
a.       Membuat daftar dokumen yang akan dimateraikan kemudian
b.      Membayar Bea Materai terutang berdasarkan Pasal 4 SKMK No. 476/KMK.03/2002
c.       Pemegang dokumen yang bea materainya tidak atau kurang dilunasi dikenakan denda
manajemen sebesar 200% dari Bea Materai yang tidak atau kurang dilunasi dengan memakai
SSP terpisah dengan SSP yan digunakan untuk memateraikan kemudian.
d.      Cara Pengisian SSP sbb :
a.       SSP yang digunakan untuk melunasi pemateraian kemudian diisi dengan Kode Jenis Pajak
(MAP) 0171
b.      SSP yang digunakan untuk membayar denda manajemen diisi dengan Kode Jenis Pajak (MAP)
0174
e.       Daftar Dokumen yang telah dimateraikan kemudian dan SSP yang digunakan untuk membayar
pemateraian kemudian dicap TELAH DIMATERAIKAN KEMUDIAN SESUAI UU NO. 13
Tahun 1985 Jo 476/KMK.03/2002 oleh Pejabat Pos disertai dengan tanda tangan, nama dan
nomor pegawai Pejabat Pos bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai