Anda di halaman 1dari 1

Kuantitas lebih prioritas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kuantitas adalah banyaknya (benda dan
sebagainya); jumlah (sesuatu). Secara umum kuantitas adalah tolok ukur suatu hal yang
tertuju pada jumlah atau nilai yang dapat dihitung secara pasti. Misalnya jumlah peserta suatu
pertemuan, jumlah karyawan, nilai akademis seorang siswa dan lain sebagainya.

Pada masyarakat Indonesia kuantitas atau nilai dianggap sesuatu yang sangat penting, hal ini
dikarenakan adanya asumsi apabila ada seorang siswa yang memperoleh nilai tinggi maka ia
merupakan anak cerdas. Nilai merupakan angka yang didapat setelah mengerjakan tugas
maupun ujian. Nilai dapat mendeskripsikan tingkat prestasi siswa. Semakin tinggi nilai yang
didapat siswa, makin bagus pemahaman pembelajaran yang diraihnya. Sebaliknya, semakin
rendah nilai yang didapat, makin lemah pula pemahaman akan pembelajaran yang diikutinya.

Nilai akademis menjadi lebih populer di kalangan orangtua sebab menjadi tolok ukur dan
pembanding keberhasilan belajar anaknya dengan siswa lain. Secara kasatmata nilai
akademis memang mendeskripsikan penguasaan akan hasil belajar oleh siswa. Namun,
nyatanya hal tersebut tidaklah demikian. Nilai akademis selama ini didapat dari hasil
penilaian acuan kriteria (PAK) yang berpegang pada kriteria ketuntasan minimal (KKM).
KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan
dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapai. Maka dari itu,
KKM ini menjadi indikator tuntas atau tidaknya siswa dalam belajar.

Presepsi masyarakat yang masih keliru mendorong para siswa untuk melakukan segala cara
supaya mendapat nilai yang tinggi, sekalipun bukan dari hasil pemikirannya sendiri.
Terkadang ada juga siswa yang nilainya kurang menonjol akan mendapat predikat tidak baik,
kepercayaan dirinyapun mulai pudar dan menjadi malas untuk belajar, diakibatkan oleh
pandangan guru dan sekitarnya yang hanya mengelu-elukan siswa pintar.

Padahal, jika di amati setiap anak pasti memiliki potensi atau bakat yang berbeda. Orangtua
dan guru sudah seharusnya berusaha menemukan potensi itu dan memberi wadah untuk bakat
mereka. Itulah cara membangun kepercayaan diri para siswa dalam menyongsong kehidupan
yang sukses di masa depan. Cerdas tidaknya seorang siswa tidak bisa dilihat hanya dari nilai
akademisnya saja di sekolah. Sebab kuantitas tanpa di imbangi kualitas pada kemudian hari
sudah tidak lagi memiliki harga.

Anda mungkin juga menyukai