H. BAB II
H. BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bertindak (handelingsbevoegheid).3
1
Kansil, C.T.S. et al, 1995, Modul Hukum Perdata, Jakarta, Pradnya
Paramita, hlm. 82.
2
Simanjuntak, P.N.H, Op.Cit., hlm. 20.
3
Ibid., hlm. 21.
8
dapat mempunyai hak dan cakap untuk bertindak di dalam hukum atau
dengan kata lain siapa yang cakap menurut hukum untuk mempunyai
sarjana:5
kewajiban.
4
Kansil, C.S.T., Op.Cit., hlm. 84.
5
Harumiati Natadimaja, 2009, Hukum Perdata Mengenai Hukum Orang
Dan Hukum Benda, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 7.
9
hukum. Jadi, manusia oleh hukum diakui sebagai penyandang hak dan
satu bagian dari kategori hukum yang merupakan hal yang tidak dapat
pengertian, yaitu:8
atau orang yang diciptakan hukum secara fiksi atau persona ficta.
2 macam yaitu:
6
Rachmadi Usman, 2006, Aspek-Aspek Hukum Perorangan dan
Kekeluargaan di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 72.
7
Rosnidar Sembiring, 2016, Hukum Keluarga (Harta-Harta Benda Dalam
Perkawinan), Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 7.
8
Kansil, C.S.T., Op.Cit., hlm. 82.
10
swasta.
hak-hak.10
hukum yang berlaku. Manusia sebagai subyek hukum itu diatur secara
asing.11
9
Aloysiur Entah, R., 1989, Hukum Perdata (Suatu Perbandingan Ringkas),
Yogykarta, Liberty, hlm. 53.
10
Ibid., hlm. 54.
11
Ibid., hlm. 85.
11
pendukung hak dan kewajiban. Di dalam KUH Perdata ada dua macam
subyek hukum yang meliputi manusia dan badan hukum. Ada dua
hukum. Ada dua alasan dikemukakan oleh para ahli tersebut, karena:
(subyek hukum).
12
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2014, Perbandingan Hukum
Perdata, Jakarta, PT Raja Grafindo, hlm. 75-76.
13
Rachmadi Usman, Op.Cit, hlm. 72.
14
Beni Ahmad Saebani, et al., 2016, Perbandingan Hukum Perdata,
Bandung, CV Pustaka Setia, hlm. 105.
12
bagi seluruh umat manusia karena diciptakan secara sama oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Menurut hukum dunia orang pribadi menjadi subyek
merupakan pembunuhan atas anak itu dan telah dilanggar hak anak
15
Ibid., hlm. 86.
16
Ibid.
17
Aloysiur Entah, R., Op.Cit, hlm. 59.
13
kemanusiaan”.
18
Harumiati Natadimaja, Op.Cit, hlm. 8.
14
hidup. Apabila ia hanya hidup satu jam atau dua jam maka ia
19
Aloysiur Entah, R., Op.Cit, hlm. 58.
15
sendiri dengan warga negara asing pada bangsa dan negara itu
20
Simanjuntak, P.N.H., 2015, Op.Cit, hlm. 20.
21
Kansil, C.S.T., Op.Cit., hlm. 84.
16
dan warga negara baik dengan alasan agama, kelamin, umur, dan
ras bangsa.22
(KHES)
3. Kewenangan Hukum
22
Ibid.
23
Mardani, 2015, Hukum Sistem Ekonomi Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo,
hlm. 117.
24
Ibid.
17
25
Kamal hidjaz, 2010, Efektifitas Penyelenggaraan Kewenangan Dalam
Sistem Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Makasar, Pustaka Refleksi, hlm. 35.
26
Nurmayanti, 2009, Hukum Administrasi Daerah, Lampung, Universitas
Lampung, hlm. 26.
27
Ateng Syaifudin, 2000, Menuju Penyelenggaraan Pemerintah Negara
yang Bersih dan Bertanggung Jawab, Bandung, Universitas Parahyangan, hlm. 22.
18
cakap bertindak sendiri tetapi, ada subyek hukum yang dianggap tidak
28
Ibid.
29
Rosnidar Sembiring, Op.Cit, hlm. 7.
30
Rachmadi Usman, Op.Cit, hlm. 83.
19
hukum. Penjelasan dari Pasal 1330 KUH Perdata tentang orang yang
jiwa (orang gila), mata gelap, dan pemboros (433 KUH Perdata).
31
Ibid.
32
Ibid.
20
Hal ini terjadi karenakan gangguan jiwa seperti sakit saraf dan
dirinya telah dewasa, sehat pikiran dan jiwanya, tidak berada di bawah
5. Pengampuan
terbentuk dari kata dasar ampu yang mendapat tambahan awalan (pe)
dan akhiran (an). Kata ampu berarti orang yang menjaga keselamatan
33
Kansil, C.S.T., Op.Cit., hlm 87.
34
Ibid.
35
Tim Redaksi Kamus Pusat Bahasa, 2005, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, hlm. 40.
21
yang menderita rasa sakit ingatan, boros, dungu dan mata gelap harus
36
Soetojo Prawirohamidjojo, R dan Marthalena Pohan, 1991, Hukum Orang
dan Keluarga (Personen en Familie-recht), Surabaya, Airlangga University Press,
hlm. 237.
37
Abdulkadir muhamad, Op.Cit., hlm. 38.
22
dungu, sakit ingatan atau mata gelap, tidak boleh ditaruh di bawah
dan ibunya atau walinya (Pasal 462 KUH Perdata). Pengampu adalah
38
Satrio, J, 1999, Hukum Pribadi Bagian 1 Persoon Alamih, Bandung, Citra
Aditya Bakri, hlm. 74.
39
Kansil, C.T.S. et al, Op.Cit., hlm. 138.
40
Komariah, 2004, Hukum Perdata, Malang, UMM Press, hlm. 29.
23
pengampuan.41
pengampuan ialah:42
dungu, sakit ingatan atau mata gelap (Pasal 434 ayat (1) KUH
Perdata).
41
Ibid.
42
Simanjuntak, P.N.H., 2015, Op.Cit, hlm. 24.
24
disertai dengan bukti dan saksi yang akan diperiksa oleh pengadilan.
beberapa orang Hakim yang diangkat untuk itu, disertai oleh panitera,
dan dalam segala hal dihadiri oleh jawatan Kejaksaan. Bila rumah
43
Rachmadi Usman, Op.Cit, hlm. 88.
25
44
Ibid.
45
Ibid.
26
wasiat.
itu tidak akan diberikan, selain dengan memperhatikan tata cara yang
46
Komariah, Op.Cit., hlm. 29.
27
a. Secara absolut
meninggal dunia
bawah pengampuan.
b. Secara relatif48
yang diatur dalam Pasal 444 yaitu Semua penetapan dan putusan yang
47
Soetojo Prawirohamidjojo, R dan Marthalena Pohan, Op.Cit., hlm. 239.
48
Ibid.
28
karena keadaan dungu. gila atau mata gelap, harus digunakan khusus
Perdata).
49
Simanjuntak, P.N.H., 2015, Op.Cit, hlm. 25.
29
bapaknya yang tidak dalam keadaan ikatan perkawinan lagi atau orang
Pasal 433 KUH Perdata dinyatakan tidak cakap bertindak di dalam lalu
lintas hukum.
berhak karena dalam hukum sanksi hanya berlaku dan diterapkan pada
apa-apa.50
bahkan sejak dalam kandungan ibunya asalkan dia lahir hidup apabila
50
Abdulkadir muhamad, Op.Cit., hlm. 36-37.
30
orang tidak dapat ditiadakan oleh suatu hukum apapun yang dapat
Agraria).
dalam perkara.
51
Ibid., hlm. 23.
52
Ibid., hlm. 37.
53
Djaja Meliala, s, 2014, Hukum Perdata Dalam Perspektif BW, Bandung,
Nuansa Aulia, hlm. 21.
31
setiap orang. Hak perdata adalah identitas orang yang tidak dapat
hilang atau lenyap. Identitas tersebut baru akan hilang apabila orang
meninggal dunia. Contoh hak perdata adalah hak untuk hidup, hak atas
nama, hak atas tempat tinggal dan lainnya. Hak perdata berbeda
dengan hak publik, dimana Hak publik dapat hilang atau lenyap
54
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 39.
32
hukum perdata. Hak perdata tersebut ada yang bersifat absolut dan
bersifat relatif.56
Perdata.57
1) Hak kebendaan
55
Ibid.
56
Ibid. hlm. 135.
57
Ibid.
58
Simanjuntak, P.N.H., 2015, Op.Cit, hlm. 182.
33
baik hak waris, baik hak pakai hasil, baik hak pengabdian
macam yaitu: 60
59
Ibid.
60
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 138.
34
miliknya.
2) Hak Kepribadian
seperti hak untuk hidup dan hak atas namanya sendiri. Hak
Menikah.62
61
Simanjuntak, P.N.H, Op.Cit., hlm. 13.
62
Ibid.
36
orang tua dan anak serta antara wali dan anak. Adapun
Undang Perkawinan).
63
Abdulkadir muhamad, Op.Cit, hlm. 101.
37
(4) Hak lain atau tugas yang ada antara orang tua dan
memberikan sesuatu.64
64
Komariah, Op.Cit., hlm. 93.
65
Ibid. hlm. 101.
38
66
Simanjuntak, P.N.H., Op.Cit, hlm. 286.
67
Dedi Ismatullah, 2011, Hukum Perikatan, Bandung, CV Pustaka Setia, hlm. 79.