PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di era global yang sekarang ini, banyak berdirinya industri industri. Baik itu
industri formal maupun non formal. Industri tersebut tiap harinya akan melakukan suatu
proses produksi, untuk memenuhi permintaan dari konsumen. Namun harus
diperhatikan pula, bagaimana proses produksi yang tiap harinya melakukan produksi,
limbah yang dihasilakanpun akan ada dan harus benar-benar tidak luput dari
pengawasan untuk nantinya jika dibuang ke lingkungan tidak akan mencemari, baik itu
tanah, udara, maupun air. Disamping itu banyak sekali permintaan produksi juga
mempengaruhi bagaimana perusahaan menerapkan produksi bersih dalam
perusahaannya. Artinya dari proses awal hingga akhir limbah yang dihasilkan dari
proses produksi tidak ada, atau dengan kata lain limbah dikelolah untuk dimanfaatkan.
Produksi bersih berfokus pada usaha pencegahan dan penanggulangan dari terbentuknya
limbah, yang merupakan salah satu indikator inefisiensi. Dengan demikian, usaha
pencegahan tersebut harus dilakukan sejak awal proses produksi dengan mengurangi
terbentuknya limbah serta pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui daur ulang.
Produksi bersih merupakan sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat
preventif atau pencegahan dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada
proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi risiko terhadap
manusia dan lingkungan. Hal tersebut, memiliki tujuan untuk meningkatkan
produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan
bahan mentah, energi dan air, mendorong performansi lingkungan yang lebih baik,
melalui pengurangan sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi
dampak produk terhadap lingkungan.
1
Strategi produksi bersih lebih menekakankan bagaimana pengelolahan lingkungan secara
berkelanjutan. Suatu keberhasilan atau pencapaian target pengelolaan lingkungan bukan
merupakan akhir suatu upaya melainkan menjadi input bagi siklus upaya pengelolaan lingkungan
berikutnya. Mengurangi risiko dalam produksi bersih dimaksudkan dalam arti risiko keamanan,
kesehatan, manusia dan lingkungan serta hilanganya sumber daya alam dan biaya perbaikan atau
pemulihan. Produksi bersih dapat dijadikan sebuah model pengeloaan lingkungan dengan
mengedepankan efisiensi yang tinggi pada sebuah industri, sehingga timbulan/hasil limbah dari
sumbernya dapat dicegah dan dikurangi. Penerapan produksi bersih akan menguntungkan
industri karena dapat menekan biaya produksi, adanya penghematan, dan kinerja lingkungan
menjadi lebih baik. Penerapan produksi bersih di suatu kawasan industri dapat digunakan
sebagai pendekatan untuk mewujudkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan.
Rumusan Masalah
1. Apa itu profil tentang PT Madurasi Nusa Perdana Boyolali?
2. Bagaimana cara produksi dari awal hingga akhir proses produksi di PT Madusari
Nusa Perdana Boyolali?
3. Cara pengelolaan limbah yang dilakukan oleh PT.Madusari Nusa Perdana Boyolali
dari awal proses produksi hingga akhir proses produksi?
Tujuan
1. Mengenal dan mengetahui profil tentang PT Madusari Nusa Perdana Boyolali
2. Mengetahui dan memahami bagaimana cara produksi dari awal hingga akhir proses
produksi di PT Madusari Nusa Perdana Boyolali
3. Mengetahui pengelolahan limbah yang dilakukan oleh PT.Madusari Nusa Perdana
Boyolali dari awal proses produksi hingga akhir proses produksi.
4. Mengetahui undang-undang pelaksanaan produk di PT.Madusari Nusa Perdana
Boyolali.
2
BAB II
Pembahasan
3
Cara produksi dari awal hingga akhir proses produksi di PT Madusari Nusa Perdana
Boyolali
Proses produksi yang dilakukan pada PT.Madusari Nusa Perdana terdapat
beberapa proses, dari mulai proses peracikan bumbu yang akan dibuat sosis, pemasakan,
hingga di proses terakhir pengemasan.
Secara lebih detail dijelaskan pada bagan dibawah ini :
Limbah padat dan cair dalam proses penerimaan bahan baku ini adalah dengan
Penerimaan
bahan baku adanya sisa-sisa daging tersebut yang sebelumnya di peiksa terlebih dahulu.
Limbah cair yang dihasilkan pada proses penyimpanan daging di freezer yaitu
Penyimpanan dengan mencairnya air daging yang di keluarkan di dalam freezer tersebut.
daging
Limbah padat dan cair yang dihasilkan pada proses daging digiling yaitu dengan
Daging
digiling. adanya sisa-sisa daging digiling tersebut dan minyak dagingnya itu sendiri.
Limbah cair yang dihasilkan pada proses pencampuran bumbu yaitu dengan sisa-
Pencampuran
sisa bumbu yang sudah terpakai di pencampuran daging tersebut.
bumbu
Limbah cair yang dihasilkan pada proses pencampuran pasta yaitu dengan sisa-
Pencampuran sisa pasta yang sudah terpakai di pencampuran daging tersebut.
pasta
Limbah padat dan cair yang dihasilkan pada proses perebusan ini yaitu dengan
Proses adanya sisa-sisa daging yang biasanya tidak terpakai dan air rebusan daging itu
perebusan sendiri.
Limbah padat yang di hasilkan pada proses pemeriksaan yaitu dengan adanya
Pemeriksaan yang mungkin daging yang tidak berkualitas standart pangan maka daging
tersebut dibuang.
Limbah cair yang dihasilkan pada proses pendinginan yaitu dengan adanya sisa
Proses dari air yang akan disemprotkan ke daging tersebut, untuk menurunkan suhu.
pendinginan
Limbah padat yang dihasilkan pada proses pengemesan yaitu biasanya produk
daging itu mengalami kerusakan pada proses pengemasan.
Proses
pengemasan
4
Gudang
penyimpanan
Menggunakan Teknologi Retort, yaitu satu teknologi yang berprinsip memasak
dengan pemanasan suhu tinggi dan tekanan tinggi. Wadah yang digunakan dalam
teknologi ini biasanya adalah wadah kaca ataupun kaleng. Namun sejak tahun 1990-an,
sudah mulai digunakan wadah dalam bentuk pouch. Dimana pouch ini terbuat dari
material utama berupa alluminium foil dan beberapa lapisan plastic yang sangat khusus,
sehingga mampu bertahan dalam suhu dan tekanan tinggi. Urutan proses pembuatan
makanan dengan teknologi retort ini dimulai dengan :
a. Penerimaan bahan baku : Penerimaan raw material, Inspeksi terhadap Jenis,
Quantity dan mutu raw meat.
b. Penyimpanan daging : Ruang penyimpanan raw material/daging, dengan suhu
ruang antara -18 s/d – 22oC (Suhu Frezeer)
c. Daging digiling : Di beberapa factory, bagian ini dinamakan clean meat.
Merupakan proses persiapan awal, Di area ini terdapat proses Thawing,
pembersihan, pemotongan daging menggunakan Band saw, mechanical deboning
machine dan Proses Giling dengan mesin Meat Mincer. Proses Giling bertujuan
meratakan lemak dalam daging, karena raw meat digiling dalam kondisi beku,
suhu saat proses giling masih dieprtahankan dibawh suhu 22 oC. Hal ini untuk
mencegah terdenaturasinya protein yang sangat penting sebagai emulsifier.
Yang perlu diperhatikan saat proses Giling, gesekan antara daging dan Screw
didalam mesin berpotensi menaikkan suhu daging, jika tidak terkontrol,
menyebabkan kualitas daging akan turun.
5
serendah mungkin, yaitu sekitar 3 – 12 oC. Proses ini menggunakan mesin
Emulsifier machine atau Bowl Cutter. Proses kerjanya kurang lebih, menggunakan
serangkaian pisau yang berputar untuk mencampur, memotong dan menghaluskan
formulasi produk. Output proses ini berbentuk pasta / stuff.
Mesin Filler
f. Proses perebusan :Sosis yang sudah terbentuk dari proses stuffing, di rebus dalam
sebuah kettle ( Boil Kettle ), dengan suhu 70 – 75 oC, waktu perebusan tergantung
pada jenis sosis.
g. Pendinginan : merupakan proses pendinginan dengan menggunakan Cooling
Chamber. Alat ini digunakan untuk proses pendinginan terhadap produk sosis yang
telah melalui proses cooking. Di dalamnya terdapat aliran air dingin yang telah
disterilkan (air ozon) yang nantinya akan disemprotkan secara cepat ke produk
untuk menurunkan suhu produk. Pendinginan Cepat ini memerlukan waktu ± 2
menit untuk setiap lot produk. Setelah didinginkan cepat, sosis disimpan dalam cold
6
room bersuhu Chiller (0-5 oC), Chiller Room ini memiliki spesifikasi khusus, yaitu
memiliki hembusan angin blower pada evaporator yang sangat kuat. Kami
menyebutnya sebagai Blast Chiller.
Cooling Chamber
h. Proses pengemasan : Proses packaging disini yaitu vacuum Packaging. Produk
sosis dimasukkan kdalam kemasan sesuai quantity yang ditentukan. Pada mesin ini
terdapat pengaturan secara otomatis mulai dari proses sealing kemasan ,
pengeluaran udara / gas-gas dalam kemasan dan pendinginan yang dinyatakan
dalam satuan detik. Proses pengemasan ini dibantu dengan conveyor untuk
memudahkan pekerjaan. Dengan adanya proses pengeluaran udara dari dalam
kemasan maka produk dikemas secara vakum sehingga mengurangi tingkat
kerusakan produk.
Pengelolahan limbah yang dilakukan oleh PT.Madusari Nusa Perdana Boyolali dari awal
proses produksi hingga akhir proses produksi.
Suatu proses produksi, dimanapun berada pasti menghasilkan limbah, baik itu
berbahaya maupun tidak. Berikut adalah beberapa limbah yang dihasilkan dari proses
pembuatan Sosis Kimbo pada PT Madusari Nusa Perdana yang berada pada daerah
Boyolali,yaitu :
a. Limbah Padat
Limbah padat terdiri dari bahan kertas, karton, dan plastik yang reject
sepanjang proses produksi. Limbah padat kertas, karton dan plastik yang
direject (potongan tidak sempurna, berat tidak sesuai) dikirim ketempat
pemesanan barang. Sedangkan limbah padat yang tidak dapat ditoleransi lagi,
7
dibuang ketempat pembuangan sampah. Mengenai volume dari limbah padat ini
tidak tentuatau sangat fluktuatif karena tergantung dari kualitas plastic kemasan
yang di pesan. Limbah padat yang lain adalah berupatulang yang telah
dipisahkan dari dagingnya dan telah dihancurkan. Volume dari limbah tulang ini
setiap harinya mencapai ±70 kg. Limbah yang berupa tulang ini diserahkan
kepada industry pakan ternak yang akan dijadikan sebagai bahan baku pakan
ternak. Limbah padat yang lain berupa sosis yang gagal yang telah masuk
penyotiran, sosis yang rusak dengan ciri pecah atau bengkok. Limbah sosis yang
gagal tersebut selanjutnya dicacah dan dibuang ketempat pembuangan sementara
dan selanjutnya diolah oleh pihak ke 3.
b. Limbah Cair (waste water)
Limbah cair terdiri dari 2 jenis, yaitu:
Open drainage, seperti air buangan komersial (toilet, dapur dan lain-lain).
Limbah yang berasal dari open drainage dibuang langsung melalui
saluran pembuangan karena tidak dianggap berbahaya. Cara pengelolaan
IPAL:
1. Penyaringan
Penyaringan ini dibutuhkan untuk memisahkan padatan yang terbawa oleh limbah
cair, penyaringan ini dipasang sesuai dengan kebutuhan
2. Bak / Tangki Ekualisasi
Tangki ekualisasi ini berfungsi untuk menampung limbah yang keluar sebelum
diolah sehingga kualitas limbah menjadi homogen. Besarnya bak / tangki
ekualisasi ini diperlirakan sama
dengan junlah limbah cair yang dihasilkan tiap hari.
3. Fixed Bed Reaktor
Fixed Bed Reaktor merupakan peralatan pengolahan Anaerobic yang biasa
digunakan untuk COD diatas 6000 ppm. Fixed Bed Reaktor juga merupakan
peralatan proses biologi yang murah dan mudah pengoperasiannya, selain itu
efisiensinya bisa mencapai 90 %.
4. Trikling Filter Trikling Filter merupakan peralatan proses biologi aerob dan anaerob
yang biasa digunakan untuk mengolah limbah dengan COD sampai dengan
8
4000 ppm. Trikling Filter banyak digunakan karena konstruksinya sederhana,
dan biaya operasinya relatif murah. Efisiensi Trikling Filter bisa mencapai 90 %.
5. Instalasi dan Pompa Instalasi dan pompa merupakan peralatan penunjang biasanya
dibutuhkan untuk memindahkan limbah sebelum dan sesudah diolah.
Closed drainage, seperti limbah sisa pembersihan di tempat
(Cleaning) dan limbah pencucian daging yang berupa lemak. Dari data
yang dikumpulkandilapangan, diperolehbahwabesarnya volume rata-rata
limbah cair dari pencucian daging dari ruang produksi ini adalah sebesar
7,2 m. Pengolahan limbah cairan idiolah di IPAL melalui beberapa
tahapan lalu dibuang kesungai bila sudah sesuai dengan peraturan dan
aman bagi lingkungan baru dibuang kesungai.
c. Limbah Gas
Limbah gas terdiri dari emisi gas buang dari boiler langsung dibuang ke
udara luar tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan gas buang
tersebut telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan untuk dapat langsung
dibuang ke udara luar.
Proses pengolahan limbah yang diterapkan diperusahaan. proses pengaliran dari bak
sebelumnya menuju bak berikutnya dialirkan seperti berikut ini:
Tujuan dari skema tersebut adalah untuk memperkecil lemak yang lolos ke proses berikutnya
sehingga dapat meningkatkan mutu air yang akan dibuang.
10
Secara lebih detail dijelaskan pada bagan dibawah ini :
11
meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air limbah. Peningkatan konsentrasi oksigen
di dalam air ini akan memberikan berbagai manfaat dalam pengolahan limbah. Manfaat
yang paling penting dari proses aerasi ini adalah dapat menurunkan kadar BOD secara
siknifikan.
Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses
pengolahan biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok
bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas untuk proses metabolismenya. Dengan
tersedianya oksigen yang mencukupi selama proses biologi, maka bakteri-bakteri tersebut
dapat bekerja dengan optimal. Hal ini akan bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat
organik di dalam air limbah. Selain diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob,
kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di
dalam air limbah serta untuk menghilangkan bau.
Proses aerasi yang dilakukan pada tahap ini adalah menggunakan metode aerasi
difusi. Pada aerasi secara difusi sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah melalui
diffuser. Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk gelembung-
gelembung (bubbles).
3. Penanganan Kedua (secondary treatment).
Pada penanganan tertier, tahap ini berada pada kolam pengolah yang kedua, dan
ketiga, dimana air limbah limpahan dari kolam pertama dialirkan melalui saringan untuk
menghambat lemak yang terapung, sehingga material yang diloloskan adalah air.
Kolam-kolam ini disebut penangkap lemak (grase trap), prinsip kerja dari kolam
ini adalah berdasarkan perbedaan massa jenis antara air dan lemak dimana lemak
memiliki massa jenis yang lebih kecil dari air sehingga lemak ini bisa terapung diatas air.
Air limbah dialirkan ke dalam bak/kolam yang bersekat, aliran inflow berada di
permukaan, tetapi outlet haruslah selalu terendam air, sehingga material yang terapung
tetap tinggal di dalam bak atau trap tersebut.
Undang-undang pelaksanaan produk di PT.Madusari Nusa Perdana Boyolali.
A. Perundangan-Undangan
1. Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
pasal 14 dan pasal 17
2. Undang-undang RI Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 75 Tahun 2004 tentang
Organisasi dan Tata Laksana Pusat Produksi Bersih Nasional
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 31 Tahun 2009 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan, Ekolabel,
Produksi Bersih, dan Teknologi Berwawasan Lingkungan di Daerah.
12
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis dan Persyaratan Kompetensi Pelaksanaan Retrofit dan Recycle pada Sistem
Refrigerasi.
13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Mengenai penerapan dalam pengolahan limbah yang ada di perusahaan sosis PT Madusari
Nusa Perdana Boyolali maka dapat diketahui manfaat umum bagi perusahaan dan lingkungan
terkait teknologi bersih yang dilakukan. Keuntungan bagi perusahaan yakni dengan adanya
teknologi pengolahan limbah yang baik maka akan tercipta kondisi lingkungan perusahaan yang
baik dan higienis sehingga produk yang dihasilkan memiliki mutu yang baik. Limbah yang sudah
tidak beracun dan sudah terpilih melalui berbagai tahapan serta proses tertentu akan berdampak
baik bagi lingkungan sekitar tanpa adanya pencemaran sehingga mampu memberikan
kepercayaan kepada perusahaan PT Madusari Nusa Perdana Boyolali untuk terus
mengembangkan hasil produksi sosis tanpa mengganggu lingkungan masyarakat.
5.2. SARAN
Perusahaan harus mampu mempertahankan dan mengembangkan produksi Sosis yang
sudah berkembang saat ini dengan mutu yang baik mulai dari pemilihan bahan baku, proses
pengolahan produksi, sampai pada tahap akhir pengemasan dan pembuangan akhir limbah
perusahaan dengan baik.
14