Laporan Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur Februari 2021
Laporan Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur Februari 2021
2021
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Tim Perumusan dan Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT
Jl. El Tari No. 39 Kupang – NTT
[0380] 832-364/827-916 ; fax : [0380] 822-103
www.bi.go.id
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Februari 2021|
Kata Pengantar
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam
memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara
triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap
perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia
dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini
dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal
stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, masyarakat serta stakeholder lainnya.
Laporan Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup Ekonomi Makro
Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran,
Keuangan Pemerintah, Kesejahteraan serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode
mendatang. Dalam menyusun laporan ini digunakan data yang berasal dari internal Bank
Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan,
oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas
isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran,
kritik, dan masukan sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama
yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan
datang.
Ttd.
ii
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR |
Februari 2021
Daftar Isi
iii
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR |
Februari 2021
iv
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR |
Februari 2021
Ringkasan Eksekutif
Laporan Perekonomian
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Februari 2021
Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2020
terkontraksi sebesar 0,83% (ctc), lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh
sebesar 5,24% (ctc), namun lebih tinggi dibanding nasional yang terkontraksi 2,07%
(ctc). Seluruh komponen di sisi pengeluaran mengalami kontraksi sebagai dampak
pandemi COVID-19. Kontraksi yang lebih dalam tertahan oleh konsumsi rumah tangga
yang ditopang dengan adanya program Jaringan Pengaman Sosial (JPS) baik dari
Pemerintah Pusat dan Daerah untuk memulihkan daya beli masyarakat. Dari sisi
Lapangan Usaha (LU), kontraksi lebih dalam tertahan oleh LU Informasi dan Komunikasi,
LU Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib; LU Jasa Keuangan
dan Asuransi; dan LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang mampu tumbuh positif
di tengah pandemi COVID-19. Kebijakan bekerja dari rumah, belajar dari rumah serta
meningkatnya transaksi elektronik masyarakat mendorong pertumbuhan LU Informasi
dan Komunikasi.
v
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR |
Februari 2021
PERKEMBANGAN INFLASI
Inflasi Provinsi NTT pada triwulan IV 2020 tercatat sebesar 0,61% (yoy), melandai
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,10% (yoy). Inflasi tersebut lebih
rendah dibandingkan inflasi Nasional sebesar 1,68% (yoy). Penurunan tekanan inflasi
terutama bersumber dari penurunan tarif angkutan udara serta penurunan harga sawi
hijau, biaya pulsa ponsel, dan semen. Di sisi lain, kenaikan harga ikan segar, rokok, dan
emas perhiasan menjadi faktor pendorong inflasi. Secara keseluruhan tahun 2020, inflasi
Provinsi NTT tercatat melandai dibandingkan dengan inflasi tahun 2019. Melandainya
tekanan inflasi terutama disebabkan dari permintaan yang menurun akibat daya beli
masyarakat yang melemah di tengah pandemi COVID-19.
vi
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR |
Februari 2021
dari triwulan sebelumnya sedangkan BI RTGS masih lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya.
Pemulihan ekonomi Provinsi NTT tetap berlanjut di triwulan II 2021 seiring dengan
perayaan Hari Raya Idul Fitri dan masuknya masa puncak panen raya. Program vaksinasi
diharapkan mampu menekan laju penyebaran kasus COVID-19 sehingga mendorong
pemulihan aktivitas masyarakat dan permintaan domestik, terutama konsumsi rumah
tangga dan investasi. Dari sisi LU, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan II
2021 didorong oleh LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Konstruksi; dan
Perdagangan Besar dan Eceran. Inflasi Provinsi NTT pada tahun 2021 diprakirakan lebih
tinggi dibandingkan dengan inflasi pada tahun 2020. Pada triwulan II 2021, inflasi
diperkirakan meningkat dipengaruhi oleh membaiknya permintaan domestik seiring
momen Hari Raya Idul Fitri terutama konsumsi bahan makanan dan angkutan udara.
vii
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR |
Februari 2021
2019 2020
INDIKATOR 2018 2019 2020
I II III IV I II III IV
Produk Domestik Regional Bruto (Miliar Rp) 98.930 24.760 26.500 27.380 28.087 106.728 25.958 26.037 26.997 27.514 106.506
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 28.035 6.685 7.732 7.588 7.800 29.804 7.057 7.807 7.652 7.853 30.370
Pertambangan dan Penggalian 1.202 303 306 313 327 1.250 287 285 290 293 1.155
Industri Pengolahan 1.253 339 346 353 368 1.405 335 341 339 352 1.367
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 757 192 205 207 201 806 174 118 138 163 594
Informasi dan Komunikasi 6.570 1.716 1.737 1.807 1.818 7.078 1.821 2.006 2.048 2.048 7.924
Jasa Keuangan dan Asuransi 4.072 1.082 1.017 1.106 1.101 4.307 1.112 1.123 1.173 1.232 4.640
Real Estate 2.475 617 623 620 620 2.480 615 586 619 607 2.426
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.151 568 574 576 609 2.328 624 625 645 667 2.560
Jasa lainnya 2.098 542 561 577 588 2.267 582 455 450 460 1.947
Produk Domestik Regional Bruto (Miliar Rp) 98.930 24.760 26.500 27.380 28.087 106.728 25.958 26.037 26.997 27.514 106.506
Konsumsi Rumah Tangga 71.254 18.361 19.271 19.142 20.118 76.891 19.569 18.455 18.264 18.339 74.627
Konsumsi Lembaga Non Profit (LNPRT) 3.287 879 930 859 894 3.562 868 814 882 896 3.460
Konsumsi Pemerintah 29.099 4.253 6.759 8.868 9.965 29.845 4.471 6.189 7.383 9.500 27.543
Pembentukan Modal Tetap Bruto 47.466 11.352 11.939 13.574 14.442 51.307 11.541 11.129 12.598 12.301 47.569
Perubahan Inventori 884 221 260 263 266 1.009 266 278 282 279 1.106
Ekspor Luar Negeri 2.072 352 300 405 533 1.590 314 142 237 380 1.072
Impor Luar Negeri -1.918 -278 -238 -337 -297 -1.150 -394 -93 -31 -87 -605
- - - - - - - - -
Net Ekspor Antar Wilayah -56.327 -48.265
53.214 10.378 12.720 15.393 17.835 10.677 10.876 12.618 14.093
Data Ekspor Impor di Provinsi NTT
Nilai Ekspor Nonmigas (ribu USD) 59.993 9.904 5.318 12.570 24.877 52.669 11.780 3.980 8.450 19.104 43.314
Nilai Impor Nonmigas (ribu USD) 95.510 832 2.208 720 4.365 8.125 9.101 6 415 277 9.799
viii
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR |
Februari 2021
II. INFLASI
NTT 2,26 2,89 1,90 3,07 2,12 1,35 2,06 0,67 1,65 1,57 1,10 0,61
- Kota Kupang 2,19 3,00 1,96 3,23 2,33 1,30 2,23 0,50 1,70 1,28 0,23 0,29
- Kota Maumere 2,63 2,12 1,50 2,00 0,69 1,73 0,84 1,84 2,07 0,67 2,69 2,24
III. PERBANKAN
Bank Umum Konvensional dan Syariah (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)
1. Total Aset 34.878 38.891 36.851 37.017 37.265 40.849 42.870 42.943 43.917 46.159 48.994 44.857
2. DPK 25.012 26.865 26.658 25.098 25.680 28.817 28.748 29.497 29.651 31.154 33.605 30.085
- Giro 5.468 6.297 5.577 3.478 5.798 7.676 5.926 4.392 5.614 6.408 7.616 3.672
- Tabungan 12.617 13.369 13.784 15.463 13.531 14.306 14.386 16.364 14.665 15.605 16.549 17.992
- Deposito 6.928 7.200 7.297 6.157 6.351 6.835 8.436 8.741 9.372 9.141 9.441 8.421
3. Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor 25.817 26.681 28.011 28.694 29.136 30.481 32.794 32.205 32.521 32.699 33.751 34.297
- Modal Kerja 7.815 8.410 8.739 8.999 8.988 9.739 10.571 10.292 10.293 11.394 11.077 11.385
- Investasi 1.991 2.077 2.172 2.234 2.531 2.590 3.089 2.578 2.653 3.225 2.315 2.310
- Konsumsi 16.011 16.194 17.101 17.461 17.616 18.152 19.134 19.335 19.574 19.788 20.358 20.600
4. LDR (%) 103,22 99,31 105,08 114,33 113,46 105,78 114,08 109,18 109,68 104,96 100,43 114,00
5. Kredit UMKM 8.527 9.057 9.361 10.189 10.404 11.014 11.617 11.524 11.854 11.804 11.409 11.550
Transaksi Tunai
Inflow (Rp. Triliun) 2,71 1,36 1,12 0,93 2,70 1,56 1,48 1,34
3,18 1,16 1,31 1,01
Outflow (Rp. Triliun) 0,53 2,63 1,50 2,90 0,45 2,41 1,71 3,18
0,57 1,92 2,01 3,82
Transaksi Non Tunai
Kliring
Nominal Kliring Penyerahan (Rp.
2,63 2,59 3,32 3,59 2,58 2,56 3,37 4,12 2,93 2,65 3,33 4,04
Triliun)
ix
Bab I.
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2020
terkontraksi sebesar 0,83% (ctc), lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh
sebesar 5,24% (ctc), namun lebih tinggi dibanding nasional yang terkontraksi 2,07%
(ctc). Seluruh komponen di sisi pengeluaran mengalami kontraksi sebagai dampak
pandemi COVID-19. Kontraksi yang lebih dalam tertahan oleh konsumsi rumah tangga
yang ditopang dengan adanya program Jaringan Pengaman Sosial (JPS) baik dari
Pemerintah Pusat dan Daerah untuk memulihkan daya beli masyarakat. Dari sisi
Lapangan Usaha (LU), kontraksi lebih dalam tertahan oleh LU Informasi dan
Komunikasi, LU Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib; LU
Jasa Keuangan dan Asuransi; dan LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang
mampu tumbuh positif di tengah pandemi COVID-19. Kebijakan bekerja dari rumah,
belajar dari rumah serta meningkatnya transaksi elektronik masyarakat mendorong
pertumbuhan LU Informasi dan Komunikasi.
1
Corona Virus Disease - 2019
30 Triliun Rp %YOY 8
9,48
25 6
6,92
4 4,45
20
2
15
0
10
-2 -0,62 -0,68
5 -4
0 -6 -4,46 -4,76 -5,21
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -7,51
2
Peraturan Gubernur NTT No. 26 Tahun 2020 tanggal 12 Juni 2020
3
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 222/PMK.07/2020 tanggal 28 Des 2020
4
Surat Edaran Walikota Kupang No. 004/HK.188.45.443.1/I/2021
Tabel 1.1. Pertumbuhan dan Pangsa PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran
2018 2019 2020 Pangsa
Uraian 2018 2019 2020 (Tahun
I II III IV I II III IV I II III IV 2020)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6,20 4,37 4,63 2,79 4,45 5,02 6,40 5,63 4,58 5,40 4,41 (4,40) (2,38) (3,88) (1,64) 70,07
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 19,77 10,91 7,10 2,78 9,76 4,74 9,25 2,60 4,26 5,21 (2,72) (13,10) 1,22 (1,06) (4,04) 3,25
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 8,43 0,20 1,01 14,47 6,02 0,00 3,68 0,17 4,34 2,29 3,54 (6,47) (15,12) (7,99) (8,04) 25,86
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 7,36 5,97 7,11 0,30 4,94 6,66 5,01 3,15 7,59 5,58 0,66 (7,74) (8,07) (16,07) (8,29) 44,66
5. Perubahan Inventori 47,16 50,86 46,20 50,53 48,76 37,28 9,29 3,42 7,36 12,16 17,96 7,01 8,35 5,21 9,31 1,04
6. Ekspor Luar Negeri (2,52) (22,87) (23,61) (28,23) (20,32) (23,97) (31,91) (16,84) (4,05) (19,40) (11,81) (49,84) (35,03) (32,73) (32,07) 1,01
7. Impor Luar Negeri (23,35) (30,57) 566,23 (3,33) 31,98 46,12 (21,21) (48,12) (32,42) (27,65) 41,76 (32,43) (90,84) (62,61) (39,87) 0,57
8. Net Impor Antardaerah 12,98 3,72 (1,13) 2,27 3,54 2,74 3,86 5,63 6,18 4,83 1,48 (13,87) (12,50) (17,15) (11,56) - 45,32
PDRB 5,00 5,01 5,15 5,26 5,11 5,22 6,30 3,90 5,61 5,24 2,99 (1,98) (1,75) (2,27) (0,83) 100,00
Sumber: BPS
1.2.1 Konsumsi
Secara keseluruhan, konsumsi rumah tangga Provinsi NTT pada tahun 2020
tumbuh melambat menjadi -1,64% (ctc), dibandingkan dengan tahun sebelumnya
sebesar 5,40% (ctc). Menurunnya laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada
tahun 2020 disebabkan oleh pembatasan aktivitas ekonomi masyarakat seiring
meningkatnya kasus positif COVID-19 di Provinsi NTT. Hal ini berdampak pada
menurunnya pendapatan masyarakat dan bertambahnya jumlah pengangguran yang
ditunjukkan oleh meningkatnya tingkat pengangguran terbuka pada bulan Agustus 2020
menjadi 4,28%, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Agustus 2019 sebesar 3,14%.
Di sisi lain, masyarakat juga cenderung menahan konsumsi yang dipengaruhi oleh
keterbatasan lapangan pekerjaan, tercermin dari turunnya indeks ketersediaan lapangan
pekerjaan pada tahun 2020 berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia.
5
Peraturan Gubernur NTT No. 49 Tahun 2020 tanggal 8 September 2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum
Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 tanggal 8 September 2020
200
25 Triliun Rp YOY 20%
150 20 16%
15 12%
100
10 8%
50 5 4%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
0 0%
2017 2018 2019 2020 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 2017 2018 2019 2020
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Nilai Kredit Konsumsi Growth Kredit Konsumsi - rhs
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia
Grafik 1.3. Perkembangan Indeks Keyakinan Grafik 1.4. Perkembangan Penyaluran Kredit
Konsumen di Provinsi NTT Konsumsi Provinsi NTT
6
PMK Nomor 50/PMK.07/2020 pada tanggal 19 Mei 2020
80
60
40
20
0
-20
-40
-60
-80
Sumber: Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 NTT Sumber: Google Mobility Report
Grafik 1.5. Perkembangan Kasus COVID-19 Grafik 1.6. Perkembangan Mobilitas Masyarakat
di Provinsi NTT Provinsi NTT di Sektor Perdagangan
7
Keterangan DJPB Provinsi NTT tanggal 22 Januari 2021
1.2.2 Investasi
Kinerja komponen investasi Provinsi NTT pada tahun 2020 terkontraksi
sebesar 8,29% (ctc), melambat dibandingkan dengan tahun 2019 yang tumbuh
sebesar 5,58% (ctc). Baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman
modal asing (PMA) pada tahun 2020 mengalami perlambatan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Kontraksi PMDN pada 2020 mencapai 19,30% (ctc), lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2019 yang terkontraksi 11,6% (ctc). PMDN pada tahun
2020 ditopang oleh sektor hotel dan restoran dengan pangsa 24%, dan industri
pengolahan makanan sebesar 18%. Pertumbuhan PMA pada tahun 2020 juga
terkontraksi sebesar 35,9% (ctc), lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya
yang tumbuh sebesar 26,3% (ctc). PMA pada tahun 2020 didominasi oleh sektor listrik,
gas, dan air dengan kontribusi sebesar 31%, dan juga sektor penyediaan akomodasi dan
makan minum sebesar 16%. Negara dengan kontribusi realisasi PMA terbesar pada
tahun 2020 adalah Singapura (66,9%) dan Qatar (9,4%).
160 juta USD Miliar Rp
4.500
140
4.000
120
3.500
100 3.000
80 2.500
60 2.000
1.500
40
1.000
20
500
0
0
2017 2018 2019 2020 2017 2018 2019 2020
Pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan
Pertanian tanaman, peternakan, perburuan Penyediaan akmamin
Penyediaan akmamin Perikanan
Industri Makanan Real estate
Real estat Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi
Pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin Perdagangan dan Reparasi
Pertambangan Lainnya
Pertambangan dan penggalian lainnya Lainnya
Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia Sumber: Kanwil DJPb dan Badan Keuangan Daerah NTT
Grafik 1.9. Perkembangan Penyaluran Kredit Grafik 1.10. Perkembangan Realisasi Belanja
Investasi Provinsi NTT Modal Pemerintah di Provinsi NTT
2.500,00
Miliar Rp. %YOY 1.600,00
80,00 Juta USD %YOY 1.000,00
70,00 800,00
2.000,00 1.200,00 60,00
50,00 600,00
1.500,00 800,00
40,00 400,00
1.000,00 400,00 30,00 200,00
20,00
500,00 - 10,00 -
- -200,00
- -400,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Grafik 1.11. Perkembangan PMDN Provinsi NTT Grafik 1.12. Perkembangan PMA Provinsi NTT
Juta Rp YOY
1.200 20%
1.000 0%
800
-20%
600
-40%
400
200 -60%
0 -80%
I II III IV I II III IV I*
2019 2020 2021
11
Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Proyek Strategis Nasional tanggal 17 November 2020
12
Surat Kepala Dinas PUPR Prov. NTT No. PUPR.SKT.05.01/900/360/IX/2020 perihal Tambahan Usulan Pemanfaatan Dana Pinjaman
PT. SMI (PEN) Tahun 2021.
Ekspor antardaerah Provinsi NTT terutama adalah ternak (sapi, kerbau, dan
kuda). Pada tahun 2020, kinerja ekspor ternak Provinsi NTT terkontraksi -11,56% (yoy),
melambat dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh 4,83%. Menurunnya kinerja ekspor
ternak pada tahun 2020 dipengaruhi oleh berkurangnya permintaan sapi terutama Idul
Adha seiring himbauan Pemerintah untuk melaksanakan penyembelihan kurban di
Rumah Pemotongan Hewan dalam rangka mengurangi risiko penyebaran pandemi
COVID-1914. Realisasi ekspor ternak Provinsi NTT pada tahun 2020 mencapai 95,1% dari
total kuota ekspor ternak tahun 2020. Provinsi Kalimantan Timur dan Jawa Barat menjadi
13
Instruksi Gubernur NTT Nomor BU.443/02/BPP/2020 tentang Pembatasan Akses Bagi WNI dan WNA Pelintas Batas di PLBN Terpadu
dan Pos Lintas Batas di Wilayah Provinsi NTT tanggal 16 Maret 2020.
14
Surat Edaran Kementerian Agama Nomor 18 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Shalat Idul Adha dan Penyembelihan Hewan
Kurban Tahun 1441H/20202M Menuju Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19 tanggal 30 Juni 2020.
Kinerja impor luar negeri Provinsi NTT pada tahun 2020 juga terkontraksi
sebesar 39,87% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan tahun 2019 yang tumbuh
4,83% (yoy). Laju pertumbuhan impor luar negeri Provinsi NTT mengalami perlambatan
dipengaruhi oleh menurunnya impor barang modal, dan juga terjadinya perlambatan
kinerja investasi dan konstruksi Provinsi NTT pada tahun 2020. Berdasarkan asal negara,
terjadi perubahan struktur impor di mana negara Tiongkok menjadi negara asal impor
luar negeri terbesar di Provinsi NTT pada tahun 2020 dengan pertumbuhan sebesar
93,7% dibandingkan dengan tahun 2019, dan pangsa pasar impor yang mencapai 81%.
Sementara itu, komoditas utama impor Provinsi NTT pada tahun 2020 adalah komoditas
mesin dan peralatan listrik diikuti oleh benda-benda dari Besi dan Baja dengan
pertumbuhan masing-masing sebesar 93% dan 84% dibandingkan tahun sebelumnya,
dan pangsa impor mencapai 65,1% dan 13,6% dari keseluruhan nilai impor pada tahun
2020.
Pada triwulan I 2021, kinerja perdagangan Provinsi NTT baik luar negeri
maupun antardaerah diprakirakan meningkat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Perbaikan ekonomi global khususnya negara tujuan ekspor utama yaitu
Vietnam dan Timor Leste mendorong kenaikan volume perdagangan dan berdampak
pada perdagangan luar negeri nasional dan Provinsi NTT. Asian Development Bank15
memproyeksikan ekonomi Timor Leste tumbuh 3,3% (yoy) di tahun 2021, membaik
dibandingkan 2020 yang terkontraksi -6,3% (yoy). Laju ekonomi Vietnam pada tahun
2021 juga diproyeksikan tumbuh 6,3% (yoy), membaik dibandingkan 2020 sebesar
1,8% (yoy). Perbaikan ekonomi di Timor Leste dan Vietnam serta terkendalinya kasus
COVID-19 di negara mitra dagang utama NTT diharapkan mampu mendorong kinerja
ekspor luar Negeri dari Provinsi NTT. Di samping itu, perdagangan antardaerah juga
membaik, didukung oleh pemulihan aktivitas ekonomi pasca adaptasi kebiasaan baru.
Berlanjutnya panen mete yang merupakan komoditas utama ekspor luar negeri Provinsi
NTT diprakirakan meningkatkan kinerja ekspor luar negeri Provinsi NTT. Dinas Pertanian
15
Informasi Asian Development Bank pada bulan September 2020
16
Informasi Dinas Pertanian pada tanggal 19 Januari 2021
Tabel 1.2. Pertumbuhan dan Pangsa PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Lapangan Usaha
2018 2019 2020 Pangsa
Kategori Uraian 2018 2019 2020 (Tahun
I II III IV I II III IV I II III IV 2020)
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,27 4,01 1,51 4,01 2,94 (1,11) 6,59 1,15 7,96 3,69 3,08 (0,48) 0,55 0,95 0,96 28,51
B Pertambangan dan Penggalian 4,12 0,33 0,82 2,56 1,94 6,22 5,59 2,72 (0,70) 3,32 (11,18) (12,59) (13,70) (15,70) (13,33) 1,08
C Industri Pengolahan 10,00 6,04 0,90 4,28 5,16 9,22 9,53 10,54 7,40 9,14 (3,28) (4,10) (7,17) (7,43) (5,54) 1,28
D Pengadaan Listrik dan Gas 9,54 9,29 8,06 11,22 9,57 3,68 2,48 (5,11) 2,35 0,82 14,50 11,76 17,18 6,78 12,29 0,08
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
E 8,71 5,52 2,75 5,17 5,47 5,29 6,43 6,79 3,32 5,44 (2,00) 6,58 7,85 11,46 6,04 0,06
dan Daur Ulang
F Konstruksi 6,64 5,31 6,63 6,92 6,39 5,78 2,94 0,75 8,18 4,43 (0,01) (10,50) (11,34) (15,84) (9,82) 9,82
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
G 6,82 7,19 7,16 8,08 7,33 8,77 8,33 8,79 4,89 7,64 4,64 (7,97) (10,70) (8,93) (5,96) 11,16
dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 8,93 8,08 7,10 7,72 7,93 5,37 6,95 1,67 (0,10) 3,34 5,56 (23,36) (16,28) (13,43) (12,16) 4,62
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 19,68 17,73 9,60 4,13 12,16 9,19 8,21 5,67 1,37 5,99 (10,25) (43,14) (33,61) (19,40) (26,92) 0,56
J Informasi dan Komunikasi 4,64 3,53 7,52 3,84 4,89 8,39 7,89 2,91 3,58 5,59 6,13 15,36 13,55 12,68 11,96 7,44
K Jasa Keuangan dan Asuransi 6,03 2,77 3,55 1,80 3,50 5,93 (1,83) 5,44 3,29 3,22 1,88 12,32 7,16 13,15 8,57 4,36
L Real Estate 5,76 7,06 6,27 0,54 4,85 4,15 0,35 (3,45) (0,74) (0,00) 0,26 (5,58) (0,83) 0,03 (1,54) 2,28
M,N Jasa Perusahaan 1,63 2,17 2,36 0,57 1,67 4,94 3,94 5,24 1,42 3,86 0,87 (52,51) (53,35) (49,90) (39,27) 0,18
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
O 6,99 7,46 8,52 7,21 7,56 9,05 8,59 7,45 7,74 8,17 5,26 6,45 5,59 1,66 4,67 14,26
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 0,56 0,46 4,85 3,57 2,41 8,33 6,02 7,49 2,96 6,12 (0,13) (0,46) 3,85 3,93 1,89 10,08
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,39 6,73 7,28 6,17 7,11 9,06 6,93 2,59 4,42 5,67 7,67 5,45 5,08 (0,38) 4,38 2,40
R,S,T,U Jasa lainnya 9,31 6,57 5,08 5,18 6,47 6,93 7,42 5,84 6,08 6,55 4,63 (21,19) (21,63) (22,13) (15,30) 1,83
PDRB 5,00 5,01 5,15 5,26 5,11 5,22 6,30 3,90 5,61 5,24 2,99 (1,98) (1,75) (2,27) (0,83) 100,00
Sumber: BPS
17
Informasi BMKG pada tanggal 8 September 2020
Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: Survey Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia
Grafik 1.14. Perkembangan Nilai Kredit Grafik 1.15. Perkembangan SBT Pertanian
Pertanian & Perikanan Provinsi NTT
1.3.2 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Kinerja LU Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
pada tahun 2020 melambat dari 7,64% (ctc) pada tahun 2019 menjadi -5,96% (ctc).
Kebijakan physical distancing dalam menanggulangi kasus COVID-19, menjadi
kontributor utama melemahnya perdagangan sepanjang tahun 2020. Survei penjualan
eceran Bank Indonesia menunjukkan kenaikan omzet penjualan kendaraan pada tahun
2020 terkontraksi sebesar 17,9% (ctc), dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
tumbuh sebesar 24,9% (yoy). Adanya refocusing dan reallocating APBN dan APBD
berdampak pada pengurangan anggaran belanja barang dan jasa sehingga
memengaruhi kinerja sektor ritel. Kebijakan pembatasan akses di PLBN mulai dari Maret
2020 juga membatasi akses perdagangan dengan Timor Leste sehingga menjadi faktor
penahan pertumbuhan LU Perdagangan18.
18
Instruksi Gubernur NTT No. BU.443/02/BPP/2020 tanggal 19 Mar 2020
Sumber: Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia
19
Surat Edaran Wakil Wali Kota Kupang Nomor 059/HK.188.55.44.2/XII/2020 pada tanggal 23 Desember 2020
1.3.3 Konstruksi
Kinerja LU Konstruksi pada tahun 2020 terkontraksi sebesar 9,82% (ctc),
melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,43%
(ctc). Perlambatan kinerja LU Konstruksi sejalan dengan menurunnya pertumbuhan
realisasi belanja modal Pemerintah di Provinsi NTT seiring refocusing dan reallocating
anggaran belanja modal untuk penanggulangan pandemi COVID-19. Perlambatan
kinerja LU Konstruksi juga tercermin dari penurunan realisasi investasi swasta baik PMDN
dan PMA.
20
Informasi Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II Kementerian PUPR pada tanggal 25 Januari 2021.
21
Informasi Badan Otoritas Pariwisata Labuan Bajo Flores pada tanggal 4 Februari 2021
22
Informasi dari Pelindo II pada tanggal 12 Januari 2021
Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia
23
Surat Dinas PUPR Provinsi NTT No.PUPR.SKT.05.01/900/360/IX/2020 tanggal 1 September 2020
24
SE Satgas Penanganan COVID-19 Nomor 1 Tahun 2021 tentang Ketentuan Perjalanan Orang Dalam Negeri Dalam Masa Pandemi
COVID-19
25
Informasi Dinas Pariwisata pada tanggal 19 Januari 2021
80 20%
0%
60
-20%
40
-40%
20 -60%
0 -80%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2017 2018 2019 2020
TPK Growth - rhs
Sumber: BPS
Grafik 1.20. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar
Provinsi NTT
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia
Grafik 1.21. Perkembangan SBT LU Grafik 1.22. Perkembangan Penyaluran Kredit
Akomodasi Makan Minum Akomodasi Makan Minum
Realisasi belanja pemerintah (APBN dan APBD) pada tahun 2020 tercatat
sebesar Rp42,70 triliun, dengan persentase realisasi mencapai 89,24% dari total
anggaran. Persentase realisasi belanja terhadap anggaran pada tahun 2020 lebih rendah
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 91,09%. Realisasi belanja yang
rendah terutama bersumber dari realisasi belanja Pemerintah Kota dan Kabupaten yang
hanya mampu mencapai 84,00% dari anggaran. Refocusing APBD berdampak pada
terhambatnya proses realisasi belanja, terutama di tingkat kota dan kabupaten. Pandemi
COVID-19 juga berdampak pada tertundanya proyek-proyek pembangunan di kota dan
kabupaten, sehingga menghambat realisasi belanja modal. Selain itu, penyaluran bantuan
sosial terhambat pendataan yang belum optimal, sehingga juga menghambat realisasi
belanja bantuan sosial dan belanja tak terduga.
Tabel 2.4. Anggaran Pendapatan Perubahan Pemerintah di Provinsi NTT Tahun 2019 -2020
Miliar Rp 6.000
Rp Miliar
5.000
2%
21%
4.000
Pendapatan Asli
3.000 Daerah
Dana Perimbangan
2.000
Tabel 2.5. Anggaran dan Realisasi Pendapatan Pemprov NTT Tahun 2019-2020
2019 2020
Kategori Anggaran Growth Realisasi Persentase Growth Anggaran Growth Realisasi Persentase Growth
APBD-P Anggaran APBD Realisasi Realisasi APBD-P Anggaran APBD Realisasi Realisasi
(M Rp) (% yoy) (M Rp) (%) (% yoy) (M Rp) (% yoy) (M Rp) (%) (% yoy)
TOTAL PENDAPATAN 5.561 13,25 5.380 96,75 12,03 5.838 4,98 5.358 91,78 -0,41
Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1.346 23,42 1.322 98,25 18,62 1.466 8,91 1.106 75,45 -16,36
- Pendapatan Pajak Daerah 955 15,38 908 95,08 4,68 1.031 7,98 923 89,49 1,62
- Pendapatan Retribusi Daerah 70 154,54 61 86,92 113,27 104 48,86 36 34,81 -40,37
- Hsl. Pengelolaan Kekayaan yg Dpshkn. 82 11,93 71 85,93 -2,42 142 72,14 65 46,02 -7,82
- Lain-Lain PAD yg Sah 238 47,53 283 118,52 93,34 189 -20,89 82 43,22 -71,15
Dana Perimbangan 4.174 9,87 4.055 97,16 10,19 4.254 1,92 4.152 97,60 2,38
- Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 63 -26,91 27 43,12 -57,76 75 19,48 68 89,49 147,92
- Dana Alokasi Umum 1.875 2,61 1.875 100,00 2,61 1.722 -8,16 1.716 99,65 -8,48
- Dana Alokasi Khusus 2.236 18,58 2.153 96,30 20,39 2.457 9,88 2.368 96,40 10,00
Lain-Lain Pendapatan yang Sah 41 99,19 2 5,81 -68,21 118 186,45 100 84,86 4082,24
Rp Miliar
4.000
Rp Miliar
1.200
3.500
1.000 3.000
800 2.500
600 2.000
1.500
400
1.000
200 500
- -
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020 2018 2019 2020
Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik 2.3. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Grafik 2.2. Realisasi Dana Perimbangan
Pemprov NTT Tahun 2018-2020 Pemprov NTT Tahun 2018-2020
(Posisi per Triwulan) (Posisi per Triwulan)
1
Peraturan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur No.57/2020, yang berlaku pada 15 Oktober s.d. 15
Desember 2020.
Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 26
2.2.2 Belanja APBD Provinsi NTT
Anggaran Total Belanja Pemerintah Provinsi NTT tahun 2020 tercatat sebesar
Rp6,35 triliun, tumbuh 9,99% (yoy) dibandingkan dengan anggaran tahun
sebelumnya. Kenaikan anggaran belanja terutama bersumber dari peningkatan Belanja
Modal serta Belanja Tak Terduga. Anggaran Belanja Modal tercatat sebesar Rp1,23
triliun, tumbuh 33,83% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan anggaran
Belanja Modal terutama ditujukan untuk pembangunan infrastruktur di Provinsi NTT.
Selanjutnya, anggaran Belanja Tak Terduga tercatat sebesar Rp283 miliar, tumbuh
2125,02% (yoy) atau 22 kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikan
anggaran Belanja Tak Terduga terutama ditujukan untuk program Jaring Pengaman
Sosial, penanganan kesehatan, dan pemulihan ekonomi di tengah pandemi COVID-19.
Realisasi Total Belanja Pemerintah Provinsi NTT pada tahun 2020 mencapai
Rp5,71 triliun, dengan persentase realisasi mencapai 89,90% dari anggaran.
Persentase realisasi belanja terhadap anggaran tersebut lebih rendah dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang mencapai 93,30%. Namun secara nominal, belanja
Pemerintah Provinsi NTT pada tahun 2020 tumbuh sebesar 5,99% (yoy) dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Persentase realisasi belanja terhadap anggaran yang rendah
terutama bersumber dari Belanja Modal, yang hanya mampu mencapai realisasi 75,85%
dari anggaran. Meskipun demikian, nominal realisasi Belanja Tak Terduga tumbuh 137
kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sehingga mampu menopang kinerja
realisasi belanja Pemerintah Provinsi NTT secara keseluruhan.
Miliar Rp 6.000
Rp Miliar
5.000 8%
5%
4.000
Belanja Operasi
3.000 Belanja Modal
16%
2.000 Belanja Tak Terduga
Belanja Transfer
1.000 71%
-
I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020
Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik 2.1. Realisasi Total Belanja Grafik 2.2. Rincian Realisasi Total Belanja
Pemprov NTT Tahun 2018-2020 Pemprov NTT Tahun 2020
(Posisi per Triwulan)
2019 2020
TOTAL BELANJA 5.770 11,16 5.383 93,30 10,30 6.346 9,99 5.705 89,90 5,99
Belanja Operasi 4.290 3,97 4.065 94,75 3,68 4.308 0,42 4.037 93,69 -0,70
- Belanja Pegawai 1.740 19,16 1.642 94,39 15,42 1.815 4,35 1.663 91,64 1,31
- Belanja Barang dan Jasa 1.104 4,07 1.098 99,46 10,71 1.038 -5,96 1.022 98,38 -6,98
- Belanja Hibah 1.417 -10,66 1.296 91,44 -12,87 1.431 0,98 1.331 93,00 2,71
Belanja Modal 920 61,00 797 86,71 50,94 1.231 33,83 933 75,85 17,06
13603,5
Belanja Tak Terduga 13 247,71 2 15,54 1476,04 283 2125,02 270 95,68
3
Belanja Transfer 547 11,83 519 94,75 20,27 525 -4,16 465 88,66 -10,32
Realisasi Belanja Operasi Pemerintah Provinsi NTT pada tahun 2020 tercatat
sebesar Rp4,04 triliun, dengan persentase realisasi mencapai 93,69% dari anggaran.
Secara nominal, realisasi Belanja Operasi terkontraksi 0,70% (yoy) dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Penerununan realisasi Belanja Operasi terutama bersumber dari
realisasi Belanja Barang dan Jasa yang terkontraksi 6,98% (yoy). Hal ini disebabkan
karena banyak pengadaan barang dan jasa yang terhambat kendala administrasi akibat
refocusing APBD pada tahun 2020. Sementara itu, Belanja Bantuan Sosial terkontraksi
28,57% (yoy). Hal ini disebabkan karena sebagian alokasi Belanja Bantuan Sosial
dialihkan untuk program Jaring Pengaman Sosial, yang menggunakan pos anggaran
Belanja Tak Terduga.
Realisasi Belanja Modal dan Belanja Tak Terduga meningkat, namun Belanja
Transfer terkontraksi. Realisasi Belanja Modal mencapai Rp933 miliar, tumbuh 33,83%
(yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, persentase realisasi Belanja
Modal hanya mencapai 75,85% dari anggaran. Rendahnya persentase realisasi Belanja
Modal dari anggaran disebabkan oleh banyak proyek-proyek infrastruktur pemerintah
yang tertunda pada tahun 2020 akibat dampak dari pandemi COVID-19. Sementara itu,
realisasi Belanja Tak Terduga mencapai Rp270 miliar, tumbuh 13603,53% (yoy) atau
tumbuh 137 kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Realisasi Belanja Tak
Terduga bersumber dari program Jaring Pengaman Sosial, penanganan kesehatan, dan
penanganan ekonomi di tengah pandemi COVID-19.
1.000 300
- -
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020 2018 2019 2020
Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik 2.7. Realisasi Belanja Operasi Grafik 2.4. Realisasi Belanja Modal, Transfer,
Pemprov NTT Tahun 2018-2020 dan Tak Terduga Pemprov NTT 2018-2020
(Posisi per Triwulan) (Posisi per Triwulan)
Rp Miliar
18% 6%
20.000
Pendapatan Asli
15.000
Daerah
10.000 Dana Perimbangan
Tabel 2.7. Anggaran dan Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/Kota di Provinsi NTT
2019 2020
TOTAL PENDAPATAN 23.218 7,36 21.675 93,36 8,82 21.877 -5,77 19.739 90,22 -8,93
Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1.739 5,56 1.430 82,24 14,09 1.595 -8,27 1.284 80,50 -10,21
- Pendapatan Pajak Daerah 511 17,23 473 92,46 22,85 410 -19,81 361 88,02 -23,67
- Pendapatan Retribusi Daerah 271 7,16 198 73,21 9,62 220 -18,75 190 86,19 -4,34
- Hsl. Pengelolaan Kekayaan yg Dpshkn. 154 4,60 155 100,31 8,02 144 -6,88 136 94,29 -12,47
- Lain-Lain Pendapatan Daerah yg Sah 803 -1,05 604 75,29 10,97 822 2,36 598 72,81 -1,02
Dana Perimbangan 17.190 5,57 16.653 96,87 7,15 15.349 -10,71 14.959 97,46 -10,17
- Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 241 -9,69 184 76,40 -9,09 227 -5,70 198 87,11 7,52
- Dana Alokasi Umum 12.168 4,40 12.145 99,81 7,17 11.215 -7,83 11.033 98,38 -9,16
- Dana Alokasi Khusus 4.781 9,62 4.323 90,42 7,93 3.907 -18,28 3.729 95,44 -13,75
Lain-Lain Pendapatan yang Sah 4.288 16,03 3.592 83,76 14,98 4.933 15,03 3.495 70,86 -2,69
Realisasi PAD Pemerintah Kota dan Kabupaten di NTT pada tahun 2020
tercatat sebesar Rp1,28 triliun, dengan persentase realisasi hanya mencapai 80,50%
dari anggaran. Realisasi PAD yang rendah terutama bersumber dari menurunnya semua
komponen PAD, seperti pajak, retribusi, pengelolaan kekayaan daerah, serta pendapatan
lainnya sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Pendapatan Pajak terutama bersumber
dari Pajak Hotel dan Restoran, salah satu sektor yang paling terdampak pandemi.
Sementara itu, pendapatan retribusi terutama bersumber dari retribusi pasar, tempat-
tempat pariwisata, serta berbagai jenis perizinan.
Rp Miliar
16.000
Rp Miliar
1.400
14.000
1.200
12.000
1.000 10.000
800 8.000
600 6.000
400 4.000
200 2.000
- -
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik 2.11. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Grafik 2.12. Realisasi Dana Perimbangan
Pemkot/kab NTT Tahun 2018-2020 Pemkot/kab NTT Tahun 2018-2020
(Posisi per Triwulan) (Posisi per Triwulan)
1.200 80%
74,27%
800 60%
400 40%
- 20%
Realisasi Total Belanja Pemerintah Kota dan Kabupaten NTT pada tahun 2020
mencapai Rp19,53 triliun, dengan persentase realisasi mencapai 84,00% dari
anggaran. Persentase realisasi belanja terhadap anggaran tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 88,32%. Secara nominal,
realisasi Total Belanja Pemerintah Kota dan Kabupaten NTT terkontraksi 9,60% (yoy)
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Persentase realisasi belanja terhadap anggaran
yang rendah terutama bersumber dari Belanja Modal, yang hanya mampu mencapai
realisasi 80,70% dari anggaran. Secara nominal, realisasi Belanja Modal mencapai Rp2,5
triliun, terkontraksi 31,56% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini
Miliar Rp 25.000
Rp Miliar
20.000 1%
17%
15.000 Belanja Operasi
15%
10.000 Belanja Modal
Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik 2.14. Realisasi Total Belanja Grafik 2.15. Rincian Realisasi
Pemkot/kab NTT Tahun 2018-2020 Total Belanja Pemkot/kab NTT
(Posisi per Triwulan) Tahun 2020
Tabel 2.8. Anggaran dan Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota di Provinsi NTT
2019 2020
TOTAL BELANJA 24.468 6,08 21.609 88,32 8,79 23.255 -4,96 19.534 84,00 -9,60
Belanja Operasi 14.938 4,27 13.062 87,44 6,58 14.692 -1,65 13.070 88,96 0,06
- Belanja Pegawai 9.254 4,13 8.608 93,02 6,07 9.189 -0,70 8.617 93,77 0,10
- Belanja Barang dan Jasa 5.340 9,40 4.162 77,93 13,38 4.892 -8,39 3.880 79,32 -6,76
- Belanja Hibah 203 -55,16 168 82,82 -56,24 493 142,61 467 94,82 177,77
- Belanja Bantuan Sosial 141 33,73 124 87,71 45,78 118 -16,11 105 89,06 -14,82
Belanja Modal 5.214 6,12 4.310 82,65 8,66 3.655 -29,90 2.950 80,70 -31,56
1.345,0
Belanja Tak Terduga 51 -3,64 19 37,77 -13,65 607 1.100,42 276 45,46
4
Belanja Transfer 4.265 13,07 4.219 98,91 16,52 4.301 0,84 3.239 75,30 -23,23
Realisasi Belanja Operasi Pemerintah Kota dan Kabupaten NTT pada tahun
2020 tercatat sebesar Rp13,07 triliun, dengan persentase realisasi mencapai
88,96% dari anggaran. Secara nominal, realisasi Belanja Operasi tumbuh 0,06% (yoy)
dibandingkan tahun sebelumnya. Kinerja realisasi Belanja Operasi didorong oleh Belanja
Hibah, yang tumbuh sebesar 177,77% (yoy). Belanja hibah terutama ditujukan untuk
penanganan COVID-19, pemulihan ekonomi serta pelaksanaan Pilkada Serentak. Namun,
kinerja Belanja Operasi tertahan oleh Belanja Barang dan Jasa yang secara nominal
terkontraksi 6,76% (yoy).
Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 33
Realisasi Belanja Tak Terduga meningkat, namun Belanja Modal dan Belanja
Transfer terkontraksi. Realisasi Belanja Tak Terduga mencapai Rp276 miliar, tumbuh
1345,04% atau 14 kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Realisasi Belanja
Tak Terduga bersumber dari program penanganan COVID-19, pemulihan ekonomi, serta
tambahan anggaran untuk pelaksanaan Pilkada Serentak. Di sisi lain, realisasi Belanja
Modal mencapai Rp2,95 triliun, terkontraksi 31,56% (yoy) dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh banyak proyek-proyek infrastruktur pemerintah
yang tertunda pada tahun 2020 akibat dampak dari pandemi COVID-19. Belanja Transfer
juga terkontraksi, sejalan dengan realisasi PAD di tingkat Kota dan Kabupaten yang
melemah pada tahun 2020.
Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik 2.16. Realisasi Belanja Operasi Grafik 2.17. Realisasi Belanja Modal, Transfer,
Pemkot/kab di NTT Tahun 2018-2020 dan Tak Terduga Pemkot/kab di NTT
(Posisi per Triwulan) Tahun 2018-2020 (Posisi per Triwulan)
96,88%
1.200 80%
400 40%
- 20%
Anggaran Total Belanja APBN di NTT pada tahun 2020 tercatat sebesar
Rp18,26 triliun, tumbuh 4,58% (yoy) dibandingkan dengan anggaran tahun
sebelumnya. Kenaikan anggaran belanja terutama bersumber dari peningkatan Belanja
Transfer serta Belanja Pegawai. Anggaran Belanja Transfer tercatat sebesar Rp7,49 triliun,
tumbuh 15,15% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikan belanja
transfer terutama ditujukan untuk penanganan COVID-19 serta pemulihan ekonomi. Di
sisi lain, anggaran Belanja Barang terkontraksi 11,42% (yoy) sebagai dampak dari
refocusing anggaran Pemerintah Pusat.
Realisasi Total Belanja APBN di NTT pada tahun 2020 tercatat sebesar
Rp17,47 triliun, dengan persentase realisasi mencapai 95,68% dari anggaran. Secara
nominal, realisasi belanja APBN tumbuh 6,17% (yoy) dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Kinerja belanja APBN terutama didorong oleh realisasi Belanja Transfer dan
Belanja Modal. Realisasi Belanja Transfer tercatat sebesar Rp7,30 triliun, tumbuh 16,45%
(yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, realisasi Belanja Modal
tercatat sebesar Rp3,58 triliun, tumbuh 8,57% (yoy) dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Realisas Persentas
Kategori Anggaran Growth Realisasi Persentase Growth Anggaran Growth Growth
i e
APBN-P Pagu APBN Realisasi Realisasi APBN-P Pagu Realisasi
APBN Realisasi
(M Rp) (% yoy) (M Rp) (%) (% yoy) (Rp M) (% yoy) (% yoy)
(M Rp) (%)
BELANJA 17.456 0,86 16.452 94,25 1,12 18.256 4,58 17.467 95,68 6,17
Belanja Pegawai 3.021 0,97 3.049 100,91 8,61 3.245 7,38 3.119 96,12 2,29
Belanja Barang 4.180 -15,23 3.825 91,52 -12,49 3.703 -11,42 3.458 93,39 -9,61
Belanja Modal 3.738 0,41 3.298 88,23 -8,25 3.808 1,87 3.581 94,03 8,57
Belanja Transfer 6.503 15,32 6.266 96,36 14,41 7.488 15,15 7.297 97,45 16,45
Triliun Rp 35
2020 2021
27,7 28,6 30
21,9 22,3 25
20
15
10
5,8 6,3
5
-
Provinsi Kota/Kab. TOTAL
Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik Boks 1.1: Anggaran Total Pendapatan Pemerintah
Daerah di NTT Tahun 2020-2021
Triliun Rp 5 Triliun Rp 30
2020 2021 2020 2021
3,9 23,8
4 25
19,6 19,6
3,1 20
3 15,3
2,0 15
1,9
1,6 2
1,5 10
1 4,3 4,2
5
- -
Provinsi Kota/Kab. TOTAL Provinsi Kota/Kab. TOTAL
Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik Boks 1.2: Anggaran Pendapatan Asli Daerah Grafik Boks 1.3: Anggaran Pendapatan Dana Transfer
(PAD) Pemerintah Daerah di NTT Tahun 2020-2021 Pemerintah Daerah di NTT Tahun 2020-2021
Triliun Rp
2020 2021 60
50,8
47,9 50
40
30
23,3 23,3
18,3 19,9
20
6,3 7,6 10
-
APBN Provinsi Kota/Kab. TOTAL
Triliun Rp 35 Triliun Rp 35
2020 2021 2020 2021
27,4 30 27,4 30
26,0 26,0
25 25
20 20
14,7 14,9 14,7 14,9
15 15
- -
APBN Provinsi Kota/Kab. TOTAL APBN Provinsi Kota/Kab. TOTAL
Sumber: Kanwil DJPb dan Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Kanwil DJPb dan Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik Boks 1.5: Anggaran Belanja Operasi Pemerintah Grafik Boks 1.6: Anggaran Belanja Modal Pemerintah
di NTT Tahun 2020-2021 di NTT Tahun 2020-2021
Secara keseluruhan tahun 2020, inflasi Provinsi NTT tercatat melandai dibandingkan
dengan inflasi tahun 2019. Melandainya tekanan inflasi terutama disebabkan dari
permintaan yang menurun akibat daya beli masyarakat yang melemah di tengah pandemi
COVID-19.
Realisasi inflasi Provinsi NTT pada triwulan IV 2020 tercatat sebesar 0,61%
(yoy), melandai dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,10%
(yoy). Tekanan inflasi yang menurun terutama bersumber dari deflasi kelompok
transportasi yang lebih dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Mobilitas
masyarakat yang masih tertahan di tengah pandemi COVID-19 berdampak pada
lemahnya permintaan tiket angkutan udara di tengah momen Hari Raya Natal dan Tahun
Baru. Sementara itu, inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau serta kelompok
perawatan pribadi dan jasa lainnya juga melandai dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Harga berbagai jenis ikan segar masih menjadi faktor pendorong inflasi
pada triwulan IV 2020, meskipun tekanan inflasi melandai dibandingkan triwulan
sebelumnya. Hal serupa juga terjadi pada emas perhiasan, di mana harga emas di pasar
global mulai melandai dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Di sisi lain, kenaikan harga ikan segar menjadi faktor pendorong inflasi
kelompok makanan, minuman dan tembakau. Ikan kembung dan ikan tongkol
merupakan jenis ikan segar yang paling banyak dikonsumsi masyarakat di Provinsi NTT.
Harga kedua jenis ikan tersebut cenderung mengalami fluktuasi akibat faktor cuaca di
laut serta faktor musiman, sehingga menjadi faktor pendorong inflasi kelompok.
Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok pakaian dan alas kaki menurun
dibandingkan dengan tahun 2019. Hal ini terutama disebabkan oleh menurunnya
permintaan akibat daya beli masyarakat yang melemah. serta terhentinya aktivitas di
sektor pariwisata.
Pakaian Alas Kaki
2,5 % yoy % yoy 4
2,0
3
1,5
1,0 2
0,5 1
0,0
0
-0,5
-0,47
-1,0 -1
I II III IV I II III IV
2020 2020
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 3.5. Inflasi Kelompok Pakaian dan Alas Kaki Grafik 3.6. Inflasi Kelompok Pakaian Grafik 3.4 I
dan Alas Kaki per Sub Kelompok per Sub Kel
Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan
bakar rumah tangga pada tahun 2020 menurun dibandingkan dengan tahun 2019.
Hal ini terutama disebabkan oleh subsidi listrik oleh pemerintah untuk beberapa
golongan dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional.
0,0
-0,2
-0,5
-0,3 -0,27
-1,0
-0,4
I II III IV
I II III IV
2020
2020
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
Grafik 3.7. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Grafik 3.8. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik,
dan Bahan Bakar Rumah Tangga dan Bahan Bakar Rumah Tangga per Sub Kelompok
0,4 2
0,2 0
0,0 -2
I II III IV I II III IV
2020 2020
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
Grafik 3.9. Inflasi Kelompok Perlengkapan, Peralatan, Grafik 3.10. Inflasi Kelompok Perlengkapan,
dan Pemeliharaan Rumah Tangga Peralatan, dan Pemeliharaan Rumah Tangga per Sub
Kelompok
6 % yoy 12
6,39
10
5
8
4
6
3
4
2 2
1 0
0 -2
I II III IV I II III IV
2020 2020
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
Grafik 3.11. Inflasi Kelompok Kesehatan Grafik 3.12. Inflasi Kelompok Kesehatan
per Sub Kelompok
3.2.6 Kelompok Transportasi
Pada triwulan IV 2020, kelompok transportasi mengalami deflasi sebesar
4,66% (yoy), lebih dalam dibandingkan deflasi triwulan sebelumnya sebesar 4,40%
(yoy). Tekanan inflasi kelompok transportasi yang menurun menjadi salah satu sumber
penurunan tekanan inflasi NTT secara keseluruhan. Deflasi kelompok terutama
bersumber dari penurunan tarif angkutan udara yang berlanjut akibat menurunnya
mobilitas masyarakat di tengah pandemi COVID-19. Melambatnya permintaan tiket
angkutan udara pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2020 terkonfirmasi dari penurunan
jumlah penumpang baik di Bandara El Tari maupun Bandara Komodo di triwulan IV 2020
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, kenaikan harga sepeda
motor dan mobil menjadi faktor pendorong inflasi kelompok, mengingat berbagai
perusahaan otomotif secara rutin menaikkan harga jual mobil dan motor setiap
akhir/awal tahun.
-2 5
-4 -5
-10
-4,66
-6 -15
I II III IV I II III IV
2020 2020
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
Grafik 3.13. Inflasi Kelompok Transportasi Grafik 3.14. Inflasi Kelompok Transportasi
per Sub Kelompok Komoditas
-0,5
0
-1,0
-1,5
-3
-2,0
-2,04
-2,5 -6
I II III IV I II III IV
2020 2020
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
Grafik 3.15. Inflasi Kelompok Informasi, Komunikasi Grafik 3.16. Inflasi Kelompok Informasi, Komunikasi
dan Jasa Keuangan dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok
0,0
-3
-0,12
-0,5 -6
I II III IV I II III IV
2020 2020
1,8 % yoy
1,6 1,60
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
I II III IV
2020
Sumber: BPS (diolah)
Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya
pada tahun 2020 meningkat dibandingkan dengan tahun 2019. Hal ini terutama
bersumber dari kenaikan harga emas perhiasan sepanjang tahun 2020, seiring dengan
meningkatnya harga emas di pasar global sepanjang tahun 2020 yang diakibatkan
ketidakpastian di pasar keuangan global di tengah pandemi COVID-19.
Perawatan Pribadi
8 % yoy Perawatan Pribadi Lainnya
Jasa Lainnya
7 % yoy 20
6
5 15
4
4,06 10
3
2 5
1
0 0
I II III IV I II III IV
2020 2020
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
Grafik 3.22. Inflasi Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Grafik 3.23. Inflasi Kelompok Perawatan Pribadi dan
Lainnya secara Tahunan dan Bulanan Jasa Lainnya per Sub Kelompok Komoditas
.
Di sisi lain, kenaikan harga ikan kembung, rokok kretek filter, dan emas
perhiasan menjadi faktor utama pendorong inflasi di Kota Kupang. Ikan kembung
menjadi komoditas pendorong inflasi utama karena konsumsi masyarakat yang tinggi
serta produksi dari nelayan yang berkurang akibat cuaca buruk di laut. Pada triwulan IV
2020, rokok kretek filter masih menjadi faktor pendorong inflasi sebagai dampak
kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) di awal tahun 2020. Selanjutnya, kenaikan harga
emas perhiasan juga masih menjadi faktor pendorong inflasi, seiring dengan kenaikan
harga emas sepanjang tahun 2020.
Di sisi lain, kenaikan harga ikan segar menjadi faktor pendorong inflasi di
Kota Waingapu. Ikan tongkol, dan ikan kembung mengalami kenaikan harga seiring
dengan produksi dari nelayan yang berkurang akibat cuaca buruk di laut.
Tabel 3.3 Inflasi Kota Kupang, Maumere, dan Waingapu di Triwulan IV 2020 Secara Tahunan
Berdasarkan Kelompok Komoditas
Tw IV '20 (% yoy)
Kelompok Komoditas
Kupang Maumere Waingapu
Inflasi Umum 0,29 2,24 1,52
Makanan, Minuman & Tembakau -0,04 6,91 11,51
Pakaian & Alas Kaki 2,60 11,80 26,50
Perumahan, Air, Listrik, & Bahan Bakar RT -3,07 18,07 -7,10
Perlengkapan, Peralatan, & Pemeliharaan Rutin RT 5,96 38,01 3,93
Kesehatan -0,15 -13,61 2,32
Transportasi -12,53 -25,75 -2,43
Informasi, Komunikasi & Jasa Keuangan -1,65 -55,23 -26,11
Rekreasi, Olahraga & Budaya 3,62 25,00 17,30
Pendidikan 3,20 -25,74 4,70
Penyediaan Makanan & Minuman/Restoran -0,28 -3,90 1,07
Perawatan Pribadi & Jasa Lainnya 0,00 -4,17 1,15
Sumber : BPS (diolah)
%mtm
6
0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
-4
Sumber: BPS
Grafik Boks 2.1. Perkembangan Inflasi Umum &
Kelompok Bahan Makanan Provinsi NTT
1
Boks merupakan hasil kajian Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT dan Lembaga Pengembangan Usaha Mandiri dan
Kewirausahaan Universitas Katolik Widya Mandira Kupang pada tahun 2020 dengan judul yang sama
Pasokan daging dan telur ayam ras sebagian besar dipenuhi sendiri di Provinsi
NTT. Pasokan daging ayam ras dipenuhi Kota Kupang sendiri melalui peternak inti
kemitraan. Hanya 4% kebutuhan daging ayam ras di Kota Kupang yang diperoleh dari
Provinsi Jawa Timur dalam bentuk beku. Meskipun daging ayam ras di Kota Kupang
dipenuhi sendiri, kebutuhan bahan baku antara lain day old chick, pakan, dan obat-
obatan masih bergantung dari provinsi lain, terutama Jawa Timur. Sementara itu,
kebutuhan telur ayam ras di Kota Kupang sebagian besar diperoleh dari Kabupaten
Kupang. Impor telur ayam ras dari Provinsi Jawa Timur juga dilakukan dan memenuhi
17% kebutuhan Kota Kupang. Pasokan daging dan telur ayam ras di Kota Kupang juga
memenuhi kebutuhan kabupaten lainnya di Pulau Timor, Kabupaten Alor, serta Rote
Ndao.
Gambar Boks 2.5. Pola Perdagangan Bawang Gambar Boks 2.6. Pola Perdagangan Bawang
Putih Antar Wilayah di Kota Kupang Merah Antar Wilayah di Kota Kupang
Gambar Boks 2.5. Pola Perdagangan Cabai Gambar Boks 2.6. Pola Perdagangan Cabai
Merah Antar Wilayah di Kota Kupang Rawit Antar Wilayah di Kota Kupang
Sepanjang tahun 2020, kinerja sektor keuangan di Provinsi NTT tercatat menurun
dibandingkan tahun 2019, baik dari sisi DPK maupun kredit. Hal ini merupakan dampak
dari kondisi makroekonomi yang memburuk di tengah pandemi COVID-19. Meskipun
demikian, risiko sektor keuangan tetap terjaga, ditopang oleh kebijakan restrukturisasi
serta program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dari pemerintah.
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.1: Perkembangan Profitabilitas Bank Umum Grafik 4.2: Perkembangan LDR Bank Umum
29.13 30.48 32.79 32.20 32.52 32.69 33.75 34.29 11,9 11,6
Kredit 7,68 9,11 7,11 7,28 2,92 6,50
6 1 4 5 1 9 1 7 8 2
Modal Kerja 8.988 9.739 10.571 10.292 10.293 11.394 11.077 11.385 10,87 12,10 17,05 9,99 14,52 16,99 4,79 10,62
Investasi 2.531 2.590 3.089 2.578 2.653 3.225 2.315 2.310 6,30 4,86 21,00 (3,39) 4,81 24,48 (25,06) (10,40)
Konsumsi 17.616 18.152 19.134 19.335 19.574 19.788 20.358 20.600 6,32 8,19 8,09 7,17 11,11 9,01 6,40 6,54
TOTAL Giro
Giro Tabungan Deposito
Tabungan Deposito
% yoy 60 % 8
50 7
40 6
30 5
20 4
10 3
0 2
-10 1
-20 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020 2018 2019 2020
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.3: Pertumbuhan DPK dan Komponennya Grafik 4.4: Suku Bunga Tertimbang
Berdasarkan Jenis Simpanan
0 12
-10 11
-20 10
-30 9
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Sumber: LBU Bank Indonesia (lokasi proyek), diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.5: Pertumbuhan Kredit Grafik 4.6: Suku Bunga Tertimbang Kredit
Berdasarkan Jenis Penggunaan Berdasarkan Jenis Penggunaan
Kredit usaha (modal kerja dan investasi) tumbuh sebesar 2,36% (yoy),
membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 0,61%
(yoy).
Perbaikan kredit usaha terutama bersumber dari kredit modal kerja yang tumbuh sebesar
10,14% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 6,74% (yoy). Sementara itu, kredit investasi masih terkontraksi sebesar 24,78%
(yoy). Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat perbaikan kinerja usaha secara
operasional, meskipun aktivitas investasi masih tertahan. Kinerja investasi yang masih
tertahan juga tercermin pada PDRB dan PMA di Provinsi NTT.
Bila dilihat berdasarkan jenisnya, kredit usaha di NTT didominasi oleh UMKM.
Sementara itu bila dilihat berdasarkan sektor, kredit usaha didominasi oleh sektor
perdagangan. Kredit usaha sektor perdagangan tercatat tumbuh sebesar 8,87% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,89%
(yoy). Di sisi lain, kredit usaha sektor konstruksi masih terkontraksi sebesar 16,19 (yoy),
meskipun membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi
25,25% (yoy). Kinerja kredit sektor konstruksi yang masih lemah merupakan dampak dari
proyek-proyek pembangunan yang tertunda pada tahun 2020 akibat COVID-19.
Triliun Rp Kredit UMKM Kredit Korporasi % yoy Pertanian Konstruksi Perdagangan Akmamin
g UMKM (rhs) g Korporasi (rhs) % yoy 80
16 80
60
12 60
40
8 40
20
4 20 0
0 0 -20
-4 -20 -40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.9: Perkembangan Kredit Usaha Grafik 4.10: Pertumbuhan Kredit Usaha di Beberapa
Berdasarkan Kategori Usaha Sektor Ekonomi
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.11: Risiko Kredit Usaha Grafik 4.12: Risiko Kredit Usaha (Loan at Risk) di
Beberapa Sektor Ekonomi
1,2% 1,2%
100% 100%
14,3% 11,1% 11,2% 9,1%
80% 80%
53,0% 53,0%
Buruk Buruk
60% 63,6% 60% 65,7%
69,4% Cukup 71,4% Cukup
40% 40%
Baik Baik
20% 45,8% 20% 45,8%
25,3% 25,3%
16,3% 17,3%
0% 0%
Tw IV 2019 Tw III 2020 Tw IV 2020 Tw IV 2019 Tw III 2020 Tw IV 2020
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha BI, diolah Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha BI, diolah
Grafik 4.13: Kondisi Rentabilitas Korporasi Grafik 4.14: Kondisi Likuiditas Korporasi
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.15: Pertumbuhan Kredit Grafik 4.16: Risiko Kredit (Loan at Risk)
Korporasi Non Keuangan Korporasi Non Keuangan
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.17: Pertumbuhan PDRB dan Konsumsi Rumah Grafik 4.18: Survei Konsumen Bank Indonesia
Tangga
40 23% 20
20 15
0 10
74%
-20 5
-40 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020 2018 2019 2020
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.19: Pertumbuhan DPK Rumah Tangga
Grafik 4.20: Preferensi Jenis Simpanan Nasabah
Rumah Tangga
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.21: Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.22: Risiko Kredit Rumah Tangga
(Non-Performing Loan)
-15 10
-30 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020 2018 2019 2020
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.23: Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 4.24: Risiko Kredit UMKM (Loan at Risk
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.25: Pangsa Kredit UMKM Grafik 4.26: Pertumbuhan Kredit UMKM
Berdasarkan Skala Usaha Berdasarkan Skala Usaha
Indikator sistem pembayaran di Provinsi NTT baik tunai maupun nontunai pada
triwulan IV 2020 menunjukkan perbaikan, sejalan dengan pemulihan ekonomi seiring
kebijakan adaptasi kebiasaan baru.
Pada triwulan IV 2020, Provinsi NTT menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp 2,8
Triliun Net outflow tersebut tumbuh 18,65% (yoy), menurun dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,88% (yoy)
Transaksi nontunai secara bertahap juga mengalami perbaikan, tercermin dari
pertumbuhan volume transaksi SKNBI dan BI RTGS yang meningkat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Namun, secara nominal, pertumbuhan SKNBI lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya sedangkan BI RTGS masih lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya.
Inklusi keuangan secara bertahap juga bertumbuh, tercermin dari meningkatnya
nominal dan volume transaksi kartu kredit dan ATM/Debet, serta tetap bertumbuhnya
jumlah Kartu ATM/Debit meskipun terjadi penurunan pada jumlah Kartu Kredit.
Di masa pandemi ini, transaksi elektronik di Provinsi NTT di triwulan IV sebesar Rp
22,76 Miliar dan mengalami pertumbuhan sebesar 137% (yoy) dengan sebesar
101.979 transaksi, tumbuh 94% (yoy).
Inflow atau aliran uang masuk ke Bank Indonesia pada triwulan IV 2020
tercatat sebesar Rp1,01 triliun atau terkontraksi sebesar 24,77% (yoy). Kontraksi
inflow tersebut meningkat dibandingkan dengan triwulan III 2020 sebesar 11,39% (yoy).
Sementara itu, outflow pada triwulan IV 2020 mencapai Rp3,82 triliun tumbuh sebesar
1
Titik impas NTP = 100. Apabila NTP< 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan
dengan kenaikan harga barang konsumsinya sehingga pendapatan petani turun dan lebih kecil dari pengeluarannya.
Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) Provinsi NTT pada Agustus 2020
menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun 2019. TPAK pada
Agustus 2020 tercatat sebesar 73,11% atau lebih tinggi dibandingkan Agustus 2020
yang sebesar 70,34%. Peningkatan ini bersumber dari peningkatan angkatan kerja baik
yang bekerja maupun pengangguran. Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2020 tercatat
sebanyak 2,85 juta orang atau meningkat dari Agustus 2019 yang sebanyak 2,70 juta
orang. Berdasarkan jenis kelamin, peningkatan TPAK terutama didorong oleh angkatan
kerja perempuan yang sebesar 63,91% pada bulan Agustus 2020 atau mengalami
persentase kenaikan sebesar 4,17%. Sementara itu, TPAK laki-laki tercatat sebesar
82,64% atau mengalami persentase kenaikan sebesar 1,33%.
2,76
2,56% 10,31%
4,52 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
4,81
Jasa kemasyarakatan, Sosial, dan SD
5,90%
9,5 Perorangan SMP
Perdagangan Besar dan Eceran; SMA Umum
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
51,43 Industri Pengolahan
16,24% 51,14% SMA Kejuruan
12,06
Diploma I/II/III
Konstruksi Universitas
13,85%
14,93 Transportasi dan Pergudangan
Lainnya
10,90
7,42
TPT (%)
Sumber: BPS
Grafik 6.3. TPT Kabupaten/Kota di Provinsi NTT Per Agustus 2020
Sejak awal tahun 2020, NTP di Provinsi NTT berada di bawah angka 100 atau
di bawah titik impas. Hal ini menandakan petani mengalami defisit di mana indeks yang
dibayar lebih besar daripada indeks yang diterima. Hal ini juga mengindikasikan bahwa
dalam tingkatan tertentu nilai tukar produk yang dihasilkan petani belum mampu
memenuhi kebutuhan rumah tangga petani, baik untuk konsumsi rumah tangga
maupun untuk biaya produksi pertaniannya. Berdasarkan subsektornya, peningkatan
NTP triwulan IV 2020 terutama didorong oleh subsektor tanaman hortikultura,
perkebunan rakyat dan padi palawija seiring dimulainya masa tanam komoditas padi
palawija dan masa panen komoditas perkebunan. Sementara itu, NTP subsektor
perikanan dan peternakan tercatat mengalami penurunan khususnya perikanan
budidaya.
Tingkat ketimpangan di Provinsi NTT yang tercermin dari rasio gini relatif stabil.
Rasio gini pada September 2020 tercatat 0,356 relatif stabil dibandingkan Maret
2019 yang sebesar 0,355. Rasio gini di Provinsi NTT lebih baik dibandingkan kondisi
Nasional yang tercatat memiliki rasio gini sebesar 0,385. Secara umum, rasio gini yang
mendekati angka 1 menunjukkan tingkat ketimpangan yang tinggi.
0,4 0,394
0,391
0,39 0,384 0,385
0,38
0,38
0,37
0,362
0,359 0,359
0,36 0,355 0,356
0,35
0,34
0,33
Sep 16 Sep 17 Sep 18 Sep 19 Sep 20
Nasional NTT
Sumber: BPS
Grafik 6.8. Perkembangan Rasio Gini Provinsi NTT
• Perbaikan perekonomian Provinsi NTT diperkirakan tetap berlanjut sampai akhir tahun
2021 dan meningkat dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2020.
Akselerasi ekonomi Provinsi NTT dipengaruhi oleh perbaikan konsumsi masyarakat
sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan aktivitas ekonomi, peningkatan kapasitas
fiskal, serta keberlanjutan pembangunan proyek investasi terutama Proyek Strategis
Nasional dan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Labuan Bajo. Di sisi Lapangan
Usaha, peningkatan Ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2021 juga diperkirakan
ditopang oleh LU Utama Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib; Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; serta Konstruksi.
• Inflasi Provinsi NTT pada tahun 2021 diprakirakan lebih tinggi dibandingkan dengan
inflasi pada tahun 2020. Pada triwulan II 2021, inflasi diperkirakan meningkat
dipengaruhi oleh membaiknya permintaan domestik seiring momen Hari Raya Idul Fitri
terutama konsumsi bahan makanan dan angkutan udara.
Di sisi lain, kasus positif COVID-19 di Provinsi NTT terus meningkat secara
eksponensial sejak bulan September 2020. Pemetaan profil risiko COVID-19 di Provinsi
NTT menunjukkan terdapat tiga kabupaten yang berada pada zona merah atau berisiko
tinggi yaitu Kabupaten Kupang, Ende, dan Kota Kupang, 17 kabupaten berisiko sedang,
serta dua kabupaten berisiko rendah. Mulai 13 Januari 20211, Pemerintah Kota Kupang
menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sebagai
upaya mencegah penyebaran transmisi lokal COVID-19 di Kota Kupang. Peningkatan
kasus positif COVID-19 menjadi faktor risiko pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT.
Dari sisi LU, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan II 2021
diperkirakan didorong oleh LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan serta
Konstruksi. Kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan meningkat seiring panen
raya yang berlangsung pada triwulan II 2021. Produktivitas pertanian Provinsi NTT juga
diperkirakan meningkat, dipengaruhi oleh curah hujan yang lebih baik dibandingkan
dengan tahun sebelumnya seiring musim penghujan yang dimulai sejak bulan November
20202. Di sisi lain, kinerja LU konstruksi diperkirakan mendorong pertumbuhan ekonomi
Provinsi NTT triwulan II 2021 seiring dengan berlanjutnya proyek Pemerintah antara lain
PSN3 Bendungan Temef (Timor Tengah Selatan) dan Bendungan Manikin (Kabupaten
Kupang), serta pengembangan DPSP Labuan Bajo terutama penataan Pulau Rinca dan
1
Surat Edaran Walikota Kupang Nomor 006/HK.188.45.443.1/II/2021
2
Keterangan BMKG NTT pada bulan September 2020
3
Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional tanggal 17 November 2020.
%yoy
6,30
5,22 5,61
3,90
2,99
-1,98 -1,75
-2,27
I II III IV I II III IV Ip IIp
2019 2020 2021p
Sumber: BPS dan Bank Indonesia (diolah)
Grafik 7.1. Proyeksi Ekonomi Provinsi NTT Triwulan I 2021 dan Triwulan II 2021
4
Surat Kepala Dinas PUPR Prov. NTT No. PUPR.SKT.05.01/900/360/IX/2020 perihal Tambahan Usulan Pemanfaatan Dana Pinjaman
PT. SMI (PEN) Tahun 2021.
5
Data Dinas Kesehatan Provinsi NTT tanggal 24 Februari 2021
6
Surat Kementrian Kesehatan RI No. SR.02.06/II/439/2021 tanggal 19 Februari 2021
-0,83
2016 2017 2018 2019 2020 2021p
7
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 198/PMK.010/2020 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau tanggal 15
Desember 2020
8
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor M/11/HK.04/X/2020 tentang Penetapan Upah Minimum Tahun 2021 Pada Masa
Pandemi COVID-19 tanggal 26 Oktober 2020.
9
Keputusan Gubernur NTT Nomor 305/KEP/HK/2020 tanggal 27 Oktober 2020
%yoy
3,07
2,89
2,06
2,12
2,25 1,65 1,57
1,90
1,10
1,35
0,67 0,61