Anda di halaman 1dari 101

Februari

2021
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Tim Perumusan dan Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT
Jl. El Tari No. 39 Kupang – NTT
[0380] 832-364/827-916 ; fax : [0380] 822-103
www.bi.go.id
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Februari 2021|

Kata Pengantar

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam
memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara
triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap
perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia
dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini
dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal
stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, masyarakat serta stakeholder lainnya.

Laporan Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup Ekonomi Makro
Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran,
Keuangan Pemerintah, Kesejahteraan serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode
mendatang. Dalam menyusun laporan ini digunakan data yang berasal dari internal Bank
Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan,
oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas
isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran,
kritik, dan masukan sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama
yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan
datang.

Kupang, Februari 2021


Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Ttd.

I Nyoman Ariawan Atmaja


Deputi Direktur

ii
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR |
Februari 2021

Daftar Isi

Halaman Judul -------------------------------------------------------------------------------------------i


Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------------------------ii
Daftar Isi ---------------------------------------------------------------------------------------------------iii
Ringkasan Eksekutif -------------------------------------------------------------------------------------iv
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur ------------------------------v

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL


1.1 Kondisi Umum ----------------------------------------------------------------------------- 2
1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Permintaan -------------------------------------------- 3
1.2.1. Konsumsi --------------------------------------------------------------------------- 5
1.2.2. Investasi ----------------------------------------------------------------------------- 8
1.2.3. Ekspor dan Impor -----------------------------------------------------------------10
1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha--------------------------------------13
1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan ---------------------------------------14
1.3.2. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor --16
1.3.3. Konstruksi---------------------------------------------------------------------------18
1.3.4. Lapangan Usaha Lainnya --------------------------------------------------------20

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH


2.1 Kondisi Umum ----------------------------------------------------------------------------22
2.2 APBD Pemerintah Provinsi NTT --------------------------------------------------------24
2.2.1. Pendapatan APBD Provinsi NTT -----------------------------------------------25
2.2.2. Belanja APBD Provinsi NTT -----------------------------------------------------27
2.3 APBD Kabupaten/Kota -----------------------------------------------------------------29
2.3.1. Pendapatan APBD Kabupaten/Kota ------------------------------------------29
2.3.2. Belanja APBD Kabupaten/Kota ------------------------------------------------32
2.4 APBN di Provinsi NTT --------------------------------------------------------------------35

BOKS 1. KEUANGAN PEMERINTAH NTT PADA TAHUN 2021 -----------------------------36

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI


3.1. Perkembangan Inflasi Secara Umum -----------------------------------------------39
3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas -----------------------------------------40
3.2.1 Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau ---------------------------41
3.2.2 Kelompok Pakaian dan Alas Kaki ----------------------------------------------42
3.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar RT -----------------43
3.2.4 Kelompok Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan RT ---------------43
3.2.5 Kelompok Kesehatan-------------------------------------------------------------44
3.2.6 Kelompok Transportasi ----------------------------------------------------------45
3.2.7 Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan --------------------46
3.2.8 Kelompok Rekreasi, Olahraga dan Budaya ----------------------------------47
3.2.9 Kelompok Pendidikan ------------------------------------------------------------48
3.2.10 Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran--------------48
3.2.11 Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya ---------------------------49
3.3. Inflasi Berdasarkan Kota ---------------------------------------------------------------49
3.3.1 Inflasi Kota Kupang ---------------------------------------------------------------49
3.3.2 Inflasi Kota Maumere ------------------------------------------------------------50

iii
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR |
Februari 2021

3.3.3 Inflasi Kota Waingapu------------------------------------------------------------51


3.4. Tracking dan Proyeksi Inflasi Triwulan I 2021 -------------------------------------52
3.5 Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID ---------------------------------------------52

BOKS 2. POLA PERDAGANGAN KOMODITAS INFLASI BAHAN MAKANAN


DI KOTA KUPANG -------------------------------------------------------------------------54

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH


4.1. Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------59
4.1.1. Kinerja Bank Umum -------------------------------------------------------------59
4.1.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga -------------------------------------------60
4.1.3. Penyaluran Kredit ----------------------------------------------------------------61
4.2. Kinerja Korporasi Nonkeuangan ----------------------------------------------------62
4.2.1. Kondisi dan Prospek Usaha ----------------------------------------------------64
4.2.2. Penyaluran Kredit Korporasi ---------------------------------------------------64
4.3. Kinerja Keuangan Rumah Tangga --------------------------------------------------65
4.3.1. Kondisi Rumah Tangga ---------------------------------------------------------65
4.3.2. Penghimpunan DPK Rumah Tangga -----------------------------------------66
4.3.3. Penyaluran Kredit Rumah Tangga --------------------------------------------67
4.4. Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM -----------------------------------68
4.4.1. Penyaluran Kredit UMKM ------------------------------------------------------68

BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH


5.1. Kondisi Umum --------------------------------------------------------------------------70
5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi NTT -------------------------------71
5.2.1. Transaksi Sistem Pembayaran Tunai di Provinsi NTT ----------------------71
5.2.2. Perkembangan Kegiatan Layanan Kas di Provinsi NTT -------------------72
5.2.2.1 Penarikan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) ------------------------------73
5.2.2.2 Temuan Uang Palsu --------------------------------------------------------73
5.2.3. Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai di Provinsi NTT --------74
5.2.3.1 Transaksi SKNBI -------------------------------------------------------------74
5.2.3.2 Transaksi BI RTGS -----------------------------------------------------------75
5.3. Perkembangan Inklusi Keuangan di Provinsi NTT -------------------------------75
5.3.1. Perkembangan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu -----------------75
5.3.1.1 Transaksi Kartu ATM/Debet -----------------------------------------------75
5.3.1.2 Transaksi Kartu Kredit ------------------------------------------------------76
5.3.2. Perkembangan Transaksi Elektronik -----------------------------------------78

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN


6.1. Kondisi Umum ---------------------------------------------------------------------------80
6.2. Perkembangan Ketenagakerjaan ----------------------------------------------------80
6.3. Perkembangan Kesejahteraan --------------------------------------------------------83

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH


7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT -------------------------------------86
7.1.1. Prospek Ekonomi Triwulan II 2021 -------------------------------------------86
7.1.2. Prospek Ekonomi Tahun 2021 ------------------------------------------------88
7.2. Prospek Inflasi Provinsi NTT -----------------------------------------------------------90
7.2.1. Prospek Inflasi Triwulan I 2021 ------------------------------------------------90
7.2.2. Prospek Inflasi Tahun 2021 ----------------------------------------------------90

iv
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR |
Februari 2021

Ringkasan Eksekutif
Laporan Perekonomian
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Februari 2021

 EKONOMI MAKRO REGIONAL

Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2020
terkontraksi sebesar 0,83% (ctc), lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh
sebesar 5,24% (ctc), namun lebih tinggi dibanding nasional yang terkontraksi 2,07%
(ctc). Seluruh komponen di sisi pengeluaran mengalami kontraksi sebagai dampak
pandemi COVID-19. Kontraksi yang lebih dalam tertahan oleh konsumsi rumah tangga
yang ditopang dengan adanya program Jaringan Pengaman Sosial (JPS) baik dari
Pemerintah Pusat dan Daerah untuk memulihkan daya beli masyarakat. Dari sisi
Lapangan Usaha (LU), kontraksi lebih dalam tertahan oleh LU Informasi dan Komunikasi,
LU Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib; LU Jasa Keuangan
dan Asuransi; dan LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang mampu tumbuh positif
di tengah pandemi COVID-19. Kebijakan bekerja dari rumah, belajar dari rumah serta
meningkatnya transaksi elektronik masyarakat mendorong pertumbuhan LU Informasi
dan Komunikasi.

 KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH


Realisasi total belanja pemerintah (APBD dan APBN) di Provinsi NTT pada tahun
2020 tercatat sebesar Rp42,70 triliun, dengan persentase realisasi sebesar 89,24% dari
anggaran. Persentase realisasi belanja tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan oleh penyerapan anggaran yang belum optimal
di tingkat Kota dan Kabupaten sebagai dampak pandemi COVID-19. Sementara itu,
realisasi pendapatan pemerintah (APBD) di Provinsi NTT mencapai Rp25,10 triliun,
dengan persentase realisasi sebesar 90,55% dari anggaran. Persentase realisasi
pendapatan juga lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini terutama
disebabkan oleh melemahnya kinerja pendapatan asli daerah, seperti pajak, retribusi, dan
pengelolaan kekayaan daerah. Refocusing alokasi dana transfer juga turut menurunkan
pendapatan daerah, terutama pada tingkat Kota dan Kabupaten.

v
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR |
Februari 2021

 PERKEMBANGAN INFLASI
Inflasi Provinsi NTT pada triwulan IV 2020 tercatat sebesar 0,61% (yoy), melandai
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,10% (yoy). Inflasi tersebut lebih
rendah dibandingkan inflasi Nasional sebesar 1,68% (yoy). Penurunan tekanan inflasi
terutama bersumber dari penurunan tarif angkutan udara serta penurunan harga sawi
hijau, biaya pulsa ponsel, dan semen. Di sisi lain, kenaikan harga ikan segar, rokok, dan
emas perhiasan menjadi faktor pendorong inflasi. Secara keseluruhan tahun 2020, inflasi
Provinsi NTT tercatat melandai dibandingkan dengan inflasi tahun 2019. Melandainya
tekanan inflasi terutama disebabkan dari permintaan yang menurun akibat daya beli
masyarakat yang melemah di tengah pandemi COVID-19.

 STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAERAH


Secara umum, stabilitas sistem keuangan di Provinsi NTT pada triwulan IV 2020
masih terjaga. Hal ini tercermin dari ROA serta LDR yang kembali meningkat, setelah di
triwulan-triwulan sebelumnya mencatatkan tren penurunan. Sementara itu, NPL (gross)
tercatat sebesar 1,79%, terjaga dan masih di bawah level 5%. DPK tumbuh sebesar
1,65% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya akibat pencairan giro
pemerintah daerah di akhir tahun, serta deposito yang terkontraksi sebagai dampak dari
suku bunga yang menurun. Sejalan dengan hal tersebut, penyaluran kredit tumbuh
sebesar 3,65% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya akibat kinerja kredit
konsumsi yang tertahan. Meskipun demikian, pertumbuhan kredit usaha (UMKM dan
Korporasi) tumbuh sebesar 2,36% (yoy), setelah di triwulan sebelumnya terkontraksi
0,61% (yoy). Hal ini terutama bersumber dari perbaikan kinerja modal kerja, meskipun
kinerja kredit investasi masih lemah.

 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH


Indikator sistem pembayaran di Provinsi NTT baik tunai maupun nontunai pada
triwulan IV 2020 menunjukkan perbaikan, sejalan dengan pemulihan ekonomi seiring
kebijakan adaptasi kebiasaan baru. Pada triwulan IV 2020, Provinsi NTT menunjukkan
kondisi net outflow sebesar Rp 2,8 Triliun Net outflow tersebut tumbuh 18,65% (yoy),
menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,88%
(yoy). Transaksi nontunai secara bertahap juga mengalami perbaikan, tercermin dari
pertumbuhan volume transaksi SKNBI dan BI RTGS yang meningkat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Namun, secara nominal, pertumbuhan SKNBI lebih tinggi

vi
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR |
Februari 2021

dari triwulan sebelumnya sedangkan BI RTGS masih lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya.

 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN


Jumlah angkatan kerja di Provinsi NTT pada Agustus 2020 tercatat 2,85 juta
orang, meningkat 5,56% dibanding Agustus 2019 yang sebanyak 2,70 juta orang.
Sementara itu, pada periode yang sama Tingkat pengangguran terbuka (TPT) naik
menjadi 4,28% dari 3,14% pada Agustus 2019. Tingkat kemiskinan di Provinsi NTT pada
September 2020 tercatat sebesar 21,21%, naik dibandingkan September 2019 yang
sebesar 20,62%. Pada periode yang sama, koefisien gini yang menunjukkan tingkat
ketimpangan pengeluaran masyarakat relatif stabil.

 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Pemulihan ekonomi Provinsi NTT tetap berlanjut di triwulan II 2021 seiring dengan
perayaan Hari Raya Idul Fitri dan masuknya masa puncak panen raya. Program vaksinasi
diharapkan mampu menekan laju penyebaran kasus COVID-19 sehingga mendorong
pemulihan aktivitas masyarakat dan permintaan domestik, terutama konsumsi rumah
tangga dan investasi. Dari sisi LU, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan II
2021 didorong oleh LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Konstruksi; dan
Perdagangan Besar dan Eceran. Inflasi Provinsi NTT pada tahun 2021 diprakirakan lebih
tinggi dibandingkan dengan inflasi pada tahun 2020. Pada triwulan II 2021, inflasi
diperkirakan meningkat dipengaruhi oleh membaiknya permintaan domestik seiring
momen Hari Raya Idul Fitri terutama konsumsi bahan makanan dan angkutan udara.

vii
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR |
Februari 2021

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur


I. EKONOMI MAKRO REGIONAL

2019 2020
INDIKATOR 2018 2019 2020
I II III IV I II III IV

Berdasarkan Lapangan Usaha - Harga Berlaku

Produk Domestik Regional Bruto (Miliar Rp) 98.930 24.760 26.500 27.380 28.087 106.728 25.958 26.037 26.997 27.514 106.506

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 28.035 6.685 7.732 7.588 7.800 29.804 7.057 7.807 7.652 7.853 30.370

Pertambangan dan Penggalian 1.202 303 306 313 327 1.250 287 285 290 293 1.155

Industri Pengolahan 1.253 339 346 353 368 1.405 335 341 339 352 1.367

Pengadaan Listrik dan Gas 75 18 18 18 21 76 21 21 21 23 85


Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
54 14 14 14 14 57 14 15 15 16 60
dan Daur Ulang
Konstruksi 10.745 2.626 2.749 2.950 3.282 11.606 2.646 2.460 2.615 2.733 10.454
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
11.025 2.835 3.013 3.210 3.209 12.266 3.153 2.835 2.940 2.961 11.888
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 5.459 1.360 1.474 1.493 1.506 5.834 1.433 1.062 1.181 1.241 4.917

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 757 192 205 207 201 806 174 118 138 163 594

Informasi dan Komunikasi 6.570 1.716 1.737 1.807 1.818 7.078 1.821 2.006 2.048 2.048 7.924

Jasa Keuangan dan Asuransi 4.072 1.082 1.017 1.106 1.101 4.307 1.112 1.123 1.173 1.232 4.640

Real Estate 2.475 617 623 620 620 2.480 615 586 619 607 2.426

Jasa Perusahaan 292 72 75 80 79 306 76 37 38 40 191


Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
13.232 3.354 3.603 3.749 3.869 14.573 3.503 3.758 3.965 3.966 15.192
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 9.436 2.438 2.454 2.720 2.674 10.286 2.505 2.504 2.867 2.860 10.737

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.151 568 574 576 609 2.328 624 625 645 667 2.560

Jasa lainnya 2.098 542 561 577 588 2.267 582 455 450 460 1.947

Berdasarkan Pengeluaran (Harga Berlaku)

Produk Domestik Regional Bruto (Miliar Rp) 98.930 24.760 26.500 27.380 28.087 106.728 25.958 26.037 26.997 27.514 106.506

Konsumsi Rumah Tangga 71.254 18.361 19.271 19.142 20.118 76.891 19.569 18.455 18.264 18.339 74.627

Konsumsi Lembaga Non Profit (LNPRT) 3.287 879 930 859 894 3.562 868 814 882 896 3.460

Konsumsi Pemerintah 29.099 4.253 6.759 8.868 9.965 29.845 4.471 6.189 7.383 9.500 27.543

Pembentukan Modal Tetap Bruto 47.466 11.352 11.939 13.574 14.442 51.307 11.541 11.129 12.598 12.301 47.569

Perubahan Inventori 884 221 260 263 266 1.009 266 278 282 279 1.106

Ekspor Luar Negeri 2.072 352 300 405 533 1.590 314 142 237 380 1.072

Impor Luar Negeri -1.918 -278 -238 -337 -297 -1.150 -394 -93 -31 -87 -605
- - - - - - - - -
Net Ekspor Antar Wilayah -56.327 -48.265
53.214 10.378 12.720 15.393 17.835 10.677 10.876 12.618 14.093
Data Ekspor Impor di Provinsi NTT

Nilai Ekspor Nonmigas (ribu USD) 59.993 9.904 5.318 12.570 24.877 52.669 11.780 3.980 8.450 19.104 43.314

Nilai Impor Nonmigas (ribu USD) 95.510 832 2.208 720 4.365 8.125 9.101 6 415 277 9.799

viii
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR |
Februari 2021

II. INFLASI

2018 2019 2020


INDIKATOR
I II III IV I II III IV I II III IV
Laju Inflasi Tahunan (yoy %)

NTT 2,26 2,89 1,90 3,07 2,12 1,35 2,06 0,67 1,65 1,57 1,10 0,61

- Kota Kupang 2,19 3,00 1,96 3,23 2,33 1,30 2,23 0,50 1,70 1,28 0,23 0,29

- Kota Maumere 2,63 2,12 1,50 2,00 0,69 1,73 0,84 1,84 2,07 0,67 2,69 2,24

- Kota Waingapu 7,34 5,24 1,07 1,52

III. PERBANKAN

2018 2019 2020


INDIKATOR
I II III IV I II III IV I II III IV

Bank Umum Konvensional dan Syariah (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)

1. Total Aset 34.878 38.891 36.851 37.017 37.265 40.849 42.870 42.943 43.917 46.159 48.994 44.857

2. DPK 25.012 26.865 26.658 25.098 25.680 28.817 28.748 29.497 29.651 31.154 33.605 30.085

- Giro 5.468 6.297 5.577 3.478 5.798 7.676 5.926 4.392 5.614 6.408 7.616 3.672

- Tabungan 12.617 13.369 13.784 15.463 13.531 14.306 14.386 16.364 14.665 15.605 16.549 17.992

- Deposito 6.928 7.200 7.297 6.157 6.351 6.835 8.436 8.741 9.372 9.141 9.441 8.421

3. Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor 25.817 26.681 28.011 28.694 29.136 30.481 32.794 32.205 32.521 32.699 33.751 34.297

- Modal Kerja 7.815 8.410 8.739 8.999 8.988 9.739 10.571 10.292 10.293 11.394 11.077 11.385

- Investasi 1.991 2.077 2.172 2.234 2.531 2.590 3.089 2.578 2.653 3.225 2.315 2.310

- Konsumsi 16.011 16.194 17.101 17.461 17.616 18.152 19.134 19.335 19.574 19.788 20.358 20.600

4. LDR (%) 103,22 99,31 105,08 114,33 113,46 105,78 114,08 109,18 109,68 104,96 100,43 114,00

5. Kredit UMKM 8.527 9.057 9.361 10.189 10.404 11.014 11.617 11.524 11.854 11.804 11.409 11.550

IV. SISTEM PEMBAYARAN

2018 2019 2020


INDIKATOR
I II III IV I II III IV I II III IV

Transaksi Tunai

Inflow (Rp. Triliun) 2,71 1,36 1,12 0,93 2,70 1,56 1,48 1,34
3,18 1,16 1,31 1,01
Outflow (Rp. Triliun) 0,53 2,63 1,50 2,90 0,45 2,41 1,71 3,18
0,57 1,92 2,01 3,82
Transaksi Non Tunai

Kliring
Nominal Kliring Penyerahan (Rp.
2,63 2,59 3,32 3,59 2,58 2,56 3,37 4,12 2,93 2,65 3,33 4,04
Triliun)

ix
Bab I.
EKONOMI MAKRO REGIONAL
 Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2020
terkontraksi sebesar 0,83% (ctc), lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh
sebesar 5,24% (ctc), namun lebih tinggi dibanding nasional yang terkontraksi 2,07%
(ctc). Seluruh komponen di sisi pengeluaran mengalami kontraksi sebagai dampak
pandemi COVID-19. Kontraksi yang lebih dalam tertahan oleh konsumsi rumah tangga
yang ditopang dengan adanya program Jaringan Pengaman Sosial (JPS) baik dari
Pemerintah Pusat dan Daerah untuk memulihkan daya beli masyarakat. Dari sisi
Lapangan Usaha (LU), kontraksi lebih dalam tertahan oleh LU Informasi dan
Komunikasi, LU Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib; LU
Jasa Keuangan dan Asuransi; dan LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang
mampu tumbuh positif di tengah pandemi COVID-19. Kebijakan bekerja dari rumah,
belajar dari rumah serta meningkatnya transaksi elektronik masyarakat mendorong
pertumbuhan LU Informasi dan Komunikasi.

 Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan IV 2020 mengalami kontraksi


sebesar 2,27% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi triwulan III 2020
sebesar 1,75% (yoy). Penurunan kinerja perekonomian pada triwulan IV 2020
terutama bersumber dari perlambatan investasi dan konsumsi rumah tangga seiring
refocusing dan realokasi anggaran pemerintah serta kebijakan pembatasan aktivitas
masyarakat khususnya menjelang Natal dan Tahun Baru sebagai upaya pencegahan
dan pengendalian COVID-19. Dari sisi LU, melambatnya kinerja ekonomi Provinsi NTT
pada triwulan IV 2020 terutama bersumber dari perlambatan LU Konstruksi dan LU
Perdagangan Besar dan Eceran. Perlambatan ekonomi di triwulan laporan tertahan
oleh masih meningkatnya kinerja LU Pertanian kehutanan, dan perikanan seiring masa
panen komoditas perkebunan.

• Pada triwulan I 2021, kontraksi ekonomi Provinsi NTT diprakirakan mengalami


perbaikan. Adaptasi kebiasaan baru dan program vaksinasi diharapkan mampu
memulihkan aktivitas ekonomi masyarakat secara perlahan. Selain itu, berlanjutnya
pembangunan Proyek Strategis Nasional diprakirakan mendorong investasi. Dari sisi
LU, perbaikan diprakirakan didorong oleh LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
seiring berlanjutnya musim tanam di tengah curah hujan yang cukup serta program
Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) untuk meningkatkan produktivitas petani.

Bab I |Ekonomi Makro Regional 1


1.1 Kondisi Umum
Secara tahunan, Perekonomian Provinsi NTT tahun 2020 terkontraksi 0,83%
(ctc), lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh sebesar 5,24% (ctc).
Perlambatan ekonomi pada tahun 2020 disebabkan oleh kontraksi pada seluruh
komponen sisi pengeluaran sebagai dampak pandemi COVID-19. Kontraksi yang lebih
dalam tertahan oleh konsumsi rumah tangga yang ditopang dengan adanya program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) baik dari Pemerintah Pusat dan Daerah untuk
memulihkan daya beli masyarakat. Dari sisi LU, kontraksi lebih dalam tertahan oleh LU
Informasi dan Komunikasi, LU Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan
Sosial Wajib; LU Jasa Keuangan dan Asuransi; dan LU Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan yang mampu tumbuh positif di tengah pandemi COVID-19.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan IV 2020 mengalami


kontraksi sebesar 2,27% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi triwulan
III 2020 sebesar 1,75% (yoy). Pencapaian tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
nasional yang terkontraksi sebesar 2,19% (yoy) pada triwulan IV 2020. Perlambatan
ekonomi NTT di triwulan IV 2020 terutama bersumber dari perlambatan investasi dan
konsumsi rumah tangga. Perbaikan konsumsi pemerintah seiring meningkatnya realisasi
belanja pemerintah di akhir tahun, menjadi penahan kontraksi lebih dalam. Pertumbuhan
ekonomi Provinsi NTT menempati peringkat ke-17 dari total 34 provinsi di Indonesia.
PDRB Provinsi NTT Atas Dasar Harga Berlaku pada triwulan IV 2020 baru mencapai
Rp27,51 triliun atau 0,68% Produk Domestik Bruto nasional.

Kontraksi ekonomi Prov NTT tidak terlepas dari menurunnya aktivitas


ekonomi domestik sebagai dampak kebijakan pencegahan penyebaran pandemi
COVID-19 1. Hal ini mempengaruhi penurunan kinerja triwulan IV 2020 secara tahunan
pada sebagian besar komponen PDRB dari sisi pengeluaran yaitu konsumsi rumah
tangga, konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga, konsumsi pemerintah,
pembentukan modal tetap bruto, ekspor dan impor luar negeri, serta net ekspor
antarprovinsi. Kebijakan physical distancing dan pembatasan aktivitas masyarakat di luar
rumah sebagai upaya pencegahan dan pengendalian COVID-19 juga berdampak

1
Corona Virus Disease - 2019

Bab I |Ekonomi Makro Regional 2


terhadap kinerja lapangan usaha (LU) Konstruksi, serta LU Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebagai LU utama Prov. NTT. Adapun LU
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang merupakan LU utama lainnya di Provinsi NTT
mengalami peningkatan pertumbuhan secara tahunan dibandingkan dengan triwulan III
2020 seiring perbaikan produktivitas komoditas pertanian, peternakan, dan perikanan
pasca adaptasi peraturan tatanan normal baru2.

30 Triliun Rp %YOY 8
9,48
25 6
6,92
4 4,45
20
2
15
0
10
-2 -0,62 -0,68
5 -4
0 -6 -4,46 -4,76 -5,21
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -7,51

2017 2018 2019 2020


PDRB NTT NTT Nasional -12,21
Maluku Papua Sulawesi Sulawesi DI Kep. Riau Kalimantan Papua Barat Sulawesi Bali
Utara Tengah Selatan Yogyakarta Utara Barat

Sumber: BPS Sumber: BPS


Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi NTT dan Grafik 1.2. Peringkat Pertumbuhan Ekonomi
Nasional Secara Triwulanan Provinsi Pada Triwulan IV 2020

Pada triwulan I 2021, kontraksi ekonomi Provinsi NTT diprakirakan membaik


seiring berlanjutnya tatanan normal baru. Dari sisi pengeluaran, perbaikan permintaan
domestik diprakirakan terus berlanjut, ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang
didukung oleh perpanjangan stimulus Pemerintah3 dan juga perbaikan investasi. Dari sisi
LU, perbaikan kinerja ekonomi Provinsi NTT pada triwulan I 2021 diprakirakan didorong
oleh LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, serta LU Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Pengeluaran


Pertumbuhan perekonomian Provinsi NTT tahun 2020 mengalami kontraksi
0,83% (ctc), terutama bersumber dari penurunan investasi dan konsumsi
pemerintah. Penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing
(PMA) pada tahun 2020 mengalami perlambatan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Disamping itu, penurunan kinerja konsumsi pemerintah terjadi seiring

2
Peraturan Gubernur NTT No. 26 Tahun 2020 tanggal 12 Juni 2020
3
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 222/PMK.07/2020 tanggal 28 Des 2020

Bab I |Ekonomi Makro Regional 3


dengan adanya refocusing dan realokasi anggaran pemerintah yang berdampak pada
penurunan realisasi belanja operasional pada tahun 2020.

Perekonomian Provinsi NTT pada triwulan IV 2020 ditopang oleh konsumsi


rumah tangga dengan pangsa 66,65%. Kinerja konsumsi rumah tangga yang
terkontraksi pada triwulan IV 2020 memengaruhi pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan pada triwulan IV 2020. Kondisi ini dipengaruhi oleh dampak COVID-19
terhadap kinerja sektor utama yang menurunkan pendapatan masyarakat. Kinerja
konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2020 masih terkontraksi, meskipun sedikit
membaik dibandingkan dengan triwulan III 2020 disebabkan oleh percepatan realisasi
anggaran pada akhir tahun. Kontraksi tersebut dipengaruhi oleh menurunnya
pendapatan asli daerah dan pendapatan transfer sehingga berdampak pada realisasi
belanja pemerintah pada tahun 2020. Sementara itu, kinerja investasi terkontraksi lebih
dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seiring menurunnya realisasi belanja
modal Pemerintah akibat refocusing dan reallocating anggaran untuk penanganan
pandemi COVID-19. Di sisi lain, kinerja sektor eksternal Provinsi NTT pada triwulan IV
2020 mengalami perbaikan, ditunjukkan oleh perlambatan kinerja impor dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya dan juga pertumbuhan ekspor ke negara Vietnam
mencapai 26,41% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan I 2021 diprakirakan


mengalami kontraksi yang disebabkan oleh masih lemahnya permintaan domestik.
Kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat)4 di Kota Kupang yang
dilakukan untuk mencegah berlanjutnya penyebaran pandemi COVID-19, diprakirakan
menjadi faktor penahan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan I 2021. Kota
Kupang berkontribusi terhadap 22,7% perekonomian Provinsi NTT. Di sisi lain, konsumsi
pemerintah diprakirakan meningkat sejalan dengan peningkatan anggaran belanja
pemerintah pada tahun 2021 dan prognosis realisasi triwulan I 2021 sebesar 25%, lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2020 sebesar 10,3%. Berlanjutnya pembangunan
proyek Pemerintah serta meningkatnya confidence pelaku usaha berpotensi mendorong
perbaikan kinerja investasi pada triwulan I 2021. Di samping itu, pemulihan ekonomi
global, vaksinasi, dan relaksasi pembatasan akses perdagangan baik luar negeri maupun

4
Surat Edaran Walikota Kupang No. 004/HK.188.45.443.1/I/2021

Bab I |Ekonomi Makro Regional 4


antardaerah juga diprakirakan dapat memulihkan perdagangan dari dan ke luar Provinsi
NTT pada triwulan I 2021.

Tabel 1.1. Pertumbuhan dan Pangsa PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran
2018 2019 2020 Pangsa
Uraian 2018 2019 2020 (Tahun
I II III IV I II III IV I II III IV 2020)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6,20 4,37 4,63 2,79 4,45 5,02 6,40 5,63 4,58 5,40 4,41 (4,40) (2,38) (3,88) (1,64) 70,07
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 19,77 10,91 7,10 2,78 9,76 4,74 9,25 2,60 4,26 5,21 (2,72) (13,10) 1,22 (1,06) (4,04) 3,25
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 8,43 0,20 1,01 14,47 6,02 0,00 3,68 0,17 4,34 2,29 3,54 (6,47) (15,12) (7,99) (8,04) 25,86
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 7,36 5,97 7,11 0,30 4,94 6,66 5,01 3,15 7,59 5,58 0,66 (7,74) (8,07) (16,07) (8,29) 44,66
5. Perubahan Inventori 47,16 50,86 46,20 50,53 48,76 37,28 9,29 3,42 7,36 12,16 17,96 7,01 8,35 5,21 9,31 1,04
6. Ekspor Luar Negeri (2,52) (22,87) (23,61) (28,23) (20,32) (23,97) (31,91) (16,84) (4,05) (19,40) (11,81) (49,84) (35,03) (32,73) (32,07) 1,01
7. Impor Luar Negeri (23,35) (30,57) 566,23 (3,33) 31,98 46,12 (21,21) (48,12) (32,42) (27,65) 41,76 (32,43) (90,84) (62,61) (39,87) 0,57
8. Net Impor Antardaerah 12,98 3,72 (1,13) 2,27 3,54 2,74 3,86 5,63 6,18 4,83 1,48 (13,87) (12,50) (17,15) (11,56) - 45,32
PDRB 5,00 5,01 5,15 5,26 5,11 5,22 6,30 3,90 5,61 5,24 2,99 (1,98) (1,75) (2,27) (0,83) 100,00

Sumber: BPS

1.2.1 Konsumsi
Secara keseluruhan, konsumsi rumah tangga Provinsi NTT pada tahun 2020
tumbuh melambat menjadi -1,64% (ctc), dibandingkan dengan tahun sebelumnya
sebesar 5,40% (ctc). Menurunnya laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada
tahun 2020 disebabkan oleh pembatasan aktivitas ekonomi masyarakat seiring
meningkatnya kasus positif COVID-19 di Provinsi NTT. Hal ini berdampak pada
menurunnya pendapatan masyarakat dan bertambahnya jumlah pengangguran yang
ditunjukkan oleh meningkatnya tingkat pengangguran terbuka pada bulan Agustus 2020
menjadi 4,28%, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Agustus 2019 sebesar 3,14%.
Di sisi lain, masyarakat juga cenderung menahan konsumsi yang dipengaruhi oleh
keterbatasan lapangan pekerjaan, tercermin dari turunnya indeks ketersediaan lapangan
pekerjaan pada tahun 2020 berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia.

Kinerja konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2020 menunjukkan


kontraksi yang lebih dalam menjadi 3,88% (yoy) dibandingkan dengan kontraksi
triwulan III 2020 sebesar 2,38% (yoy). Faktor yang mempengaruhi perlambatan kinerja
konsumsi adalah kasus konfirmasi positif COVID-19 di Provinsi NTT yang menunjukkan
kenaikan mencapai 422,8% pada triwulan IV 2020. Pada akhir bulan September 2020,
konfirmasi positif COVID-19 di Provinsi NTT mencapai 428 orang dan meningkat hingga
2.238 orang pada akhir bulan Desember 2020. Pemerintah Provinsi NTT mengeluarkan
kebijakan penerapan disiplin dan penegakan protokol kesehatan sebagai upaya
pencegahan dan pengendalian COVID-19 di Provinsi NTT5. Permintaan yang melemah

5
Peraturan Gubernur NTT No. 49 Tahun 2020 tanggal 8 September 2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum
Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 tanggal 8 September 2020

Bab I |Ekonomi Makro Regional 5


pada triwulan IV 2020 sejalan dengan rendahnya mobilitas masyarakat di retail and
recreation serta grocery and pharmacy terutama saat memasuki periode Natal dan Tahun
Baru 2020/2021. Dari sisi perbankan, pertumbuhan penyaluran kredit rumah tangga
tercatat sebesar 4,52% (yoy) pada triwulan IV 2020, melambat dibanding triwulan
sebelumnya sebesar 7,51% (yoy).

200
25 Triliun Rp YOY 20%

150 20 16%

15 12%
100
10 8%
50 5 4%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
0 0%
2017 2018 2019 2020 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 2017 2018 2019 2020
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Nilai Kredit Konsumsi Growth Kredit Konsumsi - rhs

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia
Grafik 1.3. Perkembangan Indeks Keyakinan Grafik 1.4. Perkembangan Penyaluran Kredit
Konsumen di Provinsi NTT Konsumsi Provinsi NTT

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2021 diprakirakan


meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Konsumsi rumah tangga diprakirakan
membaik seiring dengan meningkatnya optimisme konsumsi masyarakat terhadap
kondisi ekonomi yang tercermin dari peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen pada
bulan Februari 2021 sebesar 95,00 meningkat dibandingkan dengan triwulan IV 2020
sebesar 85,43. Sejalan dengan kebijakan pengendalian COVID-19 dalam memulihkan
permintaan domestik, Pemerintah Provinsi NTT telah melakukan kegiatan vaksinasi sejak
15 Januari 2021. Kegiatan vaksinasi diharapkan dapat meningkatkan ekspektasi dan
memulihkan aktivitas masyarakat. Di samping itu, penyaluran bantuan langsung tunai
(BLT), dana desa, PKH, dan bantuan pangan yang sudah dilakukan sejak bulan Januari
2021 diharapkan mampu menambah pendapatan dan menjaga daya beli masyarakat
pada triwulan I 2021. Pemerintah pusat juga mempercepat realisasi penyelenggaraan
dana desa dengan menyederhanakan syarat pencairan BLT dana desa untuk
mempercepat realisasi6. Di sisi lain, kebijakan PPKM di Kota Kupang diprakirakan menjadi
faktor penahan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan I 2021.

6
PMK Nomor 50/PMK.07/2020 pada tanggal 19 Mei 2020

Bab I |Ekonomi Makro Regional 6


Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada tahun 2020 lebih rendah dibanding
tahun sebelumnya. Pertumbuhan kinerja konsumsi pemerintah Provinsi NTT pada tahun
2020 terkontraksi secara signifikan mencapai -8,04% (ctc) dari tahun 2019 yang
mencapai 2,29% (ctc). Secara triwulanan, kontraksi kinerja konsumsi pemerintah di
Provinsi NTT pada triwulan IV 2020 sebesar 7,99% (yoy), membaik dibandingkan
kontraksi pada triwulan III 2020 sebesar 15,12% (yoy). Perbaikan konsumsi pemerintah
pada triwulan IV 2020 dipengaruhi realisasi belanja APBN Provinsi NTT tumbuh sebesar
6,17% (yoy) dan realisasi APBD Provinsi NTT tumbuh sebesar 5,99% (yoy). Pertumbuhan
realisasi belanja pemerintah juga tercermin dari menurunnya pertumbuhan giro
pemerintah menjadi 8,43% (yoy) pada triwulan IV 2020 dari triwulan sebelumnya sebesar
15,72% (yoy).

80
60
40
20
0
-20
-40
-60
-80

Retail & Recreation Grocery & Pharmacy

Sumber: Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 NTT Sumber: Google Mobility Report

Grafik 1.5. Perkembangan Kasus COVID-19 Grafik 1.6. Perkembangan Mobilitas Masyarakat
di Provinsi NTT Provinsi NTT di Sektor Perdagangan

Pada triwulan I 2021, perbaikan kinerja konsumsi pemerintah diprakirakan


akan berlanjut. Hal ini tercermin dari pagu belanja operasional APBN di Provinsi NTT
tahun 2021 mencapai Rp7,49 triliun atau naik 7,60% (yoy) dari anggaran APBN tahun
2020 dan diprakirakan pada triwulan I 2021 akan terealisasi sebesar Rp1,59 triliun atau
21% dari total pagu7. Sejalan dengan hal tersebut, pagu belanja operasional APBD
(Provinsi dan Kab/Kota) di Provinsi NTT pada tahun 2021 mencapai Rp19,92 triliun,
meningkat 3,44% (yoy) dibandingkan realisasi tahun 2020.

Pemulihan kinerja konsumsi di Provinsi NTT bergantung pada pengendalian


COVID-19. Jumlah kasus konfirmasi positif COVID-19 di Provinsi NTT terus meningkat

7
Keterangan DJPB Provinsi NTT tanggal 22 Januari 2021

Bab I |Ekonomi Makro Regional 7


sampai pada bulan Februari 2021. Kebijakan telah dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi
NTT dalam penerapan disiplin protokol kesehatan dan sanksi bagi masyarakat yang
melanggar8. Pemerintah Kota Kupang juga telah melaksanakan PPKM9 sebagai upaya
meminimalkan penularan transmisi lokal COVID-19 di Kota Kupang yang termasuk dalam
zona merah (risiko tinggi) pada Februari 2021 berdasarkan peta profil risiko10.

1.2.2 Investasi
Kinerja komponen investasi Provinsi NTT pada tahun 2020 terkontraksi
sebesar 8,29% (ctc), melambat dibandingkan dengan tahun 2019 yang tumbuh
sebesar 5,58% (ctc). Baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman
modal asing (PMA) pada tahun 2020 mengalami perlambatan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Kontraksi PMDN pada 2020 mencapai 19,30% (ctc), lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2019 yang terkontraksi 11,6% (ctc). PMDN pada tahun
2020 ditopang oleh sektor hotel dan restoran dengan pangsa 24%, dan industri
pengolahan makanan sebesar 18%. Pertumbuhan PMA pada tahun 2020 juga
terkontraksi sebesar 35,9% (ctc), lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya
yang tumbuh sebesar 26,3% (ctc). PMA pada tahun 2020 didominasi oleh sektor listrik,
gas, dan air dengan kontribusi sebesar 31%, dan juga sektor penyediaan akomodasi dan
makan minum sebesar 16%. Negara dengan kontribusi realisasi PMA terbesar pada
tahun 2020 adalah Singapura (66,9%) dan Qatar (9,4%).
160 juta USD Miliar Rp
4.500
140
4.000
120
3.500
100 3.000
80 2.500

60 2.000
1.500
40
1.000
20
500
0
0
2017 2018 2019 2020 2017 2018 2019 2020
Pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan
Pertanian tanaman, peternakan, perburuan Penyediaan akmamin
Penyediaan akmamin Perikanan
Industri Makanan Real estate
Real estat Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi
Pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin Perdagangan dan Reparasi
Pertambangan Lainnya
Pertambangan dan penggalian lainnya Lainnya

Sumber: BKPM, diolah Sumber: BKPM, diolah


Grafik 1.7. Perkembangan PMA Secara Sektoral Grafik 1.8. Perkembangan PMDN Secara
Sektoral

Bab I |Ekonomi Makro Regional 8


4 Triliun Rp YOY 50% 6.000 Miliar Rp YOY 120%
40% 100%
5.000
3 30% 80%
20% 4.000
60%
2 10% 3.000 40%
0% 20%
2.000
1 -10% 0%
-20% 1.000
-20%
0 -30% - -40%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2017 2018 2019 2020 2018 2019 2020

Nilai Kredit Investasi ( Growth Kredit Investasi - rhs


Belanja Modal Growth - rhs

Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia Sumber: Kanwil DJPb dan Badan Keuangan Daerah NTT
Grafik 1.9. Perkembangan Penyaluran Kredit Grafik 1.10. Perkembangan Realisasi Belanja
Investasi Provinsi NTT Modal Pemerintah di Provinsi NTT

Kinerja investasi di triwulan IV 2020 terkontraksi sebesar 16,07% (yoy), lebih


dalam dari kontraksi di triwulan III 2020 sebesar 8,07% (yoy). Secara triwulanan,
realisasi belanja modal pemerintah daerah mengalami perlambatan pada triwulan IV
2020. Kinerja realisasi belanja modal triwulan IV 2020 terkontraksi sebesar 28,44% (yoy),
lebih dalam dibanding kontraksi kinerja triwulan III 2020 sebesar 3,16% (yoy). Sementara
itu, persentase realisasi belanja modal pada triwulan IV 2020 tercatat 85,9% dari pagu
belanja modal tahun 2020, lebih tinggi dibandingkan persentase triwulan IV 2019
sebesar 85,1%. Di lain sisi, kinerja PMA dan PMDN pada triwulan IV 2020 mencapai
19,28% (yoy) dan -59,63% (yoy) lebih tinggi dibanding dengan triwulan sebelumnya,
disebabkan oleh pembangunan proyek Pemerintah Provinsi NTT yang tertunda karena
COVID-19 mulai dilanjutkan kembali.

2.500,00
Miliar Rp. %YOY 1.600,00
80,00 Juta USD %YOY 1.000,00
70,00 800,00
2.000,00 1.200,00 60,00
50,00 600,00
1.500,00 800,00
40,00 400,00
1.000,00 400,00 30,00 200,00
20,00
500,00 - 10,00 -
- -200,00
- -400,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2018 2019 2020 2018 2019 2020

DDI Growth - rhs FDI Growth - rhs

Sumber: BKPM Sumber: BKPM

Grafik 1.11. Perkembangan PMDN Provinsi NTT Grafik 1.12. Perkembangan PMA Provinsi NTT

Bab I |Ekonomi Makro Regional 9


Pertumbuhan investasi pada triwulan I 2021 diprakirakan meningkat
dibandingkan dengan triwulan IV 2020. Meningkatnya pertumbuhan investasi Provinsi
NTT didorong oleh bertambahnya Proyek Strategi Nasional (PSN)11 di Provinsi NTT yakni
Terminal Multipurpose Wae Kelambu (Labuan Bajo) dan Bendungan Manikin (Kabupaten
Kupang) yang berpotensi mendorong investasi di tahun 2021. Sejalan dengan hal
tersebut, omzet penjualan bahan konstruksi pada triwulan I 2021 (Februari 2021)
terkontraksi 47,75% (yoy), lebih kecil dibandingkan triwulan IV 2020 sebesar 61,93%
(yoy). Pada tahun 2021, Pemerintah Provinsi NTT mengajukan pinjaman sebesar Rp. 1,01
triliun kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dalam rangka PEN untuk proyek
rehabilitasi jalan, pembangunan embung dan penampungan air lainnya, serta
pembangunan infrastruktur kawasan pemukiman di Prov. NTT12 yang diprakirakan dapat
mendorong pertumbuhan investasi di triwulan I 2021.

Juta Rp YOY
1.200 20%
1.000 0%
800
-20%
600
-40%
400
200 -60%
0 -80%
I II III IV I II III IV I*
2019 2020 2021

Omzet Bahan Konstruksi Growth - rhs

Sumber: Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia


Grafik 1.13. Perkembangan Omzet Penjualan Bahan
Konstruksi Provinsi NTT
1.2.3 Ekspor dan Impor
Secara umum, kinerja sektor eksternal Provinsi NTT pada tahun 2020
mengalami perbaikan. Pertumbuhan defisit neraca perdagangan melambat dari 4,41%
(ctc) pada tahun 2019 menjadi -11,78% (ctc) pada tahun 2020. Perlambatan defisit
neraca perdagangan terutama bersumber dari kinerja net impor antardaerah yang
terkontraksi sebesar 11,56% (ctc), lebih dalam dibandingkan dengan tahun 2019 yang
tumbuh sebesar 4,83% (ctc).

11
Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Proyek Strategis Nasional tanggal 17 November 2020
12
Surat Kepala Dinas PUPR Prov. NTT No. PUPR.SKT.05.01/900/360/IX/2020 perihal Tambahan Usulan Pemanfaatan Dana Pinjaman
PT. SMI (PEN) Tahun 2021.

Bab I |Ekonomi Makro Regional 10


Pertumbuhan ekspor luar negeri Provinsi NTT triwulan IV 2020, mengalami
kenaikan menjadi -32,73% (yoy), dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
sebesar -35,03% (yoy). Komoditas buah-buahan sebagai komoditas utama Ekspor NTT
mengalami perbaikan yang signifikan pada triwulan IV 2020 dengan tingkat kontraksi
menjadi 25,37% (yoy), lebih baik dibandingkan dengan triwulan III 2020 yang
terkontraksi sebesar 63,92% (yoy) dengan pangsa sebesar 70% terhadap keseluruhan
komoditas ekspor NTT. Di sisi lain, komoditas biji-bijian berminyak juga mengalami
peningkatan pertumbuhan sebesar 141,83%(yoy) dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Negara tujuan ekspor utama NTT pada periode triwulan IV 2020 adalah
Vietnam dan Timor Leste dengan pangsa nilai ekspor mencapai 60,2% dan 21,3%.
Kegiatan ekspor ke Vietnam mencatat pertumbuhan yang sangat signifikan mencapai
26,41% (yoy) dibandingkan dengan triwulan III tahun 2020 disebabkan oleh permintaan
buah-buahan yang meningkat dari Vietnam, dengan pertumbuhan ekspor komoditas
buah-buahan mencapai 26,36% (yoy) pada triwulan IV 2020. Ekspor ke negara Korea
selatan juga mengalami peningkatan sebesar 69,2% (yoy) dibanding triwulan
sebelumnya, dengan kontribusi terhadap nilai ekspor triwulan IV Provinsi NTT sebesar
3,5%. Di sisi lain, ekspor jasa juga masih terbatas seiring dihentikan sementara beberapa
rute kedatangan langsung luar negeri, termasuk Dili-Kupang. Kebijakan pembatasan
akses masuk dan keluar orang melalui PLBN Provinsi NTT juga masih tetap berlanjut13.

Ekspor antardaerah Provinsi NTT terutama adalah ternak (sapi, kerbau, dan
kuda). Pada tahun 2020, kinerja ekspor ternak Provinsi NTT terkontraksi -11,56% (yoy),
melambat dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh 4,83%. Menurunnya kinerja ekspor
ternak pada tahun 2020 dipengaruhi oleh berkurangnya permintaan sapi terutama Idul
Adha seiring himbauan Pemerintah untuk melaksanakan penyembelihan kurban di
Rumah Pemotongan Hewan dalam rangka mengurangi risiko penyebaran pandemi
COVID-1914. Realisasi ekspor ternak Provinsi NTT pada tahun 2020 mencapai 95,1% dari
total kuota ekspor ternak tahun 2020. Provinsi Kalimantan Timur dan Jawa Barat menjadi

13
Instruksi Gubernur NTT Nomor BU.443/02/BPP/2020 tentang Pembatasan Akses Bagi WNI dan WNA Pelintas Batas di PLBN Terpadu
dan Pos Lintas Batas di Wilayah Provinsi NTT tanggal 16 Maret 2020.
14
Surat Edaran Kementerian Agama Nomor 18 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Shalat Idul Adha dan Penyembelihan Hewan
Kurban Tahun 1441H/20202M Menuju Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19 tanggal 30 Juni 2020.

Bab I |Ekonomi Makro Regional 11


tujuan utama ekspor ternak Provinsi NTT dengan pangsa masing-masing 33,09% dan
27,02%.

Kinerja impor luar negeri Provinsi NTT pada tahun 2020 juga terkontraksi
sebesar 39,87% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan tahun 2019 yang tumbuh
4,83% (yoy). Laju pertumbuhan impor luar negeri Provinsi NTT mengalami perlambatan
dipengaruhi oleh menurunnya impor barang modal, dan juga terjadinya perlambatan
kinerja investasi dan konstruksi Provinsi NTT pada tahun 2020. Berdasarkan asal negara,
terjadi perubahan struktur impor di mana negara Tiongkok menjadi negara asal impor
luar negeri terbesar di Provinsi NTT pada tahun 2020 dengan pertumbuhan sebesar
93,7% dibandingkan dengan tahun 2019, dan pangsa pasar impor yang mencapai 81%.
Sementara itu, komoditas utama impor Provinsi NTT pada tahun 2020 adalah komoditas
mesin dan peralatan listrik diikuti oleh benda-benda dari Besi dan Baja dengan
pertumbuhan masing-masing sebesar 93% dan 84% dibandingkan tahun sebelumnya,
dan pangsa impor mencapai 65,1% dan 13,6% dari keseluruhan nilai impor pada tahun
2020.

Pada triwulan I 2021, kinerja perdagangan Provinsi NTT baik luar negeri
maupun antardaerah diprakirakan meningkat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Perbaikan ekonomi global khususnya negara tujuan ekspor utama yaitu
Vietnam dan Timor Leste mendorong kenaikan volume perdagangan dan berdampak
pada perdagangan luar negeri nasional dan Provinsi NTT. Asian Development Bank15
memproyeksikan ekonomi Timor Leste tumbuh 3,3% (yoy) di tahun 2021, membaik
dibandingkan 2020 yang terkontraksi -6,3% (yoy). Laju ekonomi Vietnam pada tahun
2021 juga diproyeksikan tumbuh 6,3% (yoy), membaik dibandingkan 2020 sebesar
1,8% (yoy). Perbaikan ekonomi di Timor Leste dan Vietnam serta terkendalinya kasus
COVID-19 di negara mitra dagang utama NTT diharapkan mampu mendorong kinerja
ekspor luar Negeri dari Provinsi NTT. Di samping itu, perdagangan antardaerah juga
membaik, didukung oleh pemulihan aktivitas ekonomi pasca adaptasi kebiasaan baru.
Berlanjutnya panen mete yang merupakan komoditas utama ekspor luar negeri Provinsi
NTT diprakirakan meningkatkan kinerja ekspor luar negeri Provinsi NTT. Dinas Pertanian

15
Informasi Asian Development Bank pada bulan September 2020

Bab I |Ekonomi Makro Regional 12


dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT memprakirakan kenaikan produksi mete sebesar
20% (yoy) pada tahun 2021 atau mencapai 59 ribu ton.16

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha


Struktur ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2020 didominasi oleh empat LU
utama, yakni Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor; serta Jasa Pendidikan. Terdapat perubahan struktur
ekonomi pada tahun 2020 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, di mana LU Jasa
Pendidikan menggantikan LU Konstruksi yang turun menjadi peringkat kelima
penyumbang PDRB Provinsi NTT. Perubahan struktur ekonomi pada Tahun 2020
merupakan dampak dari pandemi COVID-19 yang menahan kinerja LU Konstruksi.
Selama tahun 2020, hanya terdapat 8 LU di Provinsi NTT yang memiliki pertumbuhan
positif secara year on year dibandingkan dengan tahun 2019, yaitu: LU Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan; Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan
Limbah dan Daur Ulang; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi;
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; serta
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.

Pada triwulan IV 2020, kinerja ekonomi Provinsi NTT didorong oleh LU


Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib; Jasa Keuangan dan Asuransi; serta Jasa Pendidikan.
Peningkatan kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dibandingkan dengan
triwulan III 2020 terjadi didorong oleh musim penghujan pada tahun 2020 tidak
mengalami keterlambatan seperti tahun 2019 yang meningkatkan kinerja pertanian.
Selain itu, peningkatan kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tercermin dari
meningkatnya realisasi luas tanam periode Oktober – Desember 2020 untuk komoditas
Padi dan Jagung mencapai 51% (yoy) dan 74,8% (yoy) pada Triwulan IV 2020 serta
meningkatnya luas tambah tanam Program TJPS Okmar 2020/2021 yang sudah
direalisasikan sebesar 93% per Januari 2021 menjadi factor pendorong pertumbuhan LU
pertanian di masa pandemi COVID-19. Di sisi lain, kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan

16
Informasi Dinas Pertanian pada tanggal 19 Januari 2021

Bab I |Ekonomi Makro Regional 13


Perikanan juga meningkat, didorong oleh masa panen komoditas perkebunan terutama
mete yang merupakan komoditas ekspor utama Provinsi NTT, tercermin dari ekspor yang
meningkat. Pertumbuhan kinerja LU Administrasi pemerintah pada triwulan IV 2020
didorong oleh realisasi belanja pegawai dan belanja modal pemerintah yang meningkat
pada triwulan IV 2020. Pertumbuhan LU Jasa Keuangan di Provinsi NTT didukung oleh
adanya injeksi likuiditas baik dari Bank Indonesia maupun penempatan dana pemerintah
di Bank Umum serta penyaluran bantuan tunai melalui perbankan yang dapat
mendorong kinerja perbankan.

Tabel 1.2. Pertumbuhan dan Pangsa PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Lapangan Usaha
2018 2019 2020 Pangsa
Kategori Uraian 2018 2019 2020 (Tahun
I II III IV I II III IV I II III IV 2020)
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,27 4,01 1,51 4,01 2,94 (1,11) 6,59 1,15 7,96 3,69 3,08 (0,48) 0,55 0,95 0,96 28,51
B Pertambangan dan Penggalian 4,12 0,33 0,82 2,56 1,94 6,22 5,59 2,72 (0,70) 3,32 (11,18) (12,59) (13,70) (15,70) (13,33) 1,08
C Industri Pengolahan 10,00 6,04 0,90 4,28 5,16 9,22 9,53 10,54 7,40 9,14 (3,28) (4,10) (7,17) (7,43) (5,54) 1,28
D Pengadaan Listrik dan Gas 9,54 9,29 8,06 11,22 9,57 3,68 2,48 (5,11) 2,35 0,82 14,50 11,76 17,18 6,78 12,29 0,08
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
E 8,71 5,52 2,75 5,17 5,47 5,29 6,43 6,79 3,32 5,44 (2,00) 6,58 7,85 11,46 6,04 0,06
dan Daur Ulang
F Konstruksi 6,64 5,31 6,63 6,92 6,39 5,78 2,94 0,75 8,18 4,43 (0,01) (10,50) (11,34) (15,84) (9,82) 9,82
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
G 6,82 7,19 7,16 8,08 7,33 8,77 8,33 8,79 4,89 7,64 4,64 (7,97) (10,70) (8,93) (5,96) 11,16
dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 8,93 8,08 7,10 7,72 7,93 5,37 6,95 1,67 (0,10) 3,34 5,56 (23,36) (16,28) (13,43) (12,16) 4,62
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 19,68 17,73 9,60 4,13 12,16 9,19 8,21 5,67 1,37 5,99 (10,25) (43,14) (33,61) (19,40) (26,92) 0,56
J Informasi dan Komunikasi 4,64 3,53 7,52 3,84 4,89 8,39 7,89 2,91 3,58 5,59 6,13 15,36 13,55 12,68 11,96 7,44
K Jasa Keuangan dan Asuransi 6,03 2,77 3,55 1,80 3,50 5,93 (1,83) 5,44 3,29 3,22 1,88 12,32 7,16 13,15 8,57 4,36
L Real Estate 5,76 7,06 6,27 0,54 4,85 4,15 0,35 (3,45) (0,74) (0,00) 0,26 (5,58) (0,83) 0,03 (1,54) 2,28
M,N Jasa Perusahaan 1,63 2,17 2,36 0,57 1,67 4,94 3,94 5,24 1,42 3,86 0,87 (52,51) (53,35) (49,90) (39,27) 0,18
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
O 6,99 7,46 8,52 7,21 7,56 9,05 8,59 7,45 7,74 8,17 5,26 6,45 5,59 1,66 4,67 14,26
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 0,56 0,46 4,85 3,57 2,41 8,33 6,02 7,49 2,96 6,12 (0,13) (0,46) 3,85 3,93 1,89 10,08
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,39 6,73 7,28 6,17 7,11 9,06 6,93 2,59 4,42 5,67 7,67 5,45 5,08 (0,38) 4,38 2,40
R,S,T,U Jasa lainnya 9,31 6,57 5,08 5,18 6,47 6,93 7,42 5,84 6,08 6,55 4,63 (21,19) (21,63) (22,13) (15,30) 1,83
PDRB 5,00 5,01 5,15 5,26 5,11 5,22 6,30 3,90 5,61 5,24 2,99 (1,98) (1,75) (2,27) (0,83) 100,00

Sumber: BPS

1.3.1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan


Pada tahun 2020, pertumbuhan kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan mengalami perlambatan menjadi 0,96% (ctc) dari tahun 2019 yang
tumbuh sebesar 3,69% (ctc). Tingkat curah hujan pada tahun 2020 yang lebih rendah
sehingga panen triwulan II 2020 tidak sebanyak tahun sebelumnya, dan adanya pandemi
COVID-19 menurunkan produksi peternakan perikanan disebabkan oleh turunnya
permintaan. Merebaknya african swine flu yang menyerang ternak babi, berdampak pada
penurunan produksi babi di tahun 2020.
Pada triwulan IV 2020, laju pertumbuhan LU Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan Provinsi NTT mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Peningkatan kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tercermin dari perbaikan
rata-rata nilai tukar petani (NTP) pada triwulan IV 2020 menjadi 96,27 dari triwulan III
2020 sebesar 95,85. Perbaikan NTP pada triwulan IV 2020 didorong oleh subsektor
tanaman perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan. Pertumbuhan LU Pertanian,

Bab I |Ekonomi Makro Regional 14


Kehutanan, dan Perikanan sebesar 0,95% (yoy) pada triwulan IV 2020 menunjukkan
akselerasi dibandingkan dengan triwulan III 2020 sebesar 0,55% (yoy) didorong oleh
musim penghujan pada tahun 2020 yang tidak mengalami keterlambatan seperti tahun
2019 sehingga dapat meningkatkan kinerja pertanian. Akselerasi kinerja juga tercermin
dari realisasi luas tanam periode Oktober – Desember 2020 untuk komoditas Padi
tumbuh sebesar 51% menjadi 93 ribu Ha dan realisasi luas tanam komoditas Jagung
yang tumbuh sebesar 74,8% mencapai 197,7 ribu Ha. Sejalan dengan hal tersebut,
meningkatnya luas tambah tanam Program TJPS Okmar 2020/2021 yang sudah
direalisasikan sebesar 93% per Januari 2021 serta kredit pertanian dan perikanan yang
tumbuh sebesar 34,7% pada Triwulan IV 2020 menjadi factor pendorong positif
terhadap kinerja pertanian.

Perbaikan kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Provinsi NTT terus


berlanjut pada triwulan I 2021. Akselerasi kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan dipengaruhi oleh musim hujan yang telah dimulai akhir Oktober sampai
dengan Januari17 (masa tanam), tidak mengalami keterlambatan seperti tahun
sebelumnya sehingga mendukung produktivitas pertanian pada tahun 2021. Program
Pemerintah Provinsi NTT yakni Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) juga berperan
mendukung ketahanan pangan dan ketahanan pertanian melalui rantai nilai tambah
dalam menggerakkan ekonomi pedesaan (sektor riil). Target TJPS Oktober 2020 – Maret
2021 adalah sebesar 8.268 ha dengan realisasi per 15 Januari mencapai 93,1%.
Pembangunan Lumbung Pangan di Kab. Sumba Tengah NTT, dengan luas 3.000 ha
untuk tanaman padi dan 2.000 ha untuk tanaman jagung dapat meningkatkan
ketahanan pangan dan meningkatkan kinerja pertanian. Sejalan dengan hal tersebut,
penyaluran kredit pertanian pada TW. I (Januari 2021) tumbuh sebesar 35%, lebih besar
dari Tw. IV 2020 sebesar 34,7%.

17
Informasi BMKG pada tanggal 8 September 2020

Bab I |Ekonomi Makro Regional 15


1.600 Rp Miliar % YOY 80 25
1.400 70 15
1.200 60 5
1.000 50
-5
800 40
-15
600 30
400 20 -25
I II III IV I II III IV I
200 10
0 - 2019 2020 2021
I II III IV I II III IV I II III IV I
2019 I 2019 II 2019 III
2018 2019 2020 2021
2019 IV 2020 I 2020 II
Nilai Kredit Pertanian & Perikanan
2020 III 2020 IV 2021 I
g Kredit Pertanian & Perikanan - rhs

Sumber: LBU Bank Indonesia Sumber: Survey Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia
Grafik 1.14. Perkembangan Nilai Kredit Grafik 1.15. Perkembangan SBT Pertanian
Pertanian & Perikanan Provinsi NTT

1.3.2 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Kinerja LU Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
pada tahun 2020 melambat dari 7,64% (ctc) pada tahun 2019 menjadi -5,96% (ctc).
Kebijakan physical distancing dalam menanggulangi kasus COVID-19, menjadi
kontributor utama melemahnya perdagangan sepanjang tahun 2020. Survei penjualan
eceran Bank Indonesia menunjukkan kenaikan omzet penjualan kendaraan pada tahun
2020 terkontraksi sebesar 17,9% (ctc), dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
tumbuh sebesar 24,9% (yoy). Adanya refocusing dan reallocating APBN dan APBD
berdampak pada pengurangan anggaran belanja barang dan jasa sehingga
memengaruhi kinerja sektor ritel. Kebijakan pembatasan akses di PLBN mulai dari Maret
2020 juga membatasi akses perdagangan dengan Timor Leste sehingga menjadi faktor
penahan pertumbuhan LU Perdagangan18.

Pada triwulan IV 2020, kontraksi kinerja LU Perdagangan Besar dan Eceran,


Reparasi Mobil dan Sepeda Motor membaik dibandingkan dengan triwulan III 2020.
Kontraksi LU Perdagangan menurun dari 10,70% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi
8,93% (yoy) pada triwulan IV 2020. Perbaikan kinerja LU Perdagangan tercermin dari
data Google mobility index yang menunjukkan adanya kenaikan mobilitas masyarakat di
sektor ritel secara bertahap pasca penerapan adaptasi kebiasaan baru di Provinsi NTT.
Namun, kenaikan mobilitas terutama retail and recreation serta grocery and parks

18
Instruksi Gubernur NTT No. BU.443/02/BPP/2020 tanggal 19 Mar 2020

Bab I |Ekonomi Makro Regional 16


menjelang momen Natal dan Tahun baru sempat tertahan akibat adanya kebijakan
penutupan sementara terhadap pusat perbelanjaan, mall, dan toko modern mulai
tanggal 24-26 Desember 2020 diikuti dengan pembatasan tanggal 31 Desember 2020-
2 Januari 2021 sebagai tindakan pencegahan dan pengendalian kasus COVID-19
khususnya di Kota Kupang19. LU Perdagangan juga secara bertahap mengalami
pemulihan didorong oleh pembatasan akses perdagangan baik luar negeri, pembukaan
destinasi wisata pasca adaptasi kebiasaan baru secara bertahap, dan Pilkada serentak
yang dilaksanakan di sembilan kabupaten Provinsi NTT.

100 Rp Miliar % YOY 60% 25


80 40% 15
20% 5
60
0% -5
40
-20% -15
20 -40% -25
0 -60% I II III IV I II III IV I
I II III IV I II III IV I
2019 2020 2021
2019 2020 2019 I 2019 II 2019 III
2019 IV 2020 I 2020 II
Omzet Kendaraan Bermotor Growth - rhs
2020 III 2020 IV 2021 I

Sumber: Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia

Grafik 1.17. Perkembangan SBT Perdagangan


Grafik 1.16. Perkembangan Omzet Penjualan
Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Kendaraan Bermotor Provinsi NTT
Motor

Pertumbuhan LU Perdagangan Besar dan Eceran pada triwulan I 2021


diprakirakan membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju
pertumbuhan LU Perdagangan besar dan Eceran diprakirakan meningkat tercermin dari
pertumbuhan omzet penjualan kendaraan bermotor yang membaik dari -36,26% (yoy)
pada triwulan IV 2020 menjadi -33,75% (yoy) pada triwulan 2021 (Februari 2021)
berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia. Di samping itu, Indeks
Keyakinan Konsumen pada triwulan I 2021 (Januari 2021) sebesar 95, meningkat
dibandingkan dengan triwulan IV 2020 sebesar 85,43 yang mengindikasikan
meningkatnya keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian. Di samping itu,
kebijakan relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) pembelian mobil baru
secara bertahap yang ditargetkan akan diberlakukan mulai 1 Maret 2021, diharapkan

19
Surat Edaran Wakil Wali Kota Kupang Nomor 059/HK.188.55.44.2/XII/2020 pada tanggal 23 Desember 2020

Bab I |Ekonomi Makro Regional 17


dapat meningkatkan konsumsi dan perbaikan ekonomi khususnya pada permintaan
kendaraan bermotor.

1.3.3 Konstruksi
Kinerja LU Konstruksi pada tahun 2020 terkontraksi sebesar 9,82% (ctc),
melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,43%
(ctc). Perlambatan kinerja LU Konstruksi sejalan dengan menurunnya pertumbuhan
realisasi belanja modal Pemerintah di Provinsi NTT seiring refocusing dan reallocating
anggaran belanja modal untuk penanggulangan pandemi COVID-19. Perlambatan
kinerja LU Konstruksi juga tercermin dari penurunan realisasi investasi swasta baik PMDN
dan PMA.

Pembangunan proyek strategis Pemerintah di Provinsi NTT tetap berjalan di


tengah pandemi COVID-19. Penambahan 7 Proyek Strategis Nasional di Provinsi NTT
yang sedang dikembangkan di Prov. NTT dan berfokus pada sektor Pelabuhan, sektor
bandar udara, dan sektor bendungan dan Irigasi. Progres pembangunan Bendungan
Manikin (Kab. Kupang) dan Bendungan Temef (Kabupaten Timor Tengah Selatan) masih
berjalan on track20 dengan target penyelesaian pada tahun 2022. Progress pembangunan
Bendungan Napun Gete juga telah selesai dan telah diresmikan oleh Presiden Pada
tanggal 23 Februari 2021. Pembangunan bendungan di Provinsi NTT diperkirakan dapat
mendukung kinerja LU utama di Provinsi NTT yakni LU Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan. Di sisi lain, pengembangan Destinasi Pariwisata Super Prioritas di Labuan Bajo
terus berlanjut. Pembangunan Bandar Udara Komodo di Manggarai Barat melalui skema
Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) juga tengah berlangsung, meskipun sedikit
tertunda sebagai dampak pandemi COVID-19 dan akan dilanjutkan oleh konsorsium PT.
CAS pada Agustus 202121. Di samping itu, pembangunan Pelabuhan Multipurpose
Labuan Bajo oleh Pelindo III juga tetap berjalan, dengan progress pembangunan terminal
multipurpose sudah mencapai 87% pada Januari 202122.

20
Informasi Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II Kementerian PUPR pada tanggal 25 Januari 2021.
21
Informasi Badan Otoritas Pariwisata Labuan Bajo Flores pada tanggal 4 Februari 2021
22
Informasi dari Pelindo II pada tanggal 12 Januari 2021

Bab I |Ekonomi Makro Regional 18


Laju pertumbuhan LU konstruksi pada triwulan IV 2020 terkontraksi 15,84%
(yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan III 2020 yang terkontraksi 11,34%
(yoy). Hal tersebut tercermin dari realisasi belanja modal pemerintah Provinsi NTT yang
mengalami kontraksi sebesar 28,44% (yoy) pada triwulan IV 2020 dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang –terkontraksi sebesar 3,16% (yoy). Meningkatnya kasus
positif COVID-19 selama triwulan IV 2020 juga diperkirakan menurunkan kepercayaan
investasi sehingga berdampak pada kinerja LU Konstruksi.

Kinerja LU Konstruksi pada triwulan I 2021 diprakirakan sedikit meningkat


dibanding triwulan IV 2020. Perbaikan kinerja LU Konstruksi didorong oleh
keberlanjutan Proyek Strategis Nasional pada triwulan I 2021 dan juga berlanjutnya
proyek pengembangan DPSP Labuan bajo baik infrastruktur (jalan, bandara Komodo,
pelabuhan multipurpose, pengolahan air) serta penataan kawasan akan mendorong
sektor konstruksi secara keseluruhan. Pemerintah Provinsi NTT juga mengajukan
pinjaman infrastruktur kepada PT SMI dalam rangka PEN sebesar Rp1,01 triliun untuk
pembenahan jalan provinsi 516,47 km, pembangunan embung 22 unit dan
pengembangan SPAM sebanyak 20 paket23. Pertumbuhan LU Konstruksi diprakirakan
meningkat juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan
bahwa saldo bersih tertimbang (SBT) konstruksi meningkat dari -1,84 pada Tw. IV 2020
menjadi 2,76 pada Tw. I 2021, dan juga kredit konstruksi yang meningkat pada bulan
Januari 2021 sebesar 6,35%, meningkat dari triwulan IV 2020 yang terkontraksi -
16,39%.

1.200 Miliar Rp YOY 50% 8,00%


40%
30% 6,00%
800 20% 4,00%
10%
400 0% 2,00%
-10%
-20% 0,00%
0 -30%
-2,00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
-4,00%
2017 2018 2019 2020 2021
-6,00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nilai Kredit Konstruksi
Growth Kredit Konstruksi - rhs
SBT

Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia

23
Surat Dinas PUPR Provinsi NTT No.PUPR.SKT.05.01/900/360/IX/2020 tanggal 1 September 2020

Bab I |Ekonomi Makro Regional 19


Grafik 1.18. Perkembangan Penyaluran Grafik 1.19. Perkembangan SBT Konstruksi
Kredit Konstruksi di Provinsi NTT

1.3.4 Lapangan Usaha Lainnya


Kinerja LU Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum di Provinsi NTT Pada
tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 26,92% (ctc) melambat dibandingkan
dengan tahun 2019 yang tumbuh sebesar 5,99% (ctc). Melambatnya kinerja LU
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum disebabkan oleh kebijakan pembatasan
kunjungan wisatawan ke Provinsi Bali sebagai upaya mencegah penyebaran pandemi
COVID-19. Hal tersebut mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Provinsi NTT khususnya
Labuan Bajo, dikarenakan Bali merupakan salah satu pintu utama kunjungan wisatawan
ke Labuan Bajo24. Pemerintah juga membatasi kunjungan WNA ke Indonesia pada tahun
2020.

Kinerja LU Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum pada triwulan IV 2020


terkontraksi 19,40% (yoy), lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang terkontraksi mencapai -33,61% (yoy). Peningkatan kinerja LU Akomodasi dan
Makan Minum tersebut didorong oleh pembukaan tempat destinasi secara bertahap
dengan mengembangkan adaptasi kebiasaan baru dan didukung oleh promosi dan
diskon untuk menarik minat pengunjung hotel. Program Sertifikasi CHSE juga telah
diterapkan di Provinsi NTT pada 40 pelaku usaha pariwisata25 baik hotel maupun restoran
untuk meningkatkan tingkat kepercayaan wisatawan domestik dalam melakukan
perjalanan wisata. Penyelenggaraan rapat dan kegiatan lainnya baik
Kementerian/Lembaga maupun Pemerintah Daerah juga turut meningkatkan kinerja LU
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum di Provinsi NTT.

24
SE Satgas Penanganan COVID-19 Nomor 1 Tahun 2021 tentang Ketentuan Perjalanan Orang Dalam Negeri Dalam Masa Pandemi
COVID-19
25
Informasi Dinas Pariwisata pada tanggal 19 Januari 2021

Bab I |Ekonomi Makro Regional 20


100 40%

80 20%
0%
60
-20%
40
-40%
20 -60%
0 -80%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2017 2018 2019 2020
TPK Growth - rhs

Sumber: BPS
Grafik 1.20. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar
Provinsi NTT

Laju pertumbuhan LU Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum pada


triwulan I 2021 diprakirakan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV 2020. P
Aktivitas penumpang di Bandara Komodo juga menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan
LU Akomodasi dan Makan Minum diprakirakan meningkat tercermin dari hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan bahwa saldo bersih tertimbang (SBT) LU
Akomodasi Makan Minum membaik dari -1,84 pada Tw. IV 2020 menjadi 2,76 pada Tw.
I 2021. Sejalan dengan hal tersebut, penyaluran kredit akmamin pada Januari 2021
mengalami pertumbuhan 8,6% (yoy) dibandingkan dengan triwulan IV 2020 sebesar
7,81% (yoy) diprakirakan menjadi pendorong peningkatan LU Akomodasi dan Makan
Minum di Provinsi NTT pada triwulan I 2021. Namun demikian, perbaikan kinerja LU
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum serta LU Transportasi dan Pergudangan
bergantung pada pengendalian COVID-19 karena memengaruhi level of confidence
pengunjung.

1.000 Miliar Rp YOY 40


1
900
800
0 30
700
600
0 500 20
400
300
0 10
200
100
-1 0 0
I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I
2019 2020 2021 2018 2019 2020 2021
SBT Akmamin (%) - rhs
Nilai Kredit Akmamin g Kredit Akmamin - rhs

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia
Grafik 1.21. Perkembangan SBT LU Grafik 1.22. Perkembangan Penyaluran Kredit
Akomodasi Makan Minum Akomodasi Makan Minum

Bab I |Ekonomi Makro Regional 21


Bab II.
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Realisasi total belanja pemerintah (APBD dan APBN) di Provinsi NTT pada tahun 2020
tercatat sebesar Rp42,70 triliun, dengan persentase realisasi sebesar 89,24% dari
anggaran. Persentase realisasi belanja tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan oleh penyerapan anggaran yang belum optimal
di tingkat Kota dan Kabupaten sebagai dampak pandemi COVID-19. Sementara itu,
realisasi pendapatan pemerintah (APBD) di Provinsi NTT mencapai Rp25,10 triliun,
dengan persentase realisasi sebesar 90,55% dari anggaran. Persentase realisasi
pendapatan juga lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini terutama
disebabkan oleh melemahnya kinerja pendapatan asli daerah, seperti pajak, retribusi, dan
pengelolaan kekayaan daerah. Refocusing alokasi dana transfer juga turut menurunkan
pendapatan daerah, terutama pada tingkat Kota dan Kabupaten.

2.1 Kondisi Umum


Anggaran perubahan belanja pemerintah di NTT (APBN & APBD) pada tahun
2020 tercatat sebesar Rp47,86 triliun, tumbuh 0,34% (yoy) dibandingkan dengan
pagu tahun sebelumnya. Anggaran belanja tersebut turun dari anggaran pada awal tahun
2020 sebesar Rp51,43 triliun (terkontraksi 6,94%) akibat refocusing anggaran di tengah
pandemi COVID-19. Komposisi anggaran belanja terdiri dari anggaran Kementerian dan
Lembaga Vertikal (APBN) sebesar Rp18,26 triliun, anggaran Pemerintah Provinsi NTT (APBD-
P) sebesar Rp6,35 triliun, serta anggaran gabungan 1 Pemerintah Kota dan 21 Pemerintah
Kabupaten (APBD-P) sebesar Rp23,26 triliun.

Realisasi belanja pemerintah (APBN dan APBD) pada tahun 2020 tercatat
sebesar Rp42,70 triliun, dengan persentase realisasi mencapai 89,24% dari total
anggaran. Persentase realisasi belanja terhadap anggaran pada tahun 2020 lebih rendah
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 91,09%. Realisasi belanja yang
rendah terutama bersumber dari realisasi belanja Pemerintah Kota dan Kabupaten yang
hanya mampu mencapai 84,00% dari anggaran. Refocusing APBD berdampak pada
terhambatnya proses realisasi belanja, terutama di tingkat kota dan kabupaten. Pandemi
COVID-19 juga berdampak pada tertundanya proyek-proyek pembangunan di kota dan
kabupaten, sehingga menghambat realisasi belanja modal. Selain itu, penyaluran bantuan
sosial terhambat pendataan yang belum optimal, sehingga juga menghambat realisasi
belanja bantuan sosial dan belanja tak terduga.

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 22


Tabel 2.1. Anggaran Belanja Perubahan Pemerintah di Provinsi NTT Tahun 2019 -2020
Anggaran Belanja
Pertumbuhan Anggaran
APBN-P/APBD-P (Rp
Kategori (% yoy)
Miliar)
2019 2020 2019 2020
APBN 17.456 18.256 0,86 4,58 ▲
APBD Provinsi 5.770 6.346 11,16 9,99 ▼
APBD Kota/Kabupaten 24.468 23.255 6,08 -4,96 ▼
Total 47.694 47.857 4,68 0,34 ▼
Sumber: Kanwil DJPb Provinsi NTT dan Badan Keuangan Daerah NTT (diolah)

Tabel 2.2. Realisasi Belanja Pemerintah di Provinsi NTT Tahun 2019-2020

Realisasi Belanja Realisasi terhadap Anggaran


Kategori (Rp Miliar) (%)
2019 2020 2019 2020
APBN 16.452 17.467 ▲ 94,25 95,68 ▲
APBD Provinsi 5.383 5.705 ▲ 93,30 89,90 ▼
APBD Kota/Kabupaten 21.609 19.534 ▼ 88,32 84,00 ▼
Total 43.445 42.706 ▼ 91,09 89,24 ▼
Sumber: Kanwil DJPb Provinsi NTT dan Badan Keuangan Daerah NTT (diolah)

Anggaran perubahan pendapatan pemerintah di NTT (APBD) pada tahun 2020


tercatat sebesar Rp27,72 triliun, terkontraksi 3,69% (yoy) dibandingkan dengan
anggaran tahun sebelumnya. Anggaran pendapatan tersebut turun dari anggaran pada
awal tahun 2020 sebesar Rp29,26 triliun (terkontraksi 5,29%) akibat refocusing anggaran
di tengah pandemi COVID-19. Komposisi anggaran pendapatan terdiri atas anggaran
Pemerintah Provinsi NTT (APBD-P) sebesar Rp5,84 triliun, serta anggaran gabungan 1
Pemerintah Kota dan 21 Pemerintah Kabupaten (APBD-P) sebesar Rp21,88 triliun.

. Realisasi pendapatan pemerintah (APBD) di NTT pada tahun 2020 tercatat


sebesar Rp25,10 triliun, dengan persentase realisasi mencapai 90,55% dari total
anggaran. Realisasi pendapatan terhadap anggaran tersebut lebih rendah bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 94,01%. Realisasi pendapatan
yang lebih rendah terjadi baik pada Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kota dan
Kabupaten sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Pendapatan Pemerintah Provinsi NTT
yang menurun terutama disebabkan oleh berkurangnya pendapatan dari retribusi dan
pengelolaan aset daerah. Sementara itu, pendapatan Pemerintah Kota dan Kabupaten di
NTT yang menurun terutama disebabkan oleh berkurangnya pendapatan pajak, terutama
Pajak Hotel dan Restoran (PHR).

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 23


Tabel 2.3. Anggaran Pendapatan Perubahan Pemerintah di Provinsi NTT Tahun 2019 -2020

Anggaran Pendapatan Pertumbuhan Anggaran


Kategori APBD-P (Rp Miliar) (% yoy)
2019 2020 2019 2020
APBD Provinsi 5.561 5.838 13,25 4,98 ▼
APBD Kota/Kabupaten 23.218 21.877 7,36 -5,77 ▼
Total 28.779 27.715 8,45 -3,69 ▼
Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT (diolah)

Tabel 2.4. Anggaran Pendapatan Perubahan Pemerintah di Provinsi NTT Tahun 2019 -2020

Posisi Realisasi Pendapatan Realisasi terhadap Anggaran


Kategori (Rp Miliar) (%)
2019 2020 2019 2020
APBD Provinsi 5.380 5.358 ▼ 96,75 91,78 ▼
APBD Kota/Kabupaten 21.675 19.739 ▼ 93,36 90,22 ▼
Total 27.055 25.097 ▼ 94,01 90,55 ▼
Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT (diolah)

2.2 APBD Pemerintah Provinsi NTT


2.2.1 Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi NTT
Anggaran (target) Total Pendapatan Pemerintah Provinsi NTT tahun 2020
tercatat sebesar Rp5,84 triliun, tumbuh 4,98% (yoy) dibandingkan dengan
anggaran tahun sebelumnya. Kenaikan anggaran pendapatan terutama bersumber dari
peningkatan target penerimaan dari komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Perimbangan. Target PAD meningkat 8,91% (yoy) dengan pendapatan pajak sebagai
komponen utama. Target Dana Perimbangan meningkat 1,92% (yoy) dengan Dana
Perimbangan sebagai komponen utama. Selanjutnya, target Lain-Lain Pendapatan
Daerah yang Sah meningkat 186,45% (yoy), terutama bersumber dari kenaikan
pendapatan hibah dari pemerintah pusat dalam rangka pengendalian COVID-19 dan
pemulihan ekonomi.

Realisasi Total Pendapatan Pemerintah Provinsi NTT pada tahun 2020


mencapai Rp5,36 triliun, dengan persentase realisasi mencapai 91,78% dari
anggaran. Persentase realisasi pendapatan terhadap anggaran tersebut lebih rendah bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 96,75%. Kemudian secara
nominal, pendapatan Pemerintah Provinsi NTT pada tahun 2020 terkontraksi 0,41% (yoy)
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan oleh menurunnya

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 24


PAD sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Di sisi lain, pendapatan dari Dana
Perimbangan serta Pendapatan Hibah meningkat, sehingga menopang pendapatan
Pemerintah Provinsi NTT secara keseluruhan.

Miliar Rp 6.000

Rp Miliar
5.000
2%
21%
4.000
Pendapatan Asli
3.000 Daerah
Dana Perimbangan
2.000

1.000 Lain-Lain Pendapatan


yg Sah
-
I II III IV I II III IV I II III IV 77%
2018 2019 2020
Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik 2.1. Realisasi Total Pendapatan Grafik 2.2. Rincian Total Pendapatan
Pemprov NTT Tahun 2018-2020 Pemprov NTT Tahun 2020
(Posisi per Triwulan)

Tabel 2.5. Anggaran dan Realisasi Pendapatan Pemprov NTT Tahun 2019-2020
2019 2020

Kategori Anggaran Growth Realisasi Persentase Growth Anggaran Growth Realisasi Persentase Growth
APBD-P Anggaran APBD Realisasi Realisasi APBD-P Anggaran APBD Realisasi Realisasi
(M Rp) (% yoy) (M Rp) (%) (% yoy) (M Rp) (% yoy) (M Rp) (%) (% yoy)

TOTAL PENDAPATAN 5.561 13,25 5.380 96,75 12,03 5.838 4,98 5.358 91,78 -0,41

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1.346 23,42 1.322 98,25 18,62 1.466 8,91 1.106 75,45 -16,36

- Pendapatan Pajak Daerah 955 15,38 908 95,08 4,68 1.031 7,98 923 89,49 1,62

- Pendapatan Retribusi Daerah 70 154,54 61 86,92 113,27 104 48,86 36 34,81 -40,37

- Hsl. Pengelolaan Kekayaan yg Dpshkn. 82 11,93 71 85,93 -2,42 142 72,14 65 46,02 -7,82

- Lain-Lain PAD yg Sah 238 47,53 283 118,52 93,34 189 -20,89 82 43,22 -71,15

Dana Perimbangan 4.174 9,87 4.055 97,16 10,19 4.254 1,92 4.152 97,60 2,38

- Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 63 -26,91 27 43,12 -57,76 75 19,48 68 89,49 147,92

- Dana Alokasi Umum 1.875 2,61 1.875 100,00 2,61 1.722 -8,16 1.716 99,65 -8,48

- Dana Alokasi Khusus 2.236 18,58 2.153 96,30 20,39 2.457 9,88 2.368 96,40 10,00

Lain-Lain Pendapatan yang Sah 41 99,19 2 5,81 -68,21 118 186,45 100 84,86 4082,24

- Pendapatan Hibah 41 99,19 2 5,81 -68,21 99 139,41 81 81,92 3274,49

- Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus - - - - 19 - 19 -


- -
Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT (diolah)

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 25


Realisasi PAD Pemerintah Provinsi NTT pada tahun 2020 tercatat sebesar
Rp1,10 triliun, dengan persentase realisasi hanya mencapai 75,45% dari anggaran.
Realisasi PAD yang rendah terutama bersumber dari menurunnya Pendapatan Retribusi
Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan, serta Lain-Lain PAD yang Sah, seiring dengan
melemahnya aktivitas ekonomi di tengah pandemi COVID-19. Di sisi lain, realisasi
Pendapatan Pajak tumbuh 1,62% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pendapatan Pajak terutama didorong oleh penghapusan denda Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) oleh Pemerintah Provinsi NTT pada akhir tahun 20201. Kebijakan tersebut
berdampak pada banyak masyarakat yang memilih untuk melunasi PKB yang sudah telat
dibayar pada periode-periode sebelumnya, sehingga meningkatkan pendapatan pajak
Pemerintah Provinsi NTT.

Realisasi pendapatan Dana Perimbangan Pemerintah Provinsi NTT pada tahun


2020 tercatat sebesar Rp4,15 triliun, dengan persentase realisasi mencapai 97,60%
dari anggaran. Secara nominal, pendapatan Dana Perimbangan Provinsi NTT tumbuh
2,38% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dana Perimbangan terutama
didominasi oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) serta Dana Alokasi Umum, dengan jumlah
masing-masing sebesar Rp1,72 triliun dan Rp2,37 triliun.

Lain-Lain PAD yg Sah Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak


Hsl. Pengelolaan Kekayaan yg Dpshkn. Dana Alokasi Khusus
Pendapatan Retribusi Daerah Dana Alokasi Umum
Pendapatan Pajak Daerah
Miliar Rp 4.500
Miliar Rp 1.400

Rp Miliar
4.000
Rp Miliar

1.200
3.500
1.000 3.000
800 2.500

600 2.000
1.500
400
1.000
200 500
- -
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020 2018 2019 2020

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik 2.3. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Grafik 2.2. Realisasi Dana Perimbangan
Pemprov NTT Tahun 2018-2020 Pemprov NTT Tahun 2018-2020
(Posisi per Triwulan) (Posisi per Triwulan)

1
Peraturan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur No.57/2020, yang berlaku pada 15 Oktober s.d. 15
Desember 2020.
Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 26
2.2.2 Belanja APBD Provinsi NTT
Anggaran Total Belanja Pemerintah Provinsi NTT tahun 2020 tercatat sebesar
Rp6,35 triliun, tumbuh 9,99% (yoy) dibandingkan dengan anggaran tahun
sebelumnya. Kenaikan anggaran belanja terutama bersumber dari peningkatan Belanja
Modal serta Belanja Tak Terduga. Anggaran Belanja Modal tercatat sebesar Rp1,23
triliun, tumbuh 33,83% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan anggaran
Belanja Modal terutama ditujukan untuk pembangunan infrastruktur di Provinsi NTT.
Selanjutnya, anggaran Belanja Tak Terduga tercatat sebesar Rp283 miliar, tumbuh
2125,02% (yoy) atau 22 kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikan
anggaran Belanja Tak Terduga terutama ditujukan untuk program Jaring Pengaman
Sosial, penanganan kesehatan, dan pemulihan ekonomi di tengah pandemi COVID-19.

Realisasi Total Belanja Pemerintah Provinsi NTT pada tahun 2020 mencapai
Rp5,71 triliun, dengan persentase realisasi mencapai 89,90% dari anggaran.
Persentase realisasi belanja terhadap anggaran tersebut lebih rendah dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang mencapai 93,30%. Namun secara nominal, belanja
Pemerintah Provinsi NTT pada tahun 2020 tumbuh sebesar 5,99% (yoy) dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Persentase realisasi belanja terhadap anggaran yang rendah
terutama bersumber dari Belanja Modal, yang hanya mampu mencapai realisasi 75,85%
dari anggaran. Meskipun demikian, nominal realisasi Belanja Tak Terduga tumbuh 137
kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sehingga mampu menopang kinerja
realisasi belanja Pemerintah Provinsi NTT secara keseluruhan.

Miliar Rp 6.000
Rp Miliar

5.000 8%
5%
4.000
Belanja Operasi
3.000 Belanja Modal
16%
2.000 Belanja Tak Terduga
Belanja Transfer
1.000 71%
-
I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020
Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik 2.1. Realisasi Total Belanja Grafik 2.2. Rincian Realisasi Total Belanja
Pemprov NTT Tahun 2018-2020 Pemprov NTT Tahun 2020
(Posisi per Triwulan)

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 27


Tabel 2.6. Anggaran dan Realisasi Belanja Pemprov NTT Tahun 2019-2020

2019 2020

Kategori Anggara Growth Realisas Persentas


Realisasi Persentase Growth Anggaran Growth Growth
n Anggara i e
APBD Realisasi Realisasi APBD-P Anggaran Realisasi
APBD-P n APBD Realisasi
(M Rp) (%) (% yoy) (M Rp) (% yoy) (% yoy)
(M Rp) (% yoy) (M Rp) (%)

TOTAL BELANJA 5.770 11,16 5.383 93,30 10,30 6.346 9,99 5.705 89,90 5,99

Belanja Operasi 4.290 3,97 4.065 94,75 3,68 4.308 0,42 4.037 93,69 -0,70

- Belanja Pegawai 1.740 19,16 1.642 94,39 15,42 1.815 4,35 1.663 91,64 1,31

- Belanja Barang dan Jasa 1.104 4,07 1.098 99,46 10,71 1.038 -5,96 1.022 98,38 -6,98

- Belanja Hibah 1.417 -10,66 1.296 91,44 -12,87 1.431 0,98 1.331 93,00 2,71

- Belanja Bantuan Sosial 30 51,85 29 99,33 51,10 24 -18,75 21 87,32 -28,57

Belanja Modal 920 61,00 797 86,71 50,94 1.231 33,83 933 75,85 17,06
13603,5
Belanja Tak Terduga 13 247,71 2 15,54 1476,04 283 2125,02 270 95,68
3
Belanja Transfer 547 11,83 519 94,75 20,27 525 -4,16 465 88,66 -10,32

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah

Realisasi Belanja Operasi Pemerintah Provinsi NTT pada tahun 2020 tercatat
sebesar Rp4,04 triliun, dengan persentase realisasi mencapai 93,69% dari anggaran.
Secara nominal, realisasi Belanja Operasi terkontraksi 0,70% (yoy) dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Penerununan realisasi Belanja Operasi terutama bersumber dari
realisasi Belanja Barang dan Jasa yang terkontraksi 6,98% (yoy). Hal ini disebabkan
karena banyak pengadaan barang dan jasa yang terhambat kendala administrasi akibat
refocusing APBD pada tahun 2020. Sementara itu, Belanja Bantuan Sosial terkontraksi
28,57% (yoy). Hal ini disebabkan karena sebagian alokasi Belanja Bantuan Sosial
dialihkan untuk program Jaring Pengaman Sosial, yang menggunakan pos anggaran
Belanja Tak Terduga.

Realisasi Belanja Modal dan Belanja Tak Terduga meningkat, namun Belanja
Transfer terkontraksi. Realisasi Belanja Modal mencapai Rp933 miliar, tumbuh 33,83%
(yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, persentase realisasi Belanja
Modal hanya mencapai 75,85% dari anggaran. Rendahnya persentase realisasi Belanja
Modal dari anggaran disebabkan oleh banyak proyek-proyek infrastruktur pemerintah
yang tertunda pada tahun 2020 akibat dampak dari pandemi COVID-19. Sementara itu,
realisasi Belanja Tak Terduga mencapai Rp270 miliar, tumbuh 13603,53% (yoy) atau
tumbuh 137 kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Realisasi Belanja Tak
Terduga bersumber dari program Jaring Pengaman Sosial, penanganan kesehatan, dan
penanganan ekonomi di tengah pandemi COVID-19.

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 28


Belanja Bantuan Sosial Belanja Tak Terduga
Belanja Hibah Belanja Transfer
Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal
Belanja Pegawai Miliar Rp 1.800
Miliar Rp 5.000
1.500
4.000
1.200
3.000
900
2.000
600

1.000 300

- -
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020 2018 2019 2020

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik 2.7. Realisasi Belanja Operasi Grafik 2.4. Realisasi Belanja Modal, Transfer,
Pemprov NTT Tahun 2018-2020 dan Tak Terduga Pemprov NTT 2018-2020
(Posisi per Triwulan) (Posisi per Triwulan)

2.3 APBD Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

2.3.1 Pendapatan APBD Kabupaten/Kota di Provinsi NTT


Anggaran (target) Total Pendapatan Pemerintah Kota dan Kabupaten di NTT
tahun 2020 tercatat sebesar Rp21,88 triliun, terkontraksi 5,77% (yoy) dibandingkan
dengan anggaran tahun sebelumnya. Kontraksi anggaran pendapatan terutama
bersumber dari menurunnya target penerimaan dari komponen PAD dan Dana
Perimbangan. Target PAD terkontraksi 8,27% (yoy), bersumber dari penyesuaian target
penerimaan dari Pendapatan Pajak, Pendapatan Retribusi, serta Hasil Pengelolaan
Kekayaan. Sementara itu, target penerimaan dari Dana Perimbangan juga terkontraksi
10,71% (yoy) seiring dengan refocusing alokasi dana transfer dari Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Kota dan Kabupaten.

Realisasi Total Pendapatan Pemerintah Kota dan Kabupaten di NTT pada


tahun 2020 mencapai Rp19,74 triliun, dengan persentase realisasi mencapai
90,22% dari anggaran. Persentase realisasi pendapatan terhadap anggaran tersebut
lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 93,36%.
Kemudian secara nominal, pendapatan Pemerintah Kota dan Kabupaten di NTT pada
tahun 2020 terkontraksi 8,93% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini
terutama disebabkan oleh menurunnya realisasi pendapatan dari Dana Perimbangan.

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 29


Miliar Rp 25.000

Rp Miliar
18% 6%
20.000

Pendapatan Asli
15.000
Daerah
10.000 Dana Perimbangan

5.000 Lain-Lain Pendapatan


yg Sah
-
I II III IV I II III IV I II III IV 76%
2018 2019 2020
Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik 2.9. Realisasi Total Pendapatan Grafik 2.10. Rincian Realisasi
Pemkot/kab NTT Tahun 2018-2020 Total Pendapatan Pemkot/kab NTT
(Posisi per Triwulan) Tahun 2020

Tabel 2.7. Anggaran dan Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/Kota di Provinsi NTT
2019 2020

Growth Realisas Persentas Anggara Growth Realisas Persentas Growth


Kategori Anggaran Growth
Anggara i e n Anggara i e Realisas
APBD-P Realisasi
n APBD Realisasi APBD-P n APBD Realisasi i
(M Rp) (% yoy)
(% yoy) (M Rp) (%) (M Rp) (% yoy) (M Rp) (%) (% yoy)

TOTAL PENDAPATAN 23.218 7,36 21.675 93,36 8,82 21.877 -5,77 19.739 90,22 -8,93

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1.739 5,56 1.430 82,24 14,09 1.595 -8,27 1.284 80,50 -10,21

- Pendapatan Pajak Daerah 511 17,23 473 92,46 22,85 410 -19,81 361 88,02 -23,67

- Pendapatan Retribusi Daerah 271 7,16 198 73,21 9,62 220 -18,75 190 86,19 -4,34

- Hsl. Pengelolaan Kekayaan yg Dpshkn. 154 4,60 155 100,31 8,02 144 -6,88 136 94,29 -12,47

- Lain-Lain Pendapatan Daerah yg Sah 803 -1,05 604 75,29 10,97 822 2,36 598 72,81 -1,02

Dana Perimbangan 17.190 5,57 16.653 96,87 7,15 15.349 -10,71 14.959 97,46 -10,17

- Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 241 -9,69 184 76,40 -9,09 227 -5,70 198 87,11 7,52

- Dana Alokasi Umum 12.168 4,40 12.145 99,81 7,17 11.215 -7,83 11.033 98,38 -9,16

- Dana Alokasi Khusus 4.781 9,62 4.323 90,42 7,93 3.907 -18,28 3.729 95,44 -13,75

Lain-Lain Pendapatan yang Sah 4.288 16,03 3.592 83,76 14,98 4.933 15,03 3.495 70,86 -2,69

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah

Realisasi PAD Pemerintah Kota dan Kabupaten di NTT pada tahun 2020
tercatat sebesar Rp1,28 triliun, dengan persentase realisasi hanya mencapai 80,50%
dari anggaran. Realisasi PAD yang rendah terutama bersumber dari menurunnya semua
komponen PAD, seperti pajak, retribusi, pengelolaan kekayaan daerah, serta pendapatan
lainnya sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Pendapatan Pajak terutama bersumber
dari Pajak Hotel dan Restoran, salah satu sektor yang paling terdampak pandemi.
Sementara itu, pendapatan retribusi terutama bersumber dari retribusi pasar, tempat-
tempat pariwisata, serta berbagai jenis perizinan.

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 30


Realisasi pendapatan Dana Perimbangan Pemerintah Kota dan Kabupaten di
NTT pada tahun 2020 tercatat sebesar Rp14,96 triliun, dengan persentase realisas i
mencapai 97,46% dari anggaran. Secara nominal, pendapatan Dana Perimbangan
tersebut terkontraksi 10,17% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini
terutama disebabkan oleh menurunnya pendapatan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK), sebagai dampak dari refocusing alokasi dana transfer dari
Pemerintah Pusat. Total Pendapatan Pemerintah Kota dan Kabupaten didominasi oleh
DAU dan DAK, sehingga penurunan kedua komponen tersebut berdampak sangat
signifikan terhadap Total Pendapatan.
Lain-Lain Pendapatan Daerah yg Sah Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
Hsl. Pengelolaan Kekayaan yg Dpshkn. Dana Alokasi Khusus
Pendapatan Retribusi Daerah Dana Alokasi Umum
Pendapatan Pajak Daerah
Rp Miliar 18.000
Rp Miliar 1.600

Rp Miliar
16.000
Rp Miliar

1.400
14.000
1.200
12.000
1.000 10.000
800 8.000
600 6.000
400 4.000
200 2.000
- -
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2018 2019 2020 2018 2019 2020

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik 2.11. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Grafik 2.12. Realisasi Dana Perimbangan
Pemkot/kab NTT Tahun 2018-2020 Pemkot/kab NTT Tahun 2018-2020
(Posisi per Triwulan) (Posisi per Triwulan)

Secara spasial, persentase realisasi pendapatan Pemerintah Kota dan


Kabupaten di NTT pada tahun 2020 yang tertinggi dicapai oleh Kabupaten Alor.
Realisasi pendapatan Kabupaten Alor tercatat sebesar Rp1,08 triliun, atau mencapai
99,63% dari target pendapatan. Sementara itu, nominal realisasi pendapatan tertinggi
pada tahun 2020 dicapai oleh Kabupaten Timor Tengah Selatan, dengan Total
Pendapatan sebesar Rp1,50 triliun.

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 31


Realisasi Pendapatan (Miliar Rp) % Realisasi Pendapatan dari Anggaran (rhs)
1.600 100%
99,63%

1.200 80%

74,27%
800 60%

400 40%

- 20%

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah


Grafik 2.13. Realisasi Pendapatan Pemkot/kab di NTT Secara Spasial Pada Tahun 2020

2.3.2 Belanja APBD Kabupaten/Kota di Provinsi NTT


Anggaran Total Belanja Pemerintah Kota dan Kabupaten di NTT tahun 2020
tercatat sebesar Rp23,26 triliun, terkontraksi 4,96% (yoy) dibandingkan dengan
anggaran tahun sebelumnya. Kontraksi anggaran belanja terutama bersumber dari
penurunan anggaran Belanja Modal. Anggaran Belanja Modal tercatat sebesar Rp3,66
triliun, terkontraksi 29,90% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebagai
dampak refocusing anggaran pada tahun 2020. Di sisi lain, anggaran Belanja Hibah dan
Belanja Tak Terduga masing-masing tumbuh sebesar 142,61% (yoy) dan 1100,42%
(yoy). Anggaran Belanja Hibah dan Belanja Tak Terduga terutama ditujukan untuk
penanganan COVID-19, pemulihan ekonomi, serta pelaksanaan Pilkada Serentak di
sembilan kabupaten di NTT pada tahun 2020.

Realisasi Total Belanja Pemerintah Kota dan Kabupaten NTT pada tahun 2020
mencapai Rp19,53 triliun, dengan persentase realisasi mencapai 84,00% dari
anggaran. Persentase realisasi belanja terhadap anggaran tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 88,32%. Secara nominal,
realisasi Total Belanja Pemerintah Kota dan Kabupaten NTT terkontraksi 9,60% (yoy)
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Persentase realisasi belanja terhadap anggaran
yang rendah terutama bersumber dari Belanja Modal, yang hanya mampu mencapai
realisasi 80,70% dari anggaran. Secara nominal, realisasi Belanja Modal mencapai Rp2,5
triliun, terkontraksi 31,56% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 32


terutama disebabkan oleh proyek-proyek pemerintah yang tertunda pada tahun 2020
sebagai dampak dari pandemi COVID-19.

Miliar Rp 25.000

Rp Miliar
20.000 1%
17%
15.000 Belanja Operasi
15%
10.000 Belanja Modal

Belanja Tak Terduga


5.000
Belanja Transfer
- 67%
I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik 2.14. Realisasi Total Belanja Grafik 2.15. Rincian Realisasi
Pemkot/kab NTT Tahun 2018-2020 Total Belanja Pemkot/kab NTT
(Posisi per Triwulan) Tahun 2020

Tabel 2.8. Anggaran dan Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota di Provinsi NTT
2019 2020

Anggara Growth Realisas Persentas Growth Anggara Growth Realisas Persentas


Kategori Growth
n Anggara i e Realisas n Anggara i e
Realisasi
APBD-P n APBD Realisasi i APBD-P n APBD Realisasi
(% yoy)
(M Rp) (% yoy) (M Rp) (%) (% yoy) (M Rp) (% yoy) (M Rp) (%)

TOTAL BELANJA 24.468 6,08 21.609 88,32 8,79 23.255 -4,96 19.534 84,00 -9,60

Belanja Operasi 14.938 4,27 13.062 87,44 6,58 14.692 -1,65 13.070 88,96 0,06

- Belanja Pegawai 9.254 4,13 8.608 93,02 6,07 9.189 -0,70 8.617 93,77 0,10

- Belanja Barang dan Jasa 5.340 9,40 4.162 77,93 13,38 4.892 -8,39 3.880 79,32 -6,76

- Belanja Hibah 203 -55,16 168 82,82 -56,24 493 142,61 467 94,82 177,77

- Belanja Bantuan Sosial 141 33,73 124 87,71 45,78 118 -16,11 105 89,06 -14,82

Belanja Modal 5.214 6,12 4.310 82,65 8,66 3.655 -29,90 2.950 80,70 -31,56
1.345,0
Belanja Tak Terduga 51 -3,64 19 37,77 -13,65 607 1.100,42 276 45,46
4
Belanja Transfer 4.265 13,07 4.219 98,91 16,52 4.301 0,84 3.239 75,30 -23,23

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah

Realisasi Belanja Operasi Pemerintah Kota dan Kabupaten NTT pada tahun
2020 tercatat sebesar Rp13,07 triliun, dengan persentase realisasi mencapai
88,96% dari anggaran. Secara nominal, realisasi Belanja Operasi tumbuh 0,06% (yoy)
dibandingkan tahun sebelumnya. Kinerja realisasi Belanja Operasi didorong oleh Belanja
Hibah, yang tumbuh sebesar 177,77% (yoy). Belanja hibah terutama ditujukan untuk
penanganan COVID-19, pemulihan ekonomi serta pelaksanaan Pilkada Serentak. Namun,
kinerja Belanja Operasi tertahan oleh Belanja Barang dan Jasa yang secara nominal
terkontraksi 6,76% (yoy).
Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 33
Realisasi Belanja Tak Terduga meningkat, namun Belanja Modal dan Belanja
Transfer terkontraksi. Realisasi Belanja Tak Terduga mencapai Rp276 miliar, tumbuh
1345,04% atau 14 kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Realisasi Belanja
Tak Terduga bersumber dari program penanganan COVID-19, pemulihan ekonomi, serta
tambahan anggaran untuk pelaksanaan Pilkada Serentak. Di sisi lain, realisasi Belanja
Modal mencapai Rp2,95 triliun, terkontraksi 31,56% (yoy) dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh banyak proyek-proyek infrastruktur pemerintah
yang tertunda pada tahun 2020 akibat dampak dari pandemi COVID-19. Belanja Transfer
juga terkontraksi, sejalan dengan realisasi PAD di tingkat Kota dan Kabupaten yang
melemah pada tahun 2020.

Belanja Bantuan Sosial Belanja Tak Terduga


Belanja Hibah Belanja Transfer
Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal
Belanja Pegawai Rp Miliar 9.000
Rp Miliar 14.000
8.000
12.000 7.000
10.000 6.000
8.000 5.000
4.000
6.000
3.000
4.000
2.000
2.000 1.000
- -
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020 2018 2019 2020

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik 2.16. Realisasi Belanja Operasi Grafik 2.17. Realisasi Belanja Modal, Transfer,
Pemkot/kab di NTT Tahun 2018-2020 dan Tak Terduga Pemkot/kab di NTT
(Posisi per Triwulan) Tahun 2018-2020 (Posisi per Triwulan)

Secara spasial, persentase serapan belanja Pemerintah Kota dan


Kabupaten di NTT pada tahun 2020 yang tertinggi dicapai oleh Kabupaten
Alor. Realisasi belanja Kabupaten Alor tercatat sebesar Rp1,11 triliun, atau
mencapai 96,88% dari anggaran. Sementara itu, nominal realisasi belanja tertinggi
pada tahun 2020 dicapai oleh Kabupaten Timor Tengah, dengan Total Belanja
sebesar Rp1,59 triliun.

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 34


Realisasi Belanja (Miliar Rp) % Realisasi Belanja dari Anggaran (rhs)
1.600 100%

96,88%

1.200 80%

800 68,35% 60%

400 40%

- 20%

2.4 APBN di Provinsi NTT

Anggaran Total Belanja APBN di NTT pada tahun 2020 tercatat sebesar
Rp18,26 triliun, tumbuh 4,58% (yoy) dibandingkan dengan anggaran tahun
sebelumnya. Kenaikan anggaran belanja terutama bersumber dari peningkatan Belanja
Transfer serta Belanja Pegawai. Anggaran Belanja Transfer tercatat sebesar Rp7,49 triliun,
tumbuh 15,15% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikan belanja
transfer terutama ditujukan untuk penanganan COVID-19 serta pemulihan ekonomi. Di
sisi lain, anggaran Belanja Barang terkontraksi 11,42% (yoy) sebagai dampak dari
refocusing anggaran Pemerintah Pusat.

Realisasi Total Belanja APBN di NTT pada tahun 2020 tercatat sebesar
Rp17,47 triliun, dengan persentase realisasi mencapai 95,68% dari anggaran. Secara
nominal, realisasi belanja APBN tumbuh 6,17% (yoy) dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Kinerja belanja APBN terutama didorong oleh realisasi Belanja Transfer dan
Belanja Modal. Realisasi Belanja Transfer tercatat sebesar Rp7,30 triliun, tumbuh 16,45%
(yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, realisasi Belanja Modal
tercatat sebesar Rp3,58 triliun, tumbuh 8,57% (yoy) dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 35


Tabel 2.9. Anggaran dan Realisasi Belanja APBN di NTT
2019 2020

Realisas Persentas
Kategori Anggaran Growth Realisasi Persentase Growth Anggaran Growth Growth
i e
APBN-P Pagu APBN Realisasi Realisasi APBN-P Pagu Realisasi
APBN Realisasi
(M Rp) (% yoy) (M Rp) (%) (% yoy) (Rp M) (% yoy) (% yoy)
(M Rp) (%)

BELANJA 17.456 0,86 16.452 94,25 1,12 18.256 4,58 17.467 95,68 6,17

Belanja Pegawai 3.021 0,97 3.049 100,91 8,61 3.245 7,38 3.119 96,12 2,29

Belanja Barang 4.180 -15,23 3.825 91,52 -12,49 3.703 -11,42 3.458 93,39 -9,61

Belanja Modal 3.738 0,41 3.298 88,23 -8,25 3.808 1,87 3.581 94,03 8,57

Belanja Bantuan Sosial 14 -34,91 14 99,50 -30,15 13 -7,65 13 98,55 -8,54

Belanja Transfer 6.503 15,32 6.266 96,36 14,41 7.488 15,15 7.297 97,45 16,45

Sumber: Kanwil DJPb Provinsi NTT, diolah

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 36


Boks 1. Keuangan Pemerintah di Provinsi NTT pada
Tahun 2021
Pada tahun 2021, anggaran total pendapatan pemerintah daerah (APBD) di
Provinsi NTT tercatat sebesar Rp28,6 triliun, tumbuh 3,10% (yoy) dibandingkan
dengan tahun 2020. Anggaran pendapatan asli daerah (PAD) tercatat sebesar Rp3,95
triliun, tumbuh 28,94% (yoy) dibandingkan dengan anggaran pada tahun sebelumnya.
Kenaikan target PAD pada tahun 2021 merupakan bentuk optimisme pemerintah daerah
terhadap prospek perekonomian NTT pada tahun 2021. Vaksinasi yang dimulai secara
bertahap sejak 15 Januari 2021 dan akan terus dilanjutkan sepanjang tahun, diharapkan
mampu mendorong mobilitas masyarakat, sehingga memulihkan aktivitas ekonomi yang
selama ini tertahan pandemi COVID-19. Meskipun demikian, pendapatan pemerintah
daerah di NTT masih didominasi oleh dana transfer (dana perimbangan) dari pemerintah
pusat. Anggaran dana transfer pada tahun 2021 tercatat sebesar Rp23,8 triliun, tumbuh
21,41% (yoy) dibandingkan dengan tahun 2020.

Triliun Rp 35
2020 2021
27,7 28,6 30

21,9 22,3 25
20
15
10
5,8 6,3
5
-
Provinsi Kota/Kab. TOTAL
Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik Boks 1.1: Anggaran Total Pendapatan Pemerintah
Daerah di NTT Tahun 2020-2021

Triliun Rp 5 Triliun Rp 30
2020 2021 2020 2021
3,9 23,8
4 25
19,6 19,6
3,1 20
3 15,3
2,0 15
1,9
1,6 2
1,5 10
1 4,3 4,2
5

- -
Provinsi Kota/Kab. TOTAL Provinsi Kota/Kab. TOTAL
Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik Boks 1.2: Anggaran Pendapatan Asli Daerah Grafik Boks 1.3: Anggaran Pendapatan Dana Transfer
(PAD) Pemerintah Daerah di NTT Tahun 2020-2021 Pemerintah Daerah di NTT Tahun 2020-2021

Boks 1 | Keuangan Pemerintah di Provinsi NTT pada Tahun 2021 37


Sementara itu, anggaran total belanja pemerintah di Provinsi NTT (APBD dan
APBN) pada tahun 2021 tercatat sebesar Rp50,79 triliun, tumbuh 6,12% (yoy)
dibandingkan dengan anggaran tahun 2020. Anggaran belanja operasi pada tahun
2021 tercatat sebesar Rp27,40 triliun, tumbuh 5,56% (yoy) dibandingkan dengan tahun
2020. Belanja operasi mencakup belanja pegawai, barang, jasa dan bantuan sosial.
Sementara itu, anggaran belanja modal pada tahun 2021 tercatat sebesar Rp10,57
triliun, tumbuh 21,55% (yoy). Mayoritas anggaran belanja modal ditujukan untuk
pembangunan jalan, jaringan dan irigasi. Pertumbuhan anggaran belanja modal yang
tinggi sejalan dengan upaya pemerintah dalam mempercepat penyelesaian proyek-
proyek infrastruktur yang sempat tertunda pada tahun 2020 akibat COVID-19.

Triliun Rp
2020 2021 60
50,8
47,9 50

40

30
23,3 23,3
18,3 19,9
20

6,3 7,6 10

-
APBN Provinsi Kota/Kab. TOTAL

Sumber: Kanwil DJPb dan Badan Keuangan Daerah NTT, diolah


Grafik Boks 1.4: Anggaran Total Belanja Pemerintah
di NTT Tahun 2020-2021

Triliun Rp 35 Triliun Rp 35
2020 2021 2020 2021
27,4 30 27,4 30
26,0 26,0
25 25

20 20
14,7 14,9 14,7 14,9
15 15

7,0 7,5 10 7,0 7,5 10


4,3 5,0 4,3 5,0
5 5

- -
APBN Provinsi Kota/Kab. TOTAL APBN Provinsi Kota/Kab. TOTAL

Sumber: Kanwil DJPb dan Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Kanwil DJPb dan Badan Keuangan Daerah NTT, diolah
Grafik Boks 1.5: Anggaran Belanja Operasi Pemerintah Grafik Boks 1.6: Anggaran Belanja Modal Pemerintah
di NTT Tahun 2020-2021 di NTT Tahun 2020-2021

Boks 1 | Keuangan Pemerintah di Provinsi NTT pada Tahun 2021 38


Bab III.
PERKEMBANGAN INFLASI
Inflasi Provinsi NTT pada triwulan IV 2020 tercatat sebesar 0,61% (yoy), melandai
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,10% (yoy). Inflasi tersebut lebih
rendah dibandingkan inflasi Nasional sebesar 1,68% (yoy). Penurunan tekanan inflasi
terutama bersumber dari penurunan tarif angkutan udara serta penurunan harga sawi
hijau, biaya pulsa ponsel, dan semen. Di sisi lain, kenaikan harga ikan segar, rokok, dan
emas perhiasan menjadi faktor pendorong inflasi.

Secara keseluruhan tahun 2020, inflasi Provinsi NTT tercatat melandai dibandingkan
dengan inflasi tahun 2019. Melandainya tekanan inflasi terutama disebabkan dari
permintaan yang menurun akibat daya beli masyarakat yang melemah di tengah pandemi
COVID-19.

3.1. Perkembangan Inflasi Secara Umum


Inflasi Provinsi NTT pada triwulan IV 2020 tercatat sebesar 0,61% (yoy), lebih
rendah dibandingkan dengan inflasi secara Nasional sebesar 1,68% (yoy). Realisasi
inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi Provinsi NTT pada lima tahun
terakhir sebesar 2,63% (average yoy). Secara spasial, Kota Kupang mencatat inflasi
sebesar 0,29% (yoy), Kota Maumere inflasi sebesar 2,24% (yoy), dan Kota Waingapu
inflasi sebesar 1,52% (yoy).

Nasional NTT Kupang Maumere Waingapu


5 % yoy 8 % yoy
7
4
6
3 5
4
2 1,68 3
2,24
2
1 1,52
1
0,61 0,29
0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020 2018 2019 2020

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah


Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Nasional Grafik 3.2. Perkembangan Inflasi Kota Kupang,
dan Provinsi NTT Maumere, dan Waingapu

Bab III | Inflasi 39


Tabel 3.1. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi dan Deflasi Tahunan di Provinsi NTT Triwulan IV 2020

Triwulan IV 2020 Triwulan IV 2020


Komoditas Inflasi % yoy Andil (% yoy) Komoditas Deflasi % yoy Andil (% yoy)
Ikan Kembung 26,11 0,28 Angkutan Udara -17,53 -0,65
Rokok Kretek Filter 10,01 0,20 Sawi Hijau -20,74 -0,14
Ikan Tongkol 23,60 0,18 Apel -36,91 -0,11
Emas Perhiasan 25,71 0,15 Biaya Pulsa Ponsel -3,37 -0,08
Sawi Putih 41,44 0,11 Daun Kelor -28,84 -0,07
Tomat 22,96 0,10 Sirih -35,74 -0,06
Rokok Putih 10,78 0,10 Semen -5,94 -0,06
Pepaya Muda 96,39 0,09 Wortel -21,84 -0,06
Bawang Merah 31,25 0,08 Cabai Rawit -25,12 -0,06
Cabai Merah 60,52 0,06 Bayam -16,35 -0,06
Sumber: BPS (diolah)

Realisasi inflasi Provinsi NTT pada triwulan IV 2020 tercatat sebesar 0,61%
(yoy), melandai dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,10%
(yoy). Tekanan inflasi yang menurun terutama bersumber dari deflasi kelompok
transportasi yang lebih dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Mobilitas
masyarakat yang masih tertahan di tengah pandemi COVID-19 berdampak pada
lemahnya permintaan tiket angkutan udara di tengah momen Hari Raya Natal dan Tahun
Baru. Sementara itu, inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau serta kelompok
perawatan pribadi dan jasa lainnya juga melandai dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Harga berbagai jenis ikan segar masih menjadi faktor pendorong inflasi
pada triwulan IV 2020, meskipun tekanan inflasi melandai dibandingkan triwulan
sebelumnya. Hal serupa juga terjadi pada emas perhiasan, di mana harga emas di pasar
global mulai melandai dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas


Berdasarkan kelompok komoditas, inflasi pada triwulan IV 2020 terutama
didorong oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau, serta kelompok
perawatan pribadi dan jasa lainnya. Kelompok makanan, minuman dan tembakau
mencatat inflasi sebesar 2,87% (yoy) dan memberi andil sebesar 0,94% dari inflasi total.
Sementara itu, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mencatat inflasi sebesar
4,06% (yoy) dan memberi andil sebesar 0,27% dari inflasi total. Di sisi lain, kelompok
transportasi mencatat deflasi sebesar 4,66% (yoy) dan merupakan faktor utama penahan
laju inflasi secara keseluruhan.
Bab III | Inflasi 40
Tabel 3.2. Inflasi di Provinsi NTT Berdasarkan Kelompok Komoditas
(% mtm) (% yoy)
Kelompok Komoditas Tw III
Okt '20 Nov '20 Des '20 Tw IV ‘19 Tw IV '20
'20
Inflasi Umum (Total) 0,26 0,29 0,78 0,67 1,10 0,61
Makanan, Minuman & Tembakau 0,93 0,82 2,13 1,00 3,74 2,87
Pakaian & Alas Kaki -0,28 -0,18 -0,33 1,80 0,87 -0,47
Perumahan, Air, Listrik, & Bahan Bakar RT -0,12 0,19 -0,01 -0,18 -0,12 -0,27
Perlengkapan, Peralatan, & Pemeliharaan Rutin RT -0,00 0,11 0,02 0,80 0,67 0,60
Kesehatan 1,01 0,02 0,29 1,67 5,47 6,39
Transportasi 0,08 0,19 0,72 -0,88 -4,40 -4,66
Informasi, Komunikasi & Jasa Keuangan -0,55 0,02 -0,02 0,25 -1,67 -2,04
Rekreasi, Olahraga & Budaya 0,08 0,18 0,28 2,04 -0,26 -0,12
Pendidikan 0,26 0,00 0,00 2,83 0,31 0,62
Penyediaan Makanan & Minuman/Restoran 0,00 0,02 0,07 -0,51 0,86 1,60
Perawatan Pribadi & Jasa Lainnya -0,23 -0,56 -0,16 3,61 6,38 4,06
Sumber: BPS (diolah)

3.2.1 Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau


Pada triwulan IV 2020, kelompok makanan, minuman dan tembakau
mengalami inflasi sebesar 2,87% (yoy), melandai dibandingkan dengan inflasi pada
triwulan sebelumnya sebesar 3,74% (yoy). Tekanan inflasi kelompok makanan,
minuman, dan tembakau yang menurun menjadi salah satu faktor penurunan inflasi NTT
secara keseluruhan. Inflasi kelompok yang melandai bersumber dari penurunan harga
sawi hijau, wortel, cabai rawit, bayam, dan daun singkong yang memasuki masa panen
pada triwulan IV 2020.

Di sisi lain, kenaikan harga ikan segar menjadi faktor pendorong inflasi
kelompok makanan, minuman dan tembakau. Ikan kembung dan ikan tongkol
merupakan jenis ikan segar yang paling banyak dikonsumsi masyarakat di Provinsi NTT.
Harga kedua jenis ikan tersebut cenderung mengalami fluktuasi akibat faktor cuaca di
laut serta faktor musiman, sehingga menjadi faktor pendorong inflasi kelompok.

Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau


pada tahun 2020 meningkat dibandingkan dengan tahun 2019. Hal ini terutama
bersumber dari kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) di awal tahun 2020 yang
menjadi faktor pendorong inflasi sepanjang tahun 2020.

Bab III | Inflasi 41


Makanan Minuman non Alkohol
5 % yoy Minuman Beralkohol Rokok & Tembakau
% yoy 12
4
10
2,87
3 8
6
2 4
2
1
0
0 -2
I II III IV I II III IV
2020 2020

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah


Grafik 3.3. Inflasi Kelompok Makanan, Minuman Grafik 3.4. Inflasi Kelompok Makanan, Grafik 3.4 I
dan Tembakau Minuman & Tembakau per Sub Kelompok per Sub Kel

3.2.2 Kelompok Pakaian dan Alas Kaki


Pada triwulan IV 2020, kelompok pakaian dan alas kaki mengalami deflasi
sebesar 0,47%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami
inflasi sebesar 0,87% (yoy). Tekanan inflasi kelompok pakaian dan alas kaki yang
menurun menjadi salah satu sumber penurunan tekanan inflasi Provinsi NTT secara
keseluruhan. Deflasi kelompok bersumber dari penurunan harga blus wanita, gaun anak,
dan sepatu pria seiring dengan melemahnya konsumsi masyarakat di tengah pandemi
COVID-19.

Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok pakaian dan alas kaki menurun
dibandingkan dengan tahun 2019. Hal ini terutama disebabkan oleh menurunnya
permintaan akibat daya beli masyarakat yang melemah. serta terhentinya aktivitas di
sektor pariwisata.
Pakaian Alas Kaki
2,5 % yoy % yoy 4
2,0
3
1,5
1,0 2
0,5 1
0,0
0
-0,5
-0,47
-1,0 -1
I II III IV I II III IV
2020 2020
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 3.5. Inflasi Kelompok Pakaian dan Alas Kaki Grafik 3.6. Inflasi Kelompok Pakaian Grafik 3.4 I
dan Alas Kaki per Sub Kelompok per Sub Kel

Bab III | Inflasi 42


3.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga
Pada triwulan IV 2020, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar
rumah tangga mengalami deflasi sebesar 0,27% (yoy), lebih dalam dibandingkan
deflasi triwulan sebelumnya sebesar 0,12% (yoy). Berkurangnya tekanan inflasi
kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga menjadi salah satu
sumber penurunan tekanan inflasi Provinsi NTT secara keseluruhan. Penurunan harga
semen dan besi beton menjadi faktor penahan inflasi kelompok, sejalan dengan
melambatnya pengerjaan konstruksi baik oleh Pemerintah dan swasta di tengah pandemi
COVID-19. Penurunan harga listrik juga menjadi faktor penahan inflasi kelompok, sejalan
dengan subsidi listrik oleh pemerintah (pembebasan biaya listrik untuk rumah tangga
berkapasitas 450 VA, diskon 50% untuk rumah tangga berkapasitas 900 VA, dan
pembebasan biaya untuk UMKM berkapasitas 450 VA selama Mei-Desember 2020).

Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan
bakar rumah tangga pada tahun 2020 menurun dibandingkan dengan tahun 2019.
Hal ini terutama disebabkan oleh subsidi listrik oleh pemerintah untuk beberapa
golongan dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional.

Sewa & Kontrak Rumah


Pemeliharaan, Perbaikan & Keamanan
0,0 % yoy Penyediaan Air & Layanan Lainnya
Listrik & Bahan Bakar RT
% yoy 0,5
-0,1

0,0
-0,2

-0,5
-0,3 -0,27

-1,0
-0,4
I II III IV
I II III IV
2020
2020
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
Grafik 3.7. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Grafik 3.8. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik,
dan Bahan Bakar Rumah Tangga dan Bahan Bakar Rumah Tangga per Sub Kelompok

3.2.4 Kelompok Perlengkapan, Peralatan, dan Pemeliharaan Rumah Tangga


Pada triwulan IV 2020, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan
rumah tangga mengalami inflasi sebesar 0,60% (yoy), melandai dibandingkan
dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 0,67% (yoy). Tekanan inflasi kelompok
perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rumah tangga yang menurun menjadi salah

Bab III | Inflasi 43


satu sumber penurunan tekanan inflasi NTT secara keseluruhan. Penurunan harga sabun
deterjen, kasur, dan handuk menjadi faktor penahan laju inflasi kelompok. Di sisi lain,
kenaikan upah asisten rumah tangga serta harga kulkas dan kursi menjadi faktor
pendorong inflasi kelompok.

Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok perlengkapan, peralatan, dan


pemeliharaan rumah tangga pada tahun 2020 menurun dibandingkan dengan
tahun 2019. Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan harga berbagai perabotan
rumah tangga seperti kasur, tempat tidur, kulkas, blender dan dispenser, seiring dengan
permintaan yang menurun.
Furnitur, Perlengkapan & Karpet
Tekstil RT
1,0 % yoy Peralatan RT
Barang Pecah Belah & Peralatan Makan Minum
Peralatan & Perlengkapan Perumahan & Kebun
0,8 Barang & Layanan Untuk Pemeliharaan RT
% yoy 6
0,60
0,6
4

0,4 2

0,2 0

0,0 -2
I II III IV I II III IV

2020 2020
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
Grafik 3.9. Inflasi Kelompok Perlengkapan, Peralatan, Grafik 3.10. Inflasi Kelompok Perlengkapan,
dan Pemeliharaan Rumah Tangga Peralatan, dan Pemeliharaan Rumah Tangga per Sub
Kelompok

3.2.5 Kelompok Kesehatan


Pada triwulan IV 2020, kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 6,39%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 5,47%
(yoy). Inflasi kelompok kesehatan yang meningkat terutama bersumber dari kenaikan
harga obat-obatan dan vitamin sejalan dengan upaya masyarakat untuk meningkatkan
imunitas tubuh serta tarif rumah sakit.

Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok kesehatan pada tahun 2020


meningkat dibandingkan dengan tahun 2019. Hal ini terutama bersumber dari
kenaikan harga obat-obatan, tarif dokter spesialis, tarif rumah sakit, serta tarif
laboratorium, seiring dengan pandemi COVID-19 sepanjang tahun 2020.

Bab III | Inflasi 44


Obat-obatan & Produk Kesehatan Jasa Rawat Jalan

7 % yoy Jasa Rawat Inap Jasa Kesehatan Lainnya

6 % yoy 12
6,39
10
5
8
4
6
3
4
2 2
1 0
0 -2
I II III IV I II III IV
2020 2020
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
Grafik 3.11. Inflasi Kelompok Kesehatan Grafik 3.12. Inflasi Kelompok Kesehatan
per Sub Kelompok
3.2.6 Kelompok Transportasi
Pada triwulan IV 2020, kelompok transportasi mengalami deflasi sebesar
4,66% (yoy), lebih dalam dibandingkan deflasi triwulan sebelumnya sebesar 4,40%
(yoy). Tekanan inflasi kelompok transportasi yang menurun menjadi salah satu sumber
penurunan tekanan inflasi NTT secara keseluruhan. Deflasi kelompok terutama
bersumber dari penurunan tarif angkutan udara yang berlanjut akibat menurunnya
mobilitas masyarakat di tengah pandemi COVID-19. Melambatnya permintaan tiket
angkutan udara pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2020 terkonfirmasi dari penurunan
jumlah penumpang baik di Bandara El Tari maupun Bandara Komodo di triwulan IV 2020
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, kenaikan harga sepeda
motor dan mobil menjadi faktor pendorong inflasi kelompok, mengingat berbagai
perusahaan otomotif secara rutin menaikkan harga jual mobil dan motor setiap
akhir/awal tahun.

Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok transportasi pada tahun 2020


menurun dibandingkan dengan tahun 2019. Hal ini terutama disebabkan oleh
penurunan tarif angkutan udara yang terus berlanjut sepanjang tahun 2020 seiring
dengan menurunnya mobilitas masyarakat sepanjang pandemi COVID-19.

Bab III | Inflasi 45


Pembelian Kendaraan Pengoperasian Peralatan Kantor
0 % yoy Jasa Angkutan Penumpang Jasa Pengiriman Barang
% yoy 10

-2 5

-4 -5

-10
-4,66
-6 -15
I II III IV I II III IV

2020 2020
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
Grafik 3.13. Inflasi Kelompok Transportasi Grafik 3.14. Inflasi Kelompok Transportasi
per Sub Kelompok Komoditas

3.2.7 Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan


Pada triwulan IV 2020, kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan
mengalami deflasi sebesar 2,04% (yoy), lebih dalam dibandingkan deflasi triwulan
sebelumnya sebesar 1,67% (yoy). Tekanan inflasi kelompok informasi, komunikasi, dan
jasa keuangan yang menurun menjadi salah satu sumber penurunan tekanan inflasi NTT
secara keseluruhan. Deflasi kelompok terutama bersumber dari penurunan harga biaya
pulsa ponsel, telepon seluler, dan flash disk. Di sisi lain, kenaikan harga televisi berwarna
dan biaya jaringan saluran TV menjadi faktor pendorong inflasi kelompok.

Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok informasi, komunikasi dan jasa


keuangan pada tahun 2020 menurun dibandingkan dengan tahun 2019. Hal ini
terutama bersumber dari menurunnya harga telepon seluler dan flash disk, seiring
dengan melemahnya permintaan sepanjang tahun 2020.

Peralatan Informasi & Komunikasi


0,5 % yoy Layanan Informasi & Komunikasi
Jasa Keuangan
0,0 % yoy 3

-0,5
0
-1,0
-1,5
-3
-2,0
-2,04
-2,5 -6
I II III IV I II III IV
2020 2020
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
Grafik 3.15. Inflasi Kelompok Informasi, Komunikasi Grafik 3.16. Inflasi Kelompok Informasi, Komunikasi
dan Jasa Keuangan dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok

Bab III | Inflasi 46


3.2.8 Kelompok Rekreasi, Olahraga, dan Budaya
Pada triwulan IV 2020, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya mencatat
deflasi sebesar 0,12% (yoy), tidak sedalam deflasi triwulan sebelumnya sebesar
0,26% (yoy). Deflasi kelompok terutama bersumber dari penurunan harga sepeda anak,
harga buku pelajaran, dan tiket bioskop di tengah pembatasan mobilitas masyarakat dan
penerapan pembelajaran jarak jauh. Di sisi lain, kenaikan harga buku tulis bergaris,
pulpen, dan kamera menjadi faktor pendorong inflasi.

Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok rekreasi, olahraga dan budaya


pada tahun 2020 menurun dibandingkan dengan tahun 2019. Hal ini terutama
bersumber dari penurunan harga berbagai barang dan jasa rekreasi seperti sepeda,
bioskop sepanjang tahun 2020 akibat permintaan yang melemah di tengah pandemi
COVID-19.

Barang Rekreasi Tahan Lama 6


Barang Rekreasi Lainnya & Olahraga
% yoy
1,0 % yoy Layanan Rekreasi & Olahraga
Layanan Kebudayaan
Koran, Buku, & Perlengkapan Sekolah 3
0,5
0

0,0
-3
-0,12

-0,5 -6
I II III IV I II III IV
2020 2020

Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)


Grafik 3.17. Inflasi Kelompok Rekreasi, Olahraga Grafik 3.18. Inflasi Kelompok Rekreasi, Olahraga
dan Budaya dan Budaya per Sub Kelompok

3.2.9 Kelompok Pendidikan


Pada triwulan IV 2020, kelompok pendidikan mencatat inflasi sebesar 0,62%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 0,31%
(yoy). Kenaikan biaya bimbingan belajar menjadi faktor utama pendorong inflasi
kelompok, sejalan dengan diberlakukannya kebijakan learning from home yang
meningkatkan demand untuk jasa bimbingan belajar di tengah pandemi COVID-19. Di
sisi lain, penurunan biaya SMP/SLTP menjadi faktor utama penahan inflasi.

Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok pendidikan pada tahun 2020


menurun dibandingkan dengan tahun 2019. Hal ini terutama disebabkan oleh

Bab III | Inflasi 47


penurunan biaya sekolah tingkat SD dan SMP, seiring dengan kebijakan pemerintah
dalam membuat biaya sekolah menjadi lebih terjangkau untuk mendukung
keberlangsungan pendidikan di tengah pandemi COVID-19.

Pendidikan Dasar & Anak Usia Dini % yoy 12


4 % yoy Pendidikan Menengah
10
Pendidikan Tinggi
Pendidikan Lainnya
3 8
6
2 4
2
1 0,62
0
0 -2
I II III IV I II III IV
2020 2020
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
Grafik 3.19. Inflasi Kelompok Pendidikan Grafik 3.20. Inflasi Kelompok Pendidikan
per Sub Kelompok

3.2.10 Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran


Pada triwulan IV 2020, kelompok penyediaan makanan dan
minuman/restoran mengalami inflasi sebesar 1,60% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 0,86% (yoy). Inflasi kelompok yang
meningkat terutama bersumber dari kenaikan harga nasi dengan lauk, ikan bakar, dan
mie. Di sisi lain, penurunan harga soto dan ayam goreng menjadi faktor penahan inflasi.

Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok penyediaan makanan dan


minuman/restoran pada tahun 2020 meningkat dibandingkan dengan tahun 2019 .
Hal ini terutama bersumber dari kenaikan harga nasi dengan lauk serta ikan bakar, seiring
dengan peningkatan harga bahan-bahan makanan dan berbagai jenis ikan segar
sepanjang tahun 2020.

1,8 % yoy
1,6 1,60
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
I II III IV
2020
Sumber: BPS (diolah)

Bab III | Inflasi 48


Grafik 3.21. Inflasi Kelompok Penyediaan Makanan
dan Minuman/Restoran
3.2.11 Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya
Pada triwulan IV 2020, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya
mengalami inflasi sebesar 4,06% (yoy), melandai dibandingkan dengan inflasi
triwulan sebelumnya sebesar 6,39% (yoy). Tekanan inflasi kelompok perawatan
pribadi dan jasa lainnya yang menurun menjadi salah satu sumber penurunan tekanan
inflasi NTT secara keseluruhan. Inflasi kelompok yang melandai terutama bersumber dari
penurunan harga sirih, parfum, dan popok bayi. Sementara itu, harga emas perhiasan
masih menjadi faktor pendorong inflasi, terutama bila dibandingkan dengan harga emas
di tahun 2019 sebelum terjadi pandemi COVID-19 yang mendorong kenaikan harga
emas di pasar global.

Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya
pada tahun 2020 meningkat dibandingkan dengan tahun 2019. Hal ini terutama
bersumber dari kenaikan harga emas perhiasan sepanjang tahun 2020, seiring dengan
meningkatnya harga emas di pasar global sepanjang tahun 2020 yang diakibatkan
ketidakpastian di pasar keuangan global di tengah pandemi COVID-19.

Perawatan Pribadi
8 % yoy Perawatan Pribadi Lainnya
Jasa Lainnya
7 % yoy 20
6
5 15
4
4,06 10
3
2 5
1
0 0
I II III IV I II III IV
2020 2020
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)
Grafik 3.22. Inflasi Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Grafik 3.23. Inflasi Kelompok Perawatan Pribadi dan
Lainnya secara Tahunan dan Bulanan Jasa Lainnya per Sub Kelompok Komoditas
.

3.3. Inflasi Berdasarkan Kota


3.3.1 Inflasi Kota Kupang
Pada triwulan IV 2020, Kota Kupang mengalami inflasi sebesar 0,29% (yoy),
tidak berubah dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya. Secara
keseluruhan tahun 2020, inflasi Kota Kupang tercatat lebih rendah dibandingkan

Bab III | Inflasi 49


dengan inflasi tahun 2019. Hal ini terutama bersumber dari penurunan tarif angkutan
udara serta semen. Tarif angkutan udara yang mengalami penurunan sepanjang tahun
2020 akibat menurunnya mobilitas masyarakat di tengah pandemi COVID-19. Sementara
itu, harga semen juga menurun akibat penjualan bahan konstruksi yang melambat
karena banyak proyek-proyek pembangunan yang tertunda sepanjang tahun 2020.

Di sisi lain, kenaikan harga ikan kembung, rokok kretek filter, dan emas
perhiasan menjadi faktor utama pendorong inflasi di Kota Kupang. Ikan kembung
menjadi komoditas pendorong inflasi utama karena konsumsi masyarakat yang tinggi
serta produksi dari nelayan yang berkurang akibat cuaca buruk di laut. Pada triwulan IV
2020, rokok kretek filter masih menjadi faktor pendorong inflasi sebagai dampak
kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) di awal tahun 2020. Selanjutnya, kenaikan harga
emas perhiasan juga masih menjadi faktor pendorong inflasi, seiring dengan kenaikan
harga emas sepanjang tahun 2020.

3.3.2 Inflasi Kota Maumere


Pada triwulan IV 2020, Kota Maumere mengalami inflasi sebesar 2,24%
(yoy), melandai dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 2,60%
(yoy). Secara keseluruhan tahun 2020, inflasi Kota Maumere lebih tinggi
dibandingkan dengan inflasi tahun 2019. Kenaikan harga ikan segar dan emas
perhiasan menjadi faktor utama pendorong inflasi di Kota Maumere. Ikan layang, ikan
selar, dan ikan tembang mengalami kenaikan harga seiring dengan produksi dari nelayan
yang berkurang akibat cuaca buruk di laut. Serupa dengan Kota Kupang, kenaikan harga
emas perhiasan juga masih menjadi faktor pendorong inflasi di Kota Maumere, seiring
dengan kenaikan harga emas di pasar global akibat pandemi COVID-10.

Sementara itu, penurunan tarif angkutan udara serta harga beberapa


komoditas sayuran seperti kangkung, sawi hijau, dan cabai rawit menjadi faktor
penahan inflasi di Kota Maumere. Serupa dengan Kota Kupang, tarif angkutan udara
di Kota Maumere terus mengalami penurunan akibat menurunnya mobilitas masyarakat
di tengah pandemi COVID-19. Sementara itu, beberapa komoditas sayuran seperti
kangkung, sawi hijau, dan cabai rawit memasuki masa panen di Kota Maumere, sehingga
mengalami penurunan harga dan menjadi faktor penahan inflasi.

Bab III | Inflasi 50


3.3.3 Inflasi Kota Waingapu
Pada triwulan IV 2020, Kota Waingapu mengalami inflasi sebesar 1,52%
(yoy), melandai dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 6,56%
(yoy). Tekanan inflasi di Kota Waingapu yang menurun terutama bersumber dari
penurunan tarif angkutan udara dan harga beberapa komoditas sayuran. sama halnya
dengan Kota Kupang, dan Maumere, tarif angkutan udara di Kota Maumere terus
mengalami penurunan akibat menurunnya mobilitas masyarakat di tengah pandemi
COVID-19. Sementara itu, beberapa komoditas sayuran seperti sawi hijau, tomat, labu
siam dan bayam memasuki masa panen di Kota Waingapu, sehingga mengalami
penurunan harga dan menjadi faktor penahan inflasi.

Di sisi lain, kenaikan harga ikan segar menjadi faktor pendorong inflasi di
Kota Waingapu. Ikan tongkol, dan ikan kembung mengalami kenaikan harga seiring
dengan produksi dari nelayan yang berkurang akibat cuaca buruk di laut.

Tabel 3.3 Inflasi Kota Kupang, Maumere, dan Waingapu di Triwulan IV 2020 Secara Tahunan
Berdasarkan Kelompok Komoditas
Tw IV '20 (% yoy)
Kelompok Komoditas
Kupang Maumere Waingapu
Inflasi Umum 0,29 2,24 1,52
Makanan, Minuman & Tembakau -0,04 6,91 11,51
Pakaian & Alas Kaki 2,60 11,80 26,50
Perumahan, Air, Listrik, & Bahan Bakar RT -3,07 18,07 -7,10
Perlengkapan, Peralatan, & Pemeliharaan Rutin RT 5,96 38,01 3,93
Kesehatan -0,15 -13,61 2,32
Transportasi -12,53 -25,75 -2,43
Informasi, Komunikasi & Jasa Keuangan -1,65 -55,23 -26,11
Rekreasi, Olahraga & Budaya 3,62 25,00 17,30
Pendidikan 3,20 -25,74 4,70
Penyediaan Makanan & Minuman/Restoran -0,28 -3,90 1,07
Perawatan Pribadi & Jasa Lainnya 0,00 -4,17 1,15
Sumber : BPS (diolah)

Bab III | Inflasi 51


3.4. Tracking dan Proyeksi Inflasi Triwulan I 2021
Inflasi Provinsi NTT secara year-on-year pada triwulan I 2021 diprakirakan
lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2020 yang mencapai 0,61% (yoy). Harga
berbagai jenis ikan segar diprakirakan masih akan tetap tinggi sepanjang triwulan I 2020
akibat cuaca di laut yang masih buruk. Harga berbagai jenis cabai juga diprakirakan masih
tinggi, seiring dengan peningkatan curah hujan yang berdampak pada produksi cabai
yang menurun. Kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) yang akan dilakukan lagi pada awal
tahun 2020 juga akan berdampak pada kenaikan harga semua jenis rokok. Di sisi lain,
kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Kupang pada periode 13 Januari s.d. 24 Februari 2021 (dan dapat
diperpanjang sesuai keputusan pemerintah) dapat menahan konsumsi masyarakat,
sehingga menjadi risiko mendorong inflasi menjadi lebih rendah dari prakiraan.

3.5. Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID


Dalam rangka pengendalian inflasi di Provinsi NTT, TPID Provinsi NTT dan TPID
Kabupaten/Kota terus meningkatkan koordinasi secara intensif. Di tengah melambatnya
tekanan inflasi di tahun 2020 akibat daya beli yang turun selama pandemi COVID 19,
Pemerintah daerah di Provinsi NTT bersama anggota-anggota TPID lainnya tetap
melaksanakan berbagai program pengendalian inflasi, diantaranya sebagai berikut:
 Rutin melaksanakan rapat koordinasi TPID, baik rapat tim teknis maupun High
Level Meeting.
 Menyelenggarakan capacity building kepada Sekda dan Bagian Ekonomi-
Sekretariat TPID di seluruh Kota/Kabupaten NTT, dalam rangka meningkatkan
pemahaman terkait penyusunan program kerja dan pelaporan terkait TPID.
 Melaksanakan pemantauan harga sembako di pasar-pasar tradisional menjelang
Hari Raya Natal dan Tahun baru
 Memastikan persediaan kedelai mencukupi kebutuhan, sehingga harga tempe
dan tahu tidak mengalami kenaikan harga di tengah kelangkaan pasokan kedelai
secara nasional.
 Pada Tahun 2021, Pemerintah Provinsi NTT akan membangun tiga pabrik pakan
ternak yang berlokasi di Kab. Manggarai Timur, Kab. Sumba Tengah, dan Kab.
Kupang. Setiap pabrik dirancang memiliki kapasitas produksi 30 ton pakan
ternak per bulan. Pabrik ternak tersebut ditargetkan sudah mulai operasional di
Bab III | Inflasi 52
tahun 2021 dan diharapkan dapat mendukung stabilisasi produksi daging ayam,
daging sapi, dan daging babi.
 Melaksanakan program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) dalam rangka
memperkuat pasokan jagung sebagai pendukung pabrik pakan ternak.
 Melaksanakan program pengembangan KUB (Kampung Unggul Ballitbangtan)
untuk memperkuat pasokan telur.
 Bersama dengan Kementerian Pertanian, membangun kawasan Food Estate di
Kabupaten Sumba Tengah dengan total luas 5.000 ha dengan tujuan
memperkuat ketahanan pangan.
 Menjaga kelancaran distribusi melalui Pelabuhan Tenau di Kupang, terutama
untuk komoditas pokok masyarakat.

Bab III | Inflasi 53


Boks 2. Pola Perdagangan Komoditas Inflasi Bahan
Makanan di Kota Kupang1
Pengendalian inflasi kelompok bahan makanan memegang peran penting
dalam pengendalian inflasi Provinsi NTT secara keseluruhan. Secara bulanan,
pergerakan inflasi Provinsi NTT mengikuti pergerakan inflasi kelompok bahan makanan.
Pada tahun 2020, inflasi bahan makanan memberikan andil rata-rata 26,65% pada inflasi
umum Provinsi NTT. Di sisi lain, kelompok bahan makanan merupakan kelompok
komoditas yang volatile karena bergantung pada ketersediaan pasokan. Pasokan
komoditas bahan makanan di Provinsi NTT tidak hanya dipenuhi dari produksi Provinsi
NTT sendiri, tetapi juga didatangkan dari daerah lain.

%mtm
6

0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

-2 2018 2019 2020

-4

Umum Bahan Makanan

Sumber: BPS
Grafik Boks 2.1. Perkembangan Inflasi Umum &
Kelompok Bahan Makanan Provinsi NTT

Berdasarkan kondisi tersebut, kajian untuk menggambarkan pola


perdagangan komoditas bahan makanan di Provinsi NTT perlu dilakukan. Mengingat
banyaknya komoditas kelompok bahan makanan yang dihitung oleh BPS (167 komoditas
pada tahun 2020), kajian akan difokuskan pada 8 komoditas yang memberikan andil
besar terhadap pembentukan inflasi di Provinsi NTT yakni beras, daging ayam ras, gula
pasir, telur ayam ras, bawang putih, bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit.
Pergerakan inflasi kedelapan komoditas tersebut juga fluktuatif sehingga mempengaruhi
inflasi bulanan Provinsi NTT. Kajian dilaksanakan di Kota Kupang yang merupakan kota
penghitungan inflasi dengan andil terbesar di Provinsi NTT yakni rata-rata 80%.

1
Boks merupakan hasil kajian Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT dan Lembaga Pengembangan Usaha Mandiri dan
Kewirausahaan Universitas Katolik Widya Mandira Kupang pada tahun 2020 dengan judul yang sama

Boks 2 | Pola Perdagangan Komoditas Inflasi Bahan Makanan di Kota Kupang 54


Hasil kajian menunjukkan pasokan komoditas beras di Kota Kupang dipenuhi
dari Provinsi Jawa Timur (pangsa 81%), Sulawesi Selatan (pangsa 16%) dan
Kabupaten Kupang (3%). Pasokan beras di Kota Kupang tersebut juga memenuhi
kebutuhan beras kabupaten lainnya antara lain Timor Tengah Selatan (TTS), Timor
Tengah Utara (TTU), dan Belu. Sebagai komoditas dengan bobot inflasi tertinggi di
Provinsi NTT, produksi beras di Provinsi NTT masih terbatas sehingga perlu mendatangkan
pasokan dari luar Provinsi NTT. Pada tahun 2019, produksi padi gabah kering giling di
Provinsi NTT baru mencapai 811.724 ton atau setara beras 473.003 ton. Produktivitas
panen padi Provinsi NTT masih rendah yakni 3,81 ton/ha, di bawah rata-rata nasional
yang mencapai 5,16 ton/ha.

Gambar Boks 2.1. Pola Perdagangan Beras


Antar Wilayah di Kota Kupang

Pasokan daging dan telur ayam ras sebagian besar dipenuhi sendiri di Provinsi
NTT. Pasokan daging ayam ras dipenuhi Kota Kupang sendiri melalui peternak inti
kemitraan. Hanya 4% kebutuhan daging ayam ras di Kota Kupang yang diperoleh dari
Provinsi Jawa Timur dalam bentuk beku. Meskipun daging ayam ras di Kota Kupang
dipenuhi sendiri, kebutuhan bahan baku antara lain day old chick, pakan, dan obat-
obatan masih bergantung dari provinsi lain, terutama Jawa Timur. Sementara itu,
kebutuhan telur ayam ras di Kota Kupang sebagian besar diperoleh dari Kabupaten
Kupang. Impor telur ayam ras dari Provinsi Jawa Timur juga dilakukan dan memenuhi
17% kebutuhan Kota Kupang. Pasokan daging dan telur ayam ras di Kota Kupang juga
memenuhi kebutuhan kabupaten lainnya di Pulau Timor, Kabupaten Alor, serta Rote
Ndao.

Boks 2 | Pola Perdagangan Komoditas Inflasi Bahan Makanan di Kota Kupang 55


Gambar Boks 2.2. Pola Perdagangan Daging Gambar Boks 2.3. Pola Perdagangan Telur
Ayam Ras Antar Wilayah di Kota Kupang Ayam Ras Antar Wilayah di Kota Kupang

Komoditas gula pasir yang diperdagangkan di Kota Kupang diperoleh dari


Provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur juga menjadi pemasok kebutuhan gula pasir
nasional dengan pangsa 48%. Saat ini, pembangunan pabrik gula pasir tengah berjalan
di Kabupaten Sumba Timur sehingga ke depan Provinsi NTT berpotensi menjadi salah
satu produsen gula pasir nasional.

Gambar Boks 2.4. Pola Perdagangan Gula


Pasir Antar Wilayah di Kota Kupang

Kebutuhan bawang putih di Kota Kupang seluruhnya dipenuhi dari Provinsi


Jawa Timur, sedangkan bawang merah sebagian besar dipenuhi sendiri di Provinsi
NTT. Secara nasional, 96% konsumsi bawang putih berasal dari impor, terutama
Tiongkok. Ketersediaan bawang putih di Kota Kupang secara tidak langsung juga
dipengaruhi kelancaran impor bawang putih nasional, khususnya Jawa Timur. Bawang
putih yang diperoleh dari Provinsi Jawa Timur selanjutnya didistribusikan ke beberapa
Kabupaten lain di NTT dan sebagian kecil di ekspor ke Provinsi Maluku (Ambon).

Boks 2 | Pola Perdagangan Komoditas Inflasi Bahan Makanan di Kota Kupang 56


Sementara itu, komoditas bawang merah di Kota Kupang dipenuhi dari
produksi Kabupaten Kupang (55%) dan Rote Ndao (17%). Impor bawang merah dari
luar Provinsi NTT diperoleh dari Provinsi NTB (20%) dan Provinsi Sulawesi Selatan (8%).
Komoditas bawang merah di Kota Kupang juga diekspor untuk memenuhi kebutuhan
provinsi lainnya yakni Provinsi Papua (Mimika).

Gambar Boks 2.5. Pola Perdagangan Bawang Gambar Boks 2.6. Pola Perdagangan Bawang
Putih Antar Wilayah di Kota Kupang Merah Antar Wilayah di Kota Kupang

Pasokan komoditas cabai-cabai di Kota Kupang sebagian besar dipenuhi


sendiri di Provinsi NTT. Sebesar 67% kebutuhan cabai merah besar di Kota Kupang
dipenuhi dari Kabupaten Rote Ndao. Impor cabai merah dari Provinsi Sulawesi Selatan
juga dilakukan dan memenuhi 25% kebutuhan Kota Kupang. Sejalan dengan cabai
merah, sebagian besar kebutuhan cabai rawit di Kota Kupang juga dipenuhi dari
Kabupaten Rote Ndao (62%). Impor cabai rawit dari Provinsi Sulawesi Selatan juga
dilakukan dan memenuhi 9% kebutuhan cabai rawit di Kota Kupang. Pasokan cabai
merah dan cabai rawit di Kota Kupang juga memenuhi kebutuhan kabupaten-kabupaten
lainnya di Provinsi NTT.

Gambar Boks 2.5. Pola Perdagangan Cabai Gambar Boks 2.6. Pola Perdagangan Cabai
Merah Antar Wilayah di Kota Kupang Rawit Antar Wilayah di Kota Kupang

Boks 2 | Pola Perdagangan Komoditas Inflasi Bahan Makanan di Kota Kupang 57


Berdasarkan hasil kajian, kota Kupang dan Provinsi NTT secara keseluruhan
masih sangat tergantung terhadap supply komoditas dari luar. Kemandirian
produksi kiranya perlu terus ditingkatkan khususnya dengan hadirnya food estate di
Sumba Tengah dan bendungan Napun Gete di Sikka yang baru diresmikan oleh Presiden
RI pada 23 Februari 2021, guna mendukung ketahanan pangan di Provinsi NTT. Kerja
sama antar daerah juga perlu terus diperluas terutama dengan daerah yang memiliki
keterkaitan perdagangan dengan NTT seperti Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi
NTB, yang saat ini belum terdapat kerjasama antar daerah.

Boks 2 | Pola Perdagangan Komoditas Inflasi Bahan Makanan di Kota Kupang 58


Bab IV.
STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAERAH
Secara umum, stabilitas sistem keuangan di Provinsi NTT pada triwulan IV 2020 masih
terjaga. Hal ini tercermin dari ROA serta LDR yang kembali meningkat, setelah di triwulan-
triwulan sebelumnya mencatatkan tren penurunan. Sementara itu, NPL (gross) tercatat
sebesar 1,79%, terjaga dan masih di bawah level 5%. DPK tumbuh sebesar 1,65% (yoy),
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya akibat pencairan giro pemerintah daerah
di akhir tahun, serta deposito yang terkontraksi sebagai dampak dari suku bunga yang
menurun. Sejalan dengan hal tersebut, penyaluran kredit tumbuh sebesar 3,65% (yoy),
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya akibat kinerja kredit konsumsi yang
tertahan. Meskipun demikian, pertumbuhan kredit usaha (UMKM dan Korporasi) tumbuh
sebesar 2,36% (yoy), setelah di triwulan sebelumnya terkontraksi 0,61% (yoy). Hal ini
terutama bersumber dari perbaikan kinerja modal kerja, meskipun kinerja kredit investasi
masih lemah.

Sepanjang tahun 2020, kinerja sektor keuangan di Provinsi NTT tercatat menurun
dibandingkan tahun 2019, baik dari sisi DPK maupun kredit. Hal ini merupakan dampak
dari kondisi makroekonomi yang memburuk di tengah pandemi COVID-19. Meskipun
demikian, risiko sektor keuangan tetap terjaga, ditopang oleh kebijakan restrukturisasi
serta program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dari pemerintah.

4.1 Kondisi Umum


4.1.1 Kinerja Bank Umum
Pada triwulan IV 2020 dan keseluruhan tahun 2020, kinerja bank umum di
Provinsi NTT masih terjaga. Return on Asset (ROA) perbankan pada triwulan IV tercatat
sebesar 3,56%, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,15%.
Sementara itu, efisiensi perbankan masih relatif stabil, dengan rasio Beban Operasional
atas Pendapatan Operasional (BOPO) yang tercatat sebesar 71,46, sedik it
menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 72,32. Fungsi intermediasi
perbankan di provinsi NTT pada tahun 2020 juga masih terjaga. Loan to Deposit Ratio
(LDR) tercatat sebesar 115,52%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
100,43%. Meskipun demikian, baik pertumbuhan DPK maupun pertumbuhan kredit
melambat pada triwulan IV 2020. Sementara itu, risiko kredit masih terjaga, tercermin
dari rasio Non-Performing Loan (NPL) sebesar 1,79%, masih di bawah level 5%.

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 59


BOPO (%) ROA (%) - RHS Triliun Rp
90 5,0 DPK Kredit LDR (rhs)
40 140%
80
35 130%
70 4,0 30 120%
25
60 110%
20
100%
50 3,0 15
10 90%
40
5 80%
30 2,0 - 70%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020 2018 2019 2020

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.1: Perkembangan Profitabilitas Bank Umum Grafik 4.2: Perkembangan LDR Bank Umum

Tabel 4.1: Perkembangan Indikator Bank Umum di Provinsi NTT

Nominal (Miliar Rp) Pertumbuhan (% yoy)

Indikator 2019 2020 2019 2020

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV


37.26 40.84 42.87 42.94 43.91 46.15 48.99 44.85 16,3 16,0 17,8
Aset 6,84 5,04 13,00 14,29 4,46
5 9 0 3 7 9 4 7 3 1 5
25.68 28.81 28.74 29.49 29.65 31.15 33.60 30.08 17,5 15,4
DPK 2,67 7,26 7,84 8,11 16,90 1,99
0 7 8 7 1 4 5 5 3 6
Giro 5.798 7.676 5.926 4.392 5.614 6.408 7.616 3.672 6,05 21,91 6,25 26,28 (3,18) (16,51) 28,53 (16,39)
Tabungan 13.531 14.306 14.386 16.364 14.665 15.605 16.549 17.992 7,25 7,01 4,37 5,83 8,38 9,08 15,03 9,95
Deposito 6.351 6.835 8.436 8.741 9.372 9.141 9.441 8.421 (8,33) (5,07) 15,61 41,96 47,58 33,74 11,91 (3,66)

29.13 30.48 32.79 32.20 32.52 32.69 33.75 34.29 11,9 11,6
Kredit 7,68 9,11 7,11 7,28 2,92 6,50
6 1 4 5 1 9 1 7 8 2
Modal Kerja 8.988 9.739 10.571 10.292 10.293 11.394 11.077 11.385 10,87 12,10 17,05 9,99 14,52 16,99 4,79 10,62
Investasi 2.531 2.590 3.089 2.578 2.653 3.225 2.315 2.310 6,30 4,86 21,00 (3,39) 4,81 24,48 (25,06) (10,40)
Konsumsi 17.616 18.152 19.134 19.335 19.574 19.788 20.358 20.600 6,32 8,19 8,09 7,17 11,11 9,01 6,40 6,54

113,4 105,7 114,0 109,1 109,6 104,9 100,4 114,0


% LDR
6 8 8 8 8 6 3 0
% NPL (Gross) 2,10 2,49 2,41 2,01 2,02 1,85 1,86 1,79

Sumber: LBU Bank Indonesia (lokasi bank), diolah

4.1.2 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga


Pada triwulan IV 2020, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 1,69% (yoy),
melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
16,51% (yoy). Pertumbuhan DPK yang melambat terutama bersumber dari giro yang
terkontraksi sebesar 17,68% (yoy). Hal ini terutama dipengaruhi oleh pencairan giro
pemerintah daerah dalam rangka mempercepat realisasi APBD pada triwulan IV 2020.
Sementara itu, deposito juga terkontraksi sebesar 4,78% (yoy), sehingga juga menjadi
faktor penahan kinerja DPK. Hal ini terutama dipengaruhi oleh suku bunga deposito yang
terus menurun, sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter yang ditempuh Bank
Indonesia. Suku bunga deposito yang menurun mendorong nasabah-nasabah segmen

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 60


atas untuk memindahkan likuiditas dari deposito ke aset-aset lain dengan yield yang lebih
tinggi.
Pertumbuhan DPK sepanjang tahun 2020 yang tercatat sebesar 1,69% (yoy)
melambat dibandingkan dengan tahun 2019 yang tumbuh sebesar 18,29% (yoy).
Hal ini terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja giro dan deposito sepanjang tahun
2020. Di sisi lain, pertumbuhan tabungan pada tahun 2020 tercatat sebesar 10,16%,
meningkat dibandingkan dengan tahun 2019 yang tumbuh 5,81% (yoy). Kinerja
tabungan yang membaik menjadi penopang kinerja DPK secara keseluruhan. Hal ini
terutama disebabkan karena pada tahun 2020, lebih banyak masyarakat segmen bawah-
menengah yang lebih memilih untuk menabung daripada menggunakan uangnya untuk
usaha/investasi di tengah pandemi COVID-19

TOTAL Giro
Giro Tabungan Deposito
Tabungan Deposito
% yoy 60 % 8
50 7
40 6
30 5
20 4
10 3
0 2
-10 1
-20 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020 2018 2019 2020

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.3: Pertumbuhan DPK dan Komponennya Grafik 4.4: Suku Bunga Tertimbang
Berdasarkan Jenis Simpanan

4.1.3 Penyaluran Kredit


Pertumbuhan kredit mencapai 3,65% (yoy), melambat dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang mencapai 4,13% (yoy). Perlambatan kinerja penyaluran
kredit terutama bersumber dari kredit konsumsi yang merupakan mayoritas dari total
kredit yang disalurkan di NTT. Kredit konsumsi tumbuh sebesar 4,52%s (yoy), melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,51% (yoy). Kinerja
penyaluran kredit konsumsi yang melambat sejalan dengan PDRB konsumsi rumah
tangga yang juga melambat pada triwulan IV 2020. Sementara itu, suku bunga
tertimbang kredit konsumsi terus melanjutkan tren penurunan, sejalan dengan
pelonggaran kebijakan moneter yang ditempuh oleh Bank Indonesia.

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 61


Pertumbuhan kredit sepanjang tahun 2020 yang tercatat sebesar 3,65% (yoy)
melambat dibandingkan dengan tahun 2019 yang tumbuh sebesar 11,30% (yoy).
Kinerja penyaluran kredit pada tahun 2020 yang melambat terutama diakibatkan oleh
menurunnya kinerja di semua jenis kredit, baik pada konsumsi, modal kerja, maupun
investasi. Penurunan kinerja kredit usaha (modal kerja dan investasi) terjadi baik pada
skala UMKM maupun korporasi. Hal ini sejalan dengan kondisi makroekonomi yang
menurun pada tahun 2020 sebagai dampak dari pandemi COVID-19.

Total Kredit Modal Kerja Modal Kerja Investasi Konsumsi


Investasi Konsumsi % 15
% yoy 30
14
20
10 13

0 12

-10 11

-20 10

-30 9
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2018 2019 2020 2018 2019 2020

Sumber: LBU Bank Indonesia (lokasi proyek), diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.5: Pertumbuhan Kredit Grafik 4.6: Suku Bunga Tertimbang Kredit
Berdasarkan Jenis Penggunaan Berdasarkan Jenis Penggunaan

Kredit usaha (modal kerja dan investasi) tumbuh sebesar 2,36% (yoy),
membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 0,61%
(yoy).
Perbaikan kredit usaha terutama bersumber dari kredit modal kerja yang tumbuh sebesar
10,14% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 6,74% (yoy). Sementara itu, kredit investasi masih terkontraksi sebesar 24,78%
(yoy). Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat perbaikan kinerja usaha secara
operasional, meskipun aktivitas investasi masih tertahan. Kinerja investasi yang masih
tertahan juga tercermin pada PDRB dan PMA di Provinsi NTT.

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 62


Growth PMA (Juta USD) Growth (rhs)
10 % yoy 100 % yoy 10
5 80 8
0 60 6
-5 40 4
-59,63%
-10 20 2
-15 0 0
-16,07
-20 -20 -2
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2019 2020 2019 2020

Sumber: BPS, diolah Sumber: BKPM, diolah


Grafik 4.7: Pertumbuhan PDRB Pembentukan Modal Grafik 4.8: Perkembangan Penanaman Modal
Tetap Bruto Provinsi NTT Asing (PMA) di Provinsi NTT

Bila dilihat berdasarkan jenisnya, kredit usaha di NTT didominasi oleh UMKM.
Sementara itu bila dilihat berdasarkan sektor, kredit usaha didominasi oleh sektor
perdagangan. Kredit usaha sektor perdagangan tercatat tumbuh sebesar 8,87% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,89%
(yoy). Di sisi lain, kredit usaha sektor konstruksi masih terkontraksi sebesar 16,19 (yoy),
meskipun membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi
25,25% (yoy). Kinerja kredit sektor konstruksi yang masih lemah merupakan dampak dari
proyek-proyek pembangunan yang tertunda pada tahun 2020 akibat COVID-19.

Triliun Rp Kredit UMKM Kredit Korporasi % yoy Pertanian Konstruksi Perdagangan Akmamin
g UMKM (rhs) g Korporasi (rhs) % yoy 80
16 80
60
12 60
40
8 40
20
4 20 0
0 0 -20

-4 -20 -40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2018 2019 2020 2018 2019 2020

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.9: Perkembangan Kredit Usaha Grafik 4.10: Pertumbuhan Kredit Usaha di Beberapa
Berdasarkan Kategori Usaha Sektor Ekonomi

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 63


NPL (Gross) Modal Kerja & Investasi Pertanian Konstruksi Perdagangan Akmamin
Loan at Risk Modal Kerja % LaR 70
Loan at Risk Investasi
% yoy 70 60
60 50
50
40
40
30
30
20 20
10 10
0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020 2018 2019 2020

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.11: Risiko Kredit Usaha Grafik 4.12: Risiko Kredit Usaha (Loan at Risk) di
Beberapa Sektor Ekonomi

Pada umumnya risiko kredit usaha menunjukkan perbaikan, terutama bersumber


dari loan-at-risk (LaR) kredit modal kerja yang menurun. Sementara itu, LaR kredit
investasi masih terus meningkat. Bila dilihat berdasarkan sektor, penurunan LaR kredit
(perbaikan kualitas) terlihat pada sektor pertanian dan perdagangan. Sementara itu, LaR
kredit sektor konstruksi justru menunjukkan peningkatan (kualitas memburuk).
Selanjutnya, NPL (gross) kredit modal kerja dan investasi tercatat sebesar 3,66%, masih
terjaga dan di bawah level 5%.

4.2 Kinerja Korporasi Nonkeuangan


4.2.1 Kondisi dan Prospek Usaha
Di triwulan IV 2020, korporasi nonkeuangan cenderung mengalami
perbaikan kondisi usaha dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini
tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KPw BI NTT.
Dari segi rentabilitas (kemampuan korporasi menghasilkan laba operasional), sebanyak
25,25% dari perusahaan-perusahaan responden menyatakan mengalami kondisi yang
baik, lebih tinggi dibandingkan 16,33% pada triwulan sebelumnya. Sementara itu dari
segi likuiditas, sebanyak 25,25% dari perusahaan-perusahaan responden menyatakan
mengalami kondisi yang baik, meningkat dibandingkan 17,35% di periode sebelumnya.

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 64


Meskipun demikian, kondisi rentabilitas dan likuiditas korporasi pada tahun 2020 masih
belum pulih seperti pada level di tahun 2019.

1,2% 1,2%
100% 100%
14,3% 11,1% 11,2% 9,1%
80% 80%
53,0% 53,0%
Buruk Buruk
60% 63,6% 60% 65,7%
69,4% Cukup 71,4% Cukup
40% 40%
Baik Baik
20% 45,8% 20% 45,8%
25,3% 25,3%
16,3% 17,3%
0% 0%
Tw IV 2019 Tw III 2020 Tw IV 2020 Tw IV 2019 Tw III 2020 Tw IV 2020

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha BI, diolah Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha BI, diolah
Grafik 4.13: Kondisi Rentabilitas Korporasi Grafik 4.14: Kondisi Likuiditas Korporasi

4.2.2 Penyaluran Kredit Korporasi


Kredit korporasi non-UMKM tumbuh sebesar 16,10% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,45% (yoy).
Pertumbuhan kredit korporasi terutama bersumber dari kredit modal kerja yang tumbuh
sebesar 35,70% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 27,04% (yoy). Di sisi lain, kredit investasi masih terkontraksi sebesar 14,58%
(yoy), meskipun membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi lebih
dalam sebesar 21,38% (yoy). Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat perbaikan kinerja
korporasi secara operasional, meskipun aktivitas investasi korporasi masih tertahan.

Total Modal Kerja Investasi Modal Kerja Investasi


% yoy 60 % LaR 80
70
40 60
50
20
40
0 30
20
-20
10
-40 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020 2018 2019 2020

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.15: Pertumbuhan Kredit Grafik 4.16: Risiko Kredit (Loan at Risk)
Korporasi Non Keuangan Korporasi Non Keuangan

Pertumbuhan kredit korporasi sepanjang tahun 2020 yang tercatat sebesar


16,10% meningkat dibandingkan dengan tahun 2019 yang tumbuh sebesar 9,54%
(yoy). Hal ini terutama ditopang oleh kebijakan restrukturisasi kredit oleh OJK, penurunan
| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 65
suku bunga modal kerja, serta berbagai keringanan dan insentif fiskal dari pemerintah
dalam rangka mendorong program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

4.3 Kinerja Keuangan Rumah Tangga


4.3.1 Kondisi Rumah Tangga
Kinerja keuangan sektor rumah tangga terindikasi mengalami perlambatan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. PDRB Konsumsi Rumah Tangga tercatat
mengalami kontraksi sebesar 3,88% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang terkontraksi 2,38% (yoy). Perlambatan kinerja Konsumsi Rumah
Tangga juga terkonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen yang dilakukan KPw BI NTT, yang
menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen yang melemah dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya.

PDRB Konsumsi RT 200


% yoy 8
6
4
2 100
0
-2 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
-4 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
-6 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020 2018 2019 2020

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.17: Pertumbuhan PDRB dan Konsumsi Rumah Grafik 4.18: Survei Konsumen Bank Indonesia
Tangga

4.3.2 Penghimpunan DPK Rumah Tangga


DPK rumah tangga tumbuh sebesar 8,80% (yoy), melambat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,80% (yoy). Hal ini terutama
bersumber dari deposito yang tumbuh sebesar 6,29% (yoy), melambat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,97% (yoy). Kinerja deposito yang
melambat terutama dipengaruhi oleh suku bunga tertimbang deposito yang menurun,
sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia
sepanjang tahun 2020. Hal ini mendorong banyak nasabah segmen atas untuk
memindahkan likuiditas dari deposito ke aset-aset lain dengan yield yang lebih tinggi.

Pertumbuhan DPK rumah tangga sepanjang tahun 2020 yang tercatat


sebesar 8,80% (yoy), meningkat dibandingkan dengan tahun 2019 yang tumbuh
sebesar 7,44% (yoy). Hal ini terutama disebabkan karena pada tahun 2020, lebih
| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 66
banyak masyarakat segmen bawah-menengah yang lebih memilih untuk menabung
daripada menggunakan uangnya untuk usaha/investasi di tengah pandemi COVID-19.

TOTAL Giro Giro Tabungan Deposito


Tabungan Deposito Rp Triliun 25
% yoy 60

40 23% 20

20 15

0 10
74%
-20 5

-40 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020 2018 2019 2020
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.19: Pertumbuhan DPK Rumah Tangga
Grafik 4.20: Preferensi Jenis Simpanan Nasabah
Rumah Tangga

4.3.3 Penyaluran Kredit Rumah Tangga


Kredit rumah tangga tumbuh sebesar 4,66% (yoy), melambat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,61% (yoy). Kinerja kredit
konsumsi rumah tangga yang melambat terutama bersumber dari kredit multiguna yang
tumbuh sebesar 8,12% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 15,03% (yoy). Sementara itu, KPR/KPA serta KKB juga masih terkontraksi
masing-masing sebesar 25,22% (yoy) dan 22,41% (yoy), melanjutkan tren kontraksi dari
sejak awal tahun 2020. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan masyarakat NTT dalam
membeli tempat tinggal dan kendaraan masih lemah. Selain itu, terdapat kecenderungan
dari pihak perbankan untuk lebih berhati-hati dalam menyalurkan KPR/KPA dan KKB,
sehingga menjadi faktor perlambatan penyaluran kredit. Hal ini juga tercermin dari
perbaikan risiko kredit RT, di mana NPL (gross) kredit RT tercatat sebesar 0,61%, menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,70%.

Pertumbuhan kredit rumah tangga sepanjang tahun 2020 yang tercatat


sebesar 4,66% (yoy) melambat dibandingkan dengan tahun 2019 yang tumbuh
sebesar 10,40% (yoy). Hal ini terutama diakibatkan oleh konsumsi rumah tangga yang
melemah sepanjang tahun 2020 sebagai dampak dari pandemi COVID-19.

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 67


Total Kredit RT KPR+KPA Total Kredit RT KPR+KPA % NPL
KKB Multiguna KKB Multiguna
% yoy 3,0
45
2,5
30
2,0
15
1,5
0
1,0
-15 0,5
-30 0,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020 2018 2019 2020

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.21: Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.22: Risiko Kredit Rumah Tangga
(Non-Performing Loan)

4.4 Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM


4.4.1 Penyaluran Kredit UMKM
Kredit UMKM tumbuh sebesar 0,23% (yoy), membaik dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang terkontraksi 1,79% (yoy). Kineja penyaluran kredit UMKM
yang membaik terutama bersumber dari kredit modal kerja UMKM yang tumbuh sebesar
7,10% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh
4,31% (yoy). Sementara itu, kredit investasi UMKM masih terkontraksi sebesar 28,24%
(yoy), sehingga menjadi faktor penahan kinerja kredit UMKM. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbaikan kinerja UMKM, meskipun UMKM masih menahan investasi
pada tahun 2020. Hal ini juga terlihat pada risiko kredit, di mana terjadi penurunan loan-
at-risk pada kredit modal kerja UMKM, sedangkan loan-at-risk investasi UMKM justru
meningkat.

Pertumbuhan kredit UMKM sepanjang tahun 2020 yang tercatat sebesar


0,23% (yoy), melambat dibandingkan dengan tahun 2019 yang tumbuh sebesar
13,10% (yoy). Hal ini terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja UMKM di tengah
kondisi makroekonomi yang lesu sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Selain itu,
UMKM juga lebih rentan merasakan dampak dari pandemi dibandingkan dengan
korporasi.

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 68


Total Modal Kerja Investasi Total Modal Kerja Investasi
% yoy % LaR 60
60
50
45
40
30
30
15
0 20

-15 10
-30 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2018 2019 2020 2018 2019 2020

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.23: Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 4.24: Risiko Kredit UMKM (Loan at Risk

Menengah Kecil Mikro Menengah Kecil Mikro


Triliun Rp 14 % yoy 60
12 50
24% 10 40
30
8
20
42% 6
10
4 0
34% 2 -10
- -20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2018 2019 2020 2018 2019 2020

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.25: Pangsa Kredit UMKM Grafik 4.26: Pertumbuhan Kredit UMKM
Berdasarkan Skala Usaha Berdasarkan Skala Usaha

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 69


Bab V.
PENYELENGGARAN SISTEM PEMBAYARAN DAN
PENGELOLAAN UANG RUPIAH

 Indikator sistem pembayaran di Provinsi NTT baik tunai maupun nontunai pada
triwulan IV 2020 menunjukkan perbaikan, sejalan dengan pemulihan ekonomi seiring
kebijakan adaptasi kebiasaan baru.
 Pada triwulan IV 2020, Provinsi NTT menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp 2,8
Triliun Net outflow tersebut tumbuh 18,65% (yoy), menurun dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,88% (yoy)
 Transaksi nontunai secara bertahap juga mengalami perbaikan, tercermin dari
pertumbuhan volume transaksi SKNBI dan BI RTGS yang meningkat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Namun, secara nominal, pertumbuhan SKNBI lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya sedangkan BI RTGS masih lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya.
 Inklusi keuangan secara bertahap juga bertumbuh, tercermin dari meningkatnya
nominal dan volume transaksi kartu kredit dan ATM/Debet, serta tetap bertumbuhnya
jumlah Kartu ATM/Debit meskipun terjadi penurunan pada jumlah Kartu Kredit.
 Di masa pandemi ini, transaksi elektronik di Provinsi NTT di triwulan IV sebesar Rp
22,76 Miliar dan mengalami pertumbuhan sebesar 137% (yoy) dengan sebesar
101.979 transaksi, tumbuh 94% (yoy).

5.1. Kondisi Umum


Indikator sistem pembayaran di Provinsi NTT baik tunai maupun nontunai pada
triwulan IV 2020 menunjukkan perbaikan, sejalan dengan pemulihan ekonomi
seiring kebijakan adaptasi kebiasaan baru. Pada triwulan IV 2020, transaksi tunai di
Provinsi NTT menunjukkan kondisi net outflow. Net outflow tersebut tumbuh seiring
dengan pertumbuhan Inflow dan Outflow, yang menjadi gambaran membaiknya kondisi
perekonomian di Provinsi NTT di tengah pandemi. Transaksi nontunai secara bertahap
juga mengalami perbaikan, tercermin dari pertumbuhan volume transaksi Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 70


RTGS) yang meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan
oleh berkembangnya kebiasaan masyarakat dalam menggunakan transaksi non-tunai
sebagai transaksi alternatif dari transkasi tunai. Inklusi keuangan secara bertahap juga
bertumbuh, tercermin dari meningkatnya nominal dan volume transaksi kartu kredit dan
ATM/Debet, serta tetap bertumbuhnya jumlah Kartu ATM/Debit meskipun terjadi
penurunan pada jumlah Kartu Kredit. Hal ini menjadi gambaran semakin infklusifnya
keuangan di Provinsi NTT. Peningkatan inklusivitas keuangan juga tergambar dari adanya
akselerasi peningkatan transaksi elektronik di tengah Pandemi ini, dimana pada triwulan
IV mengalami pertumbuhan diatas 100% secara year-on-year.

5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi NTT


5.2.1. Transaksi Sistem Pembayaran Tunai di Provinsi NTT
Pada triwulan IV 2020, transaksi tunai di Provinsi NTT menunjukkan kondisi
net outflow sebesar Rp2,8 triliun. Net outflow tersebut tumbuh 18,65% (yoy), sedikit
melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,88%
(yoy). Pertumbuhan transaksi tunai terjadi seiring dengan adaptasi kebiasan baru,
meskipun sedikit melambat dikarenakan adanya aturan pembatasan aktivitas masyarakat
di Provinsi NTT menjelang Natal dan Tahun Baru.

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.1. Perkembangan Transaksi Tunai di Grafik 5.2. Perkembangan Inflow dan
Provinsi NTT Outflow Transaksi Tunai Provinsi NTT

Inflow atau aliran uang masuk ke Bank Indonesia pada triwulan IV 2020
tercatat sebesar Rp1,01 triliun atau terkontraksi sebesar 24,77% (yoy). Kontraksi
inflow tersebut meningkat dibandingkan dengan triwulan III 2020 sebesar 11,39% (yoy).
Sementara itu, outflow pada triwulan IV 2020 mencapai Rp3,82 triliun tumbuh sebesar

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 71


2,91% (yoy). Outflow tersebut membaik dibandingkan dengan triwulan III 2020 yang
terkontraksi sebesar 2,77% (yoy). Meningkatnya outflow menunjukkan adanya
pergerakan uang di masyarakat, dan membaiknya aktivitas ekonomi di Provinsi NTT.

5.2.2. Perkembangan Kegiatan Layanan Kas di Provinsi NTT


Secara umum, layanan kas di Provinsi NTT pada triwulan IV 2020 mengalami
perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Layanan penukaran yang dilakukan di
loket Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT pada triwulan IV 2020 mencapai
Rp17,11 triliun atau terkontraksi sebesar 46,59% (yoy). Meskipun demikian, kondisi
tersebut lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar
79,75% (yoy). Pengiriman uang layak edar ke kas titipan Bank Indonesia di Provinsi NTT
pada triwulan IV 2020 mencapai Rp1,02 triliun. Kinerja pengiriman uang ke kas titipan
menurun, tercermin dari kontraksi yang mendalam menjadi 49,86% (yoy) dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya sebesar 14,06% (yoy). Penurunan ini dipengaruhi oleh
buruknya cuaca yang menghambat distribusi uang ke masing-masing kas titipan,
meskipun sudah ada kebijakan adaptasi kebiasaan baru di sektor transportasi yang
mendukung distribusi uang layak edar di wilayah Provinsi NTT. Di sisi lain, layanan kas
keliling pada triwulan IV 2020 masih belum dilaksanakan di tengah pandemi COVID-19.

35 Rp Miliar YOY 700%


3 Rp Triliun YOY 300%
30 600%
250%
500% 2
25 200%
400%
20 2 150%
300%
200% 100%
15
1 50%
100%
10
0% 0%
5 1
-100% -50%
0 -200% 0 -100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2017 2018 2019 2020 2017 2018 2019 2020
Nominal Penukaran Growth - rhs Nominal Kas Titipan Growth - rhs

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.3. Perkembangan Layanan Penukaran Grafik 5.4. Perkembangan Pengiriman Uang
Bank Indonesia Provinsi NTT Kepada Kas Titipan Provinsi NTT

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 72


5.2.2.1. Penarikan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di Provinsi NTT
Penarikan Uang Tidak Layak Edar di triwulan IV 2020 mengalami peningkatan.
Penarikan UTLE di Triwulan IV 2020 tercatat sebesar Rp852 miliar, bertumbuh sebesar
27,6% (yoy). Kinerja tersebut membaik dari penarikan di Triwulan III 2020 sebesar Rp613
miliar atau terkontraksi sebesar 28,34%. Perbaikan kinerja pada penarikan UTLE dapat
dicapai dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk melakukan penukaran
UTLE dan penyelenggara kas titipan dalam melakukan penarikan UTLE di daerah
operasinya.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.5. Perkembangan Penarikan Uang Tidak Layak Edar


Bank Indonesia Provinsi NTT

5.2.2.2. Temuan Uang Palsu


Temuan uang palsu di triwulan IV 2020 menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya. Di triwulan IV 2020, ditemukan sebanyak 72 lembar uang palsu. Temuan
ini meningkat sebesar 1,41% (yoy). Namun apabila dibandingkan dengan triwulan III
2020, jumlah temuan menurun dari 78 lembar pada triwulan III 2020 menjadi 72 lembar
pada triwulan IV 2020.

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 73


Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.6. Perkembangan Temuan Uang Palsu di
Provinsi NTT

5.2.3. Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai di Provinsi NTT


5.2.3.1. Transaksi Kliring (SKNBI)
Pada triwulan IV 2020, penggunaan transaksi Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia (SKNBI) di Provinsi NTT mulai menunjukkan perbaikan. Berdasarkan
volume, transaksi kliring pada triwulan IV 2020 mencapai 83,61 ribu lembar atau
terkontraksi sebesar 5,54% (yoy). Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan III 2020 yang terkontraksi sebesar 5,75% (yoy). Nominal kliring di Provinsi NTT
pada triwulan IV 2020 tercatat sebesar Rp4,06 triliun, terkontraksi 1,97% (yoy), membaik
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 3,19% (yoy). Secara
triwulanan, pertumbuhan nominal kliring meningkat menjadi 23,92% (qtq)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang meningkat sebesar 22,87% (qtq).

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.7. Perkembangan Nilai Nominal Transaksi Grafik 5.8. Perkembangan Volume Transaksi
SKNBI di Provinsi NTT SKNBI di Provinsi NTT

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 74


5.2.3.2. Transaksi BI RTGS di Provinsi NTT
Pada triwulan IV 2020, transaksi nontunai nilai besar melalui BI RTGS (Real
Time Gross Settlement) menunjukkan peningkatan volume. Volume BI RTGS pada
triwulan IV 2020 mencapai 6.111 transaksi atau tumbuh 143,76% (yoy), meningkat
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 100,76% (yoy). Di sisi
lain, nominal transaksi BI RTGS mengalami penurunan kinerja. Nominal transaksi BI RTGS
pada triwulan III 2020 tercatat sebesar Rp12,80 triliun. Pertumbuhan nominal BI RTGS
melambat dari 66,78% (yoy) pada triwulan III 2020 menjadi terkontraksi sebesar 26,59%
(yoy) pada triwulan IV 2020. Secara triwulanan, pertumbuhan nominal BI RTGS
menunjukkan kontraksi 54,80% (qtq), dibandingkan dengan triwulan III 2020 yang
tumbuh 5,40% (qtq).

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.10. Perkembangan Nominal
Grafik 5.9. Perkembangan Volume Transaksi BI-RTGS
Transaksi BI-RTGS

5.3. Perkembangan Inklusi Keuangan Provinsi NTT


5.3.1. Perkembangan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK)
5.3.1.1. Transaksi Kartu ATM/ Debet
Nominal transaksi kartu ATM/Debet di triwulan IV 2020 mengalami
pertumbuhan. Pada triwulan IV 2020, nominal transaksi kartu ATM/Debet tercatat
sebesar Rp13,07 triliun, meningkat sebesar 15,9% (yoy). Transaksi ini lebih besar
dibandingkan triwulan III 2020 yang mencapai Rp11,59 triliun atau terkontraksi sebesar
7,3% (yoy) . Secara triwulanan, nominal transaksi kartu ATM/Debet bertumbuh sebesar
12,07% (qtq). Sedangkan untuk volume transaksi kartu ATM/Debet pada triwulan IV
2020 tercatat sebesar 16,2 juta transaksi, meningkat sebesar 13,4% (yoy). Capaian ini

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 75


meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 69,2% dan
secara volume sebesar 15,04 juta transaksi. Secara triwulanan, volume transaksi kartu
ATM/Debet mengalami pertumbuhan sebesar 15,20% (qtq). Jumlah ekspansi kartu
ATM/Debet di triwulan IV 2020 tercatat sebesar 2,287 Juta kartu, bertumbuh sebesar
20,1% (yoy).

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.11, Perkembangan Nominal Transaksi Grafik 5.12. Perkembangan Volume Transaksi
Kartu ATM/ Debet di Provinsi NTT Kartu ATM/ Debet di Provinsi NTT

Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.13. Perkembangan Ekspasi Kartu ATM/ Debet di
Provinsi NTT

5.3.1.2. Transaksi Kartu Kredit


Nominal transaksi kartu kredit di triwulan IV 2020 mengalami pertumbuhan.
Pada triwulan IV 2020, nominal transaksi kartu kredit tercatat sebesar Rp85,88 miliar,
terkontraksi sebesar 0,43% (yoy). Capaian ini lebih besar dibandingkan triwulan III 2020
yang terkontraksi sebesar 0,78% dan secara nominal transaksi sebesar Rp64,70 miliar.

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 76


Secara triwulanan, nominal transaksi kartu kredit bertumbuh sebesar 32,7% (qtq).
Sedangkan untuk volume transaksi kartu kredit pada triwulan IV 2020 tercatat sebesar
104.763 transaksi, terkontraksi sebesar 0,29% (yoy). Capaian ini meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 0,61% dan secara volume
sebesar 91.037 transaksi. Secara triwulanan, volume transaksi kartu kredit mengalami
pertumbuhan sebesar 15,1% (qtq). Jumlah ekspansi kartu kredit di triwulan IV 2020
tercatat sebesar 38.933 kartu, bertumbuh sebesar 34,4% (yoy).

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.14. Perkembangan Nominal Transaksi Grafik 5.15. Perkembangan Volume Transaksi
Kartu Kredit di Provinsi NTT Kartu Kredit di Provinsi NTT

Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.16. Perkembangan Ekspansi Kartu Kredit
di Provinsi NTT

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 77


5.3.2. Perkembangan Transaksi Elektronik
Secara umum, transaksi elektronik di triwulan IV 2020 mengalami
pertumbuhan baik dari nominal dan volume transaksi. Kondisi ini menunjukkan
kebiasaan transaksi elektronik yang semakin terbangun di masyarakat di tengah pandemi
COVID-19. Secara nominal, transaksi elektronik di triwulan IV 2020 tercatat sebesar
Rp22,76 miliar, tumbuh sebesar 137,09% (yoy). Perbaikan terjadi jika dibandingkan
dengan triwulan III 2020 yang mengalami kontraksi sebesar 6,88% (yoy). Pertumbuhan
nominal transaksi juga didukung dengan adanya pertumbuhan dari sisi volume transaksi.
Volume transaksi elektronik pada triwulan IV 2020 tercatat sebanyak 101.979 transaksi,
tumbuh sebesar 94,03% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi terjadi jika
dibandingkan dengan triwulan III 2020 yang mengalami kontraksi sebesar 24,63% (yoy).
Secara triwulanan, peningkatan volume transaksi elektronik tercatat sebesar 109% (qtq)
dari 48.793 transaksi.

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.17. Perkembangan Nominal Transaksi Grafik 5.18. Perkembangan Volume Transaksi
Elektronik di Provinsi NTT Elektronik di Provinsi NTT

Dalam mendukung pertumbuhan transaksi elektronik, Bank Indonesia juga


mendorong pertumbuhan penggunaan Quick Response Indonesian Standard (QRIS)
di masyarakat, baik dari sisi supply (jumlah merchant yang menggunakan QRIS)
maupun dari sisi demand (kesadaran masyarakat menggunakan QRIS). Pada
Desember 2020, tercatat sebanyak 31.095 merchant sudah menggunakan QRIS sebagai
alternatif transaksi. Jumlah ini meningkat sebesar 222% (yoy) dan 11% (qtq). Dengan
meningkatnya jumlah merchant QRIS, diharapkan masyarakat dapat semakin terbiasa

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 78


dengan transaksi elektronik dan mengurangi kontak fisik untuk mengurangi risiko
penyebaran virus di masa pandemi ini.

Sumber: Bank Indonesia


Grafik 5.19. Perkembangan Jumlah Merchant QRIS di
Provinsi NTT

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 79


Bab VI.
KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
• Jumlah angkatan kerja di Provinsi NTT pada Agustus 2020 tercatat 2,85 juta orang,
meningkat 5,56% dibanding Agustus 2019 yang sebanyak 2,70 juta orang. Sementara
itu, pada periode yang sama Tingkat pengangguran terbuka (TPT) naik menjadi 4,28%
dari 3,14% pada Agustus 2019.
 Tingkat kemiskinan di Provinsi NTT pada September 2020 tercatat sebesar 21,21%,
naik dibandingkan September 2019 yang sebesar 20,62%. Pada periode yang sama,
koefisien gini yang menunjukkan tingkat ketimpangan pengeluaran masyarakat relatif
stabil.

6.1 Kondisi Umum


Kondisi kesejahteraan dan ketenagakerjaan Provinsi NTT menurun sebagai
dampak pandemi COVID-19. Tingkat kesejahteraan yang menurun tercermin dari
meningkatnya persentase kemiskinan menjadi 21,21% pada September 2020 dari
20,62% di September 2019. Kondisi ketenagakerjaan yang menurun tercermin dari
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang naik menjadi 4,28% pada Agustus 2020 dari
3,14% pada Agustus 2019. Sementara itu, Nilai Tukar Petani (NTP) yang menjadi salah
satu indikator tingkat kesejahteraan petani, naik menjadi 96,27 pada triwulan IV 2020
dari 95,85 pada triwulan sebelumnya meskipun masih di bawah titik impas1.

6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan


Sejalan dengan perlambatan ekonomi di tahun 2020, TPT Provinsi NTT pada
Agustus 2020 tercatat 4,28% (0,12 juta orang), mengalami kenaikan dari Agustus
2019 yang sebesar 3,14% (0,08 juta orang). Secara spasial, TPT Provinsi NTT Agustus
2020 menempati peringkat ke-empat sebagai provinsi dengan TPT terendah setelah
Provinsi Sulawesi Barat (3,32%), Sulawesi Tengah (3,77%), Bengkulu (4,07%) dan Nusa

1
Titik impas NTP = 100. Apabila NTP< 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan
dengan kenaikan harga barang konsumsinya sehingga pendapatan petani turun dan lebih kecil dari pengeluarannya.

Bab VI |Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 80


Tenggara Barat (4,22%). Sehingga secara Nasional, kondisi TPT Provinsi NTT pada
Agustus 2020 lebih baik dibandingkan Nasional yang sebesar 7,07%.

Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) Provinsi NTT pada Agustus 2020
menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun 2019. TPAK pada
Agustus 2020 tercatat sebesar 73,11% atau lebih tinggi dibandingkan Agustus 2020
yang sebesar 70,34%. Peningkatan ini bersumber dari peningkatan angkatan kerja baik
yang bekerja maupun pengangguran. Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2020 tercatat
sebanyak 2,85 juta orang atau meningkat dari Agustus 2019 yang sebanyak 2,70 juta
orang. Berdasarkan jenis kelamin, peningkatan TPAK terutama didorong oleh angkatan
kerja perempuan yang sebesar 63,91% pada bulan Agustus 2020 atau mengalami
persentase kenaikan sebesar 4,17%. Sementara itu, TPAK laki-laki tercatat sebesar
82,64% atau mengalami persentase kenaikan sebesar 1,33%.

Sumber: BPS Sumber: BPS


Grafik 6.1. Perkembangan Tenaga Kerja Grafik 6.2. Perkembangan Status Tenaga Kerja
Provinsi NTT Provinsi NTT

Kegiatan informal masih mendominasi struktur tenaga kerja di Provinsi NTT.


Struktur tersebut tidak banyak mengalami perubahan dalam lima tahun terakhir. Pada
Agustus 2020, penduduk yang bekerja pada kegiatan informal sebanyak 2,08 juta orang
atau 76,10% dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut naik sebesar 9,41%
(yoy) dibandingkan Agustus 2019 yang sebanyak 1,90 juta orang. Berbeda dengan
pekerja kegiatan informal yang mengalami kenaikan, pekerja pada kegiatan formal
mengalami penurunan -9,59% (yoy) dari 0,72 juta orang pada Agustus 2019 menjadi
hanya 0,65 juta orang pada Agustus 2020. Banyaknya penduduk yang bekerja pada
kegiatan informal umumnya dikarenakan persyaratan yang cukup mudah seperti tidak

Bab VI |Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 81


memerlukan latar belakang pendidikan maupun jenis keterampilan tertentu. Kondisi ini
sejalan dengan profil penduduk bekerja di Provinsi NTT yang sebagian besar merupakan
lulusan SD (51,14%).

Berdasarkan lapangan pekerjaan utama, sektor pertanian, kehutanan, dan


perikanan masih menjadi sektor dominan di Provinsi NTT. Penduduk Provinsi NTT yang
bekerja di lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan mencapai 51,43% dari
total penduduk yang bekerja. Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dibandingkan Agustus
2019. Hal tersebut sejalan dengan kontribusi lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan
perikanan yang terus mendominasi. Berdasarkan PDRB Provinsi NTT triwulan III 2020,
lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan memiliki pangsa sebesar 28,30%.
Berdasarkan tingkat pendidikannya, mayoritas pekerja pada Agustus
merupakan pekerja dengan tingkat pendidikan SD ke bawah . Pada Agustus 2020
pekerja dengan pendidikan SD tercatat sebanyak 1,34 juta orang (pangsa 51,14%). Pekerja
lulusan SMA menempati urutan kedua terbanyak dengan jumlah 425 ribu orang (pangsa
16,24%). Sementara itu, pekerja dengan lulusan Sarjana dan Diploma masih terbatas yakni
masing-masing sebanyak 270 ribu orang (pangsa 10,31%) dan 67 ribu orang (pangsa 2,56%).
Kedepannya, perlu upaya strategis untuk meningkatkan kualitas ketenagakerjaan Provinsi
NTT melalui peningkatan pendidikan.

2,76
2,56% 10,31%
4,52 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
4,81
Jasa kemasyarakatan, Sosial, dan SD
5,90%
9,5 Perorangan SMP
Perdagangan Besar dan Eceran; SMA Umum
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
51,43 Industri Pengolahan
16,24% 51,14% SMA Kejuruan
12,06
Diploma I/II/III
Konstruksi Universitas

13,85%
14,93 Transportasi dan Pergudangan

Lainnya

Sumber: BPS Sumber: BPS


Grafik 6.3. Pangsa Lapangan Usaha Tenaga Grafik 6.4. Pangsa Pendidikan Terakhir Tenaga
Kerja NTT Per Agustus 2020 Kerja NTT Per Agustus 2020

Bab VI |Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 82


Secara spasial, Kota Kupang memiliki TPT tertinggi sebesar 10,90%. Hal
tersebut sejalan dengan persebaran penduduk di Provinsi NTT terkonsentrasi di Kota
Kupang sebagai ibukota Provinsi NTT. Tingkat TPT tertinggi kedua terdapat di Kabupaten
Belu yakni sebesar 7,42%. TPT terendah terdapat di Kabupaten Manggarai Timur yang
sebesar 2,10%. Pada Agustus 2020, seluruh Kabupaten dan Kota di Provinsi NTT
mengalami peningkatan TPT dibandingkan Agustus 2019 sebagai dampak pandemi
COVID-19 yang mempengaruhi ketersediaan lapangan kerja.

10,90

7,42

4,90 4,90 4,88 4,69


4,26 4,09 4,02 4,00 3,96
3,72 3,63 3,49
3,16 3,11 3,09 3,08 2,95
2,63 2,36
2,10

TPT (%)

Sumber: BPS
Grafik 6.3. TPT Kabupaten/Kota di Provinsi NTT Per Agustus 2020

6.3 Perkembangan Kesejahteraan


Jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT pada September 2020 mengalami
kenaikan dibandingkan September 2019. Persentase penduduk miskin pada
September 2020 tercatat sebesar 21,21% atau sejumlah 1,17 juta orang meningkat
dibandingkan September 2019 yang sebesar 20,62% (1,13 juta orang). Kemiskinan di
Provinsi NTT sejalan dengan kondisi Nasional yang juga mengalami kenaikan menjadi
10,19% (27,55 juta orang) dari sebelumnya 9,22% (24,79 juta orang) pada September
2019. Secara spasial, Provinsi NTT menempati peringkat ketiga provinsi dengan
persentase kemiskinan tertinggi, setelah Papua (26,80%) dan Papua Barat (21,70%).
Secara umum, tingkat kemiskinan di Provinsi NTT dalam 5 tahun terakhir menunjukkan
tren penurunan. Namun outbreak COVID-19 mengakibatkan perlambatan ekonomi yang
pada ujungnya berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

Bab VI |Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 83


23 26,8
21 21,7 21,21
19 17,99
15,59 15,3
17 14,23 13,06
12,98 12,8
15
13
11
9
Papua Papua Barat NTT Maluku Gorontalo Bengkulu NTB Sulteng Sumsel DIY
Sep 16 Sep 17 Sep 18 Sep 19 Sep 20
Nasional NTT

Sumber: BPS Sumber: BPS


Grafik 6.4. Perkembangan Persentase Grafik 6.5. Sepuluh Provinsi Dengan Persentase
Kemiskinan Provinsi NTT dan Nasional Kemiskinan Tertinggi Per September 2020

Tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah perdesaan yang tercermin dari


Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan. Perkembangan NTP Provinsi NTT
pada triwulan IV 2020 tercatat 96,27 atau meningkat dibandingkan triwulan III 2020
yang sebesar 95,83. Peningkatan NTP pada triwulan III 2020 terutama bersumber dari
meningkatnya indeks diterima yakni harga komoditas hasil produksi.

Sejak awal tahun 2020, NTP di Provinsi NTT berada di bawah angka 100 atau
di bawah titik impas. Hal ini menandakan petani mengalami defisit di mana indeks yang
dibayar lebih besar daripada indeks yang diterima. Hal ini juga mengindikasikan bahwa
dalam tingkatan tertentu nilai tukar produk yang dihasilkan petani belum mampu
memenuhi kebutuhan rumah tangga petani, baik untuk konsumsi rumah tangga
maupun untuk biaya produksi pertaniannya. Berdasarkan subsektornya, peningkatan
NTP triwulan IV 2020 terutama didorong oleh subsektor tanaman hortikultura,
perkebunan rakyat dan padi palawija seiring dimulainya masa tanam komoditas padi
palawija dan masa panen komoditas perkebunan. Sementara itu, NTP subsektor
perikanan dan peternakan tercatat mengalami penurunan khususnya perikanan
budidaya.

Bab VI |Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 84


110 200
105,00
105
150 100,00
100
100 95,00
95
90,00
50
90 85,00
85 0 Padi Palawija Hortikultura Tanaman Peternakan Perikanan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Perkebunan
Rakyat
2017 2018 2019 2020

NTP IT - rhs IB - rhs Tw III 2020 TW IV 2020

Sumber: BPS Sumber: BPS


Grafik 6.7. NTP Provinsi NTT Berdasarkan
Grafik 6.6. Perkembangan NTP Provinsi NTT
Subsektor

Tingkat ketimpangan di Provinsi NTT yang tercermin dari rasio gini relatif stabil.
Rasio gini pada September 2020 tercatat 0,356 relatif stabil dibandingkan Maret
2019 yang sebesar 0,355. Rasio gini di Provinsi NTT lebih baik dibandingkan kondisi
Nasional yang tercatat memiliki rasio gini sebesar 0,385. Secara umum, rasio gini yang
mendekati angka 1 menunjukkan tingkat ketimpangan yang tinggi.

0,4 0,394
0,391
0,39 0,384 0,385
0,38
0,38

0,37
0,362
0,359 0,359
0,36 0,355 0,356

0,35

0,34

0,33
Sep 16 Sep 17 Sep 18 Sep 19 Sep 20

Nasional NTT

Sumber: BPS
Grafik 6.8. Perkembangan Rasio Gini Provinsi NTT

Bab VI |Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 85


Bab VII
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
• Pemulihan ekonomi Provinsi NTT tetap berlanjut di triwulan II 2021 seiring dengan
perayaan Hari Raya Idul Fitri dan masuknya masa puncak panen raya. Program
vaksinasi diharapkan mampu menekan laju penyebaran kasus COVID-19 sehingga
mendorong pemulihan aktivitas masyarakat dan permintaan domestik, terutama
konsumsi rumah tangga dan investasi. Dari sisi LU, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT
pada triwulan II 2021 didorong oleh LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan;
Konstruksi; dan Perdagangan Besar dan Eceran.

• Perbaikan perekonomian Provinsi NTT diperkirakan tetap berlanjut sampai akhir tahun
2021 dan meningkat dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2020.
Akselerasi ekonomi Provinsi NTT dipengaruhi oleh perbaikan konsumsi masyarakat
sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan aktivitas ekonomi, peningkatan kapasitas
fiskal, serta keberlanjutan pembangunan proyek investasi terutama Proyek Strategis
Nasional dan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Labuan Bajo. Di sisi Lapangan
Usaha, peningkatan Ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2021 juga diperkirakan
ditopang oleh LU Utama Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib; Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; serta Konstruksi.

• Inflasi Provinsi NTT pada tahun 2021 diprakirakan lebih tinggi dibandingkan dengan
inflasi pada tahun 2020. Pada triwulan II 2021, inflasi diperkirakan meningkat
dipengaruhi oleh membaiknya permintaan domestik seiring momen Hari Raya Idul Fitri
terutama konsumsi bahan makanan dan angkutan udara.

7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT


7.1.1 Prospek Ekonomi Triwulan II 2021
Perbaikan kinerja ekonomi Provinsi NTT diprakirakan akan terus berlanjut
pada triwulan II 2021. Sumber pemulihan perekonomian Provinsi NTT diperkirakan
berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi. Distribusi vaksin yang telah
dilaksanakan sejak triwulan I 2021 diperkirakan mampu mengurangi risiko penyebaran
COVID-19 sehingga meningkatkan ekspektasi permintaan domestik. Konsumsi rumah
tangga juga diperkirakan meningkat seiring Hari Raya Idul Fitri pada bulan Mei 2021 dan
panen raya yang diperkirakan terjadi pada triwulan II 2021. Berlanjutnya pembangunan
Proyek Strategis Nasional (PSN) serta pengembangan Destinasi Pariwisata Super Prioritas
(DPSP) Labuan Bajo menjadi faktor pendorong investasi pada triwulan II 2021. Sementara

| Bab VII – Prospek Perekonomian Daerah 86


itu, kinerja sektor eksternal diperkirakan meningkat yang didorong oleh perbaikan
ekonomi global dan negara mitra dagang utama (antara lain Timor Leste, Vietnam, dan
India) serta pemulihan akses perdagangan antarnegara dan antardaerah.

Di sisi lain, kasus positif COVID-19 di Provinsi NTT terus meningkat secara
eksponensial sejak bulan September 2020. Pemetaan profil risiko COVID-19 di Provinsi
NTT menunjukkan terdapat tiga kabupaten yang berada pada zona merah atau berisiko
tinggi yaitu Kabupaten Kupang, Ende, dan Kota Kupang, 17 kabupaten berisiko sedang,
serta dua kabupaten berisiko rendah. Mulai 13 Januari 20211, Pemerintah Kota Kupang
menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sebagai
upaya mencegah penyebaran transmisi lokal COVID-19 di Kota Kupang. Peningkatan
kasus positif COVID-19 menjadi faktor risiko pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT.

Tabel 7.1. Profil Risiko COVID-19 Kabupaten/Kota di Provinsi NTT


PROFIL RISIKO KABUPATEN/KOTA
Risiko Tinggi Kota Kupang, Kabupaten Kupang, dan Ende
Sumba Tengah, Ngada, Nagekeo, Sumba Barat
Daya, Flores Timur, Malaka, Sumba Timur, Rote
Risiko Sedang Ndao, Timor Tengah Utara, Sikka, Manggarai,
Timor Tengah Selatan, Belu, Manggarai Barat,
Alor, Manggarai Timur, Sabu Raijua
Risiko Rendah Sumba Barat, Lembata
Sumber: Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Nasional, data 26 Februari 2021

Dari sisi LU, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan II 2021
diperkirakan didorong oleh LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan serta
Konstruksi. Kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan meningkat seiring panen
raya yang berlangsung pada triwulan II 2021. Produktivitas pertanian Provinsi NTT juga
diperkirakan meningkat, dipengaruhi oleh curah hujan yang lebih baik dibandingkan
dengan tahun sebelumnya seiring musim penghujan yang dimulai sejak bulan November
20202. Di sisi lain, kinerja LU konstruksi diperkirakan mendorong pertumbuhan ekonomi
Provinsi NTT triwulan II 2021 seiring dengan berlanjutnya proyek Pemerintah antara lain
PSN3 Bendungan Temef (Timor Tengah Selatan) dan Bendungan Manikin (Kabupaten
Kupang), serta pengembangan DPSP Labuan Bajo terutama penataan Pulau Rinca dan

1
Surat Edaran Walikota Kupang Nomor 006/HK.188.45.443.1/II/2021
2
Keterangan BMKG NTT pada bulan September 2020
3
Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional tanggal 17 November 2020.

| Bab VII – Prospek Perekonomian Daerah 87


Bandar Udara Internasional Komodo. Pada tahun 2021, Pemerintah Provinsi NTT juga
mengajukan pinjaman sebesar Rp1,01 triliun kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI)
dalam rangka pemulihan ekonomi nasional (PEN) untuk proyek rehabilitasi jalan,
pembangunan embung dan penampungan air lainnya, serta pembangunan infrastruktur
kawasan pemukiman di Provinsi NTT4.

%yoy

6,30
5,22 5,61
3,90
2,99

-1,98 -1,75
-2,27
I II III IV I II III IV Ip IIp
2019 2020 2021p
Sumber: BPS dan Bank Indonesia (diolah)

Grafik 7.1. Proyeksi Ekonomi Provinsi NTT Triwulan I 2021 dan Triwulan II 2021

i Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Triwulan I dan II 2020


7.1.2 Prospek Ekonomi Tahun 2021
Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT tahun 2021 diperkirakan meningkat
dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi
Provinsi NTT secara keseluruhan pada tahun 2021 didorong oleh konsumsi masyarakat
sejalan dengan program vaksinasi dan meningkatnya aktivitas ekonomi, keberlanjutan
pengerjaan konstruksi dan infrastruktur pemerintah, serta peningkatan kapasitas fiskal.
Kegiatan vaksinasi tahap pertama di Provinsi NTT telah dimulai sejak 15 Januari 2021
kepada tenaga kesehatan dengan sasaran sebanyak 32.221 orang. Sampai dengan 24
Februari 2021, pemberian vaksin dosis pertama kepada tenaga kesehatan telah mencapai
89%, dan penyuntikan dosis kedua mencapai 50%5. Vaksin tahap kedua telah diterima
di Provinsi NTT pada tanggal 24 Februari 2021 sebanyak 7.240 vial yang ditujukan kepada
lansia dan pelayan publik6. Kegiatan vaksinasi diharapkan dapat menekan penyebaran
COVID-19 sehingga aktivitas ekonomi masyarakat dapat pulih secara perlahan dan

4
Surat Kepala Dinas PUPR Prov. NTT No. PUPR.SKT.05.01/900/360/IX/2020 perihal Tambahan Usulan Pemanfaatan Dana Pinjaman
PT. SMI (PEN) Tahun 2021.
5
Data Dinas Kesehatan Provinsi NTT tanggal 24 Februari 2021
6
Surat Kementrian Kesehatan RI No. SR.02.06/II/439/2021 tanggal 19 Februari 2021

| Bab VII – Prospek Perekonomian Daerah 88


berkelanjutan. Sementara itu, keberlanjutan pembangunan proyek investasi pada tahun
2021 diperkirakan meningkat, didukung oleh berlanjutnya optimisme pelaku usaha pasca
adaptasi kebiasaan baru serta kenaikan pagu belanja modal pemerintah.

Pemulihan ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2021 didorong oleh


meningkatnya kinerja empat LU utama yakni Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan;
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib; Perdagangan
Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; serta Konstruksi. Akselerasi
kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan pada tahun 2021 didorong oleh
implementasi program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) yang mendukung ketahanan
pangan dan ketahanan ekonomi melalui rantai nilai tambah dalam menggerakkan
ekonomi pedesaan (sektor riil). Pembangunan lumbung pangan di Kabupaten Sumba
Tengah dengan luas 3.000 ha untuk tanaman padi dan 2.000 ha untuk tanaman jagung
juga berpotensi meningkatkan kinerja pertanian. Di samping itu, Pemerintah Provinsi NTT
tengah mengajukan pinjaman non infrastruktur kepada PT SMI dalam rangka PEN
sebesar Rp491,78 miliar untuk pengembangan pertanian antara lain budidaya ikan
kerapu, kakap dan bandeng; budidaya tanaman porang; penangkaran bibit jagung;
budidaya dan pengolahan kelor; serta pembibitan dan pemeliharaan ayam, babi,
kambing, dan sapi. Kinerja LU Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor juga diperkirakan membaik pada tahun 2021 seiring pembukaan akses
perdagangan baik luar negeri maupun antar daerah, didukung dengan ekspektasi positif
pelaku usaha dan rumah tangga terkait pengendalian COVID-19. LU Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib juga diprakirakan meningkat,
sejalan dengan kenaikan pagu belanja APBN dan APBD Pemerintah di Provinsi NTT pada
tahun 2021.

%yoy 5,12 5,11 5,11 5,24

-0,83
2016 2017 2018 2019 2020 2021p

Sumber: BPS dan Bank Indonesia (diolah)


Grafik 7.2. Proyeksi Ekonomi Provinsi NTT Tahun 2021

| Bab VII – Prospek Perekonomian Daerah 89


7.2 Prospek Inflasi Provinsi NTT

7.2.1 Prospek Inflasi Triwulan II 2021


Inflasi Provinsi NTT pada triwulan II 2021 diprakirakan lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan I 2021. Hal ini dipengaruhi oleh membaiknya
permintaan domestik seiring momen Hari Raya Idul Fitri terutama untuk konsumsi bahan
makanan dan angkutan udara. Tingkat keyakinan konsumen yang membaik dan daya
beli terjaga didukung oleh stimulus fiskal seiring berlanjutnya kebijakan PEN pada tahun
2021. Inflasi pada triwulan II 2021 juga dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan
komoditas bahan makanan antara lain daging ayam ras, telur ayam ras, cabai, dan
bawang yang secara historis mengalami kenaikan menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Sementara itu, tarif angkutan udara sesuai pola historis juga diperkirakan mengalami
kenaikan harga seiring meningkatnya permintaan masyarakat untuk bepergian
menggunakan moda transportasi udara pada Hari Raya Idul Fitri.

7.2.1 Prospek Inflasi Tahun 2021


Inflasi Provinsi NTT pada tahun 2021 diprakirakan lebih tinggi dibandingkan
dengan inflasi tahun 2021 yang sebesar 0,61% (yoy). Dari sisi demand, meningkatnya
inflasi pada tahun 2021 didorong oleh membaiknya permintaan domestik seiring dampak
kebijakan PEN, peningkatan aktivitas ekonomi pasca adaptasi kebiasaan baru, serta
keyakinan konsumen yang terjaga. Kebijakan kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) yang
ditetapkan Pemerintah pada awal tahun 2021 juga akan berdampak pada kenaikan
harga semua jenis rokok7. Di sisi lain, kebijakan Menteri Tenaga Kerja untuk tidak
menaikkan Upah Minimum Provinsi (UMP)8 diikuti oleh Pemerintah Provinsi NTT. UMP
Provinsi NTT pada tahun 2021 adalah Rp1.950.000, sama dengan tahun 20209. Dari sisi
supply, kenaikan harga dipicu oleh pricing behavior dari pelaku usaha pasca adaptasi
kebiasaan baru antara lain dengan meningkatkan biaya operasional untuk memenuhi
standar protokol kesehatan, kompensasi kerugian di tahun 2020, serta pembatasan
kapasitas maksimal terutama penumpang angkutan. Tekanan eksternal pada tahun 2021

7
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 198/PMK.010/2020 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau tanggal 15
Desember 2020
8
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor M/11/HK.04/X/2020 tentang Penetapan Upah Minimum Tahun 2021 Pada Masa
Pandemi COVID-19 tanggal 26 Oktober 2020.
9
Keputusan Gubernur NTT Nomor 305/KEP/HK/2020 tanggal 27 Oktober 2020

| Bab VII – Prospek Perekonomian Daerah 90


diperkirakan tetap terjaga, tercermin dari membaiknya prospek ekonomi global, nilai
tukar terjaga, serta pembatasan perdagangan komoditas bahan makanan yang minimal.

%yoy
3,07
2,89

2,06
2,12
2,25 1,65 1,57
1,90
1,10
1,35

0,67 0,61

I II III IV I II III IV I II III IV Ip Iip IIIp IVp


2018 2019 2020 2021p
Sumber: BPS dan Bank Indonesia (diolah)
Grafik 7.3. Proyeksi Inflasi Provinsi NTT Tahun 2021

| Bab VII – Prospek Perekonomian Daerah 91

Anda mungkin juga menyukai