Anda di halaman 1dari 6

SENAM OTAK (BRAIN GYM) UNTUK FUNGSI KOGNITIF

PENDERITA DEMENSIA PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS NGULING PASURUAN
1
Agung Cahyo Fitriyono
2
Ariska Putri Hidayathillah S. Kep. Ns., M. Epid
3
Putri Pamungkas S.Kep., Ns., M.KM
1
Mahasiswa Institut Kesehatan dan Bisnis Surabaya
2
Dosen Institut Kesehatan dan Bisnis Surabaya
3
Dosen Institut Kesehatan dan Bisnis Surabaya

Fakultas kesehatan/prodi S1 ilmu keperawatan


Email : 171141002.student@ikbis.ac.id

ABSTRAK

Lansia merupakan usia yang usia yang paling sering mengalami demensia. Senam ataupun terapi
perlu dilakukan, salah satu metodenya adalah lewat metode senam otak (brain gym). Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh senam otak (brain gym) terhadap penderita demensia pada lansia.
Metode: Penelitian ini berdesain quasi eksperiment dengan pendekatan control group pre-test post- test.
Populasi: Lansia dengan demensia di wilayah kerja Puskesmas Nguling, dengan teknik purposive sampling
didapat 36 lansia, kelompok perlakuan (n=18) dan kontrol (n=18). Data dianalisis dengan menggunakan
Wilcoxon signed rank test. Hasil: Ada perbedaan signifikan pada fungsi kognitif lansia. Dibuktikan dengan
hasil analisis Wilcoxon signed rank test pada kelompok perlakuan didapatkan hasil pengetahuan p=0.000 .
Hasil penelitian menyimpulkan ada pengaruh senam otak (brain gym) terhadap peningkatan fungsi kognitif
pada lansia. Diskusi: Ada pengaruh senam otak (brain gym) terhadap peningkatan fungsi kognitif pada
lansia. Keluarga dan perawat komunitas di wilayah kerja puskesmas Nguling dapat menerapkan senam otak
(brain gym) sebagai alternatif pilihan media peningkatan fungsi kognitif pada lansia demensia.

Kata kunci: brain gym, demensia, fungsi kognitif, lansia

BRAIN GYM FOR COGNITIVE FUNCTION ELDERLY DEMENTIA IN THE WORK AREA
PASURUAN MGULING HEALTH CENTER

ABSTRACT

Elderly is the age most often experience dementia. Gymnastics or therapy needs to be done,
one method is through the brain gym method. The purpose of this study was to determine the effect
of brain gym on people with dementia in the elderly. Methods: This study was a quasi-
experimental design with a pre-test post-test control group approach. Population: Elderly people
with dementia in the working area of Nguling Public Health Center, with purposive sampling
technique, 36 elderly people were obtained, treatment group (n=18) and control group (n=18).
Data were analyzed using the Wilcoxon signed rank test. Results: : There is a significant difference
in the cognitive function of the elderly. It is proven by the results of the Wilcoxon signed rank test
analysis in the treatment group, the results of knowledge are p = 0.000. Results of the study
concluded that there was an effect of brain gym on increasing cognitive function in the elderly.
Discussion: There is an effect of brain gym on increasing cognitive function in the elderly.
Families and community nurses in the working area of the Nguling Health Center can apply brain
gym as an alternative choice of media for improving cognitive function in elderly dementia.

Keywords: brain gym, cognitive function, dementia, elderly

PENDAHULUAN tertentu, tetapi juga pada awal kehidupan


Penuaan adalah sistem seumur hidup (Maryam, 2011). Menurut UU No. 13 Tahun
yang sekarang tidak lagi dimulai pada waktu 1998 pada umur 60 tahun adalah usia tua,
SENAM OTAK UNTUK FUNGSI KOGNITIF PENDERITA DEMENSIA PADA LANSIA |
1
(Nugroho, 2018). Sistem ini terjadi secara konsentrasi belajar pada lansia dan didapatkan
alami, dan diamati melalui kondisi dalam hasil yang signifikan atau hasil yang didapatkan
situasi fisik, psikologis, dan sosial yang saling tidak lebih dari nilai signifikansi yang memiliki
mempengaruhi. Sistem bertambah tua dari makna bahwa hipotesis penelitian ini dapat
lanjut usia dapat didefinisikan secara linier diterima. Menurut penelitian Yuliati dan Nur
dalam 3 tahap, yaitu, gangguan, batas tujuan, hidayah dengan judul pengaruh puzzle terhadap
ketidakmampuan, dan ketidakmampuan yang fungsi kognitif pada lansia di RT 01 kelurahan
menyertai sistem penurunan. Salah satu struktur Tandes Surabaya hasil dari penelitian yang
kerangka yang mengalami penurunan adalah menunjukan ada pengaruh pemberian puzzle
sistem kognitif atau kecerdasan yang biasa pada lansia dengan demensia dengan dilakukan
disebut demensia (Widita Muharyani, 2010). uji Wilcoxon signed Rank Test .
Berdasarkan data Perserikatan Bangsa- Hal yang mendasari dilakukannya
Bangsa (PBB) tentang populasi menua dunia, penelitian ini karena banyaknya beban dalam
pada tahun 2015 diperkirakan terdapat 901 juta merawat penderita demensia, maka perlu
orang lanjut usia di seluruh dunia. Jumlah ini adanya cara penanganan yang lebih maju
diproyeksikan akan terus bertambah, mencapai namun lebih sederhana sehingga dapat
2 miliar pada tahun 2050 (Konsensus Lansia, mengurangi beban perawatan dan bahkan
2015). Seperti negara-negara lain di dunia, mampu membantu memudahkan para penderita
Indonesia juga mengalami populasi yang demensia dalam menjalani masa perawatan.
menua. Jumlah lansia di Indonesia Salah satu cara penanganan demensia adalah
diproyeksikan meningkat menjadi 27,5 atau dengan memberikan bentuk latihan olahraga.
10,3% pada tahun 2019 dan menjadi 57 juta (Brain Gym).
atau 17,9% pada tahun 2045 (BPS, Bappenas, METODE PENELITIAN
UNFPA, 2018). Jumlah lansia meningkat sejak Penelitian ini merupakan jenis
tahun 2015 sebesar 22 juta (8,5%) menjadi 27,5 penelitian kuantitatif dengan desain
juta (10,3%) pada tahun 2019. Sedangkan penelitian menggunakan quasi eksperiment
lansia di Provinsi Jawa Timur terdapat 11,7 juta (eksperimen semu) dengan pendekatan
jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia control group pre-test post-test. Populasi
merupakan salah satu negara yang akan dalam penelitian ini adalah lansia yang
memasuki usia aging population, karena jumlah
mengalami penyakit demensia di wilayah kerja
penduduk berusia 60 tahun ke atas telah
melampaui 7,0%. Puskesmas Nguling sebanyak 95 orang. Teknik
. Populasi lansia yang terus bertambah sampling yang digunakan oleh peneliti
dapat menimbulkan masalah penyakit pada adalah purposive sampling.
lansia. Menurut International Conference of the HASIL PENELITIAN
Alzheimer's Association/AAIC (2019), 1. Karakteristik Responden
epidemiologi kasus demensia akan meningkat
Karakteris KP KK
drastis dalam 10 tahun ke depan karena 5,8 juta
tik ∑ % ∑ %
orang di Amerika Serikat menderita demensia,
dan angka kematian keempat. Berdasarkan data Jenis
BAPPENAS tahun 2013, prognosis penduduk Kelamin
lanjut usia dengan demensia terus meningkat Perempuan 10 58,8 10 58,8
antara tahun 2010 hingga 2035. Pada tahun Laki-laki 7 41,2 7 41,2
2010, jumlah lansia dengan demensia mencapai
Total 17 100 17 100
18 juta (7,56%). Tahun 2016 - 27,1 juta orang
(9,9%), tahun 2019 - 42,0 juta orang (13,82%). Sumber : Data Primer 2021
Hasil studi pendahuluan oleh ilmuwan di Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dijelaskan
Puskesmas Nguling tempat kerja diambil dan bahwa pada kelompok perlakuan, sebagian
10 responden merupakan 70% dari seluruh besar lansia berjenis kelamin perempuan yaitu
sampel yang diambil. Demensia adalah 10 responden (58,8%). Sedangkan pada
gangguan memori yang berkembang lambat kelompok kontrol sebagian besar lansia berjenis
yang dapat mengganggu kinerja dan aktivitas kelamin perempuan juga yaitu 10 lansia
kehidupan sehari-hari (Atun, 2010). (58,8%)
Penelitian yang dilakukan oleh noviana 2. Fungsi Kognitif
(2010) menyatakan bahwa terdapat peningkatan KP KK
SENAM OTAK UNTUK FUNGSI KOGNITIF PENDERITA DEMENSIA PADA LANSIA |
2
Tingkat Penget Post test Post test diartikan bahwa ada perbedaan kategori
ahuan ∑ % ∑ % kognitif yang signifikan sebelum dan sesudah
Kognitif Normal 14 76,5 - - intervensi pada kelompok perlakuan, sedangkan
Kognitif Ringan 3 23,5 3 17,6 pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan
Kognitif Sedang - - 6 35,3 rata-rata skor kognitif yang signifikan sebelum
Kognitif Berat 8 47,1 dan sesudah intervensi yang dilakukan.
Total 17 100 17 100 PEMBAHASAN
Mean 25,9 17,8 Setelah dilakukan analisa data dan
Min 19 9 mengkaji hasil penelitian menggunakan
Maks 29 22 Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh hasil yang
SD 2,76 3,75 bervariasi terkait pengaruh senam otak (brain
Wilcoxon Signed Rank Test P=0,000 P= 0,903 gym) terhadap penderita demensia pada lansia
Data pada tabel 5.5 menunjukkan di wilayah kerja Puskesmas (Pusat Kesehatan
jumlah dan presentase responden berdasarkan Masyarakat) Nguling sehingga diperlukan
tingkat kognitif sebelum dan sesudah dilakukan pembahasan terkait hal tersebut.
intervensi pada kelompok perlakuan dan 1. Identifikasi Pengaruh Senam Otak (brain
kelompok kontrol. Sebelum dilakukan gym) Terhadap Tingkat Kognitif Lansia
intervensi, pada kelompok perlakuan terdapat 1 Berdasarkan tabel 5.5 pada hasil uji
responden dengan presentase 5,9% memiliki statistik Wilcoxon Signed Rank Test pada
kognitif normal, 5 responden dengan presentase kelompok perlakuan dapat diketahui bahwa
29,4% memiliki kognitif ringan, 8 responden hipotesis diterima dalam artian ada perbedaan
dengan presentase 47,1% memiliki kognitif kategori kognitif yang signifikan antara
sedang dan 3 responden dengan presentase sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Hal
17,6% memiliki kognitif berat. Sedangkan pada tersebut dapat didukung dengan rincian hasil
kelompok kontrol, setelah dilakukan pre-test penelitian pada kelompok perlakuan, sebelum
tidak didapatkan responden dengan presentase dilakukan pemberian senam otak (brain gym)
0% yang memiliki kognitif normal, 5 responden terhadap penderita demensia pada lansia di
dengan presentase 29,4% memiliki kognitif wilayah kerja Puskesmas Nguling didapatkan
ringan, 6 responden dengan presentase 35,3% data bahwa sebagian besar lansia memiliki
memiliki kognitif sedang dan 6 responden kognitif sedang. Setelah pemberian senam otak
dengan presentase 35,3% memiliki kognitif (brain gym) terhadap penderita demensia pada
berat. Setelah dilakukan intervensi, pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Nguling
kelompok perlakuan terdapat peningkatan sebanyak 15x pertemuan, hasil post-test pada
kognitif yaitu 13 responden dengan presentase kelompok perlakuan menunjukkan adanya
76,5% memiliki kognitif normal, 4 responden peningkatan kognitif yaitu sebagian besar dari
dengan presentase 23,5% memiliki kognitif 13 responden memiliki kognitif normal. Pada
ringan dan kognitif berat turun menjadi 0 kelompok kontrol, setelah dilakukan pre-test
responden dengan presentase 0% atau bisa yang didapatkan sebagian besar lansia memiliki
dibilang tidak ada. Setelah dilakukan post test kognitif berat. Setelah dilakukan sebuah post
pada kelompok kontrol, tidak terdapat test pada kelompok kontrol, tidak terdapat
peningkatan yaitu sejumlah 0 responden peningkatan fungsi kognitigf. Sehingga hasil uji
dengan presentase 0% memiliki kognitif statistik Wilcoxon Signed Rank Test pada
normal, kognitif ringan turun menjadi 3 kelompok kontrol menunjukkan nilai lebih dari
responden dengan presentase 17,6%, kognitif 0.05, hipotesis ditolak dan bisa diartikan bahwa
sedang tetap 6 responden dengan presentase tidak ada perbedaan kategori skor kognitif yang
35,3% dan kognitif berat naik menjadi 8 signifikan sebelum dan sesudah intervensi pada
responden dengan presentase 47,1%. kelompok kontrol. Hal tersebut dikarenakan
Hasil uji statistik dengan Wilcoxon masih banyaknya lansia dari kelompok kontrol
Signed Rank Test pada kelompok perlakuan yang memiliki kognitif berat, dan bahkan 8
diperoleh nilai signifikasi (p) = 0,000 lebih lansia mengalami penurunan kategori kognitif
kecil dari α = 0,05 sehingga hipotesis diterima, dari sedang menjadi berat yaitu responden
sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh nomer 2, 3, 4, 7, 8, 10, 12, 13, (dapat dilihat
nilai signifikasi (p) = 0,903 lebih besar dari α = pada lampiran ditribusi responden).
0,05 sehingga hipotesis ditolak dan dapat Pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa
pada saat pre-test soal yang paling banyak salah
SENAM OTAK UNTUK FUNGSI KOGNITIF PENDERITA DEMENSIA PADA LANSIA |
3
adalah soal terkait kognitif, atensi, dan Kesehatan, 2013: 20). ). Stimulasi mental dapat
kalkulasi. Setelah diberikan intervensi berupa dilakukan selama kelas untuk orang tua.
brain gym ini maka hasil yang didapatkan Permainan kelompok dapat dirancang untuk
peningkatan, soal yang paling banyak jawaban merangsang perhatian, memori, fungsi
salah hanyalah soal no 7. Hal ini menunjukkan eksekutif, kelancaran, dll. Data di atas
bahwa senam otak (Brain Gym) yang diberikan menunjukkan bahwa rangsangan fisik, mental
dapat dengan baik memberikan pemahaman dan sosial dapat merangsang otak. Penelitian
kepada lansia akan pesan yang di dalamnya. menunjukkan bahwa ketiga rangsangan ini
Pada kelompok perlakuan terdapat perbedaan selama menyelesaikan bersama-sama dapat
yang lebih signifikan dengan rata-rata merangsang otak lebih dari sekedar rangsangan.
peningkatan 14,12 sedangkan pada kelompok sendiri. Berdasarkan konsep tersebut, maka jika
kontrol rata-rata peningkatan nilai hanya 3,53. kita membuat program stimulasi otak bagi
2. Analisa Pengaruh Senam Otak (Brain lansia di suatu komunitas, maka harus
Gym) Terhadap Penderita Demensia memperhatikan aspek stimulasi fisik, mental
Pada Lansia Di Wilayah Kerja dan sosial serta harus disesuaikan dengan
Puskesmas (Pusat Kesehatan budaya setempat (Kementerian Kesehatan,
Masyarakat) Nguling. 2013: 21). Dalam senam otak meliputi aspek
Lawrance Green (1991) menyatakan stimulasi fisik, mental dan sosial, yang sangat
bahwa terbentuknya perubahan perilaku tepat bila digunakan pada lansia untuk
dipengaruhi beberapa faktor, mulai dari menghambat proses degeneratif demensia agar
reinforcing factor, predisposotion factor, dan mampu menjadikan generasi tua lebih sehat
enabling factor. Banyaknya lansia yang (pengalaman peningkatan kualitas kesehatan). ,
menderita demensia yang kurang menjadi titik hidup mandiri dan produktif secara sosial dan
fokus penyembuhan di daerah pedesaan ekonomi)
terutama di daerah Nguling berhubungan pada Berdasarkan hasil penelitian diketahui
data demografi pada lansia yang sangat bahwa sebelum dilakukan pemberian senam
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan serta otak (Brain Gym) pada lansia dengan demensia
kurangnya ada latihan untuk meningkatkan di wilayah kerja Puskesmas Nguling,
fungsi kognitif pada lansia seperti senam otak didapatkan data terkait kognitif dengan hasil
(Brain Gym). Berbagai penelitian menunjukkan analisis hipotesis diterima didukung dari
bahwa saat kita melakukan aktivitas fisik dapat beberapa teori, berikut penjelasan yang lebih
langsung menstimulasi otak, sehingga saat kita rinci:
melakukan olahraga teratur dapat meningkatkan a. Jenis kelamin
protein di otak yang disebut Brain Derived Dari hasil penelitian ini didapatkan
Neurotrophic Factor (BDNF). Protein BDNF bahwa jenis kelamin responden paling banyak
ini berperan penting menjaga sel saraf tetap adalah berjenis perempuan sebanyak 10
bugar dan sehat. responden (58,8%). Hasil penelitian ini
Telah banyak penelitian mengenai didukung oleh hasil penelitian Rekawati (2004),
peranan BDNF terhadap fungsi memori. Lansia yang menyatakan bahwa usia harapan hidup
yang banyak melakukan aktivitas fisik yang perempuan lebih lama dibandingkan dengan
menyenangkan mempunyai fungsi kognitif laki-laki. Semakin tinggi usia harapan hidup
yang lebih baik. Tidak hanya masalah kognitif, perempuan maka semakin lama kesempatan
penelitian pun menunjukkan olahraga bersifat lansia perempuan untuk hidup, sehingga
ansiolitik, artinya lansia yang berolahraga semakin besar kemungkinan mengalami
cenderung tidak mudah cemas. (Kementerian demensia.
Kesehatan RI, 2013:20). Fakta ilmiah yang b. Usia
berbeda menunjukkan bahwa acara sosial juga Hasil dari penelitian ini menunjukkan
dapat merangsang otak. Stimulasi mental dapat usia dari responden yang mengalami demensia
meningkatkan atau mempertahankan fungsi paling banyak berumur 60-74 tahun sebanyak
kognitif pada lansia. Dengan terus menerus 11 responden dengan presentase (64,7%). Hasil
merangsang aktivitas mental dengan berbagai analisis mendapatkan faktor umur adalah salah
jenis aktivitas otak, seperti berbagai permainan satu yang memiliki risiko terhadap demensia.
stimulasi otak, hubungan antar sel otak dapat Semakin meningkat umur responden semakin
ditingkatkan, berkat itu lansia memiliki tinggi resiko demensia (Japardi, 2013). Hal ini
cadangan fungsi kognitif (Kementerian
SENAM OTAK UNTUK FUNGSI KOGNITIF PENDERITA DEMENSIA PADA LANSIA |
4
mirip dengan hasil penelitian terdahulu bahwa mengalami penurunan kognitif secara signifikan
jumlah lansia yang mengalami demensia lebih sebesar (65%). Hasil penelitian Ros endah
besar pada umur 60-75 tahun yaitu (75%) (2009) menyatakan seseorang yang
(Marhamah, 2019). Berdasarkan penelitian berpendidikan tinggi juga dapat mengalami
Roan pada tahun 2019 juga menyatakan bahwa demensia dengan cepat karena ada penyakit
demensia juga dapat terjadi pada setiap umur, vaskuler pada otak.
tetapi lebih banyak pada lansia untuk rentang Kesimpulan
umur 65-74 tahun (50%). Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Data yang diperoleh dari WHO (World dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Health Organization) pada tahun 2013, 1. Sebagian besar lansia memiliki fungsi
pengalaman yang dialami oleh lansia yang kognitif sedang sebelum diberikan senam
berumur 60-74 tahun sebesar 15-20 %, 75-85 otak (Brain Gym). Hal ini disebabkan
tahun sebesar 5-15%. Berdasarkan analisis Kata karena sebelumnya lansia pernah
Kunci ada perbedaan signifikan rata-rata skor mendapatkan penyuluhan tentang cara
MMSE lansia umur 60-75 tahun dengan umur > meningkatkan fungsi kognitif dari tim kader
76 tahun. Semakin bertambah umur maka kesehatan setempat, namun hanya melalui
semakin besar prevalensi dan semakin berat metode ceramah dan sudah lama tidak ada
jenis demensia yang dialami lansia. Hal ini penyuluhan itu lagi. Setelah diberikan
disebabkan karena umur merupakan faktor senam otak (Brain Gym), terjadi
resiko mHasil penelitian ini menunjukkan peningkatan kategori fungsi kognitif yang
bahwa usia mayoritas responden penderita signifikan. Hal ini berarti bahwa senam otak
demensia adalah 6.074 atau 11 responden (Brain Gym) mampu menjadi media yang
(64,7%). Berdasarkan hasil analisis didapatkan efektif dalam penyampaian suatu materi
faktor usia yang membawa risiko terjadinya utamanya bagi lansia sekolah dasar.
demensia. Semakin tinggi usia responden maka 2. Sebelum diberikan senam otak (Brain Gym)
semakin besar risiko demensia (Japardi, 2013). terkait dengan fungsi kogntif, sebagian
Hal ini akan sejalan dengan hasil penelitian besar kognitif responden adalah normal, dan
sebelumnya bahwa jumlah lansia dengan setelah diberikan senam otak (Brain Gym)
demensia lebih tinggi pada usia 6.075, yaitu. terdapat peningkatan kategori kognitif
(75%) (Marhamah, 2019). Sebuah studi tahun lansia. Meski menurut perhitungan statistika
2019 oleh Roan juga menunjukkan bahwa perubahan dari kategori kognitif tidak
demensia juga dapat terjadi pada semua usia, signifikan, namun jika diuji rata-rata nilai
tetapi lebih sering terjadi pada orang dewasa maka dapat dilihat bahwa ada peningkatan
yang lebih tua pada kelompok usia 6.574 nilai dengan rata-rata peningkatan 29,4%.
(50%).Ayor terjadinya demensia (Japardi, Nilai kognitif responden sebelum diberikan
2003). senam otak terbanyak adalah skor pada nilai
c. Tingkat Pendidikan kognitif sedang sebanyak 8 responden
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui (47,1%). Nilai kognitif dari responden
pendidikan terbanyak responden adalah sesudah diberikan senam otak terbanyak
pendidikan SD yaitu 6 responden 40%. Hasil adalah skor nilai kognitif ringan sebanyak
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian 13 responden (76,5%).
Rekawati (2004) yang menyatakan bahwa 3. Ada pengaruh p a d a sebelum dan sesudah
lansia yang berpendidikan rendah mempunyai diberikan i n t e r v e n s i senam otak dengan
risiko terjadinya demensia sebesar 25 kali lebih fungsi kognitif lansia demensia dengan p
dibandingkan dengan usia lanjut yang value 0,000.
berpendidikan tinggi, karena jika seseorang DAFTAR PUSTAKA
jarang menggunakan otak untuk berfikir akan Alligood, M. R. (2018). Nursing Theory &
menimbulkan risiko terjadinya penurunan Their Work (8 Th Ed). The Cv Mosby.
kognitif. Hasil penelitian ini didukung oleh Company St. Louis. Toronto. Missouri:
penelitian Hartati (2010) yang menyatakan Mosby Elsevier. Inc. Anema, M. G. 2010
bahwa lansia yang berpendidikan rendah akan Arikunto (2013). Prosedur Penelitian:Suatu
mengalami penurunan fungsi kognitif Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta
dikarenakan kurangnya untuk berfikir sehingga Penatalaksanaan Demensia Alzheimer dan
mengakibatkan jaringan pada otak akan mati Demensia Lainnya, Edisi 1, 39-47.
dan menyebabkan seseorang tersebut
SENAM OTAK UNTUK FUNGSI KOGNITIF PENDERITA DEMENSIA PADA LANSIA |
5
Atun. M, 2010, Lansia Sehat Dan Bugar,
Kreasi Wacana, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. (2019). Data Statistik
Indonesia: Jumlah Penduduk menurut
Kelompok Umur, Jenis Kelamin,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota,2019.
Darmojo, B 2009. Teori Proses Menua,
FKUI, Jakarta.
Dennison, Paul E., Gail E. Dennison 2008,
Buku Panduan Lengkap Brain Gym
Senam Otak, Grasindo, Jakarta.
Nugroho. W, 2018, Keperawatan Gerontik
Dan Geratrik, EGC, Jakarta.
Nurkasiani 2019, Kesehatan Usia Lanjut
Dengan Pendekatan model Asuhan
Keperawatan, Salemba Medika,
Jakarta.
Nursalam, 2011, Konsep Dan Penerapan
Metodologi sebuah Penelitian Ilmu
Keperawatan, Salemba Medika,
Jakarta.
Paula 2010, Pengaruh senam otak terhadap
peningkatan daya ingat lansia i Panti
Werdha Karya Kasih Mongonsidi
Medan, Fakultas Keperwatan
Universitas Sumatera Utara.
Sunaryo, 2013, Psikologi Untuk
Keperawatan, EGC, Jakarta.
Sumijatun, dkk. (2015). Gambaran
Kebutuhan Dasar Manusia pada Lansia
di Kelurahan Cawang Jakarta.
Stuart, Gail W, 1998, Buku Saku
Keperawatan Jiwa, Alih bahasa Yani,
Achir, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Tammasse,J.2009.LakukanSenamotakonline,
(http://inseptika.files.wordpress.com/
2013/11/1245348270fajar-utm_19_7.pdf,
diakses tanggal 8 November 2020.]

SENAM OTAK UNTUK FUNGSI KOGNITIF PENDERITA DEMENSIA PADA LANSIA |


6

Anda mungkin juga menyukai