Anda di halaman 1dari 124

ANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENDAPATAN BAGI

HASIL PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) KANTOR


CABANG (KC) PAYAKUMBUH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah SatuSyarat


Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Islam
Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

OLEH :

AFRI YELMI

NIM: 3314.061

PRODI S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

2018/2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala Puji dan syukur penulis ucapkan

kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah dan

petunjuk-Nya untuk memilih jalan-jalan yang penuh dengan tebaran berkah,

karunia, ilmu serta hikmah sehingga penulis telah dapat menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “ Analisis Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Bagi

Hasil pada PT. BSM KC Payakumbuh ”. Kemudian shalawat beriringan salam

senantiasa kita mohon kan kepada-Nya agar selalu tercurah kepada junjungan kita,

Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalah-Nya kepada kita

sehingga menjadikan kita menjadi manusia yang beradab dan berilmu

pengetahuan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menghadapi berbagai macam

halangan dan rintangan. Namun, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat

bantuan dan bimbingan dengan penuh keikhlasan dari beberapa pihak. Maka,

penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, pertama sekali kepada

orang tuaku yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang,

kesabaran dan pengorbanan. Ucapan terima kasih yang tidak lupa penulis ucapkan

buat saudara-saudara penulis yang telah memberi motivasi sehingga akhirnya

penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. Serta atas bantuan dan

arahan yang telah diberikan, saya juga mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada:

i
1. Ibu DR. Ridha Ahida, M.Hum Rektor Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Bukittinggi.

2. Bapak H.Harfandi, SE, M.Si Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

(FEBI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

3. Ibu Sandra Dewi, SE, MM Ketua Program Studi S1 Perbankan Syariah

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

4. Ibu Dra. Rusyaida, M.Ag dan Ibu Hj. Zulhelmi, SE.,MM selaku

pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan

menyumbangkan buah pikiran untuk memberikan arahan dan bimbingan

dalam peyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Dr. Novi Hendri, M.Ag selaku Pembimbing Akademik (PA).

6. Bapak dan Ibuk Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

yang juga memberikan masukan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

7. Ibuk kepala beserta staf perpustakaan IAIN Bukittinggi yang telah

menyediakan fasilitas peminjaman buku yang penulis butuhkan dalam

penulisan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat baik penulis yang tidak dapat disebutkan namanya satu

persatu yang selalu memberikan semangat dan juga bantuan dalam

penyelesaian skripsi ini.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada semua

pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Semoga bantuan dan motivasi yang telah diberikan kepda penulis hendaknya

dibalaskan oleh Allah SWT. Penulis berdo’a dan berharap kepada Allah SWT

ii
semoga amal dan kebaikan kita semua diridhai oleh Allah SWT dan bernilai

ibadah dihadapan-Nya. Amiiiinn.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa didalamnya masih

belum terlepas dari kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun

penyampaiannya. Untuk itu, penulis sangat menghargai kritik dan saran yang

kostruktif serta bersifat membangun dari segenap pembaca untuk lebih

sempurnanya skripsi ini. Atas kritik dan saran yang disampaikan, penulis ucapkan

terima kasih.

Dengan segala kerendahan hati, penulis sajikan karya tulis dalam bentuk

Skripsi dengan harapan bisa bermanfaat bagi kita semua atau masyarakat banyak

serta dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan.

Amiiin.... amiiin Yaa Rabbal’alamiiin.....!!!!!!!

Bukittinggi, Januari 2019

Penulis

AFRI YELMI

NIM 3314.061

iii
ABSTRAK

Skripsi atas nama AFRI YELMI NIM 3314.061, dengan judul:


“ANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENDAPATAN BAGI
HASIL PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) KANTOR
CABANG (KC) PAYAKUMBUH”, Jurusan S1 Pebankan Syariah, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Bukittinggi.

Permasalahan yang penulis bahas dalam skripsi ini adalah PT. BSM KC
Payakumbuh belum sepenuhnya menerapkan Pengakuan dan Pengukuran yang
telah sesuai dengan PSAK. Dan Pendapatan bagi hasil yang dilakukan di Bank
BSM dengan Dasar Kas. Alasannya adanya Ketidakpastian, sedangkan PSAK
memberikan pedoman dengan menggunakan Accrual Basis dalam mengakui
Pendapatan Bagi Hasil. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui
dan Menganalisis Bagaimanakah Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Bagi
Hasil yang diterapakan pada PT.BSM KC Payakumbuh.
Penulis menggunakan metode yang relevan untuk menggali data,
menganalisis dan menarik kesimpulan dari persoalan tersebut. Jenis penelitian
yang digunakan adalah metode kualitatif yang merupakan penelitian lapangan
(field research) yang bersifat deskriptif komparatif yang berfungsi untuk
memperoleh data yang dilakukan dengan cara datang langsung ke PT. Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Payakumbuh. Adapun sumber data yang dipakai
penulis yaitu sumber Data Primer dan Data dikumpulkan melalui observasi dan
wawancara kepada beberapa responden yaitu Bagian Umum dan Staff Akuntansi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengakuan dan Pengukuran
Pendapatan Bagi Hasil pada PT. BSM KC Payakumbuh : 1) Hasil analisis tentang
Pengakuan Pendapatan yang diterapkan oleh PT. BSM KC Payakumbuh adalah
dengan metode cash basic yaitu jumlah nominal yang diterima belum bisa diakui
sampai ada memperoleh kepastian mengenai kas akan diterima meskipun barang
yang telah ditentukan. Dengan kata lain, aliran yang masuk berupa kas hanya
dapat diketahui apabila nasabah benar-benar telah menyetornya dan pendapatan
hanya diperhitungkan berdasarkan hanya penerimaan dan pengeluaran kas. Alasan
PT. BSM KC Payakumbuh tidak menggunakan pendapatan bagi hasil dengan
Accrual Basic Karena Bank tersebut beranggapan adanya mengandung unsur
ketidakpastian kemungkinan nasabah memperoleh keuntungan atau kerugian.
Padahal dengan accrual basic, pengaruh transaksi dan peristiwa lain bukan saat
kejadian (bukan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar), dan diungkapkan
dalam catatan akuntansi serta laporan keuangan pada periode bersangkutan. 2)
Hasil analisis tentang pendapatan yang diterapkan pada PT.BSM KC Payakumbuh
dapat diukur secara andal yaitu ukuran yang dipakai adalah nilai tukar yang
menunjukan nilai wajar atau nilai tunai yang dapat diterima dalam bentuk kas.
Nilai tukar ini merupakan nilai terbaik untuk mengetahui hasil perolehan dari
penjualan dan pemberian jasa.

iv
iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBARAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

KATA PENGANTAR..................................................................................i

ABSTRAK ....................................................................................................iv

DAFTAR ISI.................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................1


B. Identifikasi Masalah ...........................................................................6
C. Rumusan dan Batasan Masalah..........................................................7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................7
E. Penjelasan Judul .................................................................................8
F. Sistematika Penulisan ........................................................................9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengakuan dan Pengukuran ...............................................................13


1. Pengertian.....................................................................................13
2. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan......................................16
B. Pendapatan Bagi Hasil .......................................................................18
C. Mudharabah........................................................................................22
1. Pengertian Mudharabah...............................................................22
2. Jenis-Jenis Mudharabah ..............................................................24
3. Landasan Syariah, Rukun, dan Syarat Mudharabah ...................24
4. Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan Mudharabah...............27
D. Musyarakah ........................................................................................29
1. Pengertian Musyarakah .........................................................29
2. Jenis-Jenis Musyarakah.........................................................30

v
3. Landasan Syariah, Rukun, dan Syarat Musyarakah ..............31
4. Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan Musyarakah .........33
E. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)........................... 38
1. Pengertian dan Sumber Standar Akuntansi Keuangan................ 38
2. Tujuan PSAK .............................................................................. 42
3. Konsep (metode) Pencatatan Akuntansi ..................................... 43
F. Kerangka Konseptual .........................................................................49
G. Kajian Terdahulu ...............................................................................50

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................53


B. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data.............................................53
C. Jenis Penelitian ...................................................................................55
D. Jenis Data ...........................................................................................55
E. Teknik Pengolahan Data ....................................................................55
F. Teknik Analisis Data..........................................................................56

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan............................................................58


1. Sejarah Berdirinya PT. BSM KC Payakumbuh ...........................58
2. Visi dan Misi PT. BSM KC Payakumbuh ...................................61
3. Profil PT. BSM KC Payakumbuh ................................................62
4. Struktur Organisasi PT.BSM KC Payakumbuh ...........................65
5. Produk-Produk dan Jasa PT. BSM KC Payakumbuh ..................76
B. Hasil Penelitian Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan
Bagi Hasil...........................................................................................82
1. Produk Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah pada
PT. BSM KC Payakumbuh ........................................................82
2. Pendapatan Bagi Hasil pada PT. BSM KC Payakumbuh ...........83
3. Pengakuan, Pengukuran Pendapatan dan Pembiayaan
Mudharabah pada PT. BSM KC Payakumbuh ...........................87

vi
4. Pengakuan, Pengukuran Pendapatan dan Pembiayaan
Musyarakah pada PT. BSM KC Payakumbuh ............................91
C. Analisis Hasil Penelitian ....................................................................94

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................99
B. Saran...................................................................................................100

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhir-akhir ini terjadi suatu peningkatan terhadap kajian bidang

akuntansi menuju akuntansi dalam perspektif islami atau akuntansi

syariah. Akuntansi sebagai proses untuk melaporkan transaksi keuangan

perusahaan tentu harus dapat mengikuti seluruh perkembangan transaksi

yang sedang berlangsung. Dapat disimpulkan bahwa adanya akuntansi

syariah memiliki dua alasan utama, yaitu : suatu tuntutan atas pelaksanaan

syariah dan adanya kebutuhan akibat pesatnya perkembangan transaksi

syariah. Tujuan sistem akuntansi adalah untuk memastikan akuntabilitas,

mendukung proses pengambilan keputusan serta mempermudah proses

evaluasi atas program yang telah selesai.1

Muhammad Akram Khan dalam Akuntansi Islam yang dikutip oleh

Harahap merumuskan sifat Akuntansi Islam yaitu: (a) Penentuan laba

rugi yang tepat. (b) Mempromosikan dan menilai efisiensi kepemimpinan.

(c) Ketaataan kepada hukum Syariah. (d) Keterikatan pada keadilan. (e)

Melaporkan dengan baik, dan (f) Perubahan dalam praktik akuntansi.2

Akuntansi dalam islam merupakan alat untuk melaksanakan

perintah Allah SWT untuk melakukan pencatatan dalam melakukan

transaksi usaha. Islam memandang akuntansi tidak sekedar ilmu yang


1
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia. (Jakarta : Salemba
Empat,2008) hal 57
2
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam (Jakarta: Bumi Aksara,2004) hal 145
2

bebas nilai untuk melakukan pencatatan dan pelaporan saja, tetapi juga

sebagai alat untuk menjalankan nilai-nilai islam sesuai dengan ketentuan

syariah.3 Hal ini sesuai dengan yang disebutkan dalam al-qur’an surat al-

baqarah ayat 282 :

           

              
Artinya : “wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu
melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendakalah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya”.....

Dengan landasan syariah dalam pelaksanaanya, maka Bank

Syariah mengutamakan unsur kepercayaan dalam pemberian pembiayaan

yang dilakukan. Informasi sangat berperan dalam pencapaian

profitabilitas, yang dalam dunia perbankan salah satunya didukung oleh

kemampuan Bank untuk memelihara nasabah terkait dengan pembenahan

dan penyempurnaan sistem perbankan tersebut. Sehingga informasi

tentang pendapatan, dalam hal ini pendapatan bagi hasil juga penting bagi

bank syariah karena di perlukannya unsur-unsur yang melibatkan

pengakuan dan pengukuran pendapatan bagi hasil.

Dari sisi ilmu pengetahuan, akuntansi adalah ilmu informasi yang

mencoba mengkonversi bukti dan data menjadi informasi dengan cara

melakukan pengukuran atas berbagai transaksi. Dalam al-qur’an

3
Sri Nurhayati dan Wasillah. Akuntansi Syariah Indonesi, (Jakarta:Salemba Empat,2009)
hal 50
3

disampaikan bahwa kita harus mengukur secara adil, jangan dilebihkan

dan jangan dikurangi. Sesuai dengan ayat Al-qur’an surat asy-syu’ara: 

  

       

         

     


Artinya : (181-184)
Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-
orang yang merugikan;Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah
kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; Dan
bertakwalah kepada Allah yang Telah menciptakan kamu dan umat-umat
yang dahulu"4.

Kenyataan didunia maupun di Indonesia, produk pembiayaan

masih didominasi oleh produk pembiayaan jual beli. Sebagaimana yang

dinyatakan oleh Karim dam Warde dalam Muhammad “bahwa hampir

semua bank syariah didunia didominasi dengan produk pembiayaan

murabahah, perkembangan pembiayaan bagi hasil baru mencapai 15%

pertahun, sedangkan pembiayaan murabahah sebesar 72,12%”. Bank

syariah berkeinginan mengembangkan produk pembiayaan bagi hasil.

Namun, kondisi masyarakat belum menyediakan iklim yang diinginkan.

Hal ini dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: faktor internal dan

eksternal perbankan syariah.

4
Sumar’in, S.EI, M.SI. Konsep kelembagaan Bank Syariah, Edisi 1, Cetakan
1.(Yogyakarta:Graha Ilmu,2012) hal 103-104
4

Secara Internal, kalangan perbankan belum memahami secara baik

tentang konsep dan praktek bagi hasil, karena syarat resiko utamanya yang

berkaitan dengan pelanggan. Alasan ini muncul disebabkan oleh faktor

eksternal Bank, yaitu kondisi masyarakat pengguna jasa pembiayaan bagi

hasil, kondisi yang dimaksud adalah keadaan tingkat kejujuran dan

amanah masyarakat dalam menjalankan pembiayaan bagi hasil, disamping

persyaratan teknik administratif akan berjalan jika terdapat keterbukaan.

Dengan alasan inilah peneliti ingin meneliti pendapatan khususnya

pendapatan yang diperoleh dari bagi hasil tersebut.5

Kontrak bagi hasil adalah kontrak menanggung untung dan rugi

antara pemilik dana atau Bank dan Nasabah. Pada hubungan kontrak

seperti ini diperlukan saling keterbukaan antara kedua belah pihak. Karena

mereka bersatu dalam keuntungan dengan pembagian berdasarkan

persentase bagi hasil atau nisbah. Jika proyek mengalami kerugian, maka

kerugian akan dibagi berdasarkan timbulnya kerugian, yaitu jika kerugian

terjadi karena risiko bisnis, kerugian yang terjadi karena kelalaian

nasabah, maka kerugian ditanggung oleh nasabah.

Bank syariah merupakan bank dengan prinsip bagi hasil yang

merupakan landasan utama dalam segala operasinya, baik dalam

penghimpunan maupun penyaluran dana. Bagian pendapatan nasabah atau

pihak ketiga akan didistribusikan kepada nasabah, sedangkan bagian

pendapatan Bank akan dimasukkan kedalam laporan laba rugi sebagai

5
Muhammad. Manajemen pembiayaan mudharabah di Bank Syariah, Edisi 7,
(Jakarta:Rajawali Pers.2008) hal 2-4
5

pendapatan utama, seperti dari mudharabah muqayyadah (investasi

terikat) dan jasa keuangan dimasukkan kedalam laporan laba rugi sebagai

pendapatan operasi lainnya.

Perhitungan bagi hasil tersebut, tentunya dihitung dari persentase

tertentu dari keuntungan yang diperoleh. Hal ini mengandung unsur

ketidakpastian, ada kemungkinan nasabah memperoleh keuntungan atau

kerugian. Unsur ketidakpastian dalam usaha atau proyek inilah yang

membuat Bank Syariah tidak dapat mengakui pendapatan secara accrual

basic. Aliran aktiva yang masuk berupa kas hanya dapat diketahui apabila

nasabah benar-benar telah menyetornya.

Disini penulis juga melihat bahwa dalam praktiknya, Pengakuan

dan Pengukuran yang digunakan dalam kegiatan operasional Bank Syariah

belum sepenuhnya diterapkan seperti konsep pembagian keuntungan,

biaya pengelolaan, mudharabah dan musyarakah. Disatu sisi, Bank

Syariah telah sepenuhnya menerapkan Pengakuan dan Pengukuran sesuai

dengan PSAK yang telah ditetapkan oleh pemerintah terkait dengan

operasionalisasi Bank Syariah.6

Dalam Ikatan Akuntan Indonesia tentang Akuntansi Perbankan

Syariah, dijelaskan “bahwa kelompok pendapatan bank syariah

diantaranya pendapatan operasi utama dan pendapatan operasi lainnya.”

Adapun pendapatan operasi utama diperoleh dari pendapatan jual beli,

pendapatan dari sewa, dan pendapatan dari bagi hasil serta pendapatan

6
Observasi Awal pada tanggal 4 juni 2018
6

operasi lainnya yang diperoleh dari pendapatan administrasi penyaluran,

pendapatan fee atas kegiatan bank yang berbasis imbalan, diantara

pendapatan cash basic tersebut. Peneliti tertarik untuk meneliti pendapatan

bagi hasil karena sesuai dengan asumsi dasar dalam Akuntansi Perbankan

Syariah adalah accrual basic, namun dalam pendapatan bagi hasil ini,

terkandung pendapatan yang masih dalam pengakuan atau accrual basic

dan ada pendapatan yang nyata diterima atau, sedangkan pendapatan yang

masih dalam pengakuan tidak diperkenankan dibagikan kepada pemilik

dana.7

Karena begitu pentingnya penerapan Akuntansi terutama

Pengakuan dan Pengukuran di Bank Syariah dalam menjalankan kegiatan

operasional perusahaan, sehingga memerlukan perhatian yang khusus

membuat penulis merasa tertarik untuk membahas permasalahan tersebut

dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Pengakuan dan

Pengukuran Pendapatan Bagi Hasil pada PT. Bank Syariah Mandiri

(BSM) Kantor Cabang (KC) Payakumbuh”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka peneliti dapat

menentukan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. PT. BSM KC Payakumbuh belum sepenuhnya menerapkan Pengakuan

dan Pengukuran yang telah sesuai dengan PSAK.

7
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).Standar Akuntansi Keuangan. (Jakarta: Salemba
Empat,2007) hal 59
7

2. PT. BSM KC Payakumbuh Pendapatan Bagi Hasil dilakukan dengan

Dasar Kas, Alasannya adanya ketidakpastian, sedangkan PSAK

memberikan pedoman untuk menggunakan Accrual Basis dalam

mengakui Pendapatan Bagi Hasil.

C. Batasan Masalah

Agar dalam penulisan ini dapat lebih terarah, penulis membatasi

masalah ini yaitu, dengan meneliti dan membahas lebih rinci tentang

Analisis Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Bagi Hasil yang

dilakukan oleh PT. BSM KC Payakumbuh.

D. Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pengakuan dan

pengukuran pendapatan bagi hasil yang diterapkan oleh PT. BSM KC

Payakumbuh tersebut ?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui dan

Menganalisis Bagaimanakah Pengakuan dan Pengukuran pendapatan

Bagi Hasil yang diterapkan pada PT. BSM KC Payakumbuh.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Peneliti selanjutnya
8

1) Untuk mendalami secara teoritis tentang Pengakuan dan

Pengukuran Pendapatan Bagi Hasil.

2) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

b. Untuk perusahaan

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai

pertimbangan dalam usaha dan dapat memberikan manfaat untuk

perbaikan dan penyempurnaan atas kekurangan yang mungkin ada

dalam PT. BSM KC Payakumbuh.

c. Untuk akademik

Penulis mengharapkan bagi pembaca akan memperoleh

ilmu mengenai Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Bagi Hasil.

F. Penjelasan Judul

Penelitian berjudul ”Analisis Pengakuan dan Pengukuran

Pendapatan Bagi Hasil pada PT. BSM KC Payakumbuh”.

Agar tidak terjadinya kesalahpahaman dalam memahami judul

penelitian ini, maka perlu penulis memberikan penjelasan dari beberapa

istilah.

Pengakuan : Pengakuan suatu jumlah rupiah dalam akuntansi mengacu

pada pencatatan unsur-unsur dasar laporan keuangan.

Konsep pengakuan akuntansi mendefinisikan prinsip-

prinsip dasar yang menentukan waktu pendapatan, biaya,

untung dan rugi dalam laporan Bank dan selanjutnya


9

prinsip dasar yang menentukan waktu pengakuan aset dan

kewajiban.8

Pengukuran : Diukur pada nilai wajar dari pembayaran diterima atau dapat

diterima kedalam pencatatan jumlah banyak potongan dan

potongan harga yang di tentukan entitas.9

Pendapatan : Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari

aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus

masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak

berasal dari kontribusi penanaman modal.10

Bagi Hasil : Distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai

dari suatu perusahaan.11

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis akan membahas bab demi bab,

dimana karya ilmiah terdiri dari lima bab yang dimulai dari pendahuluan

dan diakhiri dengan penutup.

Bab I : Merupakan pendahuluan yang berisi dasar pemikiran lahirnya

masalah dengan menguraikan latar belakang, identifikasi

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan

8
Sofyan Syafri Harahap. Akuntansi Perbakan Syariah, Edisi 1, Cetakan 1 (Jakarta:LPFE
Trisakti,2005) hal 40
9
Rau, J.(2013) Analisis Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan pada Bank Sulut
Kantor Pusat Manada. Jurnal Emba. Vol 1, No 3, September 2013, hal 487-497
10
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. (Jakarta: Salemba
Empat,2007) hal 23
11
Muhammad. Teknik perhitungan Bagi Hasil Di Bank Syariah.(Yogyakarta: UII
Press,2000) hal 22
10

manfaat penelitian, penjelasan judul, kajian terdahulu,

kerangka konseptual serta sistematika penulisan.

Bab II : Merupakan landasan teoritis yang berisi tentang pengertian

pengakuan dan pengukuran, pengakuan dan pengukuran

pendapatan, pendapatan bagi hasil, arti mudharabah dan

jenis-jenis mudharabah, landasan syariah, rukun dan syarat

mudharabah, pengakuan dan pengukuran pembiayaan

mudharabah, arti musyarakah dan jenis-jenis musyarakah,

landasan syariah, rukun dan syarat musyarakah, pengakuan

dan pembiayaan musyarakah serta kerangka konseptual.

Bab III : Merupakan metodologi penelitian yang berisi tentang tempat

dan waktu penelitian, sumber dan teknik pengumpulan data,

jenis data, teknik pengolahan data serta teknik analisis.

Bab IV : Merupakan hasil penelitian yang berisi tentang gambaran

umum perusahaan: sejarah berdirinya, visi misi, moto, slogan

dan tangline, profil, struktur organisasi, produk-produk dan

jasa pada PT. BSM KC Payakumbuh. Analisis struktur

organisasi, produk pembiayaan mudharabah dan musyarakah,

pendapatan bagi hasil, pengakuan dan pengukuran

mudharabah dan musyarakah pada PT. BSM KC

Payakumbuh.

Bab V : Merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran


11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengakuan dan Pengukuran

1. Pengertian

Pengakuan suatu jumlah rupiah dalam akuntansi pada

umumnya didasarkan pada konsep objektifitas yaitu bahwa jumlah

rupiah tersebut dapat diukur secara cukup pasti dan ada keterlibatan

pihak independen dalam pengukurannya. Dengan kata lain harus ada

bukti yang cukup objektif untuk dapat mengakui. Bila kondisi atau

kejadian tertentu menjadikan kriteria tersebut dipenuhi maka kondisi

atau kejadian tersebut akan memicu pengakuan pendapatan.

Pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam akuntansi dan laporan

keuangan haru dapat diakui dan diukur agar dapat menyajikan

informasi yang relevan.

Dalam Yaya, dkk mengemukakan bahwa “pengakuan

merupakan proses pembentukan pos yang memenuhi definisi unsur

serta kriteria pengakuan dalam neraca atau laporan laba rugi.

Sedangkan pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk

mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam

neraca dan laporan keuangan”. Pengakuan memerlukan suatu konsep


12

agar dapat menentukan kapan dan bagaimana unsur dalam akuntansi

dapat diakui dalam laporan keuangan.12

Secara umum pendapatan diakui dan dicatat pada saat

pendapatan tersebut dimiliki. Sebagai contoh, pendapatan penjualan

dimiliki apabila barang telah diserahkan oleh perusahaan kepada

pelanggan dan pendapatan jasa dimiliki apabila jasa telah diberikan

kepada pelanggan.13

Adapun kriteria Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi antara

lain:

a. Pendapatan baru dapat diakui bila jumlah rupiah pendapatan telah

terealisasi atau cukup pasti akan segera terealisasi. Maksudnya

bilamana telah terjadi transaksi pertukaran produk atau jasa hasil

kegiatan kegiatan perusahaan dengan kas atau klaim untuk

menerima kas. Pendapatan dapat dikatakan cukup pasti akan segera

terealisasi bilamana barang penukar yang diterima dapat dengan

mudah dikonversi menjadi sejumlah kas atau setara kas yang

cukup pasti.

b. Pendapatan baru dapat diakui bila pendapatan tersebut sudah

terhimpun atau terbentuk. Maksudnya bilamana kegiatan

menghasilkan pendapatan tersebut telah berjalan dan secara

12
Yaya, Rizal, dkk. Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktek Kontemporer.
(Jakarta: Salemba Empat,2009) hal 92
13
Firdaus A Dunia. Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia,2010) hal 44
13

substansial telah selesai sehingga suatu unit usaha berhak untuk

menguasai manfaat yang terkandung dalam pendapatan.

Kedua kriteria diatas harus dipenuhi dalam mengakui

penghasilan, kriteria tersebut lebih teknis dinyatakan penghasilan

dapat diakui. Namun demikian, dalam praktek terdapat

penyimpangan dari prinsip-prinsip pengakuan pendapatan. Sebagai

contoh, masalah pengakuan pendapatan timbul karena

pengumpulan harga penjualan tidak pasti atau karena sulit untuk

menentukan kapan proses perolehan selesai atau berakhir. Terdapat

lima atribut pengukuran yang saat ini banyak digunakan dalam

praktek, diantaranya:

a. biaya historis yaitu jumlah kas atau setaranya yang dikeluarkan

untuk memperoleh aktiva sampai siap digunakan.

b. biaya pengganti terkini yaitu jumlah kas atau setaranya yang

harus dibayar jika aktiva yang sejenis.

c. nilai pasar terkini yaitu jumlah kas atau setaranya yang

diperoleh dengan menjual aktiva kegiatan penjualan normal.

d. nilai yang dapat direalisasikan

e. nilai saat ini yang aliran kas mendatang.

Dasar pengukuran yang umum digunakan entitas syariah dalam

penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis, seperti yang

dijelaskan dalam PSAK No. 59 paragraf 41 bahwa pembiayaan bagi

hasil yakni mudharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah uang yang
14

diberikan bank pada saat pembayaran, dan begitu juga pembiayaan

musyarakah diakui pada saat pembayaran tunai.14

2. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan

Setiap laporan laba rugi dimulai dengan total pendapatan,

karena itu diperlukan suatu pengakuan dan pengukuran pendapatan,

karena ada pendapatan yang dapat direalisasi dan ada pendapatan yang

masih dalam proses. Agar dapat dilaporkan pada laporan keuangan,

maka diperlukan suatu pengakuan dan pengukuran pendapatan. Untuk

itu, ada dua macam pengakuan pendapatan yang umum dikenal, yang

pertama yakni pengakuan dengan metode accrual basis yakni

pendapatan yang dicatat atau diakui pada saat pendapatan dihasilkan

tanpa memperhatikan kapan pendapatan itu diterima, yang kedua yakni

pengakuan dengan metode cash basis yaitu pendapatan yang dicatat

atau diakui pada saat diterima dan beban diakui pada saat dibayar.

Dalam kaitannya dengan hal pengakuan pendapatan Ikatan

Akuntan Indonesia menjelaskan bahwa: Permasalahan utama dalam

Akuntansi adalah menentukan saat pengakuan pendapatan. Pendapatan

diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan

mengalir keperusahaan dan manfaat ini dapat diukur dengan andal,

pendapatan diakui bila:

a. Sudah atau dapat direalisir (realized or realizable).

b. Proses untuk memperoleh pendapatan sudah selesai (earned).

14
Stice dan Stice Skousen. Intermediate Accounting, penerjemah: Thomson. (Jakarta:
Salemba Empat, 2004) hal 38
15

Dari kedua unsur tersebut dapat dikatakan pendapatan direlisasi

ketika perusahaan menerima kas atau barang dan jasa yang dijual,

selanjutnya pedapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar

menyelesaikan semua yang harus dilakukan perusahaan agar dikatakan

menerima manfaat dari pendapatan yang terkait.15

Prinsip dasar untuk pengakuan pendapatan adalah bahwa

pengakuan harus diakui ketika diperoleh. Menurut Harahap dikatakan

bahwa Perolehan pendapatan terjadi apabila syarat-syarat yang berikut

ini terpenuhi, diantaranya:

a. Bank harus sudah mendapatkan hak untuk menerima pendapatan

tersebut.

b. Harus ada kewajiban dipihak lain untuk mengirim sejumlah

tertentu atau yang bisa ditentukan kepada bank.

c. Jika belum tertagih, jumlah pendapatan harus diketahui dan harus

bisa ditagih dengan tingkat kepastian yang cukup.

Konsep pengukuran Akuntansi mendefinisikan prinsip-prinsip

yang luas untuk menentukan jumlah dimana unsur-unsur tersebut

diakui. Dalam perbankan syariah pengakuan dan pengukuran

pendapatan menjadi permasalah yang harus diperhatikan Karena ada

sedikit perbedaan pada saat pencatatan dan pembagian keuntungan

khususnya pada pendapatan bagi hasil.16

15
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Standar Akuntansi Keuangan, (Jakarta: Salemba
Empat,2007) hal 23
16
Sofyan Syafri Harahap,dkk.Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi 1, Cetakan 1 (Jakarta:
LPEE Trisakti,2005) hal 41
16

Menurut prakteknya, Peneliti dapat menilai bahwa pengakuan

secara accrual basic dilakukan pada saat bank syariah melakukan

tutup buku bulanan, hanya pendapatan atas penyaluran dan aktiva yang

mempergunakan prinsip jual beli karena prinsip jual beli ini telah

diketahui porsi pokok dan porsi keuntungan/margin sedangkan untuk

penyaluran dana prinsip bagi hasil biasanya baru diketahui setelah

tutup buku.17

B. Pendapatan Bagi Hasil

Bagi hasil merupakan konsep pembiayaan yang adil dan memiliki

nuansa kemitraan yang sangat kental, dan hasil yang diperoleh

berdasarkan perbandingan atau nisbah yang disepakati dan bukan

sebagaimana bunga pada bank konvensional.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perhitungan

pendapatan bagi hasil perlu ditentukan dari awal dan diketahui kedua

belah pihak, dengan demikian berarti harus ditentukan prinsip perhitungan

bagi hasil, apakah menggunakan penerimaan bersih, laba kotor, atau laba

bersih.

Dalam aplikasinya, mekanisme penghitungan bagi hasil dapat

dilakukan dengan dua macam pendekatan, yaitu :

1. Profit sharing

Dalam perbankan syariah istilah profit sharing sering

menggunakan istilah profit and loss sharing, dimana pembagian antara

17
Sofyan Syafri Harahap,dkk.Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi 1, Cetakan 1 (Jakarta:
LPEE Trisakti,2005) hal 33
17

untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang

diperoleh.

Jadi, dalam sistem profit and loss sharing jika terjadi kerugian

maka pemodal tidak akan mendapatkan pengembalian modal secara

utuh, sedang bagi pengelola tidak akan mendapatkan upah dari

kerjanya.

2. Revenue sharing

Dalam perbankan pengertian revenue adalah jumlah

penghasilan yang diperoleh dari bunga hasil penyaluran dana atau

penyediaan jasa oleh bank. Sedangkan dalam perbankan syariah,

revenue adalah hasil yang diterima oleh bank dari penyaluran dana

kedalam bentuk aktiva produktif, yaitu penempatan dana bank pada

pihak lain.

Bank syariah memperkenalkan sistem bagi hasil kepada

masyarakat dengan istilah revenue sharing, yaitu sistem bagi hasilyang

dihitung dari total pendapatan pengelolaan dan tanpa dikurangi dengan

biaya pengelolaan dana. Sampai saat ini seluruh perbankan syariah di

indonesia masih menggunakan sistem bagi hasil dengan konsep

revenue sharing.

Aplikasi prinsip revenue sharing dan profit and loss sharing di bank

syariah :

1. Mekanisme distribusi hasil Revenue Sharing dalam perbankan

syariah yaitu :
18

a. Pendapatan operasi utama adalah pendapatan dari penyaluran

dana nasabah yang diinvestasikan kedalam usaha yang sesuai

dengan syariah.

b. Hak pihak ketiga bagi hasil investasi tidak terikat adalah porsi

bagi hasil yang diberikan oleh bank kepada pemilik dana

mudharabah muthlaqah dari hasil usaha diserahkan kepada

pemilik dana investasi tidak terikat.

c. Pendapatan operasi lainnya, selain dari penyaluran dana

nasabah, pendapatan bank syariah juga diperoleh dari fee jasa-

jasa yang telah diberikan bank syariah.

d. Beban operasi, semua beban ditanggung oleh bank syariah

tanpa mengurangi pendapatan yang akan didistribusikan

kepada shahibul maal.

2. Mekanisme bagi hasil profit and loss sharing

a. Pendapatan operasi utama, tidak ada pebedaan dengan revenue

sharing dari hasil penyaluran dana

b. Beban mudharabah, shahibul maal harus mengetahui dengan

jelas beban-beban yang akan dipergunakan sebagai pengurang

pendapatan bersih

c. Laba/rugi mudharabah akan diketahui setelah pendapatan yang

diperoleh dikurangi dengan seluruh beban-beban.18

18
Naf’an. Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah, Cetakan ke 1, (Yogyakarta 2014)
hal 82-86
19

Perbedaan prinsip bagi hasil revenue sharing dan profit sharing

dalam Veitzhal dan Andrian. Adapun landasan syariah prinsip bagi hasil

adalah sebagai berikut:

a. QS. Al-Baqarah, (2:282)

          
Artinya “hai orang yang beriman jika kamu melakukan transaksi
utang piutang untuk jangka waktu yang ditentukan tuliskanlah.”

b. Hadist Riwayat Tirmidzi dan Amr bin Auf,

ً‫ﺻﻠْﺣً ﺎإِﻻﱠا ْﻟﻣُﺳْ ﻠِﻣِﯾنَ ﺣَ رَ اﻣًﺎأَﺣَ ﱠﻸ َْوﺣَ ﻼَﻻ‬


ُ ‫ﺻ ْﻠ ُﺢ ﺣَ رﱠ َﻣ‬
‫َﺑ ْﯾﻧَﺟَ ﺎ ِﺋ ٌزاَﻟ ﱡ‬
“perdamaian dapat dilakukan kaum muslimin kecuali perdamaian
yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

c. Kaidah Ushul Fiqih: Apabila ada suatu perkara terlihat adanya

kemashlahatan atau kemanfaatan, namun disitu juga terdapat

kemadlorotan atau kerusakan jika itu dilaksanakan, maka

meninggalkannya lebih baik untuk mencapai kemashlahatan yang

lebih besar.19

Penyaluran dana yang diperoleh dari prinsip bagi hasil, disebut

pendapatan operasi utama, yang merupakan pendapatan yang akan

dibagi-bagikan, disamping Bank Syariah memperoleh pendapatan

operasi lainnya yang berasal dari pendapatan jasa perbankan yang

sepenuhnya milik Bank Syariah.

19
Rivai Veithzal dan Andrian Permata Veithzal. Islamic Financial Management, Edisi 1,
Cetakan 1, (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada,2008) hal 119
20

C. Mudharabah

1. Pengertian mudharabah

Bank syariah menerapkan pembiayaan bagi hasil yang salah

satunya dikenal dengan istilah mudharabah, untuk mengenal istilah ini

Peneliti memaparkan pengertian istilah tersebut menurut beberapa

pengarang, diantaranya:

Mudhrabah adalah pemilik modal yang menyerahkan sejumlah

uang kepada pengusaha untuk dijalankan dalam suatu usaha dagang

dengan keuntungan milik bersama antara keduanya menurut mazhab

syafi’i. Sedangkan madzhab hambali menyatakan sebagai penyerahan

suatu barang atau sejenisnya dalam jumlah yang jelas dan tertentu

kepada orang yang mengusahakannya dengan mendapatkan bagian

tertentu dari keuntungannya. Keuntungan tersebut dibagi dalam bentuk

nisbah yang telah disepakati di awal akad.

Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara

dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh

modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Dengan demikian,

dalam hukum islam mudharabah ini boleh digunakan menurut al-

qur’an, sunnah maupun ijma’,

Menurut PSAK 105 paragraf 4, Mudharabah adalah akad kerja

sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana)

menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana)

bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara


21

mereka sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian finansial hanya

ditanggunga oleh pengelola dana.20

Agar lebih memahami istilah diatas Peneliti menguraikan

proses pembiayaan mudharabah dalam bentuk skema, adapun skema

pembiayaan mudharabah tersebut adalah:

MUDHARABAH

BANK NASABAH

MODAL SKILL
100 %

PROYEK

KEUNTUNGAN

Skema pembiayaan Mudharabah

Skema diatas menjelaskan Mudharabah merupakan jenis

pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kesepakatan,

dimana pihak Bank selaku penyedia modal menyediakan dana 100%.

Sedangkan pihak nasabah selaku pengelola (mudharib), dengan

20
Osmad Muthaher. Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi Pertama, Cetakan Pertama,
(Yogyakarta 2012) hal 148
22

keuntungan dibagi menurut kesepakatan dimuka. Dana digunakan

untuk berbagai jenis usaha yakni perdagangan, perindustrian,

pertanian, dan jasa.

2. Jenis-jenis mudharabah :

a. Mudharabah mutlaqah (bebas)

Akad kerja antara dua orang atau lebih, atau shahibul maal

selaku investor dengan mudharib selaku pengusaha yang berlaku

secara luas. Atau dengan kata lain pengelola mendapatakan hak

keleluasan dalam pengelolaan dana, jenis usaha maupun yang lain.

b. Mudharabah muqayyadah (terikat)

Kerjasama dua orang atau lebih atau antara shahibul maal

selaku investor dengan pengusaha atau mudharib, investor

memberikan batasan tertentu baik dalam hal jenis usaha yang akan

dibiayai, jenis instrumen, resiko maupun pematasan lain yang

serupa.

3. Landasan syariah, rukun dan syarat mudharabah

Secara umum, landasan syariah mdharabah lebih

mencerminkan untuk melaksanakn suatu usaha, terdapat pada ayat-

ayat berikut ini:

Al-Qur’an Surat Al-jumua’h:10

           

   


23

”apabila telah menunaikansembahyang, maka bertebaranlah kamu


dimuka bumi dan carilah karunia AllahSWT dan ingatlah Allah bnayak-
banyak agar kamu beruntung.”

Al-Qur’an surat Al-Muzzammil : 20

“dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari

karunia Allah SWT”

Al- Hadist :

“Dari Shalih bin Suhaib RA bahwa Rasululah bersabada: tiga hal

didalamnya terdapat kebaikan: jual beli secara tangguh, muqaradhah dan

memcampur gandum dengna gandum untuk keperluan rumah bukan untuk

dijual”

Adapun Rukun al-mudharabah adalah sebagai berikut :

Menurut jumhur ulama ada 3 yaitu :

1. Dua orang yang melakukan akad (al-qidani)

2. Modal (ma’qud alaih)

3. Serta shigat (ijab dan qabul)

Menurut ulama syafi’iyah lebih merinci lagi menjadi 6 yaitu:

1. Pemilik modal (shahibul maal)

2. Pelaksana usaha (mudharib/pengusaha)

3. Akad dari kedua belah pihak (ijab dan qabul) yakni pihak penyedia

dana dan pengusaha

4. Objek mudharabah (pokok atau modal) yakni harus jelas jumlah dan

jenis barang diketahui kedua belah pihak

5. Usaha (pekerjaan pengelolaan modal)


24

6. Nisbah keuntungan

Menurut ulama hanafiyah berpendapat bahwa rukun al-mudharabah yaitu:

1. Ijab dan qabul saja, menurut beliau kalau rukun tidak terpenuhi maka

akan menjadi rusak atau fasid.

Syarat mudharabah adalah sebagai berikut :

1. Yang terkait melakukan akad, harus orang yang mengerti hukum dan

cakap diangkat sebagai wakil, karena pada satu sisi posisi orang yang

mengelola modal adalah wakil dari pemilik modal.

2. Yang terkait dengan modal disyaratkan

a. Berbentuk uang

b. Jelas jumlahnya

c. Tunai

d. Diserahkan sepenuhnya kepada pengelola modal

3. Yang terkait dengan keuntungan, disyaratkan bahwa pembagian

keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambil dari

keuntungan dagang itu.

Dalam pembiayaan Bank Syariah, mudharabah merupakan

suatu bentuk kerja sama usaha yang terkait dengan satu pihak sebagai

penyedia modal sepenuhnya dan pihak lainya sebagai pengelola agar

keduanya berbagi keuntungan menurut kesepakan bersama dengan

kesanggupan untuk menanggung resiko. Pada konsepnya, mudharabah


25

menggunakan prinsip bagi untung rugi yang dianggap merupakan

konsekuensi dari adanya ketidakpastian dalam kontrak investasi.21

4. Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan Mudharabah

a. Bank sebagai shahibul maal (pemilik dana)

Pengakuan pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:

1. Pembiayaan mudharabah diakui pada saat pembayaran kas

atau penyerahan nonkas kepada pengelola dana

2. Pembiayaan mudharabah yang diberikan secara bertahap

diakui pada setiap tahap pembayaran atau penyerahan

Pengukuran pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:

1. Pembayaran mudharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah

uang yang diberikan bank pada saat pembayaran

2. Pembiayaan mudharabah dalam bentuk aset nonkas:

a) Diukur sebagai nilai wajar aset nonkas pada saat

penyerahan, selisih antara nilai wajar dan nilai buku aset

nonkas diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank

b) Beban yang terjadi sehubungan dengan mudharabah tidak

dapat diakui sebagai bagian pembiayaan mudharabah

kecuali telah disepakati bersama. Setiap pembayaran

kembali atas pembiayaan mudharabah oleh pengelola dana

mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.

21
Naf’an. Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah, Cetakan ke 1, (Yogyakarta 2014)
hal 113-119
26

b. Bank sebagai mudharib (Pengelola Dana)

1. Dana investasi tidak terikat diakui sebagai investasi tidak

terikat pada saat terjadinya sebesar jumlah yang diterimanya.

Pada akhir periode akuntansi, investasi tidak terikat diukur

sebesar nilai tecatat.

2. Bagi hasil investasi tidak terikat dialokasikan kepada bank dan

pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati.

3. Kerugian karena kesalahan atau kelalaian bank dibebankan

kepada bank (pengelola dana)

c. Bank sebagai agen investasi

1. Apabila bank bertindak sebagai agen dalam menyalurkan dana

mudhrabah muqayyadah dan bank tidak menanggung resiko

maka pelaporannya tidak dilakukan dalam neraca, tetapi dalam

laporan perubahan dana investasi terikat, sedangkan dana yang

diterima dan belum disalurkan diakui sebagai titipan.

2. Apabila bank bertindak sebagai agen dalam menyalurkan dana

mudhrabah muqayyadah (investasi terikat), tetapi bank

menanggung risiko atas penyaluran dana tersebut maka

pelaporannya dilakukan dalam neraca sebesar porsi resiko yang

ditanggung oleh bank.22

22
Osmad Muthaher. Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi Pertama, Cetakan Pertama,
(Yogyakarta 2012) hal 150-153
27

IAI (2003) menjelaskan tentang pengakuan dan pengukuran

pembiayaan mudharabah sebagi berikut:

1. Pembiayaan dalam bentuk kas diakui pada saat pembayaran jumlah

uang yang diberikan bank kepada pengelola dana

2. Pembiayaan mudharabah yang diberikan dalam bentuk aktiva non

kas dinilai sebesar nilai wajar aktiva non kas

3. Pembiayaan mudharabah yang diberikan secara bertahap diakui

pada setiap tahap pembayaran

4. Biaya yang terjadi akibat akad mudharabahtidak dapat diakui

kecuali telah disepakati bersama

5. Pembayaran kembali pembiayaan mudharabah oleh mudharib akan

mengurangi pembiayaan mudharabah

6. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang maka kerugian

tersebut mengurangi pembiayaan mudharabah dan diakui sebagai

kerugian bank

7. Apabila akad mudharabah diakhiri sebelum jatuh tempo, maka

pembiayaan mudharabah diakui sebagai piutang mudharabh jatuh

tempo

8. Pengakuan keuntungan pembiayaan mudharabah diakui pada

periode terjadinya hak bagi hasil sesuai dengan nisbah yang

disepakati
28

9. Pengakuan kerugian pembiayaan mudharabah diakui pada saat

terjadinya kerugian tersebut dan mengurangi saldo pembiayaan

mudharabah

10. Penyisihan penghapusan pembiayaan mudharabah harus dibentuk

sesuai dengan ketentuan bank indonesia yang berlaku

Dengan adanya peraturan tersebut bank syariah dapat dengan

mudah mengetahui bagaimana mengakui pendapatan yang bersumber

dari pembiayaan mudharabah dan kapan saat diukurnya pembiayaan

tersebut. Untuk memperjelas penerapan pengakuan dan pengukuran

pendapatan mudharabah tersebut, Peneliti mencontohkan pendapatan

tersebut dalam bentuk kasus, adapun contoh kasus tersebut antara lain:

Contoh untuk kasus untuk prinsip mudharabah misalnya Ny.

Annisa hendak melakukan usaha dengan modal Rp50.000.000,-.

Diperkirakan dari usaha tersebut akan memperoleh pendapatan

Rp10.000.000,-perbulan dan modal disediakan seluruhnya oleh Bank

Syariah Mandiri. Dari keuntungan ini selisih disisihkanya dulu untuk

mengembalikan modal, misalnya Rp4.000.000,-. Selebihnya dibagikan

antara Bank Syariah Mandiri dengan nasabah sesuai dengan

kesepakatan sebelumnya, yaitu 60:40, sehingga (40%×Rp6.000.000,-

=Rp2.400.000) untuk Ny. Annisa. Dan (60%×Rp6.000.000,-

=Rp3.600.000) untuk Bank Syariah Mandiri.


29

D. Musyarakah

1. Pengertian Musyarakah

“Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau

lebih untuk suatu usaha tertentu dimana setiap pihak memberikan

kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko

(kerugian) akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.”23

Definisi lain mengatakan musyarakah adalah akad kerja sama

diantara pemilik modal untuk menggabungkan modal dan melakukan

usaha secara bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah

pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian

ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.

Secara teknis dalam aplikasi perbankan, musyarakah adalah

kerja sama antara pemilik modal atau bank dengan pedagang atau

pengelola, dimana masing-masing pihak memberikan kontibusi modal

dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan dimuka dan apabila

rugi ditanggung oleh kedua belah pihak yang bersepakat. Karena itu,

musyarakah dalam perbankan islam telah dipahami sebagai suatu

mekanisme yang dapat menyatukan kerja dan modal untuk produksi

barang dan jasa yang bermanfaat untuk masyarakat.24

23
Rivai Veithzal dan Andrian Permata Veithzal. Islamic Financial Management, Edisi 1,
Cetakan 1, (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada,2008) hal 121
24
Osmad Muthaher. Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi Pertama, Cetakan Pertama,
(Yogyakarta 2012) hal 164
30

Adapun alur dari pembiayaan musyarakah adalah:

BANK NASABAH

MODAL MODAL DAN SKILL

PROYEK

KEUNTUNGAN

Skema Pembiayaan Musyarakah

Skema diatas menjelaskan bahwa Musyarakah biasanya

diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank

sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut.

Seteleh proyek itu selesai nasabah mengembalikan dana tersebut

bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.

2. Jenis-Jenis Musyarakah

Pembiayaan musyarakah memiliki jenis bermacam-macam,

karena terdapat modal yang berasal dari pihak ketiga, dan untuk

mengetahui pembagian kontribusi dananya maka dijelaskan jenis-

jenis musyarakah sabagai berikut:


31

a. Musyarakah pemilikan

Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan,wasiat atau

kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh

dua orang atau lebih. Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua

orang atau lebih berbagi dalam seuah aset nyata.

b. Musyarakah akad (kontrak)

Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua

orang atau leih setuju bahwa tiap orang dari mereka memerikan

modal musyarakah. Mereka pun sepakat berbagi keuntungan

dan kerugian.

Musyarakah akad terbagi menjadi :

1) Syirkah al-‘inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih.

Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dan

berpartisipasi dalam kerja.

2) Syirkah mufawadhah adalah kontrak kerja sama antara dua

orang atau lebih.

3) Syirkah A’maal adalah kontrak kerja sama dua orang

seprofesi untuk menerima pekerjaan bersama dan berbagi

keuntungandari pekerjaan itu.

4) Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih

yang memiliki reputasi dan prestise baik secara ahli dalam

bisnis.
32

3. Landasan syariah, rukun dan syarat musyarakah

Al-Qur’an Surat An-Nisa : 12


”jika saudara-saudara itu lebih dari satu orang, maka
mereka bersekutu dalam sepertiga itu.”25

Al- Qur’an Surat Shad : 24



 

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang


berserikat itu sebahagian merekan berbuat zalim kepada
sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shaleh”.26

Al-hadist :

“Dari hadist Qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa

Rasulullah saw telah bersabda, “Allah swt telah berkata kepada

saya: menyertai dua pihak yang sedang berkongsi selama salah

satu dari keduanya tidak menghianati yang lain, seandainya

berkhianat maka saya keluar dari penyetaan tersebut”. (HR. Abu

Daud).

Adapun Rukun musyarakah adalah sebagai berikut :

1. Ijab qabul (shigah) adalah adanya kesepakatan antara kedua

belah pihak yang bertransaksi

25
Sri Nurhayati dan Wasillah. Akuntansi Syariah Indonesi, (Jakarta:Salemba
Empat,2009) hal 139
26
Sumar’in, S.EI, M.S.I. Konsep Kelembagaan Syariah. E1.C1 (Yogyakarta: Graha
Ilmu,2012) hal74-75
33

2. Dua pihak yang berakad (‘aqidani) dan memiliki kecakapan

melakukan pengelolaan harta

3. Objek akad (mahal) yang disebut juga ma’qud alaih yang

mencakup modal atau pekerjaan

4. Nisbah bagi hasil

5. Adanya usaha (‘amal)

Syarat musyarakah menurut Malikiyah adalah sebagai

berikut:

1. Merdeka, modal cukup dan cakap hukum

2. Baligh atau berakal

3. Pintar, seseorang itu harus pintar supaya tidak ada kecurangan

dalam bertransaksi

Syarat musyarakah menurut Hanafiah yaitu :

1. Sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk syirkah baik

dengan harta maupun yang lainnya. Dalam hal ini terdapat dua

syarat yaitu :

a. Yang berkenaan dengan benda yang diakadkan adalah harus

dapat diterima sebagai perwakilan

b. Yang berkenaan dengan keuntungan yaitu pembagian

keuntungan yang jelas dan diketahui orang pihak-pihak

yang bersyirkah

2. Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mal (harta), dalam hal

ini terdapat dua perkara yang harus dipenuhi yaitu:


34

a. Bahwa modal yang dijadikan objek akad syirkah adalah dari

alat pembayaran

b. Yang dijadikan modal (harta pokok) ada ketika akad

syirkah dilakukan27

4. Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan Musyarakah

IAI (2004) menjelaskan tentang pengakuan dan pengukuran

pembiayaan musyarakah sebagai berikut:

1. Pengakuan dan Pengukuran awal pembiayaan musyarakah :

a. Pembiayaan musyarakah diakui pada saat pembayaran tunai

atau penyerahan aktiva non kas kepada mitra musyarakah

b. Pengukuran pembiayaan musyarakah yaitu :

1) Pembiayaan musyarakah dalam bentuk kas dinilai

sebesar nilai wajar, maka selisih tersebut diakui sebagai

keuntungan atau kerugian bank pada saat pembayaran

2) Pembiayaan musyarakah dalam bentuk kas dinilai

sebesar jumlah yang dibayarkan

3) Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah, misalnya

studi kelayakan tidak dapat diakui sebagai bagian

pembiayaan musyarakah kecuali ada persetujuan dari

seluruh mitra musyarakah

27
Naf’an. Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah, Cetakan ke 1, (Yogyakarta 2014)
hal 95-102
35

2. Pengukuran bagian Bank atas pembiayaan musyarakah setelah

akad

a. Bagian bank atas pembiayaan musyarakah permanen dinilai

sebesar nilai historis (jumlah yang dibayarkan atau nilai

wajar aset nonkas padaa saat penyerahan modal

musyarakah), setelah dikurangi dengan kerugian apabila

ada.

b. Bagian bank atas pembiayaan musyarakah menurun dinilai

sebesar nilai historis sesudah dikurangi dengan pembiayaan

bank yang telah dikembalikan oleh mitra (yaitu sebesar

harga jual yang wajar) dan kerugian apabila ada.

c. Jika akad musyarakah yang belum jatuh tempo diakhiri

dengan pengembalian seluruh atau sebagian modal maka

selisih antara nilai historis dan nilai pengembalian diakui

sebagai laba atau rugi bank pada periode berjalan.

d. Pada saat diakhiri, pmbiayaan musyarakah yang belum

dikembalikan oleh mitra diakui sebagai piutang jatuh tempo

kepada mitra.

3. Pengakuan laba atau rugi musyarakah

a. Laba pembiayaan musyarakah diakui sebesar bagian bank

sesuai dengan nisbah yang disepakati atas hasil usaha

musyarakah, sedangkan rugi diakui secara proporsional

sesuai dengan kontribusi modal.


36

b. Apabila terjadi kerugian dalam musyarakah akibat

kelalaian, maka rugi tersebut ditanggung oleh mitra

pengelola usaha musyarakah

c. Apabila pembiayaan musyarakah permanen melewati satu

periode pelaporan maka:

i. Laba diakui dalam periode terjadinya sesuai dengan

nisbah bagi hasil yang disepakati

ii. Rugi diakui dalam periode terjadinya kerugian tersebut

dan mengurangi pembiayaan musyarakah

d. Pada saat akad diakhiri laba belum diterima bank yang

masih performing diakui sebagai piutang kepada mitra

e. Apabila musyarakah menurun melewati satu periode

pelaporan dan terdapat dan terdapat pengembalian sebagian

atau seluruh pembiayaan maka:

i. Laba diakui dalam periode terjadinya sesuai dengan

nisbah yang disepakati

ii. Rugi diakui dalam periode terjadinya secara

proporsional sesuai dengan kontribusi modal dan

mengurangi pembiayaan musyarakah.28

Berdasarkan uraian ketentuan musyarakah diatas, tidak

hanya keuntungan yang diperhatikan, namun jika terjadi kerugian,

juga akan dibagi secara proporsional sesuai dengan porsi modal

28
Osmad Muthaher. Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi Pertama, Cetakan Pertama,
(Yogyakarta 2012) hal 168-170
37

dari masing-masing mitra. Karena pembiayaan ini bersifat

kemitraan.

Seiring berkembangnya zaman, musyarakah dalam

perbankan pun dialokasikan untuk perusahaan yang bergerak

dalam bidang kontribusi, industri, perdagangan dan jasa.

Pembiayaan investasi, dapat dialokasikan untuk perusahaan yang

bergerak dalam bidang industri, pembiayaan secara sindikasi baik

untuk kepentingan kerja maupun investasi.

Contoh kasus untuk prinsip musyarakah misalnya Tn.

Ridho hendak melakukan suatu usaha, tetapi kekurangan modal.

Modal yang dibutuhkan sebesar Rp40.000.000,- sedangkan modal

yang dimilikinya hanya tersedia Rp20.000.000,-. Ini berarti Tn.

Ridho kekurangan dana tersebut, beliau meminta bantuan kepada

Bank untuk menutupi kekurangan dana tersebut, modal usaha

proyek sebesar Rp40.000.000,- dipenuhi oleh Tn. Ridho 50% dan

Bank Syariah 50%. Jika pada akhirnya proyek tersebut

memberikan keuntungan sebesar Rp15.000.000,- maka Bank

Syariah (Rp7.500.000,-) 50% untuk Tn. Ridho (Rp7.500.000,-).

Dengan catatan pada akhir suatu usaha Tn. Ridho tetap akan

mengembalikan uang sebesar Rp20.000.000,- ditambah

Rp7.500.000,- untuk keuntungan Bank Syariah dari bagi hasil.


38

E. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

1. Pengertian dan Sumber Standar Akuntansi Keuangan

Akuntansi memiliki kerangka teori konseptual yang menjadi

dasar pelaksanaan teknik-tekniknya, yang terdiri dari standar dan

praktik yang sudah diterima oleh umum karena kegunaannya dan

kelogisannya. Standar itu disebut standar akuntansi, di indonesia

berlaku Prinsip Akuntansi Indonesia kemudian diganti menjadi

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia kemudian diganti

menjadi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Dalam

transaksi ini dijelaskan transaksi yang harus dicatat, bagaimana

mencatatnya, dan bagaimana mengungkapkannya dalam laporan

keuangan yang disajikannya.

Standar akuntansi merupakan masalah penting dalam profesi

dan semua pemakai laporan yang memiliki kepentingan terhadapnya.

Oleh karena itu, mekanisme penyusunanan standar akuntansi harus

diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kepuasan kapada

semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan.

PSAK adalah singkatan dari Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan yang merupakan suatu kerangka dari prosedur pembuatan

laporan keuangan akuntansi yang berisi peraturan mengenai

pencatatan, penyusunan, perlakuan, dan penyajian laporan keuangan

yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang didasarkan


39

pada kondisi yang sedang berjalan dan telah disepakati serta telah

disahkan oleh institut atau lembaga resmi di indonesia.

Dari Pengertian PSAK di atas kita dapat mengambil gambaran

bahwa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) berisi

tentang tata cara penyusunan laporan keuangan yang selalu mengacu

pada teori yang ada seperti layaknya IFRS yang di gunakan pada skala

global. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan menetapkan dasar-

dasar penyajian laporan keuangan yang bertujuan umum atau disebut

general purpose financial statements agar dapat dibandingkan baik

dengan laporan keuangan sebelumnya maupun dengan laporan

keuangan lain. PSAK mengatur persyaratan struktur laporan

keuangan, penyajian laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi

laporan keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan juga

diperlukan untuk memudahkan auditor serta penyusunan laporan

keuangan, juga memudahkan pembaca laporan keuangan.

Sejak Tahun 2012, PSAK yang diterapkan di Indonesia telah

berdasarkan IFRS. Pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

PSAK-IFRS, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) ditetapkan oleh Dewan Standar

Akuntansi Keuangan IAI. PSAK Syariah ditetapkan oleh Dewan

Akuntansi Syariah sedangkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

ditetapkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah.


40

Alasan indonesia menerapkan PSAK berdasarkan IFRS karena

Indonesia adalah bagian dari International Federation of Accountants

(IFAC) yang merupakan ikatan akuntan internasional (jika di

indonesia IAI) yang sudah pasti harus mematuhi Statement

Membership Obligation (SMO), karena inilah indonesia harus

menjadikan IFRS sebagai Standar akuntansi yang sebelumnya adalah

PSAK

Alasan pentingnya PSAK yang relevan sebagai berikut :

a. Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, prestasi dan

kegiatan perusahaan dan diharapkan mempunyai sifat yang jelas,

konsisten, terpercaya dan dapat diperbandingkan.

b. Memberi pedoman dan peraturan bekerja bagi akuntan publik

agar mereka dapat melaksanakan tugas dengan hati-hati,

independen dan dapat mengabdikan keahliannya dan

kejujurannya melalui penyusunan laporan akuntan setelah melalui

pemeriksaan akuntan.

c. Memberikan data base kepada regulator tentang berbagai

informasi yang dianggap penting dalam perhitungan pajak,

peraturan tentang perusahaan, perencanaan dan pengaturan

ekonomi dan tujuan makro lainnya.

d. Dapat menarik perhatian para ahli dan praktisi di bidang teori dan

standar akuntansi.
41

Standar akuntansi ini umumnya disusun oleh lembaga

resmi yang diakui oleh pemerintah, profesi dan umum. Kalau di

indonesia yang berwenang menyusun ini adalah Dewan Standar

Akuntansi Keuangan yang berada dibawah naungan IAI (Ikatan

Akuntan Indonesia).29

Sumber Akuntansi Keuangan

Aturan-aturan yang mengatur tentang Perlakuan akuntansi

dituangkan dalam sebuah standar yang disebut dengan PSAK.

Dalam Standar Akuntansi Keuangan ini terdapat konsep dan

metode akuntansi informasi yang berguna bagi pemakai, maka

informasi tersebut haruslan relevan, dapat di andalkan dan dapat di

bandingkan.

a. Konsep Entitas

Merupakan konsep yang paling mendasar dalam akuntansi.

Konsep ini menghendaki adanya pemisahan antara organisasi

perusahaan dengan pemilik. Hal ini agar proses

pertanggungjawaban yang dihasilkan dari informasi akuntansi

berjalan dengan semestinya.

b. Prinsip keandalan

Prinsip keandalan ini lebih terkait kepada dapat diandalkan atau

tidaknya bukti yang digunakan sebagai informasi, baik itu

bagian dari catatan atau laporan akuntansi. Tolak ukur

29
Sofyan Syafri Harahap. Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Cetakan 13, (PT. RajaGrafindo
Persada 2011) hal 153-154
42

keandalan itu sendiri adalah akurat dan berguna serta dapat

ditelusuri dan dikonfirmasi kebenarannya oleh yang

berkepentingan secara independen.

c. Prinsip biaya

Ini menyangkut dengan berapa biaya yang seharusnya dicatat

dalam catatan akuntansi. Berapa biaya yang seharusnya dicatat

dalam catatan akuntansi adalah berapa biaya yang benar-benar

dikeluarkan.

d. Konsep kesinambungan

Menyatakan bahwa ada tanda-tanda, gejal-gejala atau rencana

pasti bahwa suatu perusahaan akan dibubarkan atau dilikuidasi,

maka dianggap perusahaan akan berlangsung terus sampai

waktu yang tidak terbatas. Dasar pemikiran yang digunakan

adalah pertimbangan kepraktisan dan kemudahan dalam

pelaksanaan akuntansi karena memang jalannya operasi sebuah

perusahaan di masa yang akan datang tidak dapat diduga secara

pasti.30

2. Tujuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

Tujuan Standar Akuntansi Keuangan adalah menetapkan

dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum yang

selanjutnya disebut “Laporan Keuangan”agar dapat dibandingkan

baik dengan laporan keuangan perusahaan periode sebelumnya

30
hadri Mulya, M.Si. Memahami Akuntansi Dasar; Pendekatan Teknis Siklus Akuntansi.
Edisi Pertama (Jakarta 2008) hal 36-37
43

maupun dengan laporan perusahaan lainnya. Pengakuan, Pengukuran

dan Pengungkapan transaksi dan peristiwa tertentu diukur dalam

Standar Akuntansi terkait.31

3. Konsep (Metode) Pencatatan Akuntansi

a. Cash Basis

Acrual Basis merupakan salah satu konsep yang sangat

penting dalam akuntansi, dimana Pencatatan basis kas adalah

teknik pencatatan ketika transaksi terjadi dimana uang benar-

benar diterima atau dikeluarkan. Dengan kata lain Akuntansi

Cash Basis adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh

transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas

diterima atau dibayar yang digunakan untuk pengakuan

pendapatan, belanja dan pembiayaan.

Cash Basis akan mencatat kegiatan keuangan saat kas atau

uang telah diterima misalkan perusahaan menjual produknya akan

tetapi uang pembayaran belum diterima maka pencatatan

pendapatan penjualan produk tersebut tidak dilakukan, jika kas

telah diterima maka transaksi tersebut baru akan dicatat seperti

halnya dengan “dasar akrual” hal ini berlaku untuk semua

transaksi yang dilakukan, kedua teknik tersebut akan sangat

berpengaruh terhadap laporan keuangan, jika menggunakan dasar

akrual maka penjualan produk perusahaan yang dilakukan secara

31
hadri Mulya, M.Si. Memahami Akuntansi Dasar; Pendekatan Teknis Siklus Akuntansi.
Edisi Pertama (Jakarta 2008) hal 14
44

kredit akan menambah piutang dagang sehingga berpengaruh

pada besarnya piutang dagang sebaliknya jika yang di pakai cash

basis maka piutang dagang akan dilaporkan lebih rendah dari

yang sebenarnya terjadi.

Cash Basis juga mendasarkan konsepnya pada dua pilar

yaitu :

1. Pengakuan Pendapatan

Pengakuan pendapatan, saat pengakuan pendapatan

pada cash basis adalah pada saat perusahaan menerima

pembayaran secara kas. Dalam konsep cash basis menjadi hal

yang kurang penting mengenai kapan munculnya hak untuk

menagih. Makanya dalam cash basis kemudian muncul adanya

metode penghapusan piutang secara langsung dan tidak

mengenal adanya estimasi piutang tak tertagih.

2. Pengakuan Biaya :

Pengakuan biaya, pengakuan biaya dilakukan pada saat

sudah dilakukan pembayaran secara kas. Sehingga dengan kata

lain, pada saat sudah diterima pembayaran maka biaya sudah

diakui pada saat itu juga. Biaya diakui pada saat dibayar tunai

dalam peride tertentu. Untuk usaha-usaha tertentu masih lebih

menggunakan cash basis ketimbang accrual basis.


45

Disamping itu, pencatatan akuntansi dengan metode cash basis

juga mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai

berikut :

1. Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Cash Basis

a. Metode Cash basis digunakan untuk pencatatan pengakuan

pendapatan, belanja dan pembiayaan.

b. Beban atau biaya belum diakui sampai adanya pembayaran

secara kas walaupun beban telah terjadi, sehingga tidak

menyebabkan pengurangan dalam penghitungan pendapatan.

c. Pendapatan diakui pada saat diterimanya kas,sehingga benar-

benar mencerminkan posisi yang sebenanya.

d. Penerimaan kas biasanya diakui sebagai pendapatan.

e. Laporan Keuangan yang disajikan memperlihatkan posisi

keuangan yang ada pada saat laporan tersebut.

f. Tidak perlunya suatu perusahaan untuk membuat pencadangan

untuk kas yang belum tertagih.

2. Kelemahan Pencatatan Akuntansi Secara Cash Basis

a. Metode Cash basis tidak mencerminkan besarnya kas yang

tersedia.

b. Akan dapat menurunkan perhitungan pendapatan bank, karena

adanya pengakuan pendapatan sampai diterimanya uang kas.

c. Adanya penghapusan piutang secara langsung dan tidak

mengenal adanya estimasi piutang tak tertagih.


46

d. Biasanya dipakai oleh perusahaan yang usahanya relative kecil

e. Setiap pengeluaran kas diakui sebagai beban.

f. Sulit dalam melakukan transaksi yang tertunda pembayarannya,

karena pencatatan diakui pada saat kas masuk atau keluar.

g. Sulit bagi manajemen untuk menentukan suatu kebijakan

kedepannya karena selalu berpatokan kepada kas.

b. Accrual Basis

Basis Akrual (Accrual Basis) Teknik basis akrual

memiliki fitur pencatatan dimana transaksi sudah dapat dicatat

karena transaksi tersebut memiliki implikasi uang masuk atau

keluar di masa depan. Transaksi dicatat pada saat terjadinya

walaupun uang belum benar – benar diterima atau dikeluarkan.

Dengan kata lain basis akrual digunakan untuk

pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas dana. Jadi Basis

akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh

transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan

peristiwa itu terjadi tanpa memperhatikan saat kas atau setara

kas diterima atau dibayar.

Accrual Basis juga mendasarkan konsepnya pada dua

pilar yaitu:

1. Pengakuan pendapatan

Saat pengakuan pendapatan pada accrual basis

adalah pada saat perusahaan mempunyai hak untuk


47

melakukan penagihan dari hasil kegiatan perusahaan.

Dalam konsep accrual basis menjadi hal yang kurang

penting mengenai kapan kas benar-benar diterima.

Makanya dalam accrual basis kemudian muncul adanya

estimasi piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah

diakui padahal kas belum diterima. Tidak tergantung kapan

penghasilan diterima tunai dan kapan dibayar tunai.

Pengakuan pendapatan berdasarkan metode persentase

tingkat penyelesaian pekerjaan yang pada umumnya

dipakai di bidang konstruksi.

2. Pengakuan biaya

Pengakuan biaya dilakukan pada saat kewajiban

membayar sudah terjadi. Sehingga dengan kata lain, pada

saat kewajiban membayar sudah terjadi, maka titik ini dapat

dianggap sebagai starting point munculnya biaya meskipun

biaya tersebut belum dibayar. Dalam era bisnis dewasa ini,

perusahaan selalu dituntut untuk senantiasa menggunakan

konsep accrual basis ini.


48

Disamping itu, pencatatan akuntansi dengan metode cash

basis juga mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu

sebagai berikut :

1. Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis

a. Metode aacrual basis digunakan untuk pengukuran aset,

kewajiban dan ekuitas dana.

b. Beban diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang

diberikan lebih handal dan terpercaya.

c. Pendapatan diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi

yang diberikan lebih handal dan terpecaya walaupun kas belum

diterima.

d. Banyak digunakan oleh perusahan-perusahana besar (sesuai

dengan Ketentuan Standar Akuntansi Keuangan dimana

mengharuskan suatu perusahaan untuk menggunakan basis

akural).

e. Piutang yang tidak tertagih tidak akan dihapus secara langsung

tetapi akan dihitung kedalam estimasi piutang tak tertagih.

f. Setiap penerimaan dan pembayaran akan dicatat kedalam

masing-masing akun sesuai dengan transaksi yang terjadi.

g. Adanya peningkatan pendapatan perusahaan karena kas yang

belum diterima dapat diakui sebagai pendapatan.


49

h. Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai pedoman

manajemen dalam menentukan kebijakan perusahaan

kedepanya.

i. Adanya pembentukan pencandangan untuk kas yang tidak

tertagih, sehingga dapat mengurangi risiko kerugian.

2. KelemahanPencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis

a. Metode aacrual basis digunakan untuk pencatatan.

b. Biaya yang belum dibayarkan secara kas, akan dicatat efektif

sebagai biaya sehingga dapat mengurangi pendapatan

perusahaan.

c. Adanya resiko pendapatan yang tak tertagih sehingga dapat

membuat mengurangi pendapatan perusahaan.

d. Dengan adanya pembentukan cadangan akan dapat mengurangi

pendapatan perusahaan.

e. Perusahaan tidak mempunyai perkiraan yang tepat kapan kas

yang belum dibayarkan oleh pihak lain dapat diterima.32

F. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kerangka konseptual

untuk membantu melakukan pemahaman dan pembatasan masalah seperti

dibawah ini:

32
Uwon Gustiawan. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, (Jakarta: PT Grasindo
2007) hal 14-18
50

PT. BSM KC PAYAKUMBUH

Pendapatan Bagi Hasil

Produk mudharabah Produk Musyarakah

Pengakuan dan pengukuran Pendapatan Bagi Hasil

(Mudharabah dan Musyarakah)

Adapun yang menjadi kerangka konseptual penelitian ini dimulai

dari pengenalan PT. BSM KC Payakumbuh sebagai objek peneliti yakni

sejarah, struktur organisasi, dan data-data yang berkaitan dengan judul

peneliti yang selanjutnya Peneliti membahas tentang pendapatan bagi hasil

khususnya pendapatan yang diperoleh dari bagi hasil yakni mudharabah

dan musyarakah, selanjutnya mengetahui bagaimana pengukuran dan

pengakuan pendapatan bagi hasil dan apa dasar dalam mengakui dan

mengukur pendapatan bagi hasil PT. BSM KC Payakumbuh.

H. Kajian Terdahulu

1. Penelitian terdahulu

Farhad Yunus Baljun (2006) dengan judul penelitian

“Analisis Pengakuan Pendapatan dan beban pada PT. Bank Syariah

Muamalat Indonesia, Tbk”. Alat analisis yang dipakai adalah analisis


51

kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitiannya adalah

pengakuan pendapatan bagi hasil mudharabah, musyarakah,

murabahah dan ishtisna diakui pada saat terjadinya, sedangkan wadiah

diakui pada saat kas diterima. Pada PT. Bank Syariah Muamalat

Indonesia, Tbk terdapat beban yang berkaitan dengan pendapatan

tersebut yang tidak diakui dalam satu periode akuntansi.

Kusma Wanti (2008) dengan judul penelitian “Pendapatan

Bagi Hasil dan Pelakuan Akuntansi pada Bank Muamalat Indonesia

Cabang Malang”. Alat analisis yang dipakai adalah analisis kualitatif

dengan metode deskriptif. Hasil penelitiannya adalah aturan-aturan

yang digunakan dalam kegiatan operasional Bank Muamalat Indonesia

dalam sepenuhnya menggunakan aturan-aturan yang sesuai dengan

syariah islam, seperti konsep Yadul amanah, pembagian keuntungan,

biaya pengelolaan dan mudharabah.

Dian Setiawati Rosial (2008) dengan judul penelitian

“Analisis Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Pembiayaan

Murabahah PT. Bank Sumut Syariah Cabang Medan”. Alat analisis

yang dipakai adalah analisis kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil

penelitiannya adalah Perlakuan Akuntansi dan Pengukuran Pendapatan

oleh PT. Bank Sumut Syariah telah sesuai dengan ketentuan yang

lazim dimana pembiayaan murabahah terdapat kecendrungan

digunakannya metode cash basis.


52

Dinar Bhadi Bramasta (2010) dengan judul “Pendapatan

Bagi Hasil dan Penyajian Laporan Keuangan pada Bank Syariah

(studi kasus pada PT.BPRS Bhakti Sumekar Sumenap)”. Alat analisis

yang dipakai adalah analisis kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil

penelitiannya PSAK No. 101 sudah diterapkan oleh PT. BPRS Bhakti

Sumekar. Hal ini terlihat telah lengkapnya laporan keuangan yang

disusun oleh PT. BPRS Bhakti Sumekar untuk

mempertanggungjawabkan semua kegiatan yang telah menyusun

sembilan laporan keungan dari laporan keuangan yang telah ditetapkan

dalam PSAK No. 101. Kesesuaian antara pendapatan bagi hasil yang

dilaksanakan oleh PT. BPRS Bhakti Sumekar dengan konsep-konsep

yang diatur dalam syariah islam.


53

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bank Syariah Mandiri

(BSM) Kantor Cabang (KC) Payakumbuh yang beralamat Jl.Ade Irma

Suryani No. 3 D-E, Payakumbuh, Sumatera Barat. No. Telepon:

(0752) 796640, 796641 BSM Call Center: 14040 atau (021)29534040

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 01 juli sampai dengan 30

agustus 2018.

B. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

a. Sumber Data

Sumber data yang penulis pakai, terdapat dua sumber yaitu:

a) Data Primer

Data primer adalah data secara langsung penulis peroleh

dari objek penelitian yaitu penulis langsung mendatangi

perusahaan yang bersangkutan dan hasil wawancara dengan

bagian pembiayaan bagi hasil sehubungan dengan pengakuan dan

pengukuran pendapatan bagi hasil pada PT. BSM KC

Payakumbuh.
54

b) Data Sekunder

Data sekunder adalah pengumpulan data dilakukan dengan

cara mempelajari masalah-masalah yang berhubungan dengan

objek dalam masalah yang diteliti dari buku-buku pedoman,

literatur-literatur, dan tulisan ilmiah lain yang berhubungan

dengan penulisan skripsi.

b. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan

data dengan tiga cara yaitu sebagai berikut:

a. Teknik Observasi,

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada PT. BSM

KC Payakumbuh mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan

bagi hasil dan selanjutnya membuat catatan –catatan hasil pengamatan

tersebut.

b. Teknik Wawancara,

Yaitu dengan melakukan serangkaian tanya jawab dengan

pihak perusahaan khususnya bagian Umum dan bagian Akuntansi,

c. Teknik Dokumentasi

Yaitu mengumpulkan data dari buku tentang Akuntansi

perbankan syariah, jurnal, dan situs internet yang berkaitan dengan

pengakuan dan pegukuran pendapatan bagi hasil.


55

C. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

research) yaitu suatu penelitian yang berfungsi untuk memperoleh data

langsung dari lapangan. Penelitian ini bersifat analisis kualitatif yaitu suatu

penelitian yang bertujuan untuk menerangkan fenomena sosial atau

peristiwa. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif yaitu suatu

prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati.

D. Jenis Data

a. Data primer

Jenis data yang digunakan oleh penulis adalah data primer, karena

penulis langsung datang ke perusahaan untuk mengambil data

b. Data sekunder

Data yang sudah diolah dalam bentuk yang sudah jadi, berupa data

yang berkaitan dengan pembiayaan bagi hasil dan diambil langsung

serta terdokumentasikan di perusahaan, seperti gambaran umum

perusahaan dan struktur organisasi

E. Teknik Pengolahan data

Setelah data terkumpul, kemudian penulis mengolah data dengan

menggunakan teknik analisis deskriptif. Data yang diperoleh tidak

dituangkan dalam bentuk angka, bilangan atau statistik, melainkan tetap

dalam bentuk kualitatif. Penulis melakukan analisis data dengan


56

memberikan pemaparan gambaran situasi yang diteliti dalam bentuk

uraian naratif.33

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis kualitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yaitu metode

dengan menyusun data yang diperoleh kemudian mendeskripsikan sesuatu

situasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat serta

dianalisis sehingga memberikan informasi yang lengkap bagi pemecahan

masalah yang dihadapi.

Penggunaan metode deskriptif memfokuskan34 kepada adanya

usaha untuk menganalisa seluruh data (sesuai dengan pedoman rumusan

masalah) sebagai satu kesatuan dan tidak dianalisa secara terpisah.

Beberapa langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah

sebagai berikut:

a. Mengamati dan mengumpulkan data tentang pengakuan dan

pengukuran pendapatan bagi hasil.

b. Membandingkan data yang diperoleh dengan teori yang diungkapkan

dalam landasan teori.

c. Menganalisis data yang ada khususnya tentang Pengakuan dan

Pengukuran pendapatan bagi hasil pada PT. BSM KC Payakumbuh.

33
Joko Subagyo, Metodologi Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta,1997), h. 39
34
Joko Subagyo, Metodologi Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta,1997), h. 87
57

d. Menarik kesimpulan dan memberikan saran kepada perusahaan yang

telah dilakukan penulis.35

35
Sugiyono,MetodePenelianKuantitatifKualitatifdanR&D,(Bandung; ALFABETA,2010).
Hal 289-292
58

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gam baran Umum Perusahaan

1. Sejarah Berdirinya PT. Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor

Cabang (KC) Payakumbuh

Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan

dan integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah

Mandiri sejak awal pendiriannya. Kehadiran Bank Syariah Mandiri

sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah

pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui

krisis ekonomi dan moneter sejak juli 1997, yang disusul dengan krisis

multi-dimensi termasuk dipanggung politik nasional, telah

menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap

seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha.

Dalam kondisi tersebut, industri Perbankan Nasional yang didominasi

oleh Bank-Bank Konvensional mengalami krisis luar biasa.

Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi

dan merekapitalisasi sebagian Bank-Bank di Indonesia.

Salah satu Bank Konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB)

yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP), PT Bank

Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis.


59

BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya

merger dengan beberapa Bank lain serta mengundang investor asing.

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan

(merger) Empat Bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank

Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank

Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan

tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri

(Persero) Tbk. Sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri

melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan

Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk

mengembangkan layanan Perbankan Syariah dikelompok perusaan

Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk

melayani transaksi syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa

pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk

melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari Bank Konvensional

menjadi Bank Syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan

Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya,

sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari Bank Konvensional

menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan


60

nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta

Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi Bank Umum Syariah

dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI

No.1/24/KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat

Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia

No.1/1/KEP.DGS/1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT.

Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal

tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak

Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999, dan PT

Bank Syariah Mandiri berdiri di Kota Payakumbuh pada tanggal 14

April 2004 dengan segala kekurangan dan kelebihanya dengan harapan

dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat Kota Payakumbuh serta

membantu pemerintahan Kota Payakumbuh.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sejalan dengan konsep dan perkembangan

yang berlandaskan dengan landasan Syariah yang dalam kaitannya

untuk mengembangkan suatu usaha, juga meningkatkan keahlian

khususnya dalam bidang perekonomian.

Bank Syariah Mandiri merupakan suatu bank yang

mewujudkan suatu perkembangan ekonomi bersama masyarakat yang


61

berlandaskan syariah dan juga berorientasi mencari laba untuk anggota

dan lingkungan dalam perusahaan.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai

bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai

rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara

idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu

keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan

Indonesia. PT Bank Syariah Mandiri hadir untuk bersama membangun

Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

2. Visi dan Misi PT. Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang

(KC) Payakumbuh

VISI

“Bank Syariah Terdepan dan Modern”.

( The Leading & Modern Sharia Bank )

MISI

a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata

industri yang berkesinambunagan.

b. Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi

yang melampaui harapan nasabah.

c. Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran

pembiayaan pada sekmen ritel.


62

d. Mengembangan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.

e. Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang

sehat.

f. Meningkatkan kepeduliaan terhadap masyarakat dan lingkungan

3. Profil PT. Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang (KC)

Payakumbuh

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri

melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan

Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk

mengembangkan layanan Perbankan Syariah dikelompok perusaan

Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk

melayani transaksi syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa

pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk

melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari Bank Konvensional

menjadi Bank Syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan

Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan

infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari Bank

Konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkanprinsip

syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana

tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8

September 1999.
63

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi Bank Umum Syariah

dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI

No.1/24/KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selnjutnya, melalui Surat

Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia

No.1/1/KEP.DGS/1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT

Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal

tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi

sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999,

dan pada tanggal 28 Maret 2012 didirikan sebuah Kantor Cabang

Pembantu yakni Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu

Sawahlunto.

Bank Syariah Mandiri adalah salah satu lembaga Perbankan

besar di Indonesia. Bank Mandiri Syariah di bentuk oleh Bank

Mandiri, untuki berperan di dalam mengembangkan layanan

perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai

respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi

peluang Bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking

system). Perbankan syariah memandang bahwa pemberlakuan UU

tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi

dari bank konvensional menjadi bank syariah.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai

bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai

rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara


64

idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu

keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan

Indonesia. PT Bank Syariah Mandiri hadir untuk bersama membangun

Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik bersama Bank Syariah

Mandiri.

Syariah Mandiri didirikan dengan aturan perjanjian berdasarkan

hukum Islam antara bank dan pihak lain. Terutama berkaitan dengan

penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan

lainnya yang sesuai dengan syariah. Kedekatan nsabah akan

diimbangi dengan keterbukaandalam layanan produk sesuai sysriah,

modern, dan universal. Syriah Mandiri hasil pekerjaan mereka ,dan

memiliki intergritas, ketepatan dan aktualisasi dir. Bbanyak syarat

untuk permulaan sebelum dilakukan intarview, karena akan masih

banyak tahap-tahap yang harus dilalui sebelum diterima di Bank

Syariah Mandiri, sama halnya pada bank umumnya berharap visi

sebagai bank syariah tepercaya pilihan mitra usaha bisa tercapai

dengan melakukan kedekatan kepada seluruh masyrakat. Kedekatan

ini akan diimbangi dengan keterbukaandalam setiap layanan produk

sesuai syariah, jadi dengan begini bisa dipastikan membangun image

yang baik untuk Bank Syariah Mandiri.

Bank Syariah Mandiri menang merupakan salah satu bank

terkemuka di Indonesia jadi tidak heran ada banyak orang yang ingin

berkarir disana.Memang untuk bisa diterima tidaklah mudah karena


65

banyaknya pelamarkerja saat ini, jadi untuk anda cari informasi

sebanyak banyaknya bila ada lowongan kerja atau biasanya

lewatmedia online ada informasi tersebut. Syariah Mandiri

memerlukan orang yang proaktifdan menyukai bekerja dengan orang

atau mendukung orang lain untuk sukses. Mereka yang bangga akan

pekerjaan dan hasil pekerkaan mereka ,dan memiliki intregritas,

ketepatan dan akualitasi diri. Banyak syarat untuk dalam

layananproduk sesuai syariah modern,dan universal. Syariah Mandiri

juga tidak kalah dengan bank konvensional pada umumnya, karena

mereka juga dididik oleh tenaga profesional jadi tidak salah sekarang

sudah tumbuh menjadi salah satu bank yang besar .Bagi anda yang

berminat untuk meniti karir disana biasanya perekrutan dilakukan

melalui seleksi tang ketat. Media yang digunakan menggunakan

media cetak atau surat kabar. Untuk parbankan diharuskan sudah lulus

minimal diploma. Ini adalah syarat mutlak untuk bisa diterima sebagai

karyawan Bank Syriah Mandiri.

4. Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor

Cabang (KC) Payakumbuh

Struktur organisasi merupakan gambaran suatu perusahaan

secara sederhana, struktur organisasi memperlihatkan tingkat-tingkatan

dalam suatu organisasi yang memberi perintah, menjalankan,

melaksanakan, serta siapa yang memutuskan kebijaksanaan, dan lain-

lain.
66

Bank Syariah Mandiri merupakan bank komersial Syariah yang

kedua setelah bank Muamalat Indonesia. Sebagai anak perusahaan dari

bank beraset terbesar di Indonesia, bank Mandiri Syariah sudah barang

tentu memiliki sence of development yang berbeda dari perbankan

lainnya. Hal ini ditandai dengan kemampuan lembaga tersebut

membuat produk-produk yang marketable dan acceptable di tengah-

tengah masyarakat sehingga rasio kecukupan modal (CAR) BSM

mengalami kenaikan angka 32 persen menjadi sekitar 60 persen.

Di samping itu, Bank Syariah Mandiri mempunyai produk-

produk yang cukup digemari nasabah. Gadai emas syariah merupakan

salah satu produk yang cukup digemari nasabah. Bank Syariah mandiri

dalam menghimpun dana masyarakat dilengkapi dengan tabungan,

deposito dan giro. Khusus untuk pelayanan uang plastik, BSM

meluncurkan kartu ATM Syariah Mandiri yang bisa diakses di seluruh

ATM BSM dan Bank Mandiri. Kartu ATM ini juga bisa dijadikan kartu

identitas lewat kerjasama dengan berbagai lembaga. Selain itu BSM

juga dilengkapi fasilitas short message service (SMS Banking) bahkan

memiliki produk kartu debit card.36

Adapun gambaran umum uraian pembagian tugas masing-

masing personil sesuai bidang atau seksi yang ditempati dari struktur

adalah:

36
Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia,
(Yogyakarta:Penerbit Graha Ilmu,2005). Hal 98.
67

a) Kepala Cabang

Bertujuan Mengelola operasional cabang berdasarkan

system syariah secara efektif dan efesien untuk tercapainya:

1. Target operasional yang meliputi penghimpunan dana,

penyaluran pembiayaan, jasa-jasa, hasil usaha, dan kualitas

aktiva produktif.

2. Pemberian pembiayaan yang aman, sesuai kebutuhan nasabah

dan menghasilkan.

3. pelayanan yang prima kepada nasabah (costumer service).

b) Manajer Pemasaran

Bertugas Membantu pimpinan cabang dalam melaksanakan

Operasional Cabang di bidang pemasaran berdasarkan sistim

syariah dan ketentuan yang berlaku secara efektif dan efisien,

untuk tercapainya :

1. Terlaksananya kegiatan pemasaran produk dan jasa-jasa bank

kepada masyarakat diwilayah kerjanya.

2. Target operasional cabang yang meliputi : penghimpunan

dana, penyaluran pembiayaan, jasa-jasa, hasil usaha, dan

kualitas aktiva produktif.

3. Terlaksananya pemberian pembiayaan yang aman dan sesuai

kebutuhan nasabah.

4. Terlaksananya pelayanan yang prima terhadap

nasabah/investor (custamer satisfaction).


68

Ringkasan Tugas :

a. Mengelola secara optimal sumber daya Bidang Pemasaran agar

dapat mendukung kelancaran operasional cabang.

b. Membuat rencana kerja (RKAP) tahunan bidang pendanaan,

pembiayaan, jasa-jasa dan hasil usaha.

c. Memonitor realisasi target operasional cabang serta menetapkan

upaya-upaya pencapaiannya.

d. Melaksanakan strategi pemasaran produk bank guna mencapai

tingkat volume/sasaran yang telah ditetapkan baik pembiayaan,

pendanaan maupun jasa-jasa.

e. Melakukan review atas proses pemberian pembiayaan dengan

penekanan kepada upaya antisipasi risiko pembiayaan.

f. Review prasyarat/syarat dalam Surat Penegasan Persetujuan

Pembiayaan (SP3) telah sesuai dengan yang diputuskan komite

pembiayaan Cabang/kantor pusat.

g. Review Akad pembiayaan dan Surat Sanggup telah sesuai dengan

yang dipersyaratkan dalam SP3.

h. Memonitor ketertiban penyelenggaraan file dokumen yang

dilakukan bawahannya.

i. Melakukan pemantauan terhadap Kualitas Aktiva Produktif dan

mengupayakan pencapaian kolektibilitas lancar minimal sama

dengan target yang telah ditetapkan Direksi.


69

c) Manajer Operasi

1. Tujuan Tugas

Membantu Pimpinan Cabang dalam mengelola dan

melaksanakan operasional cabang secara efektif dan efisien

dibidang operasi berdasarkan sistim syariah dan ketentuan

yang berlaku untuk tercapainya :

a. Target Operasional Cabang yang meliputi penghimpunan

dana, pembiayaan, hasil usaha, jasa-jasa dan Kualitas

Aktiva Produktif.

b. Kelancaran pelayanan kepada nasabah atau investor.

c. Administrasi atau akuntansi secara benar.

d. Ketepatan dalam pelaporan baik kepada kantor pusat

maupun pihak ekstern.

2. Ringkasan Tugas

a. Mengelola secara optimal sumber daya bidang operasi

agar dapat mendukung kelancaran operasional cabang.

b. Membuat rencana dan sasaran kerja tahunan ncabang

dibidang operasi.

c. Melakukan pengecekan pemenuhan prasyarat/syarat

pembiayaan berdasarkan surat penegasan persetujuan

pembiayaan (SP3) dan Akad pembiayaan.

d. Memberikan rekomendasi disetujui/ditundanya pencairan

pembiayaan yang telah dilakukan .


70

e. Melakukan pemantauan terhadap Kualitas Aktiva

Produktif dan menginformasikan hasilnya kepada

Pimpinan cabang serta Manajer Pemasaran.

f. Mengkoordinir pelaksanaan administrasi pembiayaan dan

pelaporannya.

g. Mengusulkan penyempurnaan pedomal operasional bank

atau ketentuan lainnya kepada pimpinan cabang.

d) Analisis Officer

1. Tujuan Tugas

a. Pembinaan pembiayaan yang aman dan sesuai kebutuhan

nasabah.

b. Tercapainya target operasional yang ditetapkan oleh

Kepala Cabang.

c. Terciptanya pelayanan yang prima kepada nasabah

maupun investor.

2. Ringkasan Tugas

a. Membantu Manajer Pemasaran dalam menetapkan

Rencana Kerja (RKAP) Tahunan bidang pembiayaan.

b. Membuat Nota Analisa Pembiayaan.

c. Mempersiapkan dokumen pembiayaan yang telah

diputuskan.

d. Memeriksa kelengkapan dokumen sebelum fasilitas

pembiayaan dicairkan.
71

e. Bersama-sama dengan anggota komite pembiayaan

lainnya memutuskan pembiayaan sesuai dengan batas

wewenangnya.

f. Melakukan monitoring atas masa berlakunya legalitas

usaha nasabah, asuransi, dan hak atas jaminan yang

diterima.

e) Administrasi Pembiayaan

1. Tujuan Tugas

a. Terselenggaranya monitoring pembiayaan dengan tertib.

b. Terselenggaranya penyimpanan legal dokumen

pembiayaan dengan tertib dan aman.

c. Terlaksananya pencairan pembiayaan dengan aman.

d. Pembuatan atau penyampaian laporan pembiayaan dengan

benar dan tepat waktu.

2. Ringkasan Tugas

a. Melakukan pengecekan kelengkapan pemenuhan dokumen

pembiayaan sebelum fasilitas dicairkan berdasrkan

prasyarat/syarat yang telah disepakati.

b. Monitoring ketertiban pelaksanaan pembayaran kewajiban

nasabah.

c. Melakukan administrasi jaminan pembiayaan.

d. Monitoring kewajiban nasabah yang telah jatuh tempo

untuk diinformasikan kepada manajer Operasi dan


72

diteruskan kepada Manager Pemasaran untuk

ditindaklanjuti.

f) Teller

1. Tujuan Tugas

a. Terselenggaranya pelayanan bidang kas secara benar dan

cepat.

b. Terkelolanya persediaan uang tunai secara efektif dan

efisien.

c. Tercatatnya (dibuku) secara benar mutasi kas.

2. Ringkasan Tugas

a. Melayani penyetoran tunai maupun non tunai dengan

benar dan cepat.

b. Melayani penarikan tunai dan non tunai dengan benar dan

cepat dengan memperhatikan batas wewenang yang

dimiliki.

c. Menyerahkan cek/bilyet giro, slip penarikan serta bloter

kepada Manajer Operasi untuk diperiksa.

d. Menyortir dan mempersiapkan bundelan uang tunai yang

akan dilabel.

e. Mengkompilasi daftar penerimaan dan pengeluaran kas,

menghitung saldo kas akhir hari dan mencocokkan dengan

jumlah fisik saldo uang tunai yang ada dalam bax-nya

sendiri.
73

g) Pelaksana Operasi-Petugas Administrasi (Transfer)

1. Tujuan Tugas

a. Terlaksananya pelayanan transfer secara cepat dan benar.

b. Tercapainya kepuasan nasabah/investor.

2. Ringkasan Tugas

a. Melaksanakan pemeriksaan ulang atas semua transaksi

keluar/masuk maupun Nota Debet keluar/masuk setiap

akhir hari.

b. Menata usahakan persediaan blangko Nota Kredit/nota

Debet.

c. Memeriksa kebenaran/kebocoran antara pisik blangko

Nota Kredit/Nota debet dengan kartu persediaan.

d. Menfile berkas-berkas transfer (copy Nota Kredit/Debet

atau aplikasi trasfer).

e. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang ditunjuk oleh

atasan.

h) Pelaksana Umum (Logistik)

1. Tujuan Tugas

a. Terlaksananya pengadaan dan pendistribusian persediaan

kebutuhan kantor berupa alat tulis, barang cetakan,

peralatan/kebutuhan kantor.
74

b. Menginventarisasi, Membukukan, dan memelihara

keutuhan barang, bangunan,dan peralatan milik kantor

atau yang menjadi tanggung jawab kantor.

2. Ringkasan Tugas

a. Mengadministrasi pengadaan peralatan/perlengkapan

kantor yang telah mendapatkan persetujuan Kepala

Cabang atau Pejabat berwenang.

b. Menerima dan mengadministrasikan persediaan barang

kebutuhan kantor.

c. Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan peralatan/

perlengkapan kantor, kendaraan dinas, dan harta bank

lainnya.

d. Mengadministrasikan Harta tetap Bank baik sewa maupun

milik sendiri.

e. Melaksanakan pemeliharaan Harta tetap Bank baik sewa

maupun milik sendiri.

f. Mengkoordinir pelaksanaan kebersihan cabang.

g. Mengadministrasikan/mencatat dan memonitor

pengeluaran biaya-biaya yang berkaitan dengan logistik.

i) Customer Service

1. Tujuan Tugas:

a. Terselenggaranya pemasaran produk bank syariah mandiri

kepada masyarakat.
75

b. Terselenggaranya kecepatan dan ketepatan pelayanan

kepada nasabah maupun investor.

2. Ringkasan Tugas:

a. Memberikan penjelasan kepada nasabah/calon nasabah atau

investor mengenai produk Bank Syariah Mandiri, berikut

syarat-syarat maupun tata cara prosedurnya.

b. Melayani pembukaan rekening giro dan tabungan, sesuai

permohonan investor.

c. Melayani permintaan buku cek/bilyet giro.

d. Melayani permintaan nasabah untuk melakukan

pemblokiran (stop payment) baik rekening giro maupun

tabungan.

e. Melayani penutupan rekening giro baik atas permintaan

investor sendiri, karena ketentuan bank (yang telah

disepakati investor) maupun mkarena peraturan bank

indonesia.

f. Melayani permohonan penerbitan dan pencairan deposito

berjangka dari investor. Dll


76

5. Produk-produk dan Jasa PT. Bank Syariah Mandiri (BSM)

Kantor Cabang Payakumbuh

1. Produk Dana

a. Tabungan BSM Adalah tabungan dalam mata uang rupiah

yang penarikan dan penyetorannya dilakukan setiap saat

selama jam buka kas di konter BSM atau melalui ATM.

b. BSM Tabungan Mabrur Adalah tabungan dalam mata uang

rupiah untuk membantu pelaksanaan haji dan umrah.

c. BSM Tabungan Investasi Cendekia Adalah tabungan

berjangka untuk keperluan pendidikan dengan jumlah setoran

bulanan tetap dan dilengkapi dengan perlindungan asuransi.

d. BSM Tabungan Berencana Adalah tabungan berjangka yang

memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian

pencapaian target dana yang telah ditetapkan.

e. BSM Tabungan Simpatik Adalah tabungan berdasarkan

prinsip wadiah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat

berdasarkan syarat-syarat yang disepakati.

f. Tabunganku Merupakan tabungan untuk perorangan dengan

persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama

oleh bank-bank di indonesia guna menumbuhkan budaya

menabung dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


77

g. BSM Deposito Adalah investasi berjangka waktu tertentu

dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip

mudharabah muthlaqah.

h. BSM Giro Adalah sarana penyimpanan dana dalam mata uang

rupiah untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan

berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah.

i. BSM Card Adalah kartu yang dapat dipergunakan untuk

transaksi perbankan melalui ATM dan mesin debit ( EDC/

Electronoc Data Capture ).

j. BSM Net Banking Adalah BSM Net Banking merupakan

produk layanan perbankan berbasis teknologi internet yang

memberikan kemudahan melakukan berbagai transaksi

perbankan.

2. Produk Penyaluran Dana / Pembiayaan

a. Mudharabah BSM

Pembiayaan Mudharabah BSM adalah pembiayaan

dimana seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah

ditanggung oleh bank. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai

dengan nisbah yang disepakati.

b. Musyarakah BSM

Pembiayaan khusus untuk modal kerja, dimana dana dari

bank merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan

keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.


78

c. Murabahah BSM

Pembiayaan Murabahah BSm adalah pembiayaan

berdasarkan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank

membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada

nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan

margin yang disepakati.

d. Pembiayaan Kepada Pensiunan

Adalah Pembiayaan kepada Pensiunan merupakan

penyaluran fasilitas pembiayaan konsumer (termasuk untuk

pembiayaan multiguna) kepada para pensuinan, dengan

pembayaran angsuran dilakukan melalui pemotongan uang

pensiun langsung yang diterima oleh bank setiap bulan (pensiun

bulanan). Akad yang digunakan adalah akad murabahah atau

ijarah.

e. BSM Gadai Emas

Gadai Emas BSM merupakan produk pembiayaan atas

dasar jaminan berupa emas sebagai salah satu alternatif

memperoleh uang tunai dengan cepat.

f. Pembiayaan Warung Mikro

Pembiayaan Mikro adalah pembiayaan bersifat produktif

kepada nasabah/calon nasabah perorangan/badan usaha dengan

limit s.d. Rp100 juta. Termasuk dalam segmen mikro adalah

pembiayaan dengan tujuan multiguna kepada nasabah


79

perorangan dengan limit sampai dengan Rp50 juta yang

disalurkan melalui Warung Mikro.

g. Pembiayaan Implan

Adalah Pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah

yangdiberikan oleh Bank kepada karyawan tetap dinas yang

pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok).

h. Pembiayaan BSM Oto

Merupakan pembiayaan untuk pembelian kendaraan

bermotor baik baru maupun bekas.

i. Pembiayaan Modal Kerja

Adalah pembiayaan untuk modal kerja yang di aujukan

oleh nasabah hanya cukup dengan memberikan jaminan pada

bank selama nasabah melakukan pembiayaan pada Bank.

j. Pembiayaan Griya BSM

Adalah pembiayaan untuk pembelian rumah tinggal

idaman, bai baru maupun bekas dengan beragam kemudahan

dan keringanan.

Menurut pemanfaatannya, pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri

dapat dibagi menjadi dua yakni:

1) Pembiayaan investasi

Pembiayaan yang digunakan untuk pemenuhan barang-barang

permodalan (capital goods) serta fasilitas-fasilitas lain yang erat

hubungannya dengan hal tersebut.


80

2) Pembiayaan modal kerja

Pembiayaan yang ditujukan untuk pemenuhan, peningkatan

produksi dalam arti yang luas menyangkut semua sektor ekonomi,

perdagangan dalam arti luas maupun penyedian jasa.

3. Jasa-Jasa

a. BSM Card adalah kartu yang dapat dipergunakan untuk

transaksi perbankan melalui ATM dan mesin debit.

b. BSM Mobile Bangking GPRS adalah layanan transaksi

perbankan melalui mobile phone berbasis GPRS.

c. BSM Net Banking adalah layanan transaksi perbankan

melalui internet.

d. SMS Banking adalah salah satu fitur teknologi yang berupa

layanan bagi nasabah bank, yang mengijinkan para nasabah

untuk mengakses akun bank mereka melalui fitur SMS.

e. Intercity Clearing adalah pengembangan dari mekanisme

Inkasi dalam hal penyelesaian transaksi antar kota yang lebih

efisien. Intercity Clearing bertujuan untuk meningkatkan

efisiensi dalam penyelesaian transaksi cek/bilyet giro antar

kota.

f. Real Time Gross Settlement (RTGS) adalah proses

penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang

dilakukan per transaksi (individually processed/gross

settlement) dan bersifat real-time (electronically processed),


81

dimana rekening peserta dapat di-debit/ di-kredit berkali-kali

dalam sehari sesuai dengan perintah pembayaran dan

penerimaan pembayaran.

g. Transfer dan Kliring, jasa ini mempermudah transaksi yang

dilakukan oleh pengguna (nasabah maupun bukan dengan

bank lain). Atas jasa ini, bank mengenakan biaya tertentu

sesuai ketemtuan pihak bank sendiri.

h. L/C adalah suatu surat pernyataan yang dikeluarkan oleh

issuing bank atas permintaan pembeli/importir yang

ditujukan kepada penjual/importir/beneficiary melalui

advising/confirming bank dengan menyatakan bahwa issuing

bank akan membayar sejumlah uang tertentu apabila syarat-

syarat yang ditetapkan dalam L/C tersebut dipenuhi.

i. Bank Garansi adalah jaminan pembayaran yang diberikan

kepada pihak penerima jaminan (bisa perorangan atau

perusahaan), apabila pihak yang dijamin tidak dapat

memenuhi kewajiban atau cidera janji. Manfaat Bank garansi

adalah sebagai sarana untuk memperlancar lalu lintas barang

dan jasa.
82

B. Hasil Penelitian Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Bagi Hasil

1. Produk Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah pada

PT.BSM KC Payakumbuh.

Seluruh sektor ekonomi sepanjang itu sesuai dengan

ketentuan Bank Indonesia, BSM secara umum dan ditambah sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah dapat dibiayai. Jadi ada tambahan

sesuai dengan prinsip syariah, sehingga meskipun ketentuan Bank

Indonesia dan BSM secara umum membolehkan, namun tidak

sesuai dengan prinsip syariah, maka tidak dapat dibiayai oleh BSM.

beberapa hal pokok yang diperhatikan oleh Bank Syariah sebelum

mengeluarkan produk-produk pembiayaan dari BSM juga terlebih

dahulu dikonsultasikan dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS).

Serta hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan ilegal

serta dapat merugikan syiar Islam secara langsung ataupun tidak

langsung. Selain itu meskipun BSM tidak sama sekali melarang

pembiayaan konsumtif, namun lebih mendahulukan pembiayaan

sektor riil terutama untuk menggerakkan perekonomian, khususnya

perekonomian masyarakat muslim.

Pada dasarnya seluruh masyarakat berhak memperoleh

fasilitas pembiayaan ini. Namun demikian BSM dalam hal ini

memegang amanah dari masyarakat pemegang dana untuk

menginvestasikan dana mereka. Sesuai dengan prinsip investasi

tentunya masyarakat tersebut juga menghendaki hasil yang optimal.


83

Oleh karena itu, BSM akan berupaya untuk memilih dan

menyalurkan pembiayaan ke sektor-sektor yang potensial, sehingga

dana masyarakat yang diamanahkan kepada BSM dapat

berkembang secara lebih baik. Untuk itu setiap permohonan

pembiayaan akan dilakukan analisa oleh tenaga analis BSM,

sehingga selain resikonya dapat dikurangi menjadi seminimal

mungkin, return atau pendapatan dari yang dibiayai tersebut juga

dapat memberikan hasil yang maksimal. Sehingga akan

menguntungkan bagi kedua belah pihak.

2. Pendapatan Bagi Hasil pada PT. BSM KC Payakumbuh

Pendapatan bagi hasil pada Perbankan Syariah diperoleh

dari penghimpun dana berupa tabungan dan deposito berdasarkan

prinsip mudharabah dan pada penyaluran dana pada pembiayaan

mudharabah.

Menurut hasil wawancara yang dilakukan Peneliti dengan

pihak PT. Bank Syariah Mandiri KC Payakumbuh yakni dengan

staff bagian Akuntansi. PT. Bank Syariah Mandiri KC

Payakumbuh pendapatan diperoleh sama halnya dengan bank-bank

syariah lain, yakni pendapatan operasional yang diperoleh dari

margin transaksi murabahah, bagi hasil dari transaksi mudharabah

dan musyarakah, bonus yang diterima dari bank syariah lain, dan

pendapatan operasional lainnya yang diperoleh atas jasa bank

pelapor dalam penyaluran dana pihak ketiga dalam pembiayaan


84

mudharabah muqayyadah dimana bank hanya bersifat

menyalurkan dana.

Sedangkan pendapatan non operasional diperoleh diluar

usaha pokok BSM yang bersifat insidentil, yang diperoleh dari

pendapatan bunga dari perusahaan non bank dan pendapatan

komisi bagi perusahaan non komisioner. Agar lebih memperjelas

pendapat yang terdapat pada PT. BSM KC Payakumbuh, pada

penyajian laporan laba rugi, dalam hal ini laporan yang disajikan

yakni laporan keuangan secara umum, karena pihak cabang sendiri

tidak memiliki wewenang untuk membuat laporan keuangan BSM,

dan semua unsur laporan keuangan hanya dikirimkan ke pusat,

pihak Bank Syariah Mandiri KC Payakumbuh memperoleh

pendapatan 10% dari pendapatan pada laporan laba rugi Bank

Syariah Mandiri KC Payakumbuh.

Bank syariah tidak mengenal bunga, namun nasabah

mendapatkan bagi hasil yang besarnya berdasarkan nisbah yang

telah disepakati di awal pembukaan rekening. Yang dimaksud

dengan bagi hasil atau sharing dalam hal ini yakni BSM akan

menginvestasikan atau menyalurkan dana yang terhimpun pada

BSM pada aktivitas-aktivitas ekonomi yang tidak bertentangan

dengan prinsip syariah, baik produk dan konsumtif. Hasil atau

pendapatan dari aktivitas tersebut kemudian dikembalikan kepada

nasabah sesuai dengan nisbah yang sudah diperjanjikan di awal


85

secara proporsional tergantung dari jumlah dan lamanya

pengendapan dana.

Adapun pendapatan yang diperoleh dari operasi bagi hasil

pada PT. Bank Syariah Mandiri KC Payakumbuh diperoleh dari

pembiayaan mudharabah dan musyarakah, dimana mudharabah

merupakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil antara bank dan

nasabah pembiayaan dimana pemilik modal atau bank

menyediakan sebagian modal pada suatu usaha yang disepakati,

atau dalam hal produk penghimpunan dana atau tabungan, maka

pihak penabung bertindak sebagai investor atau shahibul maal

sedangkan bank bertindak sebagai pengelola keuangan mudharib

yang akan menginvestasikan dana ke sektor-sektor riil yang sesuai

syariah. Antara investor dan pihak bank sebelumnya melakukan

akad terhadap nisbah keuntungan yang akan dibagi. Jadi penabung

tidak mendapatkan bunga namun akan mendapatkan bagi hasil

sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.

Musyarakah merupakan pembiayaan yang dilakukan

melalui kerjasama usaha antara bank dengan nasabah dimana

modal usaha berasal dari kedua belah pihak. Dalam pembiayaan

musyarakah ini, keuntungan dan kerugian akan ditanggung

bersama sesuai dengan porsi masing-masing.


86

Pembiayaan modal kerja dengan akad mudharabah dan

musyarakah dapat diberikan sampai dengan 5 tahun atau dapat

diperpanjang setiap tahun.

Adapun keunggulan dari produk mudharabah BSM adalah

dapat memanfaatkan seluruh jaringan BSM, baik jaringan cabang

maupun ATM karena telah terhubung secara online. Oleh Karena

itu, pemilik rekening tabungan BSM tidak perlu khawatir . Jika

sering berpindah tempat atau sedang bepergian, karena masih dapat

melakukan transaksi di Bank Mandiri konvensional terdekat. Selain

itu, dengan dilengkapi BSM card, nasabah BSM dapat menikmati

lebih dari 90 fitur layanan transaksi perbankan dengan media ATM,

SMS Banking, mobile banking, Internet Banking dan Phone

Banking. Sebagai kartu ATM BSM Card dapat ditarik tunai

dijaringan ATM BSM, ATM Bersama, ATM Link dan ATM Cirrus

International yang sangat bermanfaat pada saat nasabah

menjalankan ibadah haji atau umroh.

Pendapatan bagi hasil yang diperoleh Bank Syariah Mandiri

Cabang Payakumbuh berasal dari pembiayaan mudharabah dan

musyarakah. Oleh karena itu, pendapatan bagi hasil yang diterima

bank harus diketahui dan dicocokkan dengan prinsip syariah yang

sebenarnya.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan salah satu

karyawan menjelaskan bahwa untuk mendapatkan pembiayaan


87

mudharabah dan musyarakah ada jaminan atau agunan yang

dimintakan, dan pada saat terjadi kerugian maka agunan tersebut

akan dicairkan dengan melakukan pelelangan. Sehingga dapat

dilihat bahwa Bank Syariah Mandiri Cabang Payakumbuh belum

sepenuhnya menjalankan prinsip syariah dimana dalam prinsip

syariah untuk pembiayaan mudharabah tidak boleh meminta

jaminan kepada pengelola dana, akan tetapi berdasarkan fatwa

DSN mengatakan bahwa pembiayaan mudharabah dan musyarakah

tidak ada jaminan atau agunan namun untuk menghindari adanya

kecurangan dari pihak pengelola maka dapat dimintakan jaminan.

Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan

sejumlah tertentu untuk bagiannya karena dapat dipersamakan

dengan riba yaitu meminta kelebihan atau imbalan tanpa ada faktor

penyeimbangan yang diperbolehkan syariah.

3. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Mudharabah pada PT.

BSM KC Payakumbuh

1. Pendapatan Mudharabah pada PT.BSM KC Payakumbuh

Dalam mengatur pengakuan dan pengukuran pendapatan

mudharabah PT. BSM KC Payakumbuh sudah menerapkan PSAK

No. 105 tentang akuntansi mudharabah, karena lebih khusus dari

pada PSAK No. 59. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pengakuan dan pengukuran pendapatan pada PT. BSM KC.

Payakumbuh antara lain:


88

a) Mengenai dana mudharabah yang disalurkan, berdasarkan

PSAK 105 paragraf 22 dinyatakan “bahwa penghasilan usaha

mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan

laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan dari pengelola

dana dan tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari

proyeksi hasil usaha”. Dan sekiranya bagian hasil usaha belum

dibayar oleh pengelola, bagian tersebut diakui sebagai piutang

(PSAK 105 paragraf 24).

b) Jenis investasi berupa kas atau non-kas, transaksi mudharabah

pada PT. BSM KC Payakumbuh dilakukan dengan

menggunakan aset kas yang mengacu pada PSAK 105 paragraf

12 dan 13, berdasarkan PSAK tersebut dinyatakan bahwa dana

mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai

investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau

penyerahan non-kas kepada pengelola dana dan pengukuran

pendapatan mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar

jumlah yang dibayarkan.

c) Penurunan nilai investasi sebelum usaha dimulai, berdasarkan

PSAK 105 paragraf 19, disebutkan bahwa jika akad

mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan

belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi

mudharabah diakui sebagai piutang.


89

d) kerugian akibat kelalaian

Salah satu ciri dari investasi mudharabah adalah ikut

sertanya pemilik modal menanggung risiko jika terjadi kerugian

usaha. Kerugian usaha mudharabah dapat dibedakan antara dua

jenis, yaitu, kerugian pengelola dan kerugian bukan karena kelalaian

pengelola.

a. Kerugian disebabkan bukan karena kelalaian pengelola,

Berdasarkan PSAK 105 paragraf 21, disebutkan bahwa kerugian

yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah

berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan

kerugian investasi.

b. Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola :

1. Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola dan

dipandang masih mampu melanjutkan usaha.

2. Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola dan

bangkrut.

Adapun Perbandingan PSAK no 59 dan 105

PSAK no 59 yaitu :

a. Hanya satu standar

b. Hanya untuk entitas bank syariah (umum,BPRS)

c. Tujuan lembaga keuangan tidak ada dalam PSAK 59

d. Tidak ada metode pengukuran diatur

e. Tidak mengatur pihak terkait dengan entitas syariah


90

PSAK no 105 yaitu :

a. Ada 12 standar

b. Berlaku untuk entitas syariah dan konvensional

c. Ada 4 tujuan lembaga keuangan (shariah compliance,

accountability on fund, profitability)

d. Dikenal 3 metode pengukuran (historis, current value, new

realizable value)

e. Mengatur pihak terkait dengan entitas syariah

2. Pembiayaan mudharabah pada PT. BSM KC Payakumbuh

a. Pengakuan pembiayaan mudharabah diakui pada saat

pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada

pengelola dan pembiayaan mudharabah yang diberikan

secara bertahap diakui pada setiap tahap pembayaran atau

penyerahan.

b. Pengukuran pembiayaan Mudharabah dalam bentuk kas

diukur sejumlah uang yang diberikan bank pada saat

pembayaran.

c. Pembiayaan mudharabah diukur sebagai nilai wajar aset

nonkas pada saat penyerahan, selisih nilai wajar dan nilai

buku aset nonkas diakui sebagai keuntungan atau kerugian

bank.
91

4. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Musyarakah PT. BSM

KC Payakumbuh

1. Pendapatan musyarakah pada PT. BSM KC Payakumbuh

Dalam mengakui dan mengukur pendapatan

musyarakah, PT. BSM KC Payakumbuh telah menerapkan

PSAK 106 Tahun 2007, misalnya dalam mengakui pendapatan

musyarakah diakui pada saat pembayaran kas, dalam hal ini

BSM menerima pembayaran dalam bentuk kas saja, untuk itu

nilai asetnya dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan.

Pendapatan usaha investasi musyarakah pada PT. BSM

dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi

pendapatan usaha dari catatan akuntansi pengelola usaha,

sebagaimana disebutkan dalam PSAK 106 paragraf 34 “bahwa

pendapatan usaha investasi musyarakah diakui sebesar bagian

mitra sesuai kesepakatan.

Pengungkapan pendapatan dalam transaksi musyarakah

BSM didasarkan pada PSAK 106 dan PAPSI 2006, beberapa hal

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi

dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha masyarakat,

dan lain-lain.

2. Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif.


92

3. Rincian jumlah investasi musyarakah berdasarkan kas/non-

kas, jenis penggunaan, dan sektor ekonomi.

4. Jumlah investasi musyarakah yang diberikan kepada pihak

yang mempunyai hubungan istimewa.

5. Jumlah investasi musyarakah telah direstrukturisasi dan

informasi lain tentang musyarakah yang direstrukturisasi

selama periode berjalan.

6. Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian

risiko portofolio investasi musyarakah.

7. Besarnya investasi musyarakah bermasalah dan

penyisihannya untuk setiap sektor ekonomi.

8. Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan,

dan penanganan investasi musyarakah bermasalah.

9. Kebijakan dan metode yang dipergunakan dalam

penanganan musyarakah bermasalah.

10. Ikhtisar investasi musyarakah yang dihapus buku yang

menunjukkan saldo awal, penghapusan selama tahun

berjalan, penerimaan atas investasi musyarakah yang telah

dihapusbukukan, dan investasi musyarakah yang telah

dihapustagih, serta saldo akhir investasi musyarakah yang

dihapus buku.

11. Kerugian atas penurunan nilai investasi musyarakah (apabila

ada).
93

Mengenai bagi hasil, ada dua metode yang dapat

digunakan, yaitu profit sharing (bagi laba) dan revenue sharing

(bagi pendapatan). Jika BSM memakai metode revenue sharing,

berarti yang dibagi hasil antara BSM dan nasabah pembiayaan

adalah pendapatan tanpa dikurangi dengan biaya-biaya.

Sedangkan apabila menggunakan metode profit sharing, maka

yang dibagi hasil antara BSM dan nasabah pembiayaan adalah

pendapatan setelah dikurangi biaya-biaya (laba). Dua metode ini

digunakan salah satu untuk semua produk yang berprinsip bagi

hasil .

2. Pembiayaan musyarakah pada PT. BSM KC Payakumbuh

a. Pembiayaan musyarakah diakui pada saat pembayaran tunai

atau penyerahan aset nonkas kepada mitra musyarakah

b. Pengukuran pembiayaan musyarakah dalam bentuk kas

dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan dan aset nonkas

dinilai wajar

c. Pengukuran bagian bank atas pembiayaan musyarakah

setelah akad bagian bank atas pembiayaan musyarakah

permanen dinilai sebesar nilai historis setelah dikurangi

dengan kerugian, apabila ada

d. Jika akad musyarakah yang belum jatuh tempo diakhiri

dengan pengembalian seluruh atau sebagian modal, maka


94

selisih antara nilai historis dan nilai pengembalian diakui

sebagai laba atau rugi pada periode berjalan

C. Analisis Hasil Penelitian

a. Analisis Pengakuan Pendapatan Bagi Hasil

Sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No

14/DSNMUI/IX/2000 tentang distribusi bagi hasil usaha dalam

Lembaga Keungan Syariah (LKS), kedua metode pengakuan

pendapatan yaitu Accrual Basic dan Cash Basic, tetap dapat

digunakan di lembaga keuangan syariah.

Pada perusahan, laporan keuangan disusun atas dasar akrual.

Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui saat

kejadian (bukan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar), dan

diungkapkan dalam catatan akuntansi serta laporan keuangan pada

periode bersangkutan.

Terkait hal itu, metode pengakuan pendapatan yang digunakan

perusahaan pada PT. BSM KC Payakumbuh adalah dasar kas. Pada

perusahaan, pendapatan diperoleh dari hasil penempatan dana pihak

ketiga, maupun dari pembiayaan yang berkat jual beli dan jasa. Hal ini

sesuai dengan pernyataan dalam PSAK No 59 yang menyatakan

bahwa pengakuan pendapatan untuk tujuan perhitungan bagi hasil

menggunakan dasar kas.


95

Dalam PSAK, pada awalnya Akuntansi Syariah diatur dalam

PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah. Perkembangan dalam

standar Akuntansi Syariah yaitu dengan adanya penambahan standar

dalam PSAK no 105 sampai 109 paragraf 25 yang menyebutkan

bahwa laporan keuangan entitas syariah disusun atas dasar akrual

basis, tetapi pada laporan arus kas dan penghitungan pendapatan untuk

tujuan pembagian hasil usaha di dasarkan pada pendapatan yang telah

direalisasikan menjadi kas.

Masih dengan fatwa yang sama, DSN menyatakan bahwa

pengakuan pendapatan dengan dasar kas dilakukan untuk

pertimbangan kemaslahatan umat. Hal ini disebabkan karena bank-

bank islam, kususnya PT. BSM KC Payakumbuh, dikembangkan

berdasarkan prinsip yang tidak membolehkan pemisahan antara hal

keduniaan dan keagamaan.

b. Analisis Pengukuran Pendapatan Bagi Hasil

Selain penentuan kapan sebuah arus kas diakui sebagai

pendapatan, perusahaan juga menentukan berapa arus kas masuk

dalam perusahaan akan dicatat atau yang dikenal dengan proses

pengukuran pendapatan.

Pada dasarnya, di PT BSM KC Payakumbuh penghasilan

diukur dengan nilai wajar yang diterima. Pendapatan bagi hasil yang

diperoleh perusahaan berasal bagi hasil dari penghimpunan dana.


96

Setelah penulis melakukan penelitian tentang Analisis

Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Bagi Hasil pada PT. Bank

Syariah Mandiri KC Payakumbuh maka penulis mencoba untuk

menganalisanya, yaitu :

a. Hasil analisis tentang Pengakuan pendapatan yang diterapkan

oleh PT. BSM KC Payakumbuh adalah dengan metode cash basic

yang bagaimana pendapatan yang hanya diperhitungkan

berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas. Aliran yang masuk

berupa kas hanya dapat diketahui apabila nasabah benar-benar

telah menyetornya dan penjualan barang atau jasa hanya dapat di

perhitungkan pada saat tagihan langganan diterima. Sedangkan

PSAK memberikan pedoman dengan menggunakan metode

accrual basic dalam mengakui pendapatan bagi hasil. Metode

Accrual basic ini merupakan dasar akrual yang mengakui

pendapatannya pada saat periode terjadinya transaksi pendapatan.

Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui

pada saat kejadian walaupun kas belum diterima. Dengan

pencatatan ini memungkinkan perusahaan mencatat pendapatan

meski secara riil uang kas belum masuk atau biaya belum keluar.

Perhitungan bagi hasil tersebut tentunya dihitung dari persentase

tertentu dari keuntungan yang diperoleh. Hal ini mengandung

unsur ketidakpastian, ada kemungkinan nasabah memperoleh

keuntungan atau kerugian. Karena adanya unsur ketidakpastian


97

dalam usaha atau proyek inilah yang membuat Bank Syariah

Mandiri tidak dapat mengakui pendapatan secara accrual basic.

Oleh karena bagi hasil tersebut belum berwujud kas, maka

pendapatan bagi hasil accrual basic tidak diikutsertakan dalam

perhitungan bagi hasil dengan nasabah. PSAK memberi pedoman

tersebut karena dengan metode cash basic belum bisa diakui

sampai dengan memperoleh kepastian mengenai kas akan

diterima meskipun barang telah diserahkan. Pernyataan tersebut

menerangkan bahwa pendapatan harus diakui meskipun

pemasukan kas yang kita dapat belum diterima atau belum

dibayar oleh nasabah. Seperti yang telah dibahas sebelumnya,

bahwa pendekatan dalam pengembangan akuntansi syariah

khususnya yang terkait dengan penetapan standar adalah

penggunaan metode accrual basis ini diperbolehkan dengan

catatan yaitu penerimaan yang kurang pasti hanya diberi waktu

tenggang selama tiga bulan. Dengan adanya catatan ini, tidak ada

penerimaan uang secara tunai, maka harus ada koreksi dalam

pembukuan laba rugi.

b. Hasil analisis tentang Pendapatan yang diterapkan pada PT. BSM

KC. Payakumbuh dapat diukur secara andal. Ukuran yang dipakai

yaitu nilai tukar yang menunjukkan nilai wajar atau nilai tunai

yang dapat diterima dalam bentuk kas. Nilai tukar merupakan

ukuran terbaik untuk mengetahui hasil perolehan dari penjualan


98

dan pemberian jasa. Diukur dengan nilai wajar yaitu pembayaran

diterima atau dapat diterima kedalam pencatatan jumlah banyak

potongan dan potongan harga yang ditentukan entitas. Pendapatan

dari hasil penjualan jasa tersebut dinilai wajar dan akan dijadikan

data akuntansi yang objektif bagi perusahaan. Wajar diartikan

sebagai sesuatu yang dapat diterima secara akal sehat, dengan

angka toleransi. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar

posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas dan arus

kas perusahaan dengan menerapkan standar akuntansi secara

benar disertai pengungkapan yang diharuskan standar dalam

catatan atas laporan keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan

untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun

pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh PSAK. Pengukuran

pendapatan telah sesuai dengan PSAK, karena selama ini

perusahaan mengakui pendapatan berdasarkan satuan rupiah.

Maka diharapkan BSM tetap menjalankan hal tersebut dalam

mengelola keuangannya.
99

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian pada PT. BSM KC Payakumbuh

mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan bagi hasil, maka

berdasarkan uraian dan bahasan yang telah diuraikan dalam bab analisis

hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pendapatan bagi hasil diakui atas dasar metode cash basic, hal ini

sesuai dengan PSAK No. 59 yang menyatakan bahwa pendapatan

yang diperoleh dari operasi bagi hasil pada PT. BSM KC

Payakumbuh diperoleh dari pembiayaan mudharabah dan

musyarakah.

2. Pengakuan dan pengukuran pendapatan bagi hasil yang berasal

dari investasi mudharabah dan musyarakah pada PT. BSM KC

Payakumbuh telah diterapkan berdasarkan pada PSAK yang baru

yakni PSAK No. 105 dan 106 Tahun 2007 tentang Akuntansi

mudharabah dan musyarakah.

3. Adapun akun pendapatan bagi hasil mudharabah akrual disajikan

dalam laporan laba rugi. Oleh karena bagi hasil tersebut belum

berwujud kas, maka pendapatan bagi hasil accrual tidak diikut

sertakan dalam perhitungan bagi hasil dengan nasabah.


100

4. Pendapatan bagi hasil investasi musyarakah accrual disajikan

dalam laporan laba rugi, oleh karena bagi hasil tersebut belum

berwujud kas, maka pendapatan bagi hasil accrual basic tidak

diikutsertakan dalam perhitungan bagi hasil dengan nasabah

penghimpun dana, pengakuan pendapatan ditunda hingga bank

menerima porsi bagi hasilnya, selanjutnya untuk keperluan

pelaporan akhir tahun, bank mengidentifikasi pendapatan yang

bersifat acrual secara manual, untuk selanjutnya mengetahunya

sebagai pendapatan pada pelaporan laba rugi dan tagihan

pendapatan bagi hasil musyarakah pada laporan neraca.

Pengukuran pembiayaan musyarakah dalam bentuk kas dinilai

sebesar jumlah yang dibayarkan.

B. SARAN

Dari hasil analisis penulis memberi saran-saran atas berbagai

hal yang dianggap perlu dalam batas kemampuan penulis, yaitu :

1. Perlakuan akuntansi pendapatan khususnya pengakuan dan

pengukuran pendapatan pada PT.BSM KC Payakumbuh

hendaknya diterapkan secara konsisten sesuai dengan PSAK agar

menghasilkan laporan keuangan yang lebih akurat.

2. Pada PT. BSM KC Payakumbuh,metode yang dipakai yaitu cash

basic selalu memiliki resiko yang tinggi. Oleh karena itu, perlu

kecermatan dan kehati-hatian dalam pencatatan transaksi sampai

penyusunan laporan keuangan. Hal ini perlu dilakukan agar


101

pendapatan yang dicatat adalah pendapatan yang benar-benar riil

diterima oleh bank.

3. PSAK memberikan pedoman untuk menggunakan metode

accrual basic dalam mengakui pendapatan bagi hasil. Jadi

diharapkan PT. BSM KC. Payakumbuh bisa menggunakan

metode tersebut. Karena metode tersebut sesuai dengan PSAK

No 105 yang data laporan keuangannya lebih akurat.

4. Dengan didasari kepada prinsip bagi hasil, diperlukan adanya

transparansi informasi dari kedua belah pihak agar tidak terjadi

kecurangan. Maka Peneliti menyarankan agar terdapat peraturan

yang didalamnya memuat perangkat-perangkat hukum berupa

sanksi pidana bila terjadi kecurangan yang dilakukan oleh pihak

nasabah.

5. PT. BSM KC Payakumbuh sebagai lembaga keuangan yang

mengandalkan kepercayaan masyarakat harus memiliki

kemampuan yang maksimal agar bisa bersaing dalam dunia

perbankan.
DAFTAR PUSTAKA

Bramasta, Dinar Bhadi 2010. Pendapatan bagi hasil dan penyajian laporan

keuangan pada bank syariah (studi kasus pada PT.BPRS Bhakti sumekar

sumenap.http://skripsi.com, Jakarta.

Dunia, Firdaus A 2010. Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi. Jakarta: Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Fakultas Ekonomi sumatera utara jurusan Akuntansi,2004. Buku petunjuk teknik

penulisan proposal penelitian dan penelitian skripsi, Medan.

Gustiawan, Uwon 2007. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta:

PT Grasindo

Harahap,Sofyan Syafri 2004. Akuntansi Islam, Jakarta: Bumi Aksara

Harahap,Sofyan Syafri 2005. Teori Akuntansi Perbakan Syariah, Edisi 1,

Cetakan 1 Jakarta: LPFE Trisakti

Harahap, Sofyan Syafri 2011. Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Cetakan 13 Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) 2007.Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:

Salemba Empat

Kusmawanti, 2008. Pendapatan bagi hasil dan perlakuan akuntansi pada bank

muamalat indonesia cabang malang.http://one.skripsi.com, Jakarta.

Muhammad, Dwi Suwiknyo 2009. Akuntansi Perbankan Syariah. Cetakan 1

Yogyakarta: UII Press


Muhammad 2008. Manajemen pembiayaan mudharabh di Bank Syariah, Edisi 7,

Jakarta:Rajawali Pers.

Mulya, Hadiri 2008. Memahami Akuntansi Dasar, Pendekatan Teknis Siklus

Akuntansi, Edisi 1 Jakarta

Muthaher, Osmad 2012. Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi Pertama, Cetakan

Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu

Naf’an 2014.Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah, Cetakan ke 1,

Yogyakarta 2014

Nurhayati ,Sri dan Wasillah 2009. Akuntansi Syariah Indonesia, Jakarta:Salemba

Empat

Observasi Awal di PT.BSM KC Payakumbuh

Rau, J.(2013) Analisis Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan pada Bank Sulut

Kantor Pusat Manada. Jurnal Emba. Vol 1, No 3,.

Rosial, Dian Setiawati 2008. Analisis pengakuan dan pengukuran pendapatan

pembiayaan Murabahah PT. Bank Sumut Syariah Cabang. Medan :

Fakultas ekonomi USU

Stice, Stice Skousen 2004. Intermediate Accounting, penerjemah: Thomson.

Jakarta: Salemba Empat.

Subagyo, Joko 1997. Metodologi Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta
Sugiyono 2010,MetodePenelianKuantitatifKualitatifdanR&D, Bandung;

ALFABETA.

Sumar’in, S.EI, M.SI 2012. Konsep kelembagaan Bank Syariah, Edisi 1, Cetakan

1. Yogyakarta:Graha Ilmu

Sutedi, Adrian 2009. Perbankan Syariah, Cetakan 1 Jakarta: Ghalia Indonesia,

Veithzal, Rivai dan Andrian Permata Veithzal 2008. Islamic Financial

Management, Edisi 1, Cetakan 1, Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.

Wiroso 2005. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah.

Jakarta: PT. Grasido

Wiyono, Drs Slamet 2005. Cara mudah memahami Akuntansi Perbankan Syariah

berdasarkan PSAK dan PAPSI, Cetakan 1 & 2 Jakarta: PT Grasindo

Yaya, Rizal, dkk 2009. Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktek

Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat,

Anda mungkin juga menyukai