Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar Modal menyediakan berbagai
alternatif bagi para investor selain alternatif investasi lainnya, seperti: menabung di bank,
membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar Modal bertindak
sebagai penghubung. Pasar Modal bertindak sebagai penghubung antara para investor
dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui
jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya. Berlangsungnya fungsi pasar modal
(Bruce Lliyd, 1976), adalah meningkatkan dan menghubungkan aliran dana jangka
panjang dengan "kriteria pasarnya" secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil
ekonomi secara keseluruhan.
Struktur Pasar Modal di Indonesia tertinggi berada pada menteri Keuangan menunjuk
OJK merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk melakukan pembinaan,
pengaturan dan pengawasan sehari-hari pasar modal dengan tujuan mewujudkan
terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, efisien serta melindungi kepentingan
masyarakat pemodal.
Para pemain utama yang terlibat di pasar modal dan lembaga penunjang yang terlibat
langsung dalam proses transaksi antara pemain utama adalah Emiten dan Investor
Fungsi lembaga penunjang antara lain turut serta mendukung beroperasinya pasar
modal, sehingga mempermudah baik emiten maupun investor dalam melakukan berbagai
kegiatan yang berkaitan dengan pasar modal. Lembaga penunjang dalam pasar modal
yaitu:
B. Rumusan Masalah :
Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan
secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung
yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang-orang
Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan
penduduk pribumi.[butuh rujukan]
Atas dasar itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar modal.
Setelah mengadakan persiapan, maka akhirnya Amsterdamse Effectenbueurs mendirikan
cabang yang terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912, yang menjadi
penyelenggara adalah Vereniging voor de Effectenhandel dan langsung memulai
perdagangan. Di tingkat Asia, bursa Batavia ini merupakan yang keempat tertua terbentuk
setelah Bombay (1830), Hong Kong (1847), dan Tokyo (1878). Pada saat awal terdapat 13
anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop & Kolf; Fa. Gijselman & Steup; Fa.
Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa. A.W. Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa.
Jeannette Walen; Fa. Wiekert & V.D. Linden; Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden;
Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders.
Meskipun pada tahun 1914 bursa di Batavia sempat ditutup karena adanya Perang
Dunia I, namun dibuka kembali pada tahun 1918. Perkembangan pasar modal di Batavia
tersebut begitu pesat sehingga menarik masyarakat kota lainnya. Untuk menampung minat
tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1 Agustus 1925 di Semarang
resmi didirikan bursa. Anggota bursa di Surabaya waktu itu adalah: Fa. Dunlop & Koff, Fa.
Gijselman & Steup, Fa. V. Van Velsen, Fa. Beaukkerk & Cop, dan N. Koster. Sedangkan
anggota bursa di Semarang waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa.
Monad & Co, Fa. Companien & Co, serta Fa. P.H. Soeters & Co. Hal ini dikarenakan
keadaan pasar modal waktu itu cukup menggembirakan yang terlihat dari nilai efek yang
tercatat yang mencapai NIF 1,4 miliar (jika di indeks dengan harga beras yang disubsidi pada
tahun 1982, nilainya adalah + Rp. 7 triliun) yang berasal dari 250 macam efek.[butuh
rujukan]
Periode menggembirakan ini tidak berlangsung lama karena dihadapkan pada resesi
ekonomi tahun 1929 dan pecahnya Perang Dunia II (PD II). Keadaan yang semakin
memburuk membuat Bursa Efek Surabaya dan Semarang ditutup terlebih dahulu. Kemudian
pada 10 Mei 1940 disusul oleh Bursa Efek Jakarta. Selanjutnya baru pada tanggal 3 Juni
1952, Bursa Efek Jakarta dibuka kembali. Operasional bursa pada waktu itu dilakukan oleh
PPUE (Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek) yang beranggotakan bank negara, bank
swasta dan para pialang efek. Pada tanggal 26 September 1952 dikeluarkan Undang-undang
No 15 Tahun 1952 sebagai Undang-Undang Darurat yang kemudian ditetapkan sebagai
Undang-Undang Bursa.[butuh rujukan]
Namun kondisi pasar modal nasional memburuk kembali karena adanya nasionalisasi
perusahaan asing, sengketa Irian Barat dengan Belanda, dan tingginya inflasi pada akhir
pemerintahan Orde Lama yang mencapai 650%. Hal ini menyebabklan tingkat kepercayaan
masyarakat kepada pasar modal merosot tajam, dan dengan sendirinya Bursa Efek Jakarta
tutup kembali.[butuh rujukan]
Baru pada Orde Baru kebijakan ekonomi tidak lagi melancarkan konfrontasi terhadap
modal asing. Pemerintah lebih terbuka terhadap modal luar negeri guna pembangunan
eknomi yang berkelanjutan.[butuh rujukan] Beberapa hal yang dilakukan adalah pertama,
mengeluarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang pendirian Pasar Modal,
membentuk Badan Pembina Pasar Modal, serta membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal
(BAPEPAM). Yang kedua ialah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 1976
tentang penetapan PT Danareksa sebagai BUMN pertama yang melakukan go public dengan
penyertaan modal negara Republik Indonesia sebanyak Rp. 50 miliar. Yang ketiga adalah
memberikan keringan perpajakan kepada perusahaan yang go public dan kepada pembeli
saham atau bukti penyertaan modal.
Perkembangan pasar modal selama tahun 1977 s/d 1987 mengalami kelesuan
meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang
memanfaatkan dana dari bursa efek. Tersendatnya perkembangan pasar modal selama
periode itu disebabkan oleh beberapa masalah antara lain mengenai prosedur emisi saham
dan obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi harga saham dan lain sebagainya.
PT. Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang dicatat dalam saham BEJ.[butuh
rujukan]
Baru setelah pemerintah melakukan deregulasi pada periode awal 1987, gairah di
pasar modal kembali meningkat. Deregulasi yang pada intinya adalah melakukan
penyederhanaan dan merangsang minat perusahaan untuk masuk ke bursa serta menyediakan
kemudahan-kemudahan bagi investor. Kebijakan ini dikenal dengan tiga paket yakni Paket
Kebijaksanaan Desember 1987, Paket Kebijaksanaan Oktober 1988, dan Paket
Kebijaksanaan Desember 1988.
Paket Kebijaksanaan Desember 1987 atau yang lebih dikenal dengan Pakdes 1987
merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi, dihapuskannya
biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek.
Kebijakan ini juga menghapus batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan
memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi emiten yang belum memenuhi syarat
untuk memasuki bursa efek.
Kemudian Paket Kebijaksanaan Oktober 1988 atau disingkat Pakto 88 ditujukan pada
sektor perbankkan, namun mempunyai dampak terhadap perkembangan pasar modal. Pakto
88 berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit), dan pengenaan pajak atas bunga
deposito. Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap perkembangan pasar modal. Sebab
dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi perlakuan yang sama antara
sektor perbankan dan sektor pasar modal.[butuh rujukan]
Yang ketiga adalah Paket Kebijaksanaan Desember 1988 atau Pakdes 88 yang pada
dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan membuka peluang
bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa.Hal ini memudahkan investor yang berada di luar
Jakarta.[butuh rujukan]
Di samping ketiga paket kebijakan ini terdapat pula peraturan mengenai dibukanya
izin bagi investor asing untuk membeli saham di bursa Indonesia yang dituangkan dalam
Keputusan Menteri Keuangan No. 1055/KMK.013/1989. Investor asing diberikan
kesempatan untuk memiliki saham sampai batas maksimum 49% di pasar perdana, maupun
49 % saham yang tercatat di bursa efek dan bursa paralel. Setelah itu disusul dengan
dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan No. 1548/KMK.013/1990 yang diubah lagi
dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 1199/KMK.010/1991.
Dalam keputusan ini dijelaskna bahwa tugas Bapepam yang semula juga bertindak
sebagai penyelenggara bursa, maka hanya menjadi badan regulator. Selain itu pemerintah
juga membentuk lembaga baru seperti Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Kliring dan
Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), reksadana, serta manajer Investasi.[butuh rujukan]
public dan sahamnya tercatat (listed) di Bursa Efek Jakarta. Sedemikian banyaknya
perusahaan yang mencari dana melalui pasar modal, sehingga masyarakat luas pun
berbondong-bondong untuk menjadi investor. Perkembangan ini berlanjut dengan
swastanisasi bursa, yakni berdirinya PT. Bursa Efek Surabaya, serta pada tanggal 13 Juli
1992 berdiri PT. Bursa Efek Jakarta yang menggantikan peran Bapepam sebagai pelaksana
bursa.[butuh rujukan]
Akibat dari perubahan yang menggembirakan ini adalah semakin tumbuhnya rasa
kepercayaan investor terhadap keberadaan pasar modal Indonesia. Hal ini ditindaklanjuti oleh
pemerintah dengan mengeluarkan peraturan berupa Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 yang
berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1996. Undang-undang ini dilengkapi dengan peraturan
organiknya, yakni Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan di Bidang Pasar Modal, serta Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 1995 tentang Tata
Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.[butuh rujukan]
Tahun 1995, mulai diberlakukan sistem JATS (Jakarta Automatic Trading System).
Suatu system perdagangan di lantai bursa yang secara otomatis me-matchkan antara harga
jual dan beli saham. Sebelum diberlakukannya JATS, transaksi dilakukan secara manual.
Misalnya dengan menggunakan “papan tulis” sebagai papan untuk memasukkan harga jual
dan beli saham. Perdagangan saham berubah menjadi scripless trading, yaitu perdagangan
saham tanpa warkat (bukti fisik kepemilikkan saham)Lalu dengan seiring kemajuan
teknologi, bursa kini menggunakan sistem Remote Trading, yaitu sistem perdagangan jarak
jauh.[butuh rujukan]
Pada tanggal 22 Juli 1995, BES merger dengan Indonesian Parallel Stock Exchange
(IPSX), sehingga sejak itu Indonesia hanya memiliki dua bursa efek: BES dan BEJ.
Pada tahun 1997, krisis ekonomi melanda negara-negara Asia, khususnya Thailand,
Filipina, Hong Kong, Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan Cina, termasuk
Indonesia. Akibatnya, terjadi penurunan nilai mata uang asing terhadap nilai dolar.
Bursa Efek Jakarta melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya pada akhir 2007
dan pada awal 2008 berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia.
Dari regulasi yang dikeluarkan periode ini mempunyai ciri khas yakni, diberikannya
kewenangan yang cukup besar dan luas kepada Bapepam selaku badan pengawas. Amanat
yang diberikan dalam UU Pasar Modal secara tegas menyebutkan bahwa Bapepam dapat
melakukan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan jika terjadi kejahatan di pasar modal.
Baru pada tahun 1912 tepatnya tanggal 14 Desember Amsterdamse Effectenbueurs
membuka cabang bursa efek untuk pertama kalinya di Indonesia yang bertempat di Batavia
(Jakarta). Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk
kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan
pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan
pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti
perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah
Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat
berjalan sebagaimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977,
dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai
insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai
berikut:
1. APRIL 2019 : PT Pendanaan Efek Indonesia (PEI) mendapatkan izin operasional dari
OJK
2. 27 DESEMBER 2018 : Penambahan Tampilan Informasi Notasi Khusus pada kode
Perusahaan Tercatat
3. 26 NOVEMBER 2018 : Launching Penyelesaian Transaksi T+2 (T+2 Settlement)
4. 07 MEI 2018 : Pembaruan Sistem Perdagangan dan New Data Center
5. 06 FEBRUARI 2017 : Relaksasi Marjin
6. 23 MARET 2017 : Peresmian IDX Incubator
7. DESEMBER 2016 : Pendirian PT Pendanaan Efek Indonesia (PEI)
8. 18 APRIL 2016 : Peluncuran IDX Channel
9. 02 MEI 2016 :Penyesuaian Kembali Tick Size
10. 2015 :Tahun diresmikannya LQ-45 Index Futures
11. 10 NOVEMBER 2015 : TICMI bergabung dengan ICaMEL
12. 12 NOVEMBER 2015 : Launching Kampanye Yuk Nabung Saham
13. 06 JANUARI 2014 : Penyesuaian kembali Lot Size dan Tick Price
14. 02 JANUARI 2013 : Pembaruan Jam Perdagangan
15. 2012 : Peluncuran Prinsip Syariah dan Mekanisme Perdagangan Syariah.
16. DESEMBER 2012 : Pembentukan Securities Investor Protection Fund (SIPF)
17. JANUARI 2012 : Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan
18. AGUSTUS 2011 : Pendirian PT Indonesian Capital Market Electronic Library
(ICaMEL)
19. 02 MARET 2009 : Peluncuran Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia:
JATS-NextG
20. 10 AGUSTUS 2009 : Pendirian Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI)
21. 08 OKTOBER 2008 : Pemberlakuan Suspensi Perdagangan
22. 30 NOVEMBER 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)
23. 06 OKTOBER 2004 : Perilisan Stock Option
24. 09 SEPTEMBER 2002 : Penyelesaian Transaksi T+4 menjadi T+3
25. 28 MARET 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh
(remote trading)
26. 21 JULI 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia
27. 23 DESEMBER 1997 : Pendirian Kustodian Sentra Efek Indonesia(KSEI)
28. 6 AGUSTUS 1996 : Pendirian Kliring Penjaminan Efek Indonesia(KPEI)
29. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya
30. 10 NOVEMBER 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari
1996
31. 22 MEI 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem
computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems)
32. 21 DESEMBER 1993 : Pendirian PT Pemeringkat Efek Indonesia(PEFINDO)
33. 13 JULI 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas
Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ
34. 16 JUNI 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
35. DESEMBER 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88)
yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan
lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal
36. 2 JUNI 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari
broker dan dealer
37. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan.
Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat
38. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan
investor asing menanamkan modal di Indonesia
39. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987
baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan
instrumen Pasar Modal
40. 10 AGUSTUS 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ
dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali
pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten
pertama
41. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum
42. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif
43. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
44. AWAL 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan
Surabaya ditutup
45. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya
46. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
47. DESEMBER 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh
Pemerintah Hindia Belanda
Tak lupa, stimulus ekonomi juga diarahkan pada sektor pasar modal, antara lain
melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Badan bagi Wajib Pajak Go Public dan
pajak dividen. Insentif ini akan mendorong pelaku usaha untuk bergabung dan mencatatkan
diri di BEI.
Selain itu, stimulus untuk sektor pasar modal juga diberikan oleh Otoritas Jasa
Keuagan (OJK) dan Self-Regulatory Organization (SRO) yang bertujuan untuk memberikan
relaksasi bagi pelaku usaha yang terdampak Covid-19 dan meredam volatilitas serta menjaga
stabilisasi pasar modal.
Menyoal perkembangan Initial Public Offering (IPO) di 2020. Meski jumlahnya lebih
sedikit dibandingkan tahun lalu, tapi masih lebih baik daripada negara lain di ASEAN.
Menurut data OJK, tercatat sebanyak 53 emiten baru yang mendapat pernyataan efektif dari
OJK, dan 51 telah tercatat di bursa, sehingga ini menjadi penambahan terbanyak di ASEAN.
“Jumlah investor retail juga naik di tahun ini. Hal ini menunjukkan bahwa mereka
percaya (kepada pasar modal Indonesia), dan ini dasar yang bagus untuk pengembangan
pasar ke depan,” ujar Menko Airlangga.
Tren masuknya aliran modal asing turut berkontribusi pada penguatan nilai tukar
Rupiah terhadap Dolar AS, seiring meredanya ketidakpastian pasar keuangan global serta
tetap tingginya daya tarik aset keuangan domestik. Setelah sempat mengalami net outflow
cukup. besar pada Maret 2020 yang mencapai US$7,9 miliar, sejak Mei 2020, aliran modal
terus mengalami net inflow yakni berhasil mencapai US$1,2 miliar (Oktober 2020) dan
US$1,3 miliar (November 2020).
BAB III
Daftar Pustaka
1. https://benefits.bankmandiri.co.id/article/peranan-dan-fungsi-pasar-modal-bagi-
perekonomian-indonesia
2. https://www.idx.co.id/tentang-bei/sejarah-dan milestone/
3. https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/ulasan-pasar-modal
4. https://www.kominfo.go.id/content/detail/31804/insentif-pemerintah-dukung-pasar-
modal-bertahan-di-tengah-pandemi/0/berita
5. https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_modal