STUDI PUSTAKA
7
8
a. Jalan Kelas I
Jalan Kelas I meliputi jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang
tidak melebihi 18.000 milimeter, ukuran tinggi tidak melebihi 4.200 milimeter,
dan MST 10 ton
b. Jalan Kelas II
Jalan kelas II meliputi jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,
ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, ukuran tinggi tidak melebihi
4.200 milimeter, dan MST 8 ton.
c. Jalan Kelas III
Jalan kelas II meliputi jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter,
ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, ukuran tinggi tidak melebihi
3.500 milimeter, dan MST 8 ton.
Lapisan yang terletak paling atas disebut lapisan permukaan dan berfungsi
sebagai :
1. Lapis perkerasan penahan beban roda, lapisan mempunyai stabilitas tinggi untuk
menahan beban roda selama masa pelayanan.
2. Lapis kedap air, sehingga hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap kelapisan
dibawahnya dan melemahkan lapisan-lapisan tersebut.
3. Lapis aus (wearing course), lapis yang langsung menderita gesekan akibat rem
kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
4. Lapis yang menyebarkan beban kelapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh
lapisan lain yang mempunyai daya dukung yang lebih jelek.
a. Lapisan bersifat nonstructural berfungsi debagai lapisan aus dan kedap air antara
lain :
a. Burtu (laburan aspal satu lapis), merupakan lapisan penutup yang terdiri dari
lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam,
dengan tebal maksimum 2 cm.
b. Burda (laburan aspal pasir), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan
dengan tebal padat maksimum 3,5 cm
c. Latasir (lapisan tipis alpal pasir), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
lapisan aspal dan pasir alam bergradasi menenus dicampur, dihampar dan
dipadatkan pada suhu tertentu dengan tebal padat 1-2 cm.
d. Buras (laburan aspal), merupakan lapis penutup terdiri dari lapisan aspal
taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8 inch.
e. Latasbum (lapis tipis asbuton murni), merupakan lapis penutup yang terdiri
dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu
yang dicampuran secara dingin dengan tebal padat maksimum 1 cm.
f. Lataston (lapis tipis aspal beton), dikenal dengan nama Hot Roll Sheet
(HRS), merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat
bergradasi timpang, mineral pengisi (filter) dan aspal keras dengan
pertimbangan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas.
Tebal padat 2,5-3 cm.
Jenis lapisan permukaan tersebut diatas walaupun bersifat nonstructural,
dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penururnan mutu, sehingga
secara keseluruhan menambah masa pelayanana dari kontruksi perkerasan. Jenis
perkerasn ini terutama digunakan untuk pemeliharaan jalan.
b. Lapisan bersifat structural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan
menyebarkan beban roda.
14
Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapisan
pondasi atas.
Jenis lapisan pondasi bawah yang umum dipergunakan di Indonesia anatar
lain :
a. Agregat bergradasi baik, dibedaklan atas :
Sirtu / pitrun kelas A
Sirtu / pitrun kelas B
Sirtu / pitrun kelas C
Sirtu kelas A bergradasi dari sirtu kelas B, yang masing-masing dapat dilihat
pada spesifikasi yang diberikan.
b. Stabilisasi
Stabilisasi agregat dengan semen (Cement Treated Subbase)
Stabilisasi agregat dengan kapur (Lime Treated Subbase)
Stabilisasi tanah dengan semen (Soil Cement Stabilization)
Stabilisasi tanah dengan kapur (Soil Stabilization)
1. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat
beban lalu lintas.
2. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan air.
3. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada
daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau
akibat pelaksanaan.
4. Lendutan dan lendutan baik selama dan sesudah pembebanan lalu lintas dari
macam tanah tertentu.
5. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan penurunan yang
diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir kasar (granular soil) yang tidak
dipadatkan secara baik pada saat pelaksanaan.
a. Tanah rawa jenuh air sehingga tidak mungkin dapat dipadatkan sehingga
pengujian CBR laboratorium menjadi tidak relevan. Pengujian DCP mjuga
digunakan untuk menentukan kedalaman tanah lunak.
b. Pada kawasan tanah alluvial kering, khususnya daerah persawahan,
kemungkinan terdapat lapisan dengan kepadatan rendah antara (1200-1500
kg/m3) dibawah permukaan tanah yang kering. Pengujian DCP harus dilakukan
untuk memastikan kondisi faktual terbasah di lapangan dan harus
dipeprhitungkan dalam desain. Untuk keamanan, dalam proses desain harus
diasumsikan bahwa lapisan tersebut jenuh selama musim penghujan.
Nilai modulus tanah dasar yang diperoleh dari DCP harus disesuaikan dengan
kondisi musim. Faktor penyesuaian inimum ditunjukkan pada table di bawah ini.
Tabel 2.1 Faktor Penyesuaian Modulus Tanah Dasar Terhadap Kondisi Musim
agak berbeda dengan roda ganda. Untuk roda tunggal rumus berikut ini harus
dipergunakan.
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐾𝑁 4
Angka ekivalen sumbu tunggal =( )
53 𝐾𝑁
Sumber : Pt T-01-2002-B
2. Reliabilitas
Konsep reliabilitas merupakan upaya untuk menyertakan derajat
kepastian (degree of certainty) ke dalam proses perencanaan untuk menjamin
bermacam-macam alternatif perencaaan akan bertahan selama selang waktu yang
direncanakan (umur rencana). Faktor perencanaan reliabilitas memperhitungkan
kemumgkinan variasi perkiraan lalu-lintas(w18) dan perkiraan kinerja (W18), dan
karenanya memberikan tingkat reliabilitas dimana seksi perkerasan akan bertahan
selama elang waktu yang direncanakan. Berikut ini tingkat reliabilitas untuk
bermacam-macam kalsifikasi jalan.
20
Sumber : Pt T-01-2002-B
21
Dimana :
DD =
faktor distribusi arah
DL = faktor distribusi jalur
𝑤18 = beban gandar standar kumulatif untuk dua arah
Pada umumnya DD diambil 0,5, pada beberapa kasus terdapat pengecualian
dimana kendaraan berat cenderung menuju satu arah tertentu. Dari beberapa
penelitian menunjukan bahwa DD bervariasi dari 0,3-0,7 terganung arah mana
yang berat dan kosong.
Jumlah lajur per arah % beban gandar standar dalam lajur rencana
1 100
2 80-90
3 60-80
4 50-75
Sumber : Pt T-01-2002-B
Lalu lintas yang digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan lentur pada
metode ini adalah lalu lintas kumulatif selama umur rencana. Besaran ini
didapatkan dengan mangalihkan bebn gandar standar kumulatif pada jalur rencana
selama setahun (w18) dengan besaran kenaikan lalu lintas (traffic growth). Secara
numeric rumusan lalu lintas kumulatif ini sebagai berikut :
22
(1+𝑔)𝑛 −1
Wt = w18 x
𝑔
Dimana :
Wt = jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif
w18 = beban gandar standar kumulatif selama 1 tahun
n = umur pelayanan (tahun)
g = perkembangan lalu lintas (%)
Tabel 2.6 Perkiraan Lalu Lintas Untuk Jalan Lalu Lintas Rendah
Sumber : Pt T-01-2002-B
Sumber : Pt T-01-2002-B
Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) perlu
diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan/kehausan serta kekokohan) pada
awal umur rencana, menurut table di bawah ini :
Tabel 2.10 Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo)
Sumber : Pt T-01-2002-B
25
Gambar 2.6 Variasi koefisien kekuatan relative lapis pondasi bawah Granular (a3)
(Sumber : Pt T-01-2002-B)
Tabel 2.11 Tebal Minimum lapis permukaan berbeton aspal dan lapis pondasi agregat
(inci)
(Sumber : Pt T-01-2002-B)
Dengan;
SN = Angka Struktural Number
D1 = Tebal Lapis Permukaan
D2 = Tebal Lapis Pondasi
D3 = Tebal Lapis Pondasi Bawah
m2 = Koefisien drainase untuk lapis pondasi
m3 = Koefisien drainase untuk lapis pondasi
a1, a2, a3 = Berturut-turut koefisien lapisan untuk lapis permukaan, lapis pondasi dan
lapis pondasi bawah
Gambar 2.7 Nomogram untuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
(Sumber : Pt T-01-2002-B)
30
Daya dukung tanah (CBR) yang diperoleh harus dibandingkan dengan CBR
laboratorium berdasarkan pengujian sifat-sifat tanah untuk menentukan kalsifikasi
tanah sehingga konversi yang diperoleh tidak menyimpang. Sama halnya dengan daya
dukung tanah dasar pada metode bina marga 2002, untuk CBR desain didapat
bedasarkan Pengujian DCP.
31
Koefisien distribusi lalu lintas untuk lajur desain ditentukan berikut ini :
Bilamana CBR sub-grade < 3 maka tebal sub-base yang diperlukan dapat
diganti dengantebal capping layer (lapis penopang) ditambah tebal sub-bae sebagai
berikut:
T capping layer = 1,6 x [(0,0735 CBR2- 1,528 CBR + 8,5729)(ln L) –
0,0931 CBR3 + 2,2316 CBR2 – 21,668 CBR + 62,347]
Dan
T sub-base tipikal = 20 cm
Dimana :
T capping layer : tebal “selected material” sebagai lapis penopang, dalam cm
T sub-base tipikal : tebal lapis pondasi agregat kelas B, dalam cm
34
Tabel 2.15 Perbandingan Metode Bina Marga 2002 dan Metode Bina Marga 2011
Faktor-Faktor
Perencanaan
Metode Bina Marga 2002 Metode Bina Marga 2011
Tebal lapaisan
Perkerasan
- Lalu lintas
- Koefisien Drainase (m)
Parameter - Indeks Permukaan (IP) - Repitisi beban Lalu lintas
Perencanaan - Koefisien Kekuatan (dalam juta ESA)
Relatif (a) - CBR sub-grade (%)
- CBR sub-grade (%)
Terdiri dari lapisan Terdiri dari lapisan Permukaan
Permukaan beraspal, lapis beraspal, lapis pondasi agregat
Bahan Perkerasan
pondasi agregat kelas A, lapis kelas A, lapis pondasi agregat
pondasi agregat kelas B kelas B
- Digunakan untuk
menentukan beban
- Digunakan untuk menentukan
kendaraan yang melewati
beban kendaraan yang
jalan
melewati jalan
- Untuk beban roda banyak,
- Beban lalu lintas berdasarkan
Lalu Lintas beban akan dikonversi ke
golongan kendaraan
dalam nilai beban roda
- Dipengaruhi oleh koefisien
tunggal dan dinyatakan
lalu lintas untuk lajur desain
sebagai faktor ekivalen
- Dipengaruhi oleh nilai
Reliabilitas yang
35
menyatakan tingakat
kemungkinan bahwa
perkerasan yang dirancang
tetap memuaskan selama
masa pelayanan
- Reliabilitas diakomodasi
dengan parameter
penyimpangan normal
standar (ZR)
- Lalu lintas pada lajur
rencana (W18) diberikan
dalam kumulatif beban
gandar standar yang
dipengaruhi faktor
distribusi arah (DD) dan
faktor distribusi lajur (DL)
- Digunakan untuk
mengantisipasi pengaruh
drainase terhadap kinerja
Koefisien lapis pondasi dan lapis
Drainase pondasi bawah
- Ditentukan berdasarkan
kualitas dan hari efektif
hujan dalam setahun
- Menyatakan nilai
Indeks ketidakrataan dan
permukaan (IP) kekuatan perkerasan yang
berhubungan dengan
36
T surface = 17,298(L)0,1597
T base = 8,4729 (L)0,1202
T subbase T subbase = (0,0735 CBR2- 1,528
Konstruksi Baru SN = a1D1 + a2D2m2 + a3D3m3
CBR + 8,5729)(ln L) – 0,0931 CBR3
+ 2,2316 CBR2 – 21,668 CBR +
82,347