DOSEN PEMBIMBING
Nining Yurista Prawitasari -S.H, M.H
DISUSUN OLEH :
Pricely Anisa March Christtie 2021103162
Sela Rosinta Nainggolan 2021103180
BAB I................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
BAB III...........................................................................................................................15
3.1. Kesimpulan......................................................................................................15
3.2. Saran................................................................................................................15
Daftar Pustaka...............................................................................................................17
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pancila sebagai
dasar Negara Dalam Menanggulangi Korupsi.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengertahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari korupsi
untuk negara dan faktor yang mempengaruhi terjadinya korupsi. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh Sebab itu, Kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Korupsi adalah persoalan besar, pelik dan kronis dalam tubuh bangsa Indonesia
yang menyebabkan rakyat menderita dan perekonomian menjadi terguncang. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode library research dengan
menggunakan buku yang sesuai dengan materi Pancasila dan korupsi. Korupsi dapat
terjadi karena adanya pengabaian terhadap lima sila dalam Pancasila. Untuk
mengatasinya maka diperlukan kesadaran massif dan kolektif untuk
mengimplementasikan nilai Pancasila dalam lingkungan keluarga, masyarakat, institusi
pendidikan dan negara. Unsur strategis ini dapat memainkan peranannya baik dalam
fungsi pencegahan maupun penindakan tindakan pidana korupsi. Dalam mengatasi
korupsi diperlukan apresiasi dan sanksi yang tegas sehingga keinginan memberantas
korupsi di Indonesia dapat tercapai
Dalam Pancasila terdapat lima sila yang dimana setiap sila-sila itu memiliki arti
yang berbeda tetapi memiliki tujuan yang satu yaitu menciptakan dan mewujudkan cita-
cita negara Indonesia. Tantangan Pancasila sebagai dasar negara dalam menanggulangi
korupsi, Seperti yang telah dijelaskan bahwa korupsi merupakan salah 1 penyelewangan
yang marak terjadi di Indonesia. Tindakan tersebut bukan hanya melanggar aturan
negara tetapi hal itu juga telah melanggar ideologi dan prinsip terhadap Pancasila.
Dengan menyelewengnya tindakan terhadap Pancasila hal tersebut akan membuat cita-
cita yang didambakan oleh negara dan bangsa lama kelamaan akan menjadi hancur.
Prilaku korupsi yang mencederai nilai pada bulir Pancasila sebagai berikut :
1. Sila pertama yang berbunyi “Ke-Tuhanan Yang Masa Esa” jika kita
melakukan tindakan korupsi berarti sama saja kita telah membohongi
Tuhan.
2. Sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab”.
Dengan melakukan korupsi, berarti sama saja telah melangggar sila
kedua ini karena telah melakukan tindakan yang memperlakukan
kekuasaan dan kedudukan sebagai tempat untuk mendapatkan hal yang
diinginkan demi kebahagiaan diri sendiri dan juga membuat orang lain
menjadi rugi karena tindakan korupsi tersebut .
3. Sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia”. Korupsi merupakan
tindakan yang dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat sehingga
hal tersebut akan membuat rakyat merasa menjadi terintimidasi dan tidak
peduli lagi terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh pemerintah.
Lama kelamaan, hal ini akan membuat Indonesia menjadi tidak
harmonis.
4. Sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyahwarataan Dan Perwakilan” dengan
melakukan tindakan korupsi berarti kita juga telah melanggar sila
keempat, dengan korupsi itu sama saja telah melakukan tindakan dengan
keputusan sendiri dan hal itu tidak baik karena dalam menentukan dan
melakukan segala sesuatu haruslah berdasarkan keputusan bersama
karena Indonesia sangat menjunjung tinggi musyawarah. Jika melakukan
tindakan korupsi berarti sama saja telah meremehkan kekuatan
musyawarah dan hal itu akan membuat negara menjadi terpecah belah.
5. Sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia” Dengan tindakan korupsi menunjukan ketidakadilan antar
pemerintah dan masyarakat. Bukan hanya itu juga ketidakadilan terhadap
negara sendiri karena telah menggunakan sesuatu yang bukan haknya
untuk dijadikan kenikmataan bagi diri sendiri tanpa memikirkan tujuan
awalnya hal tersebut dilakukan.
Esensi Pancasila sebagai Dasar Negara Sebagaimana dipahami bahwa Pancasila
secara legal formal telah diterima dan ditetapkan menjadi dasar dan ideologi negara
Indonesia sejak 18 Agustus 1945. Penerimaan Pancasila sebagai dasar negara
merupakan milik bersama akan memudahkan semua stakeholder bangsa dalam
membangun negara berdasar prinsip-prinsip konstitusional. pancasila sebagai dasar
negara menurut pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan Peraturan Perundang-undangan, merupakan sumber dari segala
sumber hukum negara.
Mahfud M.D. (2011: 23-25) menegaskan bahwa penerimaan Pancasila sebagai dasar
negara membawa konsekuensi diterima dan berlakunya kaidah-kaidah penuntun dalam
pembuatan kebijakan negara, terutama dalam politik hukum nasional. Pancasila sebagai
dasar negara itulah lahir sekurang-kurangnya 4 kaidah penuntun dalam pembuatan
politik hukum atau kebijakan negara lainnya, yaitu sebagai berikut:
a) Kebijakan umum dan politik hukum harus tetap menjaga integrasi atau
keutuhan bangsa, baik secara ideologi maupun secara teritori.
b) Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya
membangun demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi (negara
hukum) sekaligus.
c) Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya
membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia
bukanlah penganut liberalisme, melainkan secara ideologis menganut
prismatika antara individualisme dan kolektivisme dengan titik berat
pada kesejahteraan umum dan keadilan sosial.
d) Kebijakan umum dan politik hukum harus didasarkan pada prinsip
toleransi beragama yang berkeadaban. Indonesia bukan negara agama
sehingga tidak boleh melahirkan kebijakan atau politik hukum yang
berdasar atau didominasi oleh satu agama tertentu atas nama apapun,
tetapi Indonesia juga bukan negara sekuler yang hampa agama sehingga
setiap kebijakan atau politik hukumnya haruslah dijiwai oleh ajaran
berbagai agama yang bertujuan mulia bagi kemanusiaan.
Salah satu persoalan mendasar bangsa ini adalah masih maraknya perilaku
koruptif dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara oleh para
penyelenggara negara selaku pelayan masyarakat. Pancasila sebagai dasar negara belum
mampu menjadi pedoman dalam menuntun para penyelenggara negara dalam
mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan makmur atau masyarakat sejahtera
sebagaimana amanat UUD 1945. Penyebab terjadinya korupsi terdapat 2 faktor yaitu :
1. Dampak Ekonomi
Transparansi Internasional Indonesia (TII) mencatat kalau uang
rakyat dalam praktek APBN dan APBD menguap oleh perilaku
korupsi. Sekitar 30-40 persen dana menguap karena dikorupsi, dan
korupsi terjadi 70 persennya pada pengadaan barang dan jasa oleh
pemerintah. Menurut penelitian mauro (1995), hubungan koruptif dan
ekonomi memiliki korelasi negatife dengan :
PENTUTUP
3.1 Kesimpulan
Korupsi adalah salah satu tindakan atau penyakit berbahaya dalam kehidupan
bangsa Indonesia baik masyarakat atas maupun bawah, masuk ke dalam struktur
pemerintahan baik eksekutif, legislative dan yudikatif. Dengan adanya korupsi dapat
Pancasila dalam kepribadian dan sikap kesehariannya. Setiap orang beragama pasti
menolak perbuatan korupsi karena merusak nilai keadilan dan keadaban sebagai
makhluk Tuhan yang memiliki nilai kemanusiaan untuk tidak mudah merampas hak
orang lain. Korupsi juga membuat rakyat tidak percaya kepada pemimpinnya
sehingga jelas melanggar sila keempat. Dengan adanya korupsi pula sisi keadilan
seluruh rakyat Indonesia yang menjauhkan kita dari cita-cita negara adil dan Makmur
3.2 Saran
c. Perlu adanya nilai nilai Pancasila agar dapatt mengetahui dampak dari