Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.

id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

ANALISISEFEKTIVITASBIAYAPENGGUNAANANTIHIPERTENSIKOMBINASI
AMLODIPINE-CANDESARTAN DAN AMLODIPINE- LISINOPRIL
PADA PASIEN RAWAT JALAN RSUD KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN 2020

Oleh:

RISKY SETIAWAN
24185496A

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021

1
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Berjudul :
ANALISISEFEKTIVITASBIAYAPENGGUNAANANTIHIPERTENSIKOMBINASI
AMLODIPINE-CANDESARTAN DAN AMLODIPINE- LISINOPRIL
PADA PASIEN RAWAT JALAN RSUD KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN 2020

Oleh:
Risky Setiawan 24185496A

Telah disetujui oleh PembimbingTanggal :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Dr.Apt. RA Oetari,SU,MM,MSc Dra. apt. Pudiastuti R.S.P.MM.

2
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

ANALISISEFEKTIVITASBIAYAPENGGUNAANANTIHIPERTENSIKOMBINASI
AMLODIPINE-CANDESARTAN DAN AMLODIPINE- LISINOPRIL
PADA PASIEN RAWAT JALAN RSUD KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN 2020

COST EFFECTIVENESS ANALYSIS OF AMLODIPINE -


CANDESARTAN AND AMLODIPINE - LISINOPRIL
COMBINATION ANTIHYPERTENSION COST
EFFECTIVENESS ANALYSIS IN 2020.
Risky Setiawan1*, RA Oetari2*, Pudiastuti RSP3*
Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi Surakarta
Email: 24185496a@mhs.setiabudi.ac.id

(tanggal diterima: hh-bb-ttt, tanggal disetujui: hh-bb-ttt)

INTISARI
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global penyebab kematian nomor 3, yakni
6,7% dari kematian semua umur. Hipertensi menyebabkan komplikasi dengan organ target
seperti jantung, otak, mata, dan arteri perifer akibat tingginya tekanan darah. Tujuan penelitian
adalah mengetahui efektivitas terapi kombinasi kombinasi amlodipine – candesartan dan
amlodipine – lisinopril pada pasien hipertensi rawat jalan di RSUD Kabupaten Karanganyar
tahun 2020. Pemilihan kombinasi dipilih berdasarkan mekanisme kerja dari masing-masing
kombinasi.
Pengambilan data dilakukan bulan mei 2021 sampai juli 2021. Data yang di ambil
meliputi data rekam medik dan data billing pasien hipertensi yang menjalani rawat jalan di
RSUD Kabupaten Karanganyar pada bulan januari sampai Desember tahun 2020 pengambilan
data menggunakan metode purposive sampling. Didapat sebanyak 73 sampel dari 3888 kasus
hipertensi menggunakan metode CEA. Analisis efektivitas biaya dengan menghitung biaya
medik, efektivitas terapi, ACER dan ICER.
Hasil penelitian menunjukkan terapi kombinasi amlodipine–lisinopril lebih efektif
dengan persentase sebesar 87,5 % dibandingkan dengan kombinasiamlodipine–candesartan
sebesar 85,7 %. Rata – rata biaya medik terapi kombinasi amlodipine–candesartan sebesar Rp
209.814 dan terapi amlodipine– lisinopril sebesar Rp 161.847. Kelompok kombinasi
amlodipine–lisinopril memperoleh nilai ACER paling rendah, sebesar Rp 1.849. Maka
disimpulkan terapi kombinasi amlodipine–lisinopril paling cost effective dengan nilai ICER Rp -
26.648 per persen aktivitas.

Kata kunci : CEA, Hipertensi, Candesartan, Amplodipin, Lisinopril

3
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

ABSTRACT
Hypertension is a global health problem that is the number 3 cause of death, which is
6.7% of deaths of all ages. Hypertension causes complications with target organs such as the
heart, brain, eyes, and peripheral arteries due to high blood pressure. The purpose of this study
was to determine the effectiveness of the combination therapy of amlodipine - candesartan and
amlodipine - lisinopril in outpatient hypertension patients at the Karanganyar District Hospital
in 2020. The combination was selected based on the mechanism of action of each combination.
Data collection was carried out from May 2021 to July 2021.
The data taken included medical record data and billing data for hypertension patients
who underwent outpatient treatment at the Karanganyar District Hospital from January to
December 2020. Data collection used the purposive sampling method. Obtained as many as 73
samples from 3888 cases of hypertension using the CEA method. Cost-effectiveness analysis by
calculating medical costs, therapeutic effectiveness, ACER and ICER.
The results showed that the amlodipine–lisinopril combination therapy was more
effective with a percentage of 87.5% compared to the amlodipine–candesartan combination of
85.7%. The average medical cost for amlodipine–candesartan combination therapy is Rp.
209,814 and amlodipine–lisinopril therapy is Rp. 161,847. The amlodipine–lisinopril
combination group obtained the lowest ACER value, amounting to Rp 1,849. It was concluded
that the combination therapy of amlodipine–lisinopril was the most cost effective with an ICER
value of Rp -26,648 per percent of activity.

Keywords : CEA, Hypertension, Candesartan, Amplodipin, Lisinopril

4
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

1. PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan penyakit sistemik kronis membutuhkan terapi yang
cukup lama atau bahkan seumur hidup. Hipertensi adalah masalah kesehatan global
dan penyebab kematian ketiga yaitu tuberkulosis dan stroke, terhitung 6,7% dari
semua kematian di semua kelompok umur. Hipertensi juga dapat menimbulkan
komplikasi pada berbagai organ, sehingga penanganan yang tepat serta deteksi dini
dan cepat dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. Stres pasien biasanya
dapat dikontrol melalui gaya hidup atau pengobatan, sedangkan manajemen
pengobatan untuk pasien hipertensi biasanya dilakukan ketika tekanan darah tidak
dapat dikontrol melalui pola hidup sehat. [1]Prevalensi tekanan darah tinggi
merupakan masalah utama bagi masyarakat Indonesia dan dunia. WHO
memperkirakan 11% penderita hipertensi diketahui tidak terdeteksi di dunia, dan
50% berada di negara termasuk Indonesia yang berkembang. Diperkirakan pada
tahun 2025, prevalensi penderita tekanan darah meningkat menjadi sekitar 60%
yang akan menjadikan Indonesia sebagai salah satu kelompok penyakit hipertensi
terbesar[2]. Setiap institusi pelayanan kesehatan di seluruh dunia memiliki
keterbatasan sumberdaya manusia sebagai tenaga ahli, waktu, fasilitas, dan dana
dalam menjalankan sistem pelayanan kesehatan termasuk dalam penanganan
penyakit hipertensi. Keterbatasan ini yang mendorong dilakukannya pemilihan
prioritas agar regulasi pelayanan kesehatan dapat berjalan secara efisien melalui
pertimbangan farmakoekonomi[3]
Pedoman penyakit hipertensi internasional mengakui bahwa sebagian besar
pasien akan memerlukan dua atau lebih kombinasi obat antihipertensi untuk
mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Obat-obat tersebut dapat diberikan
sebagai agen terpisah maupun kombinasi dalam satu pil tunggal[4]. Cost-

5
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

effetivenes analysis merupakan kajian farmakoekonomi yang menggunakan cara


analisis ekonomi untuk memberikan hasil yang tepat guna mengetahui apa saja yang
ada dalam sistem pelayanan kesehatan dengan sebaran tertentu. CEA adalah
metode analisis farmakoekonomi dengan mengukur biaya dan membandingkannya
dengan kondisi kesehatan. Hasilnya dilihat dari gejala dan persentase kesehatan
dalam hidup[5]. Kajian farmakoekonomi yang mempertimbangkan faktor klinis
sekaligus faktor ekonomi untuk dapat membantu dalam pemilihan obat yang
rasional, yang dapat memberikan efek manfaat yang tinggi bagi pasien[6]

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non eksperimental
dengan menggunakan data sekunder pasien berupa catatan rekam medik dan
data billing pasien hipertensi yang menjalani rawat jalan di RSUD Kabupaten
Karanganyar tahun 2020. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode
purposive sampling untuk mendapatkan sampel sesuai kriteria yang
dikehendaki. Kriteria yang dikehendaki terdiri dari kriteria inklusi dan
kriteria ekslusi.
1) Kriteria inklusi
a. Pasien BPJS rawat jalan dengan diagnose hipertensi yang
menggunakanobat antihipertensi amlodipine – candesartan dan
amlodipine – lisinopril di RSUD Kabupaten Karanganyar pada
tahun 2020.
b. Pengobatan rutin selama dua bulan dengan obat yang sama
c. Usia pasien 17 tahun-80 tahun
2) Kriteria ekslusi
a. Data rekam medik pasien memuat identitas (nomor rekam
medik, nama, jenis kelamin,usia, tekanan darah), diagnosis dan
biaya langsung.
b. Pasien dengan data billing yang tidak lengkap

Bahan yang digunakan adalah data sekunder pasien yang terdiri dari
catatan medis dan data billing pasien hipertensi RSUD Kabupaten
Karanganyar yang menjalani rawat jalanpada bulan Januari sampai Desember
2020. Data yang didapatkemudian dianalisis efektivitas terapi, total biaya,
nilai ACER dan ICER.
Efektivitas terapi di dalam penelitian ini ditinjau dari adanya
penurunan tekanan darah pasien hingga mencapai target yang sesuai setelah
mengkonsumsi obat antihipertensi. Efektivitas terapi diukur berdasarkan
penurunan tekanan darah hingga ≤140/90 mmHg untuk pasien hipertensi
yang berusia kurang dari 60tahun serta penurunan tekanan darah hingga
≤150/90 mmHg untuk pasien hipertensi berusia 60 tahun atau lebih[7].

6
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

Metodologi CEA mencangkup outcome klinik, yang selalu digambarkan


dalamistilah angka morbiditas dan mortalitas atau nilai laboratorium terkait
denganpenyakit atau intervensi yang dilakukan. Hasil dari CEA digambarkan
sebagai rasio, baik dengan ACER (Average Cost Effectiveness Ratio) atau
sebagai ICER (IncrementalCost Effectiveness Ratio).
ACER = Biaya pengobatan (Rp)
Efektivitas pengobatan (%)

ICER= Biaya pengobatan A – Biaya pengobatan B (𝐵𝐵)


Efektivitas pengobatan A – Efektivitas pengobatan B (%)

ACER ditujukan agar diperoleh perbedaan dari masing-masing


alternatif terapi dan pembanding. Semakin kecil nilainya maka suatu terapi
dianggap semakincost effective. Metode ICER digunakan untuk mengetahui
kenaikan pembiayaan terapi dengan dilakukannya penambahan atau
penggantian pengobatan dimana mungkin akan menaikan biaya terapi, tetapi
dengan kenaikan biaya pada pasien akan memberikan dampak efek obat yang
lebih baik[8]
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Terdapat 1325 kasus pasien hipertensi dengan total kunjungan sebanyak


3888kunjungan daribulan Januari sampai Desember tahun 2020. Terdapat 73 pasien
total pasien hipertensi yang menerima terapi kombinasi amlodipine– candesartan
dan amlodipine – lisinopril dengan data rekam medik dan data billing yang lengkap.
Data pasien tersebut dikelompokkan berdasarkan umur dan jenis kelamin.

Tabel 1. Distribusi pasien hipertensi rawat jalan di RSUD Kabupaten Karanganyar tahun 2020
berdasarkan umur

Jumlah Persentase KelompokA Persentase KelompokB Persentase


Umur
pasien (%) (%) (%)
<60 40 54,8 14 58,3 26 53,0
≥60 33 45,2 10 41,6 23 46,9
73 100 24 100 49 100

Usia menjadi salah satu faktor predisposisi utama untuk penyakit degeneratif
yang paling umum, termasuk pada penyakit hipertensi. Setiap peningkatan usia
sebanyak 9 hingga 10 tahun dapat menggandakan risiko dari hipertensi. Hal
tersebut tentu dapat terjadi karena adanya perubahan alamiah di tubuh yang
mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon [9]. Penuaan memberikan
efek substansial pada sistem kardiovaskular. Pada kondisi tersebut, penebalan
dinding arteri dan penurunan permeabilitas dinding pembuluh darah
7
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

mengakibatkan meningkatnya transpor lipoprotein ke dalam dinding arteri,


meningkatnya poliferasi sel otot polos serta sintetis matriks molekul ekstra sel[8].

Tabel 2 Distribusi pasien hipertensi rawat jalan di RSUD Kabupaten Karanganyar tahun
2020 berdasarkan jenis kelamin

Jenis Jumlah Kelompok Persentase


Persentase (%) Kelompok B
kelamin pasien A (%)
Laki – laki 32 9 37,5 23 46,9
Perempuan 41 15 62,5 26 53
73 24 100 49 100

Hormon estrogen dapat bekerja melindungi pembuluh darah dari reaksi


oksidatif serta mencegah pembuluh darah mengalami peradangan. Pada masa
premenopause, perempuan sedikit demi sedikit akan mengalami penurunan kadar
hormon estrogen. Proses ini akan terus terjadi dimana kuantitas hormon estrogen
tersebut akan berkurang secara alami yang pada umumnya terjadi pada umur 45
sampai 55 tahun[10].

Tabel 3. Efektivitas pengobatan pasien hipertensi rawat jalan di RSUD Kabupaten


Karanganyar tahun 2020

Obat Hipertensi Jumlah pasien yang Jumlah pasien yang


Persentase (%)
yang digunakan menggunakan obat mencapai target
Kelompok A 28 24 85,7
Kelompok B 56 49 87,5
84 73

Persentase efektivitas didapat dari jumlah pasien yang mencapai target


dibandingkan dengan jumlah pasien yang menggunakan terapi dikali 100% dimana
data jumlah pasien tersebut didapatkan dari data rekam medik pasien. Kriteria
pengobatan yang dianggap efektif apabila tekanan darah pasien mencapai target
terapi berdasarkan hypertension guideline, dimana pengobatan dikatakan efektif
jika tekanan darah pasien berusia kurang dari 60 tahun mencapai 140/90 mmHg dan
tekanan darah pasien berusia 60 tahun atau lebih mencapai 150/90 mmHg[11].
Amlodipine termasuk dalam golongan CCB(Calcium Channel Bloker) dan
candesartan termasuk golongan ARB (Angiotensin II Receptor Bloker), serta
8
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

Lisinopril merupakan golongan ACEi(Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor).


Berdasarkan pedoman JNC 8, ketiga golongan tersebut merupakan lini terapi
pertama untuk inisiasi dan maintance pengobatan antihipertensi baik dalam bentuk
tunggal maupun dalam bentuk kombinasi.

Tabel 4 Biaya medik langsung pasien hipertensi rawat jalan di RSUD Kabupaten Karanganyar
tahun 2020

Obat Hipertensi yang digunakan Total biaya rata-rata (Rp)

Kelompok A 209.814
Kelompok B 161.847

menunjukkan rata – rata biaya medik langsung pasien hipertensi rawat jalan
di RSUD Kabupaten Karanganyar tahun 2020 dengan jenis pembiayaanBPJS. Total
biaya rata – rata tersebut mencakup biaya obat hipertensi, biaya obat penyerta, dan
biaya pemeriksaan dokter. Menurut Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 38 tahun
2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 56 tahun 2016
tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Karanganyar, biaya pemeriksaan masuk ke dalam tarif poli spesialis
dengan total biaya pemeriksaan sebesar Rp 30.000 per kunjungan yang didalamnya
termasuk biaya jasa sarana dan biaya jasa pelayanan
Tabel 1 Hasil perhitungan nilai ACER terapi kombinasi pada pasien hipertensi rawat jalan di
RSUD Kabupaten Karanganyar tahun 2020

Obat hipertensi Jumlah Total biaya rata –


Efektivitas (%) ACER
yang digunakan pasien rata

Kelompok A 85,7 24 209.814 2.448

Kelompok B 87,5 49 161.847 1.849

Rasio efektivitas biaya rata – rata atau ACER merupakan rasio biaya untuk
mendapatkan keuntungan dari suatu intervensi dan didapatkan tanpa mengacu
padapembanding, dalam hal ini tanpa mengacu pada terapi kombinasi lainnya.
Perhitungan ACER digunakan ketika efektivitas antara dua kelompok terapi
memiliki hasil yang berbeda. ACER dapat membantu dalam pengambilan keputusan
9
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

untuk memilih terapi manakah yang lebih cost effective. Dalam keadaantersebut,
maka digunakanlah perhitungan rasio ACER dan membandingkan hasil nilai yang
didapat diantara beberapa kelompok terapi secara langsung[13].
Tabel 6 menunjukkan nilai efektivitas, total biaya rata – rata, jumlah pasien
yang menggunakan terapi, serta nilai ACER dari terapi kombinasi amlodipine –
candesartan dan amlodipine – lisinopril. Didapatkan nilai ACER terapi kombinasi
kelompok A adalah senilai Rp. 2.448 dan nilai ACER terapi kombinasi kelompok B
senilai Rp. 1.849 . Keduanya didapatkan dengan membandingkan total biayarata –
rata terapi kombinasi kelompok A atau kelompok B dibagi dengan nilai efektivitas
terapi kombinasi kelompok A atau kelompok B. Nilai ACER yang didapat digunakan
untuk menganalisis terapi mana yang lebih cost effective. Suatukelompok terapi
dapat dikatakan cost effective apabila memiliki nilai ACER yang lebih kecil
dibandingkan dengan kelompok terapi lainnya. Pada penelitian ini didapatkan
bahwa nilai ACER kombinasi terapi kelompok B lebih rendah dibanding kelompok
kombinasi terapi lainnya, sehingga dihasilkan terapi yang dianggap paling cost
effective adalah terapi kombinasi amlodipine – lisinopril.

Tabel 7 Hasil perhitungan nilai ICER terapi kombinasi pada pasien hipertensi rawat jalan

Obat
Total biaya Efektivitas ∆C ∆E
hipertensi yg ICER
di gunakan rata-rata (%) (Rp) (%)

Kelompok A 209.814 85,7


47.967 -1,8 -26.648
Kelompok B 161.847 87,5

ICER merupakan rasio biaya tambahan dengan mempertimbangkan


keuntungan dari dua intervensi yang saling bersaing sehingga akan diketahui berapa
biaya tambahan yang perlu dikeluarkan untuk meningkatkan efektivitas terapi.
Perhitungan ICER bertujuan untuk mengetahui biaya tambahan dan pertambahan
biaya efektivitas [14]. ICER menilai selisih antara biaya dan efektivitas dari setiap
kelompok terapi dengan membandingkan total biaya yang harus dikeluarkan secara
langsung dengan output terapi yang dihasilkan. Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa
nilai ICER pada pasien yang menggunakan kombinasi terapi amlodipine – lisinopril
terhadap kombinasi amlodipine - candesartan, sebesar Rp. -26.648 per persentase
aktivitas,artinya apabila perhitungan ICER menunjukkan hasil negative atau
semakin kecil, maka suatu alternative obat tersebut lebih efektif dan lebih
murah,sehingga pilihan terapi tersebut merupakan pilihan yang terbaik.

10
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

Tabel 2 Analisis sensitivitas penggunaan terapi kombinasi amlodipine lisinopril pada


pasien hipertensi di RSUD Kabupaten Karanganyar tahun 2020

Komponen Biaya (Rp)


Biaya Obat Biaya Obat Biaya Biaya
pemeriksaa Total biaya
Antihipertensi Lain Diagnosi n
Amlodipine -
Lisinopril 12.888 131.847 161.847 30.000 336.582
+25% 16.110 164.808 202.308 37.500 420.726
-25% 9.666 98.885 121.385 22.500 252.436
Selisih 6.444 65.923 80.922 15.000 168.290

Analisis sensitivitas digunakan agar memungkinkan untuk menentukan


bagaimana hasil analisis akan berubah ketika terdapat perubahan nilai
dengan menggunakan rentang nilai yang masuk akal sehingga dapat
membantu peneliti dalam memeriksa dampak perubahan asumsi tersebut
[15].

4. KESIMPULAN

1. Berdasarkan data hasil penelitian, persentase efektivitas dari penggunaan


terapikombinasi amlodipine – candesartan 85,7% dan amlodipine – lisinopril
87,5% pada pasien hipertensi rawat jalan di RSUD Kabupaten Karanganyar.
2. Berdasarkan data hasil penelitian, rata – rata biaya medik langsung dari terapi
kombinasi amlodipine –candesartan Rp. 209.814 dan amlodipine – lisinopril
Rp. 161.847.
3. Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diolah, kelompok terapi
kombinasi amlodipine – candesartan memperoleh nilai ACER Rp 2.448 dan
kombinasi amlodipine – lisinopril memperoleh nilai ACER Rp 1.849 sehingga
kelompok terapi kombinasi amlodipine – lisinopril paling cost effective
dibanding kelompok terapi kombinasi amlodipine – candesartan dengan nilai
ICER Rp -26.648 per persen aktivitas.

5. UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuanianya yang diberikan, Dr. Ir. Djoni Tarigan, MBA. selaku rektor Universitas
Setia Budi, Prof. Dr. apt. RA. Oetari, S.U., M.M., M.Sc., selaku dekan Universitas Setia
Budi, dan Dra. apt. Pudiastuti R.S.P.,MM.. selaku dosen pembimbing, apt.Meta
Kartika Untari. M.Sc. selaku pembimbing akademik beserta seluruh staff pengajar
11
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi, Kedua orang tua serta seluruh keluarga,
teman dan sahabat, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu atas segala dukungan dan bantuan yang diberikan baik secara langsung
maupun tidak langsung.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1]. Assaad-Khalil, SH., Najem, R., Sison J. 2015. Real-world Effectiveness Of


Amlodipine-Valsartan and Amlodipine-Valsartan Hydrochlorothiazide
[2]. Rustiani, E., Andradjati, R., Arsyanti, L. 2014. Analisis penggunaan obat
antihipertensi di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit PMI Bogor: perbandingan
cost effectiveness dan kualitas hidup pasien. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia,
12(2):209-215.
[3]. H. Bang and H. Zhao, “Average cost-effectiveness ratio with censored
data,” J.Biopharm. Stat., vol. 22, no. 2, pp. 401–415, 2012, doi:
10.1080/10543406.2010.544437.

[4]. Chazova, I. E., Dongre, N., & Vigdorchik, AV. 2011. Real-Life Safety And
Effectiveness Of Amlodipine-Valsartan Combination In The Treatment Of
Hypertension. Advances in Therapy, 28(2), 134–149.
https://doi.org/10.1007/s12325-010-0099-1

[5]. Andayani, T.M. 2013. Farmakoekonomi: Prinsip dan Metodologi. Yogyakarta:


Bursa Ilmu..
[6]. Kemenkes RI, “Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana
Hipertensi.”2013.

[7]. S. K. D. Houle, R. Padwal, L. Poirier, and R. T. Tsuyuki, “The 2014


Canadian Hypertension Education Program (CHEP) guidelines for
pharmacists: An update,” Can. Pharm. J., vol. 147, no. 4, pp. 203–208,
2014, doi: 10.1177/1715163514535341.
[8]. T. Andayani, Farmakoekonomi : Prinsip dan Metodologi., Cetakan 1.Yogyakarta:
Bursa Ilmu Karangkajen, 2013.
[9]. Abadi, K., Wijayanti, D., Gunawan, E. A., Rumawas, M. E., & Sutrisna, B. 2013.
Hypertension and Risk of Mild Cognitive Impairment in Elderly Patients.
Kesmas-National Public Health Journal, 8(3), 119–124.
[10]. Andria, K. M. 2013. Hubungan Antara Perilaku Olahraga, Stress Dan Pola

12
Jurnal Farmasi
Indonesia
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. xx No. Xx, bulan xxxxx tahun xxxx online: jfi.setiabudi.ac.id
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291

Makan Dengan Tingkat Hipertensi Pada Lanjut Usia Di Posyandu Lansia


Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal Promkes,
1(2), 111–117.

[11]. Nuraini, B. 2015. Risk Factors of Hypertension. J Majority, 4(5), 10–19.


Poorolajal, J., Farbakhsh, F., Mahjub, H., Bidarafsh, A., & Babaee, E. 2016. How
much excess body weight, blood sugar, or age can double the risk of
hypertension?PublicHealth,133,14–18.
https://doi.org/10.1016/j.puhe.2015.10.014
[12]. Houle, S. K. D., Padwal, R., Poirier, L., Tsuyuki, R. T. 2014. The 2014 Canadian
Hypertension Education Program (CHEP) guidelines for pharmacists: An
update. Canadian Pharmacists Journal, 147(4), 203–208.
https://doi.org/10.1177/1715163514535341
[13]. Bang, H., Zhao, H. 2012. Average Cost-Effectiveness Ratio With Sensored Data.
Journal of Biopharmaceutical Statistics, 22(2): 401–415.
doi:10.1080/10543406.2010.544437.

[14]. Dong, Jie., Ning-Ning, Wang., Zhi-Jiang, Yao, Lin, Zhang., Yan, Cheng., Defang,
Ouyang., Ai-Ping, Lu., Dong-Sheng, Cao. 2020. ADMETlab 2.0: a platform for
systematic ADMET evaluation based on a comprehensively collected ADMET
database. Journal of Cheminformatics, 10:29.
[15]. K. L. Rascati, Essentials of pharmacoeconomics: Second edition. 2013.

13
Jurnal Farmasi
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai