Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Alvina Amalia

KELAS : 5 Ma'had 1
MATKUL : Filsafat Umum
PENGAMPU : Bpk. Komari Alwan

LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT


Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kirakira abad ke-7 SM. Filsafat
muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan
lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta, sekarang di
pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Socrates, Plato, dan
Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang
berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal
ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.
Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu pengetahuan serta
semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan oleh pemikiran keagamaan, peran
mitologi yang sebelumnya mengikat segala aspek pemikiran kemudian secara perlahan-lahan
digantikan oleh logos (rasio/ ilmu).
PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat berasal dari kata philos dan sophia. Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan
sophia artinya kebijakan atau kearifan. Istilah filsafat sering dipergunakan secara populer dalam
kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dalam penggunaan populer, filsafat
dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut sebagai pandangan
masyarakat (masyarakat).
 Objek Filsafat
Objek dibedakan menjadi dua macam, yaitu objek material dan objek formal. Setiap
ilmu mempunyai objek material dan objek formal masing-masing. Demikian pula halnya
dengan filsafat. Sering orang mengatakan bahwa salah satu perbedaan antara ilmu empiris dan
filsafat adalah karena objeknya ini. Objek material filsafat meliputi segala sesuatu yang ada.
Segala sesuatu itu adalah Tuhan, alam dan manusia. Bandingkanlah dengan ilmu empiris dan
ilmu agama. Objek ilmu empiris hanya manusia dan alam. Ilmu empiris tidak
mempermasalahkan atau mengkaji tentang Tuhan, tetapi ilmu-ilmu agama (teologi) sebagian
besar berisi kajian tentang ketuhanan ditinjau dari perspektif dan interpretasi manusia
terhadap wahyu atau ajaran para Nabi. Objek formal (sudut pandang pendekatan) filsafat
adalah dari sudut pandang hakikatnya. Filsafat berusaha untuk membahas hakikat segala
sesuatu. Hakikat artinya kebenaran yang sesungguhnya atau yang sejati, yang esensial, bukan
yang bersifat kebetulan. Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini. Manusia sebagai objek
kajian ilmu dan filsafat dapat dikaji dari berbagai sudut pandang. Manusia dapat dikaji dari
sudut interaksinya dalam hidup bermasyarakat. Inilah sudut pandang sosiologi. Manusia juga
dapat ditinjau dari sisi kejiwaannya. Inilah sudut pandang psikologi. Manusia dapat ditinjau
dari perilakunya dalam memenuhi kebutuhan hidup yang cenderung tidak terbatas dihadapkan
dengan benda-benda yang terbatas. Inilah sudut pandang ilmu ekonomi. Tetapi, manusia
dapat pula dibahas dari sudut pandang yang hakiki. Inilah sudut pandang filsafat.
 metode sistematika
Pengertian sitematika filsafat ialah hasil berpikir dari segala sesuatu yang ada yang sudah
tersusun secara sistematis. Sistematis filsafat dibagi menjadi tiga macam, yaitu ontologi,
epistemologi, dan aksiologi. Yang pertama tentang ontologi atau teori hakikat yang
membicarakan tentang objek yang menghasilkan filsafat atau objek untuk memperoleh
pengetahuan. Yang kedua tentang epistemologi atau juga disebut dengan teori pengetahuan
yang membicarakan tentang sumber pengetahuan dan bagaimana cara mendapatkan
pengetahuan. Yang ketiga tentang aksiologi atau teori penilaian. Aksiologi atau teori
penilaian ini di bagi menjadi dua macam, yaitu penilaian etika dan penilaian estetika.
FILSAFAT YUNANI
 Munculnya filsafat
Filsafat muncul dikota Yunani, di Asia Kecil. Kehidupan penduduknya sebagai nelayan dan
pedagang, sebab sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pantai, sehingga mereka dapat
menguasai jalur perdagangan di Laut Tengah. Kebiasaan mereka hidup di alam bebas sebagai
nelayan itulah mewarnai kepercayaan yang dianutnya, yaitu berdasarkan kekuatan alam, sehingga
beranggapan bahwa hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta bersifat formalitas. Artinya
kedudukan Tuhan terpisah dengan kehidupan manusia. Filsafat muncul karena penduduk Yunani
memiliki keyakinan, cerita-cerita syair (mitos/khayalan) bahwa alam ini mempunyai mitos-mitos.
 Para filsuf Yunani
Para ahli pikir Yunani Kuno ini mencoba membuat konsep tentang asal mula alam. Walaupun
sebelumnya sudah ada tentang konsep tersebut. Akan tetapi konsepnya bersifat mitos yaitu mite
kosmogonis (tentang asal usul alam semesta) dan mite kosmologis (tentang asal-usul serta sifat
kejadian-kejadia dalam alam semesta), sehingga konsep mereka sebagai mencari asche (asal
mula) alam semesta, dan mereka disebutnya sebagai filosof alam. Para filsuf seperti Thales,
Anaximandres berpendapat bahwa Tuhan itu Azali.
Thales (abad ke 6) adalah Ahli pikir pertama kali yang muncul. Thales (625 – 545 SM) yang
berhasil mengembangkan geometri dan matematika. Sebelum berkeyakinan bahwa adanya
penguasa-penguasa alam. Bagi Thales air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada dan
yang jadi. Di awal air dan di ujung air, atau dengan perkataan filsuf, air adalah subtrat (bingkai)
dan substansi (isi). Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, maka tak ada jurang pemisah antara
hidup dengan mati, semuanya satu.
Anaximandros adalah murid Thales. Menurutnya segala sesuatu itu berasal dari to apeiron, yaitu
yang tak terbatas. Apeiron itu tidak dapat dirupakan, tidak ada persamaannya dengan salah satu
barang yang kelihatan di dunia ini, yang dapat ditentukan rupanya dengan panca indera, adalah
barang yang mempunyai akhir yang berhingga. Oleh sebab itu, apeiron adalah barang yang asal,
yang tidak berhingga dan tiada berkeputusan itu mustahil salah satu dari barang yang berakhir itu.
Anaximenes adalah murid Anaximandros. Mengenai alam ini ia mengatakan, “Semuanya terjadi
dari udara.” Karena gerak udaralah yang menjadi sebab terjadinya. Udara bisa jarang dan bisa
rapat. Kalau udara menjadi jarang maka terjadilah api, kalau udara berkumpul menjadi rapat maka
terjadilah angin dan awan, bertambah padat lagi maka akan turunlah hujan dari awan itu. Dari air
terjadi tanah, dan tanah yang sangat padat menjadi batu.
KEBENARAN ITU ADA SOCRATES
Bagi Socrates, jiwa manusia adalah karena inti sari manusia, hakekat manusia sebagai pribadi
yang bertanggungjawab. Oleh karena itulah manusia wajib mengutamakan kebahagiaan jiwanya
(eaudaimonia, memiliki jiwa yang baik), lebih dari kebahagiaan lahiriah seperti kesehatan dan
kekayaan. Socrates membuktikan adanya kebenaran objektif itu dengan menggunakan metode yang
bersifat praktis dan dijalani melalui percakapan-percakapan, sehingga metode yang digunakannya
biasanya disebut metode dialog karena dialog mempunyai peranan penting dalam menggali kebenaran
yang objektif.
IDEALISME PLATO
Plato yang dahulunya merupakan murid dari Socrates, seorang ahli filsafat yang cukup terkenal
di kalangan para filsuf mendasarkan pada keyakinan metafisik bahwa ada eksistensi dari “yang ada”
(idea) yang tidak berubah, tetap, dan bersifat umum-universal. Maka realitas ini bukannya menjadi
melainkan yang ada (idea). Dengan berdasar pada kenyataan yang tidak berubah seperti itu, Plato
menentang relativisme kaum sophis dan menolak persepsi indera. Dari sesuatu “yang ada” tadi
kemudian lahirlah aliran filsafat yang disebut Plato sebagai paham Idealisme. Idealisme adalah sistem
filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari
pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau material.
Pandangan-pandangan umum yang disepakati oleh para filsuf idealisme, yaitu:
1. Jiwa (soul) manusia adalah unsur yang paling penting dalam hidup.
2. Hakikat akhir alam semesta pada dasarnya adalah non material.
Aliran ini berpendapat bahwa kenyataan yang sesungguhnya bersifat spiritual atau ideasional dan
beranggapan bahwa pengetahuan yang didapat melalui pancaindera belum mencapai kebenarannya.
Kebenaran yang secara tetap sebenarnya secara tidak disadari telah hadir dalam pikiran mereka.

Anda mungkin juga menyukai