Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH:
NARISYA PUTRI
NIM:191010120008

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ANALISIS
KEBIJAKAN KESEHATAN

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah analisis kebijakan
kesehatan . Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu selaku dosen mata
kuliah analisis kebijakan kesehatan

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan.Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan
kritik demi perbaikan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

PENDAHULUAAN...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................iii
A.latar belakang...................................................................................................................
B.Rumusan Masalah ..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................................
A.isu isu kebijakan kesehatan.....................................................................................................................
B. hierarki kebijakan di Indonesia...............................................................................................................
C. implementasi kebijakan..........................................................................................................................
D evaluasi kebijakan ..................................................................................................................................
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................................
A.KESIMPULAN ......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
kebijakan kesehatan merupakan kebijakan publik. Konsep dari kebijakan publik dapat
diartikan sebagai adanya suatu negara yang kokoh dan memiliki kewenangan serta legitimasi, di
mana mewakili suatu masyarakat dengan menggunakan administrasi dan teknik yang
berkompeten terhadap keuangan dan implementasi dalam mengatur kebijakan. Kebijakan adalah
suatu konsensus atau kesepakatan terhadap suatu persoalan, di mana sasaran dan tujuannya
diarahkan pada suatu prioritas yang bertujuan, dan memiliki petunjuk utama untuk mencapainya
(Evans & Manning, 2003). Tanpa ada kesepakatan dan tidak ada koordinasi akan mengakibatkan
hasil yang diharapkan sia-sia belaka.

kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan yang berpengaruh terhadap perangkat
institusi, organisasi, pelayanan kesehatan dan pengaturan keuangan dari sistem kesehatan (Walt,
1994). Kebijakan kesehatan merupakan bagian dari sistem kesehatan (Bornemisza & Sondorp,
2002). Komponen sistem kesehatan meliputi sumber daya, struktur organisasi, manajemen,
penunjang lain dan pelayanan kesehatan (Cassels, 1995). Kebijakan kesehatan bertujuan untuk
mendisain program-program di tingkat pusat dan lokal, agar dapat dilakukan perubahan terhadap
determinandeterminan kesehatan (Davies 2001; Milio 2001), termasuk kebijakan kesehatan
internasional (Hunter 2005; Labonte, 1998; Mohindra 2007).

B.Rumusan Masalah

 bagaimana isu isu kebijakan kesehatan?


 bagaimana hierarki kebijakan di Indonesia?
 bagaimana kekuasaan dan proses kebijakan?
 bagaimana implementasi kebijakan?
 bagaimana evaluasi kebijakan ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.Isu isu Kebijakan Kesehatan


Kementerian Kesehatan mengangkat lima isu strategis yang menjadi prioritas dalam
pembangunan kesehatan periode 2020/2024. Kelima isu utama tersebut telah diidentifikasi dalam
Rakerkesnas (Rapat Kerja Nasional) 2019 yakni angka kematian ibu (AKI)/ angka kematian
neonatal (AKN) yang masih tinggi, stunting, tuberculosis (TBC), Penyakit tidak menular (PTM)
dan cakupan imunisasi dasar lengkap.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan untuk dapat menjawab isu tersebut, penelitian
dan pengembangan kesehatan merupakan salah satu komponen penting yang harus dilakukan
dalam program pembangunan nasional, sebagaimana dimandatkan dalam Peraturan Presiden
Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN). “Untuk mempercepat upaya-
upaya dalam mengatasi 5 program prioritas di atas, Badan Litbangkes mempunyai peranan
penting dengan menyediakan data dan informasi hasil Litbangkes untuk bahan kebijakan
program kesehatan”, ujar Nila, Senin (11/3/2019).
Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional
(Rakerkesnas) tahun 2020 dengan mengusung tema “Promotif Preventif Kesehatan untuk
Membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul menuju Indonesia Maju 2045” yang
bertempat di JIExpo, Kemayoran Jakarta Pusat pada tanggal 19 – 20 Februari 2020. Dalam
sambutannya, Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto mengatakan pembangunan sumber
daya manusia yang unggul merupakan prioritas yang sangat ditekankan oleh Presiden Joko
Widodo di masa pemerintahannya pada periode kedua. Sektor kesehatan turut berkontribusi
besar dalam hal 4 isu strategis.

“Terkait pembangunan kesehatan, ada 4 isu strategis yang menjadi arahan Presiden, yaitu
penurunan angka stunting, kematian ibu dan bayi; perbaikan pengelolaan sistem JKN; penguatan
pelayanan kesehatan; serta isu terkait obat dan alat kesehatan”, ungkap Menkes. “Dalam hal
penanganan stunting dan percepatan penurunan AKI AKB, kolaborasi antar lintas sektor sangat
berperan penting mengingat intervensi spesifik yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Kesehatan hanya berkontribusi 30%, sedangkan 70% merupakan kontribusi dari multisektoral
dalam bentuk intervensi sensitif”, lanjut Menkes Terawan.

Upaya-upaya kolaborasi antara lain terkait ketersediaan sumber pangan, ketersediaan air bersih
dan sanitasi, pemberdayaan masyarakat, peningkatan pengasuhan di tingkat keluarga dan
masyarakat, peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak mampu, pemberdayaan perempuan dan
wajib belajar 12 tahun. Selain itu peningkatan peran perempuan dalam sosial ekonomi,
peningkatan kesehatan reproduksi remaja dan calon pengantin serta peningkatan peran tokoh
masyarakat dan agama.

Terkait pengelolaan sistem JKN, pemerintah menjamin akses pelayanan bagi masyarakat miskin
dan tidak mampu melalui pemberian bantuan iuran program JKN. Menurut Terawan, Cakupan
Kesehatan Semesta (UHC) mempunyai arti bahwa seluruh masyarakat memiliki akses ke
pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan, kapan saja dan dimana saja mereka
membutuhkannya tanpa kesulitan finansial. Hal tersebut mencakup berbagai pelayanan
kesehatan esensial termasuk pelayanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif.
Kebijakan kesehatan dapat meliputi kebijakan public dan swasta tentang kesehatan. kebijakan
kesehatan diasumsikan untuk merangkum segala arah tindakan (dan dilaksanakan) yang
mempengaruhi tatanan kelembagaan, organisasi, layanan dan aturan pembiayaan dalam system
kesehatan.Kebijakan ini mencakup sector public (pemerintah) sekaligus sector swasta.Tetapi
karena kesehatan dipengaruhi oleh banyak factor penentu diluar system kesehatan,para pengkaji
kebijakan kesehatan juga menaruh perhatian pada segala tindakan dan rencana tindakan dari
organisasi diluar system kesehatan yang memiliki dampak pada kesehatan (missal: pangan,
tembakau atau industry obat).

B.Hierarki Kebijakan DiIndonesia


Hierarki Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Publik Undang-undang,Peraturan pemerintah
pengganti undang-undang, Peraturan pemerintah,Peraturan presiden,Peraturan daerah. Kebijakan
Kesehatan di Indonesia Tahun 2011 Kementeriaan Kesehatan 7 Reformasi pembangunan
kesehatan 1. Revitalisasi pelayanan kesehatan 2. Ketersediaan distribusi, retensi, dan mutu
sumberdaya manusia 3. Ketersediaan distribusi, keamanan, mutu, efektifitas, keterjangkauan
obat, vaksin dan alkes 4. Jaminan kesehatan 5. Keberpihakan kepada daerah tertinggal
perbatasan dan kepulauan dan daerah bermasalah 6. Reformasi birokrat 7. World class health
care.
Hierarki Kebijakan Kesehatan Setiap kebijakan memiliki otoritas atau kewenangannya
sendiri.Sejauh mana kewenangan suatu kebijakan dapat diterapkan tergantung dari posisi
kebijakan tersebut dalam sebuah hierarki kebijakan. Setiap kebijakan harus memiliki konsistensi
dan koherensi dengan kebijakan pada tingkat kewenangan yang lebih luas. Dengan begitu, tidak
akan terjadi benturan kebijakan yang dapat menyebabkan sebuah kebijakan tidak dapat
dieksekusi Berdasarkan Sistem Politik Menurut konsep Trias Politica, hierarki dalam kebijakan
meliputi:Kebijakan public tertinggi yang dibuat oleh legislatif sebagai representatif dari
publik,contoh pembuatan UUD.Kebijakan publik yang dibuat dalam bentuk kerja sama antara
legislatif dengan eksekutif. Contohnya adalah peraturan daerah di tingkat provinsi.
Kebijakan yang dibuat oleh eksekutif, yaitu kebijakan yang dibuat untuk melaksanakan
kebijakan public yang bersifat umum yang dibuat legislatif (UUD) dan yang melalui kerja sama
dengan eksekutif (UU).Indonesia memiliki hierarki dasar hokum yang harus ditaati dan menjadi
landasan dalam penyusunan kebijakan public di Indonesia, mengacu pada UU NO.12 Tahun
2011 mengenai Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia.
Produk Perundangan Undang-Undang Peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh
DPR dengan persetujuan bersama presiden.Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hak ikhwal kepentingan
yang memaksa.Peraturan Pemerintah Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Presiden untuk menjalan kanundang-undang sebagaimana mestinya.Peraturan Presiden Peraturan
perundang Undangan yang ditetapkan oleh Presiden.Peraturan Daerah Peraturan perundang-
undangan yang disusun oleh DPRD (Tingkat I dan II) dengan persetujuan bersama Kepala
Daerah.

C. kekuasaan dan proses kebijakan


Actor (pelaku):istilah sementara yang digunakan untuk merujuk ke individu, organisasi atau
bahkan negara, beserta tindakan mereka yang mempengaruhi kebijakan. Content (isi): subtansi
dari suatu kebijakan yang memperinci bagian bagian dalam kebijakan. Context (konteks): factor
factor sistematis politik, ekonomi, social atau budaya, baik nasional maupun internasional yang
dapat mempengaruhi kebijakan kesehatan. Policy (kebijakan):pernyataan yang luas tentang
maksud, tujuan dan cara yang membentuk kerangka kegiatan. Policy Elites (elit kebijakan):
kelompok khusus yang terdiri dari penyusun kebijakan yang menduduki posisi tinggi dalam
suatu organisasi, dan memiliki akses khusus kepada sesame anggota terho rmat dari organisasi
yang sama atau berbeda. Policy makers (penyusun kebijakan): mereka yang menyusun kebijakan
dalam organisasi seperti pemerintah pusat atau daerah, perusahaan multi tradisional atau lokal,
lembaga pendidikan atau rumah sakit.Policy process (proses kebijakan):cara mengawali
kebijakan, mengembang atau menyusun kebijakan,bernegosiasi, mengkomunikasikan,
melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan.
proses mengacu pada cara bagaimana kebijakan dimulai, dikembangkan atau disusun,
dinegosiasi, dikomunikasikan, dilaksanakan dan dievaluasi. Pendekatan yang paling sering
digunakan untuk memahami proses kebijakan adalah dengan menggunakan apa yang disebut
heuristics. Yang dimaksud disini adalah membagi proses kebijakan menjadi serangkaian tahapan
sebagai alat teoritis, suatu model dan tidak selalu menunjukkan apa yang terjadi di dunia nyata.
Namun serangkaian tahapa ini membantu untuk memahami  penyusunan kebijakna dalam
tahapan-tahapan yang berbeda (Sabatier, 1993): 1. Identifikasi masalah dan isu , menemukan
bagaimana isu-isu yang ada dapat masalah dapat masuk kedalam agenda kebijakan, mengapa
isu-isu yang lain justru tidak pernah dibicarakan. 2. Perumusan kebijakan, emnemukan siapa saja
yang terlibat dalam  perumusan kebijakan, bagaimana kebijakan dihasilkan, disetujui dan
dikomunikasikan 3. Pelaksanaan kebijakan, tahap ini yang paling sering diacuhkan dan sering
dianggap sebagai bagian yang terpisah dari kedua tahap yang pertama.  Namun tahap ini yang
diperdebatan sebagia tahap yang plaing penting dalam penyusunan kebijakan sebab bila
kebijakan tidak dilaksanakan atau dirubah selama dalam pelaksanaan, sesuatu yang salah
mungkin terjadi dan hasil kebijakan tidak akan seperti yang diharapkan.

D. implementasi kebijakan

Pada kebijakan dilihat apakah ada kesenjangan antara yang direncanakan dan yang terjadi
sebagai suatu akibat dari kebijakan. Sebagai contohnya ada banyak studi kasus dari dampak
kebijakan. Contohnya, studi kebijakan upaya penanggulanggan kekurangan garam yodium di
mana kesenjagaan antara aktor-aktor yang berperan dan proses juga implementasi tidak terlibat.
Pendekatan pengembangan kebijakan oleh pembuat kebijakan biasanya berdasarkan hal-hal yang
masuk akal dan mempertimbangkan informasiinformasi yang relevan. Namun demikian apabila
pada implementasi tidak mencapai apa yang diharapkan, kesalahan sering kali bukan pada
kebijakan itu, namun kepada faktor politik atau managemen implementasi yang tidak
mendukung (Juma & Clarke, 1995). Sebagai contoh, kegagalan dari implementasi kebijakan bisa
disebabkan oleh karena tidak adanya dukungan politik, managemen yang tidak sesuai atau
sedikitnya sumber daya pendukung yang tersedia (Sutton, 1999). Suatu kebijakan kesehatan
dapat berubah saat diimplementasikan, di mana bisa muncul output dan dampak yang tidak
diharapkan dan tidak bermanfaat untuk masyarakat (Baker, 1996).

kesehatan dipandang sebagai salah satu unsur dalam kesejahteraan umum yang harus
diwujudkan. Peningkatan kesehatan dibutuhkan adanya informasi mengenai kesehatan yang
dapat diperoleh dari promosi kesehatan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 585/MENKES/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan
di Puskesmas.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Hasil penelitian yang diperoleh, menunjukkan bahwa dalam implementasi
kebijakan promosi kesehatan Puskesmas Dinoyo melaksanakan di dalam puskesmas dan diluar
puskesmas untuk memberikan pengetahuan bidang kesehatan diwilayah kerjanya. Promosi
kesehatan yang dilaksanakan Puskesmas Dinoyo  menggunakan strategi pemberdayaan, bina
suasana dan advokasi dengan didukung media promosi. Dari implementasi promosi kesehatan di
Puskesmas Dinoyo didukung dengan adanya  petugas khusus promosi kesehatan yang
mendapatkan pelatihan untuk promosi kesehatan dan media pendukung hasil dari petugas
puskesmas. Walaupun begitu terdapat pula penghambat dalam implementasi promosi kesehatan,
seperti pemberdayaan masyarakat yang masih belum optimal yang dilihat dari keterangan
petugas mengenai daerah yang belum terdapat kader kesehatan untuk lebih memudahkan dalam
memberikan informasi kepada masyarakat.
D.Evaluasi kebijakan

1. evaluasi merupakan suatu proses yang memungkinkan administrator mengetahui hasil


programnya dan berdasarkan itu mengadakan penyesuaian-penyesuaian untuk mencapai
tujuan secara efektif. Jadi evaluasi tidak sekedar menentukan keberhasilan atau
kegagalan, tetapi juga mengetahui mengapa keberhasilan atau kegagalan itu terjadi dan
apa yang bisa dilakukan terhadap hasil-hasil tersebut. Evaluasi formative, adalah evaluasi
yang dilakukan pada tahap pelaksanaan program dengan tujuan untuk mengubah atau
memperbaki program. Evaluasi ini dilakukan untuk memperbaiki program yang sedang
berjalan dan didasarkan atas kegiatan sehari-hari, minggu, bulan bahkan tahun, atau
waktu yang relatif pendek . Manfaat evaluasi formative terutama untuk memberikan
umpan balik kepada manajer program tentang hasil yang dicapai beserta hambatan-
hambatan yang dihadapi. Evaluasi formative sering disebut sebagai evaluasi proses atau
monitoring.
2. Evaluasi summative, adalah evaluasi yang dilakukan untuk melihat hasil keseluruhan dari
suatu program yang telah selesai dilaksanakan. Evaluasi ini dilakukan pada akhir
kegiatan atau beberapa kurun waktu setelah program, guna menilai keberhasilan program.

Sedangkan tujuan dari evaluasi program kesehatan adalah untuk memperbaiki program-
program kesehatan dan pelayanannya untuk mengantarkan dan mengarahkan alokasi tenaga dan
dana untuk program dan pelayanan yang sedang berjalan dan yang akan datang. Evaluasi harus
digunakan secara konstruktif dan bukan untuk membenarkan tindakan yang telah lalu atau
sekedar mencari kekurangan-kekurangan saja.Terdapat berbagai kesulitan dalam melaksanakan
evaluasi kesehatan, antara lain  bahwa kebutuhan akan pelayanan kesehatan melebihi dari yang
diterapkan. Pendekatan sistematis dalam evaluasi dapat dilakukan untuk menilai suatu program
kesehatan. Penilaian secara menyeluruh terhadap program kesehatan dapat dilakukan dengan
menilai input, proses dan output. Pendekatan sistem pada manajemen memandang organisasi
sebagai suatu kesatuan, yang terdiri dari bagian¬bagian (sumber daya, masukan, proses,
keluaran, umpan balik, dampak dan lingkungan).
Dalam prakteknya, terdapat berbagai kendala dalam pelaksanan evaluasi, Dalam melakukan
evaluasi suatu perencanaan program dan implementasinya, terdapat beberapa kendala, antara
lain: (a) Kendala psikologis, yaitu evaluasi dapat menjadi ancaman dan orang melihat bahwa
evaluasi itu merupakan sarana untuk mengkritik orang lain; (b) Kendala ekonomis, yaitu untuk
melaksanakan evaluasi yang baik itu mahal dalam segi waktu dan uang, serta tidak selalu
sepadan antara ketersedian data dan biaya; (c) Kendala teknis, yaitu kendala yang berupa
keterbatasan kemampuan sumberdaya manusia dalam pengolahan data dan informasi yang tidak
dapat disediakan tepat pada waktu dibutuhkan. Kejadian ini biasanya timbul ketika informasi dan
data itu belum dibutuhkan, maka biasanya hanya akan ditumpuk begitu saja tanpa diolah; (d)
Kendala politis, yaitu hasil-hasil evaluasi mungkin bukan dirasakan sebagai ancaman oleh para
administrator saja, melainkan secara politis juga memalukan jika diungkapkan. Berbicara
tentang evaluasi sering juga dikaitkan dengan supervisi. Supervisi merupakan rangkaian kegiatan
yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan meliputi pemantauan, pembinaan dan
pemecahan masalah serta tindak lanjut. Kegiatan ini sangat berguna untuk melihat bagaimana
program atau kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar dalam rangka menjamin tercapaianya
tujuan program.
BAB III
PENEUTUP
A.kesimpulan
kebijakan kesehatan merupakan kebijakan publik. Konsep dari kebijakan publik dapat
diartikan sebagai adanya suatu negara yang kokoh dan memiliki kewenangan serta legitimasi, di
mana mewakili suatu masyarakat dengan menggunakan administrasi dan teknik yang
berkompeten terhadap keuangan dan implementasi dalam mengatur kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA
Baker C, 1996. The Health Care Policy Process. Sage Publication Inc. London. UK.
Blaikie P and JG Soussan, 2001. Understanding Policy Processes. University of Leeds. UK
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2008. US State Policy Guide: Using
Research in Public Health Policymaking A Publication of The Council of State Governments
2008. U.S. Department of Health and Human Services

Anda mungkin juga menyukai