Anda di halaman 1dari 12

BIMBINGAN DAN KONSELING

POSISI BIMBINGAN DAN KEDUDUKAN BK DALAM KURIKULUM 2O13

DOSEN PEMBIMBING:

Drs.Afrizal Sano M.Pd.,Kons

ANGGOTA KELOMPOK 5 :

1. Hanan Wahyu Gunawan 20087257


2. Nindy Syafitri-20075153
3. Rafi Setiawan-20087059
4. Indri Widya Putri-20087127
5. Rifa Syahada-20075169
6. Teddy Saputra-20087191

UNIVERSITAS NEGRI PADANG

2021

1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Posisi dan Kedudukan Bk
dalam Kurikulum 2013

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen
Drs.Afrizal Sano ,M.Pd.,Kons Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang berbagai aspek kehidupan bagi para pembaca dan juga bagi penulis, dan
juga agar mengetahui bagaimana posisi dan kedudukan Bk dalam kurikulum 2013.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen selaku dosen Drs.Afrizal Sano
,M.Pd.,Kons pembimbing mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Padang, November 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 2

A. LATAR BELAKANG 2

B. RUMUSAN MASALAH 2

C. TUJUAN 2

BAB II PEMBAHASAN 2

A. Posisi BK dalam Kurikulum 2013 2

B. Kedudukan BK dalam kurikulum 2013 3

BAB II PENUTUP 4

KESIMPULAN 5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan merupakan proses membantu orang perorangan dalam memahami dirinya sendiri dan
lingkungan hidupnya, dan konseling diartikan sebagai suatu proses interaksi yang membantu pemahaman
diri dan lingkungan dengan penuh berarti, dan menghasilkan pembentukan atau penjelasan tujuan tujuan
dan nilai perilaku di massa mendatang. Bertumpu pada pengertian tersebut, bimbingan dan konseling
akan sangat membantu lancarnya proses pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan, apalagi pada
masa sekarang ini, dimanan para kaum muda sudah banyak sekali mengalami probelmatka-problematika
kehidupan keadaan seperti ini sangat sekali membutuhkan suatu wadah (bimbingan dan konselinh
terutama di sekolah) untuk mampu membantu para kaum muda agar ia bisa mengatasi problematika yang
ada sehingga ia bisa terus mengembangkam potensi yang dimilikinya secara optimal.

B. Rumusan Masalah
1. apa posisi bk dalam kurikulum 2013
2. apa kedudukan BK dalam kurikulum 2013

C. Tujuan :
1. Agar mengetahui posisi BK dalam kurikulum 2013
2. Agar mengetahui kedudukan BK dalam kurikulum 2013
BAB II

PEMBAHASAN

Posisi dan kedudukan BK dalam kurikulum 2013

A.Posisi Bimbingan dalam kurikulum 2013

Dalam kurikulum sebelumnya (KTSP) posisi dan arah layanan bimbingan dan konseling di
sekolah mengalami kemunduran karena adanya kerancuan pemahaman tentang ekspektasi kinerja
konselor yang tidak menggunakan materi pelajaran sebagai konteks layanan keahiannya, dengan
ekspektasi kinerja guru yang menggunakan materi pelajaran sebagai konteks layanan keahliannya.

Sebagaimana telah dinyatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling disekolah merupakan
bagian integral dari keseluruhan upaya pendidikan dalam jalur pendidikan formal dan layanan ini
meskipun dilakukan oleh pendidik yang disebut sebagai konselor namun ekspektasi kinerja
profesionalnya berbeda dengan ekspsktasi kinerja professional yang dilakukan oleh guru. Jika ekspektasi
kinerja guru menggunakan materi pelajaran sebagai konteks layanan keahliannya maka ekspektasi kinerja
konselor tidak demikian.

Ekspektasi kinerja konselor tidak meggunakan materi pelajaran dalam koteks layanan keahliannya
(bimbingan dan konseling) melainkan menggunakan proses pengenalan diri konseli (peserta didik)
dengan memperhadapkan kekuatan dan kelemahannya dengan peluang dan tantangan yang terdapat
dalam ligkungannya, untuk menumbuhkembangkan kemandirian dalam mengambil berbagai keputusan
penting dalam perjalanan hidupnya, sehingga mampu memilih, meraih serta mempertahankan karir
(kemajuan hidup) untuk mencapai hidup yang efektif, produktif, dan sejahtera dalam konteks
kemaslahatan umum.

Pemahaman yang rancu terhadap ekspektasi kinerja konselor tersebut, megakibatkan mutu
layanan bimbingan dan konseling mengalami kemunduran, sehigga kerancuan tersebut jelas-jelas telah
mencedrai integritas layaan bimbingan dan konseling karena layanan ahli yang dilaksanakan oleh
konselor ditarik ke wilayah layanan ahli keguruan dan diganti dengan ‘pengembangan diri’ yang
maknanya direduksi sebagai pengembangan bakat dan minat siswa, dimana bimbingan da konseling
diposisikan sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu guru mata pelajaran dinapikan
peranannya dalam proses ‘pengembangan diri’ itu.

Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi peserta
didik mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku efektif, pengembangan
lingkungan perkembangan, dan peningkatan keberfungsian individu di dalam lingkungannya. Semua
perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan, yakni proses interaksi antara individu
dengan lingkungan perkembangan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling
memegang tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan lingkungan perkembangan, membangun
interaksi dinamis antara individu dengan lingkungannya, membelajarkan individu untuk
mengembangkan, memperbaiki, dan memperhalus perilaku.
Keberadaan Bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal di Indonesia, sesungguhnya
sudah dimulai sejak tahun 1964, ketika diberlakukan “Kurikulum Gaya Baru.” Bimbingan dan
Penyuluhan pada waktu itu dipandang sebagai unsur pembaharuan dalam penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia. Sejak diberlakukan Kurikulum Tahun 1975, pelayanan bimbingan dan penyuluhan telah
dijadikan sebagai bagian integral dari keseluruhan upaya pendidikan. Petugas yang secara khusus
melaksanakan pelayanan Bimbingan dan konseling disebut Guru Bimbingan dan Penyuluhan (Guru BP).

Posisi bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal mengindikasikan bahwa pelayanan
bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari program pendidikan. Dengan demikian, posisi
guru pembimbing sejajar dengan guru bidang studi dan administrator Sekolah/Madrasah. Demikian pula
dalam Permendiknas No. 22/2006 menempatkan pelayanan bimbingan dan konseling sebagai bagian
integral dari standar isi satuan pendidikan dasar dan menengah

pendidikan formal, mengindikasikan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling merupakan


bagian integral dari program pendidikan. Dalam Pasal 1 ayat 6 UndangUndang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 disebut bahwa posisi guru bimbingan dan konseling yang disebut konselor sejajar
dengan guru bidang studi/mata pelajaran dan administrator Sekolah/Madrasah. Demikian pula dalam
Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 bahwa bimbingan dan konseling disiapkan untuk memfasilitasi
satuan pendidikan dalam mewujudkan proses pendidikan yang memperhatikan dan menjawab ragam
kemampuan, kebutuhan, dan minat sesuai dengan karakteristik peserta didik. Khusus untuk SMA/MA dan
SMK/MAK bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk membantu satuan pendidikan dalam
memfasilitasi peserta didik dalam memilih dan menetapkan program peminatan akademik bagi peserta
didik SMA/MA dan peminatan vokasi bagi peserta didik SMK/MAK serta pemilihan mata pelajaran
lintas peminatan khusus bagi peserta didik SMA/MA.

Selain itu bimbingan dan konseling juga dimaksudkan untuk memfasilitasi Konselor sekolah
untuk menangani dan membantu peserta didik yang secara individual mengalami masalah psikologis atau
psikososial, seperti sulit berkonsentrasi, rasa cemas, dan gejala perilaku menyimpang. Achmad Sugandi
(2006) menyebutkan kemampuan kognitif tingkat pemahaman adalah kemampuan mental untuk
menjelaskan sebuah informasi yang telah diketahui dengan bahasa atau ungkapan sendiri. Seseorang akan
dapat menjelaskan sebuah ilmu pengetahuan dengan menggunakan bahasanya sendiri ketika dirinya telah
memahami dengan benar ilmu tersebut, begitu pula dengan seorang konselor yang akan mengaplikasikan
atau menjelaskan ilmunya dengan baik dihadapan siswa tergantung pada
baik atau tidaknya pemahaman terhadap ilmunya tersebut. Menurut Permendikanas
Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor, yang disebut
konselor adalah sarjana (S1) Bimbingan dan Konseling yang menamatkan Program Pendidikan Profesi
Konselor (PPK). Dalam hal ini konselor harus mempunyai pemahaman tentang kurikulum 2013, karena
konselor dituntut untuk memberikan layanan pada peserta didik dengan baik dan benar didalam pelayanan
kurikulum 2013.

Dalam kurikulum 2013 konselor akan berperan besar terutama di dalam menentukan
peminatan yang akan dipilih oleh siswa. Peminatan adalah proses yang berkesinambungan untuk
memfasilitasi peserta didik mencapai Tujuan Utuh Pendidikan Nasional, dan oleh karena itu peminatan
harus berpijak pada kaidah-kaidah dasar yang secara eksplisit dan implisit, terkandung dalam Kurikulum.
Salah satu kaidah dalam kurikulum 2013 adalah menuntut adanya kolaborasi yang baik antara guru mata
pelajaran, konselor dan orang tua/ wali dalam mengoptimalkan potensi peserta didik. Pelayanan Arah
Peminatan Kelompok Mata Pelajaran merupakan kegiatan BK yang amat penting dan menentukan
kesuksesan dalam belajar, perkembangan dan masa depan masing-masing siswa.

Satrio Wicaksono menjelaskan penerapan Kurikulum 2013 sampai saat ini masih membutuhkan
perbaikan, terutama pemahaman guru, menurut Musliar Kasim (Wakil Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan Bidang Pendidikan) bahwa belum semua guru yang dilatih dan mengajar kurikulum baru
sesuai dengan yang diharapkan. Karena itu, pelatihan guru akan menjadi pekerjaan berat bagi pemerintah.
Apalagi pada 2014 pihaknya akan memberikan pelatihan kepada sekitar 1,3 juta guru yang tersebar di
seluruh Indonesia. Pemerintah hanya memiliki waktu paling lama satu semester untuk menciptakan
tenaga-tenaga pendidik yang memahami Kurikulum 2013. Musliar Kasim juga mengatakan bahwa kita
akan tetap meningkatkan persiapan terutama dalam segi pemahaman guru, karena belum sesuai yang kita
harapkan. Satu semester cukup bagi 1,3 juta guru untuk ikut pelatihan.

Suara Merdeka 27 Desember 2013. Bertolak dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas,
kenyataannya berdasarkan pemahaman terhadap implementasi bimbingan dan konseling dalam kurikulum
2013 menunjukkan bahwa konselor belum memahami betul tentang kurikulum 2013, serta belum
memahami tentang pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling arah peminatan. tingkat pemahaman
konselor terhadap implementasi bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013. Sehingga melalui
tersebut dapat diperoleh gambaran mengenai pemahaman konselor terhadap posisi BK, program BK, dan
implementasi program BKdalam kurikulum 2013.

Kemendikbud (2013) menyatakan dalam memahami posisi bimbingan dan konseling dalam
kurikulum 2013 ditunjukkan dengan adanya konselor memahami ruh dan jantung hatinya konseling
adalah pendidikan. Konselor di Indonesia, mendukung sepenuhnya profesi pendidik yang berkompetensi
keahlian pendidikan dalam bidang profesi konseling

Dengan empat kompetensi dasarnya, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,


kompetensi sosial, kompetensi profesional. Konselor juga harus memahami peran dan
fungsi pelayaann BK, yaitu:

1) menguatkan pembelajaran secara menyeluruh,

2) memfasilitasi advokasi dan aksesbilitas, dan

3) menyelenggarakan fungsi outreach. Konselor juga harus memahami eksistensi BK dalam kurikulum
2013.

Dengan kata lain konselor dikatakan memahami posisi bimbingan dan konseling
dalam kurikulum 2013 ketika konselor paham bahwa konselor adalah pendidik, konseling yang
membelajarkan, peran dan fungsi pelayanan bimbingan dan konseling, serta mampu memahami eksistensi
bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013. Sesuai dengan penelitian tingkat pemahaman konselor
terhadap implementasi bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013 konselor telah mampu
memahami posisi bimbingan dan konseling dalam kurikulum 2013. Namun ada satu indikator pada sub
variabel tersebut yang memiliki presentase paling rendah di antara keseluruhan indikator

Sejak diberlakukannya kurikulum 1994, sebutan untuk Guru BP berubah menjadi Guru
Pembimbing, sebutan resmi ini diperkuat dengan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 84 Tahun 1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnyaserta Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.025/0/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya antara lain mengandung arahan dan
ketentuan pelaksanaan pepelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah oleh guru kelas di SD
dan guru pembimbing di SLTP dan SLTA. Walaupun kedua aturan tersebut mengandung hal-hal yang
berkenaan dengan pelayanan bimbingan dan konseling, namun tugas itu dinyatakan sebagai tugas guru
(dengan sebutan guru pembimbing) dan tidak secara eksplisit dinyatakan sebagai tugas konselor. Hal ini
dapat dipahami karena sebutan konselor belum ada dalam perundangan.

Penggunaan sebutan guru, sangat merancukan konteks tugas guru yang mengajar dan konteks
tugas konselor sebagai penyelenggara pelayanan ahli bimbingan dan konseling. Guru pembimbing yang
pada saat ini ada di lapangan pada hakikatnya melaksanakan tugas sebagai konselor, namun sering
diperlakukan dan diberi tugas layaknya guru mata pelajaran. Apabila tidak digariskan penegasan dan
pencermatan yang benar, kerancuan seperti ini bisa muncul kembali dari Permendiknas No. 22/2006,
karena payung Standar Isi sebagai dasar pengembangan KTSP pada dasarnya menegaskan konteks tugas
dan ekspektasi kinerja guru dan bukan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor.

Perlu ditegaskan bahwa bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks
adegan mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan pelayanan
ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. (Naskah Akademik ABKIN, Penataan Pendidikan
Profesional Konselor dan Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal,
2007)

B.Kedudukan Bk dalam kurikulum 2013

Membina tigas usaha yaitu bidang pengajaran, bidang administrasi dan kepemimpinan, bidang
pembinaan siswa.

Dalam institusi pendidikan, untuk mencapai perkembangan peserta didik yang optimal, lembaga
pendidikan pada dasarnya membina tiga usaha pokok ( Hallen, 2005: 46) , yaitu :

1. Bidang pengajaran.

Fungsi bidang ini ialah membekali siswa dengan pemahaman dan pengethuan, nilai dan sikap,
serta keterampilan yang dirancang dalam kurikulum pengajaran, baik melalui kegiatan kurikuler maupun
kokurikuler. Bidang pengajaran adalah bidang inti di sekolah karena pendidikan sekolah terutama
dilaksanakan lewat bidang pengajaran (Winkel dan Sri Hastuti, 2004:64)

2. Bidang administrasi dan kepemimpinan.

Bidang ini merupakan bidang kegiatan yang menyangkut masalah-masalah administrasi dan
kepemimpinan, yaitu masalah yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan secara efisien.
Didalam bidang ini terletak tanggung jawab dan otoritas proses pendidikan yang pada umumnya
mencakup kegiatan-kegiatan seperti perencanaan, organisasi, pembiayaan, pembagian tugas staf dan
pengawasan. Pada umumnya tugas ini menjadi tanggung jawab pimpinan dan para petugas administrasi
lainnya.

3. Bidang pembinaan siswa.

Bidang ini memberikan pelayanan kepada siswa dalam hal-hal yang tidak ditangani dalam rangka
program pengajaran, namun diperlukan oleh siswa, serta memberi pelayanan agar peserta didik
memperoleh kesejahteraan lahiriah dan batiniah dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya,
sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Bidang ini terasa penting seui kali sebab proses
belajar hanya akan berhasil dengan baik, apabila para peserta didik berada dalam keadaan sejahtera, sehat
dan dalam suasana tahap perkembangan yang opimal. (Hallen, 2005:48)

Kedudukan Bimbingan dan Konseling Menurut kurikulum 2013

1. SKL(Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54


Tahun 2013 setelah itu baru ditentukan Standar isi, yang terbentuk Kerangka Dasar Kurikulum
yang di tuangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 tahun 2013
2. Aspek Kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek
komptensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
3. Jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelasI-VI
4. Jumlah jam pelajaran perm minggu lebih banyak dan umlah mata pelajaran lebih sedikit
disbanding KTSP
5. Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran setiap tema di jenjang
SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan
ilmiah(saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiir dari mengamati,
menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
6. TIK( Teknologi informasi dan Komunikasi bukan sebagai media pembelajaran
7. Standar penilain menggunakan penilaian otentik yaitu mengukur semua kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahunan berdasarkan proses dan hasil
8. Pramuka menjadi eksrakuler wajib
9. Peminatan(penjurusan) mlai kelas X untuk jenjang SMA/MA
10. BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa.

Kegiatan pendidikan yang baik dan ideal, hendaknya mencakup ketiga bidang tersebut. Sekolah
atau lembaga pendidikan yang hanya menjalankan program kegiatan intruksional (pengajaran) dan
administrasi saja, tanpa memperhatikan kegiatan bidang pembinaan pribadi peserta didik, mungkin hanya
akan menghasilkan individu yang pintar dan cakap, serta bercita-cita tinggi, tetapi mereka kurang mampu
dalam memahami potensi yang dimilikinya, dan kurang / tidak mampu untuk mewujudkan dirinya dalam
kehidupan masyarakat.

Hal tersebut menyebabkan mereka mengalami kegagalan dan kesuksesan sewaktu terjun ke
masyarakat atau lapangan kerja, meskipun nilai rapor atau IP yang diperolehnya cukup tinggi. Hal inilah
penyebab timbulnya apa yang sering disebut sebagai pengangguran intelektual atau sarjana tidak siap
pakai (Hallen,2005: 48).

Selain itu timbulnya berbagai fenomena perilaku peserta didik dewasa ini seperti tawuran,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan psikotropika, perilaku sesksual menyimpang, degradasi moral,
pencapaian hasil belajar yang tidak memuaskan, tidak lulus ujian dan lain sebagainya, menunjukkan
bahwa tujuan pendidikan belum sepenuhnya mampu menjawab atau memecahkan berbagai persoalan
tersbut (Tohirin, 2007: 2).

Winkel dan Sri Hastuti (2004:46) mengatakan bahwa diferensiasi dalam program-program
pendidikan sekolah yang menimbulkan kesulitan bagi peserta didik dalam program pendidikan yang
sesuai dengan kemampuannya. Untuk dapat melaksanakan kegiatan pembinaan pribadi peserta didik
dengan baik diperlukan petugas-petugas khusus yang mempunyai keahlian dalam bidang bimbingan dan
konseling.

Dari uraian terdahulu jelaslah bahwa dalam keseluruhan proses pendidikan, program bimbingan
dan konseling merupakan keharusan yang tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan pada
umumnya. Apalagi dalam situasi sekarang ini, dimana fungsi sekolah atau lembaga pendidikan formal
tidak hanya membekali para siswa dengan setumpuk ilmu pengetahuan saja, tetapi juga mempersiapkan
para peserta didik untuk memenuhi tuntutan peerubahan serta kemajuan yang terjadi dilingkungan
masyarakat. Sebagaimana dikemukakan pada uraian terdahulu bahwa perubahan dan kemajuan ini akan
menimbulkan masalah, khususnya bagi para peserta didik itu sendiri dan umumnya bagi pihak-pihak yang
terlibat di dalam dunia pendidikan.

Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dalam pendidikan yang memposisikan
kemampuan peserta didik untuk mengeksplorasi, memilih berusaha meraih, dan mempertahankan karier
yang ditumbuh-kembangkan secara komplementer oleh guru bimbingan dan konseling dan oleh guru
mata pelajaran dalam setting pendidikan. Peminatan peserta didik keputusan bidang keahlian yang dipilih
peserta didik, melainkan harus diikuti layanan pembelajaran yang mendidik, aksebilitas perkembangan
yang luas, dan penyiapan lingkungan perkembangan belajar yang mendukung.

Untuk itu, bimbingan dan konseling berperan secara kolaboratif dalam hal sebagai berikut:

a. Menguatkan pembelajaran yang mendidik


b. Memfasilitasi advokasi dan aksebilitas
c. Menyelenggarakan fungsi outreach

Kedudukan dan peluang BK dalam kurikulum 2013.Prof.Juantika berkata “ Guru BK merupakan


jantung para guru dalam kurikulum 2013, dimana para guru memikirkan bahan yang diajarkan saja
namun guru BK memikirkan siapkah anak anak belajar dan sudah termotivasikah mereka!”

Oleh karena itu guru BK perlu terhadap minat dan potensi siswa. Guru BK perlu memiliki
kemampuan untuk membaca mau perkembangan siswa tersebut telag terfasilitasi oleh kurikulum 2013
dalam program peminatan. Patut dipertanyakan, dimana kedudukan BK dalam kurikulum 2013 saat ini?

Kedudukan BK sangat strategis. Kedudukan dalam pembelajaran, penilaian, perencanaan dan


pelakasanaan proses belajar serta sebagai mitra sekolah dan orangtua lah jawaban kedudukan BK
berlabuh.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam sistem penyelengaran kurikulum pendidikan bimbingan konseling berada dalam posisi
kunci dalam sebuah lembaga pendidikan, yaitu institusi sekolah sebagai pendukung maju atau
mundurnya mutu pendidikan. Selain itu, semua lembaga pendidikan sekolah bepedoama pada tujuan
pendidikan nasional bangsa dan usaha dasar pembangynan nasional. Dalam institusi pendidikan,
untuk mencapao perkembangan peserta didik yang optimal, lembaga pendidikan membina tigas usaha
pokok yaitu bidang pengajaran, bidang administrasi dan kepemimpinan, bidang pembinaan siswa.

Adapun kedudukan BK dalam kurikulum adalah untuk melaksanakan tercapainya rencana


pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

https://al-dinusyarif.blogspot.com/2013/12posisi-bimbingan-dan-konseling-dalam.html?m=1

https://opiseo-baca.blogspot.com/2017/07/kedudukan-bk-dalam-pendidikan-dan_30.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai