Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan

Vol. 7, No. 2, hal. 82-87, 2009


ISSN 1412-5064

Pengaruh Pengekstrakan pada Kekuatan Kayu: Damar Batu,


Kempas, dan Durian
Iskandar
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syech Abdurrauf No. 7, Darussalam, Banda Aceh, 23111
E-mail: asrisyad@yahoo.com

Abstract

The objective of this research is to determine strength rate of Damar Batu/Balau (Shorea
spp.), Kempas (Kompassia malaccensis), and Durian (Durio spp.) before and after extraction.
For this purpose, three solvents were used in sequence to extract the wood which are acetone
pentane, and mixture of hexane, acetone, and water (HAW) with volume ratio 55:44:2.
Studies on the wood comprises of tensile, bending, and impact test. The tests are conducted
based on method of ASTM D 3500 – 90, ASTM D 3043 – 95, and ASTM D 1e43 – 94 for
tensile, bending, and impact test, respectively. The result showed that Damar Batu/Balau has
higher strength compared to Kempas and Durian Woods. All the wood samples after
extraction show a slight decreasing in tensile strength, tensile extension, and flexural stress,
whereby modulus tensile, modulus flexural, and impact strength increases.

Keywords: bending, extraction, impact, tensile

1. Pendahuluan bahan-bahan ekstraktif ini akan mem-


pengaruhi sifat higroskopi dari kayu-kayu
Kayu adalah bahan yang mempunyai peranan tersebut. Rowell (1994) menyatakan bahwa
yang penting dalam ekonomi dunia. Kayu kehigroskopian kayu yang mempunyai
digunakan sebagai bahan dasar bangunan, kandungan ekstraktif tinggi lebih rendah dari
bahan bakar atau bahan mentah untuk kehigroskopian kayu yang mengandung
industri di berbagai negara. Kayu juga sedikit ekstraktif. Dari beberapa jenis kayu
merupakan sumber alam yang bisa diper- tropis yang telah diteliti menunjukkan
baharui sehingga ia tersedia dalam jumlah peningkatan jumlah air terikat dari minimum
yang banyak dan dapat diperoleh dengan 21,9% dari kayu yang belum diekstrak
harga yang bervariasi. Kayu terbagi atas menjadi 27,6% setelah diekstrak berturut-
dua kelompok utama yaitu kayu keras dan turut dengan benzena-alkohol 95%, alkohol
kayu lunak. Kayu keras terbagi atas 3 golo- dan air selama 10 sampai 20 jam dengan
ngan yaitu kayu keras berat, kayu keras menggunakan soklet. Peningkatan jumlah air
sedang dan kayu keras ringan (Apannah dan terikat akan mempengaruhi dan mengurangi
Weinland, 1993, Parham dan Gray, 1994). ikatan hidrogen antara polimer organik
Pada kayu keras atau kayu lunak terdapat 2 dinding sel yang selanjutnya akan mengu-
jenis bahan kimia yang utama di dalamnya rangi kekuatan kayu.
yaitu selulosa dan lignin. Selulosa mem-
berikan bentuk dan kekuatan pada dinding Untuk mengetahui tahap kekuatan kayu
sel sedangkan lignin memberikan ketegangan sebelum dan setelah dilakukan ekstraksi
pada kayu. Bahan kimia lain yang terdapat berturut-turut dengan berbagai jenis pela-
pada kayu ialah resin, gam, tanin yang rut, maka kayu tersebut diuji kekuatannya
dikenal sebagai bahan ekstraktif. Zat dengan beberapa uji yaitu uji fleksural
ekstraktif merupakan bahan yang bersifat (bending), peregangan (tensile) dan pukulan
racun pada jamur dan agen perusak kayu (impact). Jadi, tujuan penelitian ini adalah
lainnya. Kehadiran bahan ekstraktif menye- untuk menentukan pengaruh ekstraksi
babkan kayu tahan secara alami terhadap terhadap kekuatan kayu (sifat-sifat mekanis)
serangan agen perusak ini. Kandungan dari 3 jenis kayu yang berbeda yaitu, kayu
ekstraktif ini berbeda-beda antara 1 jenis damar batu, kempas dan durian.
kayu dengan jenis kayu yang lainnya
(Sjöström, 1998).
2. Metodologi
Telah diketahui bahwa kayu-kayu dari dae-
rah tropis mengandung banyak bahan Dalam kajian ini 3 jenis kayu digunakan yaitu
ekstraktif, akan tetapi hanya sedikit yang kayu Damar batu, kayu Kempas dan kayu
diketahui tentang bagaimana ekstraksi Durian. Kayu Damar batu di Malaysia dikenal
83 Iskandar / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7 No. 2

dengan nama kayu Balau. Sampel kayu yang digunakan untuk uji ini ialah alat
disediakan dalam bentuk balok berukuran Instron 5582.
seperti ditampilkan pada Tabel 1.
2.2 Uji Kelenturan (Bending)
Table 1. Ukuran kayu damar batu, kayu
kempas dan kayu durian dan tujuan Uji kelenturan dijalankan untuk mengetahui
penggunaan. beban maksimal yang dapat mematahkan
Ukuran (panjang x lebar x tebal) Tujuan satu sampel tersebut ke arah lenturan. Uji ini
(mm)
dilakukan mengikuti metode ASTM D3043–95
120 x 15 x 5 uji tensile
yang menggunakan standard uji kelenturan
120 x 15 x 5 uji bending
60 x 15 x 5 uji impact tiga titik. Sampel diuji dengan dimensi 120
mm x 15 mm x 5 mm (panjang x lebar x
Metode ekstraksi dilakukan berdasarkan tebal) dan diuji pada kecepatan 5.0 mm/min.
ASTM D1105-96. Proses ekstraksi dilakukan Jarak di antara penyokong 80 mm.
dengan tiga jenis pelarut yaitu secara
bertahap pertama dengan aseton (Lab Scan, Dalam uji ini, 3 nilai penting diperoleh untuk
99.5%), kemudian dengan pentana (Fisher menentukan ketahanan kelenturan yaitu
Chem 99%) dan terakhir campuran heksana kekuatan fleksural, keliatan fleksural dan
(HmBG Chem 99.5%): aseton:air (H: A: W) modulus elastisitas.
dengan perbandingan volume 44:54:2.
2.3 Uji Pukulan (Impact)
Proses ekstraksi menggunakan sokhlet,
dengan cara dimasukkan 250 ml pelarut Uji pukulan bertujuan untuk mengetahui
(aseton, pentane, adan HAW) ke dalam labu apakah sampel mampu untuk menerima
ekstraksi 500 ml. Sebanyak 15 balok kayu dan menyerap daya yang dilakukan
dipotong dengan masing-masing ukuran dan terhadapnya. Hal tersebut dapat diperkirakan
tujuan (Tabel 1). Proses ekstraksi dilakukan sebagai tenaga bandul yang hilang akibat
selama lebih kurang 8 jam. Suhu pemanasan pukulan dibandingkan dengan ketebalan
ditentukan menurut titik didih pelarut sampel. Dibandingkan dengan uji tensile dan
tersebut. uji bending, uji impact berbeda dari segi
jumlah beban yang diberikan kerana beban
Proses ekstraksi terhadap balok kayu lain yang diberikan adalah dalam kecepatan
seterusnya dilakukan dengan langkah yang tertentu.
sama dengan menggunakan pelarut pentana
dan terakhir dengan campuran Dalam uji ini, sampel dilihat apakah sanggup
heksana:aseton:air dengan perbandingan menerima atau tidak daya pukulan yang
volume 44:54:2. Setiap selesai dengan satu dilakukan terhadapnya. Dalam uji ini
pelarut, balok kayu dikeluarkan dan digunakan uji cara Izod, dengan standard
dikeringkan dalam oven pada suhu 600C ASTM D 1e43-94. Beban yang digunakan
selama 24 jam. Setelah kering pada ialah 7,5 joule. Kecepatan pemukul/ bandul
dilakukan uji mekanis terhadap sampel- yang digunakan ialah 2,88 m/detik dengan
sampel tersebut, yaitu uji bending, uji tensile beratnya 1,811 kg. Sampel yang akan diuji
dan uji impact. Sifat mekanis kayu diuji dipotong dengan dimensi 60 mm x 15 mm x
berdasarkan tiga jenis kayu dan tiga jenis 5 mm (panjang x lebar x tebal).
pelarut yang digunakan untuk mengekstrak
kayu tersebut. Masing-masing jenis kayu dan
pelarut di uji sebanyak 10 kali perulangan. 3. Hasil dan Pembahasan

2.1 Uji Peregangan (Tensile) Faktor yang paling penting yang


mempengaruhi kekuatan suatu kayu adalah
Uji tensile penting dalam menentukan berat jenis dari kayu tersebut (Desch dan
kekuatan kayu dalam peregangan. Uji ini Dinwoodie, 1983). Kayu Damar batu (balau)
dilakukan dengan menggunakan metode dan kayu Kempas mempunyai berat jenis
ASTM D 3500–90. Dengan menggunakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kayu
Universal Testing Machin Model STM-10, durian (Menon, 1997), sehingga hasil yang
sampel dipotong dengan dimensi 120 mm x diperoleh dari uji kekuatan kayu (uji
15 mm x 5 mm (panjang x lebar x tebal) dan mekanis) pada penelitian ini tidak menge-
diuji pada kecepatan 5.0 mm/min. Jarak di jutkan di mana sifat-sifat mekanis (tensile,
antara penyokong 8 mm. Antara sifat-sifat bending dan impact) dari kayu balau dan
yang bisa diamati dalam uji ini adalah kayu kempas lebih tinggi dibandingkan
modulus tensile kekuatan tensile, peman- dengan dengan kayu Durian.
jangan pada titik putus dan keliatan. Alat
Iskandar / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7 No. 2 84

3.1 Uji Peregangan (tensile) kekakuan kayu dapat dilihat pada grafik
modulus tensile pada Gambar 2.
Kekuatan tensile

Pengaruh penurunan kekuatan tensile 120.00


BTC BTA

sebelum dan setelah ekstraksi dapat dilihat


KTC KTA BTP BTM
KTP KTM
100.00

Kekuatan Tensile (MPa)


pada Gambar 1. Kayu Damar batu dan kayu
80.00
Kempas kontrol (sebelum diekstrak) menun-
jukkan kekuatan tensile hampir sama, se- 60.00

dangkan kayu durian kontrol jauh lebih 40.00


DTC DTA DTP DTM

rendah dari kayu Damar batu dan kayu


Kempas kontrol. Dari hasil yang diperoleh, 20.00

kekuatan tensile sampel kayu Damar batu


Balau Kempas Durian
0.00

kontrol adalah 110,96 ± 2,31 MPa, sedang- 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3


Kayu kontrol dan yang diekstrak
3.5 4 4.5

kan yang diekstrak dengan pelarut aseton Gambar 1. Kekuatan tensile (MPa) dari 3 jenis
110,63.6 ± 2,38 MPa, pentana 107,66 ± 2,87 kayu sebelum dan setelah diekstrak
MPa dan HAW 107,13 ± 1,36 MPa. dengan 3 jenis pelarut yang berbeda
Kekuatan tensile pada kayu kempas kontrol (A: diekstrak dengan aseton, B:
adalah 108,91 ± 1,46 MPa dan yang kayu Damar batu (balau), C: kontrol,
diekstrak dengan pelarut aseton 108,27 ± D: kayu Durian, K: kayu Kempas, M:
diekstrak dengan HAW, P: diekstrak
1,33 MPa, pentana 104,63 ± 1,43 MPa dan
dengan pentana, T: tensile).
HAW 103,48 ± 2,70 MPa. Kekuatan tensile
pada kayu durian kontrol adalah 48,77 ±
1,28 MPa dan yang di yang diekstrak dengan 3.00

pelarut aseton 46,82 ± 1,56 MPa, pentana 2.50 BTC BTA BTP
BTM

45,85 ± 2,19 MPa dan HAW 45,47 ± 1,52


Modulus Tensil

MPa.
2.00 KTM
KTA KTP
KTC DTM
DTC DTA DTP
1.50

Pengaruh ekstraksi dengan berbagai jenis 1.00


pelarut terhadap kekuatan tensile yang
diperlihatkan pada Gambar 1, memperlihat-
0.50
Balau Kempas Durian

kan perbedaan yang nyata di mana kekuatan 0.00

tensile sampel akan menurun setelah


0 1 2 3 4 5
Kayu Kontrol dan Kayu yang diekstrak
diekstrak dengan ketiga jenis pelarut secara Gambar 2. Modulus tensile (Gpa) dari 3 jenis
berturut-turut, dibandingkan dengan sampel kayu sebelum dan setelah diekstrak
kontrol. Pada permulaan ekstraksi dengan dengan 3 jenis pelarut yang berbeda
aseton sangat sedikit terjadi penurunan (A: diekstrak dengan aseton, B:
kekuatan tensile. Akan tetapi kekuatan kayu Damar batu (balau), C: kontrol,
tensile ini lebih menurun lagi pada ekstraksi D: kayu Durian, K: kayu Kempas, M:
diekstrak dengan HAW, P: diekstrak
lanjutan dengan menggunakan pelarut
dengan pentana, T: tensile).
pentana dan pelarut campuran (HAW). Hal ini
kemungkinan disebabkan kerana pengaruh Modulus tensile pada kayu damar batu yang
ekstraksi yang dilakukan berulang-ulang tidak diekstrak adalah 2,44 ± 0,08 GPa dan
sehingga ekstrak kayu akan dikeluarkan lebih yang diekstrak dengan pelarut aseton,
banyak. Proses pengeringan yang dilakukan pentana dan HAW secara berturut-turut
setelah ekstraksi secara berturut-turut juga adalah 2,49 ± 0,06 GPa, 2,51 ± 0,07 GPa
mempengaruhi sifat mekanis kayu dan me- dan 2,58 ± 0,06 GPa. Modulus tensile pada
nyebabkan kayu berkurang nilai perega- kayu kempas yang tidak diekstrak adalah
ngannya. Secara keseluruhan pengurangan 1,84 ± 0,05 GPa dan yang di yang diekstrak
nilai kekuatan tensile pada kayu damar batu dengan pelarut aseton 1,87 ± 0,08 GPa,
setelah diekstrak dengan pelarut aseton, pentana 1,90 ± 0,10 GPa dan HAW 1,93 ±
pentana dan HAW adalah 4,99 ± 0,30%, 0,08 GPa. Modulus tensile pada kayu durian
sedangkan untuk kayu kempas adalah 3,45 ± yang tidak diekstrak adalah 1,65 ± 0,01 GPa
0,13% dan untuk kayu durian sebanyak 6,77 dan yang diekstrak dengan pelarut aseton
± 0,14%. 1,67 ± 0,14 GPa, pentana 1,70 ± 0,13 GPa
dan HAW 1,83±0,05 GPa. Berdasarkan data
Modulus Tensile tersebut diperoleh masing-masing kayu yang
diuji mengalami peningkatan kekakuan yaitu
Modulus tensile menunjukkan kekakuan kayu damar batu sebanyak 10,91 ± 1,98%,
suatu sampel. Pengaruh ekstraksi terhadap kayu kempas 5,55 ± 2,70% dan kayu durian
4,70 ± 0,14%.
85 Iskandar / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7 No. 2

Ekstraksi kayu dapat mengurangkan sifat Hanya ekstraksi dengan pelarut aseton saja
kekenyalan dan ini menyebabkan kayu yang menyebabkan sedikit penurunan nilai
menjadi lebih kaku atau keras (Kang, 2004). pemanjangan titik putus.
Pettersen (1994) mengatakan bahwa pena-
rikan bahan ekstraktif dari kayu akan menye- Secara keseluruhan pengurangan nilai pe-
babkan struktur parenkim kayu menjadi lebih manjangan titik putus pada kayu damar batu
rapat dan kayu menjadi lebih keras. setelah diekstrak dengan pelarut aseton,
pentana dan HAW adalah 9,31 ± 0,30%, se-
Pemanjangan pada Titik Putus dangkan untuk kayu kempas adalah 5,31 ±
0,13% dan untuk kayu durian sebanyak 8,70
Gambar 3 menunjukkan pemanjangan pada ± 0,14%.
titik putus untuk ketiga jenis kayu sampel
yang telah dilakukan ekstraksi dengan 3.2 Uji kelenturan (bending)
menggunakan 3 jenis pelarut yang berbeda.
Pemanjangan pada titik putus pada semua Kekuatan fleksural
jenis kayu sampel akan berkurang secara
perlahan-lahan sesuai dengan ekstraksi Seperti terlihat pada Gambar 4, nilai
menggunakan pelarut yang berbeda. Kayu kekuatan fleksural pada kayu damar batu
Damar batu mempunyai nilai tenaga untuk baik yang sudah diekstrak maupun yang
putus yang jauh lebih tinggi dibandingkan belum diekstrak adalah tertinggi di antara
dengan dengan kayu kempas dan kayu ketiga kayu sampel, sedangkan nilai
Durian. kekuatan fleksural yang terendah terlihat
pada kayu durian. Pada ekstraksi dengan
pelarut aseton menunjukkan penurunan ke-
9.00
kuatan yang sangat sedikit untuk semua
Pemanjangan pada titik putus

8.00
jenis kayu yang diuji, sedangkan ekstraksi
BTC BTA BTP
7.00 BTM

6.00 seterusnya dengan menggunakan pelarut


5.00 KTC KTA pentana dan HAW secara berturutan
(%)

KTP KTM
4.00 DTC
DTA DTP DTM mengakibatkan penurunan kekuatan fleksural
yang agak nyata terutama pada kayu Damar
3.00
Balau Kempas Durian
2.00
1.00 batu dan kayu Kempas.
0.00
0 1 2 3 4 5
300.00
Kayu kontrol dan yang diekstrak
B FC B FA B FP
Gambar 3. Pemanjangan pada titik putus dari 3
Kekuatan Fleksural (Mpa)

250.00
B FM

jenis kayu sebelum dan setelah 200.00 KFC


KFA KFP
diekstrak dengan 3 jenis pelarut
KFM

yang berbeda (A: diekstrak dengan 150.00

aseton, B: kayu Damar batu (balau), 100.00


C: kontrol, D: kayu Durian, K: kayu DFC DFA DFP DFM

kempas, M: diekstrak dengan HAW, 50.00


Balau Kempas Durian
P: diekstrak dengan pentana, T: 0.00
tensile). 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Kayu kontrol dan kayu yang diekstrak

Gambar 4. Kekuatan Fleksural (MPa) dari 3 jenis


Dari hasil yang diperoleh nilai pemanjangan kayu sebelum dan setelah diekstrak
titik putus dari sampel kayu damar batu dengan 3 jenis pelarut yang berbeda
kontrol adalah 7,95 ± 0,28%, sedangkan (A: diekstrak dengan aseton, B: kayu
yang diekstrak dengan pelarut aseton 7,70 ± damar batu (balau), C: kontrol, D:
0,60%, pentana 7,62 ± 0,77% dan HAW kayu Durian, F: feksural, K: kayu
7,21 ± 0,42 %. Nilai pemanjangan titik putus Kempas, M: diekstrak dengan HAW,
pada kayu kempas kontrol adalah 5.08 ± P: diekstrak dengan pentana).
0.87 % dan yang diekstrak dengan pelarut
aseton 5,02 ± 0,95%, pentana 4,87 ± 0,87% Dari hasil tersebut dapat diperhatikan bahwa
dan HAW 4,81 ± 0,42%. Nilai pemanjangan kekuatan fleksural pada kayu Damar batu
titik putus pada kayu durian kontrol ada- yang tidak diekstrak adalah 258,61 ± 4,02
lah 3,91 ± 0,10% dan yang di yang MPa dan yang diekstrak dengan pelarut
diekstrak dengan pelarut aseton 3,71 ± aseton, pentana dan HAW secara berutur-
0,48%, pentana 3,7 ± 0,55 dan HAW 3,57 ± turut adalah 255,81 ± 4,60 MPa, 255,31 ±
0,28 MPa. Pengurangan nilai pemanjangan 1,67 MPa dan 239,81 ± 3,78 MPa. Kekuatan
titik putus yang nyata yang diperoleh dalam fleksural pada kayu kempas kontrol (tidak
penelitian ini hanya terjadi setelah ekstraksi diekstrak) adalah 200,97 ± 1,67 MPa dan
bertahap dengan aseton, pentana dan HAW. yang diekstrak masing-masing dengan
Iskandar / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7 No. 2 86

pelarut aseton, pentana dan HAW adalah Nilai modulus fleksural pada kayu Damar
192,67 ± 2,33 MPa, 190,78 ± 4,65 MPa dan batu kontrol adalah 22,94 ± 0,84 GPa dan
186,07 ± 1,39 MPa. Kekuatan fleksural pada yang di yang diekstrak dengan pelarut aseton
kayu durian yang tidak diekstrak, dan yang 23,07 ± 0,93 GPa, pentana 23,84 ± 1,86 GPa
diekstrak dengan pelarut aseton, pentana dan HAW 25,24 ± 1,76 GPa. Modulus
dan HAW masing-masing adalah 72,65 ± fleksural pada kayu Kempas kontrol adalah
2,88 Mpa, 69,33 ± 2,34 MPa, 68,23 ± 2,63 20,23 ± 0,90 GPa dan yang di diekstrak
MPa dan 68,05 ± 2,95 MPa. dengan pelarut aseton 20,67 ± 1,34 GPa,
pentana 22,58 ± 0,66 GPa dan HAW 23,46 ±
Pengurangan nilai kekuatan fleksural pada 1,20 GPa. Modulus fleksural pada kayu durian
kayu damar batu, kayu kempas dan kayu kontrol adalah 6,72 ± 0,35 GPa dan yang di
durian setelah diekstrak adalah 7,27 ± diekstrak dengan pelarut aseton 6,98 ± 0,72
0,51%, 3,42 ± 0,22 % dan 5,55 ± 1,85 %. GPa, pentana 7,06 ± 0,50 GPa dan HAW 7,17
Ekstraksi kayu mengakibatkan penarikan ± 0,33 GPa. Modulus fleksural kayu Damar
bahan-bahan ekstraktif keluar dari kayu batu dan kayu kempas yang diekstrak
sehingga kayu memiliki banyak ruang bebas dengan pelarut aseton tidak jauh berbeda
yang akan diisi oleh air. Pengeringan setelah dengan kayu damar batu dan kayu kempas
ekstraksi secara berturut-turut akan yang tidak diekstrak. Peningkatan modulus
mengurangi kembali ruang bebas dan fleksural yang nyata didapati setelah
sekaligus menarik air keluar (Choong dan ekstraksi berturut-turut dengan ketiga jenis
Achmadi, 1989) yang berakibat kayu pelarut.
berkurangan kelenturannya.
3.3 Uji Pukulan (impact)
Modulus fleksural
Kekuatan pukulan ialah kemampuan kayu
Desch (1994) mengatakan bahwa makin menahan bebanan yang dilakukan secara
besar nilai modulus fleksural, maka semakin tiba-tiba. Secara umum kekuatan pukulan
kaku sesuatu kayu, sebaliknya jika modulus untuk kayu-kayu yang diekstrak masing-
fleksuralnya rendah, maka semakin mudah masing memperlihatkan kecenderungan yang
suatu kayu melentur. meningkat (Gambar 6.). Nilai kekuatan
pukulan untuk kayu Damar batu kontrol
30.00 adalah 72,20 ± 4,31 KJ/m2,, sedangkan eks-
traksi dengan pelarut aseton, pentana dan
Modulus Fleksural (GPa)

25.00 B FM

HAW masing-masing terjadi peningkatan nilai


B FP KFM
B FC B FA KFP

yaitu 72,32 ± 2,06 KJ/m2, 73,21 ± 2,69


KFC KFA
20.00

15.00 KJ/m2 dan 76,14 ± 2,31 KJ/m2.


10.00
DFC DFA DFP DFM
Untuk kayu kempas kontrol nilai kekuatan
5.00 pukulan adalah 66,19 ± 2,57 KJ/m2
sedangkan ekstraksi dengan dengan pelarut
Balau Kempas Balau
0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 aseton, pentana dan HAW menunjukkan
Kayu kontrol dan Kayu yang diekstrak
peningkatan nilai kekuatan pukulan masing-
Gambar 5. Modulus Fleksural (GPa) dari 3 jenis masing yaitu 66,59 ± 0,80 KJ/m2, 66,87 ±
kayu sebelum dan setelah diekstrak 2,54 KJ/m2 dan 69,98 ± 2,23 KJ/m2. Pada
dengan 3 jenis pelarut yang berbeda kayu durian nilainya adalah 9,06 ± 0,7
(A: diekstrak dengan aseton, B: kayu
KJ/m2, 9,09 ± 0,41 KJ/m2, 9,48 ± 0,45
Damar batu (Balau), C: kontrol, D:
kayu Durian, F: feksural, K: kayu KJ/m2 dan 9,97 ± 0,25 KJ/m2 masing-masing
Kempas , M: diekstrak dengan HAW, pada kontrol, ekstraksi dengan pelarut ase-
P: diekstrak dengan pentana). ton, pentana dan HAW.

Berdasarkan nilai di atas, masing-masing


Seperti pada uji tensile, pengaruh ekstraksi kayu mengalami peningkatan nilai pukulan
terhadap ketiga jenis kayu menyebabkan yaitu kayu damar batu 5,45 ± 1,83 %, kayu
peningkatan pada modulus fleksural kayu- Kempas 4,21 ± 1,25 % dan kayu Durian
kayu tersebut. Pada Gambar 5 dapat dilihat 10,04 ± 0,43 %. Peningkatan nilai kekuatan
nilai modulus fleksural pada kayu damar pukulan ini mungkin disebabkan sampel kayu
batu, kayu Kempas dan kayu Durian masing- semakin keras setelah diekstrak dan
masing mengalami peningkatan sebanyak dikeringkan. Akan tetapi kekerasan sampel
10,00 ± 0,15 % untuk kayu damar batu, kayu ini belum sampai pada tahap kerapuhan
15,92 ± 0,12 % untuk kayu Kempas dan 6,8 sehingga tidak menyebabkan kayu mudah
± 0,21 % untuk kayu Durian setelah pecah.
diekstrak dengan ketiga jenis pelarut.
87 Iskandar / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7 No. 2

kayu Acacia mangium dan Kayu getah


80.00 (Hevea brasiliensis), M. S. Thesis, pusat
BIM
70.00
BlC BIA BIP
KIM Pengajian Teknologi Industri, Universiti
Kekuatan Pukulan (Kj/m 2)

KIA KIP
Sains Malaysia, Penang.
KIC
60.00

50.00 Menon, P. K. B. (1997) Struktur dan


40.00
Balau
Kempas
Pengecaman Kayu-Kayuan Malaysia,
30.00
Durian Dewan Pustaka dan Pustaka, Kuala
20.00
Lumpur.
10.00 DIC DIA DIP DIM
Pettersen, R. C. (1994) Komposisi kimia
0.00
kayu, dalam Kimia Kayu Padu (Rowell, R.
0 1 2 3 4
Kayu kontrol dan kayu yang diekstrak
5 M., Editor), Penterjemah, Muhammed, S.
dan Mansor, H. H), Cetakan I, Dewan
Gambar 6. Kekuatan pukulan dari 3 jenis kayu
Bahasa dan Pustaka, Malaysia.
sebelum dan setelah diekstrak dengan
3 jenis pelarut yang berbeda (A:
Rowell, R. M. (1994) Penembusan dan
diekstrak dengan aseton, B: kayu kereaktifan komponen dinding sel, dalam
damar batu (balau), C: kontrol, D: Kimia Kayu Padu (Terj. Muhammad, S.
kayu Durian, I: impak, K: kayu dan Mansor, H.), Cetakan I, Dewan
Kempas, M: diekstrak dengan HAW, Bahasa dan Pustaka Malaysia.
P: diekstrak dengan pentana). Sjöström, E. (1998) Kimia Kayu-Asas dan
Penggunaan, diterjemahkan oleh Wan
Daud, W. R. Edisi 2, Universiti Sains
4. Kesimpulan Malaysia, Penang.
Skaar, C. (1994) Hubungan kayu air, dalam
Dari uji mekanis yang dilakukan dapat Kimia Kayu Padu (Rowell, R. M., Editor),
disimpulkan bahwa ekstraksi sampel-sampel Penterjemah, Muhammed, S. dan
kayu dengan beberapa pelarut Mansor, H. H). Cetakan I, Dewan Bahasa
mengakibatkan sedikit perubahan dalam dan Pustaka, Malaysia.
sifat-sifat mekanis kayu di mana kayu yang Thomas, R. J. (1977) Wood, structure and
telah penurunan dalam sifat-sifat kekuatan chemical component, In Wood
tensile (tensile strength), pemanjangan pada Technology, Chemical Aspects.
titik putus (tensile extension), kekuatan (Gordstein, I. S. ed.), ACS Symposium
fleksural (flexural stress) dan peningkatan Series, Washington. D. C.
pada modulus tensile, modulus fleksural dan Williams, F. C., Hale, M. D. (2003) The
nilai kekuatan pukulan (impact) dibandingkan resistance of wood chemically modified
dengan dengan kayu-kayu yang tidak with isocyanates; The role of moisture
diekstrak. content in decay suppression,
International Biodeterioration and
Biodegradation, 52 (94), 215-221.
Daftar Pustaka Winandy, J. D., Rowell, R. M. (1994) Kimia
kekuatan kayu, dalam Kimia Kayu Padu
Annual Book Of ASTM Standards (1999) (Rowell, R. M., Editor), Penterjemah,
Wood, Vol 04.10, Section 4. Muhammed, S. dan Mansor, H. H. Dewan
Choong, E. T., Achmadi, S. S. (1991) Effect Bahasa dan Pustaka, Malaysia.
of extractives on moisture sorption and Wooi, C. K. (2002) Proses Pengubah Suaian
shrinkage in tropical woods, Wood and Kimia Kayu Acacia Mangium dengan
Fiber Science. 23 (7), 185-196. Asetil Anhydrida dan Pencirian ke atas
Fengel, D, Wegener, G. (1995) Wood: Sampel Terubah Suai, Projek
Chemisty, Ultrastructure and Reactions. Penyelidikan, Pusat Pengajian Sains
Berlin, Germany. Kimia, Universiti Sains Malaysia, Penang.
Kang, Y. Y. (2004) Penggunaan minyak Zabel, R. A., Morell, J. J. (1992) Wood
semula jadi sebagai Bahan Pengawet Microbiology, Academic Press Inc,
California.

Anda mungkin juga menyukai